DIAJUKAN
( AUDITING )
OLEH
UNIVERSITAS KHAIRUN
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Bukti Audit dan Tes Transaksi”. Makalah ini
membahas tentang apa yang dimaksud dengan Bukti Transaki dan Tes Transaksi, Sifat Bukti
Transaksi, Compliance Test Dan Substantive Test dan Cara Pemilihan Sampel. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 1. Dan kiranya kelak makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa - mahasiswi fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Khairun Ternate serta Universitas lainnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari apa
yang diharapkan dalam mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari dosen dan mahasiswa-mahasiswi supaya kiranya makalah ini dapat
mencapai kesempurnaan agar makalah ini nantinya juga dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
perhatiannya diterima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi
pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tumpuan pihak-pihak yang berkepentingan
dikemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa
dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan
semuainformasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan,
serta catatan seperti lembaran kerja ( work sheet ) dan spread sheet yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang
mendukunglaporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data
akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan
keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi
yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek,
catatan electronic fund system, faktur, surat, kontrak, notulen rapat, konfirmasi danrepresentasi
tertulis dari pihak yang mengetahui, informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lainyang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangan
tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemrolehan bukti tersebut. Bukti ekstern yang
diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih
diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu
sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor
secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, dan inspeksi,
lebih bersifat menyimpulkan ( persuasive evidenc ) daripada buktiyang bersifat meyakinkan
(convicing evidence).
Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam tipe bukti audit, yaitu:
1. Physical evidance
Physical evidance terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau
diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan.
contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname, observasi dari
perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat beharga dan inventarisasi aset tetap
2. Evidence obtain through confirmation
6
Evidence obtain through confirmation adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,
kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya adalah
jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat beharga yang disimpan biro
administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.
3. Documentary Evidence
Documentary Evidence terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal
voucher, general ledger dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen
mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan
auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.
4. Mathematical Evidence
Mathematical Evidence merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang
dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing dan exension dari rincian persediaan,
perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba rugi penarikan
aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank,
rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub buku besar,
rekonsiliasi inter company accounts dan lain-lain.
5. Analytical Evidence
Analytical Evidence bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi
keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat perencanaan
audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field
work).
6. Hearsay evidence
Hearsay (oral) Evidence merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor
mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan yang bergerak
lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-lain.
7
Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian
intern bisa diatasi dengan suatu “compensating control”.
Dalam melaksananakan compensating control, auditor harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)
2. Kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension)
3. Otoritas dari pejabat perusahaan yang berwenang
4. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/kredit
5. Kebenaran posting kebuku besar dan sub buku besar.
Compliance Test bisa dilakukan pada waktu interm audit dan dilanjutkan setelah perisahaan
melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
substantive test adalah tes terdap kewajaran sado-saldo perkiraan laporan keuangan (Neraca
dan Laporan Laba Rugi).
Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan
usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak mempengaruhi opini akuntan
publik. Dalam melakukan substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk
Working Balance Sheet, Working Profit and Loss, Top Schedule, dan Supporting Schedule.
8
Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena smapel tersebut harus mewakili
universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangat mempengaruhi
kesimpulan yang ditarik.
Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggung jawabkan sehingga
sampel tersebut benar-benar resperentative.
“Ada dua pendekatan umum dalam Sampling audit; nonstatistik dan statistik, Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang
dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun
kelompok transaksi yang berkaitan”.
“Kedua pendekatan sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup”.
Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu
menyusun “sampling plan” beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan
adalah:
1. Random/Judgement Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan "udgement
siakuntan publik.
Salah satu cara, misalnya dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas auditor
menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama dengan Rp
5.000.000 harus di vouching ditambah dua setiap bulan yang berjumlah di bawah Rp
5.000.000.
Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih sampel.
pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.
2. Block Sampling
Dalam hal ini auditor memilih transasksi dibulan-bulan tertentu sebagai sampel,
misalnya bulan januari, juni dan desember.
9
Keberhasilan kedua cara diatas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung pada
judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor, semakin baik hasilnya, dalam
arti sampel yang dipilih betul-betul representative.
3. Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sampel yang terpilih betu-betul representative. Karena memakan waktu yanglebih banyak,
statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat besar
dan mempunyai internal control yang cukup baik.
10
3. Memungkinkan atas usaha langsung menilai bahwa pekerjaan yang didelegasikan telah
dilaksanakan dengan baik.
4. Membantu auditor untuk menilai hasil kerja yang telah dilakukan sesuai dengan rencana,
dan mencangkup semua aspek finansial serta operasional yang dapat dijadikan pedoman
untuk memberikan pendapat dan serta perbaikan.
5. Sebagai dasar bahwa prosedur audit telah diakui, pengujian telah dilakukan, sebab-sebab
masalah diketahui, dan akibat dari masalah diungkapkan untuk mendukung pendapat
(opini) dan saran (perbaikan yang diberikan).
6. Memungkinkan staf auditor lain untuk dapat menyesuaikan dengan tugas yangdiberikan
dari periode ke periode sesuai dengan rencana penggatian staf audit.
7. Sebagai alat bantu untuk mengembangkan profesionalisme bagi Internal Audit Divisi
8. Menunjukkan kepada pihak lain bahwa suatu pekerjaan audit telah dilaksanakan sesuai
dengan standar keahlian yang dimiliki oleh staf audit hingga laporan evaluasiakhir yang
sesuai dengan “audit proses”.
11
3. Ringkasan informasi bagi reviewer (untuk memberikan daftar hal-hal yang memerlukan
perhatian khusus dari reviewer).
4. Program audit.
5. Laporan keuangan atau lembar kerja (work sheet) yang dibuat oleh klien.
6. Ringkasan jurnal adjustment.
7. Working Trial Balance
8. Schedule utama
9. Schedule pendukung.
12
2.5. Warking Balance Sheet dan Working Profit and Loss
Warking Balance Sheet (WSB) dan Working Profit and Loss (WPL) berisi angka-angka
perbook (bersumber dari Trial Balance Klie), Audit Adjustmen, Saldo per audit, yang nantinya
akan merupakan angka-angka di Neraca dan Laba Rugi yang sudah diaudit, serta saldo tahun lalu
(bersumber dari Audit Repost atau kertas kerja pemeriksaan tahun lalu).
Setiap angka yang tercantum di WBS dan WPL akan didukung oleh angka-angka dalam Top
Schedule, untuk itu antara WBS, WPL dengan Top Schedule harus dilakukan secara cross index.
WBS biasanya terbagi atas WBS (untuk pos-pos aset) dan WBS (untuk pos-pos passiva),
sedangkan WPL berisi pos-pos laba rugi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Test Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap
bukt-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui
apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengansistem dan
prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan
pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah) nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian
intern.
Dalam menjalankan pemeriksaan (general audit) KAP harus berpedoman kepada SPAP,
khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik (sekarang Kode Etik Profesi Akuntan Publik).
Kemua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan harus didokumen
tasikan dalam kertas kerja pemeriksaan.
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor
dalam menjalankan pemeriksaan yang bersal dari:
1. Dari pihak klien, misalnya:
Neraca Saldo (Trial Balance), Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation), Analisi Umur
Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List),
Rincian Beban Administrasi dan Umum, Rincian Beban Penjualan, Surat Pernyataan
Langganan.
2. Dari analisis yang dibuat oleh auditor, misalnya:
Berita Acak Kas Opname (Cash Count Sheet), Pemahaman dan Evaluasi Internal Contro,
termasuk Internal Control Question, Analisis Penerimaan Aset Tetap, Analisi
Pengendalian Aset Tetap, Analisis mengenai cukup tidaknya allowance for bad debts,
Working Balance Sheet (WBS), Working Profit and Loss (WPL), Top Schedule, Suporting
Schedule, Konsep Laporan Audit, Management Letter
3. Dari pihak ketiga, misalnya:
Piutang, Liabilities, Dari Bnak, dan Dari Penasihat hukum perusahaan.
3.2. Saran
Dari penjelasan di atas tentang bukti audit dan kertas kerja audit tidak terlepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat serta penyusunannya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca dan
14
khususnya pembimbing mata kuliah pemeriksaan dan pengawasan bank. Oleh karena itu,
penulis mengharap kepada para pembaca (mahasiswa/i) dan dosen pembimbing mata kuliah ini
dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
15
DAFTAR PUSTAKA
16