Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

DAMPAK PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF


KENDARAAN BERMOTOR PADA KEMACETAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

BIDANG KEGIATAN:
PKM – AI

Diusulkan Oleh:
Richie H 38160024 2016
Bella Marsella 33160029 2016

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA KWIK KIAN GIE


2019
PENGESAHAN PROPOSAL PKM – GAGASAN TERTULIS

1. Judul Kegiatan : Dampak Pengenaan Tarif Pajak Progresif


Kendaraan Bermotor Pada Kemacetan di Provisi DKI Jakarta.
2. Bidang Kegiatan : PKM - AI
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Richie H
b. NIM : 38160024
c. Jurusan : Akuntansi
d. Universitas : Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie
e. Alamat Rumah dan No. HP : Harapan Indah/089669837718
f. Email : richiehandoko32@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 1 Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Amelia Sandra, S.E.,M.Si.AK.,M.AK.
b. NIDN : 0326017301
Alamat Rumah dan No. Telp. : Jl. Yos Sudarso Kav 85 No.87, Sunter Jaya,
Tj. Priok, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14350 /0281380992725

Jakarta, 10 Desember 2019

Menyetujui,
Ketua Program Studi Akuntansi Ketua
Pelaksana

(Dr. Hanif Ismail, S.E., M.M.,


M.Ak.) (Richi
NIK. 0326126501 e H.)
NIM.
38160024.

Wakil Rektor Bidang Dosen


Kemahasiswaan Pendamping

(Dr. Ir. Abdullah Rakhman) (Amelia Sandra, SE.,


NIK.0315096905 AK..M.Ak )
NIDN. 0326017301

DAFTAR ISI

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1


1.2 Tujuan...................................................................................................................................2

i
1.3 Manfaat................................................................................................................................ 2
1.4 Luaran.................................................................................................................................. 2

2. GAGASAN

A. Kondisi Kekinian ..................................................................................................................3

B. Solusi Yang Ditawarkan .......................................................................................................3

C. Efektivitas Gagasan ..............................................................................................................4

D. Pihak- Pihak yang dipertimbangkan dapat membantu pengimplementasian .......................4

E. Langkah –Langkah Strategi...................................................................................................5

3. KESIMPULAN

A. Gagasan.................................................................................................................................5

B. Teknik Implementasi ............................................................................................................6

C. Prediksi Hasil Yang Akan Diperoleh....................................................................................6

4. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7

ii
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah salah satu faktor penting dalam pembangunan dan jalannya suatu negara.
Menurut Romandana dalam (Susilawati & Budiartha, 2013) Salah satu sumber dana
pemerintah adalah penerimaan yang di dapat dari sektor pajak. Penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan umum dan pembangunan nasional banyak didanai oleh pendapatan
dari sektor pajak. Menurut Claudya dalam (Adiputri & Jati, 2018) Pembayaran pajak
merupakan bentuk peran masyarakat untuk secara langsung menjalankan kewajiban
pembayaran yang berguna membiayai pengeluaran dan kegiatan pembangunan negara.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia menggali potensi pendapatan daerahnya melalui pajak
daerah. Pajak dapat dibagi menjadi dua bagian menurut lembaga/instansi yang memungut,
yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Selain Pajak Pusat, Pajak daerah adalah yang dikelola dan
dipungut pemerintah Propinsi atau Kabupaten/Kota (misalnya Pajak Provinsi yang terkait
Kendaraan Bermotor). Menurut Soemitro dalam (Pamungkas & Jurusan, n.d.) pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (memaksa),
tanpa kontraprestasi (timbal balik), yang digunakan untuk pengeluaran umum. Beberapa
pengeluaran pemerintah yang menggunakan dana dari pendapatan pajak di antaranya adalah:
Belanja pegawai dan pembiayaan pembangunan sarana umum, seperti: jalan, jembatan,
rumah sakit, hingga kantor polisi. Pemberlakuan Undang-Undang tentang Desentralisasi
Fiskal sejak tanggal 1 Januari 2001, memberi mandat luas kepada Pemerintah Daerah
( PemDa ) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menyelenggarakan fungsi
birokrasinya guna menaikkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Wisanggeni dalam
(Ermawati & Widiastuti, 2014) Berbanding lurus dengan itu, melekat perluasan kewenangan
PemDa untuk mengoptimalkan penerimaan daerah berdasarkan potensi ekonomi.
Desentralisasi fiskal daerah diberi kekuasaan lebih jauh untuk mencari alternatif sumber
pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan untuk memperoleh bantuan dana dari
pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan. Menurut Peter dalam (Murthi, Kembar,
Budhi, & Purbadharmaja, 2015) Pemerintah daerah harus diberi kekuatan yang memadai dari
sisi pengelolaan pajak daerah agar mampu membiayai tanggung jawab pengeluaran mereka,
dan tidak berkepanjangan bergantung pada hibah dari pemerintah pusat. Penerapan
pengenaan tarif pajak progresif di DKI Jakarta diharapkan bisa menekan volume kendaraan
dan mengurangi angka kemacetan yang disebabkan padatnya kendaraan bermotor pribadi.
Pajak progresif yang ada di Indonesia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Penghasilan
(PPh) dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Pajak Progresif adalah pajak yang mana sistem
pemungutannya dengan cara menaikkan persentase kena pajak yang harus dibayar sesuai
dengan kenaikan objek pajak. Hal tersebut menyebabkan tarif pemungutan pajak akan
semakin meningkat apabila jumlah atau kuantitas objek pajak semakin banyak dan jika nilai
objek pajak mengalami kenaikan. Dengan pajak ini pemilik kendaraan pribadi akan
membayar pajak lebih mahal untuk kepemilikan kendaraan kedua dan selanjutnya.
Kendaraan milik pribadi pertama hanya akan dikenai PKB 2 persen terhadap nilai jual,
sementara untuk kendaraan kedua dan selanjutnya, tarif PKB ditetapkan 2-10 % tergantung
keputusan pemerintah provinsi. Selain itu, dengan penerapan pajak progresif ini diharapkan

1
dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) di Dki Jakarta. Menurut Effendy dalam
(Ermawati & Widiastuti, 2014) Dengan meningkatnya jumlah pajak yang harus dibayarkan
oleh wajib pajak, tetu saja akan berpengaruh terhadap PAD di DKI Jakarta. Menurut Badan
Pusat Statistik ( BPS ) data kepemilikan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta pada tahun
2018 adalah sebanyak 14.740.000 unit dan masih terus bertambah setiap tahunnya.
Berlakunya tarif pajak progresif atas Pajak Kendaraan Bermotor menimbulkan dampak bagi
masyarakat ,baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari berlakunya
pajak progresif kendaraan bermotor ini, yaitu berkurangnya jumlah kendaraan bermotor,
terutama mobil sehingga dapat mengurangi kemacetan. Sedangkan bagi pemerintah daerah,
dengan berlakunya pajak progresif untuk kendaraan bermotor menyebabkan bertambahnya
jumlah pendapatan daerah dari sektor pajak daerah, sedangkan dampak negatif yang terjadi
adalah masyarakat selaku wajib pajak melakukan berbagai praktek pelanggaran hukum dalam
rangka melakukan penghindaran pajak.

1.2 Tujuan

Tujuan dari program kreativitas mahasiswa pada “DAMPAK PENGENAAN TARIF


PAJAK PROGRESIF KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI DKI JAKARTA” ,
yaitu :

 Membuktikan secara empiris apakah pengenaan tarif pajak progresif kendaraan bermotor
berpengaruh signifikan terhadap kemacetan di DKI Jakarta.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat pada saat berpergian agar lebih memilih untuk
menggunakan transportasi umum.
 Mencoba untuk menemukan solusi atas kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta.

1.3 Manfaat

Manfaat dari program kreativitas mahasiswa pada “ DAMPAK PENGENAAN TARIF


PAJAK PROGRESIF KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI DKI JAKARTA” ,
yaitu :

 Memberikan pengetahuan bagi wajib pajak dan masyarakat umum untuk mengetahui
manfaat pelaksanaan pemungutan pajak pada kendaraan bermotor.
 Membangun kesadaran masyarakat umum untuk taat membayar pajak berguna untuk
mendukung pembangunan transportasi dan sarana umum yang dilakukan oleh
pemerintah.
1.4 Luaran
Luaran yang dihasilkan dari PKM-AI adalah Artike Ilmiah

2
2. Gagasan

A. Kondisi Kekinian:

Berdasarkan data statistik transportasi 2018 jumlah sepeda motor yang terdapat di DKI
Jakarta telah diperkirakan mencapai 14,74 juta unit, dengan tingkat pertumbuhan 5.3% dari
tahun sebelumnya. Kenaikan pertumbuhan kendaraan bermotor yang terbilang signifikan ini
ditengarai karena mudahnya masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor di Indonesia.

Meningkatnya jumlah kendaraan dari tahun ke tahun tentunya menyebabkan kemacetan lalu
lintas juga ikut meningkat. Menurut Yurida dalam (Adiputri & Jati, 2018) Kemacetan dapat
menimbulkan kerugian seperti harga bahan bakar meningkat, waktu berkurang, dapat
menyebabkan stress dan rasa cemas. Kemacetan juga dapat menimbulkan polusi udara yang
berlebihan.

B.Solusi Yang Ditawarkan:

Kemacetan di kota besar saat ini kiranya sudah merugikan banyak pihak, jika tidak
ditanggulangi dengan tepat dan cepat tentunya hal ini tidak akan terselesaikan begitu saja .
Salah satu alat untuk mengurai masalah transportasi khususnya kemacetan jalan mungkin
bisa memanfaatkan kebijakan yang dilandasi ‘fungsi mengatur’dalam perpajakan khususnya
pajak daerah.

Pengenaan pajak progresif adalah pengenaan tarif pemungutan pajak dengan persentase yang


naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan
kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Dalam sistem perpajakan di
Indonesia, terdapat 2 jenis pajak yang menerapkan sistem pajak progresif, yaitu Pajak
Penghasilan dan Pajak Kendaraan Bermotor.

Pajak Kendaraan Bermotor Progresif adalah tarif pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dengan persentase yang naik mengikuti jumlah kendaraan yang dimiliki sebagai dasar

3
pengenaan pajak. Intinya, jika mempunyai lebih dari satu kendaraan atas nama dan alamat
yang sama, hitungan pajaknya jadi beda.

Siahaan dalam (Pamungkas & Jurusan, n.d.) mengulas dasar pengenaan, tarif, dan cara
perhitungan PKB dari perkalian dua unsur pokok, Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB),
dan Bobot, yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan umum dan pencemaran
lingkungan yang diakibatkan. Sedang NJKB adalah harga pasaran umum suatu kendaraan
bermotor, jika harganya tidak diketahui, NJKP ditentukan dari beberapa faktor, yaitu: isi
silinder, penggunaan kendaraan bermotor, jenis kendaraan bermotor, merk kendaraan
bermotor, tahun pembuatan kendaraan bermotor, berat total kendaraan bermotor dan
banyaknya penumpang yang diizinkan, dan dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor
tertentu. Bobot yang dihitung dari beberapa faktor, pertama tekanan gandar (jumlah
sumbu/as, roda, dan berat kendaraan bermotor), kedua bahan bakar kendaraan bermotor
(solar, bensin, gas, listrik atau tenaga surya), dan ketiga jenis/tahun penggunaan, dan ciri dari
mesin kendaraan bermotor.

Tanda pengenaan pajak progresif adalah adanya kode berupa angka di bagian atas STNK.
Kalau terdapat angka 003, berarti Anda terkena pajak progresif ketiga. Kalau 004, berarti
pajak progresif keempat, dan seterusnya. Kode itu sekaligus menjadi bukti pembayaran pajak
progresif kendaraan.

C. Efektivitas Gagasan

Pengenaan pajak progresif di DKI Jakarta di tetapkan pertama kali pada 1 Januari 2011
berdasarkan pasal 15 peraturan provinsi daerah DKI Jakarta no 8 tahun 2010 tentang pajak
kendaraan bermotor.

Kebijakan Pemda DKI Jakarta untuk menaikkan tarif PKB progresif kiranya layak untuk
mendapatkan apresiasi. Dengan pengenaan tarif pajak yang semakin tinggi, diharapkan
masyarakat akan berpikir ulang untuk menambah jumlah kepemilikan kendaraan bermotor
pribadi dan lebih memilih untuk mengutamakan penggunaan moda transportasi umum, hal ini
tentunya juga akan sekaligus menambah pundi-pundi kas daerah.

Kebijakan tarif Pajak Kendaraan Bermotor ini dilakukan kiranya untuk mengurangi tingkat
kemacetan di daerah perkotaan dengan memberikan kewenangan daerah untuk menerapkan
tarif pajak progresif untuk kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya. Pajak Progresif
Kendaraan bermotor ini dikenakan dengan alasan untuk memenuhi rasa keadilan dan
mempertimbangkan asas kemampuan lebih wajib pajak atas kepemilikan kendaraan bermotor
kedua dan seterusnya. Alasan ini muncul kedepannya untuk mempersiapkan Pemerintah
dengan transportasi umum dengan makin tingginya angka kepemilikan kendaraan pribadi.

D. Pihak – Pihak yang dipertimbangkan dapat membantu pengimplementasian

Demi tercapainya tujuan dan pengimplementasian atas gagasan ini, kiranya dibutuhkan
kerjasama antar beberapa pihak, secara garis besar, gagasan ini tidak akan tercapai bila tidak
ada pengaturan yang baik dari pemerintah dan ketaatan dari masyarakat atas aturan yang ada.

4
 Pemerintah:  Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai
pengawas dari para wajib pajak, agar aturan pajak yang ada dapat terlaksana dan
dipatuhi oleh masyarakat yang ada.
 Masyarakat: Selaku wajib pajak, kiranya masyarakat harus menaati aturan perpajakan
yang ada.

E. Langkah-Langkah strategis

Beberapa prinsip dasar yang harus dijalankan di dalam mekanisme penerapan PKB ini antara
lain aturan harus mudah, murah dan dapat dipahami, adil bagi seluruh kelompok masyarakat,
apa dan siapa yang hendak diatur harus jelas, tidak mudah untuk melakukan penghindaran
dari kebijakan, diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat serta fleksibel dalam
pelaksanaannya. Artinya kebijakan tersebut harus economically acceptable, technically
accpetable serta socially acceptable. Tanpa itu semua, maka sebagus apapun jenis kebijakan
yang sudah disiapkan, tidak akan implementatif dan berdaya guna secara optimal.

Tentunya tidak semua kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor dikenakan pajak,
sebab ada beberapa pengecualian yakni kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor
oleh pihak-pihak tertentu (terutama pemerintah atau badan sosial), yaitu: (1) kepemilikan atau
penguasaan kendaraan bermotor oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (milik BUMN
dan BUMD tidak dikecualikan); (2) kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh
kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga internasional (asas
timbal balik); (3) kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh subjek pajak lainnya
yang diatur peraturan daerah; dan (4) kereta api.

3. Kesimpulan

A.Gagasan

Gagasan yang ditawarkan dalam karya tulis ini ada penerapan pajak progresif pada pemilik
kendaraan yang memiliki lebih dar satu kendaraan. Pengenaan pajak progresif adalah
pengenaan tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya
jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap
jumlah tertentu setiap kali naik. Dalam sistem perpajakan di Indonesia, terdapat 2 jenis pajak
yang menerapkan sistem pajak progresif, yaitu Pajak Penghasilan dan Pajak Kendaraan
Bermotor.

Pajak Kendaraan Bermotor Progresif adalah tarif pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dengan persentase yang naik mengikuti jumlah kendaraan yang dimiliki sebagai dasar
pengenaan pajak. Intinya, jika mempunyai lebih dari satu kendaraan atas nama dan alamat
yang sama, hitungan pajaknya jadi beda.

5
B.Teknik Implementasi

Menurut pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, ketentuan tarif pajak progresif bagi
kendaraan bermotor ditetapkan sebagai berikut:

 Kepemilikan kendaraan bermotor pertama dikenakan biaya paling sedikit 1%,


sedangkan paling besar 2%.
 Kepemilikan kendaraan bermotor kedua, ketiga, dan seterusnya dibebankan tarif
paling rendah 2% dan paling tinggi 10%.

Meski persentase tarif sudah ditetapkan, setiap daerah memiliki kewenangan untuk
menetapkan besarannya. Syaratnya, jumlah tarif tersebut tidak melebihi rentang yang
dicantumkan dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Dasar perhitungan pajak ini harus didasarkan pada dua unsur kendaraan, yaitu:

 Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan
Daerah.
 Efek negatif atas pemakaian kendaraan untuk merefleksikan tingkat kerusakan jalan.

Untuk menghitung pajak progresif, mulailah mencari NJKB kendaraan. NJKB diperoleh
dengan rumus: (PKB/2) x 100. Nilai PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) bisa Anda temukan di
lembar STNK bagian belakang.

C.Prediksi Hasil Yang Akan Diperoleh (Manfaat dan Dampak Gagasan)

Pengenaan pajak progresif diharap dapat mengurangi pertambahan jumlah kendaraan pribadi,
yang mana kiranya masyarakat akan berpikir ulang untuk memiliki kendaraan lebih dari satu.
pengurangan jumlah kendaraan yang dimiliki masyarakat inilah yang diharapkan akan juga
dapat mengurangi tingkat kemacetan yang ada.

Pengenaan tarif progresif atas pajak kendaraan bermotor tentunya akan memiliki dampak
lansung pada masyarakat dan pemerintah. Dampak positif bagi masyarakat diberlakukannya
kenaikan tarif pajak kendaraan bermotor diantaranya mengurangi tingkat kepemilikan
kendaraan sehingga setidaknya dapat mengurangi kemacetan. Sedangkan dampak positif bagi
pemerintah adalah meningkatnya pendapatan asli daerah dalam hal pajak daerah khususnya
pajak kendaraan bermotor. Dampak negatif yang kiranya dilakukan oleh masyarakat yaitu
masyarakat yang menjadi penguasa kendaraan melakukan perlawanan aktif yakni tax
avoidance, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini berdampak juga pada
masyarakat. Dengan meningkatnya pengetahuan dan intelektual masyarakat sehingga
masyarakat mampu berpikir untuk mengelabuhi aturan yang ada, masyarakat mampu
memanfaatkan celah dari suatu peraturan yang ada agar dapat meringankan beban pajak yang
harus dibayarkan oleh seorang wajib pajak, hal ini dilakukan agar supaya pemilik kendaraan
tidak harus membayar pajak kendaraan dengan tarif yang lebih tinggi.

6
4. Daftar Pustaka

Adiputri, G. S., & Jati, I. K. (2018). Pengaruh PKB Tarif Progresif dan Pendapatan WP
Terhadap Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor Roda Empat. E-Jurnal Akuntansi,
24, 1632. https://doi.org/10.24843/EJA.2018.v24.i02.p30
Ermawati, E., & Widiastuti, N. P. E. (2014). Dampak Pengenaan Tarif Pajak Progresif
Kendaraan Bermotor Di Propinsi Dki Jakarta. InFestasi, 10(2), 103–114.
https://doi.org/10.21107/INFESTASI.V10I2.529
Murthi, N. W., Kembar, M., Budhi, S., & Purbadharmaja, I. B. (2015). PENGARUH PAJAK
PROGRESIF TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF , BASIS PAJAK , KEPATUHAN
WAJIB PAJAK DAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI BALI Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali , Indonesia Email :
ngurah.wisnu@yahoo.com Desentralisasi pemerin. 12, 1001–1028.
Pamungkas, H., & Jurusan. (n.d.). Dalam Tranportasi Kota Besar. Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Dan Komunikasi, BINUS University, 2(2), 992–1006.
Susilawati, K. E., & Budiartha, K. (2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan
pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2, 345–357.
https://doi.org/ISSN: 2302-8556
https://klikpajak.id/blog/tarif-pajak/ketentuan-pajak-progresif-atas-pajak-kendaraan-bermotor/

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/efektifitas-pajak-progresif/

https://www.online-pajak.com/pajak-progresif-pahami-seluk-beluknya

Anda mungkin juga menyukai