Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN MANAJEMEN

RISIKO
BANK PERKREDITAN RAKYAT
(Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.03/2015)

Mataram, 1 September 2016


Risiko yang dihadapi BPR semakin kompleks

Untuk menciptakan sektor keuangan yang tumbuh secara


berkelanjutan dan stabil serta memiliki daya saing yang tinggi

upaya memperkuat kelembagaan dan meningkatkan reputasi


industri Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan arah kebijakan
pengembangan Bank Perkreditan Rakyat

2
Penerapan Manajemen Risiko

Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris


Dalam rangka pengawasan penerapan Manajemen Risiko , wajib ditetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
Kewenangan & Tanggung Jawab
Direksi Dewan Komisaris
1. Menyusun kebijakan dan pedoman penerapan
Manajemen Risiko secara tertulis 1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan
2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko;
dan pedoman penerapan Manajemen Risiko dan 2. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas
eksposur Risiko yang diambil BPR secara keseluruhan pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko
3. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang
memerlukan persetujuan Direksi 3. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan
4. Mengembangkan budaya Manajemen Risiko pada Direksi yang berkaitan dengan transaksi yang
seluruh jenjang organisasi memerlukan persetujuan Dewan Komisaris
5. Memastikan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia yang terkait dengan Manajemen Risiko
6. Memastikan bahwa fungsi Manajemen Risiko telah
beroperasi secara independen

Direksi harus memiliki pemahaman yang memadai mengenai Risiko yang melekat pada seluruh aktivitas fungsional
BPR dan mampu mengambil tindakan yang diperlukan sesuai dengan profil Risiko BPR

3
Penerapan Manajemen Risiko

Kecukupan kebijakan, prosedur, dan limit


Kebijakan Manajemen Risiko paling Sedikit Meliputi:
a. penetapan Risiko yang terkait dengan kegiatan usaha, produk, dan layanan BPR;
b. penetapan sistem informasi Manajemen Risiko;
c. penentuan limit dan penetapan toleransi Risiko;
d. penetapan penilaian peringkat Risiko;
e. penyusunan rencana darurat (contingency plan) dalam kondisi terburuk; dan
f. penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan Manajemen Risiko.

Prosedur Manajemen Risiko Paling Sedikit Meliputi:


a. jenjang delegasi wewenang dan pertanggungjawaban yang jelas; dan
b. dokumentasi prosedur dan penetapan limit Risiko secara memadai.

Penetapan Limit Risiko Meliputi:


a. limit secara keseluruhan;
b. limit per jenis Risiko; dan
c. limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur Risiko.

4
Penerapan Manajemen Risiko

Kecukupan Proses dan Sistem

IDENTIFIKASI PENGUKURAN
Analisis terhadap : Melakukan :
a. karakteristik Risiko yang a. evaluasi terhadap kesesuaian asumsi,
melekat pada BPR; dan sumber data, dan prosedur yang
b. Risiko dari kegiatan usaha, digunakan untuk mengukur Risiko; dan
produk, dan layanan BPR. b. penyesuaian terhadap proses
pengukuran Risiko apabila terdapat
PEMANTAUAN perubahan yang bersifat material
pada kegiatan pelayanan BPR,
a. evaluasi terhadap eksposur
produk, dan faktor Risiko.
Risiko; dan
b. penyesuaian proses pelaporan
apabila terdapat perubahan PENGENDALIAN
yang bersifat material pada
kegiatan usaha BPR, produk, untuk mengelola Risiko yang
faktor Risiko, teknologi informasi, dapat membahayakan
dan sistem informasi Manajemen kelangsungan usaha BPR
Risiko.
5
Penerapan Manajemen Risiko

Kecukupan Proses dan Sistem


Sistem Informasi Manajemen Risiko paling sedikit meliputi laporan
atau informasi mengenai:
a. eksposur Risiko;
b. kepatuhan terhadap kebijakan Manajemen Risiko;
c. kepatuhan terhadap prosedur Manajemen Risiko dan penetapan
limit Risiko; dan
d. realisasi penerapan Manajemen Risiko dibandingkan dengan
target yang ditetapkan.

Laporan atau informasi yang dihasilkan dari sistem informasi


Manajemen Risiko disampaikan secara berkala kepada Direksi.

6
Penerapan Manajemen Risiko

SISTEM PENGENDALIAN INTERN


Sistem Pengendalian Intern yang menyeluruh paling sedikit meliputi:
a. kesesuaian sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat Risiko yang melekat
pada kegiatan usaha dan jenis layanan BPR;
b. penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan kebijakan
Manajemen Risiko;
c. penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan prosedur
Manajemen Risiko dan penetapan limit Risiko;
d. penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas;
e. struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha BPR;
f. pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu;
g. kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan BPR terhadap peraturan
perundang-undangan;
h. dokumentasi secara lengkap dan memadai; dan
i. verifikasi dan reviu terhadap sistem pengendalian intern.

7
8
Kredit Operasional Kepatuhan Likuiditas Stratejik Reputasi

1 2 3 4 5 6
BPR dengan modal inti < Rp 50 M dan memiliki

6
BPR yang memiliki modal inti > total aset > Rp 300 M dan memenuhi kondisi
Rp 50 M wajib menerapkan sebagai berikut:
1. memiliki paling sedikit 10 kantor cabang;
Manajemen Risiko untuk atau dan/atau
seluruh jenis Risiko 2. melakukan kegiatan sebagai penerbit Risiko
kartu ATM/kartu debit.

BPR yang memiliki modal inti > Rp 50 M dan

4
BPR dengan modal inti > Rp memiliki total aset < Rp 300 M dan memenuhi
15 M < Rp 50 M wajib kondisi sebagai berikut:
atau 1. memiliki kurang dari 10 kantor cabang;
menerapkan Manajemen Risiko
dan
paling sedikit untuk 4 Risiko 2. tidak melakukan kegiatan sebagai
Risiko
penerbit kartu ATM/kartu debit

BPR yang memiliki modal inti <

3
Rp 15 M wajib menerapkan
Manajemen Risiko paling
sedikit untuk 3 Risiko
Risiko
9
Standar Organisasi Manajemen Risiko BPR

BPR MI < Rp 50 M BPR MI > Rp 50 M < Rp 80M BPR MI > Rp 80 M

wajib menunjuk satu orang Pejabat wajib membentuk satuan kerja wajib membentuk:
Eksekutif yang bertanggung jawab Manajemen Risiko a. Komite Manajemen Risiko; dan
terhadap penerapan fungsi b. satuan kerja Manajemen Risiko.
Manajemen Risiko

BPR MI < Rp 80 M dapat membentuk Komite Manajemen Risiko

Komite Manajemen Risiko


Paling sedikit terdiri dari: Anggota Direksi dalam Komite Manajemen Risiko tidak termasuk
a. Mayoritas Direksi; dan direktur utama dan paling sedikit terdiri dari anggota Direksi yang
b. Pejabat Eksekutif terkait. membawahkan fungsi kepatuhan.

Wewenang dan tanggung jawab Komite Manajemen Risiko memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama,
yang paling sedikit meliputi:
a. penyusunan kebijakan dan pedoman penerapan Manajemen Risiko;
b. perbaikan dan/atau penyempurnaan pelaksanaan Manajemen Risiko berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaan Manajemen Risiko; dan
c. pertimbangan dan/atau penetapan hal-hal yang terkait dengan keputusan operasional yang menyimpang
dari prosedur normal.
10
Satuan kerja Manajemen Risiko serta Pejabat Eksekutif harus independen terhadap fungsi operasional
yaitu tidak menangani fungsi penghimpunan dan penyaluran dana serta tidak melaksanakan fungsi
audit intern.

Satuan kerja Manajemen Risiko serta Pejabat Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada anggota
Direksi yang membawahkan fungsi Manajemen Risiko.
Anggota Direksi yang membawahkan fungsi manajemen risiko dapat merangkap sebagai anggota
direksi yang membawahkan fungsi kepatuhan

Wewenang dan tanggung jawab satuan kerja Manajemen Risiko atau Pejabat Eksekutif yang ditunjuk
bertanggung jawab menerapkan fungsi Manajemen Risiko meliputi:
a. pemantauan pelaksanaan kebijakan dan pedoman penerapan Manajemen Risiko yang telah disetujui
oleh Direksi;
b. pemantauan posisi Risiko secara keseluruhan, per jenis Risiko, dan per jenis aktivitas fungsional;
c. pengkajian usulan penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru;
d. penyampaian rekomendasi kepada satuan kerja atau pegawai yang menangani fungsi operasional
dan Komite Manajemen Risiko, sesuai kewenangan yang dimiliki; dan
e. penyusunan dan penyampaian laporan profil Risiko secara berkala kepada anggota Direksi yang
membawahkan fungsi Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko.

11
Rencana Tindak Penerapan Manajemen Risiko

Profil Risiko

Produk & Aktivitas Baru

Profil Risiko Lain

12
Rencana Tindak (Action Plan)
 BPR wajib menyusun dan menyampaikan laporan rencana tindak (action plan) kepada OJK
paling lambat 30 Juni 2016.
 OJK dapat meminta BPR untuk melakukan penyesuaian terhadap laporan rencana tindak
apabila rencana tindak BPR dinilai belum sepenuhnya memenuhi persyaratan minimum yang
diatur dalam POJK ini dan ketentuan pelaksanaan terkait lainnya
 Batas waktu penyelesaian rencana tindak dan/atau penyelesaian terhadap rencana tindak
yang telah disesuaikan bagi BPR dengan modal inti:
a. paling sedikit Rp 50 M paling lambat tanggal 30 Juni 2018; atau
b. kurang dari Rp 50 M paling lambat tanggal 30 Juni 2019.
 Batas waktu penyelesaian rencana tindak harus memperhatikan batas waktu pembentukan
Komite Manajemen Risiko, satuan kerja Manajemen Risiko, dan/atau penunjukan Pejabat
Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap penerapan fungsi Manajemen Risiko.

13
Realisasi Rencana Tindak (Action Plan)

 BPR wajib menyampaikan laporan realisasi rencana tindak penerapan Manajemen Risiko
setiap semester kepada Otoritas Jasa Keuangan.
 Laporan realisasi rencana tindak penerapan Manajemen Risiko disampaikan paling lambat:
• 31 Juli untuk laporan semester pertama
• 31 Januari tahun berikutnya untuk laporan semester kedua
 Laporan realisasi rencana tindak penerapan Manajemen Risiko pertama kali disampaikan
untuk laporan semester pertama tahun 2017.
 Dalam hal BPR telah merealisasikan seluruh rencana tindak penerapan Manajemen Risiko
sebelum batas waktu dan telah dilaporkan kepada OJK, BPR tidak perlu menyampaikan
laporan realisasi rencana tindak penerapan Manajemen Risiko untuk semester berikutnya.

14
Laporan Profil Risiko
1. Laporan profil Risiko yang disampaikan oleh BPR wajib memuat materi yang sama dengan laporan profil Risiko
yang disampaikan oleh satuan kerja Manajemen Risiko atau Pejabat Eksekutif yang ditunjuk bertanggung jawab
menerapkan fungsi Manajemen Risiko kepada anggota Direksi yang membawahkan fungsi Manajemen Risiko
dan kepada Komite Manajemen Risiko.
2. Laporan profil Risiko disampaikan paling lambat:
a. tanggal 31 Juli untuk laporan semester pertama; dan
b. tanggal 31 Januari tahun berikutnya untuk laporan semester kedua.

BPR dengan modal inti > Rp 50M BPR yang memiliki modal inti > Rp BPR yang memiliki modal inti < Rp
dan BPR sesuai Pasal 3 15 M & < Rp 50M dan BPR sesuai 15M
ayat (6) Pasal 3 ayat (5)
menyampaikan pertama kali laporan menyampaikan untuk pertama kali menyampaikan untuk pertama kali
profil Risiko meliputi: laporan profil Risiko meliputi: laporan profil Risiko meliputi:
a. 3 Risiko yaitu Risiko kredit, a. 2 Risiko yaitu Risiko kredit dan a. 1 Risiko yaitu Risiko kredit untuk
operasional, dan kepatuhan untuk operasional untuk semester kedua semester kedua tahun 2019; dan
semester kedua tahun 2018; dan tahun 2019; dan b. 3 Risiko yaitu Risiko kredit,
b. 6 Risiko yaitu Risiko kredit, b. 4 Risiko yaitu Risiko kredit, operasional, dan kepatuhan untuk
operasional, likuiditas, kepatuhan, operasional, likuiditas, dan semester kedua tahun 2021.
reputasi, dan stratejik untuk kepatuhan untuk semester kedua
semester kedua tahun 2020. tahun 2021.

15
Laporan Produk & Aktivitas baru

BPR wajib menyampaikan laporan produk dan aktivitas baru kepada OJK, yang terdiri atas:
a. laporan rencana disampaikan paling lambat 30 hari kerja sebelum penerbitan produk dan/atau
pelaksanaan aktivitas baru.; dan
b. laporan realisasi wajib disampaikan paling lambat 10 hari kerja setelah penerbitan produk
dan/atau pelaksanaan aktivitas baru.
Selain memenuhi ketentuan pelaporan, penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru yang
memenuhi kriteria wajib dicantumkan dalam rencana bisnis BPR.

OJK dapat menetapkan BPR untuk tidak menerbitkan produk dan/atau melaksanakan
aktivitas baru yang direncanakan jika:
a. tidak sesuai dengan rencana penerbitan produk dan aktivitas baru yang
dilaporkan kepada OJK;
b. berpotensi menimbulkan kerugian yang signifikan terhadap kondisi keuangan BPR;
dan
c. tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

16
Batas Waktu Penyampaian Laporan

Laporan Rencana, Laporan Realisasi Rencana Tindak, Laporan Profil Risiko, Laporan Realisasi Penerbitan Produk dan
Pelaksanaan Aktivitas Baru, dan Laporan Profil Risiko Lain
Terlambat Tidak Menyampaikan
Laporan melampaui batas akhir waktu penyampaian Setelah melewati batas waktu keterlambatan.
laporan sampai dengan 1 (satu) bulan setelah batas akhir
waktu penyampaian laporan.

Laporan Rencana Penerbitan Produk dan Pelaksanaan Aktivitas Baru


Terlambat Tidak Menyampaikan
Laporan disampaikan kurang dari 30 (tiga puluh) hari kerja Laporan disampaikan pada saat atau setelah penerbitan
sebelum penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru.
baru.

17
Sanksi Laporan Profil Risiko

BPR yang menyampaikan laporan profil Risiko yang Selain sanksi administratif berupa teguran tertulis dan sanksi
berdasarkan penilaian OJK dinyatakan tidak benar kewajiban membayar berupa denda, BPR juga dikenakan
dan/atau tidak lengkap secara signifikan dikenakan sanksi administratif berupa:
sanksi administratif berupa teguran tertulis dan a. penurunan tingkat kesehatan BPR; dan/atau
sanksi kewajiban membayar berupa denda sebesar b. pencantuman pengurus dalam daftar pihak-pihak yang
Rp10.000.000,00. memperoleh predikat tidak lulus.

Pengenaan sanksi kewajiban membayar berupa denda dilakukan setelah


BPR diberikan 2 kali surat teguran oleh OJK dengan tenggang waktu
masing-masing 10 hari kerja untuk setiap teguran dan BPR tidak
menyampaikan atau tidak memperbaiki laporan profil Risiko dalam jangka
waktu 10 hari kerja setelah surat teguran terakhir.

Sanksi Pasal 25

BPR yang terlambat menyampaikan laporan,


dikenakan sanksi kewajiban membayar berupa denda BPR yang tidak menyampaikan laporan dikenakan sanksi
sebesar Rp100.000,00 per hari keterlambatan per kewajiban membayar berupa denda sebesar
laporan dengan denda paling banyak sebesar Rp5.000.000,00 per laporan.
Rp3.000.000,00 per laporan.

18
Sanksi Penyampaian Laporan Profil Risiko

1. Pengenaan sanksi terhadap penyampaian profil risiko untuk BPR yang wajib menyampaikan 3 risiko
periode semester kedua tahun 2018 mulai diterapkan untuk penyampaian laporan posisi 31 Desember
2019
2. Pengenaan sanksi terhadap penyampaian profil risiko untuk BPR yang wajib menyampaikan 2 risiko atau
1 risiko periode semester kedua tahun 2019 mulai diterapkan untuk penyampaian laporan posisi 31
Desember 2020

19
Ketentuan Peralihan
Pembentukan Komite Manajemen Risiko, satuan kerja Manajemen Risiko, dan/atau
penunjukan satu orang Pejabat Eksekutif yang bertanggung jawab terhadap
penerapan fungsi Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 oleh BPR
yang telah memperoleh izin usaha sebelum ketentuan ini berlaku, dilakukan paling
lambat pada tanggal 31 Desember 2017.

Ketentuan Penutup
• Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini diatur dengan
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.
• Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
yaitu pada tanggal 12 November 2015.

20

Anda mungkin juga menyukai