Disusun oleh
1. Brian Bagus Agung R
2. Rohatun Wulandari
14440865
14440874
KATA PEGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaikbaiknya.
Makalah yang berjudul Biaya Penyisihan dan Cadangan Aktiva Produktif yang
Diklasifikasikan ini di ajukan untuk memenuhi tugas Anggaran Perusahaan.
makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Titi Rapini, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
2. Ibu Dwiati Marsiwi, SE, M.Si Ak selaku ketua Jurusan Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
3. Ibu Nur Sayidatul Muntiah, SE selaku Dosen Akuntansi Perbankan
4. Serta semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan segala saran kritik dan masukan yang membangun untuk
proses yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Ponorogo,
April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1.
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3.
Tujuan Penulisan.......................................................................................1
BAB II...............................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
Pendekatan neraca................................................................................3
2.3.
2.3.1.
PENUTUP..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aktiva produktif atau earning assets adalah assets dalam valuta rupiah maupun
valuta asing yang dimiliki dan digunakan sesuai dengan fungsinya untuk memperoleh
pendapatan. Untuk perusahaan pengembang, tanah dan bangunan merupakan asset
produktif, bagi pedagang barang daganganya merupakan assets produktif. Tapi kalau ada
bank yang menyewakan gedung untuk memperoleh pendapatan maka gedung tersebut
tidak termasuk dalam pengertian aktiva produktif yang dimaksud.
Aktiva produktif bank meliputi a) penempatan pada bank lain baik dalam negeri
maupun luar negeri kecuali penempataan dalam giro, b)surat berharga, c) Kredit yang
diberikan dan d) penyertaan. Keempat jenis assets tersebut paling besar memberikan
sumbanagan pendapatan bagi bank. Selain sebagai assets yang memberikan pendapatan
tertimggi, assets tersebut juga merupakan assets yang mengandung resiko tinggi dalam
opersaional bank. Resiko tersebut bisa dilihat bila kualitas assets tersebut memburuk dalam
arti bergesernya status kolektibilitas lancar menjadi kurang lancar, kemudian diragukan
bahkan menjadi macet. Untuk mengantisipasi resiko tersebut maka, perlu dibentuk
penyisihan/cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Metode Pengakuan Penyisihan Aktiva Produktif.
Untuk mengakui adanya penyisishan?kerugian aktiva produktif, bank dapat
menggunakan metode tidak langusng atau metode cadangan. Penggunaan metode ini
didasarkan pada praktek yang lazim di Bnak bahwa terjadinya kerugian aktiva produktif
tersebut sering terjadi pada periode berikutnya setelah penempatan aktiva produktif, bukan
dalam satu periode dengan terjadinya penempatan aktiva produktif, bukan dalam satu
periode dengan terjadinya penempatan aktiva produktif. Padahal suatu laporan rugi laba
bank harus mencerminkan perbandingan antara pendapatan dengan biaya yang harus
diakui. Untuk itu bank menggunakan metode cadanagan dalam mencatat penyisihan aktiva
produktif.
Dalam metode cadanagan ini pengakuan kerugian aktiva produktif tidak perlu
menunggu sampai kerugian tersebut muncul, namun bank harus diakui pada saat yang
sama dengan terjadinya penempatan aktiva produktif. Adapun caranya adalah dengan
membentuk cadanagan penyisihan aktiva produktif. Cadangan ini dibentuk/bertambah
dengan adanya penyisihan aktiva produktif yang diakui dan dipakai (berkurang) bila benarbenar terjadi kerugian aktiva produktif. Jadi bila bank melakukan penghapusan atas aktiva
produktif maka menggunakan cadanagan yang telah dibentuk. Pengakuan adanya
penyisihan/kerugian aktiva produktif dilakukan pada sat akhir periode melalui jurnal
penyusaian yang diaplikasikan pada setiap jenis aktiva produktif.
2.2. Penentuan Biaya Penyisihan Dan Cadangan/Penyisihan Aktiva Produktif Bank Yang
Diklasifikasikan
Pengakuan penghapusan/kerugian/penyisihan aktiva produktif dengan menggunakan
metode cadanagan akan membawa konsenkuensi pada penentuan besarnya penyisihan dan
cadangan tersebut yang akan disajikan dalam laporan rugi laba ataupun neraca untuk itu
dikenal ada dua pendekatan yaitu:
2.2.1. Pendekatan rugi laba
Dalam pendekatan ini yang ditentukan terlebih dahulu adalah besarnya
penghapusan/ penyisihan aktiva produktif yang akan disajikan dalam rugi/laba,
sedangkan besarnya cadangan penyisihan ditntukan kemudian. Penentuan besarnya
2
cadangan penghapusan dapat dilakukan secara intuisi atau presentase tertentu dari
baki debet aktiva produktif.
2.2.2. Pendekatan neraca
Dalam pendekatan ini yang ditentukan terlebih dahulu adalah besarnya
cadangan penghapusan aktiva produktif yang akan disajikan dalam neraca.
Sedangkan besarnya cadangan penghapusan yang disajikan didalam rugi/laba
ditentukan kemudian hari.
Sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia No. 27/5/UPPB/tanggal 25 januari
1995,
maka
bank
menggunakan
metode
cadangan
dalam
hal
mengakui
konsep berhati-hatian
terhadap kemungkinan tidak tertagihnya aktiva produktif tersebut. Sesuai konsep tersebut
maka penggolongan kolektibilitas aktiva produktif lancar, kurang lancar, diragukan, dan
macet diperlukan setiap saat.
Meskipun agunan yang dikuasai dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurangan
dalam pembentukan cadanagan, tetapi tida seluruh nilai agunan tersebut boleh
diperhitungkan. Untuk itu, agunan dibedakan menjadi dua:
a. Agunan yang bersifat likuid. Agunan ini misalnya berupa agunan deposito atau
surat berharga. Terhadap agunan likuid dapat dikurangkan maksimum 100% dari
yang dikuasai.
b. Agunan non likuid. Agunan ini misalnya berupa tanah, angunan. Terhadap agunan
ini dapat digunakan seagai pengurang maksimum 75% dari agunan yang
bersangkutan.
3
Rp.
Rp..
Rp..
Uraian
(a)
1.
1. Kredit Lancar
Plafon
(b)
Baki debet
Agunan
diperhitung
(c)
kan
(d)
Penyisihan Kredit
(e= c-d)
7.000.00
(f)
(g = exf)
120.000.000
100.000.000
93.000.000
0
20.000.0
0,50%
350.000
80.000.00
80.000.000
60.000.000
00
3.000.00
3,00%
600.000
Diragukan
17.000.00
15.000.000
13.000.00
0
4. Kredit Macet
3.000.000
3.000.000
2.700.000
300.000
Penyisihan yang wajib dibentuk (31/12.1997) adalah
Saldo Penyisihan yang sudah ada 931/12.1996)
Biaya Penyisihan yang diperhitungkan pada 31/12.1997
50,00%
1.500.000
100,00%
300.000
2.750.000
2.500.000
250.000
2. Kredit Kurang
lancar
3. Kredit
Rp. 250.000,00
Rp. 250.00,000
membebankan
penghapusan
tersebut
ke
cadangan
penghapusan
kredit
tanpa
memperhitungkan agunan yang dikuasai. Tentu saja pembukuan yang benar adalah harus
mengacu pada Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI)
Contoh
Kredit macet sebesar Rp. 100.000.000; beserta bunga yang masih akan diterima
sebesar Rp. 10.000.000; dihapusbukukan. Sementara agunan yang dikuasai ditaksir/dinilai
seharga Rp. 75.000.000;.
Jurnal menghapus bukukan;
Menurut SKAPI:
Dr. Akiva Tetap agunan dlm pemyelesaian
5
Rp75.000.000;
Rp35.000.000;
Rp100.000.000;
Rp 10.000.000;
Rp110.000.000;
Rp.100.000.000;
Rp. 10.000.000;
Cara kedua tersebut tidak disalahkan,dalam arti tergantung kebijakan bank dalam hal
menangani agunan kredit macet. Bila kredit macet benar-benar sudah macet dan agunan
telah disita maka cara pertama yang dipakai, tetapi untuk penghapus bukuan kredit macet
yang masih diusahakan untuk ditagih terus maka cara kedua yang ditempuh.
Kredit yang telah dihapus bukukanini dicatat dalam rekening administratif.
2.3.1. Pelunasan kredit macet yang telah dihapus.
Dalam hal bank menerim kembali pelunasan atas kredit yang telah
dihapusbukukan maka bank akan mencatat kembali rekening kredit yang diberikan
dan kemudian membukukan atas penerimaan kembali pelunasan
Jurnal
Dr. Kredit yang diberikan
Rpxxx
Dr. Pendapatan bunga yang akan diterima
Rpxxx
Cr. Cadangan penghapusan kredit
Mencatat penerimaan pembayaran
Dr. Kas/rekening nasabah
Cr. Kredit yang diberikan
Cr. Pendapatan bunga yang akan diterima
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
Rpxxx
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA