Anda di halaman 1dari 18

SAMPLING AUDIT DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

MAKALAH
PENGAUDITAN

Dosen Pengampu :
Siti Noor Khikmah, S.E., M.Si

Kelas :
Akuntansi 15 C

Nama :
Ana Isnaini (15.0102.0155)
Risha Dwi Lestari (15.0102.0187)
Fifi Andiyani (15.0102.0208)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan auditor dalam melaksanakan audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Menurut
Bonyton (2003:190), audit laporan keuangan melibatkan sejumlah langkah untuk mencapai
tujuan tersebut yakni memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri, mengidentifikasi
asersi laporan keuangan yang relevan, membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi
pengguna laporan keuangan, membuat keputusan tentang komponen risiko audit,
memperoleh bukti melalui prosedur audit, menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk
mendukung pendapat audit, dan berakhir pada mengkomunikasikan temuan-temuan.
Seringkali, kegagalan audit disebabkan karena tidak dilaksanakannya prosedur audit
yang penting atau tidak dievaluasinya bukti-bukti audit dengan benar. Uji pengendalian
merupakan salah satu prosedur audit lanjutan sebagai tanggapan atas penilaian risiko auditor
terhadap pengendalian intern perusahaan. Auditor wajib merancang dan melaksanakan uji
pengendalian untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat berfungsinya pengendalian yang
relevan secara efektif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP-KONSEP DASAR SAMPLING AUDIT


1. SIFAT DAN TUJUAN SAMPLING AUDIT
AU 350.01 mendefinisikan sampling audit (audit sampling) sebagai penerapan
prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang
kurang dari 100 % dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun
atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit diterapkan baik untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif. Namun demikian, hal tersebut bukan berarti
dapat diterapkan untuk seluruh prosedur audit yang dapat digunakan dalam pengujian-
pengujian tersebut. Contoh, sampling audit secara luas di gunakan dalam pemeriksaan
(vouching), konfirmasi (confirming), dan penelusuran (tracing), tetapi hal tersebut
tidak biasa digunakan dalam pengajuan pertanyaan, observasi, dan prosedur analitis.
2. KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT
Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga berisi elemen ketidakpastian.
Contoh, perhitungan auditor atas resiko pengendalian yang mempengaruhi sifat
(nature), waktu (timing), luas (extent) dan pemilihan staf (staffing) atas prosedur-
prosedur audit lainnya yang dilakukan.Ketidakpastian yang melekat dalam audit
sering disebut sebagai risiko audit. Sampling audit menerapkan dua komponen risiko
audit, yaitu : (a) Risiko pengendalian yaitu risiko bahwa pengendalian intern tidak
dapat mendeteksi atau menghindari salah saji material dalam asersi laporan
keuangan.; (b) Pengujian rincian risiko, merupakan risiko bahwa salah saji material
tidak akan diungkapkan dengan pengujian rincian oleh auditor.
Sampling audit dalam pengujian pengendalian memberikan informasi yang
secara langsung berhubungan dengan penilaian auditor atas risiko pengendalian, dan
sampling audit dalam pengujian substantif membantu auditor mengkuantifikasi dan
mengendalikan pengujian rincian atas risiko.
3. RISIKO SAMPLING DAN RISIKO NONSAMPLING
a. Risiko Sampling
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari
populasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor memutuskan
bahwa pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian
populasi 6 persen. Asumsikan auditor menerima bahwa pengendalian dianggap
efektif berdasarkan pengujian pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item
yang memiliki dua pengecualian. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian sebesar 8 persen, auditor menerima populasi yang salah karena
sampel tidak cukup mewakili populasi. berkaitan dengan kemungkinan bahwa
sampel yang diambil tidak menggambarkan secara benar populasi tersebut.
Dalam melakukan pengujian pengendalian jenis risiko sampling berikut dapat
terjadi :

a) Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the risk
of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap tidak
cukup mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan.
b) atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk od
assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap
cukup untuk mendukung tingkat penilaian yang direncakan.

Sedangkan dalam melakukan pengujian substantif risiko sampling berikut dapat


terjadi:
a) Risiko kesalahan penerimaan
Risiko kesalahan penerimaan ( risk of incorrrect acceptance) adalah risiko
bahwa sampel mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang dicatat tidak
salah saji secara material, padahal saldo akun tersebut salah saji secara
material.
b) Risiko kesalahan penolakan
Risiko kesalahan penolakan ( risk of incorrrect rejection) adalah risiko
bahwa sampel mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang dicatat salah
saji secara material, padahal saldo akun tersebut tidak salah saji secara
material
Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap
efektivitas dan efesiensi audit.Risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan, masing-masing dijelaskan sebagai
risiko beta (beta risk) dalam istilah umum statistik, berkaitan dengan efektivitas
audit.Pada saat auditor menarik kesimpulan yang salah ini, prosedur-prosedur
auditor tidak cukup untuk mendeteksi salah saji secara material, dan dia tidak
mempunyai dasar alasan untuk pendapatnya.Sebaliknya, risiko penilaian tingkat
risiko pengendalian yang terlalu tinggi dan risiko kesalahan penolakan, masing-
masing dapat dijelaskan sebagai risiko alfa (alpha risk) adalah istilah umum
statistik berrkaitan ddengan efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah ini
terjadi, auditor akan meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian,
upaya-upaya ini akan mengarah kepada kesimppulan yang benar, dan audit akan
efektif.
b. Risiko nonsampling
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit
tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko
nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan
prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif.
Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena kelelahan, bosan
atau tidak memahami apa yang harus dicari. Contoh di asumsikan 3 dokumen
pengiriman tidak dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam sampel sebanyak
100. Jika auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian, hal tersebut
merupakan kesalahan nonsampling. Prosedur audit yang tidak efektif untuk
mendeteksi pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel
dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan
ke faktur penjulan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk
menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini,
auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang salah karena memulainya
dengan dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit
yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan review
merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling. Sumber-sumber risiko
nonsampling meliputi : (a) Kesalahan manusia; (b) Penerapan prosedur audit
yang tidak sesuai dengan tujuan audit; (c) Salah menginterpretasikan hasil
sampel; (d) Kepercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain.
4. SAMPLING STATISTIK DAN NONSTATISTIK
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama: sampling
statistik dan sampling nonstatistik. Dalam melakukan pengujian audit yang sesuai
dengan GAAS, auditor dapat menggunakan sampling nonstatistik (nonstatistical
sampling) atau samping statistik (statistical sampling) atau keduanya.
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit
dilakukan dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan
meminimalkan kemungkinan kesalahan nonsampling. Sampling statistik (statistical
sampling) dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi
(mengukur) resiko sampling dalam merencanakan sampel, dicontohkan anda
mungkin ingat penghitungan hasil statistik dengan tingkat keyakinan 95%
memberikan risiko sampling sebesar 5%.Sampling nonstatistik (nonstatistical
sampling) auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Kedua jenis sampling
memerlukan pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana sampling
serta pengevaluasian hasil-hasilnya. Lebih dari itu, kedua jenis sampling tersebut
dapat memberikan bahan bukti yang cukup sebagaimana dipersyaratkan dalam
standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Perbedaan penting antara kedua jenis
sampling ini adalah bahwa hukum probabilitas digunakan untuk mengendalikan
risiko sampling dalam sampling statistik. Piliha antara kedua jenis sampling tersebut
terutama didasarkan pada pertimbangan biaya/manfaat (cost/benefit considerations).
Sampling statistik dalam hal tertentu tepat pada saat populasi audit besar, seperti
ketika mengkonfirmasi piutang. Jika pengujian pengendalian menggunakan teknologi
informasi, secara biaya akan lebih efektif jika auditor menggunakn teknik audit
berbantuan komputer yang merupakan bentuk sampling nonstatistik.
Dalam sampling nonstatistik, auditor menentukan ukuran sampel dan
mengevaluasi hasil sampel yang diinginkan berdasarkan kriteria subjektif dan
pengalaman yang dimiliki. Dengan demikian, auditor mungkin tidak mengetahui
kalau dia menggunakan sampel yang terlalu besar untuk satu bidang, dan sampel
yang terlalu kecil untuk bidang yang lain. Untuk memperluas kecukupan bukti audit
yang didasarkan pada sampel, auditor mungkin, pada saat tertentu, memperoleh lebih
banyak (atau lebih sedikit) bukti dari pada kebutuhan sesungguhnya untuk
mempunyai dasar alasan pendapat yang dikemukakan. Namun demikian, sampel
nonstatistik yang dirancang dengan baik bisa sama efektifnya dengan sampel statisik.
Dalam sampel statistik, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melatih auditor
dalam menggunakan statistik dan merancang serta mengimplementasikan sampel
yang telah direncanakan. Namun demikian, sampling statistik harus menguntungkan
auditor dalam : (a) Perancangan sampel yang efisien; (b) Mengukur kecukupan bukti
yang diperoleh; (c) Mengevaluasi hasil sampel
5. TEKNIK SAMPLING AUDIT
Auditor dapat menggunakan sampling untuk memeperoleh informasi tentang
beberapa perbedaan karakteristik populasi. Namun demikian, kebanyakan sampel
audit mengarah pada :

a. Tingkat penyimpangan (deviation rate)


b. Jumlah uang

Pada saat sampling statistik dugunakan, teknik sampel ini masing-masing


ditunjukkan sebagai sampling atribut dan sampling variabel.

B. SAMPLING NONSTATISTIK UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN

1. PENGENDALIAN YANG DAPAT DIUJI DENGAN MENGGUNAKAN


SAMPLING NONSTATISTIK
Dalam lingkungan saat ini di mana beberapa prosedur pengendalian di program
untuk mendapatkan keunggulan teknologi informasi, efektivitas biaya dapat dicapai
dengan mempertimbangkan rencana sampling nonstatistik. Pada saat auditor sedang
mengembangkan rencana audit untuk menguji prosedur pengendalian yang
diprogram, auditor perlu mempertimbangkan efisiensi bukti mengenai pengendalian
yang diprogram, pengendalian umum komputer, dan prosedur tindak lanjut manual.
Namun demikian, auditor dapat mempertimbangkan rencana pengembangan untuk
menguji pengendalian manajemen pada seluruh transaksi. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, pengujian statistik pada pengendalian mungkin sesuai dalam situasi ini.
a. Pengujian prosedur pengendalian dengan program komputer (Testing
Computer-Programmed Control Procedures)
Teknologi informasi telah memberikan sumbangan yang berarti pada
konsisten prosedur pengendalian. Dalam era di mana prosedur pengendalian
dilakukan secara manual, seseorang dapat membandingkan dengan benar,
misalnya, informasi dalam voucher dengan pesanan pembelian, laporan,
penerimaan, dan faktur pemasok. Namun pada akhirnya, kelelahan dapat timbul
dan prosedur yang sama mungkin dilakukan dengan salah.Untuk prosedur
pengendalian yang diprogram secara spesifik sesuai kehendak, biasanya cukup
bagi auditor untuk menguji pengendalian yang diprogram dengan hanya dua
transaksi yang sesuai : satu transaksi yang diproses dengan benar dan satu
transaksi yang harus ditandai sebagai suatu pengecualian. Akan tetapi, auditor
dapat menguji setiap aspek pengendalian yang diprogram dengan ukuran sampel
dua pengujian transaksi.
b. Pengujian prosedur pengendalian umum komputer(Testing Computer General
Control Procedures)
Prosedur pengendalian umum komputer meliputi pengendalian organisasi
dan operasi, pengembangan sistem dan pengendalian dokumentasi,
pengendalian perrangkat keras (hardware) dan sistem perangkat lunak (system
software), pengendalian akses, serta pengendalian data dan prosedur. Semua itu
meninggalkan jejak audit (audit trail) atas laporan perubahan sistem, bagaimana
perubahan diuji dan disetujui, dan keamanan perangkat lunak yang dapat
menghasilkan laporan dan catatan mengenai siapa yang telah mengakses
program dan arsip data. Auditor dapat menguji pengendalian-pengendalian ini
dengan menginspeksi laporan dan catatan dan dengan membuat pertanyaan serta
observasi. Pertanyaan dan observasi tidak termasuk sampling audit, dan auditor
dapat menggunakan teknik sampling nonstatistik ketika membuat keputusan
tentang perluasan inspeksi atas laporan, catatan komputer, dan catatan-catatan
lain yang memberikan bukti tentang prosedur pengendalian umum komputer.
c. Pengujian Prosedur Tindak Lanjut Manual
Prosedur pengendalian berprogram computer biasanya memberikan
pengecualian untuk tindak lanjut manual.Hal itu apata menunjukan
pengecualian pada layar komputer dan tidak dapat memproses lebih lanjut
sebuah transaksi sampai perkecualian tersebut dikoreksi.Pengujian pengendalian
yang ditampilkan di layar diuji terutama dengan pengajuan pertanyaan dan
observasi, dan dengan menyerahkan transaksi yang dapat menghasilkan pesan
yang diduga salah.Alternatifnya, pengecualian dicetak dan dilaporkan secara
harian atau mingguan untuk tindak lanjut dan koreksi.Karyawan biasanya
membuat notasi pada laporan pengecualian yang dicetak, yang berkaitan dengan
langkah yang diambil dalam mengoreksi transaksi tersebut termasuk hal-hal
yang berkaitan. Sampling nonstatistik merupakan cara yang tepat untuk memilih
laporan pengecualian dengan tujuan menguji efektivitas prosedur tindak lanjut
manual.
d. Pengujian Pengendalian Manajemen
Banyak prosedur pengendalian manajemen meliputi adanya review
manajemen terhadap berbagai laporan keuangan dan kinerja bisnis. Laporan
siklus pendapatan dapat mengurutkan order pelanggan berdasarkan
profitabilitas, laporan pelanggan baru, laporan pelanggan pasif empat bulan
terkahir, atua menunjukan volume aktivitas, harga penjualan, dan marjin
produk. Laporan siklus pengeluaran dapat menunjukan pembelian yang
dilkakukan selama minggu terakhir yang disusun berdasarkan pemasok atau
produk dan penerimaan jasa.Pengendalian ini mengharapkan manajemen untuk
me-review dan menyetujui kelengkapan, keakuratan, dan alasan-alasan
dilakukannya transaksi dalam satu minggu. Samping nonstatistik merupakan
metode yang tepat untuk menentukan efektivitas pengujian audit atas
pengendalian manajemen yang memanfaatkan laporan-laporan jenis ini dari
sistem akuntansi.
2. LANGKAH-LANGKAH DALAM SAMPLING NONSTATISTIK
Sampel nonstatistik tepat digunakan ketika auditor menginspeksi ringkasan
laporan yang dapat memberikan bukti tentang efektivitas pengendalian umum,
prosedur tindak lanjut manual, atau pengendalian manajemen. Langkah-langkah
yang tercakup dalam rencana sampling nonstatistik meliputi hal-hal berikut ini :

a. Menentukan tujuan audit dan prosedur untuk memenuhi tujuan tersebut


b. Menentukan populasi dan unit sampling
c. Menspesifikasi pengendalian yang dikehendaki dan bukti bahwa pengendalian
tersebut efektif atau tidak efektif
d. Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan ukuran sampel
e. Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan metode pemilihan
sampel
f. Menetapkan prosedur audit untuk pengujian pengendalian
g. Menerapkan prosedur audit untuk pengujian pengendalian
h. Mengevaluasi hasil sampel
Setiap langkah tersebut dibahas dibawah ini dan harus didokumentasikan dalam
kertas kerja.

a) Menentukan Tujuan Audit dan Prosedur Audit


Tujuan menyeluruh dari pengendalian adalah untuk mengevaluasi
efektivitas rancangan dan operrasi pengendalian intern. Beberapa pengendalian,
seperti prosedur pengendalian yang terprogram, dapat dirancang untuk
menghindari atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji tertentu. Sebagai
contoh, prosedur pengendalian yang terprogram dapat dirancang untuk
menjamin bahwa seluruh pembelian dicatat atau seluruh penjualan adalah valid
(eksistensi atau keterjadiannya). Pengendalian manajemen dapat mendeteksi
salah saji untuk beberapa tujun audit. Sebagai contooh, review manajemen atas
transaksi pembelian dapat memberikan kepastian bahwa pembelian adalah valid
dan dinilai dengan benar. Beberapa pengendalian, seperti prosedur pengendalian
umum komputer, dapat mempunyai pengaruh pervasif pada beberapa tujuan
audit. Akhirnya, auditor harus memahami bagaimana pengendalian tertentu
akan mempengaruhi penilaian risiko pengendalian untuk asersi tertentu atau
tujuan audit.
b) Menentukan Populasi dan Unit Sampling
Populasi (population) didefinisakn oleh pengendalian intern sebagai
seluruh situasi di mana pengendalian harus dilakukan. Unit sampling (sampling
unit) merupakan cara audiitor mengidentifikasikan kinerja pengendalian intern
yang dikehendaki. Sebagai contoh, auditor mungkin ingin menguji populasi
seluruh perubahan program selama tahun ini untuk menguji pengendalian umum
pada seluruh perubahan program. Pada contoh ini, unit sampling secara
individual merupakan perubahan program. Selain itu, auditor juga dapat
menguji populasi seluruh laporan manajemen dalam siklus pengeluaran dimana
manajemen diminta untuk me-review dan menyetujui seluruh beban
pengeluaran pada pusat pertanggungjawabannya. Unit samping tersebut
merupajan laporan individual yang dikirim ke manajmen. Walaupun laporan
tersebut berisi informasi tentang sejumlah transaksi, namun laporan itu
merupakan unit sampling karena laporan inilah yang direspon oleh manajemen
dalam melakukan pengendalian transaksi.Dalam atribut sampel statistik untuk
pengujian pengendalian, populasi merupakan kelompok transaksi yang diuji.
Auditor harus menentukan bahwa penyajian secara fisik atas populasi tersebut
adalah sesuai tujuan rencananya. Identifikasi populasi juga termasuk
pertimbangan homogenitas populasi pada pengendalian yang diuji.
Unit sampling merupakan elemen individual dalam populasi. Unit
sampling dapat berupa dokumen, item-item dalam dokumen, ayat jurnal atau
register atau cataatn dalam arsip komputer. Unit sampling mempunyai dampak
yang signifikan terhadap terhadap efisiensi audit.
c) Menspesifikasi Pengendalian yang Dikehendaki dan Bukti efektivitas Operasi
Auditor harus menentukan bukti yang menunjuka efektif tidaknya suatu
pengendalian intern. Dalam kasus pengendalian umum atas perubahan progrma,
auditor dapat mengharapkan departemen pemakai untuk mendokumentasikan
proses koreksi transaksi yang nampak pada laporan pengecuualian. Dalam kasus
pengendalian manajemen, klien dapat mengharapkan manajemen untuk me-
review dan memberikan persetujuan berdasarkan laporan transaksi mingguan
yang dibebankan pada pusat pertanggungjawannya. Pada saat auditor
memperooleh pemahaman atas pengendalian itern, hal tersebut membantu untuk
memahami dokumentasi audit, sehingga perkecualian tersebut diakui secara
jelas.
d) Menggunakan Pertimbangan Profesional untuk Menentukan Ukuran Sampel
Factor-faktor utama pada ukuran sampel dalam sampel nonstatistik adalah:
(1) Risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah; (2) Tingkat
penyimpangan yang dapat di toleransi; (3) Tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan untuk setiap pengendalian.
Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerable deviation rate)
adalah tingkat maksimum penyimpangan dari pengendalian yang dapat diterima
oleh auditor denan menggunakan risiko pengendalian yang direncanakan dan
sebelum mengevaluasi bukti, auditor menentukan berapa banyak penyimpangan
dari pengendalian yang ditentukan yang dapat diterima.
Akhirnya, auditor harus mengestimasi tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan (expected population deviation rate), yaitu yang merupakan taksiran
terbaik auditor atas tingkat penyimpngan actual dalam populasi.Auditor dapat
mengestimasi tingkat penyimpangan populasi berdasarkan pengalaman
sebelumnya dengan klien atau pengetahuan yang diperoleh pada saat
memperoleh pemahaman atas pengendalian intern.Pada saat menentukan ukuran
sampel, semakin rendah tingkat penyimpangan yang diharapkan, semakin kecil
ukuran sampel.
e) Menggunakan Pertimbangan Profesional untuk Menentukan Metode Pemilihan
Sampel
Setelah auditor mengidentifikasi populasi serta unit sampling dan
menentukan ukuran sampel, langkah utama selanjutnya adalah memilih item
sampel (Pengendalian utama bukti, laporan pengecualian, atau laporan yang
ditujukan ke pengendalian manajemen).Teknik sampling nonstatistik yang biasa
adalah sampling sembarang (haphazard sampling). Metode ini mencakup
pemilihan item pada, tanpa memperhatikan jumlah transaksi, bulan dalam tahun
tersebut, atau hal-hal lainnya.
f) Menerapkan Prosedur Audit untuk Pengujian Pengendalian
Ketika menggunkan data untuk menguji prosedur pengendalian yang
terprogra, auditor mencari satu transaksi yang dip roses dengan baik (transaksi
yang ada di bawah pengujian terbatas) dan satu transaksi yang akan di laporkan
sebagai pengecualian (transaksi yang ada di atas pengujian terbatas). Auditor
juga dapat mengevaluasi efektivitas pengguna yang terlibat dalam
pengembangan program, atau mengevaluasi efektitivitas prosedur tindak lanjut
manual atau pengendalian manajemen.Tahapan ini terutama ditujukan pada
risiko nonsampling jika auditor tidak mengidentifikasi kegagalan pengendalian
pada risiko nonsampling jika auditor tidak dapat mengidentifikasikan kegagalan
pengendalian pada saat bukti ada di tangan.Auditor trsebut perlu mengevaluasi
apakah pengendalian intern pada auditor yang dikehendaki beroperasi secara
efektif.
g) Evaluasi Hasil
Penyimpangan dari prosedur pengendalian yang ditentukan harus
ditabulasi, diringkas dan di evaluasi.Pertimbangan professional diperlukan
dalam mengevaluasi hasil secara kuantitatif dan kualitatif.Pada saat
mengevaluasi hasil secara kuantitatif, auditor harus membandingkan bukti
dengan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi pada saat perencanaan
sampel nonstatistik.
Jika pengujian atas pengendalian yang terprogram gagal (misalnya,
program tersebut tidak menolak pengujian transaksi yang melebihi batas), maka
pengendalian terprogram tersebut akan menjadi tidak efektif untuk atribut
tertentu (dalam contoh ini, pengendalian melebihi peenilaian), auditor kemudian
perlu mempertimbangkan apakah ada pengendalian lain yang berkaitan dengan
atribut yang sama, atau apakah risiko pengendalian harus dinilai pada tingkat
maksimum.
C. MERANCANG ATRIBUT SAMPEL STATISTIK UNTUK PENGUJIAN
PENGENDALIAN
Langkah-langkah dalam rencana sampling statistic untuk pengujian pengendalian
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan audit
b. Menentukan populasi dan unit yang sampling
c. Menspesifikasi atribut-atribut yang dikehendaki
d. Menentukan ukuran sampel
e. Menentukan metode pemilihan sampel
f. Melaksanakan rencana sampling
g. Mengevaluasi hasil sampel.

1) Menentukan Tujuan Audit


Tujuan menyeluruh dari pengujian pengendalian adalah untuk mengevaluasi
efektivitas rancangan dan operasi pengendalian intern. Satu atau lebih rencana
sampling atribut dapat dirancang untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian yang
benrkaitan dengan kelompok transaksi tertentu
2) Menentukan Populasi dan Unit Sampling
Dalam atribut sampel statistic untuk pengujian pengendalian, populasi
(population) merupakan kelompok transaksi yang diuji.Auditor harus
menentukanbahwa penyajian secara fisik atas populasi tersebut adalah sesuai tujuan
rencananya.
3) Menspesifikasi Atribut-Atribut yang Dikehendaki
Atribut (attribute) harus ditunjukan untuk setiap pengendalian yang diperlukan
untuk mengurangi risiko pengendalian atas sebuah asersi. Jika pengendalian tersebut
masryarakat departemen kredit untuk menyetujui kredit sebelum pengiriman,
atributnya dapat disajikan sebagai : “persetujuan kredit oleh personel departemen
kredit yang di otorisasi”.
4) Menentukan Ukuran Sampel.
Dalam menentukan ukuran sampel untuk setiap atribut atau pengendalian yang
diuji, auditor harus menspesifikasi pengurutan nilai setiap factor-faktor berikut : (1)
Risiko atas perkiraan risiko pengendalian yang terlalu rendah; (2) Tingkat
penyimpangan yang dapat ditoleransi; (3) Tingkat penyimpangan populasi yang di
harapkan
Disamping itu, pada saat sampling dari populasi kecil (kurang dari 5.000 unit),
ukuran sampel tersebut harus diperkiran sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut
dalam bagian akhir.
a. Risiko atas Penilaian Risiko Pengendalian Yang Terlalu Rendah
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dua jenis risiko sampling yang
berkaitan dengan pengujian pengendalian :
1. Risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terrlalu tinggi, yang
berhubungan dengan efisiensi audit
2. Risiko atas penilaian resiko pengendalian yang terlalu rendah, yang
berhubungan dengan efektivitas audit.
Akibat adanya konsekuensi serius potensi yang berkaitan dengan ketidakefisiensi
audit dank arena pengujian pengendalian merupakan sumber utama bukti
mengenai penyimpangan, auditor menginginkan untuk mempertahankan risiko
atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah pada level yang rendah.
b. Tingkat Penyimpangan yang Dapat Ditoleransi
Tingkat Penyimpangan yang Dapat Ditoleransi (tolerable deviation rate)
adalah tingkat maksimum penyimpangan pengendalian yang mana auditor tetap
menerima dan masih menggunakan risiko pengendalian yang direncanakan.
Dalam memutuskan tingkat yang dapat di toleransi, auditor harus
mempertimbangkan hubungan setiap penyimpangan dengan
1. Catatan akuntansi yang sedang di uji
2. Beberapa pengendalian intern yang berkaitan
3. Tujuan evaluasi auditor
c. Tingkat Penyimpangan Populasi yang Diharapkan
Auditor menggunakan satu atau lebih dari hal-hal berikut untuk
mengestimaasi tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan (expected
population deviation rate) untuk setiap pengendalian :
1. Tingkat penyimpangan sampel tahun lalu, yang disesuaikan berdasarkan
pertimbangan auditor dengan perubahan tahun berjalan dalam efektivitas
pengendalian.
2. Estimasi berdasarkan penilaian awal tahun berjalan atas pengendalian tesebut
3. Tingkat yang ditemukan dalam sampel pendahuluan atas 50 item yang
diperkirakan.
d. Ukuran Populasi
ukuran populasi (Population size) mempunyai sedikit pengaruh atau tidak
berpengaruh terhadap ukuran sampel. Pedoman sampling audit

D. MEMBUAT ATRIBUT SAMPEL SECARA STATISTIK DAN MENGEVALUASI


HASIL-HASILNYA
1. Melaksanakan Rencana sampling
Metelah rencana sampling dirancang, item-item sampel di pilih dan diuji untuk
menentukan sifat dan penyimpanan dari pengendalian. Penyimpanan meliputi
kesalahan dokumen, tidak ada inisial yang menunjukkan kinerja pengendalian,
ketidaksesuaian dalam dokumen dan cacatan yang berkaitan, tidak adany aharga
dengan pengerjaan kembali (reperformance) oleh auditor.
Jika unit sampling adalah dokumen, maka audtor dapat memilih jumlah yang
lebih besar dari yang di butuhkan.Jumlah ‘’ekstra’’ tersebut digunakan sebagai
pengganti apabila ada dokumen yang dibatalkan atau item yang dipilih yang tidak
dapat digunakan dalam sampel yang dibutuhkan.Item yang tidak dapat diterapkan
tersebut terjadi pada aat pengendalian atau atribut tidak ada dalam item yang dipilih.
Sebagai contoh, jika atribut yang di uji adalah ‘’adanya penerimaan laporan untuk
mendukung voucher,’’ maka voucher untuk pembayaran tagihan bulanan atas jasa
fasilitas umum tidak akan dapat diterapkan, karena laporan penerimaan tidak dibuat
untuk jasa. Dengan demikian, voucher akan di gantikan oleh jumlah ekstera dalam
membuat rencana sampel.
2. Mengevaluasi Hasil-Hasil Sampel
Penyimpanan yang ditemukan dalam sampel harus ditabulasi, diringkas, dan
dievaluasi. Pertimbangan prefesional diperlukan dalam mengevaluasi faktor-faktor
utama pada kesimpulan menyeluruh.
a. Menentukan Tingkat Penyimpanan Sampel
Tingkat Penyimpanan Sampel (sample deviation rate) untuk setiap
pengendalian yang diuji dihitung dengan membagi jumlah penyimpanan yang
ditemukan dengan ukuran sampel yang diuji. Tingkat tersebut merupakan estimasi
terbaik auditor atas tingkat penyimpanan aktual dalam populasi.
b. Menentukan Batas Penyimpangan Atas
Batas penyimpanan atas (upper deviation limit) menunjukkan tingkat
penyimpanan atas dalam populasi berdasarkan jumlah penyimpangan yang
ditemukan dalam sampel. Batas atas tersebut dinyatakan dalam dalam bentuk
persentase, dan terkadang dianggab sebagai batas ketepatan atsa yang dapat
dicapai (achieved upper precision limit) atau tingkat penyimpangan populasi
maksimum (maximum population deviation rate).
Jika ukuran sampel yang digunakan tidak tmapak dalam tabel evaluasi
tersebut, auditor dapat : (a) menggunakan ukuran sampel terbesar dalam tabel,
selama tidak melebihi ukuran sampel yang digunakan, (b) melakukan interpolasi,
(c) memperolehnya dari tabel yang lebih lengkap, atau, (d) menggunakan program
komputer yang akan menghasilkan batas atas untuk beberapa ukuran sampel.
Batas penyimpangan atas yang ditentukan dari tabel secara implisit termasuk
cadangan risiko sampling.Dengan demikian, bats penyimpangan atas dapat
digunakan untuk menentukan apakah sampel mendukung risiko pengendalian
yang direncanakan. Jika batas penyimpangan atas kurang dari atau sama dengan
tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi dalam merancang sampel, hasilnya
mendukung risiko pengendalian yang direncanakan; jika sebaliknya, hasilnya
tidak mendukug risiko pengendalian yang direncanakan.
c. Menentukan Cadangan untuk Risiko Sampling
Ingat bahwa risiko sampling berkaian dengan kemungkinan bahwa sampel
yang diperoleh secara layak tidak selalu mencerminkan populasinya. Sebagaimana
yang ditunjukkan diatas, evaluasi dapat dilakukan tanpa menghitung cadangan
untuk risiko samping secara eksplisit. Akan tetapi, pengetahuan bagaimana
cadangan ditentukan dapat membantu proses evaluasi. Cadangan risiko sampling
(allaowance for sampling risk) yang ditambahkan pada tingkat penyimpagan
sampel merupakan batas penyimpangan atas yang akan melebihi
d. Mempertimbangkan Aspek Penyimpangan Kualitatif
Setiap penyimpangan yang terjadi pada pengendalian harus dianalisis untuk
menentukan hakikat penyimpangan dan sebab-sebabnya.
e. Menarik Kesimpulan Secara Menyeluruh
Auditor menggunkan hasil-hasil dari sampel tersebut, pengetahuan tentang
lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi, dan pertimbangan professional
untuk membuat penilaian akhir atas risiko pengendalian untuk pengandalian yang
dicerminkan oleh atribut-atribut yang tercakup dalam rencana sampling. Penilaian
tersebut kemudian digunakan untuk menilai risiko pengendalian atas asersi
laporan keuangan relevan yang dipengaruhi oleh kelompok transaksi yang diuji.

E. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN LAINNYA
1. Sampling Penemuan
Sampling penemuan adalah bentuk dari sampling atribut yang dirancang untuk
menemukan sedikitnya satu pengecualian jika tingkat penyimpangan dalam populasi
sama atau diatas tingkat yang ditentukan. Sampling penemuan bermanfaat ketika
auditor :

a. Sedang menguji sebuah populasi besar yang terdiri dari item-item berisi proporsi
risiko pengendalian yang sangat tinggi
b. Curiga bahwa telah terjadi ketidaksesuaian dengan ketentuan
c. Mencari bukti tambahan dalam sebuah kasus untuk menentukan apakah
ketidaksesuaian dengan ketentuan merupakan kejadian yang terisolasi atau bagian
dari pola yang berulang-ulang

Membuat sampel mencakup penggunaan kembali item-item yang dipilih untuk


sampel tersebut dan melakukan pengujian pengendalian berdasarkan sampel-sampel
tersebut. Pengevaluasian hasil-hasilnya mencakup penentuan mengenai ada tidaknya
sampel yang mendukung risiko pengendalian yang direncanakn berdasarkan
frekuensi penyimpanan dari pengendalian yang diobservasi dalam sampel tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam makalah ini kami menguraikan sampel presentatif dan membahas perbedaan
antara sampling statistik dan nonstatistik. Kami juga membahas langkah dalam sampling
untuk tingkat pengecualian yang digunakan pada pengujian pengendalian atas transaksi.
Sampling atribut nonstatistik dan statistik untuk tingkat pengecualian.

Daftar Pustaka:

Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai