Anda di halaman 1dari 25

PEMBAHASAN

Metodelogi untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo

Dalam memutuskan bukti yang sesuai untuk melakukan pengujian rincian saldo sangat
rumit sebab harus diputuskan secara objektif satu-persatu, dan disana ada beberapa interaksi
yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Sebagai contoh, auditor harus mengevaluasi
kemungkinan adanya kecurangan, dan juga mempertimbangkan resiko melekat, yang mungkin
berbeda untuk setiap tujuan, dan hasil dari pengujian substantive atas penjualan dan
penerimaan tunai, yang tujuannya juga bervariasi. Auditor harus pula mempertimbangkan hasil
pengujian pengawasan dan penilaian resiko pengawasan.
Dalam merancang pengujian rincian saldo untuk rekening piutang, penting untuk
memenuhi 8 (delapan) tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Hal ini disebut tujuan audit
rekening piutang yang berkaitan dengan saldo, terdiri dari :
1. Rekening umur piutang dalam neraca saldo sesuai jumlahnya dengan data asli lainnya,
dan totalnya ditambah dengan benar dan sesuai dengan jurnal buku besar (detail tie-in).
2. Piutang usaha yang dicatat ada (existence).
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (completeness).
4. Piutang usaha sudah akurat (accuracy).
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (classification).
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (cut-off).
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (realizable value).
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (rights).
Metodologi yang dilakukan auditor dalam mendesain pengujian atas rincian saldo
untuk rekening piutang terdiri dari beberapa fase, ilustrasi berikut menggambarkan metodologi
dalam mendesain pengujian atas rincian saldo.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi
tujuan manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, yang
dapat mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka oleh karena itu auditor
harus melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang
usaha.
Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha,
auditor mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha. Contoh : auditor dapat
meningkatkan risiko inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan
keuangan secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus
piutang usaha merupakan salah satu akun yang paling material, bahkan untuk saldo piutang
yang paling kecil sekalipun, transaksi dalam silkus penjualan dan penagihan yang
mempengaruhi saldo piutang usaha hampir pasti sangat signifikan.
Auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu menyangkut
pengakuan pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh auditor untuk
tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah batas retur
dan pengurangan penjualan. Jadi sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan pisah batas
baik karena kesalahan maupun karena kecurangan. Juga sudah biasa bagi klien untuk menyalah
sajikan secara tidak sengaja atau secara sengaja penyisihan piutang tak tertagih (nilai realisasi)
karena sulit menentukan saldo yang benar.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang (Tahap
I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha
terkait setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan yang
akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Auditor harus
memperhatikan tiga aspek pengendalian internal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
2. Pengendalian terhadap pisah batas
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piuang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko
deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo.
Contoh : auditor menyimpulkan bahwa risiko pengendalian untuk transaksi penjualan maupun
penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keakuratan.
Karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo keakuratan untuk piutang usaha sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang
mempengaruhi piutang usaha adalah penjualan dan penerimaan kas. Jika retur dan
pengurangan penjualan serta penghapusan piutang usaha tak tertagih berjumlah signifikan,
penilaian risiko pengendalian juga harus dipertimbangkan untuk kedua kelas transaksi tersebut.

1
Dua aspek hubungan yang disajikan perlu disinggung secara khusus:
a. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi/keberadaan. Akan
tetapi untuk penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan. Penyebab
kesimpulan mengejutkan bahwa kenaikan penjualan meningkatkan piutang usaha tetapi
kenaikan penerimaan kas justru menurunkan pitang usaha. Contoh : pencatatan penjualan
sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi (keduannya lebih saji). Pencatatan
penerimaan kas yang sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan
transaksi-keterjadian maupun tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-kelengkapan untuk
piutang usaha, karena piutang yang masih beredar tidak lagi dicantumkan dalam catatan.
b. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak, serta
tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh
penilaian risiko pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut, auditor harus mengidentifikasi
dan menguji pengendalian secara terpisah demi mendukung tujuan-tujuan tersebut.
Tiga baris penilaian resiko pengawasan : satu untuk penjualan, satu untuk penerimaan
tunai, dan satu untuk pengawasan tambahan yang berhubungan dengan saldo rekening piutang.
Sumber dari setiap resiko pengawasan penjualan dan penerimaan tunai adalah matrik resiko
pengawasan, yang mengasumsikan bahwa hasil pengujian pengawasan mendukung penilaian
yang sebenarnya. Auditor membuat pemisah penilaian resiko pengawasan untuk tujuan yang
berhubungan hanya dengan saldo rekening piutang.

2
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi (Tahap II).
Bab sebelumnya membahas prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi, memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil
pengujian-pengujian tersebut. Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah
penilaian risiko pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Auditor
menggunakan hasil pengujian untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan
akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan, ketika
melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Sebagian
besar prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal
neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis
untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini
dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor
mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan
dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi
yang tidak biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Respon
manajemen harus dievaluasi secara kritis.
Merancang dan Melaksanakan pengujian atas Rincian Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kerja perencanaan. Risiko
deteksi ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan subjektif
auditor setelah mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap factor yang
tercantum. Tugas menhubungkan factor yang direncanakan sangatlah kompleks karena
pengukuran factor bersifat tidak jelas. Bukti audit yang direncanakan adalah kebalikan dari
risiko deteksi yang direncanakan. Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan
tertentu adalah tinggi, sedang, rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit
yang sesuai, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.

1.1 Perancangan Pengujian Rinci Saldo

3
Meskipun pada pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun-akun
neraca, namun tidak berarti bahwa auditor mengabaikan akun-akun nominal (akun-akun
laba/rugi) karena akun-akun laba/rugi diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas akun-
akun neraca. Sebagai contoh, apabila auditor mengonfirmasi saldo piutang usaha dan
menemukan lebih saji yang disebabkan oleh kesalahan dan pembuatan faktur untuk konsumen,
maka baik piutang usaha maupun penjualan akan lebih saji.
Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling
penting. Konfirmasi akan kit abaca lebih rinci pada saat kita melakukan pengujian untuk setiap
tujuan audit yang sesuai dibagian lain bab ini.
Untuk pembahasan rinci saldo atas piutang usaha, kita akan focus pada tujuan-tujuan
audit saldo, kita juga mengasumsikan dua hal:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencaan bukti seperti contoh pada gambar
13-7.
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk
setiap tujuan audit.
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah bukti
untuk suatu tujuan ditetapkan rendah, medium atau tinggi.

KECOCOKAN SALDO DALAM CATATAN


Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang
akan didasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur piutang adalah suata daftar yang berisi
saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang usaha pertanggal neraca.
Gambar 13-3 adalah contoh daftar umur piutang yang disusun oleh PT ABC. Perhatikan bahwa
total dalam daftar ini cocok dengan piutang usaha yang tercantum dalam neraca saldo (halaman
185) yang disusun dari buku besar.
Gambar 13-3 Daftar Umur Piutang pada PT ABC

4
Biasanya auditor menguji kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum
melakukan pengujian lain untuk memastika bhawa populasi yang akan diuji cocok dengan
buku besar dan master file piutang usaha. Kolom total dan kolom-kolom yang dibagi menurut
umur piutang harus diuji umur kebenaran penjumlahan vertikalnya (footing) dan total pada
daftar ini dibandingkan dengan saldo di buku besar. Selain itu, auditor harus menelusur suatu
sempel dari saldo individual ke dokumen pendukung seperti misalnya duplikat faktur penjualan
untuk memastikan nama pembeli, jumlah saldo, dan kebeneran penentuan umurnya. Luas
pengujian untuk memeriksa kecocokan ini tergantung pada jumlh akun debitur, seberapa
banyak master file telah diuji dalam rangka pelaksanaan pengujian pengendalian dan pengujian
substanstif transaksi, dan beberapa jumlah daftar umur piutsng telah diverifikasi oleh auditor
internal atau pengawai independen lainnya sebelum daftar tersebut diserahkan kepada auditor.
Auditor juga sering menggunakan perengkat lunak audit untuk memeriksa penjumlahan
vertical dalam daftar umur piutang dan menghitung ulang umur piutang.

KEBERADAAN - PIUTANG USAHA


Konfirmasi saldo piutang merupakan pengujian rinci saldo terpenting menentukan
keberadaan piutang usaha sebagai mana tercantum dalam pembukuan. Apabila pelanggan tidak
memberi jawaban atas konfirmasi, auditor juga memeriksa dokumen pendukung untuk
memastikan bahwa barang sungguh-sungguh telah dikirimkan dan bukti bahwa adanya
penerimaan kas untuk menentukan bahwa piutang telah diterima pembayarannya setelah
tanggal neraca. Biasanya auditor tidak memeriksa bukti pengiriman barang atau bukti

5
penerimaan kas setelah tanggal neraca untuk setiap akun yang di konfirmasi, tapi hal ini baru
dilakukan secara ekstensif sebagai prosedur alternative untuk akun yang tidak memberi
jawaban atas konfirmasi.

KELENGKAPAN - PIUTANG USAHA


Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang yang dengan sengaja
dihilangkan (tidak dicantumkan) dari daftar umum piutang dan hanya mengandalkan pada sifat
keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang. Sebagai contoh, apabila klien pada suatu
ketika menghilangkan suatu piutang dari daftar umur piutang, satu-satunya cara bagi auditor
untuk menemukan hal tersebut adalah dengan mentotal (menjumlah secara vertical) daftar
umur piutan dan mencocokkan hasil penjumlahan tersebut dengan saldo yang tercantum dalam
akun control piutang usaha dibuku besar.
Apabila semua penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal penjualan,
kurang saji piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap melalui pengujian rinci saldo.
Sebagai contoh, auditor jarang mengirim konfirmasi piutang kepada pelanggan yang bersaldo
nol rupiah penyebabnya antara lain karena penelitian menunjukkan bahwa pelanggan jarang
mau menjawab konfirmasi seandainya saldo yang dicantumkan dalam konfirmasi tersebut
lebih rendah dari seharusnya. Selain itu, penjualan kepada pelanggan baru yang tidak dicatat,
sulit diidentifikasi untuk dikonfirmasikan karena nama pelanggan baru tersebut tidak tercantum
dalam master file. Cara terbaik untuk menemukan kurang saji penjualan dan piutang usaha
adalah dengan pengujian substantive transaksi atas pengiriman barang yang tidak dicatat
(tujuan kelengkapan untuk pengujian transaksi penjualan) dan dengan prosedur analitis.

KETELITIAN – PIUTANG USAHA


Konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umur piutang adalah
pengujian rinci saldo yang paling sering dilakukan untuk menguji ketelitian piutang usaha.
Apabila pelanggan tidak menjawab permintaan konfirmasi, auditor memeriksa dokumen
pendukung dengan cara yang sama seperti telah dijelaskan pada waktu auditor melakukan audit
tujuan keberadaan. Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa perbedaan dan
pengkreditan pada masing-masing akun pelanggan individual dengan membandingkannya
pada dokumen pendukung pengiriman barang dan pemeriksaan kas.

6
PENGGOLONGAN – PIUTANG USAHA
Pada umumnya auditor dapa mengevaluasi penggolongan piutang dengan mudah.
Dengan cara mereview dafatr umur piutang dapat diketahui ada tidaknya piutang kepada
perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat dan staf perusahaan, atau piutang kepada pihak-
pihak berelasi yang material. Auditor harus memeriksa apakah piutang wesel atau akun yang
harus digolongkan sebagai aset tidak lancer telah dipisahkan dari akun piutang usaha yang
regular, dengan demikian pula piutang bersaldo kredit yang signifikan telah dikelompokkan
sebagai utang usaha.
Ada hubungan yang erat antara tujuan audit saldo tentang penggolongan dengan tujuan
audit kejelasan penyajian dan pengungkapan tentang penggolongan atau pengelompokan.
Untuk memenuhi tujuan audit saldo tentang penggolongan, auditor harus memastikan bahwa
klien telah menggolongkan piutang dengan tepat dan piutang usaha dipisahkan dari piutang
lainnya. Sebagai contoh, auditor harus memastikan piutang kepada perusahaan afiliasi telah
dipisahkan dalam daftar umur piutang. Untuk memenuhi tujuan penyajian dan pengungkapan,
auditor harus memastikan bahwa penggolongan telah disajikan dengan tepat dengan
menentukan apakah transaksi dengan pihak berelasi telah dicantumkan dengan benar selama
tahap penyelesaian audit.

PISAH BATAS – PIUTANG USAHA


Kesalaha penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada tahun
berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas (cutoff test), apapun jenis
transaksinya, adalah untuk memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun buku telah
dicatat pada periode yang tepat. Tujuan pisah batas adalah salah satu yang paling penting dalam
siklus ini karena kesalahan penyajian pisah batas bisa berpengaruh signifikan terhadap laba
bersih periode ini. Sebagai contoh, dimasukkannya penjualan dengan jumlah rupiah besar
(disengaja datau tidak disengaja) yang sebenarnya terjadi pada periode berikutnya menjadi
penjualan tahun ini atau tidak dimasukkannya sejumlah retur penjualan tahun ini bisa membuat
lebih saji secara material.
Kesalahan penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan
penerima kas. Untuk menentukan pisah batas, auditor melakukan pendekatan pisah batas
sebagai berikut:
1. Tetapkan kriteria yang tetap untuk pisah batas
2. Evaliasi apakah klien telah menetapkan produser yang memadai untuk pisah batas yang
sewajarnya
7
3. Ujilah apakah pisah batas telah dillakukan dengan benar
Pisah batas penjualan
Pada kebanyakan perusahaan dagang dan manufaktur, pencatatan suatu penjualan biasanya
didasarkan pada kriteria pengiriman barang. Namun ada pula sejumlah perusahaan lain
yang mencatat faktur penjualan pada saat berpindahnya hak kepemilikan yang bisa terjadi
sebelum barang dikirimkan, pada saat barang dikirim, atau seteah barang dikirimkan.
Untuk kepentingan pengukuran laba periodik yang benar, metoda hendaknya sesuai dengan
standar akuntansi dan diterapkan secara konsisten.
Bagian terpenring melihat metode yang digunakan klien untuk mendapat pisah batas
yang bisa dipercaya adalah produsen ysng digunsksn. Apabila klien menerbitken dokumen
pengiriman barang bernomor urut tercetak secara berurutan (urut nomor), maka evaluasi
dan pengujian pisah batas bisa dilakukan dengan mudah. Selain itu, adanya pemisahan
tugas antara bagian pengiriman dan bagian pembuatan faktur juga akan sangat mendorong
terciptanya pencatatan transaksi pada periode yang tepat. Namun, apabila pengiriman
dilakukan dengan truk milik perusahan klien, apabila dokumen pengiriman barang tidak
bernomor urut tercetak, dan apabila pegawai bagian pengiriman merangkap sebagai
pembuat faktur, maka akan terjadi kesulitan dan tidak terjamin terjadinya pisah batas yang
tepat.
Apabila pengendalian internal perusahaan klien cukup baik, auditor biasanya dapat
memeriksa pisah batas dengan meminta dokumen pengiriman barang yang terakhir yang
dilakukan pada akhir tahun buku dan membandingkan nomor bukti pengiriman barang ini
dengan penjualan tahun ini dan penjualan tahun berikutnya. Sebagai contoh, misalkan
nomor dokumen pengiriman barang untuk pengiriman barang yang terakhir pada tahun ini
adalah 1489. Semua transaksi barang yang dicatat sebelum akhir tahun buku harus memiliki
dokumen pengiriman barang yang bernomor di bawah 1490, dan tidak ada penjualan yang
dicatat dan barang yang dikirim pada periode berikutnya yang memiliki bukti pengiriman
barang bernomor 1489 atau dibawahnya. Auditor dapat menguji hal ini dengan mudah
dengan cara membandingkan catatan penjualan dengan dokumen pengiriman barang untuk
masa beberapa hari sebelum akhir buku tahun ini dengan beberapa hari memasuki tahun
berikutnya.
Pisah Batas Retur Penjualan
Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan penjualan yang
bersangkutan pada periode yang sama, apabila jumlah material. Sebagai contoh, apabila
barang yang dikirim pada tahun ini ternyata dikembalikan (retur) pada periode berikutnya,
8
maka retur penjualan tersebut harus dilaporkan sebagai retur pada tahun ini. ( barang yang
diretur harus diperlakukan sebagai persediaan tahun ini ). Namun demikian, pada
kebanyakan perusahaan, retur sering dicatat pada periode terjadinya retut dengan asumsi
bahwa retut yang terjadi pada awal periode kurang lebih sama dengan yang terjadi pada
akhir periode, sehingga tidak ada masalah karena kebuanya akan saling menutup. Hal
seperti ini bisa diterima apabila jumlah retur penjualan tidak material. Ada pula perusahaan
retur yang diperkirakan terjadi periode berikutmya.
Apabila auditor percaya bahwa klien mencatat semua penjualan retur dengan benar,
pisah biasa dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat memeriksa suatu sampel
bukti pendukung retur penjualan yang terjadi beberapa minggu setelah berakhirnya tahun
buku untuk menentukan tanggal penjualan yang berkaitan dengan retur tersebut.
Pisah Batas Penerimaan Kas
Dalam auditor pada umumnya, pisah batas yang tepat untuk penerima kas biasanya
dipandang kurang penting dibandingkan dengan pisah batas untuk penjualan dan retur
penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya akan berpengaruh terhadap saldo
kas dan piutang usaha, bukan pada laba perusahaan. Namun demikian, apabila kesalahan
penyajian material, hal itu akan berpengaruh pada kewajaran kedua akun tersebut dalam
neraca, terutama apabila saldo kas berjumlah kecil atau bahkan bersaldo negatifi
Pengujian kesalahan penyajian pisa batas penerimaan kas mudah dilakukan dengan cara
menelusur penerimaan kas ke setoran kas ke bank yang nampak dalam laporan bank pada
periode berikutnya. Apabila terjadi penundaan sampai beberapa hari, hal itu bisa manjadi
petunjuk adanya kesalahan penyajiaan pisah batas.
Sampai pada tingkat tertentu, auditor disa juga mengandalkan pada konfirmasi piutang
untuk mengungap kesalahan penyajian pisah batas penjualan, retut punjualan, dan
penerima kas. Namun, auditor seringkali mengalami kesulitan dalam membedakan
kesalahan penyajian pisah batas karena adanya perbedaan waktu yang normal yang timbul
dan pengiriman barang dan penerima kas dalam perjalanan pada akhir tahun. Sebagai
contoh, apabila seorang pelanggan mengirim check via pos kepada klien untuk membayar
untangnya dan mencatat hal tersebut pada tanggal 30 Desember, dan klien menerima check
dan mencatatnya pada tanggal 2 Januari, maka hasil pencatatan yang dilakukan kedua pihak
tersebut per 31 Desember akan berbeda. Hal seperi itu bukanlah kesalahan penyajian pisah
batas, tetapi suatu perbedaan waktu karena waktu pengiriman. Auditor bisa menghadapi
kesulitan untuk mengevaluasikan apakaj telah terjadi suatu kesalahan penyajian pisah batas
atau ada perbedaan waktu, apabila ai menggunakan jadwal konfirmasi sebagai sumper
9
informasi. Situasi semacam ini membutuhkan penyelidikan tambahan, misalnya dengan
menginspeksi dokumen penduduk.

NILAI BERSIH YANG BISA DIREALISASI – PIUTANG USAHA


Standar akuntasi keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyatakan piutang usaha
sebesar jumlah akhirnya akan bisa diterima pembayarannya. Nilai piutang yang bisa
direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan cadangan kerugian piutang. Untuk
menghitung besarnya cadangan, klien menaksir jumlah total piutang yang diperkirakan
tidak akan bisa ditagih. Sudah tentu klien tidak akan bisa menaksir secara tetap, tapi bagi
auditor sudah dipandang memadai apabila taksiran masukan akal setelah
mempertimbangkan barbagai data terkait. Untuk membuat penilaian ini, auditor sering
membuat suatu daftar audit yang menganalisis cadangan kerugian piutang.
Untuk mulai mereview cadangan kerugian piutang, auditor mereview hasil pengujian
pengendalian yang berkaitan dengan kewajiban pemberian kredit pada perusaha klien.
Apabila kebijagan pemberian kredit tidak berubah dan hasil pengujian kebijakan kredit
serta pemberian persetujuan kredit dilaksanakan secara konsisten dengan tahun
sebelumnya, perubahan yang terjadi pada saldo akun cadangan kerugian piutang hanya
akan merupakan pencerminan dari perubahan kondisi ekonomi dan volume penjualan.
Namun demikian, apabila kebijakan pemberian kredit pada perusahaan klien atau tingkat
ketaatan pada kebijakan tersebut berubah, auditor harus lebih cermat mempertimbangkan
pengaruh perubahan tersebut.

10
Gambar 13-4 Analisis Cadangan Kerugian Piutang pada PT ABC

Auditor sering mengepaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa secara cermat akun-
akun yang memiliki jangka panjang dalam daftar umur piutang untuk menentukan mana
yang belum diterima pembayarannya setelah lewat tanggal neraca. Besarnya saldo dan
umur dari jumlah tagihan tersebut selanjutnya dapat dibandingkan dengan informasi serupa
dari tahun sebelumnya untuk menilai apakah jumlah piutang yang berjangka panjang
tersebut meningkat atau menurun dari waktu ke waktu. Auditor juga bisa memeriksa
kolektibilitas piutang dengan memeriksa arsip kredit, berdiskusi dengan manajer kredit,
dan mereview korespondensi yang terdapat dalam arsip klien. Prosedur ini penting
terutama apabila terdapat sejumlah kecil piutang berjangka panjang namun bersaldo besar
dan tidak melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan.
Auditor memiliki dua kelemahan dalam mengevaluasi cadangan dengan cara mereview
saldo berjangka panjang individual dalam daftar umur piutang. Pertama, akun-akun yang
belum jatuh tempo diabaikan dalam penetapkan kecukupan cadangan, walaupun sebagai
dari piutang ini tidak diragukan lagi akan diterima. Kedua, sulit untuk membandingkan
hasil dari tahun ini dengan tahun sebelumnya untuk sesuatu yang tidak terstruktur semacam
itu. apabila akun-akun menjadi progresif tidak tertagih selama beberapa tahun, keadaan ini
bisa diabaikan. Untuk mengatasi kedu kelemahan ini, klien bisa menunjukkan sejarah

11
penghapusan piutang selama suatau jangka waktu tertentu nyang bisa digunakan sebagai
pedoman dalam mengevaluasi cadangan tahun ini. Sebagai contoh, klien menunjukkan data
bahwa 2% dari piutang belum jatuh tempo, 19% dari piutang berumur 30-90 hari, 35% dari
piutang berumur lewat 90 hari pada akhirnya akan tidak dapat diterima. Auditor bisa
menerapkan persentase ke daftar umur piutang tahun ini dan membandingkannya dengan
saldo dalam akun cadangan. Sudah barang tentu auditor harus memeriksa ketepatan
persentase yang digunakan dan dengan cernat memodifikasi perhitungan untuk kondisi
yang berubah.
Beban Kerugian Piutang
Setelah audit merasa puas dengan cadangan kerugian piutang, selanjutnya akan mudah
untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa:
 Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun
yang lalu
 Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah deperiksa sebagai bagian dari
pengujian substantive transaksi
 Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara
Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat ditentukan dari selisihnya yang dapat
diperiksa dengan rekalkuasi.

HAK KLIEN ATAS PIUTANG USAHA


Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit, karena
piutang biasanya memeng merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu, sebagian dari
piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual kepasa seseorang, atau
dijual dengan discount. Pada umumnya pada debitur klien tidak mengetahui adanya hal
tersebut, sehingga konfirmasi tidak akan menunjukan hal demikian. Untuk
mengungkapkan situasi dimana klien telah dibatasi haknya atas piutang, auditor bisa
mereview notulen rapat, membicarakannya dengan klien, mengirim konfirmasi ke bank,
memeriksa perjanjian pinjaman untuk mencari informasi tentang penggadaian atau
penjamin piutang, serta memeriksa arsip korespondensi.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN-PIUTANG USAHA


Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya dilakukan sebagai
bagian bagian dari tahap penyesuaian audit. Namun demikian, sejumlah penyajian dan

12
pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo.
Sebagai contoh, pada saat melakukan pengujian atas penjualan dan piutang usaha, auditor
harus memahami dan menilai ketepatan kebijakan klien tentang pengakuan pendapatan
untuk menentukan apakal hal itu telah diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuangan.
Auditor juga harus memastikan apakah klien telah menggabungkan dengan tepat dan
mengungkapkan informasi tentang transaksi dengan pihak berelasi dalam laporan
keuangan. Untuk menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan, audit harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang ditetapkan dalam standar akuntansi
kuangan tentang penyajian dan pengungkapan.
Bagian yang penting dalam penilaian menyangkut keputusan tentang apakah klien telah
memisahkan sejumlah piutang yang berjumlah material yang membutuhkan pengungkapan
dalam laporan. Sebagai contoh, piutang kepasa direksi dan karyawan harus dipisahkan dari
piutang usaha apabila piutang tersebut berjumlah material

1.2 Konfirmasi Piutang Usaha

Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha.Tujuan utama konfirmasi
piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi,keakuratan dan pisah batas.
Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS67
(AU 330) menyediakan tiga pengeculian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material.
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat
responnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan.
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan bukti substantif
lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.
Ketentuan dalam Standar Audit
SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya,
dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit tersebut diperoleh. SA
juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit.
 Bukti audit lebih andal jika diperoleh dari sumber independen eksternal.
 Bukti audit yang diperoleh oleh auditor secara langsung lebih andal daripada bukti audit
yang diperroleh oleh auditor secara tidak langsung atau melalui penarikan kesimpulan.

13
 Bukti audit lebih andal jika dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas,
elektronik atau media lainnya.
Jenis Jenis Konfirmasi
Konfirmasi Positif
Adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespon secara langsung
kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak dengan
informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang
diminta (SA 505.6b)
Konfirmasi bentuk kosong
Sejenis konfirmasi positif tetapi tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si
penerima untuk menyebutkan jumlah saldo atau menyempaikan informasi lainnya. Konfirmasi
dalam bentuk kososng ini jarang digunakan karena sering menghasilkan tingkat jawaban yang
rendah.
Konfirmasi Faktur
Jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya meminta konfirmasi atas suatu faktur tertentu,
tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan. Kelemahan dari konfirmasi faktur adalah
tidak secara langsung mengonfirmasi saldo akhir.
Konfirmasi Negatif
Permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor
hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam
permintaan konfirmasi. Dalam hal ini, apabila tidak diterima jawaban dianggap bahwa apa
yang tercantum dalam konfirmasi sudah benar padahal bisa saja sebenarnya debitur tidak acuh
akan konfirmasi tersebut. Konfirmasi negative ini dapat digunakan untuk mengurangi risiko
audit ke tingkat yang diterima jika :
1. Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran adalah rendah.
2. Sebagian besar akun bersaldo kecil.
3. Auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan mempertimbangkan
permintaan tersebut. Sebagai contoh, dalam pemeriksaan terhadap rekening giro dalam
suatu lembaga keuangan , auditor sebaiknya menyertakan permintaan konfirmasi pada
rekening koran regular yang dikirimkan oleh lembaga keuangan tersebut kepada para
nasabahnya.

14
Konfirmasi dipandang tidak tepat digunakan dalam keadaan sebagai berikut :
1. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang efektif karena tingkat
jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau tidak dapat dipercaya. Pada bidang usaha
seperti rumah sakit, tingkat jawaban terhadap konfirmasi sangat rendah.
2. Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti
substansif lain bisa dikumpulkan untuk memperoleh bukti yang cukup.

SAAT PENGIRIMAN KONFIRMASI


Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasiitu
dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Jika keputusan untuk megkonfirmasipiutang
usaha dibuat sebelum akhir tahun, biasanya auditor akan membuat sebuah skeduldi muka yang
merekonsiliasisaldo piutang usaha pada tanggal konfirmasi dengan piutangusaha pada tanggal
neraca.

UKURAN SAMPEL UNTUK KONFIRMASI


Ukuran Sampel
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usahaberada
dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang dapat ditoleransi
2. Risiko inheren (ukuran relative total piutang, jumlsh skun, hasil tahun lalu, dan
kesalahan penyajian yang diperkirakan)
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya
5. Jenis konfirmasi (konfirmasi negative biasanya memerlukan sampel lebih besar)
Pemilihan Unsur-unsur untuk Diuji
Pada kebanyakan audit, tekanan biasanya diberikan pada stratifikasi akun piutang yang
berjumlah besar dan telah lama lewat waktu karena akun yang demikian berpotensi memiliki
kesalahan penyajian. Selain itu, perlu dipertimbangkan untuk diikutsertakan dalam sampel
beberapa unsure dari setiap segmen material dari populasi. Dalam banyak hal, auditor memilih
semua akun yang bersaldo di atas suatu jumlah tertentu sedangkan sisanya dipilih acak.

MENYELENGGARAKAN PENGENDALIAN
Setelah item yang akan dikonfirmasi dipilih, auditor harus menyelenggarakan pengendalian
atas konfirmasi itu hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu dengan
15
menyiapkan konfirmasi, memasukkannya ke dalam amplop, atau menempelkan perangko di
amplop, auditor harus mengawasinya dengan ketat.

TINDAK LANJUT ATAS KONFIRMASI TAK TERJAWAB


Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh dianggap
sebagai bukti audit yang signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan, SAS 67 mensyaratkan
prosedur tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan. Jika
sebanyak 3 konfirmasi yang dikirim ke pelanggan tidak ada satupun yang dikembalikan, maka
perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternatif. Tujuan dari prosedur alternatif adalah
untuk menentukan dengan cara selain konfirmasi apakahpiutang yang tidak dikonfirmasi itu
memang ada dan telah dinyatakan dengan benar padatanggal konfirmasi.
Penerimaan Kas Kemudian. Bukti penerimaan kas selanjutnya pada taggal konfirmasi
meliputi pemeriksaan remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau
mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha.
Salian Faktur Penjualan. Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur
penjualan aktual dan tanggal penagihan aktual.
Dokumen Pengiriman Barang. Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah
benar-benar dilakukan dansebagai pengujian pisah batas.
Korespondensi dengan klien. Korespondensi digunakan untuk mengungkapkan
ketidakjelasan dan piutang yang dipertanyakan yang tidak terungkap oleh cara lain.
ANALISIS SELISIH
Jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukan penyebab
setiap perbedaan yang dilaporkan. Dalam banyak kasus, perbedaan itudisebabkan oleh
perbedaan waktu antara catatan klien dan pelanggan.
o Pembayaran telah dilakukan Debitur
Selisih seringkali terjadi ketika debitur telah melakukan pembayaran sebelum tanggal
konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran tersebut sampai tanggal
konfirmasi.
o Barang belum diterima Debitur
Timbulnya perbedaan ini biasanya disebabkan oleh klien mencatat penjualan pada
tanggal pengiriman barang, sedangkan pembeli mencatat pembelian barang ketika
barang diterima. Waktu ketika barang masih dalam perjalanan sering menjadi penyebab
terjadinya selisih.

16
o Barang telah dikembalikan (Retur)
Apabila klien lupa mencatat suatu kredit memo yang dibuat sebagai dasar
pengembalian barang bisa menjadi salah satu penyebab perbedaan.
o Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah
Jenis penyebab selisih yang paling sering terjadi dalam pembukuan klien adalah
kesalahan klien dalam mencatat harga barang, barang rusak, barang yang diterima
pembeli tidak sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam dokumen dan sebagainya.
Perbedaan semacam ini harus diselidiki untuk menentukan apakah klien melakukan
kesalahan serta jumlah dari kesalahan tersebut.

MENARIK KESIMPULAN
Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang ditemukan dalam melakukan prosedur
alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal. Setiap salah saji klien harus
dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat
risiko pengendalian yang dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu
tidak konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus merevisi penilaian itu dan
mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut kepada audit. Auditor perusahaan publik juga
harus mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian internal terhadap pelaporan
keuangan.

1.3 Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo

Kita akan menggunakan PT ABC untuk ilustrasi prosedur pengembangan program


audit untuk pengujian detil siklus penjualan dan pengumpulan piutang, sebagai dasar untuk
meringkas bab ini. Penentuan prosedur-prosedur ini didasarkan pada pengujian pengendalian
dan pengujian substansif transaksi sebagaimana telah dijelaskan pada bab ini.
Auditor senior yang bertugas dalam pengauditan pada PT ABC telah menyusun kertas
kerja perencanaan bukti seperti terlihat pada Gambar 13-7 sebagai alat untuk membantunya
dalam menentukan luasnya pengujian rinci saldo yang direncanakan. Sumber dari setiap baris
dalam kertas kerja ini adalah sebagai berikut:
 Kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Pertimbangan materialistas pendahuluan
ditetapkan Rp 442.000,- (kira-kira 6% dari laba operasi sebesar Rp 7.370.000,-).
Auditor mengalokasikan sebesar Rp 265.000,- untuk audit atas piutang usaha (lihat
gambar 315).

17
 Risiko audit bisa diterima. Auditor menetapkan risiko audit bisa diterima pada tingkat
medium karena perusahaan adalah perusahaan publik, tetapi dalam kondisi keuangan
baik, dengan integritas manajemen yang tinggi.
 Risiko bawaan. Auditor menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk
keberadaan dan pisah batas karena khawatir dengan pengakuan pendapatan
sebagaimana yang ditetapkan dalam standar auditing. Auditor juga menetapkan risiko
bawaan pada medium untuk nilai bisa direalisasi. Di masa lalu, klien membuat
penyesuaian audit untuk akun cadangan kerugian piutang karena ternyata kurang saji.
Risiko bawaan ditetapkan rendah untuk tujuan-tujuan lainnya.
 Risiko pengendalian. Penetapan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit sama
dengan yang tercantum pada Gambar 11-6 (Ingat hasil pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi pada Bab 11 konsisten dengan penetapan awal risiko
pengendalian yang ditetapkan auditor, kecuali untuk tujuan ketelitian dan nilai bisa
direalisasi untuk penjualan).
 Hasil pengujian substansif transaksi. Hasil ini juga diambil dari Gambar 11-6 (Ingat
dari Bab 11 bahwa semua hasil bisa diterima kecuali untuk tujuan ketelitian dan pisah
batas untuk penjualan).
 Prosedur analitis. Lihat Tabel 13-2 dan 13-3
 Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan. Kedua baris ini ditetapkan
untuk tiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainnya.

18
19
Tabel 13-4 melukiskan program audit untuk pengujian rinci saldo untuk piutang usaha per
tujuan, termasuk untuk cadangan kerugian piutang. Program audit ini mencerminkan
kesimpulan untuk perencanaan pengumpulan bukti sebagaimana tertuang dalam kertas kerja
perencanaan-bukti dalam Gambar 13-7 di atas.
Tabel 13-4 Tujuan Audit Saldo Program Audit untuk Siklus Penjualan Pengumpulan
Piutang pada PT ABC (Format Rancangan)
Tujuan Audit Saldo Prosedur Audit

Piutang usaha dalam daftar umur piutang Telusur 10 akun dari daftar umur piutang kea
cocok dengan jumlah dalam master file, dan kun dalam master file (6)
dijumlah dengan benar, dan cocok dengan Periksa kebenaran penjumlahan vertikal
buku besar (kecocokan) (footing) dalam 2 lembar daftar umur piutang
dan total keseluruhan halaman (7)
Piutang usaha yang tercantum dalam daftar Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi
umur piutang benar-benar ada (keberadaan) positif. Konfirmasi semua piutang di atas Rp
100.000,- dan lainya disampel non-statistika
(10).
Lakukan prosedur alternatif untuk semua
konfirmasi yang tidak berjawab pada
permintaan pertama atau kedua (11).
Review daftar saldo piutang untuk piutang
bersaldo besar dan tidak biasa (1)
Semua piutang yang ada telah tercantum Telusur lima akun dari master file piutang
dalam daftar umur piutang (kelengkapan) usaha ke daftar umur piutang (9)
Piutang usaha dalam daftar piutang adalah Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi
akurat (ketelitian) positif. Konfirmasi semua piutang di atas Rp
100.000,- dan lainnya disampel non-
statistika (10).
Lakukan prosedur alternative untuk semua
konfirmasi yang tidak berjawab pada
permintaan pertama atau kedua (11)
Review daftar saldo piutang untuk piutang
bersaldo besar dan tidak biasa (1)

20
Piutang usaha dalam daftar umur piutang Review piutang yang tercantum dalam daftar
telah digolongkan dengan benar. umur piutang untuk piutang wesel dan
(penggolongan) piutang kepada pihak yang berelasi (3)
Tanyakan kepada manajemen apakah dalam
daftar umur piutang terdapat piutang wesel
atau piutang jangka panjang (4)
Transaksi dalam siklus penjualan dan Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari
pengumpulan piutang telah dicatat pada jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi
periode yang tepat (pisah batas) penjualan pertama dari tahun berikutnya dan
telusur masing-masing transaksi tersebut ke
dokumen pengiriman barang yang
bersangkutan, periksa tanggal pengiriman
yang sesungguhnya dan kebenaran
pencatatannya (14)
Review retur penjualan berjumlah besar
sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menentukan apakah telah dicatat pada
periode yang benar (15)
Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke
master file piutang untuk menguji kebenaran
penetapan umur dalam daftar tersebut (6)
Periksa kebenaran penjumlahan vertikal
dalam daftar umur piutang dan total seluruh
halaman (7)
Periksa kebenaran penjumalahan horizontal
(cross-foot) daftar umur piutang (7)
Bicarakan dengan manager kredit ada
tidaknya kemungkinan penerimaan piutang
yang sudah lama tak tertagih. Periksa
penerimaan kas pada periode berikutnya dan
evaluasi koletibilitas piutang (12)

21
Lakukan evaluasi apakah cadangan
mencukupi setelah melakukan prosedur audit
lain tentang kolektibilitas piutang (13)
Klien memiliki hak pemilikan atas piutang Review notulen rapat dewan komisaris untuk
usaha yang tercantum dalam daftar umur mencari informasi tentang kemungkinan
piutang (hak) adanya penjaminan pengalihan/penjualan
piutang (5)
Tanyakan kepada manajemen apakah ada
piutang yang digadaikan atau dijaminkan
atau dijual (5)
Catatan: Prosedur-prosedur di atas diringkas dalam bentuk untuk dilaksanakan dalam
Tabel 13-5. Nomor dalam tanda kurung di belakang prosedur merujuk ke
nomor di Tabel 13-5
Tabel 13-5 menunjukan program audit dalam format untuk dilaksanakan. Prosedur-
prosedur audit sama dengan yang tercantum dalam tabel 13-4 kecuali untuk prosedur 4, yaitu
prosedur analitis.
Tabel 13-5 Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo Siklus Penjualan dan
Pengumpulan Piutang pada PT ABC (Format untuk Dilaksanakan)

1. Review daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang


bersaldo besar dan tidak biasa.
2. Lakukan prosedur analitis dan lakukan tindak lanjut atas setiap perubahan
dari tahun lalu yang siginifikan signifikan.
3. Review piutang yang tercantum dalam daftar umur piutang, perhatikan
kemungkinan adanya piutang wesel dan piutang kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
4. Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur piutang terdapat
piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, piutang wesel atau
piutang berjangka panjang.
5. Review notulen rapat dewan komisaris dan tanyakan kepada manajemen
apakah ada piutang yang digadaikan, dialihkan, atau dijual.
6. Telusur 10 akun dari daftar umur piutang kea kun piutang dalam master file
untuk memeriksa kebenaran saldo dan penentuan umurnya.

22
7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom-kolom rupiah dalam daftar
umur piutang dan jumlahkan seluruh halaman.
8. Telusur saldo ke buku besar.
9. Telusur 5 akun dari master file piutang ke daftar umur piutang.
10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif. Konfirmasi semua
piutang bersaldo di atas Rp 100.000,- dan sisanya dipilih secara acak dengan
sampling nonstatistik.
11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur yang tidak menjawab konfirmasi
setelah dikirimi konfirmasi kedua kalinya.
12. Diskusikan dengan manajer kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang-
piutang yang telah lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas kemudian dan
evaluasi koletibilitas piutang.
13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain
tentang kolektibilitas piutang.
14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20
transaksi penjualan pertama dari tahun berikutnya dan telusur setiap ayat
jurnal tersebut ke bukti pengiriman barang, periksa tanggal pengiriman
sesungguhnya, dan kebenaran jumlahnya.
15. Periksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca
untuk menentukan bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, AI. Haryono. 2001. Auditing. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN:
Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai