Anda di halaman 1dari 14

Analisis Penerapan Cadangan Kerugian

Penurunan Nilai (PSAK 55)


Posted on September 22, 2016
WP/IBC/ 09/2016

Indonesian Banker’s Club

Working Paper
Klau Victor Apryantho

Member of Indonesian Banker’s Club

(PT. Bank Pembangunan Daerah Banten, Tbk)

September 2016
Pendapat, saran dan kesimpulan yang disampaikan penulis dalam paper ini
hanyalah bersifat pribadi dari penulis itu sendiri, dan bukanlah saran, pendapat dan
kesimpulan dari Indonesia Banker’s Club

(IBC). Apabila ada kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan silahkan kritik dan
saran di kembangkan lagi dalam paper yang lebih baik lagi. Semangat belajar.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.

Kita semua sepakat dan setuju bahwa pengertian Bank secara sederhana yakni
sebagai lembaga keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat untuk menghidupi
perekonomian masyarakat dalam bentuk kredit. Seiring perkembangan yang begitu
pesat saat ini bisnis perbankan mulai tumbuh dan segmentasi bisnis bank semakin
berwarna. Bank yang awal mulanya hanya diketahui sebagai tempat untuk
menabung dan meminjam uang kini merambah pada beberpa bisnis
diantaranya bancassurance, dana dan jasa, e-banking, investment dan kini yang
lagi marak yakni tax amnesty. Namun, satu peran yang tak bisa lekang oleh waktu
pada bisnis perbankan yang merupakan sumber penghidupan bisnis bank yakni
segmentasi kredit. Ada berbagai macam jenis kredit yang ditawarkan oleh
perbankan saat ini dengan loan pricing yang bersaing.

Dalam rangka menyelaraskan standar akuntasi keuangan khususnya untuk


perbankan Indonesia serta sejalan dengan upaya peningkatan market discipline.
Bank Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) unutk
menyusun Standar Akuntansi Keuangan

No.55 (revisi 2011) mengenai Instrument keuangan “Pengakuan dan Pengukuran”


yang mengadopsi IAS 39 mengenai financial instruments. Permasalahan
permasalahan yang bisa timbul dalam industri perbankan Indonesia adalah :

 Mengenai Peniyisihan Kerugian Kredit (Loan – Loss Provisioning)


atau Cadangan Keruigian Penurunan Nilai (CKPN). Penyisihan
kerugian kredit (Loan – LossProvisioning) adalah penyisihan
(provisioning) kerugian atas portfolio kredit danpendanaannya yang
mengalami penurunan nilai ekonomi. Penyisihan kerugian ini penting
untuk dilakukan sehingga laporan keuangan bank tersebut
mencerminkan keadaan yang sebenarnya (representation faithfulness)

 Penulis hanya membatasi tulisan ini pada CKPN sebagai bahan dasar
untuk pembelajaran bersama.

2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengatahui dan atau mempelajari sejauh mana
penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai.

3. Pengenalan PPAP dan CKPN

Pertumbuhan kredit yang terus meningkat ini sudah tentu dibarengi dengan resiko
yang ada, dan yang paling ditakuti bank adalah resiko default dari kredit itu
sendiri. Tak ada manusia yang sempurna. Begitupun kredit, tak ada kredit yang tak
luput dari resiko. Resiko itu bisa terjadi karena dari pihak bank itu sendiri atau juga
dari factor eksternal. Namun bagaimana inisiasi awal kredit itu dengan baik
sehingga bisa meminimalkan kerugian. Bagaimana cara bank mengatasi kerugian
kreditnya? Oleh karena itu, untuk mengatasinya maka bank wajib membentuk atau
menyisihkan dana untuk menutupi risiko atas kerugian kredit bank tersebut. Dalam
Surat Keputusan Direksi Bank IndonesiaNo.31/147/KEP/DIR tanggal 12
November

1998, pembentukkan atau penyisihan dana itu disebut dengan istilah PPAP atau
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam pembentukkan cadangan atau
penyisihan aktifa produktif tersebut berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit
tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Kolektibilitas 1 : < 1%

2. Kolektibilitas 2 : 5%

3. Kolektibilitas 3: 15% x (kredit KL – Nilai Agunan)

4. Kolektibilitas 4: 50% x (kredit diragukan – Nilai Agunan)

5. Kolektibilitas 5: 100% x (kredit macet – Nilai Agunan)

Sampai disini masih paham ya…..hehehehe…

Nah, setelah adanya revisi PSAK 55 pada tahun 2006, maka istilah PPAP diganti
dengan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai ). Dalam CKPN,
pembentukkan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi kredit debitur yang
dilakukan oleh bank. Jika menurut bank terdapat bukti obyektif bahwa kredit
tersebut mengalami impairment (penurunan), maka bank itu harus membentuk
dana atau cadangan atas kredit tersebut. Mengingat hasil evaluasi kredit debitur
tersebut didasarkan pada putusan masing – masing bank, maka tiap – tiap bank
memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan dana untuk kreditnya.
Walaupun begitu, kebijakan bank itu pun tidak boleh melenceng dari beberapa
kiriteria yang terdapat dalam PAPI. Adapun ketentuan pengukuran cadangan
menurut CKPN berdasarkan PAPI revisi 2008 dapat dibagi menjadi.

1. Individual

Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN individual
dengan menggunakan metode seperti dibawah ini :

 Discounted Cash Flow, estimasi arus kas masa akan datang (


pembayaran pokok + bunga ) yang di diskonto dengan suku bunga.

 Fair Value of Collateral, dengan memperhitungkan nilai arus kas atas


jaminan atau agunan di masa yang akan datang.

 Observable Market Price, ditentukkan dari harga pasar dari kredit


tersebut.
2. Kolektif

Ada beberapa ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif
ini. Berikut ketentuan ketentuan tersebut.

 Dilhat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa yang


akan datang

 Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur


setelah dikurangi tingkat pengembalian kreditnya.

Dalam menetapkan tingkat kerugian kelompok kredit, bank menggunakan


pendekatan metode statistic (statistic model analysis) dengan formula dan
parameter sebagai berikut :

Tingkat Kerugian = PD x LGD x LIP

1. Probability of default (PD), yaitu tingkat kemungkinan kegagalan


debitur memenuhi kewajiban, yang diukur berdasarkan pendekatan roll
rates. Pendekatan

ini dilakukan dengan menganalisis kredit pada setiap periode tunggakan


(delinquency stage).

Bank menerapakan periode tunggakan dalam rentang waktu bulanan ( 30 hari) dan
di golongkan dalam 8 (delapan) bucket dengan kriteria sebagai berikut :

1. Bucket 1 : kredit yang tidak ada tunggakan atau kolektibilitas lancar

2. Bucket 2 : kredit dengan tunggakan (DPD) 1- 30 hari atau

kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus

3 Bucket 3 : kredit dengan tunggakan (DPD) 31- 60 hari atau

kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus

4 Bucket 4 : kredit dengan tunggakan (DPD) 61 – 90 hari atau


kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus

5 Bucket 5 : Kredit dengan tunggakan (DPD) 91 – 120 hari atau

kolektibilitas Kurang Lancar

6 Bucket 6 : Kredit dengan tunggakan (DPD) 121 – 150 hari atau

kolektibilitas Diragukan

7 Bucket 7 : Kredit dengan tunggakan (DPD) 151 – 180 hari atau

kolektibilitas Diragukan

8 Bucket 8 : Kredit dengan tunggakan (DPD) lebih besar 180 hari atau

kolektibilitas Macet

2. Loss Given Default (LGD), yaitu besarnya tingkat kerugian yang


diakibatkan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang diukur
berdasarkan pendekatan historical recoveries ataurecovery rate, formula
adalah :

LGD : 1 – recovery rate

4. Perhitungan CKPN

Bank akan membentuk penyisihan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai


(CKPN) dari kredit dibedakan berdasarkan pendekatan individual dan kolektif
adalah sebagai berikut :

4.1.Secara Individual, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai kredit dibentuk dari


selisih antara nilai tercatat kredit dengan nilai kini estimasi arus kas masa
datang yang di diskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari kredit
tersebut.
Rumus : CKPN : O/S – NPV (Jika NPV < O/S)

Catatan : NPV : Net Present Value

4.2.Secara Kolektif, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai kredit dibentuk dari


hasil perkalian tingkat kerugian kelompok kredit (CKPN rate) dengan jumlah
portofolio (O/S) kelompok

kredit tersebut

Rumus : CKPN = Tingkat Kerugian x O/S

CKPN = PD x LGD x LIP x O/S

Catatan : LGD = 1 – recovery rate

LIP : loss identification period, yaitu rasio periode antara timbulnya bukti

obyektif penurunan nilai sampai dengan kredit dinyatakan mengalami

penurunan nilai.

5. Metode Evaluasi CKPN


Proses Perhitungan Probability of Default (PD)

 Tahap 1

Pada saat akhir bulan, data dari masing masing rincian kredit per tipe kredit
(loan type) dipetakan pergerakkan posisi bucketnya (berdasarkan jumlah
hari tunggakan).

O/S Bucket H- Bucket H

1
A 5.000 1 1

B 5.500 3 4

C 13.200 6 7

D 26.000 5 6

E 73.000 4 4

F 42.500 7 8

G 50.000 3 2

H 8.400 7 6

I 6.300 1 2

J 140.000 4 5

K 67.000 5 2

L 102.000 2 3

M 62.000 3 3

M 5.000 1 Lunas

O 6.900 6 4

 Tahap 2
Berdsarkan data diatas, akan di rekapitulasikan dan di petakan dalam
bentuk matriks.

Posisi H-1 O/S Posisi H Berdasarkan Bucket (DPD) Total

Bucket DPD O/S 1 2 3 4 5 6 7 8 Lunas

New – – – – – – – – – – –
Loan

1 0 16.300 5.000 6.300 5.000 16.300

2 1-30 102.000 102.000 102.000

3 31-60 117.500 50.000 62.000 5.500 117.500

4 61-90 213.000 73.000 140.000 213.000

5 91- 93.000 67.000 26.000 93.000


120

6 121- 20.100 6.900 13.200 20.100


150

7 150- 50.900 8.400 42.500 50.900


180

8 >180 – – – – – – – – – – –

 Tahap 3

Selanjutnya matriks ini kita konversi ke dalam bentuk presentase.

Posisi H-1 O/S Posisi H Berdasarkan Bucket (DPD) Total

Bucket DPD O/S 1 2 3 4 5 6 7 8 Lunas


New – – – – – – – – – – –
Loan

1 0 100% 31% 39% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 31% 100%

2 1-30 100% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100%

3 31-60 100% 0% 43% 53% 5% 0% 0% 0% 0% 0% 100%

4 61-90 100% 0% 0% 0% 34% 66% 0% 0% 0% 0% 100%

5 91-120 100% 0% 72% 0% 0% 0% 28% 0% 0% 0% 100%

6 121- 100% 0% 0% 0% 34% 0% 0% 66% 0% 0% 100%


150

7 150- 100% 0% 0% 0% 0% 0% 17% 0% 83% 0% 100%


180

8 >180 –

Tahap 4

Dari hasil presentase yang sudah di dapatkan, maka dapat


dilakukan perhitungan Probability of Default (PD) dari
masing – masing bucket

Posisi H-1 O/S Posisi H Berdasarkan Bucket PD


(DPD)

Bucket DPD O/S 1 2 3 4 5 6 7 8 Lunas

New – – – – – – – – – – 0%
Loan

1 0 100% 31% 39% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 31% 0,2%


2 1-30 100% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0,5%

3 31- 100% 0% 43% 53% 5% 0% 0% 0% 0% 0% 0,5%


60

4 61- 100% 0% 0% 0% 34% 66% 0% 0% 0% 0% 10,1%


90

5 91- 100% 0% 72% 0% 0% 0% 28% 0% 0% 0% 15,3%


120

6 121- 100% 0% 0% 0% 34% 0% 0% 66% 0% 0% 54,8%


150

7 150- 100% 0% 0% 0% 0% 0% 17% 0% 83% 0% 83,5%


180

8. >180

 Proses Perhitungan Loss Given Default (LGD)

Formula dalam menghitung loss given default (LGD) adalah 1


– recovery rate (RR)

(Saya harap sampai sini untuk teori dasarnya teman – teman


memahaminya..kalau belum mungkin saya yang salah, tolong
diperbaiki….wkwkwk)

6. Analisis Data

Disini saya ingin mengasumsikan ada suatu bank, sebut saja


nama Bank Putri. Bank Putri mempunyai data pinjaman selama
3 tahun terakir yakni tahun 2013, 2014 dan 2015
Periode Total Lancar DPK Kurang Diraguka
Pinjaman

Pinjaman Lancar

2013 463.623.289 445.609.933 14.455.956 1.750.000 1.256.80

2014 539.623.818 509.549.188 25.600.230 2.150.750 1.347.85

2015 761.989.268 726.369.135 30.865.293 2.350.450 1.298.50

Dari tabel pergerkan pinjaman diatas selama 3 tahun


terakir,jika kita analisa dengan baik sesungguhnya di Bank
Putri pada tenggang waktu tahun 2014 ke 2015 terjadi
kenaikan pinjaman kurang lebih 1 miliar yang juga
menyebabkan kenaikan NPL yang besar, mungkin ini
diakibatkan adanya penyaluran kredit yang over sehingga ada
potensi kredit yang kurang sehat. Dari data itu kemudian kita
hitung Prosentase of default (PD)

Periode Total Lancar DPK Kurang Diragukan M


Pinjaman

Pinjaman Lancar

2013 463.623.289 96,11% 3,12% 0,38% 0,27% 0,

2014 539.623.818 94,43% 4,74% 0,40% 0,25% 0,

2015 761.989.268 95,33% 4,05% 0,31% 0,17% 0,

Setelah prosentase pergerakan kredit setiap kolektibilitas kita


hitung dan mendapat probability of defaultnya (ditentukan oleh
bank Putri sesuai dengan keadaan kredit sebelumnya), maka
kita sudah bisa menghitung CKPN dari Bank Putri.
Tahun Saldo Awal Probability CKPN

of default

2014 539.623.818.000 0,37% 1.996.608.127

2015 761.989.268.000 0,48% 3.657.548.486

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bersama bahwa terjadi


Perhitungan Cadanagn Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
Saldo awal akan dikalikan dengan 0.37% sesuai dengan
perhitungan history selama tahun 2014. Pembentukan
penyisihan aktiva pada tahun 2010 jumlahnya menjadi
1.996.608.127, sedangkan pada tahun 2015 pembentukkan
penyisihan aktiva menjadi 3.657.548.486. unutk
mendapatkan perhitungan CKPN tersebut haruslah melalui
perhitungan Probability Default.

Selain metode perhitungan, PSAK 55 juga mengatur


beberapa hal yang terkait, yaitu sebagai berikut :

1. Identifikasi bukti objektif penurunan nilai

Penetapan peristiwa peristiwa yang memenuhi kriteria


sebagai bukti objektif terjadinya penurunan nilai yang
didasarkan pada pengalaman, trend historis (experience
credit judgmenet), dan informasi yang tersedia selama ini
disertai dengan analisis dsasr perhitungan. Disamping itu
factor lain yang dapat dipertimbangkanoleh tiap tiap bank
dalam menentukkan ada atau tidaknya bukti objektif
penurunan nilai yang telah terjadi dapat dilihat pada aspek
likuiditas, solvabilitas, dan eksposur risiko usaha dan risiko
keuangan pihak debitur atau pihak penerbit, trend dan
kondisi ekonomi local dan nasional, serta informasi lain
yang mendukung. Hal tersebut harus di dokumentasikan
dalam kebijakan masing masing.

2. Signifikansi asset keuangan


Penetapan kriteria dalam pengidentifikasian ada atau
tidaknya penurunan nilai dari asset keuangan tersebut
dilakukan secara individual atau secara kolektif / kelompok.

2. Periode evaluasi

Setiap bank dapat menetapkan periode evaluasi dengan


batasan setiap akhir triwulan. Apabila terdapat bukti
objektif penurunan nilai sebelum tanggal evaluasi tersebut,
bank wajib melakukan estimasi kembali atas arus kas pada
masa dating dan CKPN yang dibentuk tanpa harus
menunggu taggal evaluasi berikutnya.

Perbedaan Perhitungan antara PPAP dan CKPN

Perhitungan PPAP Perhitungan CKPN

Nilai penyisihan cadangan = Kredit x Nilai Penyisihan atau cadanga

persentase provisi berdasarkan kualitas tunggakan kredit sebelum – N

kredit tunggakan kredit sesud

impairment (penurunan nilai)

 Perlu pengecekkan

terdapat bukti objektif

nilai (impairment)

 Perhitungan CKPN
dilakukan secara indiv

kolektif / kelompok

PPAP terhadap aktiva produktif = PPAP Cakupan komponen AP sesua

yang dibentuk / total aktiva produktif kualitas Ap yag berlaku Angk

dihitung perposisi (tidak diset

Pemenuhuan PPAP = PPAP yang telah Apabila CKPN yang terbentuk

dibentuk / PPAP yang wajib dibentuk PPA, akan digunakan modal


unutk

menambah kekuranganya.

“Demikian tulisan sederhana saya ini, saya sadar masih


banyak kekurangan dalam penulisan ini, apabila ada
tanggapan yang membangun untuk membentuk tulisan
ini jadi lebih baik dan sempurna demi pemahaman ilmu
perbankan yang lebih baik, saya sangat berterima kasih..”

Sumber : Klau Victor Apryantho

Anda mungkin juga menyukai