Dalam praktik untuk perumusan SOP GCG diawali dari Direktur Kepatuhan
(Compliance Director) yang diangkat oleh Direktur Utama dan fungsi kepatuhan ini
bertugas untuk memberikan aturan petunjuk pelaksana (juklak) dan aturan petunjuk
teknis (juknis) dan seorang Direktur yang melakukan tugas fungsi kepatuhan mengangkat
seorang “Satuan Kerja Kepatuhan” (SKK), yang dibantu satuan pengawas internal (SPI)
dan SKAI ( Satuan Kerja Audit Internal ).
Di dalam draf KNKG tersebut dikatakan beberapa hal, mengapa diperlukan GCG
berbasis manajemen resiko. Alasan yang pertama, manajemen risiko merupakan bagian
yang tidak bisa dipisahkan dari pelaksanaan corporate governance karena peran
manajemen risiko dalam memberikan jaminan atas pencapaian sasaran keberhasilan
usaha perusahaan. Kedua, pelaksanaan manajemen risiko yang baik memerlukan prinsip-
prinsip governance, Ketiga, risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
organisasi dan kegiatan utama organisasi ataupun proses lain organisasi. Manajemen
risiko jadi bagian yang tidak terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam
memastikan tercapainya sasaran organisasi. Maka manajemen risiko haruslah
diintegrasikan sepenuhnya ke dalam good corporate governance organisasi untuk lebih
memberikan kepastian terhadap pencapaian sasaran organisasi.
Gambar 1: Operasionalisasi kerangka kerja dan proses GCG berbasis manajemen risiko
Penjelasan :
- Pihak Direktur Utama membuat SOP Akuntansi dan IT, SOP Budget
dan Pelaporan dengan proses yang sama untuk mendapat persetujuan
dari pihak DEKOM.
(Keterangan : Fungsi Audit Internal ini adalah sebagai alat untuk membantu
memastikan bahwa BPR tersebut dapat mengelola dana yang terhimpun dan
masyarakat dan mampu mengamankan kegiatan bank sehingga dapat
menunjang program pembangunan Pemerintah.
( Proses Penyusunan Perintah Kerja / Working Instructions )
Penjelasan :
Rencana Strategis
Mapping
Rapat Komite diinisiasi oleh Direktur yang membidangi, dan dihadiri oleh
semua elemen (DEKOM-DIREKSI-KOMITE-MANAJER/Spv. Unit)
1) Anggota Komite Audit paling kurang terdiri dari : (i) seorang Komisaris
Independen; (ii) seorang dari pihak Independen yang memiliki keahlian di
bidang keuangan atau akuntansi; (iii) seorang dari Pihak Independen yang
memiliki keahlian di bidang hukum atau perbankan;
2) Anggota Komite Pemantau Risiko paling kurang terdiri dari : (i) seorang
Komisaris Independen; (ii) seorang pihak Independen yang memiliki
keahlian di bidang keuangan; (iii) seorang Pihak Independen yang
memiliki keahlian di bidang manajemen risiko;
3) Anggota Komite Remunerasi dan Nominasi paling kurang terdiri dari: (i)
seorang Komisaris Independen; (ii) seorang Komisaris; dan (iii) Pejabat
Eksekutif.
Kemudian tugas dan tanggung jawab Komite-komite tersebut antara lain yang
disebutkan dalam PBI No. 8/4/PBI/2006 tersebut adalah :
1) Komite Audit
1) Rapat antar unit (SBU) menghasilkan petunjuk teknis (Juknis) untuk dijalankan
terlebih dahulu,
PROSES AWAL ( 1 ) :
PROSES KEDUA ( 2 ) :
PROSES KETIGA ( 3 ) :
Berdasarkan penjelasan di tahap awal maka yang dimaksud dengan SOP GCG adalah
serangkaian sistem kerja terintegrasi antar masing-masing unit kerja (SBU) dalam
organisasi perusahaan (BPR) yang terstruktur secara sistematis yang menggambarkan
alur proses kerja yang saling terkait dalam membentuk sistem manajemen yang
sesuai dengan sistem tata kelola perusahaan yang baik (GCG). Secara umum proses
tersebut dapat digambarkan dalam sistem sebagai berikut :
Gb 2.
Penjelasan :
1) Progam GCG mencakup tiga komponen dalam proses penyusunan SOP yakni:
2) SOP GCG dibentuk dari ketiga komponen yang saling berintegrasi yakni :
Sistem Manajemen