Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN

1. PENGAUDITAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG


1.1 Akun-Akun Dan Golongan Transaksi Dalam Siklus Penjualan Dan Pengumpulan
Piutang
Tujuan pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Gambar 1 dibawah ini menggambarkan
akun-akun apa saja yang terdapat dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang dalam
bentuk akun T. Gambar 1 melukiskan aliran informasi akuntansi melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang. Dalam gambar tersebut terdapat lima
kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang, yaitu:
1. Penjualan (tunai atau kredit)
2. Penerimaan kas
3. Retur dan potongan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Penaksiran kerugian piutang
Gambar 1
1.2 Fungsi-fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan
Siklus penjualan dan pengumpulan piutang menyangkup keputusan dan proses yang
diperlukan untuk mentransfer kepemilikan barang dan jasa kepada konsumen setelah
barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Siklus ini dimulai dengan adanya
permintaan dari konsumen dan diakhiri dengan adanya perubahan dari barang atau jasa
menjadi piutang usaha, dan pada akhirnya menjadi kas. Fungsi-fungsi bisnis dan
dokumen-dokumen serta catatan yang digunakan dalam bisnis yaitu:
1. Pengolahan Pesanan Dari Pembeli
Pesanan merupakan suatu permintaan untuk membeli barang berdasarkan syarat-
syarat tertentu. Penerimaan pesanan dari pesanan pembeli biasanya disusul dengan
terbitnya orde penjualan.
a. Pesanan dari Pembeli.
Pesanan dari pembeli adalah suatu permintaan untuk membeli barang atau jasa
yang dibuat oleh pembeli. Pesanan ini bisa diterima melalui telepon, surat,
formulir cetakan yang sebelumnya dikirimkan kepada calon pembeli atau
pelanggan.
b. Order Penjualan.
Order penjualan adalah suatu dokumen yang menerangkan deskripsi, kuantitas,
dan informasi lain tentang barang yang dipesan oleh konsumen. Dokumen ini
seringkali digunakan untuk menunjukkan persetujun kredit dan otorisasi untuk
pengiriman barang.

2. Persetujuan Kredit
Sebelum barang dikirimkan, penjabat yang berwenang memberi otoritas harus
memberi persetujuan kredit kepada konsumen untuk transaksi penjualan yang
dilakukan secara kredit. Pemberian persetujuan kredit ini seringkali juga menjadi
petunjuk persetujuan pengiriman barang.

3. Pengiriman Barang
Fungsi ini adalah fungsi yang kritikal dan merupakan saat pertama dalam
siklus dimana perusahaan melepaskan asetnya. Kebanyakan perusahaan mengakui
terjadinya penjualan ketika barang dikirimkan. Dokumen pengiriman dibuat pada saat
barang dikirimkan.
a. Dokumen Pengiriman.
Dokumen pengirim dibuat untuk mengawali pengiriman barang yang berisi
deskripsi tentang barang yang dikirimkan, jumlah yang dikirimkan serta data
lainnya yang relevan. Dokumen pengiriman berfungsi sebagai isyarat untuk
membuat faktur tagihan kepada konsumen yang bisa berupa kertas atau
elektronik.

4. Penagihan Kepada Pembeli Dan Pencatatan Penjualan


Aspek-aspek terpenting dalam penagihan adalah:
1. Semua pengiriman telah dibuat penagihannya (kelengkapannya).
2. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian).
3. Setiap pengiriman ditagih dengan jumlah yang benar (ketelitian).
Penagiahan dengan jumlah yang benar tergantung pada kebenaran jumlah barang
yang dikirim serta pembebanan harga yang disepakati termasuk didalamnya biaya
pengiriman, asuransi dan syarat pembayaran. Sistem akuntansi menggunakan
a. Faktur Penjualan.
Faktur penjualan adalah suatu dokumen atau catatan elektronik yang
menunjukkan deskripsi dan kualitas barang yang dijual, harga jual dan data
relevan lainnya. Faktur penjualan berfungsi untuk menunjukan kepada pembeli
tentang jumlah dari suatu penjualan dan kapan jatuh tempo.
b. File Transaksi Penjualan.
File transaksi penjualan adalah file yang dihasilkan komputer yang memuat semua
transaksi penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi pada suatu periode.
Informasi dalam file transaksi penjualan digunakan untuk pembuatan berbagai
catatan, daftar, atau laporan, tergantung pada kebutuhan perusahaan.
c. Jurnal Penjualan atau Daftar Penjualan.
Merupakan suatu daftar atau laporan yang dihasilkan dari file transaksi penjualan
yang biasanya memuat nama pembeli, tanggal, jumlah, dan klasifikasi akun atau
kelompok untuk setiap transaksi.
d. Master File Piutang Usaha.
Master file piutang usaha adalah file komputer yang digunakan untuk mencatat
setiap penjualan, penerimaan kas, dan retur serta pengurangan harga untuk setiap
pembeli dan memutahirkan saldo piutang kepada pelanggan yang bersangkutan.
e. Daftar Saldo Piutang Usaha.
Daftar saldo piutang adalah daftar atau laporan yang menunjukkan jumlah saldo
piutang kepada setiap pelanggan pada suatu saat tertentu.
f. Laporan Piutang Bulanan.
Laporan piutang bulanan adalah suatu dokumen yang dikirimkan melalui pos atau
secara elektronik kepada setiap pelanggan menunjukkan saldo awal piutang
kepada pelanggan yang bersangkutan, jumlah dan tanggal setiap penjualan,
pembayaran tunai yang diterima, memo kredit yang diterbitkan, dan saldo akhir
piutang.

5. Pengolahan Dan Pecatatan Penerimaan Kas


Pengolahan dan pencatatan penerimaan kas meliputi penerimaan, penyetoran
ke bank, dan pencatatan kas. Hal yang penting dalam penanganan kas adalah
mencegah terjadinya pencurian. Hal terpenting lainnya adalah memastikan bahwa
semua penerimaan kas harian segera disetorkan ke bank dengan jumlah yang benar
dan tepat waktu.
a. Surat Pengantar Pembayaran.
Surat pengantar pembayaran adalah suatu dokumen yang dikirim melalui pos
kepada pembeli dan selanjutnya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran
kas.
b. Daftar Penerimaan Kas.
Daftar ini digunakan untuk memeriksa apakah kas yang diterima telah dicatat dan
disetorkan dalam jumlah yang benar ke bank serta tepat waktu.
c. File Transaksi Penerimaan Kas.
File ini dihasilkan oleh computer yang berisi semua transaksi penerimaan kas
yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu periode waktu tertentu.
d. Jurnal Penerimaan Kas atau Daftar.
Daftar atau laporan ini dihasilkan dari file transaksi penerimaan kas dan meliputi
semua transaksi untuk periode waktu tertentu.

6. Pengolahan Dan Pencatatan Retur Dan Pengurangan Harga Penjualan


Apabila pelanggan tidak puas dengan barang yang diterimanya, penjual bisa
menyetujui pengembalian barang atau memberikan pengurangan harga. Retur dan
pengurangan harga dicatat dalam file transaksi retur dan pengurangan harga, dan juga
master file piutang usaha. Memo kredit diterbitkan untuk memudahkan pengawasan
dan sebagai dasar pencatatan.
a. Memo Kredit.
Memo kredit menunjukan pengurangan terhadap jumlah yang akan diterima
pembeli karena adanya retur atau pengurangan harga.
b. Jurnal Retur dan Pengurangan Harga.
Jurnal ini digunakan untuk mencatat retur dan pengurangan harga penjualan.
Fungsi jurnal ini sama dengan jurnal penjualan.

7. Penghapusan Piutang
Setelah menyimpulkan bahwa piutang kepada pelanggan tertentu tidak dapat
ditagih, perusahaan harus menghapus piutang tersebut.
a. Formulir Otoritas Penghapusan Piutang.
Formulir ini merupakan dokumen yang digunakan secara internal untuk
menyatakan perintah untuk menghapus piutang yang sudah tidak dapat tertagih.

8. Pencadangan Kerugian Piutang


Karena perusahaan tidak dapat diharapkan untuk bisa menagih seluruh
hutangnya 100%, prinsip akuntansi mewajibkan untuk mencatat beban kerugian
piutang sejumlah piutang yang diperkirakan tidak tertagih.

1.3 Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Transaksi untuk Penjualan
1. Memahami Pengendalian Internal-Penjualan
Cara auditor mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal ialah auditor
menggunakan suatu pendekatan yang tipikal untuk penjualan. Auditor mempelajari
bagan arus klien, menyusun kuesioner pengendalian internal serta melakukan
pengujian penelusuran penjualan.

2. Mengukur Resiko Pengendalian yang Direncanakan-Penjualan


Ada 4 tahap penting dalam mengukur risiko yaitu:
a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk mengukur risiko pengendalian.
b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensi yang
ada pada penjualan.
c. Setelah mengidentifikasi pengendalian beserta defisiensinya, auditor
menghubungkan hal tersebut dengan tujuannya.
d. Auditor menetapkan risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan defisiensinya untuk setiap tujuan.
Selanjutnya kita akan memeriksa aktivitas pengendalian kunci utuk penjualan.
Pengetahuan atas aktivitas pengendalian ini sangat membantu dalam
mengidentifikasi pengendalian dan kekurangan kunci untuk penjualan.
• Pemisahan Tugas yang Tepat. Pemisahan tugas yang tepat akan membantu
dalam mencegah berbagai jenis kesalahan penyajian yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan misalnya fungsi pemberian persetujuan kredit
harus dipisahkan dari fungsi penjualan.
• Pengotorisasi yang Tepat. Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam
pengotorisasian transaksi penjualan yaitu:
1. Persetujuan kredit yang tepat harus diberikan sebelum penjualan terjadi.
2. Barang yang bisa dikirimkan hanya setelah otorisasi pengiriman diberikan.
3. Harga, termasuk syarat penjualan, pengangkutan, dan potongan harus
diotorisasi.
• Dokumen dan Catatan yang Memadai. Karena setiap perusahaan memiliki
sistem yang berbeda dengan perusahaan lainnya dalam melaksanakan,
mengelola, dan mencatat transaksi, auditor sering menghadapi kesulitan dalam
mengevaluasi apakah setiap prosedur klien dirancang untuk mencapai
pengendalian maksimum. Meskipun demikian, prosedur pencaatan yang
memadai harus ada sebelum tujuan audit transaksi bisa dipenuhi.
• Dokumen Bernomor-urut Tercetak (Prenumbered). Pemberian nomor-urut
tercetak dimaksudkan untuk mencegah kesalahan dalam pembuatan faktur
atau pencatatan penjualan dan terjadinya penagihan atau pencatatan ganda.
• Laporan Piutang Bulanan. Pengiriman laporan bulanan kepada konsumen
berguna untuk pengawasan karena mendorong konsumen untuk memberi
komentar apabila saldo yang tercantum dalam laporan tidak sesuai dengan
saldo menurut pembukuan konsumen.
• Prosedur Verifikasi Internal. Program computer atau personil yang independen
haru memeriksa bahwa pengolahan dan pencatatan transaksi penjualan
memenuhi keenam tujuan audit transaksi.
3. Menentukan Keluasan Pengujian Pengendalian
Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal dan kekurangan
pengendalian kunci, auditor akan mengukur risiko pengendalian. Pengukuran ini
sering kali dengan menggunakan format matriks. Untuk audit perusahaan publik,
auditor harus melakukan pengujian ekstensif terhadap pengendalian-pengendalian
kunci serta mengevaluasi dampak dari kekurangannya terhadap laporan auditor
untuk pengendalian internal atas laporan keuangan. Keluasan pengujian
pengendalian dalam audit perusahaan nonpublik bergantung pada efektivitas
pengendalian serta tingkat keyakinan, di mana auditor yakin bahwa pengendalian
internal tersebut dapat diandalkan untuk mengurangi risiko pengendalian.

4. Merancang Pengujian Pengendalian untuk Penjualan


Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian harus
dirancang untuk memverifikasi efektivitasnya. Dalam hampir sebagian besar
pengauditan, akan lebih mudah untuk menentukan sifat pengujian pengendalian
internal dari sifat pengendaliannya. Sebagai contoh, jika pengendalian internal
adalah untuk memulai permintaan pelanggan setelah permintaan kreditnya
disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk menguji ketepatan dalam memulai
permintaan pelanggan.

5. Merancang Pengujian Substantif Transaksi Penjualan


Dalam memutuskan pengujian substantive transaksi, auditor biasanya
menggunakan sejumlah prosedur yang berlaku untuk setiap audit tanpa
memperhatikan kondisinya, sedangkan prosedur yang lain akan diterapkan
tergantung pada baik-buruknya pengendalian dan hasil dari pengujian
pengendalian. Prosedur audit yang digunakan tergantung pada pengendalian
internal dan hasil pengendalian internal atas tujuan tersebut.
• Penjualan yang Dicatat Benar-Benar Terjadi. Untuk tujuan ini auditor
mencurahkan perhatiannya pada kemungkinan terjadinya tiga jenis kesalahan
penyajian berikut:
a. Penjualan yang tercatat dalam jurnal tidak ada pengiriman barangnya.
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
c. Pengiriman dilakukan pada konsumen fiktif dan dicatat sebagai penjualan.
• Penjualan yang Dicatat adalah untuk Barang yang Tidak Pernah Dikirimkan ke
Pelanggan. Auditor dapat menelusuri ayat-ayat jurnal pada jurnal penjualan
pada salinan dokumen pengiriman terkait dan dokumen pendukung lainnya
untuk meyakinkan bahwa penjualan tersebut benar-benar terjadi.
• Penjualan Dicatat Lebih dari Sekali. Pencatatan dobel penjualan dapat
ditemukan dengan mereview daftar penjualan yang telah dicatat dengan
memperhatikan nomor dokumennya untuk memastikan tidak ada nomor yang
muncul dua kali.
• Pengiriman Dilakukan pada Pelanggan Fiktif. Untuk menguji ada tidaknya
konsumen fiktif, auditor bisa menelusur informasi tentang konsumen dalam
faktur penjualan ke master file konsumen.
• Transaksi Penjualan yang Ada Telah Dicatat. Untuk menguji pengiriman
barang yang tidak dibuat fakturnya, auditor bisa menelusur suatu sampel
dokumen pengiriman yang disimpan di bagian pengiriman ke duplikat faktur
penjualan yang bersangkutan dan ke jurnal penjualan.
• Arah Pengujian
auditor perlu memahami perbedaan antara penelusuran dari dokumen sumber
ke jurnal dan penelusuran dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian
dari dokumen sumber ke jurnal bertujuan untuk mencari transaksi – transaksi
yang dihilangkan (tujuan kelengkapan), sedangkan pengujian dari arah
sebaliknya bertujuan untuk menguji keberadaan transaksi – transaksi fiktif
(tujuan keterjadian).
• Transaksi Penjualan Telah Dicatat Dengan Akurat.
Pencatatan yang akurat untuk tranaksi penjualan menyangkut tiga hal penting
sebagai berikut.
1. Mengirimkan barang sejumlah kuantitas yang dipesan.
2. Menagih dengan tepat untuk sejumlah barang yang dikirim.
3. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih di catatan akuntansi.
Auditor hiasanya melakukan pengujian substantif transaksi pada setiap
pengauditan untuk meyakinkan bahwa ketiga aspek keakurasian di atas telah
terpenuhi dengan menghitung ulang informasi yang terdapat dalam catatan
akuntansi dan membandingkan informasi tersebut pada beberapa dokumen yang
berbeda.
• Transaksi Penjualan Telah Dimasukkan pada Arsip Utama dan Telah
Diikhtisarkan dengan Benar.
Keakurasian catatan memengaruhi kemampuan klien untuk menagih piutang
yang belum dilunasi. Demikian pula jurnal penjualan harus dijumlah dengan
benar dan dipindahbukukan ke jurnal umum jika laporan keungannya ingin
disajikan dengan benar.
• Penjualan yang Dicatat Telah Diklasifikasikan. Auditor biasanya menguji
kebenaran pengelompokkan penjualan sebagai bagian dari pengujian
ketelitian. Auditor memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan
ketelitian pengelompokkan dari suatu transaksi dan membandingkannya
dengan akun yang sesungguhnya digunakan dalam pencatatan.
• Penjualan Dicatat pada Tanggal yang Benar. Penjualan harus ditagih dan
dicatat sesegera mungkin setelah pengiriman barang dilakukan, untuk
mencegah terjadinya kekeliruan tak disengaja, misalnya lupa tidak dibukukan,
dan untuk memastikan bahwa penjualan dicatat pada periode yang benar.

1.4 Retur dan Pengurangan Harga Penjualan


Untuk retur dan pengurangan harga penjualan, auditor biasanya memberi
penekanan pada pengujian atas pencatatan transaksi untuk mengungkapkan pencurian kas
yang berasal dari pengumpulan piutang sebelumnya telah diciptakan transaksi retur dan
pengurangan harga penjualan fiktif.

1.5 Metodelogi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantive


transaksi untuk penerimaan kas
Untuk penerimaan kas, auditor menggunakan metodologi perancangan pengujian
pengendalian dan pengujian substantive transaksi yang sama seperti yang digunakan
untuk penjualan. Berlandaskan tujuan audit transaksi, auditor mengikuti proses berikut :
• Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
• Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian guna mendukung
• pengurangan risiko pengendalian.
• Merancang pengujian substantive transaksi untuk menguji kesalahan penyajian
moneter untuk setiap tujuan.
Prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menemukan penyelewengan:
1. Menentukan Apakah Penerimaan Kas Telah Dicatat
Praktir yang lazim dilakukan auditor adalah untuk menelusur dai pengantar
pembayaran bernomor urut tercetak atau daftar penerimaan kas ke jurnal
penerimaan kas dan buku pembantu piutang usaha sebagai pengujian substantive
atas pencatatan penerimaan kas yang terjadi. Pengujian ini akan efektif hanya
apabila pita pencatat dalam register kas atau daftar penerimaan kas lainnya dibuat
pada saat kas diterima.
2. Pengujian Penerimaan Kas
Dalam pengujian ini jumlah penerimaan kas sebagaimana tercantum dalam
jurnal penerimaan kas untuk suatu periode, direkonsiliasi dengan setoran yang
sesungguhnya dilakukan ke bank pada periode yang sama. Selisih diantara
keduanya mungkin disebabkan oleh adanya setoran dalam perjalanan (deposit in
transit) atau hal lain, tapi jumlah selisih tersebut dapat direkonsiliasi. Prosedur ini
tidak dapat digunakan untuk menemukan penerimaan kas yang belum dicatat dalam
jurnal penerimaan kas atau ada kesenjangan waktu dalam melakukan penyetoran ke
bank, tetapi bisa mengungkapkan penerimaan kas yang telah dicatat teteapi belum
disetor ke bank, pinjaman yang tidak atau belum dicatat, dan kesalahan penyajian
semacam itu.

3. Pengujian untuk Menemukan Lapping Piutang Usaha


Lapping piutang usaha adalah pengunduran waktu pencatatan penerimaan
pengumpulan piutang dengan maksud untuk menutupi kekurangan kas. Penggelapan
dilakukan oleh orang yang melakukan penerimaan kas dan selanjutnya ia juga yang
mencatatnya dalam sistem computer. Penggelapan semacam ini akan dapat dicegah
dengan mudah melalui pembagian tugas atau memberlakukan kebijakan kewajiban
berlibur bagi pegawai yang menangani penerimaan kas dan sekaligus pula
mencatatnya dalam sistem computer.

1.6 Pengauditan untuk Penghapusan Piutang


Seperti halnya untuk retur dan pengurangan harga penjualan, kekhawatiran utama
auditor dalam penghapusan piutang usaha adalah kemungkinan pegawai perusahaan klien
melakukan penggelapan kas dengan cara menghapuskan piutang yang telah diterima
(tujuan audit transaksi-keterjadian). Pengendalian utama untuk mencegah penyelewengan
semacam ini adalah dengan menetapkan otorisasi yang tepat bagi setiap penghapusan
piutang dengan menunjuk pejabat perusahaan tertentu setelah sebelumnya melakukan
penyelidikan yang cermat tentang alasan mengapa debitur tidak membayar.
Verifikasi atas akun yang dihapus biasanya tidak memakan waktu yang lama.
Auditor pada umumnya memeriksa apakah persetujuan diberikan oleh orang yang tepat.
Sebagai contoh penghapusan akun, auditor biasanya juga memeriksa korespondensi yang
terdapat dalam arsip klien untuk mencari informasi tentang tidak dapat ditagihnya
piutang. Setelah auditor berkesimpulan bahwa penghapusan telah dijurnal dengan benar,
selanjutnya sejumlah sempel piutang dihapus ditelusur ke master file piutang usaha untuk
menguji apakah penghapusan telah dicatat dengan benar.
Penaksiran biaya kerugian piutang yang merupakan kelompok transaksi kelima
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang, jelas berkaitan dengan penghapusan
piutang. Namun karena penaksiran kerugian piutang didasarkan pada saldo piutang akhir
tahun, auditor mengevaluasi penaksiran kerugian piutang sebagai bagian dari pengujian
detil saldo piutang.

1.7 Pengendalian Internal Tambahan Atas Saldo Akun dan Penyajian Serta
Pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai
bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi. Untuk siklus
penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi tujuan yang
terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat tujuan
penyajiannya serta pengungkapan.
Nilai realisasi merupakan tujuan audit terkait saldo yang penting untuk akun piutang
dagang karena ketertagihan piutang sering kali merupakan unsur utama dari suatu laporan
keuangan. Nilai ini merupakan permasalahan yang terdapat pada kasus hukum yang
melibatkan auditor. Sehingga auditor harus menetapkan risiko bawaan yang tinggi untuk
tujuan nilai realisasi. Berikut dua pengendalian yang perlu diterapkan :
1. Penyusunan neraca saldo umur piutang dagang untuk dikaji ulang dan ditindaklanjuti
oleh personel manajemen yang tepat
2. Kebijakan penghapusan piutang ketika piutang tersebut kemungkinan besar tidak
dapat tertagih

1.8 Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
memilikidampak yang signifikan pada pengauditan selanjutnya, khususnya pada
pengujiansubstantif perincian saldo. Bagian pengauditan yang paling terpengaruhi
pengujianpengendalian dan pengujian substantif transaksi siklus penjualan dan penagihan
adalah saldo akun piutang dagang, kas, beban piutang tak tertagih dan penyisihan piutang
tak tertagih. Lebih lanjut, jika hasil pengujian tersebut tidak memuaskan, maka penting
untuk melakukan pengujian substantif transaksi tambahan untuk penjualan, retur
penjualan dan pengurangan harga, penghapusan piutang tak tertagih serta pemrosesan
penerimaan kas. Auditor perusahaan publik juga harus mempertimbangkan dampak dari
hasil pengujianyang tidak memuaskan pada audit pengendalian internal laporan
keuangan.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantiftransaksi,
auditor harus menganalisa setiap pengecualian yang ditemukan, baik untukaudit
perusahaan publik maupun nonpublik, untuk menentukan penyebab dan dampakdari
pengecualian tersebut terhadap penilaian risiko pengendalian, yang dapatberpengaruh
pada risiko deteksi dan pengujian substatnif lainnya.Pengaruh yang paling signifikan
yang merupakan akibat dari pengujianpengendalian dan pengujian substantif transaksi
dalam siklus penjualan dan penagihanadalah pada konfirmasi piutang dagang. Jenis
konfirmasi, ukuran sampel, dan penentuanwaktu pengujian semuanya akan terpengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta :
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN
Elder, Randal J dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi
Indonesia) Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Alvin A.Arens dkk. 2014. Auditing dan Jasa Assurance. Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai