Anda di halaman 1dari 3

Nadia Rizki Rahmalia

175144019
A. Pengenalan PPAP dan CKPN

Pertumbuhan kredit yang terus meningkat ini sudah tentu dibarengi dengan resiko yang ada, dan yang
paling ditakuti bank adalah resiko default dari kredit itu sendiri. Tak ada manusia yang sempurna.
Begitupun kredit, tak ada kredit yang tak luput dari resiko. Resiko itu bisa terjadi karena dari pihak bank
itu sendiri atau juga dari factor eksternal. Namun bagaimana inisiasi awal kredit itu dengan baik
sehingga bisa meminimalkan kerugian. Bagaimana cara bank mengatasi kerugian kreditnya? Oleh karena
itu, untuk mengatasinya maka bank wajib membentuk atau menyisihkan dana untuk menutupi risiko
atas kerugian kredit bank tersebut. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR
tanggal 12 November 1998, pembentukkan atau penyisihan dana itu disebut dengan istilah PPAP atau
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam pembentukkan cadangan atau penyisihan aktifa
produktif tersebut berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit tersebut dengan ketentuan sebagai
berikut:

- Kolektibilitas 1: < 1%

- Kolektibilitas 2: 5%

- Kolektibilitas 3: 15% x (kredit KL – Nilai Agunan)

- Kolektibilitas 4: 50% x (kredit diragukan – Nilai Agunan)

- Kolektibilitas 5: 100% x (kredit macet – Nilai Agunan)

Setelah adanya revisi PSAK 55 pada tahun 2006, maka istilah PPAP diganti dengan CKPN (Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai). Dalam CKPN, pembentukkan atau penyisihan dana dinilai dari hasil evaluasi
kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Jika menurut bank terdapat bukti obyektif bahwa kredit
tersebut mengalami impairment (penurunan), maka bank itu harus membentuk dana atau cadangan
atas kredit tersebut. Mengingat hasil evaluasi kredit debitur tersebut didasarkan pada putusan masing –
masing bank, maka tiap – tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan dana
untuk kreditnya. Walaupun begitu, kebijakan bank itu pun tidak boleh melenceng dari beberapa kiriteria
yang terdapat dalam PAPI. Adapun ketentuan pengukuran cadangan menurut CKPN berdasarkan PAPI
revisi 2008 dapat dibagi menjadi.

1. Individual

Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur nilai CKPN individual dengan menggunakan
metode seperti dibawah ini :

- Discounted Cash Flow, estimasi arus kas masa akan datang ( pembayaran pokok + bunga ) yang di
diskonto dengan suku bunga.

- Fair Value of Collateral, dengan memperhitungkan nilai arus kas atas jaminan atau agunan di masa
yang akan datang.

- Observable Market Price, ditentukkan dari harga pasar dari kredit tersebut.
Nadia Rizki Rahmalia

175144019
2. Kolektif

Ada beberapa ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif ini. Berikut ketentuan
ketentuan tersebut.

- Dilhat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa yang akan datang

- Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah dikurangi tingkat
pengembalian kreditnya.

- Dalam menetapkan tingkat kerugian kelompok kredit, bank menggunakan pendekatan metode statistic
(statistic model analysis) dengan formula dan parameter sebagai berikut :

Tingkat Kerugian = PD x LGD x LIP

Probability of default (PD), yaitu tingkat kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang
diukur berdasarkan pendekatan roll rates. Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisis kredit pada
setiap periode tunggakan (delinquency stage).

Bank menerapakan periode tunggakan dalam rentang waktu bulanan ( 30 hari) dan di golongkan dalam
8 (delapan) bucket dengan kriteria sebagai berikut :

Bucket 1 : kredit yang tidak ada tunggakan atau kolektibilitas lancar

Bucket 2 : kredit dengan tunggakan (DPD) 1- 30 hari atau kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus

Bucket 3 : kredit dengan tunggakan (DPD) 31- 60 hari atau kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus

Bucket 4 : kredit dengan tunggakan (DPD) 61 – 90 hari atau kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus

Bucket 5 : Kredit dengan tunggakan (DPD) 91 – 120 hari atau kolektibilitas Kurang Lancar

Bucket 6 : Kredit dengan tunggakan (DPD) 121 – 150 hari atau kolektibilitas Diragukan

Bucket 7 : Kredit dengan tunggakan (DPD) 151 – 180 hari atau kolektibilitas Diragukan

Bucket 8 : Kredit dengan tunggakan (DPD) lebih besar 180 hari atau kolektibilitas Macet
Nadia Rizki Rahmalia

175144019
Loss Given Default (LGD), yaitu besarnya tingkat kerugian yang diakibatkan kegagalan debitur
memenuhi kewajiban, yang diukur berdasarkan pendekatan historical recoveries atau recovery rate,
formula adalah :

LGD : 1 – recovery rate

B. Perhitungan CKPN

Bank akan membentuk penyisihan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dari kredit
dibedakan berdasarkan pendekatan individual dan kolektif adalah sebagai berikut :

Secara Individual, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai kredit dibentuk dari selisih antara nilai tercatat
kredit dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang di diskonto menggunakan suku bunga efektif
awal dari kredit tersebut.

Rumus : CKPN : O/S – NPV (Jika NPV < O/S)

Catatan : NPV : Net Present Value

Secara Kolektif, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai kredit dibentuk dari hasil perkalian tingkat kerugian
kelompok kredit (CKPN rate) dengan jumlah portofolio (O/S) kelompok kredit tersebut

Rumus :

CKPN = Tingkat Kerugian x O/S

CKPN = PD x LGD x LIP x O/S

Catatan : LGD = 1 – recovery rate

LIP : loss identification period, yaitu rasio periode antara timbulnya bukti obyektif penurunan nilai
sampai dengan kredit dinyatakan mengalami penurunan nilai

Anda mungkin juga menyukai