Berdasarkan siklus empiris ilmiah terdapat 4 fase standar model proses audit yang digunakan yaitu:
penerimaan klien, perencanaan dan perancangan pendekatan audit, pengujian bukti, dan evaluasi
dan penerbitan laporan audit.
Tujuan proses penerimaan klien dalam pengauditan : Penerimaan klien yang diajukan untuk
menentukan apakah terdapat alas an untuk menolak penugasan (penerimaan klien) dan meyakinkan
klien untuk mempekerjakan auditor.
Mengevaluasi latar belakang klien untuk alasan audit, auditor harus memperoleh informasi
dan pengetahuan terkait bisnis klien untuk memungkinkan mengidentifikasi dan memahami
sejumlah peristiwa atau kejadian, transaksi dan aktivitas penting yang memiliki pengaruh
pad alaporan keuangan pada laporan audit. Auditor tidak hanya memperoleh informasi
mengenai latar belakang klien pada saat penugasan auditor juga harus melakukan pencarian
informasi secara lebih ekstensif untuk tahap selanjutnya yaitu tahap perencanaan
Pemeriksaan persyaratan etika dan kompetensi teknis kantor akuntan public. Auditor
memastikan para anggota tim audit dan kantor akuntan public secara keseluruhan
memenuhi persyartan etika (litigasi dan independent, kompetensi spesifik, dan perputaran
partner). Jika klien terlibat litigasi dengan auditor maka keberlanjutan proses audit atas klien
akan membahayakn independesi. Dalam beberapa negara pertner audit harus diputar setiap
periode waktu.
Menentukan kebutuhan untuk professional lain
Berkomunikasi dengan auditor sebelumnya
Mempersiapkan proposal klien
Memilih staf untuk melaksanakan audit
Memperoleh surat penugasan
Auditor memperoleh informasi atau latar belakang klien dari 3 sumber utama
Tujuan diskusi dengan klien yaitu untuk mengevaluasi kekuasaan pengendalian internal, dengan
kemungkinan adanya resiko. Alasan utama memperoleh penahaman terkait bisnis dan industry klien
adalah :
Untuk menentukan apakah akan bertindak sebagai auditor diatas laporan-laporan keuangan
kelompok usaha atau tidak
Jika bertindak sebagai auditor atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha, maka
terdapat beberapa tujuan yang ingin di capai.
Bertanggung jawab untuk menyatakan opini audit terkait apakah laporan-laporan keuangan
kelompok usaha memberikan gambaran yang benar dan wajar (atau telah disajikan secara
wajar dalam seluruh aspek yang bersifat material) sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
Bertanggung jawab untuk menentukan pekerjaan yang akan dilakukan atas informasi
keuangan komponen dan informasi keuangan konsolidasian untuk memperoleh kecukupan
bukti audit yang memadai, sehingga memungkinkan untuk menyatakan opini atas laporan-
laporan keuangan kelompok usaha.
Pembagian tanggung jawab adalah auditor kelompok usaha membagi tanggung jawab masing-
masing untuk opini audit atas laporan keuangan. Beberapa pertimbangan untuk menggunakan
pekerjaan auditor lain adalah indepndensi, kualifikasi professional, kompetensi professional, sumber
daya auditor, dan proses pengendalian kualitas.
Dokumentasi
Auditor kelompok usaha harus mendokumentasikan dalam kertas-kertas kerja auditnya terkait hal-
hal berikut:
Jika auditor memerlukan keahlian khusus, auditor harus mempertimbangkan untuk mempekerjakan
tenaga ahli yang dapat mebantu mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan. Terdapat situasi-situasi
tertentu dimana auditor dapat menggunakan jas atenaga ahli contohnya Ketika upaya penilaian dari
beberapa tipe asset tertentu, penentuan kondisi fisik asset-aset yang dimaksud, penilaian aktuaria,
nilai kontrak-kontrak dalam proses, keahlian TI tertentu, serta beberapa opini hukum.
Jika pekerjaan tenaga ahli akan digunakan sebagai bukti audit, auditor harus menentukan
keterampilan dan kompetensi tenaga ahli tersebut dengan mempertimbangkan seejumlah
sertifikasi, pengalaman, dan reputasi professional.
Komuikasi dengan Tenaga Ahli
Klien harus menuliskan intruksi-intruksi kepada ahli yang mencakup beberapa hal, yaitu:
Kode etik IESBA bagi para akuntan professional menyatakan bahwa auditor baru berkomunikasi
secara langsung dengan auditor sebelumnya, tergantung pada situasinya. Sebelum menerima
perikatan, auditor harus berkomunikasi kemudian meminta keterangan kepada auditor sebelumnya
mengenai masalah yang berpengaruh terhadap integritas manajemen setelah itu mencari alasan
klien dalam pengantar auditor. Auditor baru perlu menjelaskan kepada calon klien bahwa perlu
berkomunikasi dengan auditor sebelumnya dan meminta persetujuan, jika klien tersebut menolak
maka harus diselidiki alasannya.
a. Proposal audit untuk melanjutkan hubungan dnegan klien yang telah ada.
Proposal ini mempunyai topik berupa: riview tentang bagaimana kantor akuntan public dapat
menambah nilai, rencana-rencana untuk pengembangan lebih lanjut atas nilai tambah, deskripsi dari
tim audit, dan yang terakhir proposal imbalan jasa secara rinci.
Topik yang disajikan dalam proposal ini berupa : tim audit, pendekatan audit, pekerjaan auditorial
internal, kebutuhan transisi perusahaan, setelah pengauditan, dan yang terakhir lampiran.
Surat penugasan adalah perjanjian antara kantor akuntan public dan klien untuk melakukan audit
dan jasa-jasa terkait. Surat penugasan auditor mendokumentasi kan dan mengkonfirmasikan
penerimaan, tujuan dan ruang lingkup audit dan besarnya tanggung jawab auditor kepada klien dan
bentuk setiap laporan yang harus dibuat serta surat penugasan ini dapat mempengaruhi tanggung
jawab hukum kepada klien.
Waktu penerimaan penugasan oleh auditor dapat dilakukan sebelum maupun sesudah tutup buku.
Bila penerimaan penugasan oleh auditor dilakukan sebelum tutup buku maka auditor dapat leluasa
merencanakan program audit. bila penerimaan penugasan oleh auditor dilakukan sesudah tutup
buku maka auditor akan menghadapi banyak kendala terutama waktu dalam melaksanakan audit.
Menurut International Standard on Quality Control #1 (ISQC #1), menetapkan system pengendalian
kualitas/mutu yang dirancang untuk memberikan asuransi yang memadai bahwa perusahaan dan
personelnya patuh terhadap standar professional dan ketentuan hukum dan perundang-
perundangan, serta laporan yang di terbitkan oleh perusahaan atau rekan penugasan sesuai dengan
situasi-situasi yang ada. Kantor akuntan public harus membentuk, mempertahankan,
mendokumentasi, dan mengomunikasikan system pengendalian kualitas kepada para personelnya
yang mencakup sejumlah kebijakan&prosedur yang ditunjukkan untuk masing-masing unsur
(elemen-elemen system pengendalian mutu) berikut:
Tanggung Jawab kepemimpinan atas kualitas yang ada dalam perusahaan, KAP harus
menetapkan sejumlah kebijakan & prosedur yang mana orang-orang yang diberikan
tanggung jawab operasional atas system pengendalian kualitas perusahaan memiliki
pengalaman dan kemampuan yang tepat dan memadai, serta otoritas yang diperlukan untuk
mengemban tanggung jawab tersebut.
Ketentuan etika yang relevan, KAP dari praktisi perlu menetapkan sejumlah kebijakan dan
prosedur yang di rancang untuk memberikan asuransi yang memadahi bahwa kantor
akuntan public dan para personelnya mematuhi ketentua-ketentuan etika yang relevan.
Penerimaan dan keberlangsungan hubungan klien dan penugasan tertentu, auditor perlu
menetapkan sejumlah kebijakan dan prosedur untuk penerimaan dan keberlanjutan
hubungan klien yang memadai bahwa perusahaan memiliki kompetensi untuk melakukan
penugasan dan memiliki kapabilitas.
Sumber dan manusia, KAP harus menetapkan sejumlah kebijakan yang memastikan bahwa
pihaknya memiliki cukup personel dengan kompetensi da kapabilitas untuk melakukan
penugasan seusai standar professional, serta ketentuan hukum regulasi
Kinerja penugasan, KAP harus menetapkan sejumlah kebijakan yang dirancang untuk
memastikan bahwa penugasan sesuai standar professional, serta ketentuan hukum regulasi.
Pengawasan, KAP harus menetapkan proses pengawasan yang dirancang untuk memberikan
asuransi yang memadai bahwa sejumlah kebijakan dan prosedur terkait pengendalian
kualitas bersifat relevan, memadai, dan berlangsung efektif
ISA 220 menetapkan sejumlah standar yang memberikan panduan terkait prosedur pengendalian
mutu tertentu hanya untuk penugasan audit. ISA 220 menyertakan persyartan khusus bagi riviewe
pengendalian mutu penugasan untuk melakukan evaluasi secara objektif atas kepatuhan terhadap
standar professional yang berlaku.
Sarbanes-Oxley Act (SOX) di peruntukan untuk seluruh prosedur riview yang di perlukan auditor,
seperti pengendalian, kualitas, riview, rekan kedua, dan rotasi rekan. Sarbanes-Oxley Act (SOX) juga
mendiskusikan tentang tanggung jawab dan inspeksi komite audit ats klien berdasarkan Public
Company Accounting Oversight Board (PCAOB)
Sarbanes-Oxley Act (SOX) mensyaratkan bahwa setiap kantor akuntan public (KAP) yang terdaftar
yang mengaudit perusahaan-perusahaan yang sahamnya di perdagangkan secara public untuk
menyertakan di dalam standar kebijakan pengendalian kualitas terkait:
Pemantauan terhadap etika professional dan independensi dari pihak yang menerbitkan
laporan atas nama kantor akuntan public (KAP) yang menerbitkan laporan audit.
Konsultasi di dalam kantor akuntan public atas sejumlah pertanyaan terkait akuntansi dan
pengauditan
Supervise terhadap pekerjaan audit
Perekrutan, pengembangan, dan kemajuan secara professional untuk setiap personel
Penerimaan dan keberlanjutan penugasan audit
Inspeksi internal
Sejumlah persyartan lain yang di tetapkan oleh Public Company Accounting Oversight Board
(PCOAB)
Inspeksi PCAOB
Dalam upaya memastikan adanya pengendalian kualitas, PCAOB melakukan program keberlanjutan
terkait inspeksi untuk menilai tingkat kepatuhan kantor akuntan public (KAP) saat melakukan audit
dan menerbitkan laporan audit berdasarkan persyartan yang ditetapkan oleh PCAOB dan standar
professional. PCOAB mengevaluasi : kecukupan system pengendalian kualitas yang dimiliki kantor
akuntan public dan cara mendokumentasikan dan mengkomunikasikannya. Sejumlah pengujian yang
sesuai dengan prosedur audit, pengawasan, dan pengendalian kualitas kantor akuntan public.
PCOAB di haruskan untuk meninspeksi kantor akuntan public yang terdaftar berdasarkan SOX,
Section 104. PCAOB akan menginspeksi dan meriview audit yang di pilih serta meriview penugasan
yang melibatkan kantor akuntan public. Laporan tertulis atas temua-temuan PCAOB di teruskan ke
otoritas yang berwenang berdasarkan undang-undang. Laporan tersedia dalam rincian yang tepat
untuk public.
ETIKA adalah seperangkat prinsip, moral, aturan perilaku, atau nilai yang memandu perilaku
seseorang. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat juga termasuk hal yang cukup penting. Sikap
dan perilaku akuntan professional dalam memberikan jasa audit dan assurance berdampak pada
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negaranya.
Kepatuhan Terhadap Kode Etik, Prinsip Dasar Etika dan Kerangka Kerja Konseptual
Menetapkan prinsip dasar etika professional bagi akuntan professional dan memberikan kerangka
konseptual yang akan di terapkan akuntan professional. Kerangka konseptual akuntan professional
terdiri dari:
Integritas, bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan professional dan hubungan
bisnis. Tidak boleh terkait dengan laporan pernyataan resmi, komunikasi atau informasi lain
Ketika Akuntan professional meyakini informasi tersebut terdapat:
a. Kesalhan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
b. Pernyataan atau informasi yang dilengkapi secara sembarang
c. Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya di ungkapkan sebagai
menyesatkan
Objetivitas, prinsip ini mewajibkan akuntan professional: seluruh anggota bersikap adil,
jujur, secara intelektual, tidak memihak, tidak berprasangka atau bias, bebas dari benturan
kepentingan atau pengaruh yang tidak sepantasnya dari pihak lain, semua anggota tidak
memberikan layanan, professional jika suatu keadaan atau hubungan menyebabkan terjadi
bias atau dapat memberi pengaruh yang berlebihan pada pertimbangan profesionalnya.
Kompetensi dan Kehati-hatian professional, prinsip ini mengharuskan setiap anggotanya
untuk: memelihara pengetahuan dan keahlian professional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberi kerja, bertindak tekun dan cermat sesuai teknis dan professional yang
berlaku Ketika memberikan jasa professional
Kerahasiaan, prinsip ini mengharuskan setiap akuntan untuk tidak melakukan hal:
a. Mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya dari hubungan professional dan
hubungan bisnis pada pihak diluar kantor akuntan atau organisasi tempat akuntan
bekerja tanpa di berikan kewenangan yang memadai dan spesifik tekecuali jika
mempunyai hak dan kewajiban secara hukum atau professional untuk mengungkapkan
kerahasiaan tersebut.
b. Mengungkapkan informasi rahasia intik keuntungan pribadi atau pihak ketiga. Informasi
yang diperoleh baik melalui hubungan professional maupun hubungan bisnis.
Perilaku professional, mewajibkan setiap akuntan mematuhi ketentuan hukum serta
peraturan yang berlaku dan menghindari setiap perilaku yang dapat mengurangi
kepercayaan pada profesi