Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan
bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak pihak yang
berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak
pantas. Meskipun catatan akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup untuk
mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satusatunya bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor. Auditor juga mengumpulkan
bukti audit dengan melakukan pegamatan langsung terhadap penghitungan fisik
sediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan mendapatkan bukti dari
berbagai sumber di luar perusahaan klien.
Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana
bukti-bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh
dipertimbangkan sangat kompeten, maka hal ini akan sangat membantu auditor
dalam menentukan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya telah disajikan
secara wajar.
Ada berbagai tipe bukti audit yang harus dimengerti. Adapun pengumpulan
bukti pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap aktiva,
wawancara, serta melalui berbagai sumber di luar pemeriksaan klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bukti audit?
2. Apa saja tipe bukti audit yang harus dikumpulkan auditor?
3. Bagaimana kecukupan bukti audit?
4. Bagaimana kompetensi bukti audit?
5. Bagaimana prosedur untuk mengumpulkan bukti audit?
6. Pendekatan apa saja yang ada dalam audit?
7. Bagaimana keputusan yang harus diambil oleh auditor berkaitan dengan
bukti audit?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulisan


makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian bukti audit


Tipe bukti audit yang harus dikumpulkan auditor
Kecukupan bukti audit
Kompetensi bukti audit
Prosedur untuk mengumpulkan bukti audit
Pendekatan yang ada dalam audit

7. Keputusan yang harus diambil oleh auditor berkaitan dengan bukti audit

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bukti Audit


Mulyadi (2002 : 74) dalam Ricky Aditia (2012) mendefinisikan bukti audit
sebagai : Segala informasi yang mendukung angka angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya.

Arens, Elder dan Beasley (2008 : 225) mendefinisikan bukti audit sebagai setiap
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang
diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Dalam akuntansia (2011) Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan beberapa penjelasan
pengertian bukti audit diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bukti audit adalah
Segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan,
yang digunakan auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan.

B. Jenis Bukti Audit


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi
dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi
auditor.
1. Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi)
Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku
pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar
lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi
secara keseluruhan.
Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat
digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus
mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah
melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti
yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam
laporan keuangan.
Catatan Akuntansi Sebagai Bukti

Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam


laporan keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut
melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti
audit bagi auditor mengenai pengolahan transakasi keuangan yang telah dilakukan
oleh klien.
2. Bukti Penguat
Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat
kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang
mengetahui;

informasi

yang

diperoleh

auditor

melalui

permintaan

keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi), inspeksi


(inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination); serta informasi lain
yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk
menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Jenis jenis bukti penguat :

Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau

perhitungan aktiva berwujud. Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang


diperiksa, untuk menentukan kuantitas (eksistensi aktiva) dan untuk menentukan
kualitas/kondisi (penilaian). Memiliki tingkat keandalan yang tinggi,contoh : kas,
persediaan, aktiva tetap

Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf

dan atau angka atau symbol-simbol dan lain lain yang diperoleh melalui
pemeriksaan dokumen dan catatan klien untuk memperkuat informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung
kepada auditor.
4

2. Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
3. Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan yang berasal dari dalam (interanal) perusahaan
klien. Tingkat keandalan bukti ini akan lebih lagi apabila dikirim secara langsung
kepada auditor oleh pihak luar.

Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)


Penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya

dengan hasil perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini
dimaksudkan untuk menguji ketelitian klien dalam perhitungan.Perhitungan yang
dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.
2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba
per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.

Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan

kepada klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan
tersebut merupakan tipe bukti lisan. Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan
bukti penguat lainnya.

Perbandingan (analitycal evidence)


Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna

penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan


setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam
tahun sebelumnya.bukti diperoleh melalui penggunaan perbandingan dan
hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material, tingkat

keandalan bergantung pada data yang digunakan,contoh pembandingan saldo atau


rasio dengan data tahun lalu dan budget & rata-rata industri

Confirmation evidence.
Jawaban

tertulis/lisan

dari

pihak

ketiga

yang

independen

yang

memverifikasi kecermatan informasi tertentu yang diminta auditor, informasi


bersifat faktual, memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Contoh : konfirmasi
bank, piutang, utang.

Pernyataan tertulis (written representation)


Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat

dan ditanda tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui
mengenai sesuatu hal yang perlu ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan
dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal dari dalam atau dari
luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau pendapat
pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya.
Contoh : surat pernyataan manajemen klien

Bukti dari Spesialis


Bukti Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau

pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya
spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang
mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan nama
baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil
penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis
tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika
auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat
selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis
tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan
auditnya.

C. Kecukupan Bukti Audit

Cukup atau tidaknya bukti Audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang
harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah :
a. Materialitas
Materialistis ditujukan untuk derajat signifikansi dari kelas transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan.Auditor harus
membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Ada
hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang
diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti
yang diperlukan.Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti
yang diperlukan sedikit.Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti
tolerable misstatement rendah.Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi
menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin
tidak ada salah saji material yang terjadi.
Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas
saldo akun dengan akun yang material.Pada umumnya akun yang material
terhadap laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang
tidak material.Di samping itu, akun yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam
laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang berisiko
rendah terjadi salah saji.
b. Risiko audit
Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya
mungkin disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian
internalnya gagal untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam
asersi.
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya
risiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor
mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut
auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat

risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak kuantitas bukti yang
diperlukan.
Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang
diperlukan.Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor,
semakin banyak bukti yang diperlukan.Sebaliknya ada hubungan searah antara
risiko

bawaan

dan

risiko

pengendalian

dengan

kuantitas

bukti

yang

diperlukan.Semakin tinggi tingkat risiko bawaan, semakin banyak bukti yang


diperlukan.Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian, semakin banyak bukti
yang diperlukan.
c. Faktor-faktor ekonomi
Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk
memperoleh bukti yang diperlukan sebagai dasar yang memadai untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit
menghadapi kendala waktu dan biaya dalam menghimpun bukti. Auditor harus
memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun
bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas
dan kualitas bukti yang dihimpun.
d. Ukuran dan karakteristik
Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan
atas dasar sampling.Ada hubungan searah antara besar populasi dengan besar
sampling yang harus diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya
semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya.
Sebaliknya, semakin kecil populasi semakin kecil jumlah sampel bukti audit yang
diambil dari populasi.
Karakteristik populasi berkaitan denga homogenitas atau variabelitas item
individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak
sampel dan informasi yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang
bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.

D. Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data
akuntansi dan informasi penguat.

Kompetensi data akuntansi


Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas
pengendalian intern.
Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut
ini:
a. Relevansi.
Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
b. Sumber.
Bukti audit yan berasal dari sumber di luar organisasi klien pada
umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap
tinggi.
c. Ketepatan waktu.
Berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor.
d. Objektivitas.
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal
dibandingkan bukti yang bersifat subjektif.

Faktor Penentu Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi Rendah
Tidak
relevan
mendukung
-Berasal

dari

Faktor Kompetensi
Kompetensi Tinggi
untuk Relevansi pemberian pendapat Relevan untuk mendukun
dalam

Sumber

pemberian pendapat
-Berasal dari luar perusahaan

perusahaan

- Pengendalian internal yan

- Pengendalian internal yang

memuaskan

tidak memuaskan

- Pengetahuan langsung ole

- Pengetahuan tidak langsung

auditor

oleh auditor
Bukti-bukti

yang

dapat

Waktu

dipakai selain pada tanggal

Bukti-bukti yang hanya dapa


dipakai pada tanggal neraca

neraca
Subyektif

Obyektivitas

Obyektif

Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit :


a. Petimbangan profesional.
Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan
keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam
audit.
b. Integritas Manajemen.
Manajemen bertanggungjawab atas asersi yang tercantum dalam laporan
keuangan dan berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar
bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan.
Oleh karena itu auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat
keraguan terhadap integritas manajemen.
c. Kepemilikan publik versus terbatas.
Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam
audit atas laporan perusahaan publik dibandingkan dengan audit atas
laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas karena
dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik, laporan audit
digunakan oleh pemakai dari kalangan yang lebih luas, dan pemakai
laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan
investasinya terutama atas keuangan laporan auditan.
d. Kondisi keuangan.
Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan akan menyalahkan
auditor karena auditor dianggap gagal untuk memberikan peringatan
sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan perusahaan.
Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas
laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah
dilaksanakan.
E. Prosedur Pengumpulan Bukti Audit
Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan teknik
yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.
Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan
10

bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keungan audit. Prosedur audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan
bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.
Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor
meliputi:
1. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam
auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan
ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian atas
akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali
mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor
ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa
kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang
digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini
berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya
mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi
kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh
transaksi ini atas struktur biaya tetap entitas.

Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan

memeriksa (examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan


catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti
documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian
dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau item-item
yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa
secara tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.

Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui

secara langsung keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan
demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik.

11

2. Pengamatan (observation)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan
rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para
pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh
pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan
seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik
persediaan.

Pengamatan

yanf

terakhir

ini

memberikan

peluang

untuk

membedakan antara mengamati dan menginspeksi.


3. Konfirmasi
Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah:
a.

Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada

pihak luar.
b.

Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk

memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenaai informasi.


c.

Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.

4. Permintaan keterangan (enquiry)


Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan
secara lisan Contoh: permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan
sediaan yang ada di gudang.
5. Penelusuran (tracing)
Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut
direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan
data tersebut dalam proses akuntansi. Contoh: pemeriksaan terhadap transaksi
penjualan yang dimulai oleh auditor dengan memeriksa informasi dalam surat
order dari customer, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, dan jurnal
penjualan. Tujuannya untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan
akuntansi.

12

6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)


Merupakan prosedur audit meliputi:
a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi
atau data keuangan untuk menentukankewajaran dan kebenarannya.
b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang
berkaitan.
Tujuannya untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan
akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.
7. Penghitungan (counting)
Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya
terwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua
formulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik ini digunakan untuk
mengevaluasi

bukti

pertanggungjawaban

fisik

kuantitas

yang

ada

di

tangan,

sedangkan

formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk

mengevaluasi bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.


8. Scanning
Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan
lebih mendalam.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang
(reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya
menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau
premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar
persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat
melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk
menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern
yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan ulang
pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk menentukan

13

bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi
tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan
dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks
ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik,
maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer (computerasssited audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa
prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor dapat
menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:

Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam

prosedur analitis.
Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua

dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.


Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk
disesuaikan (seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan master file

yang memuat harga-harga yang telah disahkan).


Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah

aspek komputer dari pengendalian intern telah berfungsi.


Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar
pembantu piutang usaha atau file persediaan.

F.Pendekatan dalam Audit


Ada

dua

pendekatan

dalam

audit,

dimana

dalam

audit

harus

menyeimbangkan dua pendekatan ini:


a. Bukti audit top-down(top-down audit evidence)
Berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis
dan

industri,

sasaran

dan

tujuan

manajemen,

bagaimana

manajemen

menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif


organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan.
Prosedur audit top-down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang
14

dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut, dan kelangsungan


hidup entitas. Seringkali auditor membandingkan kinerja klien audit dengan
klien audit lainnya pada industri yang sama maupun dengan perusahaan publik
lainnya dalam industri tersebut. Asosiasi perdagangan dan industri biasanya
merupakan sumber informasi yang baik tentang faktor persaingan dalam
induustri. Auditor akan meletakkan informasi ini bersama-sama dengan
pengetahuan tentang sasaran sasaran, tujuan serta pasar untuk mengembangkan
harapan yang berkenaan dengan laporan keuangan perusahaan. Proseur audit
top-down juga membantu auditor dalam membuat diagnosa bidang audit yang
memerlukan perhatian tambahan. Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti
tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan tentang entitas,
bisnis, dan industrinya.
b. Bukti audit bottom-up(bottom-up audit evidence)
Berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta
sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo
akun. Bukto bottom-up meliputi beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau
penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-item
dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari
setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.
Akhirnya, auditor mengembangkan strategi audit yang menggabungkan suatu
kombinasi antara bukti audit top-down dan bottom-up. Setiap kali auditor
mengukur tingkat persaingan suatu entitas, ia juga mempertimbangkan proses inti,
sifat setiap transaksi, dan bagaimana kemungkinan transaksi tersebut secara
bersama-sama menghasilkan laba dan arus kas. Setiap kali auditor mengumpulkan
bukti bottom-up dengan cara memeriksa dokumen pendukung transaksi
(vouching), auditor juga mengevaluasi substansi ekonomi dari transaksi
tersebut.Dalam pendekatan ini mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan
akumulasinya dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa
dokumen pendukung tentang penerbitan obligasi baru. Auditor tidak hanya
memeriksa kebenaran pencatatan obligasi, diskon dan premi terkait, namun ia
juga akan melanjutkan pemahamannya tentang bagaimana dana yang berhasil
dihimpun melalui penjualan obligasi tersebut akan diinvestasikan kembali dalam

15

bisnis agar dapat menghasilkan laba dan arus kas di masa mendatang. Pada
umumnya prosedur audit dievaluasi dalam konteks bukti audit top-down dan
bottom-up.

G. Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti


Audit
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan
bukti audit, auditor mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit
disajikan berikut ini.

Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca


dan awasi uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke
bank.

Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka


waktu dua minggu setelah tanggal neraca.

Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang


diselenggarakan oleh klien.

2. Penentuan Besarnya Sampel


Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh
auditor untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di
antara yang satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke
prosedur audit yang lain.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor
masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota
sampel untuk diperiksa.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu
tertentu, biasa nya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti

16

audit segera awal tahun. Umumnya, klien menghendaki diselesaikan


dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian
pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Bukti audit
yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Auditor dalam mengumpulkan bukti-bukti audit harus jujur sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, karena dari bukti-bukti audit tersebut akan dijadikan
dasar dalam penyusunan kertas kerja pemeriksaan. Sehingga auditor dalam
menyampaikan opininya harus sesuai dengan temuan bukti.

1.7

17

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2011


Agoes,Sukrisno.Auditing.Edisi ke-4 Jakarta: PT Salemba Empat,2016
http://nita5211.blogspot.co.id/2015/01/makalah-bukti-audit_12.html
http://deezona.blogspot.co.id/2014/03/bukti-audit-prosedur-dan-dokumentasi.html
http://mmilkaerika.blogspot.co.id/2013/10/pemerolehan-bukti-dalam-auditkinerja_5055.html

18

Anda mungkin juga menyukai