Working Paper
Klau Victor Apryantho
September 2016
Pendapat, saran dan kesimpulan yang disampaikan penulis dalam paper ini
hanyalah bersifat pribadi dari penulis itu sendiri, dan bukanlah saran, pendapat dan
kesimpulan dari Indonesia Banker’s Club
(IBC). Apabila ada kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan silahkan kritik dan
saran di kembangkan lagi dalam paper yang lebih baik lagi. Semangat belajar.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Kita semua sepakat dan setuju bahwa pengertian Bank secara sederhana yakni
sebagai lembaga keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat untuk menghidupi
perekonomian masyarakat dalam bentuk kredit. Seiring perkembangan yang begitu
pesat saat ini bisnis perbankan mulai tumbuh dan segmentasi bisnis bank semakin
berwarna. Bank yang awal mulanya hanya diketahui sebagai tempat untuk
menabung dan meminjam uang kini merambah pada beberpa bisnis
diantaranya bancassurance, dana dan jasa, e-banking, investment dan kini yang
lagi marak yakni tax amnesty. Namun, satu peran yang tak bisa lekang oleh waktu
pada bisnis perbankan yang merupakan sumber penghidupan bisnis bank yakni
segmentasi kredit. Ada berbagai macam jenis kredit yang ditawarkan oleh
perbankan saat ini dengan loan pricing yang bersaing.
Penulis hanya membatasi tulisan ini pada CKPN sebagai bahan dasar
untuk pembelajaran bersama.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengatahui dan atau mempelajari sejauh mana
penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai.
Pertumbuhan kredit yang terus meningkat ini sudah tentu dibarengi dengan resiko
yang ada, dan yang paling ditakuti bank adalah resiko default dari kredit itu
sendiri. Tak ada manusia yang sempurna. Begitupun kredit, tak ada kredit yang tak
luput dari resiko. Resiko itu bisa terjadi karena dari pihak bank itu sendiri atau juga
dari factor eksternal. Namun bagaimana inisiasi awal kredit itu dengan baik
sehingga bisa meminimalkan kerugian. Bagaimana cara bank mengatasi kerugian
kreditnya? Oleh karena itu, untuk mengatasinya maka bank wajib membentuk atau
menyisihkan dana untuk menutupi risiko atas kerugian kredit bank tersebut. Dalam
Surat Keputusan Direksi Bank IndonesiaNo.31/147/KEP/DIR tanggal 12
November
1998, pembentukkan atau penyisihan dana itu disebut dengan istilah PPAP atau
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam pembentukkan cadangan atau
penyisihan aktifa produktif tersebut berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit
tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Kolektibilitas 1 : < 1%
2. Kolektibilitas 2 : 5%
Nah, setelah adanya revisi PSAK 55 pada tahun 2006, maka istilah PPAP diganti
dengan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai ). Dalam CKPN,
pembentukkan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi kredit debitur yang
dilakukan oleh bank. Jika menurut bank terdapat bukti obyektif bahwa kredit
tersebut mengalami impairment (penurunan), maka bank itu harus membentuk
dana atau cadangan atas kredit tersebut. Mengingat hasil evaluasi kredit debitur
tersebut didasarkan pada putusan masing – masing bank, maka tiap – tiap bank
memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan dana untuk kreditnya.
Walaupun begitu, kebijakan bank itu pun tidak boleh melenceng dari beberapa
kiriteria yang terdapat dalam PAPI. Adapun ketentuan pengukuran cadangan
menurut CKPN berdasarkan PAPI revisi 2008 dapat dibagi menjadi.
1. Individual
Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN individual
dengan menggunakan metode seperti dibawah ini :
Ada beberapa ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif
ini. Berikut ketentuan ketentuan tersebut.
Bank menerapakan periode tunggakan dalam rentang waktu bulanan ( 30 hari) dan
di golongkan dalam 8 (delapan) bucket dengan kriteria sebagai berikut :
kolektibilitas Diragukan
kolektibilitas Diragukan
8 Bucket 8 : Kredit dengan tunggakan (DPD) lebih besar 180 hari atau
kolektibilitas Macet
4. Perhitungan CKPN
kredit tersebut
LIP : loss identification period, yaitu rasio periode antara timbulnya bukti
penurunan nilai.
Proses Perhitungan Probability of Default (PD)
Tahap 1
Pada saat akhir bulan, data dari masing masing rincian kredit per tipe kredit
(loan type) dipetakan pergerakkan posisi bucketnya (berdasarkan jumlah
hari tunggakan).
1
A 5.000 1 1
B 5.500 3 4
C 13.200 6 7
D 26.000 5 6
E 73.000 4 4
F 42.500 7 8
G 50.000 3 2
H 8.400 7 6
I 6.300 1 2
J 140.000 4 5
K 67.000 5 2
L 102.000 2 3
M 62.000 3 3
M 5.000 1 Lunas
O 6.900 6 4
Tahap 2
Berdsarkan data diatas, akan di rekapitulasikan dan di petakan dalam
bentuk matriks.
New – – – – – – – – – – –
Loan
8 >180 – – – – – – – – – – –
Tahap 3
8 >180 –
Tahap 4
New – – – – – – – – – – 0%
Loan
8. >180
6. Analisis Data
Pinjaman Lancar
Pinjaman Lancar
of default
2. Periode evaluasi
Perlu pengecekkan
nilai (impairment)
Perhitungan CKPN
dilakukan secara indiv
kolektif / kelompok
menambah kekuranganya.