Anda di halaman 1dari 14

BAB 14

PENGUJIAN PADA SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN : PIUTANG DAGANG
METODOLOGI DESAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO

Metodologi yang digunakan para auditor dalam mendesain


pengujian yang tepat untuk saldo piutang. Pengambilan keputusan ini bisa
menjadi kompleks karena adanya beberapa interaksi yang mempengaruhi
kebutuhan atas bukti tersebut.

Sebagai contoh , auditor harus mengevaluasi potensi pelanggaran


dan mempertimbangkan risiko bawaan. Potensi dan risiko ini dapat
bervariasi sesuai dengan tujuannya, seperti halnya hasil pengujian
pengendalian dan identifikasi risiko, yang juga bervariasi sesuai tujuan.
Auditor juga harus mempertimbangkan hasil pengujian substantif dari
penjulan dan penerimaan kas.

Didalam mendesain pengujian perincian saldo piutang dagang,


auditor harus memenuhi delapan tujuan umum ini sama untuk seluruh
akun, yang disebut tujuan audit terkait saldo piutang dagang. Kedelapan
tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas
utama, dan jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan
buku besar (kecocokan perincian)
2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (keberadaan)
3. Seluruh piutang dagangya yang sudh dihitung (kelengkapan)
4. Jumlah piutang dagang yang tepat (akurasi)
5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi)
6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (pisah batas)
7. Piutang dagang yang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan
(nilai terealisasikan)
8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (hak)

Auditor menggunakan faktor-faktor yang ada untuk membantu


mengetahui risiko deteksi piutang dagang yang terencana, sesuai
tujuannya.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi


Piutang Dagang (Tahap I)

1
Pengujian atas piutang dagang didasarkan pada prosedur
penilaian risiko audit agar auditor memahami bisnis dan industri klien
untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien secara signifikan dapat
mempengaruhi pelaporan keuangan, termasuk piutang dagang. Untuk
mendapatkan pemahaman tersebut, auditor juga melakukan prosedur
analitis awal untuk mendeteksi peningkatan risiko piutang dagang.

Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang dagang oleh


auditor dianggap sebagai risiko yang tak terhindarkan dan dijadikan
bukti perencanaan untuk piutang dagang.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengevaluasi


Risiko Bawaan (Tahap I)

Auditor terlebih dahulu memberikan penilaian awal mengenai


meterialitas untuk keseluruhan laporan keuangan, lalu mengalokasikan
jumlah yang dianggap material untuk setiap akun neraca, termasuk
piutang dagang. Alokasi ini disebut penentuan salah saji yang dapat
diterima.

Auditor menentukan risiko yang tak terhindarkan untuk masing-


masing akun (misalnya akun putang dagang) dan mempertimbangkan
risiko bisnis dan industri perusahaan klien. PSA 70 (SA 316)
mengidentifikasikan bahwa auditor harus bisa mengidentifikasikan
risiko pelanggaran dalam pengakuan pendapatan. Hal ini
mempengaruhi evaluasi auditor terhadap risiko tersebut untuk tujuan :
eksistensi, batas waktu penjualan, pengembalian barang dagangan,
dan batas penetapan cadangan kerugian piutang. Klien biasanya baik
secara sengaja maupun tidak sengaja salah menetapkan cadangan
atas piutang tak tertagih (nilai realisasi bersih) karena sulitnya
menentukan jumlah yang tepat.

Mengevaluasi Risiko Pengendalian dalam Siklus Penjualan dan


Penagihan (Tahap I)

Pengendalian internal atas penjualan dan bukti penerimaan kas


yang berhubungan dengan piutang dagang biasanya berlangsung
efektif dibanyak perusahaan karena manajemen sangat peduli dengan
pencatatan yang akurat untuk menjaga hubungan baik dengan
pelanggan. Auditor pada umumnya memperhatikan tiga aspek
pengendalian internal, yaitu :

2
1. Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian
2. Pengendalian atas penetapan pisah batas
3. Pengendalian yang berhubungan dengan cadangan piutang tidak
tertagih

Auditor menyimpulkan bahwa pengendalian untuk akurasi saldo


piutang dagang adalah efektif karena transaksi satu-satunya yang
mempengaruhi piutang dagang adalah penjualan dan penerimaan kas.

Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II)

Prosedur audit untuk melakukan pengujian pengendalian dan


pengujian substantif , menentukan jumlah sample, dan mengevaluasi
hasil pengujian. Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah
risiko pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas perlu direvisi.
Auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk
menentukan apakah perencaan risiko deteksi sudah memenuhi untuk
setiap tujuan audit terkait saldo piutang dagang.

Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)

`Prosedur analitis biasanya dilakukan dalam tiga tahap audit :


selama perencanaan, saat pelaksanaan pengujian terperinci, dan saat
menyeleseikan audit. Bab ini membahas prosedur analitis perencanaan
dan prosedur analitis substantif saat menjalankan pengujian terhadap
akun-akun pada siklus penjualan dan penagihan.

Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus


penjualan dan penagihan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini perlu
dilakukan karena terdapat hubungan erat antara laporan laba rugi
dengan akun-akun pada neraca. Jika auditor mengidentifikasi adanya
kesalahan penyajian dalam penjualan atau pengembalian barang
dagangan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang dagang
kemungkinan besar akan menutupi kesalahan tersubut. Kesimpulan
auditor mengenai prosedur analitis substantif untuk siklus penjualan
dan penagihan terhubungkan dengan kertas kerja perencanaan bukti.

3
Mendesain dan Melakukan Pengujian Perincian Saldo Piutang
Dagang (Tahap III)

Tugas menggabungkan faktor-faktor penentu risiko deteksi


terencana cukup kompleks karena pengukuran untuk setiap faktor bisa
saja salah dan penentuan bobot untuk setiap faktor sifatnya sangat
subjektif. Risiko pengendalian menurunkan risiko deteksi terencana
dan meningkatkan pengujian substantive atas transaksi meningkatkan
risiko deteksi terencana dan menurunkan pengujian substantive
terencana lainnya.

MENDESAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO

Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalam pengujian


perincian saldo, akun laporan laba/rugi tidak dilupakan karena akun
laporan laba/rugi diuji sebagai produk sampingan dari pengujian neraca.

Dalam membahas pengujian perincian saldo piutang dagang, kita


berfokus pada tujuan audit-terkait saldo. Kita akan mengamsusikan dua
hal, yaitu:

1. auditor telah melengkapi kertas kerja


2. auditor telah menetapkan risiko deteksi terencana untuk pengujian
atas tujuan audit-terkait saldo.

Piutang Dagang Ditambahkan secara Tepat dan Sesuai dengan


Berkas Utama dan Buku Besar

Pada umumnya pengujian atas piutang dagang dan cadangan


kerugian piutang dilakukan berdasarkan neraca saldo. Auditor melakukan
pengujian atas informasi yang di dapatkan dari kecocokan perincian
(detail tie-in) dalam neraca saldo, sebelum melakukan pengujian lainnya.
Perluasan pengujian terhadap kecocokan perincian bergantung pada
jumlah rekening, tingkat pengujian atas berkas utama sebagai bagian dari
uji pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi, dan tingkat
pengujian yang dilakukan oleh auditor internal atau pihak independent
lain sebelum auditor.

4
Piutang Dagang Dicatat Sesuai Keberadaannya

Ketika pelanggan tidak menanggapi konfrimasi, maka auditor perlu


memeriksa dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman barang,
juga menguji bukti penerimaan kas selama masa tenggat (subsequent)
untuk mengetahui apakah pembayaran sudah dilakukan.

Piutang Dagang Dicatat secara Lengkap

Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening di luar


neraca saldo, kecuali bergantung pada perimbangan data piutang
dagang di berkas utama.

Jika seluruh penjualan kepada pelanggan tidak dimasukkan dalam


jurnal penjualan, maka kurang saji pada piutang dagang tidak dapat
diungkap melalui pengujian perincian saldo. Kurang saji atas penjualan
dan piutang dagang lebih baik dideteksi dari prosedur analitis dan
pengujian substantif atas transaksi pengiriman yang dilakukan, tetapi
dicatat ( tujuan kelengkapan atas pengujian transaksi penjualan).

Akurasi Piutang Dagang

Konfirmasi rekening yang diambil dari neraca saldo merupakan bentuk


pengujian perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk
mengetahui akurasi piutang dagang.

Piutang Dagang Diklasifikasi dengan Benar

Auditor dapat mengevaluasi klasifikasi piutang dagang dengan mudah


yaitu dengan menelaah neraca saldo untuk piutang yang jumlahnya
material dari afiliasi, karyawan, direktur, atau pihak terkait lainnya.
Untuk mencapai tujuan audit-terkait klasifikasikan saldo, auditor harus

5
menetapkan apakah klien telah mengklasifikasikan piutang dagang
secara benar.

Penetapan Pisah Batas (Cutoff) Piutang Dagang secara Tepat

Salah saji akibat pisah batas (cutoff misstatement) terjadi ketika


transaksi dalam waktu berjalan dicatat selama jeda waktu antara
pembuatan pelaporan dan waktu audit dan sebaliknya. Tujuan
pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan jenis transaksi, adalah
untuk melihat apakah transaksi yang terjadi di akhir periode akuntansi
dicatat pada peridoe yang tepat. Salah saji akibat penetepan pisah
batas dapat terjadi pada penjualan, retur dan cadangan barangan
dagangan, serta penerimaan kas. Untuk masing-masing hal tersebut,
auditor perlu melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan
kewajaran pisah batas, yaitu:

1. menetapkan kriteria pisah batas yang tepat


2. mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai
untuk menentukan tingkat kewajaran pisah batas
3. menguji apakah pisah batas yang ditetapkan adalah tepat

A. Pisah Batas Penjualan Sebagian besar klien yang bergerak di


bidang perdagangan dan manufaktur mencatat penjualan
berdasarkan kriteria pengiriman barang. Agar pengukuran
dilakukan secara tepat pada periode berjalan, maka metode yang
digunakan harus mengikuti Prinsip Akuntansi Berterima Umum
(Generraly Accepted Accounting Principles / GAAP) dan
diterapkan secara konsisten.

B. Pisah Batas Retur dan Cadangan Penjualan GAAP


mensyaratkan retur penjualan harus dibandingkan dengan
penjualan terkait jika jumlahnya material. Dikebanyakan
perusahaan, retur penjualan dicatat pada periode akuntansi
dimana transaksi ini terjadi, dengan asumsi yang hamper sama,
yaitu adanyasaling hapus (offsetting) jumlah pada awal dan akhir
periode akuntansi. Pendekatan ini dapat diterima selama
jumlahnya tidak material.

6
C. Pisah Batas Penerimaan Kas Pengujian untuk salah saji pisah
batas penerimaan kas (biasanya disebut holding the cash
receipts book open), yaitu dengan menelusuri pencatatan
penerimaan kas ke setoran bank pada periode jeda yang
terdapat di laporan bank.

Piutang dagang Dinyatakan dalam nilai Terealisasi

GAAP mensyaratkan perusahaan mencatat piutang dagang daam


jumlah tertinggi yang dapat ditagih. Nilai terealisasi piutang dagang
sama dengan jumlah total piutang dagang dikurangi dengan cadangan
piutang tak tertagih. Untuk menghitung cadangan, klien mengestimasi
jumlah total piutang dagang yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
Prediksi ini tentunya tidak dapat dilakukan secara tepat, tetapi auditor
perlu mengevaluasi apakah klien sudah menetapkan cadangannya
secara masuk akal dengan mempertimbangkan semua fakta.

Untuk melakukan evaluasi ini, auditor sering kali menyiapkan


skedul audit yang menganalisis cadangan piutang tak tertagih. Untuk
memulai evaluasi cadangan atas piutang tak tertagih, auditor
menganalisis hasil pengujian pengendalian mengenai kebijakan kredit
klien.

Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam


mengevaluasi cadangan dengan memeriksa saldo jangka panjang
secara individu pada neraca saldo.

1. Mereka mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun jangka


pendek, meskipun beberapa akun ini jelas-jelas tak tertagih.
2. Sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan dengan tahun-tahun
sebelumnya dalam basis yang tidak terstruktur.

A. Piutang Tak Tertagih

Setelah auditor puas dengan akun cadangan, mudah baginya


untuk memeriksa piutang tak tertagih, diasumsikan bahwa:

Saldo awal akun cadangan diverifikasi sebagai bagian dari audit


sebelumnya.

7
Jumlah tak ertagih yang dihapus diverifikasi sebagai bagian dari
pengujian substantif atas transaksi.
Saldo akhir akun cadangan diverifikasi untuk berbagai tujuan.
Piutang tak tertagih merupakan saldo sisa yang diverifikasi dari
perhitungan kembali.

Klien Berhak atas Piutang Dagang

Untuk mendapatkan informasi mengenai keterbatasan hak klien


atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan dengan klien, melakukan
konfirmasi ke bank, atau memeriksa kontrak utang sebagai bukti
bahwa piutang dagang dipakai sebagai jaminan, dan memeriksa
berkas korespondensi.

Penyajian dan Pengungkapan Piutang Dagang

Beberapa pengujian atas penyajian dan pengungkapan dilakukan


untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo. Untuk mengevaluasi
kecukupan penyajian dan pengungkapan tersebut, auditor perlu
memiliki pemahaman SAK dan persyaratan penyajian dan
pengungkapan secara menyeluruh.

Bagian penting dari evaluasi meliputi keputusan apakah klien


telah memisahkan hal-hal material yang memerlukan pengungkapan
terpisah dalam laporan keuangan.

KONFIRMASI PIUTANG DAGANG

Konfirmasi piutang merupakan konsep yang telah dibahas dalam


diskusi mengenai desain pengujian perincian saldo piutang dagang.
Tujuan utama konfirmasi piutang dagang adalah untuk memenuhi tujuan
keberadaan,akurasi, dan pisah batas(cutof).

8
Persyaratan Standar Auditing

Standar auditing mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam


kondisi normal. PSA 07 (SA 330) menyebutkan tiga pengecualian
terhadap persyaratan konfirmasi tersebut yaitu:

1. Piutang dagang jumlahnya tidak material .Hal ini biasa terjadi pada
perusahaan tertentu.
2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang
tidak efektif karena tingkat respons yang rendah atau tidak dapat
diandalkan. Dalam industri tertentu, seperti rumah sakit, tingkat
respons untuk konfirmasi ini sangat rendah.
3. Kombinasi dari tingkatrisiko bawaan dan risiko pengendalian adalah
rendah dan bukti substantif lain dapat diakumulasikan sebagai bukti
yang cukup. Jika klien memiliki pengendalian internal efektif dan risiko
bawaan yang cukup rendah terhada siklus penjualan dan
penagihannya, maka auditor perlu memenuhi persyaratan dengan
melakukan pengujian pengendalian,pengujian substantif atas
transaksi, dan prosedur analitis.

Jenis-jenis Konfirmasi

a. Konfirmasi Posistif (Positive Confirmation)


Adalah komunikasi yang ditujukan kepada debitor untuk meminta
konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan dalam
konfirmasi tersebut benar atau salah.

b. Formulir konfirmasi kosong (blank confirmation form) adalah


jenis konfirmasi positif yang tidak menyebutkan jumlah yang
dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan penerima untuk mengisi
jumlahnya atau memasukkan informasi lain.

c. Konfirmasi tagihan (invoice confirmation) adalah bentuk lain


konfirmasi positif yang merupakan konfirmasi individual, bukan
saldo keseluruhan piutang pelanggan.

9
Konfirmasi Negatif (Negative Confirmation)
Konfirmasi negatif juga ditujukan kepada debitor, tetapi hanya
meminta respons jika debitor tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan
dalam konfirmasi. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negatif dapat
dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi.

1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.


2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah.
Kombinasi risiko tidak bisa dikatakan rendah jika pengendalian internal
tidak efektif atau terdapat kemungkinan terjadi salah saji. Jika audit
tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa piutang dagang sering tidak
akurat, maka konfirmasi negatif tidak tepat untuk dilakukan.

3. Jika diyakini bahwa penerima konfrmasi tidak mengabaikan konfirmasi


yang diminta. Misalnya, jika tingkat respons konfirmasi positif tahun-
tahun sebelumnya sangat tinggi atau jika terdapat tingkat respons yang
tinggi pada klien yang sama, maka dapat diartikan penerima konfirmasi
tersebut juga tidak akan mengabaikan konfirmasi negatif.

Penetapan Waktu (Timing)

Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat


konfirmasi tersebut dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan
tanggal neraca. Dengan ini, auditor dapat secara langsung menguji
saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu
memperhatikan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan
tanggal neraca. Selain itu, untuk melakukan audit berbasis ketepatan
waktu , biasanya diperlukan konfirmasi akun-akun selama tanggal
interim.

KEPUTUSAN PENGAMBILAN SAMPEL


Jumlah Sampel faktor utama yang mempengaruhi jumlah sampel
dalam melakukan konfirmasi piutang dagang terbagi menjadi beberapa
kategori , yaitu :

Salah saji yang dapat diterima

10
Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relatif dari total piutang
dagang, jumlah akun
Hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspetasi salah saji).
Risiko Pengendalian
Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantif lainya
(perluasan dan hasil dari
Pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian
detail lainya).
Tipe Konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya membutuhkan sampel
lebih banyak

Pemilihan Sampel Pengujian, Pada kebanyakan proses audit, konfirmasi


atas saldo yang lebih banyak dan yang jangka waktunya lebih lama perlu
lebih ditekankan karena biasanya dalam kondisi tersebut piutang dagang
bisa mengalami salah saji yang signifikan. Akan tetapi, penting juga untuk
mengambil sampel dari setiap segmen yang material dalam populasi.
Auditor perlu berhati-hati dan menghindari pengaruh dari klien saat memilih
sampel untuk konfirmasi piutang dagang.

MENJALANKAN PENGENDALIAN

Setelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor tetap perlu


melakukan pengendalian konfirmasi hingga dikembalikan dari pelanggan.
Alamat pengembalian harus dicantumkan dalam seluruh amplop untuk
memastikan agar surat yang tidak ditemukan alamatnya akan terkirim
kepada kantor akuntan publik (KAP). Begitupun juga dengan amplop
pengembalian, juga harus dialamatkan kepada kantor KAP.

TINDAK LANJUT BILA TIDAK ADA TANGGAPAN

Surat konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak


dapat dianggap sebagai bukti audit. Misalnya, tidak adanya tanggapan atas
konfirmasi positif bukan berati merupakan bukti audit. Sama halnya dengan
konfirmasi negatif, jika tidak ada respon, maka auditor tidak boleh
menyimpulkan bahwa pelanggan menerima permintaan konfirmasi dan
membenarkan permintaan konfirmasi. Akan tetapi, konfirmasi negatif
memang bisa menjadi bukti keberadaan asersi.

Jika menggunakan konfirmasi positif, PSA 07 mensyaratkan


prosedur tindak lanjut bila terdapat konfirmasi yang tidak ditanggapi.
Biasanya, tindak lanjut dilakukan dengan mengirimkan permintaan
konfirmasi kedua atau bahkan ketiga.

11
Penerimaan Kas pada Masa Tenggat, bukti penerimaan kas pada masa
tenggat sampai dengan tanggal konfirmasi meliputi : pemeriksaan bukti
pengiriman, jurnal penerimaan kas, atau bahkan mungkin kredit yang terjadi
selama masa tenggat pada berkas utama piutang dagang.

Duplikat Faktur Penjualan, sangat berguna untuk mengecek penerbitan


faktur penjualan aktual dengan tanggal penagihan aktual.

Dokumen Pengiriman, Dokumen ini diperlukan untuk mengetahui apakah


pengiriman benar-benar dilakukan dan juga sebagai pengujian pisah batas
(cutof).

Korespondensi dengan Klien, Biasanya, auditor tidak perlu menjadikan


korespondensi sebagai bagian dari prosedur alternatif, tetapi korespondensi
dapat digunakan untuk menemukan piutang yang diragukan atau
bermasalah namun tidak ditemukan dengan cara lain.
Jenis dan lingkup dari prosedur alternatif terutama bergantung pada
materialitas jumlah konfirmasi yang tidak terjawab, tipe salah saji yang
ditemukan dari jawaban konfirmasi, penerimaan kas selama masa tenggat
dari pelanggan yang tidak menjawab konfirmasi, dan kesimpulan auditor
tentang kondisi pengendalian internal.
Biasanya, perlu dilakukan prosedur alternatif, meskipun jumlahnya
kecil, terhadap seluruh saldo yang tidak dikonfirmasi agar sampel dengan
benar dapat mewakili populasi.

ANALISIS PERBEDAAN

Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan,


auditor harus menentukan alasan jika ditemukan perbedaan. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh beda waktu antara pencatatan klien dengan
pelanggan. Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil konfirmasi
meliputi :

Pembayaran Sudah Dilakukan, Perbedaan biasanya terjadi ketika


pelanggan sudah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi
klien belum menerima pembayaran saat pencatatan sebelum tanggal
konfirmasi. Hal ini perlu diselidiki untuk mengetahui kemungkinan salah saji
akibat pisah batas penerimaan kas, penggelapan dengan menangguhkan
pencatatan penerimaan kas (lapping), atau pencurian kas.

Barang Belum Diterima, Perbedaan ini biasanya timbul karena klien


mencatat penjualan pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat
pembelian pada saat barang diterima. Ketika barang dalam masa pengiriman

12
menyebabkan perbedaan laporan tanggal penerimaan barang atau salah saji
akibat pisah batas pada catatan pelanggan.

Pengembalian Barang, Kesalahan klien dalam mencatat memo kredit


dapat terjadi karena beda waktu atau kesalahan pencatatan retur dan
cadangan penjualan. Sama halnya dengan perbedaan lain, hal ini perlu
diselidiki.

Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Dipertentangkan, Perbedaan


yang terjadi dalam laporan pencatatan klien biasanya terjadi ketika
pelanggan menyatakan terjadinya kesalahan atas harga barang, jumlah
barang yang tidak diterima, dan lain-lain. Perbedaan ini perlu diselidiki untuk
menentukan apakah klien melakukan kesalahan dan berapa jumlah
kesalahan yang terjadi.

PENGAMBILAN KESIMPULAN

Ketika masalah perbedaan sudah diselesaikan, termasuk


perbedaan yang ditemukan saat melakukan prosedur alternatif, auditor
harus melakukan evaluasi ulang terhadap pengendalian internal. Jika
terdapat jumlah saji yang signifikan dan tidak konsisten dengan evaluasi
risiko pengendalian, maka perlu dilakukan revisi terhadap evaluasi dan
mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap audit. Auditor pada
perusahaan publik harus juga mempertimbangkan implikasi dari audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Selain itu, perlu dipastikan bahwa sampel yang diambil dapat


mewakili populasi dengan benar. Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi
kualitatif dari salah saji yang ditemukan dalam sampel, tanpa
memperhatikan nominal salah saji populasi yang diestimasi. Bahkan, jika
salah saji yang diestimasi lebih kecil dari salah saji yang dapat diterima
untuk piutang dagang, salah saji yang ditemukan dalam sampel bisa saja
merupakan gejala dari masalah yang lebih serius.

Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah


mengenai apakah bukti memadai telah diperoleh melalui pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis,
prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk
menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang
disajikan.

13
14

Anda mungkin juga menyukai