Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGAUDITAN II

PEMERIKSAAN TERHADAP AKTIVA TETAP

Dosen Pengampu : Dedi Rusdi, SE., M.Si., Akt., CA

Oleh : Kelompok 1

Linatul Uyun (31402000231)


Singgih Purwandana (31402000257)
Tiara Ningsih (31402000261)

PROGRAM STUDI AKUNTASI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul
“ Pemeriksaan terhadap Aktiva Tetap“.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan II yang
dibimbing oleh Dedi Rusdi, SE., M.Si., Akt., CA. Untuk itu dari penulis berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kritik dan
saran penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Semarang, 30 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk


memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat
mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah
satu investasi tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang efektif dalam penggunaan,
pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap
tersebut harus dapat dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah
dengan menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah
metode penyusutan yang telah diterapkan oleh perusahaan telah
memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun yang disebabkan
karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva
tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar
dalam jumlah keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang
ditanamkan dalam aktiva tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi
juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup perolehan aktiva tetap,
penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan pengungkapannya
dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci
tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud.
Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di
dalam aktiva tetap sebuah perusahaan. Namun untuk mendapatkan rincian
yang baik terhadap aktiva tetap, diperlukan pengendalian terhadap aktiva
berupa pengujian substantif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian Aktiva Tetap ?
2. Bagaimana Kelompok Aktiva Tetap?
3. Bagaimana Faktor yang Mempengaruhi Penyusutan?
4. Bagaimana Metode Perhitungan Penyusutan?
5. Bagaimana Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap?
6. Bagaimana Audit Objective (Tujuan Pemeriksaan) Aktiva Tetap?
7. Bagaimana Teknik Audit Aktiva Tetap?
8. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan Aktiva Tetap?
9. Bagaimana Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian aktiva tetap
2. Untuk mengetahui dan memahami Kelompok Aktiva Tetap
3. Untuk mengetahui dan memahami Faktor yang Mempengaruhi Penyusutan
4. Untuk mengetahui dan memahami Metode Perhitungan Penyusutan
5. Untuk mengetahui dan memahami Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap
6. Untuk mengetahui dan memahami Audit Objective (Tujuan Pemeriksaan)
Aktiva Tetap
7. Untuk mengetahui dan memahami Teknik Audit Aktiva Tetap
8. Untuk mengetahui dan memahami Prosedur Pemeriksaan Aktiva Tetap
9. Untuk mengetahui dan memahami Pengujian Substantif terhadap Saldo
Aktiva Tetap
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna
ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi
guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan
tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Masa
manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan
atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva
oleh perusahaan.

Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non


depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable) mencakup tanah,
bangunan, mesin serta peralatan lainnya, ataupun sumber-sumber alam. Aktiva
tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau
konstruksi sampai dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk dipergunakan."

2.2 Kelompok Aktiva Tetap

Fixed assets atau aktiva tetap bisa dibedakan menjadi:


1. Fixed tangible assets (aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa
dilihat, bisa diraba). Macam – macam aktiva tetap berwujud :
a. Tanah (Land) yang diatasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah.
Tanah ini biasanya tidak dususutkan (menurut SAK maupun peraturan
pajak). Tanah bisa dimiliki dalan bentuk hak milik, hak guna bangunan
(biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai
jangka waktu 20-30 tahun, hak guna usaha dan hak pakai. Perlu
diperhatikan bahawa perusahaan asing dan mancanegara asing tidak
diperbolehkan membeli tanah dengan hak milik.
b. Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parker, taman, mesin-mesin
(Mechiney), Peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja,
kursi), Delivery Equipment/Vehicles (mobil, motor, kapal laut, pesawat
terbang).
c. Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu
bara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural
Resources ini harus dideplasi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam
tersebut mulai menghasilkan.
2. Fixed intangibleassets (aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk,
sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba). Contoh aktiva tetap tidak
berwujud yaitu Hak paten, hak cipta (copy right), franchise, goodwill,
preoperating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan
berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyusutan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam depresiasi nilai aset tetap
yaitu :

1. Harga perolehan : faktor utama yang berpengaruh terhadap depresiasi nilai


aset tetap, dan menjadi dasar perhitungan dalam menentukan besar
depresiasi yang harus dialokasikan per periode akuntansi. Perolehan harga
dari sejumlah dana/uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap
hingga siap digunakan atau harga barang yang ditambah dengan biaya-
biaya yang terkait.
2. Harga buku aktiva tetap: perhitungan dari harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan aktiva tetap.
3. Nilai residu: perkiraan nilai aktiva tetap setelah digunakan sesuai umur
ekonomi, nilai residu juga disebut dengan nilai sisa. Namun, nilai residu
tidak berlaku jika barang aktiva tetap tidak dijual pada masa penarikan
maksudnya digunakan sampai barang tersebut mengalami rusak dimakan
waktu atau habis terkorosi. Hal tersebut tidak dianjurkan pada bisnis,
sebaiknya jika barang aktiva tetap dapat di daur ulang untuk mendapat
barang baru yang memiliki nilai jual yang tinggi.
4. Umur ekonomis: suatu aktiva tetap memiliki dua jenis umur yaitu umur fisik
dan umur fungsional. Untuk umur fisik berkaitan dengan suatu kondisi fisik
dari aktiva tetap tersebut masih dalam keadaan yang kondisi baik sedangkan
umur fungsional berkaitan dengan kontribusi/manfaat aktiva tersebut dalam
penggunaan. Umur ekonomis digunakan dalam memperkirakan usai barang
atau batas waktu penggunaan barang.

2.4 Metode Perhitungan Penyusutan

Menurut Suandy (2008) penyusutan adalah “Alokasi sistematis suatu


nilai asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat
diestimasi.” Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaanya
adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan
pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi
perusahaan dari periode ke periode. Penyusutan dapat dilakukan dengan
berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Metode penyusutan garis lurus (straight line depreciation)


Perhitungan dalam metode ini paling sederhana dan umum, dimana beban
penyusutan aktiva tetap per tahunnya sama hingga akhir umur ekonomis
dari aktiva tetap tersebut. Selain itu metode garis lurus bisa digunakan untuk
menyusutkan aktiva fungsional yang tidak berpengaruh besar kecilnya dari
volume produk atau jasa yang dihasilkan, misalkan: peralatan kantor,
bangunan. Rumus perhitungan dengan nilai sisa:
Penyusutan = (harga perolehan - nilai sisa) dibagi umur ekonomis
2. Metode penyusutan saldo menurun (double declining balance)
Penetapan dalam metode saldo menurun berdasarkan persentase tertentu
dapat dihitung dari harga buku pada tahun saat itu. besaran persentase
penyusutan 2 x persentase/tarif dari metode garis lurus. Rumusnya:
Depresiasi = 2 x (100% / umur ekonomis) x harga perolehan nilai sisa
3. Metode penyusutan jumlah angka tahun
Metode dapat digunakan dengan memperhitungkan besarnya penyusutan
aktiva tetap tiap tahun dan jumlah semakin menurun. Rumusnya:

Depresiasi = (sisa umur penggunaan / jumlah angka tahun) x harga


perolehan nilai sisa
4. Metode penyusutan satuan jam kerja (service hours)
Beban penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan. Rumusnya :
Biaya penyusutan per tahun = jam kerja yang dapat dicapai x tarif
penyusutan / jam
Tarif penyusutan / jam = harga perolehan nilai residu / total jumlah jam kerja
penggunaan aset tetap
5. Metode satuan hasil produksi (productive output)
Metode ini beban penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan. Rumusnya :
Beban penyusutan per tahun = jam satuan produk x tarif penyusutan per
produk
Tarif penyusutan per satuan produk = harga perolehan nilai residu / total
produk yang dihasilkan

2.5 Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap

Efraim (2012), mengatakan ada beberapa transaksi yang menghentikan


pemakaian aset tetap, yaitu:
1. Penjualan Aset Tetap. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan,
selisih antara harga jual dengan nilai buku aset tetap yang tersisa harus
diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil dibandingkan
dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya jika nilai
buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima,
timbul kerugian.
2. Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap. Apabila aset tetap dihentikan karena
berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap
tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa
pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi
penghentian aset tetap.
3. Pertukaran Dengan Aset Lain. Harga pertukaran aset tetap yang didapat
melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang
dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar
surat-surat berharga tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang
diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga
pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir
oleh pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).

2.6 Audit Objective (Tujuan Pemeriksaan) Aktiva Tetap

Dalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva


tetap mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva
tetap.
2. Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul
ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan
(periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure,
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-
bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat
dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode)
yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten,
dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).
6. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
7. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah
pendapatan sewa sudah diterima perusahaan.
8. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai
(imperment).
9. Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

2.7 Teknik Audit Aktiva Tetap

Agar audit dapat dilakukan dengan tepat , dan memberikan hasil yang
tidak berisiko maka auditor akan melakukan tahapan sebagai berikut yaitu :
1. Penentuan Risiko Pendeteksian (Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi
Audit )
Dalam penentuan risiko, auditor harus menanyakan kepada klien seberapa
banyak volume transaksi yang terjadi dalam aktiva tetap untuk satu periode.
Kemudian juga harus menyelidiki kemungkinan adanya pembelian dan
pengeluaran kas yang tidak di otorisasi., Kemungkinan adanya pembelian
aktiva yang tidak memadai, dan kemungkinan adanya penentuan biaya
periodik yang dilakukan oleh bagian akuntansi yang tidak
mempertimbangkan aspek konsistensi
2. Pemahaman Terhadap struktur pengendalian intern.
Dalam pemahaman terhadap struktur pengendalian intern diperlukan
pengetahuan tentang :
a. Lingkungan pengendalian
1) Pahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan siklus
pengeluaran dan pembelian .
2) Adakah metode pengendalian manajemen yang diterapkan dalam
siklus pengeluaran.
b. Sistem Akuntansi
Pelajari proses akuntansi klien yang akan diperiksa, Bagaimana
pengolahan datanya, Apa saja dokumen-dokumen yang digunakan klien,
dan apa saja Catatan Akuntansi yang dibuat oleh klien, Minta Flow
Cartnya kepada klien.
c. Prosedur Pengendalian
Auditor perlu memahami dan mengetahui ada atau tidak hal-hal seperti:
1) Otorisasi yang memadai
2) Pemisahan wewenang dan tanggung jawab
3) Praktek yang sehat (pengendaliannya apa saja )
4) Internal auditor
3. Pengendalian Intern secara Umum terhadap transaksi pembelian Aktiva
Tetap. Dalam pengendalian intern untuk aktiva tetap terdapat dokumen-
dokumen kunci dan catatan akuntansi yang biasa dapat dibuat oleh
perusahaan. Dibawah ini adalah dokumen-dokumen kunci dan catatan
akuntansi yang seharusnya (idealnya) dibuat oleh perusahaan.
a. Dokumen-dokumen kunci dan catatan akuntansi :
1) Permintaan pembelian 1) Daftar voucher (voucher
(purchase requisition) register)
2) Perintah Pembelian 2) Cek (chek)
(Purchase order) 3) Buku tambahan hutang
3) Laporan Penerimaan dagang (accounts payable
Barang (Receiving subsidiary ledger)
report) 4) Arsip perintah pembelian
4) Faktur penjualan (vendor yang belum terealisasi
invoice) (open purchase file)
5) Surat perintah 5) Laporan rekanan penjual
pembayaran (voucher) (vendor’s statement)
6) Ringkasan surat perintah 6) Arsip voucher pembelian
pembayaran (voucher yang disetujui (purchase
summary) transaction file)
7) Bukti kas keluar 7) Memo debit , dll

b. Organisasi yang terkait.


Sistem yang baik adalah system yang dalam setiap pekerjaan dilakukan
oleh masing-masing fungsi yang memiliki wewenang dan tanggung
jawab kepada atasan fungsi lainnya. Sebagai contoh dalam system S
maka fungsi-fungsi yang biasanya terkait adalah :
1) Bagian gudang, fungsi penyimpanan barang. ( surat permintaan
barang)
2) Bagian pembelian, fungsi pembelian . (surat permintaan penawaran
harga, surat order pembelian)
3) Bagian penerimaan, fungsi penerimaan barang. (laporan penerimaan
barang)
4) Bagian Utang, fungsi pencatat utang (bukti kas keluar)
5) Bagian Kas, fungsi pengeluaran kas
6) Bagian pengiriman, fungsi pengiriman barang . (laporan pengiriman
barang )
7) Bagian Jurnal, Buku Besar , dan Laporan , Bagian kartu persediaan,
dan Kartu biaya, fungsi Akuntansi (Jurnal Umum, kartu persediaan)

2.8 Prosedur Pemeriksaan Aktiva Tetap

Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap


merupakan jumlah yang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun
demikian waktu yang digunakan oleh akuntan publik untuk memeriksa
perkiraan lainnya seperti piutang, persedian, dan lain-lainnya. Beberapa
penyebabnya antara lain:

1. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.
2. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih
sedikit di bandingkan mutasi piutang dan persediaan.
3. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut off bukan merupakan hal yang
penting seperti pemeriksaan atas cut off transactions dalam pemeriksaan
pembeliaan dan penjualan persediaan.

Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku repeat


engagements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan
transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa). Prosedur audit atas aktiva
tetap adalah sebagai berikut :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.
2. Minta kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan :
Saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo
akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
3. Periksa footing dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General
Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vounch penambahan serta pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk
penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting
documentnya.
5. Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan
periksa kondisi dan nomor kode dari Fixed Assets.
6. Periksa bukti pemilikan aktiva tetap. Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat
tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin
Penempatan Bangunan). Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation
Policy yang dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya.
8. Buat analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita dapat
mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam
kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue
Expenditures.
9. Periksa apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan
apakah Insurance Coveragenya cukup atau tidak.
10. Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan
biaya penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya
penyusutan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk
memeriksa apakah ada Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak.
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk
membeli atau menjual Fixed Assets.
13. Untuk construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah
ada Construction in progress yang harus di transfer ke Fixed Assets.
14. Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement
dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar
akuntansi leasing.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit
di bank.
16. Periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).

2.9 Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

1. Prosedur Audit Awal : Lakukan perosedur audit awal atas saldo akun aktiva
tetap yang akan di uji lebih lanjut
a. Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun
aktiva tetap bersangkutan di buku besar.
b. Terhitung kembali saldo aktiva tetap di buku besar
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva
tetap tersebut.
d. Usut saldo akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun lalu
e. Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang
bersangkutan
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku
besar ke buku pembantu aktiva tetap
2. Prosedur Analitik
a. Hitung rasio :
1) Tingkat perputaran aktiva tetap
2) Laba bersih dengan aktiva tetap
3) Aktiva tetap ke modal saham
4) Biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan dari dasarkan
pada data masa lalu baik data anggaran maupun data realisasi
3. Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci
a. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya
transaksi tersebut
b. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung
timbulnya transaksi tersebut
c. Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap
d. Lakukan review terhadap akun biasa maintanance maupun biaya
reparasi
4. Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci
a. Lakukan inspeksi atau peninjauan terjadap aktiva tetap
1) Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap
2) Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadinya perbedaan
3) Periksan dokumen yang mendukung pembayaran dan pembelian
aktiva tetap setelah tanggal neraca
b. Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak yang mendukung
penggunaan aktiva tetap tersebut
c. Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap
5. Prosedur verifikasi penyajian dan pengungkapan. Bandingkan penyajian
aktiva tetap dengna prinsip aktiva yang diterima umum
a. Periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca
b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai auditor harus memperhatikan apakah Aktiva tetap tersebut


merupakan pembelian tunai, kredit bank, atau leasing. Kemudian metode yang
digunakan oleh perusahaan yang akan diaudit apakah konsisten atau tidak.
Sehingga auditor dapat memeriksa dokumen-dokumen yang di perlukan.
Kemudian auditor harus mengikuti prosedur audit aktiva tetap secara sistematis
sehingga memudahkan auditor dalam pemeriksaan. Dalam pengujian
substantif terhadap saldo aktiva tetap dapat membantu auditor dalam
memeriksa suatu perusahaan sehingga auditor dapat memberikan opini sesuai
dengan kondisi suatu perusahaan tersebut.

3.2 Saran
1. Mahasiswa dan masyarakat luas harus lebih memahami bagaimana
ketentuan-ketentuan mengenai aktiva tetap agar tidak terjadi kesalahan pada
pemahaman terhadap aktiva tetap.
2. Auditor harus mengaudit sesuai dengan prosedur audit agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengauditan.
3. Akuntan harus memahami dengan baik bagaimana pencatatan aktiva tetap
yang baik dan benar agar tidak terjadi salah pencatatan dalam transaksi
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

AlvinA.Arens, RandalJ.Elder, & MarkS.Beasley. (2008). Auditing dan Jasa

Assurance. Jakarta : Erlangga.

Indra, Bastian. (2006). Audit Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.

Theodorus M.Tuana Kotta. (1982). Auditing petunjuk pemeriksaan akuntan

publik. Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia .

Anda mungkin juga menyukai