Anda di halaman 1dari 69

Pengawasan BPR

Dewan Komisaris
PROFESIONAL

2021

Dilarang menyalin dan/atau mengutip sebagian atau seluruh


isi modul ini dengan cara apapun tanpa izin sah dari
penulis.
penulis:
IR.ZINSARI,MM,MBA
professional trainer
Topik Pembahasan
1. Tugas & tanggung jawab Dewan Komisaris dalam:
PENGAWASAN BPR ▪ pengawasan perusahaan

DEWAN KOMISARIS ▪ penerapan tata kelola


▪ penerapan manajemen risiko
P R O F E S I O N A L ▪ pelaksanaan rencana bisnis
▪ penyelenggaraan teknologi informasi
▪ penyaluran dana
2. Ketentuan benturan kepentingan dan larangan
bagi Direksi dan Dewan Komisaris
3. Ketentuan batas maksimum pemberian kredit
Tujuan Pelatihan 4. Memahami laporan keuangan dan analisis rasio
keuangan pokok
Setelah mengikuti pelatihan ini, 5. Melakukan pengawasan aktif & pasif
diharapkan peserta mampu 6. Mengevaluasi berbagai kebijakan strategis
melaksanakan tugas & tanggung 7. Mengevaluasi/menetapkan rencana bisnis
jawab sebagai Dewan Komisaris 8. Mengevaluasi pelaksanaan rencana bisnis
dengan baik.
9. Membuat laporan pengawasan

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 1:
Tugas & Tanggung Jawab
Dewan Komisaris
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


PENGAWASAN PERUSAHAAN

1. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian,


dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan
pemberian nasihat kepada Direksi.
2. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi
UU no 40/2007 tentang atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
Perseroan Terbatas menjalankan tugasnya. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua)
anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab berlaku secara
tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
Dewan Komisaris adalah Organ
Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas
khusus sesuai dengan anggaran kerugian, apabila dapat membuktikan:
dasar serta memberi nasihat a. telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian
kepada Direksi. untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan;
Atas nama Perseroan, pemegang saham b. tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak
yang mewakili paling sedikit 10% dari
langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan
jumlah seluruh saham dengan hak suara
dapat menggugat anggota Dewan kerugian; dan
Komisaris yang karena kesalahan atau c. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul
kelalaiannya menimbulkan kerugian atau berlanjutnya kerugian tersebut.
pada Perseroan ke pengadilan negeri.
PENGAWASAN PERUSAHAAN

Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan


Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang
dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk
membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut,
UU no 40/2007 tentang setiap anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut
Perseroan Terbatas bertanggung jawab dg anggota Direksi atas kewajiban yg belum dilunasi.

Dewan Komisaris wajib: ❑ Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris
1. Membuat risalah rapat Dewan yang sudah tidak menjabat 5 tahun sebelum putusan pernyataan pailit
Komisaris dan menyimpan diucapkan.
salinannya. ❑ Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas
2. Melaporkan kepada Perseroan kepailitan Perseroan, apabila dapat membuktikan:
mengenai kepemilikan sahamnya a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
dan/atau keluarganya pada b. telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati-
Perseroan tersebut dan hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
Perseroan lain. tujuan Perseroan;
3. Memberikan laporan tentang c. tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak
tugas pengawasan yang telah langsung atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan
dilakukan selama tahun buku kepailitan; dan
yang baru lampau kepada RUPS. d. telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah
terjadinya kepailitan.
PENERAPAN TATA KELOLA

Penerapan tata kelola paling sedikit harus diwujudkan dalam bentuk


sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi
Peraturan Otoritas Jasa 2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris
Keuangan no 4/POJK.03/2015 3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite
4. Penanganan benturan kepentingan
tentang Penerapan Tata Kelola
5. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, dan audit ekstern
bagi Bank Perkreditan Rakyat 6. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern
7. Batas maksimum pemberian kredit
8. Rencana bisnis
9. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan
BPR wajib menerapkan tata kelola Responsibility
dalam setiap kegiatan usahanya PRINSIP-PRINSIP Kesesuaian pengelolaan BPR dengan peraturan
pada seluruh tingkatan atau TATA KELOLA perundang-undangan dan prinsip-prinsip
pengelolaan BPR yang sehat.
jenjang organisasi.
Transparency Independency
Penerapan tata kelola harus Keterbukaan dalam mengemukakan informasi Pengelolaan BPR secara profesional tanpa
menjadi budaya bagi pengurus dan yang material dan relevan serta keterbukaan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun.
seluruh pegawai BPR dalam setiap dalam proses pengambilan keputusan.
Fairness
pelaksanaan proses kegiatan Accountability Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-
operasionalnya serta transparan Kejelasan fungsi dan pelaksanaan hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang
kepada seluruh Stakeholders. pertanggung-jawaban organ BPR sehingga timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
pengelolaannya berjalan secara efektif. perundang-undangan.
PENERAPAN TATA KELOLA
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
DEWAN KOMISARIS
TERKAIT DENGAN PENERAPAN TATA KELOLA

Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan 4. Memastikan Direksi menindaklanjuti temuan audit dan
tanggung jawab secara independen: rekomendasi dari satuan kerja atau pejabat yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit intern BPR,
1. Memastikan terselenggaranya penerapan tata kelola pada auditor ekstern, hasil pengawasan Dewan Komisaris, OJK,
setiap kegiatan usaha BPR di seluruh tingkatan atau dan/atau otoritas lainnya.
jenjang organisasi.
5. Memberitahukan:
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas a. Pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
dan tanggung jawab Direksi serta memberikan nasihat keuangan dan perbankan.
kepada Direksi: b. Keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat
▪ Mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi membahayakan kelangsungan usaha.
pelaksanaan kebijakan strategis BPR.
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 10 (sepuluh)
▪ Dilarang ikut serta dalam pengambilan keputusan
hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran, keadaan atau
mengenai kegiatan operasional BPR, kecuali terkait
perkiraan keadaan dimaksud.
dengan:
a. penyediaan dana kepada pihak terkait 6. Menyelenggarakan rapat paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
sebagaimana ketentuan yang mengatur mengenai (tiga) bulan dan dihadiri oleh seluruh anggota Dewan
batas maksimum pemberian kredit BPR; dan Komisaris dengan agenda rapat antara lain mengenai:
b. hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan a. Rencana bisnis
perundang-undangan. b. Isu-isu strategis
c. Evaluasi/penetapan kebijakan strategis
d. Evaluasi realisasi rencana bisnis
PENERAPAN TATA KELOLA

Kelengkapan Struktur Modal Inti Modal Inti Modal Inti


STRUKTUR Organisasi < Rp 50m ≥ Rp 50m ˂ 80m ≥ Rp 80m
ORGANISASI Min 2 orang Min 3 orang Min 3 orang
salah satunya 1 orang Direktur 1 orang Direktur
Direksi
menjalankan fungsi Kepatuhan Kepatuhan
kepatuhan

Dalam penerapan tata Zpro Min 2 orang Min 3 orang Min 3 orang
Kelola, BPR wajib jumlah Komisaris paling banyak = jumlah Direksi
memiliki struktur Dewan Komisaris
organisasi sesuai dengan 1 orang Komisaris 50% Komisaris
independen independen
ketentuan:
Fungsi Audit PE SK SK
Zpro
Fungsi Kepatuhan PE SK SK
Fungsi Manajemen Risiko PE SK SK
▪ Komite Audit
▪ Komite Pemantau
Komite-komite Risiko
▪ Komite Nominasi &
Remunerasi *)

PE = Pejabat Ekekutif – SK = Satuan Kerja *) tidak wajib


PENERAPAN TATA KELOLA

1. Struktur & Infrastruktur


▪ Pastikan struktur organisasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
memenuhi kebutuhan pengembangan bisnis.
Tindakan Konkrit ▪ Pastikan tidak terdapat rangkap jabatan dan benturan kepentingan antara
kegiatan pembukuan, operasional, dan kegiatan penunjang operasional.
Dewan Komisaris ▪ Pastikan Direksi tidak rangkap jabatan, kecuali pengurus asosiasi dan/atau
lembaga Pendidikan/pelatihan.
2. Proses penerapan tata Kelola
▪ Menelaah dan menyetujui kebijakan-kebijakan yg bersifat strategis.
▪ Mengevaluasi kebijakan-kebijakan yg bersifat strategis secara berkala.
▪ Meminta laporan Direksi mengenai pelaksanaan kebijakan strategis.
▪ Adakan rapat Dewan Komisaris secara berkala untuk memantau perkembangan
pelaksanaan berbagai kebijakan strategis.
▪ Meminta Direktur kepatuhan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan
terkait dengan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti Direksi.
▪ Memastikan Direksi telah menindaklanjuti temuan audit.
▪ Menyampamastikan Direksi telah menyampaikan laporan-laporan eksternal,
al. Ojk, LPS, PPATK, dan Pajak.
▪ Memastikan Direksi telah membayar kewajiban kepada berbagai pihak, al.
iuran OJK, premi LPS, pajak, dll.
3. Hasil penerapan tata Kelola
▪ Dokumentasikan risalah rapat Dewan Komisaris
▪ Terbitkan rekomendasi kepada Direksi, bilamana hasil pengawasan perlu
ditindaklanjuti oleh Direksi.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
Dalam menjalankan usahanya, BPR melakukan penghimpunan dana
masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit ataupun penempatan
pada bank lain, tentu menghadapi berbagai risiko, oleh karenanya wajib
menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan tata kelola dan manajemen
Peraturan Otoritas Jasa
risiko merupakan aspek prinsip kehati-hatian.
Keuangan no 13/POJK.03/2015
tentang Penerapan Manajemen ❑ Dengan semakin kompleksnya produk dan aktivitas BPR, semakin
Risiko bagi Bank Perkreditan meningkat pula risiko yang dihadapi BPR, dengan demikian penerapan
Rakyat manajemen risiko tidak hanya sebagai kewajiban melainkan merupakan
suatu kebutuhan mutlak.
❑ Penerapan manajemen risiko merupakan salah satu upaya memperkuat
kelembagaan dan meningkatkan reputasi industri BPR.

1. Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris.


2. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan limit yaitu:
▪ Kebijakan manajemen risiko;
cakupan ▪ Prosedur manajemen risiko; dan
Manajemen Risiko adalah penerapan ▪ Penetapan limit risiko.
serangkaian metodologi dan manajemen 3. Kecukupan proses dan sistem yaitu:
prosedur yang digunakan untuk risiko ▪ Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan,
mengidentifikasi, mengukur, dan pengendalian risiko; dan
memantau, dan mengendalikan ▪ Sistem informasi manajemen risiko.
risiko yang timbul dari seluruh 4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
kegiatan usaha BPR.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Risiko yang harus dikelola dalam


penerapan manajemen risiko
meliputi:
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
DEWAN KOMISARIS
TERKAIT DENGAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO


atas efektifitas penerapan manajemen risiko di
Kebijakan manajemen risiko paling sedikit meliputi:
BPR.
1. Penetapan risiko yang terkait dengan kegiatan usaha,
Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris: produk, dan layanan
1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan 2. Penetapan sistem informasi manajemen risiko
manajemen risiko. 3. Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko
2. Memastikan penerapan manajemen risiko oleh 4. Penetapan penilaian peringkat risiko
Direksi. 5. Penyusunan rencana darurat (contingency plan) dalam
3. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas kondisi terburuk
pelaksanaan kebijakan manajemen risiko. 6. Penetapan sistem pengendalian intern dalam
4. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan penerapan manajemen risiko
Direksi yang berkaitan dengan transaksi yang
memerlukan persetujuan Dewan Komisaris. LIMIT RISIKO
Penetapan limit risiko meliputi:
1. Limit secara keseluruhan
2. Limit per jenis risiko
3. Limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki
eksposur risiko
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

1. Menelaah dan menyetujui kebijakan manajemen risiko untuk setiap


jenis risiko.
2. Mengevaluasi kebijakan manajemen risiko secara berkala, paling
Tindakan Konkrit sedikit 1(satu) kali dalam setahun atau bilamana ada perubahan yang
memengaruhi kegiatan usaha secara signifikan.
Dewan Komisaris 3. Terbitkan rekomendasi apabila dibutuhkan penyesuaian kebijakan
manajemen risiko.
4. Memastikan terlaksananya proses manajemen risiko yang melekat
pada kegiatan usaha.
5. Mengevaluasi pelaksanaan kebijakan manajemen risiko oleh Direksi
setiap semester dan/atau bilamana ada laporan yang disampaikan
Direksi dalam hal terdapat perubahan yang memengaruhi kegiatan
usaha secara signifikan.
6. Memastikan Direksi telah menindaklanjuti hasil evaluasi pada setiap
periode laporan.

Dewan Komisaris dapat meminta Direksi untuk


menjelaskan:
▪ Dasar penetapan kebijakan, termasuk
penetapan limit risiko.
▪ Pelaksanaan proses manajemen risiko.
PELAKSANAAN RENCANA BISNIS

BEBERAPA KETENTUAN RENCANA BISNIS


1. BPR wajib menyusun rencana bisnis secara realistis setiap tahun, dengan
memperhatikan:
Peraturan Otoritas Jasa
a. Faktor ekstern dan intern yang dapat memengaruhi kelangsungan
Keuangan no 37/POJK.03/2016
usaha
tentang Rencana Bisnis BPR dan
BPRS b. Prinsip kehati-hatian
c. Asas perbankan yang sehat
2. Rencana bisnis wajib disusun oleh Direksi dan disetujui oleh Dewan
Komisaris.
3. Otoritas Jasa Keuangan berwenang meminta untuk melakukan
Rencana Bisnis adalah dokumen
penyesuaian terhadap Rencana Bisnis, apabila:
tertulis yang menggambarkan
rencana pengembangan dan a. Dinilai belum memenuhi cakupan Rencana Bisnis sebagaimana
kegiatan usaha BPR atau BPRS diatur dalam POJK.
dalam jangka waktu tertentu serta b. Proyeksi, target atau rencana dinilai tidak realistis.
strategi untuk merealisasikan 4. BPR dapat melakukan perubahan rencana bisnis 1(satu) kali apabila:
rencana tersebut sesuai target dan a. Terdapat faktor ekstern dan intern yang secara signifikan
waktu yang ditetapkan. memengaruhi operasional.
b. Terdapat faktor yang secara signifikan memengaruhi.
5. BPR wajib menyampaikan laporan realisasi dan pengawasan rencana
bisnis secara semesteran.
PELAKSANAAN RENCANA BISNIS
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
DEWAN KOMISARIS
TERKAIT DENGAN RENCANA
BISNIS
Tindakan Konkrit Dilarang menyalin dan/atau mengutip sebagian atau
seluruh isi modul ini dengan cara apapun tanpa izin
sah dari penulis
Dewan Komisaris IR. ZINSARI, MM,MBA

Tugas dan tanggung jawab Dewan


Komisaris: 1. Melakukan rapat Dewan Komisaris (lengkap) penetapan rencana bisnis,
1. Menyetujui rencana bisnis yang dapat juga meminta Direksi untuk menjelaskan rencana bisnis yang
disusun oleh Direksi. disusun.
2. Melaksanakan pengawasan 2. Melakukan pemantauan realisasi terhadap target rencana bisnis secara
pelaksanaan rencana bisnis. berkala.
3. Berikan rekomendasi hal-hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Direksi
berdasarkan hasil rapat evaluasi pencapaian rencana bisnis.
4. Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan rencana bisnis, buat
penilaian Dewan Komisaris setiap semester, mengenai:
a. Pelaksanaan rencana bisnis baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja.
c. Penerapan tata kelola dan manajemen risiko.
d. Pelaksanaan kebijakan penyaluran dana.
e. Upaya memperbaiki kinerja.
PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI

BPR wajib menyelenggarakan teknologi informasi yg paling sedikit berupa:

Peraturan Otoritas Jasa


Keuangan no 75/POJK.03/2016
tentang Standar Penyeleng-
garaan Teknologi Informasi Bagi
BPR dan BPRS.

Penyelenggaraan teknologi Penyelenggaraan TI dapat dilakukan secara mandiri (in-house) atau bekerja
informasi mencakup proses sama dengan penyedia jasa teknologi informasi (outsource).
perencanaan, pengembangan dan
pengadaan, serta pemeliharaan Penyelenggaraan TI secara outsource dapat meliputi:
teknologi informasi. a. Aplikasi Inti Perbankan
b. Pusat Data
c. Pusat Pemulihan Bencana
d. Penyelenggaraan teknologi informasi lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI

Pelaksanaan audit intern dilakukan terhadap


A U D I T aspek terkait Teknologi Informasi paling sedikit
TEKNOLOGI mencakup aspek sebagai berikut:
INFORMASI

Aplikasi inti
perbankan

BPR wajib melaksanakan fungsi


audit intern terhadap penye- Wewenang dan
lenggaraan Teknologi Informasi tanggung jawab
sesuai dengan ketentuan peraturan Direksi
perundang-undangan.

Fungsi audit intern wajib Wewenang dan


Cakupan audit tanggung jawab
dilaksanakan secara berkala paling
minimal Dewan Komisaris
sedikit 1(satu) kali dalam 1(satu)
tahun sebagai bagian dari
pelaksanaan audit intern atau
Wewenang dan
dilaksanakan terpisah dari audit tanggung jawab
intern. Satuan Kerja /
Pegawai TI
PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
DEWAN KOMISARIS
PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Tindakan Konkrit Dilarang menyalin dan/atau mengutip sebagian atau
seluruh isi modul ini dengan cara apapun tanpa izin
sah dari penulis
Dewan Komisaris IR. ZINSARI, MM,MBA
1. Mengarahkan dan memantau
rencana pengembangan dan
pengadaan teknologi informasi 1. Memastikan BPR telah memiliki kebijakan penyelenggaraan teknologi
BPR yang bersifat mendasar informasi.
antara lain: 2. Memastikan BPR telah memiliki pedoman audit penyelenggaraan
a) Perubahan secara signifikan thd teknologi informasi.
konfigurasi teknologi informasi
3. Dalam hal ada rencana pengembangan dan pengadaan teknologi
/Aplikasi Inti Perbankan.
informasi yang bersifat mendasar:
b) Pengadaan Aplikasi Inti
Perbankan baru; ▪ Memastikan rencana tsb telah tercantum dalam rencana bisnis.
c) Kerja sama dengan penyedia ▪ Memastikan adanya dokumen rencana pengembangan yang memadai,
jasa teknologi informasi. termasuk adanya analisis manfaat dan biaya.
d) Pengembangan dan pengadaan ▪ Memastikan adanya mekanisme pemilihan penyedia teknologi
teknologi informasi mendasar informasi dan/atau pengadaan sistem elektronik.
lainnya yang dapat menambah ▪ Memantau realisasi pengembangan dan pengadaannya.
dan/atau meningkatkan risiko. 4. Memastikan Direksi membuat laporan pertanggungjawaban
2. Mengevaluasi pertanggungjawaban penyelenggaraan teknologi informasi.
Direksi terkait penyelenggaraan 5. Evaluasi laporan Direksi mengenai pertanggungjawaban penyelenggaraan
teknologi informasi.
teknologi informasi.
PENYALURAN DANA

❑ Untuk penyediaan dana dalam bentuk Kredit, BPR wajib memiliki dan
menerapkan kebijakan perkreditan dan prosedur perkreditan secara
tertulis mengacu pada Pedoman Kebijakan Perkreditan BPR (PKPB).
Peraturan Otoritas Jasa ❑ Kebijakan perkreditan wajib disetujui oleh Dewan Komisaris.
Keuangan no 33/POJK.03/2018 ❑ Setiap perubahan kebijakan wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa
tentang Kualitas Aset dan Keuangan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak terjadi
Pembentukan PPAP Bank perubahan.
Perkreditan Rakyat Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan efektif terhadap
pelaksanaan kebijakan perkreditan, paling sedikit meliputi:
1. Menelaah dan menyetujui kebijakan perkreditan BPR yang diusulkan
Penyediaan dana BPR pada Aset oleh Direksi;
Produktif wajib dilaksanakan 2. Mengawasi pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap penerapan
berdasarkan prinsip kehati-hatian. kebijakan perkreditan dan prosedur perkreditan.
3. Melaporkan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
Untuk melaksanakan prinsip kehati- perkreditan dan prosedur perkreditan oleh Direksi kepada Otoritas Jasa
hatian, Direksi BPR wajib menilai, Keuangan dalam laporan pengawasan rencana bisnis.
memantau, dan mengambil langkah
yang diperlukan agar kualitas Aset
Produktif tetap lancar.
PENYALURAN DANA

Laporan hasil pengawasan paling sedikit memuat:


LAPORAN HASIL a. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian Kredit berupa:
PENGAWASAN PELAKSANAAN 1) penilaian terhadap penerapan kebijakan perkreditan dan prosedur
KEBIJAKAN PERKREDITAN perkreditan.
2) pemenuhan PPAP.
3) Batas Maksimum Pemberian Kredit.
Dewan Komisaris wajib melaporkan 4) Kredit kepada pihak terkait, Debitur grup, dan/atau Debitur besar
hasil pengawasan terhadap tertentu.
pelaksanaan kebijakan perkreditan 5) penanganan Kredit bermasalah, yang terdiri dari Restrukturisasi
dan prosedur perkreditan oleh Kredit, pengambilalihan agunan, hapus buku, dan/atau hapus tagih.
Direksi kepada Otoritas Jasa b. Penilaian terhadap pelaksanaan penanganan Kredit bermasalah yang
Keuangan dalam laporan disertai dengan penjelasan mengenai faktor penyebab Kredit bermasalah
pengawasan rencana bisnis. serta upaya yang telah dilakukan untuk menyelesaikan Kredit
bermasalah.
c. Saran dan rekomendasi Dewan Komisaris terhadap pelaksanaan kebijakan
perkreditan.

Informasi mengenai kredit bermasalah harus secara jelas diungkapkan dalam


dokumentasi dan administrasi kredit untuk penanganan tindak lanjut di intern BPR
serta disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk menjadi materi dalam laporan
pengawasan rencana bisnis
PENYALURAN DANA

Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Dewan Komisaris yang berkaitan


TUGAS & TANGGUNG JAWAB dengan perkreditan paling sedikit mencakup:
DEWAN KOMISARIS
1. Menyetujui kebijakan perkreditan BPR yang diusulkan oleh Direksi.
TERKAIT DENGAN PERKREDITAN
2. Menyetujui rencana pemberian kredit tahunan termasuk kepada pihak
terkait dengan BPR, yang dituangkan dalam rencana bisnis.
3. Mengawasi pelaksanaan rencana pemberian kredit tahunan.
4. Meminta penjelasan dan/atau pertanggungjawaban Direksi:
▪ Mengenai seluruh aspek yang tercantum dalam kebijakan
Tindakan Konkrit perkreditan.
▪ Dalam hal terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan kebijakan
Dewan Komisaris perkreditan.
▪ Dalam hal pelaksanaan pemberian kredit menyimpang dari rencana
perkreditan yang telah dibuat serta meminta langkah perbaikan.
▪ Mengenai perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara
keseluruhan termasuk kredit yang diberikan kepada pihak terkait
dengan BPR, Debitur grup, dan/atau Debitur besar.
5. Memantau perencanaan dan pelaksanaan pendidikan serta pelatihan
kepada pegawai yang menangani perkreditan.
6. Melaporkan hasil pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
perkreditan dan prosedur perkreditan oleh Direksi kepada OJK dalam
laporan pengawasan rencana bisnis.
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 2:
Benturan Kepentingan &
Larangan bagi Direksi & Dewan Komisaris
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


BENTURAN KEPENTINGAN

❑ Anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan Pejabat Eksekutif harus


menghindarkan diri dari pengambilan suatu keputusan dalam situasi dan
kondisi terdapat benturan kepentingan.
Surat Edaran Otoritas Jasa ❑ Dalam hah terdapat benturan kepentingan dan keputusan tetap harus
Keuangan no 24/POJK.03/2020 diambil maka pihak-pihak dimaksud harus mengutamakan kepentingan
tentang Perubahan SEOJK no ekonomis BPR dan menghindarkan BPR dari kerugian yang mungkin timbul
5/POJK.03/2016 tentang atau kemungkinan berkurangnya keuntungan BPR serta mengungkapkan
Penerapan Tata Kelola bagi Bank kondisi benturan kepentingan tersebut dalam setiap keputusan.
Perkreditan Rakyat

Pemberian perlakuan istimewa kepada


Benturan kepentingan adalah pihak-pihak tertentu di luar prosedur dan
ketentuan yang berlaku termasuk dalam
perbedaan antara kepentingan
kategori benturan kepentingan yang
ekonomis BPR dengan kepentingan menimbulkan kerugian BPR atau mengurangi
ekonomis pribadi pemilik, anggota keuntungan BPR, antara lain pemberian
Direksi, anggota Dewan Komisaris, suku bunga yang tidak sesuai dengan
Pejabat Eksekutif, dan/atau pihak prosedur dan ketentuan yang berlaku.
terkait dengan BPR.
BENTURAN KEPENTINGAN

Kebijakan
Penyelesaian
PENYELESAIAN Zpro
BENTURAN
Benturan KEPENTINGAN
Kepentingan
Penyelesaian benturan kepentingan paling
sedikit meliputi:
❑ Identifikasi benturan kepentingan
Untuk menghindari pengambilan
❑ Perumusan dan penetapan tindakan
keputusan yang berpotensi merugikan
penyelesaian
BPR atau mengurangi keuntungan BPR,
❑ Tindak lanjut penyelesaian
BPR harus memiliki dan menerapkan
❑ Monitoring hasil tindak lanjut
kebijakan intern, sistem, dan
penyelesaian
prosedur penyelesaian mengenai
benturan kepentingan meliputi:
a. Penanganan benturan kepentingan
Benturan kepentingan juga wajib dicantumkan
yang mengikat setiap anggota dalam laporan penerapan tata Kelola.
Direksi, Dewan Komisaris, dan
pegawai BPR, antara lain tata cara
pengambilan keputusan.
b. Administrasi pencatatan,
dokumentasi, dan pengungkapan
benturan kepentingan dimaksud
dalam risalah rapat.
LARANGAN BAGI DIREKSI

❑ Mayoritas anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga atau


semenda sampai dengan derajat kedua dengan:
a. sesama anggota Direksi; dan/atau
b. anggota Dewan Komisaris.
Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan no 4/POJK.03/2015 ❑ Anggota Direksi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
tentang Penerapan Tata Kelola dilarang memiliki saham sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau
bagi Bank Perkreditan Rakyat lebih dari modal disetor pada Bank dan/atau menjadi pemegang saham
mayoritas di lembaga jasa keuangan non Bank.
❑ Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan pada Bank dan/atau
1. Anggota Direksi dilarang perusahaan lain, kecuali sebagai pengurus asosiasi industri BPR dan/atau
menggunakan BPR untuk kepentingan
lembaga pendidikan dalam rangka peningkatan kompetensi sumber daya
pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain
yang dapat merugikan atau
manusia BPR dan sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas sebagai
mengurangi keuntungan BPR. anggota Direksi BPR.
2. Anggota Direksi dilarang mengambil ❑ Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum yang mengakibatkan
dan/atau menerima keuntungan pengalihan tugas dan wewenang tanpa batas.
pribadi dari BPR, selain remunerasi
❑ Direksi dilarang menggunakan konsultan,
dan fasilitas lainnya yang ditetapkan
berdasarkan keputusan Rapat Umum kecuali untuk proyek bersifat khusus yang
Pemegang Saham dengan dari sisi karakteristik proyeknya
memperhatikan kewajaran dan/atau membutuhkan adanya konsultan dan
kesesuaian dengan peraturan didasari perjanjian yang jelas.
perundang-undangan.
LARANGAN BAGI DEWAN KOMISARIS

❑ Mayoritas anggota Dewan Komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga


atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan:
a. sesama anggota Dewan Komisaris; atau
b. anggota Direksi.
Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan no 4/POJK.03/2015 ❑ Anggota Dewan Komisaris dilarang merangkap jabatan sebagai anggota
tentang Penerapan Tata Kelola Direksi atau Pejabat Eksekutif pada BPR, Bank Pembiayaan Rakyat
bagi Bank Perkreditan Rakyat Syariah, dan/atau Bank Umum.

❑ Dalam melaksanakan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang ikut serta


1. Anggota Dewan Komisaris dilarang
menggunakan BPR untuk kepentingan dalam pengambilan keputusan mengenai kegiatan operasional BPR,
pribadi, keluarga, dan/atau pihak lain kecuali terkait dengan:
yang dapat merugikan atau a. Penyediaan dana kepada pihak terkait
mengurangi keuntungan BPR. sebagaimana ketentuan yang mengatur mengenai
2. Anggota Dewan Komisaris dilarang batas maksimum pemberian kredit BPR; dan
mengambil dan/atau menerima
b. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam peraturan
keuntungan pribadi dari BPR, selain
remunerasi dan fasilitas lainnya yang perundang-undangan.
ditetapkan berdasarkan keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham
dengan memperhatikan kewajaran
dan/atau kesesuaian dengan
peraturan perundang-undangan.
TINDAK PIDANA PERBANKAN

1. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau pihak terafiliasi


yang sengaja memberikan keterangan mengenai rahasia bank diancam
pidana penjara minimal 2 tahun maksimal 4 tahun serta denda minimal
Rp.4 milyar maksimal Rp.8 milyar.
UU no 7/1992 sebagaimana 2. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank yang sengaja tidak
telah diubah dengan UU no memberikan keterangan mengenai rahasia bank atas:
10/1998 tentang Perbankan ▪ Perintah/izin dari Bank Indonesia (saat ini OJK) untuk perpajakan atau
penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara atau kepentingan
peradilan dalam perkara pidana.
1. Rahasia Bank. ▪ Permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat
2. Penyampaian Laporan Keuangan. secara tertulis, atau ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang
3. Memberikan kesempatan kepada bersangkutan.
Otoritas untuk pemeriksaan buku- diancam pidana penjara minimal 2 tahun maksimal 7 tahun serta denda
buku dan berkas-berkas dalam minimal Rp.4 milyar maksimal Rp.15 milyar.
rangka memperoleh kebenaran 3. Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang dengan
dari segala keterangan, dokumen sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi kepada Bank
dan penjelasan yang dilaporkan Indonesia (saat ini OJK) atau laporan keuangan diancam penjara minimal 2
oleh bank yang bersangkutan. tahun makasimal 10 tahun serta denda minimal Rp.5 milyar maksimal
Rp.100 milyar.
4. Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang lalai
memberikan keterangan yang wajib dipenuhi kepada Bank Indonesia (saat
ini OJK) atau laporan keuangan diancam penjara minimal 1 tahun
maksimal 2 tahun serta denda minimal Rp.1 milyar maksimal Rp.2 milyar.
TINDAK PIDANA PERBANKAN

Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja :
a. Membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan
atau dalam laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rekening suatu bank;
UU no 7/1992 sebagaimana
b. Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak
telah diubah dengan UU no
dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun
10/1998 tentang Perbankan
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening suatu bank;
c. Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
4. Rekayasa pembukuan menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam
5. Penghilangan pencatatan, laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
dokumen, laporan. transaksi atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah,
mengaburkan, menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan
pembukuan tersebut,

diancam dengan pidana penjara


sekurang-kurangnya 5 tahun
dan paling lama 15 tahun serta
denda sekurang-kurangnya
Rp10 milyar dan paling banyak
Rp200 milyar rupiah.
TINDAK PIDANA PERBANKAN

Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja:
a. Meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima
suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang
berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan
UU no 7/1992 sebagaimana keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan
telah diubah dengan UU no bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas
10/1998 tentang Perbankan kredit dari bank, atau dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh
bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek, dan kertas dagang atau
bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka memberikan persetujuan
6. Meminta atau menerima imbalan bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas
atas pemberian fasilitas kredit. kreditnya pada bank;
7. Penarikan dana melebihi batas b. Tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
kredit bank. ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan
8. Ketaatan terhadap peraturan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank,
perundang-undangan.

diancam dengan pidana penjara sekurang-


kurangnya 3 tahun dan paling lama 8
tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp5 milyar dan paling banyak Rp100
milyar.
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 3:
Batas Maksimum Pemberian Kredit
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT

❑ Pelanggaran BMPK adalah selisih lebih antara persentase Penyediaan


Dana pada saat direalisasikan terhadap Modal BPR dengan BMPK yang
diperkenankan.
Peraturan Otoritas Jasa ❑ Pelampauan BMPK adalah selisih lebih antara persentase Penyediaan
Keuangan no 49/POJK.03/2017 Dana yang telah direalisasikan terhadap Modal BPR pada saat tanggal
tentang Batas Maksimum laporan dengan BMPK yang diperkenankan dan tidak termasuk
Pemberiann Kredit Bank Pelanggaran BMPK.
Perkreditan Rakyat
❑ Pihak Terkait adalah perorangan, perusahaan atau badan yang
mempunyai hubungan kepemilikan, hubungan kepengurusan, dan/atau
Batas Maksimum Pemberian Kredit hubungan keuangan dengan BPR.
(BMPK) adalah persentase ❑ Pihak Tidak Terkait adalah perorangan, perusahaan atau badan yang
maksimum realisasi penyediaan tidak mempunyai hubungan kepemilikan, hubungan kepengurusan,
dana yang diperkenankan dan/atau hubungan keuangan dengan BPR.
terhadap modal BPR.

▪ BMPK untuk kredit dihitung BPR dilarang:


berdasarkan baki debet kredit. 1. Membuat perjanjian Kredit dalam hal perjanjian Kredit tersebut
▪ BMPK untuk penempatan dana mewajibkan BPR untuk menyediakan dana yang akan mengakibatkan
antar bank pada BPR lain terjadinya Pelanggaran BMPK.
dihitung berdasarkan nominal 2. Memberikan Penyediaan Dana yang mengakibatkan Pelanggaran BMPK.
penempatan.
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT

PIHAK TERKAIT PIHAK TIDAK TERKAIT

Zpro
❑ Penempatan dana pada BPR lain yang
Penyediaan Dana dalam bentuk Kredit
atau seluruh isi modul ini dengan cara apapun

IR. ZINSARI, MM,MBA


Dilarang menyalin dan/atau mengutip sebagian

merupakan Pihak Tidak Terkait paling


kepada Pihak Terkait wajib memperoleh
banyak 20% dari Modal BPR.
persetujuan dari 1 orang anggota
❑ Kredit kepada 1 Peminjam Pihak Tidak
Direksi dan 1 orang anggota Dewan
Terkait paling banyak 20% dari Modal BPR.
tanpa izin sah dari penulis

Komisaris.
❑ Kredit kepada 1 kelompok Peminjam
Penyediaan Dana kepada seluruh Pihak Pihak Tidak Terkait paling banyak 30% dari
Terkait ditetapkan paling banyak 10% Modal BPR.
(sepuluh persen) dari Modal BPR.
Zpro
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT

Target waktu penyelesaian ditetapkan sebagai berikut:


PENYELESAIAN a. Untuk Pelanggaran BMPK, paling lambat 3 (tiga) bulan sejak rencana
tindak disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan;
PELANGGARAN /
b. Untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh:
PELAMPAUAN
▪ penurunan Modal BPR;
BMPK ▪ penggabungan usaha, peleburan usaha, pengambilalihan usaha,
perubahan struktur kepemilikan, dan/atau perubahan kepengurusan
yang menyebabkan perubahan Pihak Terkait dan/atau kelompok
BPR wajib menyusun dan Peminjam
menyampaikan rencana tindak paling lambat 6 bulan sejak rencana tindak disampaikan kepada Otoritas
(action plan) untuk Jasa Keuangan; dan
penyelesaian Pelanggaran BMPK c. Untuk Pelampauan BMPK yang disebabkan oleh perubahan ketentuan,
dan/atau Pelampauan BMPK, paling lambat 12 bulan sejak rencana tindak disampaikan kepada
yang memuat: Otoritas Jasa Keuangan.
▪ langkah untuk penyelesaian d. Dalam hal sisa jangka waktu Penyediaan Dana sampai dengan jatuh
▪ target waktu penyelesaian tempo lebih pendek dari pada target waktu penyelesaian sebagaimana
dimaksud diatas, target waktu penyelesaian paling lambat sampai
dengan Penyediaan Dana jatuh tempo.
BPR wajib menyampaikan laporan e. Target waktu penyelesaian Pelanggaran BMPK dan/atau Pelampauan
pelaksanaan rencana tindak untuk
BMPK atas Penempatan Dana Antar Bank yang tidak memiliki jatuh
penyelesaian Pelanggaran/
Pelampauan BMPK disertai dengan tempo berupa tabungan pada BPR lain, paling lambat 1 bulan sejak
bukti pendukung. rencana tindak disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT

PENGECUALIAN BMPK
PIHAK TERKAIT SANKSI

Kredit kepada anggota Direksi, anggota


Dewan Komisaris, dan/atau pegawai BPR ❑ BPR yang melakukan Pelanggaran BMPK dikenakan sanksi
yang memenuhi kriteria Pihak Terkait yang administratif berupa penurunan tingkat kesehatan BPR.
ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan ❑ BPR yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPK dan/atau
serta dibayar kembali dari pendapatan yang Pelampauan BMPK dikenakan sanksi administratif berupa:
diperoleh dari BPR yang bersangkutan o Pencantuman anggota Direksi, anggota Dewan
dikecualikan sebagai pemberian Kredit Komisaris, dan/atau pemegang saham dalam DTL.
kepada Pihak Terkait. o Pembekuan kegiatan usaha tertentu.

Tujuan penggunaan dana antara lain ❑ BPR yang tidak menyelesaikan Pelanggaran BMPK selain
ditujukan untuk: dikenakan sanksi administratif, terhadap anggota Direksi,
1. Biaya sekolah anggota Dewan Komisaris, pemegang saham maupun pihak
2. Biaya pengobatan atau sakit terafiliasi lainnya dapat dikenakan sanksi pidana
3. Biaya kontrak rumah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7
4. Cicilan rumah Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
5. Uang muka pembelian rumah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
6. Biaya pernikahan Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
7. Pembelian kendaraan bermotor. tentang Perbankan.
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 4:
Laporan Keuangan &
Analisis Rasio Keuangan Pokok
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN

Pedoman Akuntansi BPR (PA-BPR) merupakan penjabaran lebih lanjut prinsip


dan substansi pengaturan dalam SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) untuk membantu BPR dalam menyusun
Surat Edaran Jasa Keuangan no laporan keuangan.
40/POJK.03/2017 tentang
Penetapan Penggunaan Standar PA-BPR bertujuan untuk memberikan acuan minimum yang harus dipenuhi
Akuntansi Keuangan Bagi Bank oleh BPR dalam menyusun laporan keuangannya. Disamping itu, PA-BPR juga
Perkreditan Rakyat bertujuan untuk menciptakan keseragaman perlakuan akuntansi atas
transaksi-transaksi unik pada BPR dalam penyusunan laporan keuangan
sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan di antara BPR,
terutama daya bandingnya.
Sebagai entitas yang mempunyai
tanggung jawab publik karena Dengan adanya PA-BPR, diharapkan kelengkapan,
menghimpun dana dari kewajaran, keakuratan dan kejelasan informasi
masyarakat, BPR membutuhkan yang disajikan dalam laporan keuangan BPR dapat
sarana pertanggungjawaban ditingkatkan, sehingga informasi tersebut lebih
kepada pemangku kepentingan. dipahami dan dipercaya oleh masyarakat.
Laporan keuangan merupakan Pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap
salah satu sarananya. Laporan informasi-informasi yang disampaikan oleh BPR
keuangan tersebut harus disusun diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan
sesuai dengan prinsip atau standar kepercayaan masyarakat terhadap industri BPR
akuntansi keuangan yang berlaku secara keseluruhan.
di Indonesia.
MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Zpro
Zpro
Laporan keuangan menyajikan data tentang posisi Pos Lap Keuangan Target Realiasi Pencapaian
keuangan dan hasil dari usaha suatu perusahaan
pada periode tertentu.
Laporan keuangan BPR terdiri dari:
❑ Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
❑ Laporan Laba/rugi Pos Lap Keuangan Periode Periode Pertumbuhan
❑ Laporan Arus Kas Lalu Sekarang
❑ Laporan Perubahan Ekuitas
❑ Catatan atas laporan keuangan
❑ Rekening Administratif
Zpro
Dilarang menyalin dan/atau
Dalam melaksanakan tugasnya, mengutip sebagian atau seluruh
isi modul ini dengan cara apapun
Dewan Komisaris perlu tanpa izin sah dari penulis
IR. ZINSARI, MM,MBA
mencermati laporan keuangan
berikut secara berkala, setidaknya
setiap bulannya terhadap laporan: Selain mengevaluasi realisasi
❑ Neraca terhadap target rencana
❑ Laporan Laba/rugi bisnis, perlu mengamati
❑ Rekening Administratif kewajaran perkembangan
pada pos-pos laporan
keuangan dan menganalisis
rasio-rasio keuangan.
MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN

Laporan Posisi Keuangan Zpro


Laporan posisi keuangan yaitu aset, liabilitas
dan ekuitas yang dimiliki BPR pada posisi
tanggal pelaporan.
MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN

Laporan Perhitungan Laba/Rugi Zpro


Laporan laba rugi adalah angka kumulatif pendapatan dan
beban BPR sejak awal tahun buku sampai dengan tanggal
laporan.
MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN

Laporan Perhitungan Laba/Rugi Zpro


Laporan laba rugi adalah angka kumulatif pendapatan dan
beban BPR sejak awal tahun buku sampai dengan tanggal
laporan.
MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN

Rekening Administratif Zpro

Rekening administratif yaitu rekening


dari transaksi yang pada tanggal laporan
belum secara efektif menimbulkan
perubahan aset dan liabilitas BPR serta
beberapa catatan penting lainnya.
ANALISIS RASIO KEUANGAN POKOK
KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BPR wajib memiliki modal inti minimal Rp 6 miliar. Dalam
hal BPR tidak dapat menjaga modal inti paling kurang Rp
6 miliar, BPR wajib meningkatkan modal inti paling kurang
jumlah modal Rp 6 miliar paling lambat 6 bulan sejak laporan bulanan
Rasio KPMM = ------------------ x 100%
atau tgl risalah hasil pemeriksaan menunjukkan modal
atmr
inti kurang dari Rp 6 miliar.
Rasio KPMM minimal 12%. Modal inti thn 2015 31/12/19 31/12/2024
Rasio KPMM harus dijaga pada tingkat tertentu (di atas
Kurang dari Rp 3 miliar Rp 3 miliar Rp 6 miliar
risk tolerance), sehingga BPR dapat:
❑ melakukan ekspansi kredit Paling sedikit Rp 3 miliar, Rp 6 miliar
❑ melakukan pengembangan usaha namun kurang dari Rp 6
❑ menanggung kerugian miliar

Rasio Modal Inti


Status Pengawasan Kriteria Penetapan
Pengawasan Normal Rasio KPMM ≥ 12 % jumlah modal inti
Pengawasan Intensif Rasio KPMM ≥ 8% … < 12% Rasio Modal Inti = ----------------------- x 100%
atmr
Pengawasan Khusus 3 bulan Rasio KPMM > 2% … < 8%
Pengawasan Khusus 2 bulan Rasio KPMM < 2% Rasio modal inti minimal 8%

Zpro
ANALISIS RASIO KEUANGAN POKOK

KUALITAS ASET PRODUKTIF NON PERFORMING LOAN

aset produktif yg diklasifikasikan kredit bermasalah


Rasio KAP = ---------------------------------------- x 100% Rasio NPL = ----------------------- x 100%
total aset produktif total kredit

Aset produktif terdiri dari SBI, Kredit yang diberikan dan ▪ Kredit bermasalah terdiri dari Kurang Lancar,
penempatan pada bank lain. Aset produktif yang Diragukan dan Macet.
diklasifikasikan dihitung sbb: ▪ Praktek terbaik menunjukkan NPL tidak melebihi 5%.
▪ 50% x jumlah baki debet AP kurang lancar
▪ 75% x jumlah baki debet AP diragukan Upaya peningkatan kinerja terkait dengan meningkatnya
▪ 100% x jumlah baki debet AP macet jumlah kredit bermasalah:
a. Memperbaiki proses manajemen kredit.
❑ Dalam penilaian TKS, BPR tergolong sehat, jika rasio b. Melakukan peningkatan kualitas analisis kredit.
KAP tidak melebihi 10.35%. c. Melakukan pembinaan nasabah.
❑ Semakin rendah rasio KAP, semakin baik kualitas aset d. Menyelesaikan kredit-kredit bermasalah atau
produktifnya. melakukan restrukturisasi kredit.
❑ Rasio KAP akan naik, jika rasio NPL naik, namun e. Menata kembali komposisi portfolio kredit.
perlu diingat bahwa KAP juga dipengaruhi oleh f. Menghindari sektor usaha yang teridentifikasi
kualitas penempatan pada bank lain. berisiko tinggi.
g. Meningkatkan fungsi pengawasan.
Zpro
ANALISIS RASIO KEUANGAN POKOK
RETURN ON ASSET RETURN ON EQUITY Zpro
laba sebelum pajak laba setelah pajak
Rasio ROA = ------------------------- x 100% Rasio ROE = ----------------------- x 100%
rata-rata total aset rata-rata modal

Rasio ini diukur dengan menggunakan data 12 bulan Rasio ini diukur dengan menggunakan data 12 bulan
terakhir. terakhir.
Dalam penilaian TKS, BPR tergolong sehat, jika rasio Rasio ROE tidak digunakan dalam penilaian TKS. Rasio
ROA minimal 1.215%. ini juga tidak disajikan dalam laporan rencana bisnis.

Rasio ROA menggambarkan kemampuan BPR dalam Rasio ROE menggambarkan kemampuan BPR dalam
menciptakan laba dari aset yang dikelolanya. Semakin menciptakan laba dari modal yang tersedia. Semakin
tinggi rasio ROA, maka semakin tinggi kemampuannya tinggi rasio ROE, maka semakin tinggi kemampuannya
dalam menciptakan laba. dalam menciptakan laba.

Manajemen BPR yang hebat ketika pengelolaan BPR Para investor umumnya menginginkan rasio ROE yang
dapat menghasilkan rasio ROA tinggi, namun suku tinggi, sekurang-kurangnya lebih tinggi dari rata-rata
bunga kredit tidak memberatkan masyarakat serta para suku bunga deposito atau investasi lain yang berisiko
karyawan dapat hidup sejahtera. lebih kecil.
ANALISIS RASIO KEUANGAN POKOK
NET INTEREST MARGIN BOPO

pendapatan bunga bersih beban operasional


Rasio NIM = -------------------------------- x 100% Rasio BOPO = ------------------------------- x 100%
rata-rata aset produktif pendapatan operasional

▪ Pendapatan bunga bersih : Pendapatan Bunga – Beban


Bunga ▪ Data yang digunakan adalah 12 bulan terakhir.
▪ Pendapatan bunga bersih disetahunkan. ▪ Dalam ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, BOPO
▪ Rata-rata aktiva produktif dihitung dalam tahun takwim. maksimal 93.52% untuk kategori penilaian Sehat

Rasio NIM perlu dijaga pada range tertentu, sehingga Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan
cukup untuk menanggung overhead cost dan masih ada manajemen bank dalam mengendalikan biaya
margin keuntungan. operasional terhadap pendapatan operasional.
Rasio NIM yang tinggi mengindikasikan BPR punya
kesempatan menurunkan suku bunga kredit, sehingga Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
lebih kompetitif. operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.
Sebaliknya, jika rasio NIM rendah mengindikasikan BPR
perlu menerapkan strategi pendanaan yang lebih murah
atau meningkatkan penyelesaian tagihan bunga dalam
penyelesaian.
Zpro
ANALISIS RASIO KEUANGAN POKOK

CASH RATIO LOAN TO DEPOSIT RATIO

alat likuid
Zpro
kredit yg diberikan
Cash Ratio = -------------------- x 100% LDR = ------------------------- x 100
hutang lancar dana yg diterima

▪ Alat likuid meliputi kas dan penanaman dana pada bank


Kredit terdiri dari:
lain dalam bentuk giro dan selisih lebih antara tabungan
a. Kredit yg diberikan kpd masyarakat – bagian kredit sindikasi yg
BPR pada bank lain dg tabungan dari bank lain pada BPR. dibiayai bank lain
▪ Hutang lancar meliputi Kewajiban segera, Tabungan dan b. Kredit kepada bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan
Deposito. c. Penanaman dana pada bank lain dalam bentuk kredit sindikasi
Dana yang diterima:
Cash ratio untuk mengukur kemampuan BPR memenuhi
a. Deposito dan tabungan masyarakat
hutang lancar dengan harta likuid yang dimiliki. b. Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih
Cash Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan adanya idle dari 3 bulan
money, sebaliknya Cash Ratio yang minim perlu diwaspadai c. Pinjaman dari lembaga non bank dengan jangka waktu lebih dari 3
bulan (diluar pinjaman subordinasi)
BPR mengalami risiko likuiditas. d. Modal inti dan modal pinjaman
Status Pengawasan CR rata-rata 6 bln terakhir
Dalam penilaian TKS, kategori sehat, jika LDR tidak
Pengawasan Normal ≥ 5% melebihi 94.75%.
Pengawasan Intensif ≥ 4% .. < 5% Rasio LDR yang rendah menunjukkan BPR masih
memiliki peluang untuk ekspansi kredit. Sebaliknya LDR
Pengawasan Khusus 3 bulan ≥ 1% .. < 4%
yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesulitan
Pengawasan Khusus 2 bulan < 1% likuiditas.
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 5:
Melakukan Pengawasan Aktif dan Pasif
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


PENGAWASAN AKTIF & PASIF
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan, Dewan
Komisaris dapat meminta Direksi untuk memberikan
penjelasan mengenai antara lain permasalahan, kinerja,
dan kebijakan operasional BPR.
Berdasarkan laporan-laporan rutin tersebut, Dewan
Pengawasan secara pasif dapat dilakukan melalui Komisaris melakukan:
laporan rutin yang disampaikan oleh Direksi, antara 1. Penilaian terhadap realisasi terhadap target dalam
rencana bisnis.
lain:
2. Memantau perkembangan rasio-rasio keuangan.
❑ Laporan keuangan bulanan 3. Meminta penjelasan lebih lanjut dari Direksi dalam
❑ Laporan penyaluran dana bulanan hal ada deviasi pencapaian target atau terjadi
❑ Laporan penghimpunan dana bulanan ketidakwajaran dalam operasional.
❑ Laporan tren perkembangan rasio-rasio 4. Bilamana perlu, dilakukan pemantauan langsung ke
keuangan lapangan.
❑ Laporan lainnya yang diperlukan Dewan
Komisaris Zpro
Dilarang menyalin dan/atau mengutip sebagian
atau seluruh isi modul ini dengan cara apapun
Selain itu, Dewan Komisaris juga tanpa izin sah dari penulis
IR. ZINSARI, MM,MBA

melakukan pengawasan berdasarkan


laporan hasil audit dan laporan tindak
lanjut hasil audit dari SK/PE Audit
Intern.
PENGAWASAN AKTIF & PASIF

PENGAWASAN TERHADAP PENYALURAN DANA

1. Kredit Baru 3. Restrukturisasi Kredit


❑ Apakah sudah sesuai kebijakan dan prosedur pemberian ❑ Apakah telah dilakukan analisis terhadap
kredit? permohonan restrukturisasi?
❑ Apakah struktur kredit sejalan dengan hasil analisis
❑ Apakah terdapat perjanjian addendum yang
kredit/proposal kredit?
❑ Apakah keputusan kredit dilakukan oleh Komite Kredit
mencantumkan nomor perjanjian kredit awal?
yang sah? ❑ Jika dilakukan perpanjangan jangka waktu,
❑ Jika kredit kpd pihak terkait, apakah telah mendapat berapa umur Debitur saat jatuh tempo nanti?
persetujuan paling kurang 1 Direksi dan 1 anggota ❑ Apakah diterapkan perlakuan akuntansi yang
Dekom? tepat?
❑ Apakah terjadi pelanggaran BMPK? i. Apakah telah dihitung nilai tunai dari arus kas
hasil restrukturisasi?
2. Top-up Kredit ii. Apakah dibukukan kerugian restrukturisasi,
❑ Bagaimana kondisi kualitas kredit debitur tersebut?
jika nilai tunai lebih rendah dari nilai kredit
❑ Hati-hati, jika debitur yang sebelumnya tergolong
bermasalah, kemudian terjadi pelunasan dan diberikan
tercatat?
kredit lagi. iii.Jika tunggakan bunga dikapitalisasi sebagai
❑ Apakah terjadi rekayasa pembukuan? Apakah kredit baru, apakah pendapatan bunga
seharusnya debitur tersebut dilakukan restrukturisasi? ditangguhkan terlebih dahulu?

Apakah dapat dikategorikan sebagai pelanggaran


plafondering?
PENGAWASAN AKTIF & PASIF

Pengawasan Terhadap Penerapan Kebijakan Stimulus


Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercyclical Dampak Penyebaran Covid-19

POJK no 11/POJK.03/2020 dan no 48/POJK.03/2020


memberikan ruang bagi BPR untuk mengambil kebijakan
untuk mendukung stimulus ekonomi khusus untuk
Debitur terdampak Covid-19. Apa peran Dewan
Komiaris?
1. Menyetujui kebiijakan perkreditan khusus untuk debitur
terdampak pandemi Covid-19
2. Melakukan pengawasan terhadap penerapan kebijakan
tersebut, agar tidak terjadi moral hazard.

Terhadap debitur terdampak pandemi Covid-19, BPR dapat:


1. Menetapkan kualitas kredit hanya berdasarkan ketepatan
pembayaran pokok dan/atau bunga.
2. Melakukan restrukturisasi kredit dengan ketentuan sbb:
❑ Kualitas kredit ditetapkan Lancar sejak direstrukturisasi
sd 31/03/2022
❑ Tidak diwajibkan membukukan kerugian restrukturisasi.
❑ Pemulihan PPAP dapat diakui segera, tanpa harus
menunggu 3 x pembayaran angsuran.
PENGAWASAN AKTIF & PASIF

PENGAWASAN TERHADAP PENYALURAN DANA PENGAWASAN TERHADAP REKENING


ADMINISTRATIF

4. Pengambilalihan Agunan 1. Pendapatan Bunga Dalam Penyelesaian


❑ Apakah kualitasnya kreditnya telah ditetapkan Peningkatan pada pos ini menunjukkan terjadi
Macet? peningkatan kredit bermasalah.
❑ Apakah Debitur diberikan surat keterangan ❑ Apakah upaya penagihan dan pembinaan debitur
lunas yang mencantumkan keterangan lunas telah dilakukan dengan baik?
melalui penyerahan agunan? ❑ Apakah BPR telah mengidentifikasi permasalahan
❑ Apakah perlakuan akuntansi AYDA telah sesuai yang dihadapi debitur dan diupayakan solusi yang
dengan Pedoman Akuntansi BPR? tepat?

5. Hapus Buku Kredit dan Penempatan Dana 2. Hapus Buku Kredit dan Hapus Buku Penempatan
❑ Apakah usulan penghapusbukuan telah sesuai Dana
dengan prosedur yang berlaku? ❑ Apakah kredit yang telah dihapus buku masih
❑ Apakah penghapusbukuan diputuskan oleh diupayakan penyelesaiannya?
pihak yang berwenang? (RUPS atau disetujui ❑ Apakah hasil penyelesaian kredit hapus buku telah
oleh Dewan Komisaris yang telah mendapat dibukukan dengan benar?
pendelegasian wewenang dari RUPS) ❑ Apakah terdapat benturan kepentingan dalam
penyelesaian hapus buku?
PENGAWASAN AKTIF & PASIF

PENGAWASAN TERHADAP PENGHIMPUNAN PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN


DANA LIKUIDITAS

1. Strategi Penghimpunan Dana BPR perlu menjaga likuiditas dalam jumlah yang
❑ Apakah Direksi telah memiliki kebijakan dalam memadai sebagai bagian dari manajemen risiko. BPR
penghimpunan dana? perlu memastikan kecukupan dana secara harian baik
❑ Apakah strategi penghimpunan dana sesuai pada saat kondisi normal maupun kondisi krisis dalam
dengan perencanaan kebutuhan likuiditas? pemenuhan kewajiban secara tepat waktu dari berbagai
sumber dana yang tersedia.
2. Komposisi Sumber Dana
Komposisi sumber dana perlu dipertimbangkan Dalam rangka pengawasan, Dewan Komisaris perlu
sebagai bagian dari penerapan manajemen risiko, memastikan:
khususnya risiko likuiditas. ❑ Apakah BPR selalu menjaga tingkat likuiditas yang
Evaluasi realisasi penghimpunan dana terhadap memadai?
kebijakan manajemen risiko likuiditas: ❑ Apakah penempatan dana pada bank lain dikelola
a. Komposisi dana dari deposan inti dan penabung dengan baik dalam rangka meminimalkan risiko?
inti terhadap total DPK. ❑ Apakah penempatan dana pada bank lain memenuhi
b. Komposisi pendanaan non inti terhadap total kriteria penjaminan LPS?
pendanaan. ❑ Apakah penempatan dana pada bank lain
c. Apakah BPR memiliki sumber pendanaan yang melanggar/melampaui ketentuan BMPK?
dapat digunakan bilamana dibutuhkan?
PENGAWASAN AKTIF & PASIF

PENGAWASAN TERHADAP PENGEMBANGAN PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN


INFRASTRUKTUR & PENGADAAN ASET SUMBER DAYA MANUSIA

1. Pengembangan Infrastruktur Dalam rangka pengawasan penerapan ketentuan tata


Dalam hal BPR melakukan pengembangan kelola perusahaan yang baik, Dewan Komisaris perlu
infrastruktur perlu dipastikan sejalan dengan memastikan:
rencana pengembangan usaha. ❑ Apakah Direksi telah menyusun kebijakan di bidang
❑ Apakah ada rencana pengembangan jaringan kepegawaian, antara lain:
kantor dan teknologi informasi yang sesuai ▪ Rekrutmen
dengan rencana bisnis? ▪ Promosi/Demosi Jabatan
❑ Apakah pengembangan infrastruktur telah sesuai ▪ Remunerasi
dengan kebijakan yang berlaku? ▪ Pengembangan pegawai
▪ Pemberhentian pegawai
2. Pengadaan Aset ❑ Apakah kebijakan kepegawaian telah
Pengadaan aset tetap inventaris dan/atau aset tak disosialisasikan?
berwujud perlu dipastikan sejalan dengan strategi ❑ Apakah realisasi di bidang kepegawaian sesuai
pengembangan dan standar pengadaan. dengan kebijakan?
❑ Apakah pengadaan tersebut sesuai dengan ❑ Apakah terdapat rangkap jabatan yang berpotensi
ketentuan standar pengadaan? tidak berjalannya pengendalian intern?
❑ Apakah penggunaan anggaran teknologi informasi
sejalan dengan strategi pengembangannya?
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 6:
Mengevaluasi Berbagai
Kebijakan Strategis
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGIS

Dewan Komisaris wajib mengevaluasi kebijakan manajemen risiko secara


MENGEVALUASI KEBIJAKAN berkala:
MANAJEMEN RISIKO ❑ Evaluasi dilakukan secara berkala paling sedikit satu kali dalam satu tahun
atau sewaktu-waktu dalam hal terdapat perubahan yang memengaruhi
kegiatan usaha secara signifikan.
Kebijakan Manajemen Risiko ❑ Evaluasi yang dilakukan relevan dengan kebutuhan penyesuaian kebijakan
paling sedikit meliputi: manajemen risiko.
1. Penetapan Risiko yang terkait
dengan kegiatan usaha,
produk, dan layanan BPR. Langkah-Langkah evaluasi:
2. Penetapan sistem informasi 1. Mengevaluasi perkembangan kinerja pada periode yang diamati.
Manajemen Risiko. 2. Mengkaji realisasi parameter risiko terhadap risk appetite dan risk tolerance
3. Penentuan limit dan yang telah ditetapkan sebelumnya.
penetapan toleransi Risiko. 3. Mengevaluasi relevansi realisasi parameter risiko terhadap perkembangan
4. Penetapan penilaian peringkat
kinerja keuangan.
Risiko.
5. Penyusunan rencana darurat 4. Mengkaji kecukupan dan efektivitas kebijakan dan prosedur mitigasi risiko
(contingency plan) dalam yang telah ditetapkan sebelumnya.
kondisi terburuk. 5. Merekomendasikan kepada Direksi apakah diperlukan penyesuaian kebijakan
6. Penetapan sistem dan prosedur mitigasi risiko.
pengendalian intern dalam 6. Merekomendasikan kepada Direksi apakah diperlukan penyesuaian
penerapan Manajemen Risiko. penetapan limit risiko.
EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGIS

Dalam rangka pengawasan penerapan program APU dan PPT, Dewan


MENGEVALUASI KEBIJAKAN Komisaris perlu melakukan telaah dan evaluasi terhadap kebijakan program
APU DAN PPT APU dan PPT.
❑ Telaah kesesuaian kebijakan program APU danPPT terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan aktif Dewan ❑ Memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penerapan
Komisaris paling kurang meliputi: program APU dan PPT sejalan dengan perubahan dan pengembangan
1. Memberikan persetujuan atas produk, jasa, dan teknologi di sektor jasa keuangan serta sesuai dengan
kebijakan dan prosedur perkembangan modus pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.
penerapan program APU dan
PPT yang diusulkan oleh
Langkah-Langkah evaluasi:
Direksi.
2. Melakukan pengawasan atas 1. Mencermati publikasi penilaian risiko Indonesia terhadap tindak pidana
pelaksanaan tanggung jawab pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme (NRA).
Direksi terhadap penerapan 2. Mencermati publikasi penilaian risiko tindak pidana pencucian uang dan
program APU dan PPT. tindak pidana pendanaan terorisme di sector jasa keuangan (SRA).
3. Memastikan adanya 3. Memahami ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai program APU dan
pembahasan terkait Pencucian PPT yang berlaku.
Uang dan/atau Pendanaan 4. Mengevaluasi kebijakan penerapan APU dan PPT terhadap kesesuaian dengan
Terorisme dalam rapat Direksi
ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta mitigasi terhadap
dan Dewan Komisaris.
perkembangan modus pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.
5. Merekomendasikan penyesuaian kebijakan, jika perlu.
EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGIS

Evaluasi dilakukan untuk memastikan KPB memiliki tujuan untuk:


MENGEVALUASI KEBIJAKAN 1. Menerapkan prinsip kehati-hatian dan asas perkreditan yang sehat secara
PERKREDITAN konsisten dan berkesinambungan untuk mitigasi risiko setiap pemberian
kredit.
2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak dalam
pemberian kredit yang dapat merugikan BPR.
Agar penerapan prinsip kehati- 3. Mencegah terjadinya praktik pemberian kredit yang tidak sehat.
hatian dan asas perkreditan
yang sehat tersebut Langkah-Langkah evaluasi:
dilaksanakan secara konsisten, 1. Mengidentifikasi PKPB yang berlaku.
BPR harus memiliki Kebijakan 2. Mengevaluasi kesesuaian KPB terhadap PKPB, kebijakan tata kelola,
Perkreditan BPR (KPB) paling kebijakan manajemen risiko.
sedikit sesuai dengan Pedoman 3. Mengevaluasi kecukupan pengendalian dalam:
Kebijakan Perkreditan BPR a. Pemberian kredit yang sehat
(PKPB). b. Penilaian agunan
c. Pemberian kredit kepada pihak terkait, debitur grup dan/atau debitur
besar.
d. Pemberian kredit kepada sektor ekonomi, kegiatan usaha, dann debitur
berisiko tinggi dengan mempertimbangkan kompetensi SDM BPR.
e. Kredit yang perlu dihindari dengan mempertimbangkan perubahan
ekonomi dan/atau perkembangan teknologi informasi.
4. Merekomendasikan penyesuaian kebijakan yang diperlukan kepada Direksi.
EVALUASI KEBIJAKAN STRATEGIS

Penerapan sistem pengendalian intern yang efektif perlu didukung dengan


MENGEVALUASI KEBIJAKAN struktur organisasi yang memadai dan pegawai yang dapat bekerja secara
KEPEGAWAIAN professional. BPR harus memiliki kebijakan kepegawaian yang baik dan
transparan serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kebijakan yang bersifat Langkah-Langkah evaluasi: Zpro Dilarang menyalin dan/atau


mengutip sebagian atau seluruh isi
strategis di bidang 1. Mengidentifikasi peraturan perundang-undangan di modul ini dengan cara apapun
tanpa izin sah dari penulis
kepegawaian antara lain bidang ketenagakerjaan yang berlaku.
IR. ZINSARI, MM,MBA

kebijakan mengenai: 2. Mengevaluasi kesesuaian kebijakan kepegawaian


▪ sistem rekrutmen terhadap ketentuan ketenagakerjaan.
▪ sistem promosi dan demosi 3. Memastikan kesesuaian kebijakan kepegawaian
▪ sistem remunerasi dengan visi-misi BPR serta memenuhi prinsip
transparansi dan berkeadilan.
▪ program pengembangan
4. Merekomendasikan penyesuaian kebijakan yang
pegawai
diperlukan kepada Direksi.
▪ mekanisme pemberhentian
pegawai
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 7:
Mengevaluasi/Menetapkan
Rencana Bisnis
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


MENGEVALUASI/MENETAPKAN RENCANA BISNIS

RENCANA BISNIS REALISTIS RENCANA STRATEGIS & PENETAPAN TARGET


Penyusunan rencana bisnis dimulai dengan penetapan
Rencana bisnis harus disusun secara matang, realistis
kebijakan umum dan rencana strategis untuk mencapai
dan komprehensif, sehingga dapat digunakan sebagai
tujuan BPR. Penetapan target yang ingin dicapai
dasar untuk memberikan arah kebijakan dalam
berdasarkan jangka waktu tertentu.
melaksanakan kegiatan usaha untuk mencapai visi dan
misi BPR. Rencana Bisnis yang realistis harus
Untuk mencapai target tersebut, maka ditetapkanlah
mempertimbangkan:
kegiatan usaha yang akan dilakukan dan rencana
1. Faktor ekstern dan intern
pengembangan usaha, struktur organisasi dan sumber
2. Prinsip kehati-hatian
daya manusianya, termasuk pengembangan
3. Asas perbankan yang sehat
infrastrukturnya.
sehingga terukur dan dapat dicapai.

Faktor-faktor yg dpt memengaruhi kelangsungan usaha:


1. Faktor Ekstern
❑ Kondisi perekonomian
❑ Perkembangan teknologi
2. Faktor Intern
❑ Kondisi keuangan
❑ Manajemen dan sumber daya manusia
❑ Kemampuan infrastruktur, termasuk teknologi
informasi
MENGEVALUASI/MENETAPKAN RENCANA BISNIS

TARGET PERTUMBUHAN EVALUASI PENETAPAN TARGET PENYALURAN


KREDIT
Bisnis utama BPR adalah penyaluran kredit, maka
rencana jangka pendek, 1 tahun ke depan lebih Hal yang perlu dievaluasi adalah:
diarahkan target pertumbuhan portfolio kredit. 1. Apakah BPR memiliki likuiditas yang cukup untuk
mendanai penyaluran kredit? Periksa rasio CR dan
Berapa pertumbuhan kredit tahun depan? LDR dan kecukupan pendanaan inti.
Target haruslah realistis, sehingga perlu 2. Apakah BPR memiliki modal yang cukup kuat
mempertimbangkan hal-hal berikut: untuk ekspansi kredit? Periksa rasio KPMM.
❑ Indikator makro ekonomi 3. Apakah tingkat pertumbuhan kredit tersebut
❑ Tingkat pertumbuhan sebelumnya realistis?
❑ Tingkat pertumbuhan rata-rata industri
Jika pertumbuhan kredit meningkat
cukup signifikan, maka perlu
Apa korelasi antara pertumbuhan dievaluasi lebih lanjut:
ekonomi dengan pertumbuhan kredit 1. Apakah ada potensi pasarnya?
perbankan? 2. Apakah ada rencana pengembangan sumber daya
pelajari pengalaman manusia yang mendukung?
beberapa tahun terakhir... 3. Apakah didukung oleh infrastruktur yang memadai?
MENGEVALUASI/MENETAPKAN RENCANA BISNIS

EVALUASI TARGET PENGHIMPUNAN DANA EVALUASI PROYEKSI PENDAPATAN DAN BEBAN


Sumber pendanaan dapat berasal dari:
Sumber pendapatan utama BPR dapat berasal
❑ Simpanan Masyarakat, berupa tabungan dan
pendapatan bunga, sementara beban terutama berasal
deposito.
dari beban bunga dan beban tenaga kerja.
❑ Simpanan Bank Lain, dapat berupa tabungan dan
deposito. Evaluasi fokus pada:
❑ Pinjaman yang diterima. 1. Berapa tingkat pendapatan bunga secara efektif
terhadap oustanding kredit? Apakah wajar
Evaluasi fokus pada: nilainya?
1. Apakah penghimpunan dana realistis? 2. Evaluasi kewajaran beban bunga dengan
2. Jika merencanakan adanya pinjaman dari bank lain, memperhatikan komposisi sumber dana.
apakah BPR memenuhi syarat untuk memperoleh 3. Evaluasi kewajaran beban tenaga kerja dengan
pinjaman dari bank lain? memperhatikan rencana SDM.
3. Penempatan deposito dari BPR lain merupakan 4. Evaluasi juga kewajaran pendapatan non
pendanaan non inti, maka perlu dievaluasi potensi operasional dan beban non operasional, jika cukup
risiko likuiditasnya, jika dananya digunakan untuk material nominalnya.
penyaluran kredit.
MENGEVALUASI/MENETAPKAN RENCANA BISNIS

EVALUASI RISIKO-RISIKO PENYESUAIAN RENCANA BISNIS


Beberapa risiko yang mungkin dihadapi BPR, apakah OJK berwenang meminta BPR untuk melakukan
sudah diupayakan untuk memperkecil risiko tersebut? penyesuaian terhadap Rencana Bisnis yang disampaikan
oleh BPR, apabila:
❑ Seberapa besar ketergantungan BPR pada a. Rencana Bisnis dinilai belum memenuhi cakupan
penabung inti dan deposan inti dalam Rencana Bisnis.
penghimpunan dana. b. Proyeksi, target atau rencana yang disampaikan
❑ Risiko likuiditas jika dilihat dari komposisi jangka dalam Rencana Bisnis dinilai tidak realistis.
waktu penempatan deposito.
❑ Risiko kredit jika dilihat dari: PERUBAHAN RENCANA BISNIS
▪ Komposisi portfolio kredit kepada debitur inti BPR hanya dapat melakukan perubahan terhadap
▪ Komposisi portfolio kredit kepada sektor Rencana Bisnis, apabila terdapat:
ekonomi tertentu a. faktor ekstern dan intern yg secara signifikan
memengaruhi operasional BPR; dan/atau
b. faktor yang secara signifikan memengaruhi kinerja
BPR, berdasarkan pertimbangan OJK.

Periksa terhadap limit risk tolerance pada


Kebijakan Manajemen Risiko.
MODUL:
PENGAWASAN BPR
DEWAN KOMISARIS
PROFESIONAL

TOPIK 8:
Mengevaluasi Pelaksanaan
Rencana Bisnis
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun, termasuk
dengan cara penggunaan mesin fotocopi tanpa izin sah dari penulis

IR. ZINSARI, MM,MBA


MENGEVALUASI PELAKSANAAN RENCANA BISNIS

LAPORAN PENGAWASAN RENCANA BISNIS

Laporan Pengawasan Rencana Bisnis adalah laporan


yang disusun oleh Dewan Komisaris BPR mengenai
hasil pengawasan yang bersangkutan terhadap
pelaksanaan Rencana Bisnis sampai dengan periode
tertentu. Penilaian Dewan Komisaris tentang:
1. Pelaksanaan Rencana Bisnis berupa penilaian aspek
BPR wajib menyampaikan Laporan Pengawasan kuantitatif maupun kualitatif terhadap realisasi
Rencana Bisnis secara semesteran. Rencana Bisnis.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja BPR
antara lain faktor permodalan, kualitas aset,
rentabilitas, dan likuiditas yang mengacu pada
ketentuan mengenai penilaian tingkat kesehatan
BPR.
3. Penerapan tata kelola dan manajemen risiko.
4. Hasil pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
perkreditan dan prosedur perkreditan.
5. Upaya memperbaiki kinerja BPR, apabila menurut
penilaian yang bersangkutan kinerja BPR terdapat
penurunan kinerja.
MENGEVALUASI PELAKSANAAN RENCANA BISNIS

PELAKSANAAN RENCANA BISNIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

Penilaian Dewan Komisaris tentang pelaksanaan Penilaian Dewan Komisaris terhadap faktor-faktor
Rencana Bisnis berupa penilaian aspek yang mempengaruhi kinerja BPR antara lain faktor
kuantitatif maupun kualitatif terhadap realisasi permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas
Rencana Bisnis. yang mengacu pada ketentuan mengenai penilaian
tingkat kesehatan BPR
Laporan disampaikan dengan menyajikan:
❑ Perbandingan antara rencana dan realisasi laporan
posisi keuangan dan laporan perhitungan laba/rugi.
❑ Evaluasi terhadap realisasi tersebut, termasuk
kendala atau masalah yang dihadapi.

Beri penjelasan mengenai


pencapaian rasio-rasio,
termasuk permasalahan
yang dihadapi.
MENGEVALUASI PELAKSANAAN RENCANA BISNIS

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN


PENERAPAN TATA KELOLA & MANAJEMEN RISIKO
PERKREDITAN DAN PROSEDUR PERKREDITAN

Penilaian Dewan Komisaris tentang penerapan tata


Hasil pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
kelola dan manajemen risiko:
dan prosedur perkreditan:
❑ Beri penjelasan mengenai pencapaian rencana a. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian Kredit
penerapan tata kelola dan manajemen risiko. berupa:
❑ Bilamana ada kesenjangan, jelaskan faktor-faktor 1) Penilaian terhadap penerapan kebijakan perkreditan dan
yang mempengaruhinya. prosedur perkreditan;
2) Pemenuhan PPAP;
3) Batas Maksimum Pemberian Kredit;
4) Kredit kepada pihak terkait, debitur grup, dan/atau
debitur besar tertentu; dan
5) Penanganan Kredit bermasalah, yaitu: restrukturisasi
kredit, pengambilalihan agunan, hapus buku, dan/atau
hapus tagih.
b. Penilaian terhadap pelaksanaan penanganan Kredit
bermasalah yg disertai dg penjelasan mengenai faktor
penyebab Kredit bermasalah serta upaya yg telah
dilakukan.
c. Saran dan rekomendasi Dewan Komisaris terhadap
pelaksanaan kebijakan perkreditan.
MENGEVALUASI PELAKSANAAN RENCANA BISNIS

UPAYA MEMPERBAIKI KINERJA

Penilaian Dewan Komisaris mengenai upaya


memperbaiki kinerja BPR, apabila terdapat
penurunan kinerja BPR yang ditunjukkan oleh rasio-
rasio tingkat kesehatan.

❑ Bandingkan rasio-rasio TKS periode laporan


terhadap periode sebelumnya, jika menjadi lebih
buruk berdasarkan penilaian tingkat kesehatan
atau praktek terbaik.
❑ Beri uraian upaya apa saja yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki kinerja.

Contoh laporan
pengawasan
rencana bisnis

silahkan cek file


yang telah
di-share
sekilas tentang narasumber
Consulting

Zinsari adalah seorang praktisi sekaligus teknolog di


bidang pendidikan dan pelatihan kompetensi kerja,
seorang insinyur teknik elektro yang juga mengenyam
pendidikan di bidang manajemen, keuangan dan
perbankan. Memulai karir sebagai guru SMA, praktisi
teknologi informasi, dosen perbankan, hingga level
manajemen puncak di perbankan. Memiliki pengalaman
kerja lebih 15 tahun di bidang teknologi informasi, lebih
dari 20 tahun di bank perkreditan rakyat dan pengalaman
memberi pelatihan dan asesmen kompetensi lebih dari 15
tahun.
Melatih lebih dari 10.000 peserta baik di sektor jasa
keuangan, akademisi, birokrat dan praktisi di berbagai
institusi maupun sektor industri.
Zinsari juga seorang Master Asesor, Lead Asesor, Master
Trainer, Penyusun SKKNI, Penyusun modul pelatihan,
Pembuat Materi Uji dan seorang Penulis.

IR. ZINSARI, MM, MBA....

Anda mungkin juga menyukai