Anda di halaman 1dari 16

BUKTI AUDIT DAN TES TRANSAKSI

DIAJUKAN

UNTUK MEMENUHI NILAI TUGAS MATA KULIAH

( AUDITING )

OLEH

Nama : Rasni Masiri


Npm : 02271811002
Kelas : Akuntansi ( IV – A)

UNIVERSITAS KHAIRUN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Bukti Audit dan Tes Transaksi”. Makalah ini
membahas tentang apa yang dimaksud dengan Bukti Transaki dan Tes Transaksi, Sifat Bukti
Transaksi, Compliance Test Dan Substantive Test dan Cara Pemilihan Sampel. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 1. Dan kiranya kelak makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa - mahasiswi fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Khairun Ternate serta Universitas lainnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari apa
yang diharapkan dalam mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari dosen dan mahasiswa-mahasiswi supaya kiranya makalah ini dapat
mencapai kesempurnaan agar makalah ini nantinya juga dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
perhatiannya diterima kasih.

Ternate, 25 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ 2


Daftar Isi ...................................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5

BAB II Pembahasan ................................................................................................................. 6

2.1. Sifat Bukti Audit ................................................................................................... 6


2.2. Compliance Test Dan Substantive Test ................................................................. 7
2.3. Cara Pemilihan Sampel ........................................................................................... 8
2.4. Kertas Kerja Pemeriksa ........................................................................................... 10
2.5. Working Balance Sheet Dan Worrking Profit And Loss ........................................ 13
2.6. Top Schedule Dan Supporting Schedule ................................................................. 13

BAB III Penutup ......................................................................................................................... 14

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 14


3.2. Saran ...................................................................................................................... 14

Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia akuntansi profesi Auditor tidak lagi menjadi sesuatu yang baru untuk
didengar. Auditor adalah oseseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit
atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Laporan keuangan yang
diaudit oleh seorang auditor disebut sebagai laporan audit.
Tujuan umum auditor adalah untuk menyatakan pendapatan atas kewajaran. Dalam
semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum. Untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti
kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit
spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebu,
auditor akan dapat mengidentifikasi bukti apa yang dapat dihimpun, dan bagaimana cara
menghimpun bukti tersebut.
Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit, auditor
mengumpulkan bukti audit. Meskipun catatan akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup
untuk mndukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan satu-satunya bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor. Auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan keterangan,
dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber diluar perusahaan klien.
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannhya, informasi yang diperolehnya dan
keimpulan yang dibutnya berkenaan dengan pelaksanaan audit. Oleh karena itu, pembuatan dan
penyimpanan kertas kerja merupakan pekerjaan yang penting dalam audit.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Kertas kerja merupakan milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau
milik pribadi auditor. Namun, hak pemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik msih
tunduk pada pembatasan-pembatasan yang di atur dalam kode etik Akuntan Indonesia yang
berlaku. Dalam proses auditnya, auditor harus membuat atau mengumpulkan berbagai tipe
bukti. Untuk pengumpulan dan pembuktian bukti audit itulah auditor membuat kertas kerja.
Bukti audit adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk membuktikan apakah
informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu. Memperoleh bukti audit yang
berkualitas sangatlah penting untuk mencapi tujuan audit. Bukti audit sangat besar pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan

4
keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi
pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tumpuan pihak-pihak yang berkepentingan
dikemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa
dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sifat Bukti Audit?
2. Apa Beda Compliance Test Dan Substantive Test?
3. Bagaimana Cara Pemilihan Sampel?
4. Apa Itu Kertas Kerja Pemeriksa?
5. Apa Working Balance Sheet Dan Worrking Profit And Loss?
6. Bagaimana Top Schedule Dan Supporting Schedule?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan auditing yang
diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah agar mahasiswa dapat:
1. Membedakan antara Compliance Test dan Substantive Test
2. Mengerti bagaimana cara menentukan sampel audit
3. Membuat kertas kerja pemeriksaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sifat Bukti Audit

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan
semuainformasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang berkaitan,
serta catatan seperti lembaran kerja ( work sheet ) dan spread sheet yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang
mendukunglaporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data
akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan
keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi
yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek,
catatan electronic fund system, faktur, surat, kontrak, notulen rapat, konfirmasi danrepresentasi
tertulis dari pihak yang mengetahui, informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lainyang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangan
tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemrolehan bukti tersebut. Bukti ekstern yang
diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih
diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu
sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar  jaminan yang
diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor
secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, dan inspeksi,
lebih bersifat menyimpulkan ( persuasive evidenc ) daripada buktiyang bersifat meyakinkan
(convicing evidence).
Menurut Konrath (2002: 114 & 115) ada enam tipe bukti audit, yaitu:
1. Physical evidance
Physical evidance terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau
diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan.
contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname, observasi dari
perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat beharga dan inventarisasi aset tetap
2. Evidence obtain through confirmation

6
Evidence obtain through confirmation adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,
kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya adalah
jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat beharga yang disimpan biro
administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.
3. Documentary Evidence
Documentary Evidence terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur  penjualan, journal
voucher, general ledger dan sub ledger. Bukti ini berkaitan dengan asersi manajemen
mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan dengan audit trail yang memungkinkan
auditor untuk mentrasir dan melakukan vouching atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian dari dokumen ke buku besar dan sebaliknya.
4.  Mathematical Evidence
Mathematical Evidence merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang
dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing dan exension dari rincian persediaan,
perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba rugi penarikan
aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank,
rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub buku besar,
rekonsiliasi inter company accounts dan lain-lain.
5. Analytical Evidence
Analytical Evidence bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi
keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat perencanaan
audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir  pekerjaan lapangan (audit field
work).
6. Hearsay evidence
Hearsay (oral) Evidence merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. misalnya pertanyaan-pertanyaan auditor
mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan yang bergerak
lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan lain-lain.

2.2. Compliance Test Dan Substantive Test


Ketaatan ( Compliance Test ) atau test of recorded transactions adalah tes
terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan
untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai
dengansistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan
dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah) nya tidak material,
auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap
efektivitas pengendalian intern.

7
Juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian
intern bisa diatasi dengan suatu “compensating control”.
Dalam melaksananakan compensating control, auditor harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)
2. Kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension)
3. Otoritas dari pejabat perusahaan yang berwenang
4. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/kredit
5. Kebenaran posting kebuku besar dan sub buku besar.

Compliance Test bisa dilakukan pada waktu interm audit dan dilanjutkan setelah perisahaan
melakukan penutupan buku pada akhir tahun.

substantive test adalah tes terdap kewajaran sado-saldo perkiraan laporan keuangan (Neraca
dan Laporan Laba Rugi).

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalaahan-kesalahan,


harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. Jika
kesalahannya material auditor harus mengusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam
bentuk daftar audit adjustment). Jika usulan adjustment tidak disetujui klien, dan auditor
yakin usulan adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified
opinion.

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan
usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak mempengaruhi opini akuntan
publik. Dalam melakukan substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk
Working Balance Sheet, Working Profit and Loss, Top Schedule, dan Supporting Schedule.

2.3. Cara Pemilihan Sampel


Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak memeriksa
keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau
seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya yang
besar.
Karena itu transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara “test basic” atau secara
sampling, dari keseluruhan “universe” diambil beberapa sampel untuk dites, dan dari hasil
pemeriksaan sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara
keseluruhan.

8
Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena smapel tersebut harus mewakili
universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangat mempengaruhi
kesimpulan yang ditarik.
Sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang bisa dipertanggung jawabkan sehingga
sampel tersebut benar-benar resperentative.

Menurut PSA NO 23:

“Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu


saldoakun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut”.

“Ada dua pendekatan umum dalam Sampling audit; nonstatistik dan statistik, Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang
dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun
kelompok transaksi yang berkaitan”.

“Kedua pendekatan sampling audit di atas, jika diterapkan dengan semestinya, dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup”.

Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih dahulu
menyusun “sampling plan” beberapa cara pemilihan sampling yang sering digunakan
adalah:

1. Random/Judgement Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan "udgement
siakuntan publik.
Salah satu cara, misalnya dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran kas auditor
menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau sama dengan Rp
5.000.000 harus di vouching ditambah dua setiap bulan yang berjumlah di bawah Rp
5.000.000.
Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih sampel.
pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.
2. Block Sampling
Dalam hal ini auditor memilih transasksi dibulan-bulan tertentu sebagai sampel,
misalnya bulan januari, juni dan desember.

9
Keberhasilan kedua cara diatas walaupun paling mudah, tetapi sangat tergantung pada
judgement si auditor, semakin banyak pengalaman auditor, semakin baik hasilnya, dalam
arti sampel yang dipilih betul-betul representative.
3. Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sampel yang terpilih betu-betul representative. Karena memakan waktu yanglebih banyak,
statistical sampling lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat besar
dan mempunyai internal control yang cukup baik.

2.4. Kertas Kerja Pemeriksaan


2.4.1. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan
Dalam menjalankan pemeriksaan (general audit) KAP harus berpedoman kepada SPAP,
khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik (sekarang Kode Etik Profesi Akuntan Publik).
Semua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan harus
didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor
dalam menjalankan pemeriksaan yang bersal dari:
1. Dari pihak klien, misalnya:
Neraca Saldo (Trial Balance), Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation), Analisi Umur
Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory
List), Rincian Beban Administrasi dan Umum, Rincian Beban Penjualan, Surat
Pernyataan Langganan.
2. Dari analisis yang dibuat oleh auditor, misalnya:
Berita Acak Kas Opname (Cash Count Sheet), Pemahaman dan Evaluasi Internal
Contro, termasuk Internal Control Question, Analisis Penerimaan Aset Tetap, Analisi
Pengendalian Aset Tetap, Analisis mengenai cukup tidaknya allowance for bad debts,
Working Balance Sheet (WBS), Working Profit and Loss (WPL), Top Schedule,
Suporting Schedule, Konsep Laporan Audit, Management Letter.
3. Dari pihak ketiga, misalnya:
Piutang, Liabilities, Dari Bnak, dan Dari Penasihat hukum perusahaan.

2.4.2. Kegunaan Kertas Kerja


Kegunaan kertas kerja pemeriksa adalah sebagai berikut:
1. Bahan bukti dalam memberikan pendapat dan saran perbaikan (audit report).
2. Membantu dalam merencanakan, menjalankan, dan mereview proses audit

10
3. Memungkinkan atas usaha langsung menilai bahwa pekerjaan yang didelegasikan telah
dilaksanakan dengan baik.
4. Membantu auditor untuk menilai hasil kerja yang telah dilakukan sesuai dengan rencana,
dan mencangkup semua aspek finansial serta operasional yang dapat dijadikan pedoman
untuk memberikan pendapat dan serta perbaikan.
5. Sebagai dasar bahwa prosedur audit telah diakui, pengujian telah dilakukan, sebab-sebab
masalah diketahui, dan akibat dari masalah diungkapkan untuk mendukung pendapat
(opini) dan saran (perbaikan yang diberikan).
6. Memungkinkan staf auditor lain untuk dapat menyesuaikan dengan tugas yangdiberikan
dari periode ke periode sesuai dengan rencana penggatian staf audit.
7. Sebagai alat bantu untuk mengembangkan profesionalisme bagi Internal Audit Divisi
8. Menunjukkan kepada pihak lain bahwa suatu pekerjaan audit telah dilaksanakan sesuai
dengan standar keahlian yang dimiliki oleh staf audit hingga laporan evaluasiakhir yang
sesuai dengan “audit proses”.

2.4.3. Isi Kertas Kerja Pemeriksaan


Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan
keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan
telah dilaksanakan oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasiyang
memperlihatkan
1. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik.
2. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadaiatas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang
memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.

2.4.4. Susunan Kertas Kerja


Untuk memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh berbagai system dan
staf auditor, berbagai tipe kertas kerja tersebut harus disusun secara sistematik dan dalam
urutan yang logis. Akuntan senior yang akan mereview kertas kerja biasanya menghendaki
susunan kertas kerja dalam urutan berikut ini.
1. Daftar laporan audit (audit report).
2. Laporan keuangan auditan.

11
3. Ringkasan informasi bagi reviewer (untuk memberikan daftar hal-hal yang memerlukan
perhatian khusus dari reviewer).
4. Program audit.
5. Laporan keuangan atau lembar kerja (work sheet) yang dibuat oleh klien.
6. Ringkasan jurnal adjustment.
7. Working Trial Balance
8. Schedule utama
9. Schedule pendukung.

2.4.5. Current File dan Permanent File


Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokan dalam:
1. Berkas tahun berjalan (Current File)
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan, misalnya:
Neraca Saldo, Berita Acara Kas Opname, Rekonsiliasi Bank, Rincian Piutang, Rincian
Persediaan, Rincian Liabilities, Rincian Biaya dan lain-lain.
2. Berkas Permanen (Permanent File)
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya:
Akta Pendirian, Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual), Kontark-kontark,
dan Notulen Rapat.
3. Berkas surat menyurat (Correspondence File)
Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, facsimile, emai dan lain-
lain.

2.4.6. Pemilihan dan Penyajian Kertas Kerja Pemeriksa


1. Kertas kerja pemeriksaan adalah milik akuntan publik. Fak auditor sebagai pemilik kertas
kerja pemeriksaan terikat pada batasan-batasan moral yang dibuat untuk mencegah
kebocoran-kebocoran yang tidak semestinya mengenai kerahasiaan (confidentiality)
dataklien.
2. Ealaupun sebagian kertas akuntan publik dapat digunakan sebagai sumber referensi
bagikliennya, namun kertas kerja pemeriksaan tersebut tidak dapat dianggap sebagai
bagianatau pengganti dari catatan akuntansi klien tersebut.
3. Bila ada pihak lain yang ingin meminjam atau mereview kertas kerja pemeriksaan, baru
bisa diberikan atas persetujuan tertulis dari klien yang bersangkutan, sebaiknya hanya
bagian yang diperlukan saja yang dipinjamkan atau diperlihatkan.
4. Akuntan publik harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk keamanan
kertaskerja pemeriksaannya dan menyimpan kertas kerja tersebut sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku (minimal lima tahun).

12
2.5. Warking Balance Sheet dan Working Profit and Loss

Warking Balance Sheet (WSB) dan Working Profit and Loss (WPL) berisi angka-angka
perbook (bersumber dari Trial Balance Klie), Audit Adjustmen, Saldo per audit, yang nantinya
akan merupakan angka-angka di Neraca dan Laba Rugi yang sudah diaudit, serta saldo tahun lalu
(bersumber dari Audit Repost atau kertas kerja pemeriksaan tahun lalu).

Setiap angka yang tercantum di WBS dan WPL akan didukung oleh angka-angka dalam Top
Schedule, untuk itu antara WBS, WPL dengan Top Schedule harus dilakukan secara cross index.

WBS biasanya terbagi atas WBS (untuk pos-pos aset) dan WBS (untuk pos-pos passiva),
sedangkan WPL berisi pos-pos laba rugi.

2.6. Top Schedule dan Supporting Schedule


Top Schedule (Skedul Utama) adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkasinformasi
yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini
digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan
dicantumkan didalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Sebagai contoh, skedul utama kas
merupakan penggabungan akunakun buku besar: Kas ditangan Rp 5.000.000; Kas dibank Rp
55.000.000 Dana Kas Kecil Rp 2.000.000. Saldo kas yang disajikan didalam neraca adalah Rp
62.000.000 (Rp 5.000.000 + Rp 55.000.000 + Rp 2.000.000).
Angka-angka dalam Top Schedule akan didukung oleh angkaangka dalam Supporting
Schedule untuk itu antara Top Schedule dan Supporting schedule harus dilakukan cross indeks,
Top Schedule akan memperlihatkan saldo per book, audit adjustment, saldo per audit, serta saldo
tahun lalu.
Dalam Top Schedule biasanya dicantumkan kesimpulan atas pos yang bersangkutan. Sifat
perkiraan, prosedur audit yang dilakukan beserta tick mark, audit adjustment yang disusulkan
auditor dan diterima klien, harus tercantum di Supporting Schedule.
Di semua Top Schedule dan Supporting Schedule harus dicantumkan indeks working paper.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Test Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap
bukt-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui
apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengansistem dan
prosedur yang ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemrosesan dan
pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah) nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian
intern.
Dalam menjalankan pemeriksaan (general audit) KAP harus berpedoman kepada SPAP,
khususnya standar auditing, standar pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik (sekarang Kode Etik Profesi Akuntan Publik).
Kemua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan harus didokumen
tasikan dalam kertas kerja pemeriksaan.
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor
dalam menjalankan pemeriksaan yang bersal dari:
1. Dari pihak klien, misalnya:
Neraca Saldo (Trial Balance), Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation), Analisi Umur
Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List),
Rincian Beban Administrasi dan Umum, Rincian Beban Penjualan, Surat Pernyataan
Langganan.
2. Dari analisis yang dibuat oleh auditor, misalnya:
Berita Acak Kas Opname (Cash Count Sheet), Pemahaman dan Evaluasi Internal Contro,
termasuk Internal Control Question, Analisis Penerimaan Aset Tetap, Analisi
Pengendalian Aset Tetap, Analisis mengenai cukup tidaknya allowance for bad debts,
Working Balance Sheet (WBS), Working Profit and Loss (WPL), Top Schedule, Suporting
Schedule, Konsep Laporan Audit, Management Letter
3. Dari pihak ketiga, misalnya:
Piutang, Liabilities, Dari Bnak, dan Dari Penasihat hukum perusahaan.

3.2. Saran
Dari penjelasan di atas tentang bukti audit dan kertas kerja audit tidak terlepas dari
kesalahan penulisan dan rangkaian kalimat serta penyusunannya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca dan

14
khususnya pembimbing mata kuliah pemeriksaan dan pengawasan bank. Oleh karena itu,
penulis mengharap kepada para pembaca (mahasiswa/i) dan dosen pembimbing mata kuliah ini
dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing. Jakarta: Salemba Salemba Empat.


Almira, Cindi, Trianas Saraswati. 2018. Bukti Audit dan KKP. Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman.

16

Anda mungkin juga menyukai