Untuk menentukan besrnya metode cadangan yang akan membawa konsekuensi pada
penentuan besarnya penysiihan dan cadangan dilakukan 2 pendekatan yaitu :
1. cadangan umum PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1% dari aktiva produktif yang
golongkan lancar, tidak termasuk SBI dan surat pemerintah.
2. cadangan khusus PPAP yang ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar :
a. 5% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus
b. 15 % dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lacar setelah dikurangi dengan nilai agunan
c. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangin nilai agunan
d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan
Perlu diketahui bahwa agunan yang dipergunakan sebagai pengurang dalam pemebentukan PPAP
adalah :
a. giro, deposito, tabungan dan setoran jaminan dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang
diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan untuk agunan ini etinggi tingginya sebesar 100%
yang dapat digunakan sebagai pengurang
b. SBI dan SUP. Untuk nilai agunan ini setinggi tingginya 100% yang dapat digunakan sebagai
pengurang
c. Surat berharga yang aktif diperdagngkan di pasar modal.untuk agunan surat berharga yang
dapat digunakan settinggi tingginya 50%. Surat berharga dinilai dengan menggunakan nilai
pasar yang tercatat di bursa efek
d. Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara, dan kapal laut. Untuk agunan ini untuk penilaian
yang dilakukan belum melampaui 6 bulan sebesar 70% antara 6-18 bulan sebesar 50% untuk
18-30 bulan sebesar 30%
Penilaian penilaian agunan tersebut dilakukan oleh penilai independen (jasa penilai). Dalam
penilaian dikenal beberapa terminologi yaitu :
a. Nilai pasar adalah jumlah uang yang diperkirakan diporoleh dari transaksi jual beli atau hasil
penukaran suatu aset pada tanggal penilain setelah dikurangi biaya-biaya transaksi, pihakpenjual
dan pembeli sebelumnya tidak mempunyai ikatan, memiliki pengetahuan tentang aset yang
diperdagangkan dan melakukan transaksi tidak dalam keadaan terpaksa
b. Kalkulasi biaya adalah perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi aktiva yang baru
setelah dikurangi dengan penyusutan akibat kerusakan fisik dan penurunan nilai ekonomis
c. Kapitalisme pendapatan adalah nilai tunai penerimaan kas masa depan dari pendapatan yang
diperkirakan akan diterima dalam jangka waktu 5-10 tahuan
D. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
Berdasarkan peraturan BI No.14/15/PBI/2012, cadangan Kerugian penurunan Nilai
(CKPN) adalah penyisihan yang dibentuk berdasarkan penurunan nilai tercatat aset keuangan
yang kurang dari nilai tercatat awal. Semakin besarnya penurunan nilai keuangan atau
meningkatnya tingkat uncollectable yang dapat ditandai dengan tingginya tingkat kredit
bermasalah maka akan semakin besar pula cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset kerugian
yang dibentuk, yang pembentukannya akan dibebankan sebagai biaya sehingga peroleh laba
akan semakin berkurang yang berarti menyebabkan menurunnya tingkat rentabilitas bank,
karena bertambahnya atau berkurangnya perolehan laba akan mempengaruhi tingkat
rentabilitas
CKPN memiliki peran penting dalam bank karena dengan CKPN dapat menjaga kestabilan keuangan.
Bila bank tidak mempunyai CKPN maka pengelola bank tidak mampu untuk mengantisipasi yang
namanya risiko kerugian aktiva produktif dimana risiko kerugian aktiva produktif ini merupakan
faktor penyebab bank mengalami krisis keuangan. Menetapkan besarnya CKPN mengalami kesalahan
bank maka bisa juga mengalami kerugian. Sebab aktiva harus produktif dan menghasilkan laba yang
berubah menjadi aktiva non produktif. Sehingga bank harus teliti dan cermat dalam melakukan
penyisihan kredit debitur yang mana memerlukan CKPN .
Setiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk cadangan dana untuk kreditnya namun
kebijakan bank tersebut tidak boleh melenceng dari kriteria yang terdapat dalam PAPI setelah adanya
revisi PSAK 55. dalam rangka menyelaraskan Standar Akuntansi Keuangan khusus untuk perbankan
indonesia dengan peningkatan market discipline. BI bekerjasama dengan Ikatan Akuntansi Indonesia
untuk menyusun PSAK. Ketentuan cadangan sesuai cadangan kerugian penurunan nilai berdasarkan
PAPI dibagi menjadi beberapa yaitu :
1. Individula
Bank dapat menggunakan perhitungan untuk mengukur nilai dari CKPN individual dengan
menggunakan metode :
a. Discounted coss flow, estimasi arus kas masa yang akan datang dengan pembayaran pokok
dijumlahkan dengan bunga yang didiskontokan dengan suku bunga
b. Fair value of collateral, memperhitungkan nilai arus kas atas jaminan atau agunan yang akan datang
b. Perhitungan dari tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah dikurangin dengan
tingkat pengembalian kredit
CKPN kredit dibentuk dari hasil perkalian tingkat kerugian kelompok kredit katalain CKPN
rate
E. PSAK 50
PSAK 50 mengadopsi IAS 32 tentang penyajian laporan keuangan. Tujuan PSAK 50 yaitu
untuk menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas serta saling
hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan (SAK : 2015). Menurut SAK(2015) istrumen keuangan
adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau
instrumen ekuitas entitas lain.
Seperti yang kita ketahui bahwa jika didalam perbankan terdapat transaksi berupa kredit yang
akan menimbulkan kerugian penurunan nilai dari setiap periodenya. PSAK 50 mengatur bahwa
penyajian bunga, deviden, kerugian dan keuntungan yang dihasilkan dari instrumen keuangan diakui
sebagai pendaptan atau beban dalam laporan laba rugi.
CKPN yang di hasilkan dari kredit yang diberikan kepada nasabah merupakan salah satu aset
keuangan berbentuk hak kontraktual, dimana perbankan akan menerima kas atau aset keuangan lain
dari entitas lain atas adana kredit yang diberikan. Paragraf 35 dalam PSAK 50 mengatur tentang
penyajian CKPN yang merupakan salah satu kerugian yang harus dilaporkan dalam laporan L/R
sebagai beban yang akan mempengaruhi perolehan laba suatu entitas dalam suatu periode tertentu.
PSAK 55
PSAK 55 juga menerapkan standar akuntansi keuangan yang berbasis IFRS. PSAK 55
mengadopsi IAS 39 tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan. PSAK 55 bertujuan
untuk mengatur tentang prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan
dan kontrak pembelian atau penjualan item non keuangan. Dalam penelitian ini pengakuan dan
pengukuran instrumen akan lebih diarahkan ke kredit sebagai aset keuangan suaru entitas. Hal ini
dikarenakan konfergensi IFRS berdampak pada industri perbankan yang berhubungan dengan
kredit.
PSAK 55 (SK:2015) mengatur tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan.
Isntrumen keuangan diakui sebagai aset atau kewajiban jika sebuah entitas termasuk kedalam
salah satu pihak yang terkait dengan kontrak. Sedangkan pengukurannya terbagi atas beberapa
jenis yaitu :
1. Pengukuran awal berdasarkan nilai wajarnya, melalui L/R dengan ditambah biaya transaksi
yang dapat di distribusikan langsung pada saat perolehan instrumen keuangan tersebut dan pada
saat pertama kali tanggal transaksi jika entitas menggunakan akuntansi atnggal penyelesaian
setelah pengakuan awal
2. Pengukuran selanjutnya dilakukan setelah pengukuran awal dengan dibagi kedalam aktegori
aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui L/R, investasi dimiliki hingga jatuh tempo,
pinjaman yang diberikan atau piutang dan aset keuangan tersedia untuk di jual.
PSAK 71