Anda di halaman 1dari 32

PERTEMUAN KE

5
AKUNTANSI
PENYISIHAN KREDIT
Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998,
pembentukan atau penyisihan dana itu disebut
dengan istilah PPAP atau Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif. Dalam PPAP, menurut Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
31/148/KEP/DIR tentang Pembentukan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif, pembentukan
cadangan atau penyisihan tersebut dinilai
berdasarkan tingkat kolektibilitas dari kredit debitur
dengan ketentuan sebagai berikut :
Cadangan Umum PPAP : Kredit Kategori Lancar <
1%
2. Cadangan Khusus PPAP :
a. 5% x Kredit Kategori Dalam Perhatian Khusus
b. 15% x (Kredit Kategori Kurang Lancar – Nilai
Agunan)
c. 50% x (Kredit Kategori Diragukan – Nilai Agunan)
d. 100% x (Kredit Kategori Macet – Nilai Agunan)
PENYISIHAN KERUGIAN DAN
PENGHAPUSAN KREDIT
• PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/2/PBI/2005 TENTANG
PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM
• Penyisihan Kerugian Kredit adalah cadangan yang dibentuk
untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul akibat
penanaman dana kredit.
• Besarnya penyisihan/cadangan yang harus dibentuk sesuai
dengan ketentuan BI diatas ,terdiri dari :
 Cadangan Umum ditetapkan sekurang-kurangnya
adalah: 1% untuk kredit lancar.
 Cadangan Khusus
 ditetapkan sekurang-kurangnya 5% untuk kredit dalam perhatian
khusus setelah dikurangi nilai agunan
 15% untuk kredit kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan
 50% untuk kredit diragukan setelah dikurangi nilai agunan
 100% untuk kredit macet setelah dikurangi nilai agunan

Penghapusan kredit adalah tindakan administratif bank


untuk menghapus bukukan kredit yang macet dari neraca.
PENYISIHAN KERUGIAN DAN PENGHAPUSAN
KREDIT

Pencatatan Akuntansi
1. Pada saat pembentukan penyisihan kerugian kredit
Dr : Beban Penyisihan Kerugian Kredit Rp. xxx
Cr : Penyisihan Kerugian Kredit Rp. xxx

2. Saat Penghapusan Kredit


Dr : Penyisihan Kerugian Kredit Rp. xxx
Cr : Kredit Yg Diberikan (Rekning Debitur) Rp. xxx
setelah adanya revisi PSAK 55 pada tahun 2006,
maka istilah PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produkti ) diganti dengan CKPN ( Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai ). Dalam CKPN,
pembentukkan atau penyisihan dana dinilai dari
hasil evaluasi kredit debitur yang dilakukan oleh
bank. Jika menurut bank terdapat bukti obyektif
bahwa kredit tersebut
mengalami impairment (penurunan), maka bank itu
harus membentuk dana atau cadangan atas kredit
tersebut.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN)
 Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) merupakan
cadangan yang dibentuk oleh bank untuk menghadapi
terjadinya risiko kerugian akibat penanaman dana dalam
aktiva produktif. Besarnya Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai (CKPN) dibentuk berdasarkan persentase tertentu
dari nominal berdasarkan penggolongan kualitas aktiva
produktif dan disajikan sebagai pos pengurang dari
masing-masing aktiva produktif
 Sejumlah bank mulai menyiapkan tambahan cadangan
kerugian penurunan nilai (CKPN) guna menerapkan
ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 71 yang akan mulai berlaku pada 2020 mendatang.
  Adapun ketentuan pengukuran cadangan menurut CKPN
berdasarkan PAPI revisi 2008 dapat dibagi menjadi.
 Individual
Setiap bank dapat memilih perhitungan untuk mengukur
nilai CKPN individual dengan menggunakan metode
seperti dibawah ini :
 Discounted Cash Flow, estimasi arus kas masa akan datang
( pembayaran pokok + bunga ) yang di diskonto dengan suku bunga.
 Fair Value of Collateral, dengan memperhitungkan nilai arus kas
atas jaminan atau agunan di masa yang akan datang.
 Observable Market Price, ditentukkan dari harga pasar dari kredit
tersebut.
Kolektif
Ada beberapa ketentuan dalam menentukan nilai
CKPN pada kelompok kolektif ini. Berikut
ketentuan ketentuan tersebut.
 Dilhat dari perhitungan arus kas kontraktual
kreditur di masa yang akan datang
 Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis
dari kredit debitur setelah dikurangi tingkat
pengembalian kreditnya
Mengenai Peniyisihan Kerugian Kredit (Loan – Loss
Provisioning) atau Cadangan Keruigian Penurunan Nilai
(CKPN). Penyisihan kerugian kredit
(Loan – Loss Provisioning) adalah penyisihan
(provisioning) kerugian atas portfolio kredit
dan pendanaannya yang mengalami penurunan nilai
ekonomi. Penyisihan kerugian ini penting untuk dilakukan
sehingga laporan keuangan bank tersebut mencerminkan
keadaan yang sebenarnya (representation faithfulness)
Pada saat terdapat bukti objektif penurunan nilai .
Maka dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai
Jurnal pembentukan setiap akhir bulan laporan
Dr. Kerugian penurunan nilai kredit
Cr . Cadangan Kerugian penurunan nilai kredit
Pada saat terdapat bukti objektif terjadinya peristiwa yang
menguntungkan yang menyebabkan jumlah penurunan
nilai berkurang (misalnya meningkatnya peringkat kredit
debitur)
Dr.Cadangan Kerugian penurunan nilai kredit
Cr .Kerugian penurunan nilai kredit
Jika kita bandingkan cara pembentukan dana menurut
PPAP dan CKPN, maka dapat kita lihat bahwa perhitungan
PPAP lebih sederhana dibandingkan dengan perhitungan
CKPN, karena kita hanya memperhitungkan penyisihan
dananya berdasarkan tingkat kolektibilitas kredit dari
debitur tersebut. Sedangkan untuk perhitungan CKPN, kita
perlu mengecek satu per satu apakah kredit debitur
tersebut mengalami impairment atau tidak. Setelah itu kita
baru akan membentuk cadangan dana setelah terdapat
bukti bahwa kredit debitur tersebut mengalami
impairment.
Walaupun perhitungan CKPN lebih rumit, tetapi
dengan adanya pengecekan kredit tersebut secara
satu per satu, maka pengontrolan kredit tersebut pun
menjadi lebih terarah, karena apabila terjadi
impairment, maka bank akan segera mencari jalan
keluar agar kredit debitur tersebut tidak sampai
dapat merugikan bank tersebut. Oleh karena itu,
dengan adanya perhitungan pembentukan atau
penyisihan dana kredit berdasarkan perhitungan
CKPN ini, maka setidaknya bank dapat mengurangi
terjadinya risiko kredit yang akan dialaminya.
 Bank akan menyesuaikan standar akuntansi baru standar akuntansi
keuangan baru (PSAK) 71 dan international financial reporting
standards (IFRS) 9 pada Januari 2020 mendatang mengenai
pembentukan CKPN.
 Pembentukan dan Penyajian CKPN tunduk pada ketentuan Regulator
(Basel) dan PSAK 71 Instrumen Keuangan. PSAK 71 resmi
menggantikan PSAK 55 yang selama ini menjadi rujukan Bank dalam
pembentukan CKPN. 
 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) baru. Ini merupakan
bagian dari usaha otoritas untuk mengadopsi sistem dari International
Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh otoritas
akuntan internasional, International Accounting Standard Board
(IASB).
Sebenarnya, apa bedanya standar akuntansi baru
PSAK71 ini dengan standar sebelumnya PSAK55?
Sebelumnya di PSAK 55, CKPN dibentuk saat sudah
terjadi event default (misalnya debitur telat
membayar),
Namun di PSAK 71, CKPN dibentuk sejak awal kredit
diberikan dan instrumen surat berharga dibeli.
Dengan konsep ini, CKPN di PSAK 71 juga dihitung
untuk produk bank garansi dan kelonggaran tarik (sisa
plafon yang belum dipakai debitur).
Cara perhitungan CKPN adalah dengan kombinasi
data kerugian historis, kondisi aset saat ini dan
prediksi kondisi ekonomi di masa depan.
Dengan konsep expected loss di PSAK 71, bank akan
membentuk tambahan CKPN untuk kredit dan
portofolio lainnya yang berkualitas baik serta bank
garansi dan kelonggaran tarik. Konsep ini seperti
pembentukan Cadangan Umum PPAP sesuai
ketentuan kualitas aset.
Berdasarkan standar akuntansi baru ini, artinya,
korporasi harus menyediakan cadangan kerugian
atas penurunan nilai kredit (CKPN) untuk semua
kategori kredit atau pinjaman, baik itu yang
berstatus lancar (performing), ragu-ragu
(underperforming), maupun macet (non-
performing).  Untuk kredit lancar, misalnya,
korporasi harus menyediakan CKPN berdasarkan
ekspetasi kerugian kredit dalam 12 bulan
mendatang. 
 PSAK 55 - Loss Incurred Model
Menunda pengakuan kerugian kredit sampai ada
bukti obyektif penurunan nilai.
 PSAK 71 - Expected Credit Loss Kerugian Kredit
ekspektasian (ECL) diakui pada setiap periode pelaporan,
walaupun tidak ada kejadian kerugian yang sebenarnya
terjadi.
Selain kejadian masa lalu dan kondisi saat ini, informasi
berwawasan ke depan yang masuk akal dan dapat didukung
yang tersedia tanpa biaya atau usaha yang tidak semestinya
dipertimbangkan dalam menentukan penurunan nilai
sesuai PSAK 71 agunan tidak jadi faktor pengurang,
itu harus full pencadangan
PSAK 71 mengharuskan perbankan memiliki
cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang
lebih besar dibanding sebelumnya. Hal ini karena
mandat PSAK 71 mewajibkan perusahaan untuk
menyediakan pencadangan sejak awal periode
kredit.
Contoh Soal Kelompok no 3

 Bank Investasi Cabang Surabaya pada tanggal 7 Januari 2019 menyetujui


pinjaman yang diajukan oleh nasabah gironya PT Kontraktor dengan ketentuan
kredit sebagai berikut :
 Jenis Kredit : Kredit Modal kerja
 Limit kredit : Rp 6.000.000.000.
 Jangka waktu kredit : 1 tahun
 Provisi kredit : 1 % dari limit kredit
 Suku bunga : 12 %/tahun.
 Jaminan kredit : tanah dan gedung kantor senilai Rp 5.000.000.000
 Perjanjian kredit ditandatangani nasabah dan Bank secara notarial pada tanggal
10 Januari 2019 , pada tanggal yang sama, nasabah dibebani kewajiban
berupa biaya provisi , Biaya buku Cek dan Bilyet giro sebesar Rp 1.000.000 ,
biaya meterai kredit Rp 200.000 serta biaya notaris sebesar Rp 30.000.000
(nasabah giro bank Industri Cabang Surabaya ) oleh nasabah semua kewajiban
dibayar atas beban giro rupiahnya.
Pinjaman ditarik nasabah sebesar Rp 5.000.000.000
pada tanggal 15 Januari 2019 dengan menggunakan
Bilyet giro tertulis untuk dipindah bukuan ke rekening
PT Insani (nasabah giro di Bank Duta Cabang
Surabaya) dan tanggal efektif 18 Januari 2019.
Pada tanggal 6 Agustus 2019 ,nasabah menarik sisa
kelonggaran tariknya sebesar Rp
1.000.000.000.dengan menggunakan bilyet giro
tertulis tanggal efektif penarikan 9 Agustus 2019
disetorkan ke rekening giro PT Sakti (nasabah giro di
Bank Investasi cabang semarang}.
 Mengingat nasabah mengalami kesulitan likuiditas , sehingga
berdampak pada bunga kredit pada akhir bulan November 2019 tidak
dapat dilunasi nasabah . sehingga Bank menurunkan kolektibilitas
kreditnya dari lancar menjadi DPK.

 Buat Jurnal:
a) Komitmen kredit serta pelunasan kewajiban nasabah berupa
Pembayaran provisi kredit biaya buku cek dan giro,biaya meterai
serta biaya notaris
b) Penarikan kredit
c) Hitung tunggakan bunga kredit dan jurnal
d) Hitung pembentukan Penyisihan Kredit serta jurnalnya yang
diperlukan
Jawaban dari soal kelompok no 3 dari a s/d c sudah
saya kirim.
Sedangkan jawaban no 3 d adalah sebagai berikut :
Perhitungan pembentukan Penyisihan Kredit , bila
mengikuti PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/2/PBI/2005
TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM
 Cadangan Umum ditetapkan sekurang-kurangnya
adalah: 1% untuk kredit lancar.
Cadangan Khusus
 ditetapkan sekurang-kurangnya 5% untuk kredit
dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai
agunan
 15% untuk kredit kurang lancar setelah dikurangi
nilai agunan
 50% untuk kredit diragukan setelah dikurangi nilai
agunan
 100% untuk kredit macet setelah dikurangi nilai
agunan
Pembentukan CKPN atas PERATURAN BANK
INDONESIA NOMOR: 7/2/PBI/2005 TENTANG
PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM
dipengaruhi bebera Variabel, Antara lain :
 Saldo Pokok Debitur
 Kolektibilitas Kredit
 Nilai agunan
Perhitungan Penyisihan kerugian Kredit 31
Januari 2019
Kolektibilitas 1 (Lancar)
Saldo Pokok Debitur = Rp 5.000.000.000
Penyisihan :1% X Rp 5.000.000.000 = Rp 50.000.000
Tanggal 31 Januari 2019 jurnal saat pembentukan
penyisihan kerugian kredit
Dr : Beban Penyisihan Kerugian Kredit Rp 50.000.000
Cr : Penyisihan Kerugian Kredit Rp 50.000.000
Sepanjang variabel tersebut tersebut tidak berubah ,maka tidak perlu ada perlu
dilakukan jurnal pembentukan Penyisihan kerugian kredit
Kapan berubah ,lihat contoh soal ketika ada
penarikan kembali pokok kredit pada tanggal 6
Agustus 2019 sebesar Rp 1.000.000.000
Maka saldo pokok Debitur menjadi Rp
6.000.000.000 (semula Rp 5 M ditambah Rp 1 M)
Maka pembentukan Penyisihan kerugian kredit akhir
bulan Agustus 2019 sebagai berikut :
Penyiisihan :1% X Rp 6.000.000.000 = Rp 60.000.000
Penyisihan sebelumnya :1% X Rp 5.000.000.000 = (Rp 50.000.000)
Penyisihan sebelumnya lebih kecil dari Penyisihan yang dibentuk
Bulan Agustus 2019 (terdapat selsih Kurang Pembentukan)
( Rp 10.000.000 )
Tanggal 31 Agustus 2019 juranal pembentukan Penyisihan
kerugian kredit

Dr : Beban Penyisihan Kerugian Kredit Rp 10.000.000


Cr : Penyisihan Kerugian Kredit Rp 10.000.000

Yang dijurnal adalah sebesar selisihnya


saja,kebetulan selisih terdapat kekurangan
pembentukan Penyisihan
 Perubahan variabel kolektibilitas kredit pada bulan November
2019 dari kol 1 (lancar) turun menjadi kol 2 (DPK).
Perhitungan Penyisihan kerugian kredit 3o November
2019
Kolektibilitas 2 (DPK)
ditetapkan sekurang-kurangnya 5% untuk kredit dalam
perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan
Saldo Pokok Debitur = Rp 6.000.000.000
Penyisihan : 5 % X Rp 6.000.000.000- Rp 5.000.000.000 )
= Rp 50.000.000
Maka pembentukan Penyisihan kerugian kredit akhir
bulan november 2019 sebagai berikut :
Penyisihan : 5 % X Rp( 6.000.000.000- Rp 5.000.000.000 )=Rp 50.000.000
Penyisihan (sebelumnya) : 1% X Rp 6.000.000.000 (Rp 60.000.000)
Penyisihan sebelumnya lebih besar dari Penyisihan yang dibentuk
Bulan november 2019 (Selisih lebih ) ( Rp 10.000.000 )

Tanggal 30 November 2019 jurnal pembentukan Penyisihan kerugian


kredit
Dr : Penyisihan Kerugian Kredit Rp 10.000.000
Cr : Beban Penyisihan Kerugian Kredit Rp 10.000.000
Menentukan Saldo Total Kredit (eksposure
kredit)
Saldo Total Kredit = Saldo Pokok Debitur – Penyisihan kerugian kredit
 Saldo Total kredit Akhir bulan Januari 2019
Saldo Pokok = Rp 5.000.000.000
Penyisihan = Rp 50.000.000
Total kredit Rp 4.950.000.000
 Saldo Total kredit Akhir bulan Agustus 2019
Saldo Pokok = Rp 5.000.000.000
Penyisihan = Rp 60.000.000
Total kredit Rp 4.940.000.000
 Saldo Total kredit Akhir bulan November 2019
Saldo Pokok = Rp 5.000.000.000
Penyisihan = Rp 50.000.000
Total kredit Rp 4.950.000.000

Anda mungkin juga menyukai