Dalam memutuskan bukti yang sesuai untuk melakukan pengujian rincian saldo sangat
rumit sebab harus diputuskan secara objektif satu-persatu, dan disana ada beberapa interaksi
yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Sebagai contoh, auditor harus mengevaluasi
kemungkinan adanya kecurangan, dan juga mempertimbangkan resiko melekat, yang mungkin
berbeda untuk setiap tujuan, dan hasil dari pengujian substantive atas penjualan dan
penerimaan tunai, yang tujuannya juga bervariasi. Auditor harus pula mempertimbangkan hasil
pengujian pengawasan dan penilaian resiko pengawasan.
Dalam merancang pengujian rincian saldo untuk rekening piutang, penting untuk
memenuhi 8 (delapan) tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Hal ini disebut tujuan audit
rekening piutang yang berkaitan dengan saldo, terdiri dari :
1. Rekening umur piutang dalam neraca saldo sesuai jumlahnya dengan data asli lainnya,
dan totalnya ditambah dengan benar dan sesuai dengan jurnal buku besar (detail tie-in).
2. Piutang usaha yang dicatat ada (existence).
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (completeness).
4. Piutang usaha sudah akurat (accuracy).
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (classification).
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (cut-off).
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (realizable value).
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (rights).
Metodologi yang dilakukan auditor dalam mendesain pengujian atas rincian saldo
untuk rekening piutang terdiri dari beberapa fase, ilustrasi berikut menggambarkan metodologi
dalam mendesain pengujian atas rincian saldo.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi
tujuan manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, yang
dapat mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka oleh karena itu auditor
harus melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang
usaha.
Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha,
auditor mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha. Contoh : auditor dapat
meningkatkan risiko inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan
keuangan secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus
piutang usaha merupakan salah satu akun yang paling material, bahkan untuk saldo piutang
yang paling kecil sekalipun, transaksi dalam silkus penjualan dan penagihan yang
mempengaruhi saldo piutang usaha hampir pasti sangat signifikan.
Auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu menyangkut
pengakuan pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh auditor untuk
tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah batas retur
dan pengurangan penjualan. Jadi sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan pisah batas
baik karena kesalahan maupun karena kecurangan. Juga sudah biasa bagi klien untuk menyalah
sajikan secara tidak sengaja atau secara sengaja penyisihan piutang tak tertagih (nilai realisasi)
karena sulit menentukan saldo yang benar.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang (Tahap
I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha
terkait setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan yang
akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Auditor harus
memperhatikan tiga aspek pengendalian internal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
2. Pengendalian terhadap pisah batas
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piuang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko
deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo.
Contoh : auditor menyimpulkan bahwa risiko pengendalian untuk transaksi penjualan maupun
penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keakuratan.
Karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo keakuratan untuk piutang usaha sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang
mempengaruhi piutang usaha adalah penjualan dan penerimaan kas. Jika retur dan
pengurangan penjualan serta penghapusan piutang usaha tak tertagih berjumlah signifikan,
penilaian risiko pengendalian juga harus dipertimbangkan untuk kedua kelas transaksi tersebut.
1
Dua aspek hubungan yang disajikan perlu disinggung secara khusus:
a. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi/keberadaan. Akan
tetapi untuk penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan. Penyebab
kesimpulan mengejutkan bahwa kenaikan penjualan meningkatkan piutang usaha tetapi
kenaikan penerimaan kas justru menurunkan pitang usaha. Contoh : pencatatan penjualan
sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi (keduannya lebih saji). Pencatatan
penerimaan kas yang sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan
transaksi-keterjadian maupun tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan untuk
piutang usaha, karena piutang yang masih beredar tidak lagi dicantumkan dalam catatan.
b. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak, serta
tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh
penilaian risiko pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut, auditor harus mengidentifikasi
dan menguji pengendalian secara terpisah demi mendukung tujuan-tujuan tersebut.
Tiga baris penilaian resiko pengawasan : satu untuk penjualan, satu untuk penerimaan
tunai, dan satu untuk pengawasan tambahan yang berhubungan dengan saldo rekening piutang.
Sumber dari setiap resiko pengawasan penjualan dan penerimaan tunai adalah matrik resiko
pengawasan, yang mengasumsikan bahwa hasil pengujian pengawasan mendukung penilaian
yang sebenarnya. Auditor membuat pemisah penilaian resiko pengawasan untuk tujuan yang
berhubungan hanya dengan saldo rekening piutang.
2
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi (Tahap II).
Bab sebelumnya membahas prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil
pengujian-pengujian tersebut. Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah
penilaian risiko pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Auditor
menggunakan hasil pengujian untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan
akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan, ketika
melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Sebagian
besar prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal
neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis
untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini
dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor
mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan
dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi
yang tidak biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Respon
manajemen harus dievaluasi secara kritis.
Merancang dan Melaksanakan pengujian atas Rincian Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kerja perencanaan. Risiko
deteksi ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan subjektif
auditor setelah mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap factor yang
tercantum. Tugas menhubungkan factor yang direncanakan sangatlah kompleks karena
pengukuran factor bersifat tidak jelas. Bukti audit yang direncanakan adalah kebalikan dari
risiko deteksi yang direncanakan. Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan
tertentu adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit
yang sesuai, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.
3
Meskipun pada pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun-akun
neraca, namun tidak berarti bahwa auditor mengabaikan akun-akun nominal (akun-akun
laba/rugi) karena akun-akun laba/rugi diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas akun-
akun neraca. Sebagai contoh, apabila auditor mengonfirmasi saldo piutang usaha dan
menemukan lebih saji yang disebabkan oleh kesalahan dan pembuatan faktur untuk konsumen,
maka baik piutang usaha maupun penjualan akan lebih saji.
Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling
penting. Konfirmasi akan kit abaca lebih rinci pada saat kita melakukan pengujian untuk setiap
tujuan audit yang sesuai dibagian lain bab ini.
Untuk pembahasan rinci saldo atas piutang usaha, kita akan focus pada tujuan-tujuan
audit saldo, kita juga mengasumsikan dua hal:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencaan bukti seperti contoh pada gambar
13-7.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk
setiap tujuan audit.
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah bukti
untuk suatu tujuan ditetapkan rendah, medium atau tinggi.
4
Biasanya auditor menguji kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum
melakukan pengujian lain untuk memastika bhawa populasi yang akan diuji cocok dengan
buku besar dan master file piutang usaha. Kolom total dan kolom-kolom yang dibagi menurut
umur piutang harus diuji umur kebenaran penjumlahan vertikalnya (footing) dan total pada
daftar ini dibandingkan dengan saldo di buku besar. Selain itu, auditor harus menelusur suatu
sempel dari saldo individual ke dokumen pendukung seperti misalnya duplikat faktur penjualan
untuk memastikan nama pembeli, jumlah saldo, dan kebeneran penentuan umurnya. Luas
pengujian untuk memeriksa kecocokan ini tergantung pada jumlh akun debitur, seberapa
banyak master file telah diuji dalam rangka pelaksanaan pengujian pengendalian dan pengujian
substanstif transaksi, dan beberapa jumlah daftar umur piutsng telah diverifikasi oleh auditor
internal atau pengawai independen lainnya sebelum daftar tersebut diserahkan kepada auditor.
Auditor juga sering menggunakan perengkat lunak audit untuk memeriksa penjumlahan
vertical dalam daftar umur piutang dan menghitung ulang umur piutang.
5
penerimaan kas setelah tanggal neraca untuk setiap akun yang di konfirmasi, tapi hal ini baru
dilakukan secara ekstensif sebagai prosedur alternative untuk akun yang tidak memberi
jawaban atas konfirmasi.
6
PENGGOLONGAN – PIUTANG USAHA
Pada umumnya auditor dapa mengevaluasi penggolongan piutang dengan mudah.
Dengan cara mereview dafatr umur piutang dapat diketahui ada tidaknya piutang kepada
perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat dan staf perusahaan, atau piutang kepada pihak-
pihak berelasi yang material. Auditor harus memeriksa apakah piutang wesel atau akun yang
harus digolongkan sebagai aset tidak lancer telah dipisahkan dari akun piutang usaha yang
regular, dengan demikian pula piutang bersaldo kredit yang signifikan telah dikelompokkan
sebagai utang usaha.
Ada hubungan yang erat antara tujuan audit saldo tentang penggolongan dengan tujuan
audit kejelasan penyajian dan pengungkapan tentang penggolongan atau pengelompokan.
Untuk memenuhi tujuan audit saldo tentang penggolongan, auditor harus memastikan bahwa
klien telah menggolongkan piutang dengan tepat dan piutang usaha dipisahkan dari piutang
lainnya. Sebagai contoh, auditor harus memastikan piutang kepada perusahaan afiliasi telah
dipisahkan dalam daftar umur piutang. Untuk memenuhi tujuan penyajian dan pengungkapan,
auditor harus memastikan bahwa penggolongan telah disajikan dengan tepat dengan
menentukan apakah transaksi dengan pihak berelasi telah dicantumkan dengan benar selama
tahap penyelesaian audit.
10
Gambar 13-4 Analisis Cadangan Kerugian Piutang pada PT ABC
Auditor sering mengepaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa secara cermat akun-
akun yang memiliki jangka panjang dalam daftar umur piutang untuk menentukan mana
yang belum diterima pembayarannya setelah lewat tanggal neraca. Besarnya saldo dan
umur dari jumlah tagihan tersebut selanjutnya dapat dibandingkan dengan informasi serupa
dari tahun sebelumnya untuk menilai apakah jumlah piutang yang berjangka panjang
tersebut meningkat atau menurun dari waktu ke waktu. Auditor juga bisa memeriksa
kolektibilitas piutang dengan memeriksa arsip kredit, berdiskusi dengan manajer kredit,
dan mereview korespondensi yang terdapat dalam arsip klien. Prosedur ini penting
terutama apabila terdapat sejumlah kecil piutang berjangka panjang namun bersaldo besar
dan tidak melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan.
Auditor memiliki dua kelemahan dalam mengevaluasi cadangan dengan cara mereview
saldo berjangka panjang individual dalam daftar umur piutang. Pertama, akun-akun yang
belum jatuh tempo diabaikan dalam penetapkan kecukupan cadangan, walaupun sebagai
dari piutang ini tidak diragukan lagi akan diterima. Kedua, sulit untuk membandingkan
hasil dari tahun ini dengan tahun sebelumnya untuk sesuatu yang tidak terstruktur semacam
itu. apabila akun-akun menjadi progresif tidak tertagih selama beberapa tahun, keadaan ini
bisa diabaikan. Untuk mengatasi kedu kelemahan ini, klien bisa menunjukkan sejarah
11
penghapusan piutang selama suatau jangka waktu tertentu nyang bisa digunakan sebagai
pedoman dalam mengevaluasi cadangan tahun ini. Sebagai contoh, klien menunjukkan data
bahwa 2% dari piutang belum jatuh tempo, 19% dari piutang berumur 30-90 hari, 35% dari
piutang berumur lewat 90 hari pada akhirnya akan tidak dapat diterima. Auditor bisa
menerapkan persentase ke daftar umur piutang tahun ini dan membandingkannya dengan
saldo dalam akun cadangan. Sudah barang tentu auditor harus memeriksa ketepatan
persentase yang digunakan dan dengan cernat memodifikasi perhitungan untuk kondisi
yang berubah.
Beban Kerugian Piutang
Setelah audit merasa puas dengan cadangan kerugian piutang, selanjutnya akan mudah
untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa:
Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun
yang lalu
Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah deperiksa sebagai bagian dari
pengujian substantive transaksi
Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara
Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat ditentukan dari selisihnya yang dapat
diperiksa dengan rekalkuasi.
12
pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo.
Sebagai contoh, pada saat melakukan pengujian atas penjualan dan piutang usaha, auditor
harus memahami dan menilai ketepatan kebijakan klien tentang pengakuan pendapatan
untuk menentukan apakal hal itu telah diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuangan.
Auditor juga harus memastikan apakah klien telah menggabungkan dengan tepat dan
mengungkapkan informasi tentang transaksi dengan pihak berelasi dalam laporan
keuangan. Untuk menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan, audit harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang ditetapkan dalam standar akuntansi
kuangan tentang penyajian dan pengungkapan.
Bagian yang penting dalam penilaian menyangkut keputusan tentang apakah klien telah
memisahkan sejumlah piutang yang berjumlah material yang membutuhkan pengungkapan
dalam laporan. Sebagai contoh, piutang kepasa direksi dan karyawan harus dipisahkan dari
piutang usaha apabila piutang tersebut berjumlah material
Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha.Tujuan utama konfirmasi
piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi,keakuratan dan pisah batas.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS67
(AU 330) menyediakan tiga pengeculian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material.
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat
responnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan.
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan bukti substantif
lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.
Ketentuan dalam Standar Audit
SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya,
dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit tersebut diperoleh. SA
juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit.
Bukti audit lebih andal jika diperoleh dari sumber independen eksternal.
Bukti audit yang diperoleh oleh auditor secara langsung lebih andal daripada bukti audit
yang diperroleh oleh auditor secara tidak langsung atau melalui penarikan kesimpulan.
13
Bukti audit lebih andal jika dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas,
elektronik atau media lainnya.
Jenis Jenis Konfirmasi
Konfirmasi Positif
Adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespon secara langsung
kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak dengan
informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang
diminta (SA 505.6b)
Konfirmasi bentuk kosong
Sejenis konfirmasi positif tetapi tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si
penerima untuk menyebutkan jumlah saldo atau menyempaikan informasi lainnya. Konfirmasi
dalam bentuk kososng ini jarang digunakan karena sering menghasilkan tingkat jawaban yang
rendah.
Konfirmasi Faktur
Jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya meminta konfirmasi atas suatu faktur tertentu,
tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan. Kelemahan dari konfirmasi faktur adalah
tidak secara langsung mengonfirmasi saldo akhir.
Konfirmasi Negatif
Permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor
hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfirmasi. Dalam hal ini, apabila tidak diterima jawaban dianggap bahwa apa
yang tercantum dalam konfirmasi sudah benar padahal bisa saja sebenarnya debitur tidak acuh
akan konfirmasi tersebut. Konfirmasi negative ini dapat digunakan untuk mengurangi risiko
audit ke tingkat yang diterima jika :
1. Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran adalah rendah.
2. Sebagian besar akun bersaldo kecil.
3. Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan mempertimbangkan
permintaan tersebut. Sebagai contoh, dalam pemeriksaan terhadap rekening giro dalam
suatu lembaga keuangan , auditor sebaiknya menyertakan permintaan konfirmasi pada
rekening koran regular yang dikirimkan oleh lembaga keuangan tersebut kepada para
nasabahnya.
14
Konfirmasi dipandang tidak tepat digunakan dalam keadaan sebagai berikut :
1. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang efektif karena tingkat
jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau tidak dapat dipercaya. Pada bidang usaha
seperti rumah sakit, tingkat jawaban terhadap konfirmasi sangat rendah.
2. Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti
substansif lain bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup.
MENYELENGGARAKAN PENGENDALIAN
Setelah item yang akan dikonfirmasi dipilih, auditor harus menyelenggarakan pengendalian
atas konfirmasi itu hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu dengan
15
menyiapkan konfirmasi, memasukkannya ke dalam amplop, atau menempelkan perangko di
amplop, auditor harus mengawasinya dengan ketat.
16
o Barang telah dikembalikan (Retur)
Apabila klien lupa mencatat suatu kredit memo yang dibuat sebagai dasar
pengembalian barang bisa menjadi salah satu penyebab perbedaan.
o Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah
Jenis penyebab selisih yang paling sering terjadi dalam pembukuan klien adalah
kesalahan klien dalam mencatat harga barang, barang rusak, barang yang diterima
pembeli tidak sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam dokumen dan sebagainya.
Perbedaan semacam ini harus diselidiki untuk menentukan apakah klien melakukan
kesalahan serta jumlah dari kesalahan tersebut.
MENARIK KESIMPULAN
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam melakukan prosedur
alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah saji klien harus
dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat
risiko pengendalian yang dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu
tidak konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus merevisi penilaian itu dan
mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut kepada audit. Auditor perusahaan publik juga
harus mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian internal terhadap pelaporan
keuangan.
17
Risiko audit bisa diterima. Auditor menetapkan risiko audit bisa diterima pada tingkat
medium karena perusahaan adalah perusahaan publik, tetapi dalam kondisi keuangan
baik, dengan integritas manajemen yang tinggi.
Risiko bawaan. Auditor menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk
keberadaan dan pisah batas karena khawatir dengan pengakuan pendapatan
sebagaimana yang ditetapkan dalam standar auditing. Auditor juga menetapkan risiko
bawaan pada medium untuk nilai bisa direalisasi. Di masa lalu, klien membuat
penyesuaian audit untuk akun cadangan kerugian piutang karena ternyata kurang saji.
Risiko bawaan ditetapkan rendah untuk tujuan-tujuan lainnya.
Risiko pengendalian. Penetapan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit sama
dengan yang tercantum pada Gambar 11-6 (Ingat hasil pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi pada Bab 11 konsisten dengan penetapan awal risiko
pengendalian yang ditetapkan auditor, kecuali untuk tujuan ketelitian dan nilai bisa
direalisasi untuk penjualan).
Hasil pengujian substansif transaksi. Hasil ini juga diambil dari Gambar 11-6 (Ingat
dari Bab 11 bahwa semua hasil bisa diterima kecuali untuk tujuan ketelitian dan pisah
batas untuk penjualan).
Prosedur analitis. Lihat Tabel 13-2 dan 13-3
Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan. Kedua baris ini ditetapkan
untuk tiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainnya.
18
19
Tabel 13-4 melukiskan program audit untuk pengujian rinci saldo untuk piutang usaha per
tujuan, termasuk untuk cadangan kerugian piutang. Program audit ini mencerminkan
kesimpulan untuk perencanaan pengumpulan bukti sebagaimana tertuang dalam kertas kerja
perencanaan-bukti dalam Gambar 13-7 di atas.
Tabel 13-4 Tujuan Audit Saldo Program Audit untuk Siklus Penjualan Pengumpulan
Piutang pada PT ABC (Format Rancangan)
Tujuan Audit Saldo Prosedur Audit
Piutang usaha dalam daftar umur piutang Telusur 10 akun dari daftar umur piutang kea
cocok dengan jumlah dalam master file, dan kun dalam master file (6)
dijumlah dengan benar, dan cocok dengan Periksa kebenaran penjumlahan vertikal
buku besar (kecocokan) (footing) dalam 2 lembar daftar umur piutang
dan total keseluruhan halaman (7)
Piutang usaha yang tercantum dalam daftar Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi
umur piutang benar-benar ada (keberadaan) positif. Konfirmasi semua piutang di atas Rp
100.000,- dan lainya disampel non-statistika
(10).
Lakukan prosedur alternatif untuk semua
konfirmasi yang tidak berjawab pada
permintaan pertama atau kedua (11).
Review daftar saldo piutang untuk piutang
bersaldo besar dan tidak biasa (1)
Semua piutang yang ada telah tercantum Telusur lima akun dari master file piutang
dalam daftar umur piutang (kelengkapan) usaha ke daftar umur piutang (9)
Piutang usaha dalam daftar piutang adalah Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi
akurat (ketelitian) positif. Konfirmasi semua piutang di atas Rp
100.000,- dan lainnya disampel non-
statistika (10).
Lakukan prosedur alternative untuk semua
konfirmasi yang tidak berjawab pada
permintaan pertama atau kedua (11)
Review daftar saldo piutang untuk piutang
bersaldo besar dan tidak biasa (1)
20
Piutang usaha dalam daftar umur piutang Review piutang yang tercantum dalam daftar
telah digolongkan dengan benar. umur piutang untuk piutang wesel dan
(penggolongan) piutang kepada pihak yang berelasi (3)
Tanyakan kepada manajemen apakah dalam
daftar umur piutang terdapat piutang wesel
atau piutang jangka panjang (4)
Transaksi dalam siklus penjualan dan Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari
pengumpulan piutang telah dicatat pada jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi
periode yang tepat (pisah batas) penjualan pertama dari tahun berikutnya dan
telusur masing-masing transaksi tersebut ke
dokumen pengiriman barang yang
bersangkutan, periksa tanggal pengiriman
yang sesungguhnya dan kebenaran
pencatatannya (14)
Review retur penjualan berjumlah besar
sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menentukan apakah telah dicatat pada
periode yang benar (15)
Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke
master file piutang untuk menguji kebenaran
penetapan umur dalam daftar tersebut (6)
Periksa kebenaran penjumlahan vertikal
dalam daftar umur piutang dan total seluruh
halaman (7)
Periksa kebenaran penjumalahan horizontal
(cross-foot) daftar umur piutang (7)
Bicarakan dengan manager kredit ada
tidaknya kemungkinan penerimaan piutang
yang sudah lama tak tertagih. Periksa
penerimaan kas pada periode berikutnya dan
evaluasi koletibilitas piutang (12)
21
Lakukan evaluasi apakah cadangan
mencukupi setelah melakukan prosedur audit
lain tentang kolektibilitas piutang (13)
Klien memiliki hak pemilikan atas piutang Review notulen rapat dewan komisaris untuk
usaha yang tercantum dalam daftar umur mencari informasi tentang kemungkinan
piutang (hak) adanya penjaminan pengalihan/penjualan
piutang (5)
Tanyakan kepada manajemen apakah ada
piutang yang digadaikan atau dijaminkan
atau dijual (5)
Catatan: Prosedur-prosedur di atas diringkas dalam bentuk untuk dilaksanakan dalam
Tabel 13-5. Nomor dalam tanda kurung di belakang prosedur merujuk ke
nomor di Tabel 13-5
Tabel 13-5 menunjukan program audit dalam format untuk dilaksanakan. Prosedur-
prosedur audit sama dengan yang tercantum dalam tabel 13-4 kecuali untuk prosedur 4, yaitu
prosedur analitis.
Tabel 13-5 Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo Siklus Penjualan dan
Pengumpulan Piutang pada PT ABC (Format untuk Dilaksanakan)
22
7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom-kolom rupiah dalam daftar
umur piutang dan jumlahkan seluruh halaman.
8. Telusur saldo ke buku besar.
9. Telusur 5 akun dari master file piutang ke daftar umur piutang.
10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif. Konfirmasi semua
piutang bersaldo di atas Rp 100.000,- dan sisanya dipilih secara acak dengan
sampling nonstatistik.
11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur yang tidak menjawab konfirmasi
setelah dikirimi konfirmasi kedua kalinya.
12. Diskusikan dengan manajer kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang-
piutang yang telah lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas kemudian dan
evaluasi koletibilitas piutang.
13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain
tentang kolektibilitas piutang.
14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20
transaksi penjualan pertama dari tahun berikutnya dan telusur setiap ayat
jurnal tersebut ke bukti pengiriman barang, periksa tanggal pengiriman
sesungguhnya, dan kebenaran jumlahnya.
15. Periksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca
untuk menentukan bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar.
23
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, AI. Haryono. 2001. Auditing. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN:
Yogyakarta.
24