PENDAHULUAN
7. Keputusan yang harus diambil oleh auditor berkaitan dengan bukti audit
BAB II
PEMBAHASAN
Arens, Elder dan Beasley (2008 : 225) mendefinisikan bukti audit sebagai setiap
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang
diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Dalam akuntansia (2011) Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang
digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan beberapa penjelasan
pengertian bukti audit diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bukti audit adalah
Segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan,
yang digunakan auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan.
informasi
yang
diperoleh
auditor
melalui
permintaan
Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf
dan atau angka atau symbol-simbol dan lain lain yang diperoleh melalui
pemeriksaan dokumen dan catatan klien untuk memperkuat informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung
kepada auditor.
4
2. Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.
3. Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan yang berasal dari dalam (interanal) perusahaan
klien. Tingkat keandalan bukti ini akan lebih lagi apabila dikirim secara langsung
kepada auditor oleh pihak luar.
dengan hasil perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini
dimaksudkan untuk menguji ketelitian klien dalam perhitungan.Perhitungan yang
dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.
2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba
per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan
kepada klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan
tersebut merupakan tipe bukti lisan. Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan
bukti penguat lainnya.
Confirmation evidence.
Jawaban
tertulis/lisan
dari
pihak
ketiga
yang
independen
yang
dan ditanda tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui
mengenai sesuatu hal yang perlu ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan
dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal dari dalam atau dari
luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau pendapat
pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya.
Contoh : surat pernyataan manajemen klien
pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya
spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang
mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan nama
baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil
penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis
tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika
auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat
selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis
tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan
auditnya.
Cukup atau tidaknya bukti Audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang
harus dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah :
a. Materialitas
Materialistis ditujukan untuk derajat signifikansi dari kelas transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan.Auditor harus
membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Ada
hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang
diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti
yang diperlukan.Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti
yang diperlukan sedikit.Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti
tolerable misstatement rendah.Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi
menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin
tidak ada salah saji material yang terjadi.
Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas
saldo akun dengan akun yang material.Pada umumnya akun yang material
terhadap laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang
tidak material.Di samping itu, akun yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam
laporan keuangan lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang berisiko
rendah terjadi salah saji.
b. Risiko audit
Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya
mungkin disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian
internalnya gagal untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam
asersi.
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang
diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya
risiko audit berarti juga tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor
mengenai ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut
auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat
risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak kuantitas bukti yang
diperlukan.
Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang
diperlukan.Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor,
semakin banyak bukti yang diperlukan.Sebaliknya ada hubungan searah antara
risiko
bawaan
dan
risiko
pengendalian
dengan
kuantitas
bukti
yang
dari
Faktor Kompetensi
Kompetensi Tinggi
untuk Relevansi pemberian pendapat Relevan untuk mendukun
dalam
Sumber
pemberian pendapat
-Berasal dari luar perusahaan
perusahaan
memuaskan
tidak memuaskan
auditor
oleh auditor
Bukti-bukti
yang
dapat
Waktu
neraca
Subyektif
Obyektivitas
Obyektif
bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keungan audit. Prosedur audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan
bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.
Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor
meliputi:
1. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam
auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan
ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian atas
akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali
mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor
ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa
kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang
digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini
berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya
mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi
kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh
transaksi ini atas struktur biaya tetap entitas.
secara langsung keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan
demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik.
11
2. Pengamatan (observation)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan
pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan
rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para
pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh
pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan
seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik
persediaan.
Pengamatan
yanf
terakhir
ini
memberikan
peluang
untuk
pihak luar.
b.
Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk
12
bukti
pertanggungjawaban
fisik
kuantitas
yang
ada
di
tangan,
sedangkan
13
bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi
tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan
dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks
ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik,
maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer (computerasssited audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa
prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor dapat
menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
prosedur analitis.
Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua
dua
pendekatan
dalam
audit,
dimana
dalam
audit
harus
industri,
sasaran
dan
tujuan
manajemen,
bagaimana
manajemen
15
bisnis agar dapat menghasilkan laba dan arus kas di masa mendatang. Pada
umumnya prosedur audit dievaluasi dalam konteks bukti audit top-down dan
bottom-up.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menyatakan opini audit. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian
pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Bukti audit
yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Auditor dalam mengumpulkan bukti-bukti audit harus jujur sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, karena dari bukti-bukti audit tersebut akan dijadikan
dasar dalam penyusunan kertas kerja pemeriksaan. Sehingga auditor dalam
menyampaikan opininya harus sesuai dengan temuan bukti.
1.7
17
DAFTAR PUSTAKA
18