Anda di halaman 1dari 15

PENGAUDITAN

“Konsep Dasar Sampling Audit dan Sampel Statistik Atribut”

Dosen Pengampu :
Made Dudy Satyawan, S.E., M.Si., Ak.

Disusun Oleh :
Shinta Ayu Safitri (16080304001)
Riris Ariska (16080304047)
Sandhy Yudha H (16080304049)
Agustin Roikhatul J (16080304057)
Mega Ayu Sekarwati (16080304067)
Yunia Rachmawati (16080304081)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan auditor dalam melaksanakan audit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP). Menurut Boynton (2003:190), audit laporan keuangan melibatkan
sejumlah langkah untuk mencapai tujuan tersebut yakni memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri, mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan, membuat
keputusan tentang jumlah yang material bagi pengguna laporan keuangan, membuat
keputusan tentang komponen risiko audit, memperoleh bukti melalui prosedur audit,
menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung pendapat audit, dan
berakhir pada mengkomunikasikan temuan-temuan. Seringkali, kegagalan audit
disebabkan karena tidak dilaksanakannya prosedur audit yang penting atau tidak
dievaluasinya bukti-bukti audit dengan benar. Uji pengendalian merupakan salah satu
prosedur audit lanjutan sebagai tanggapan atas penilaian risiko auditor terhadap
pengendalian intern perusahaan. Auditor wajib merancang dan melaksanakan uji
pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berfungsinya
pengendalian yang relevan secara efektif.
Mengingat penting nya kegiatan audit bagi perusahaan, maka proses kegiatan audit
harus dilaksanakan dengan menggunakan tahap-tahap yang terstruktur dan sistematis
mulai dari tahap mencari, menganalisis, dan mengevaluasi bukti-bukti dalam laporan
keuangan hingga pada tahap penyampaian opini kepada pihak yang terkait. Dalam
menyampaikan opini, auditor harus memperoleh bukti yang cukup. Hal tersebut tercantum
dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu bukti audit yang kompeten
adalah bukti audit yang diperoleh dari inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan. Dan
konfirmasi sebagai dasar untuk menyampaikan opini. Namun, makna bukti yang cukup
tidak mengharuskan semua bukti audit dikumpulkan, melainkan dapat dengan
menggunakan sebagian bukti audit yang di sebut dengan sampel.
Dalam prakteknya auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil
merupakan sampel yang representatif atau non representatif, meskipun auditor telah
selesai melakukan pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas
pengembilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut
dapat dilaksanakan oleh auditor dengan cara merancang proses sampling, melakukan
seleksi atau pemilihan sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.
Auditor yang akan melakukan pengujian harus menentukan ukuran sampel dan
item sampel yang akan dipilih dari populasi untuk setiap sampel prosedur audit. Banyaknya
persentase dari jumlah populasi yang akan dipilih auditor bagi pengujian untuk membuat
kesimpulan mengenai populasi tersebut disebut sebagai sampling audit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Sampling Audit?
2. Bagaimana rancangan sampel statistik atribut untuk pengujian pengendalian?
3. Bagaimana pelaksanaan sampel statistik atribut?
4. Bagaimana evaluasi akhir hasil sampel?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar Sampling Audit
2. Untuk mengetahui rancangan sampel statistik atribut untuk pengujian pengendalian
3. Untuk mengetahui pelaksanaan sampel statistik atribut
4. Untuk mengetahui evaluasi akhir hasil sampel
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Sampling Audit


1. Pengertian dan Manfaat
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus
persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Seksi ini memberikan
panduan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel audit. Auditor seringkali
mengetahui mana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah
saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya,
termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang
saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang, menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk
memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian,
maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan
sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya
jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam
prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika
diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai
dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
2. Ketidakpastian Dan Sampling Audit
Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga berisi elemen ketidakpastian.
Contoh, perhitungan auditor atas resiko pengendalian yang mempengaruhi sifat (nature),
waktu (timing), luas (extent) dan pemilihan staf (staffing) atas prosedur-prosedur audit
lainnya yang dilakukan. Ketidakpastian yang melekat dalam audit sering disebut sebagai
risiko audit. Sampling audit menerapkan dua komponen risiko audit, yaitu:
a. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa pengendalian intern tidak dapat mendeteksi
atau menghindari salah saji material dalam asersi laporan keuangan.
b. Pengujian rincian risiko
Pengujian rincian risiko merupakan risiko bahwa salah saji material tidak akan
diungkapkan dengan pengujian rincian oleh auditor.
Sampling audit dalam pengujian pengendalian memberikan informasi yang secara
langsung berhubungan dengan penilaian auditor atas risiko pengendalian, dan sampling
audit dalam pengujian substantif membantu auditor mengkuantifikasi dan mengendalikan
pengujian rincian atas risiko.
3. Risiko Sampling dan Risiko Nonsampling
a. Risiko Sampling (sampling risk)
Risiko Sampling dalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah
karena sampel populasi tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian
sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari populasi secara
keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor memutuskan bahwa pengendalian
dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian populasi
6%. Asumsikan auditor menerima bahwa pengendalian dianggap efektif
berdasarkan pengujian pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item yang
memiliki dua pengecualian. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian sebesar 8 persen,auditor menerima populasi yang salah karena
sampel tidak cukup mewakili populasi. berkaitandengan kemungkinan bahwa
sampel yang diambil tidak menggambarkan secara benar populasitersebut. Dalam
melakukan pengujian pengendalian jenis risiko sampling berikut dapat terjadi :
1) Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the risk
of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari dari
prosedur atas kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui dianggap tidak
cukup mendukung tingkat penilaian yang direncanakan.
2) Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk of
assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian tingkat risiko p
engendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui dianggap cukup
untuk mendukung tingkat penilaian yang direncanakan.
Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap
efektivitas dan efesiensi audit. Risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan, masing-masing dijelaskan sebagai
risiko beta (beta risk) dalam istilah umum statistik, berkaitan dengan efektivitas
audit. Pada saat auditor menarik kesimpulan yang salahini, prosedur-prosedur
auditor tidak cukup untuk mendeteksi salah saji secara material, dandia tidak
mempunyai dasar alasan untuk pendapatnya.Sebaliknya, risiko penilaian
tingkatrisiko pengendalian yang terlalu tinggi dan risiko kesalahan penolakan,
masing-masing dapatdijelaskan sebagai risiko alfa (alpha risk) adalah istilah umum
statistik berrkaitan dengan efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah ini terjadi,
auditor akan meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian,
upaya ini akan mengarah kepada kesimpulan yang benar, dan audit akan efektif.
Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:
1) Menyesuaikan ukuran sampel
2) Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi
Meningkatkan ukuran sampel dapat mengurangi risiko sampling, dan
sebaliknya. Ada satu ekstrem sampel dari semua item populasi tidak memiliki
risiko sampling. Sementara pada ekstrem lainnya, sampel sebanyak satu atau dua
item memiliki risiko sampling yang sangat tinggi. Penggunaan metode pemilihan
sampel yang sesuai dapat meningkatkan kemungkinan sampel bersangkutan dapat
terwakilkan. Hal ini tidak menghilangkan atau bahkan mengurangi risiko
sampling, tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan
dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan evaluasi statistik
digunakan.
b. Risiko nonsampling (nonsampling risk)
Risiko nonsampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko nonsampling adalah
kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak
sesuai atau tidak efektif. Auditor mungkin gagal mengenali pengecualian karena
kelelahan, bosan atau tidak memahami apa yang harus dicari. Contoh di asumsikan
3 dokumen pengiriman tidak dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam sampel
sebanyak 100. Jika auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian, hal
tersebut merupakan kesalahan nonsampling. Prosedur audit yang tidak efektif
untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel
dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke
faktur penjulan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk
menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini,
auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang salah karena memulainya
dengan dokumen pengiriman dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit
yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan review
merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling. Sumber-sumber risiko
nonsampling meliputi:
1) Kesalahan manusia
2) Penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit
3) Salah menginterpretasikan hasil sampel
4) Kepercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain
4. Pendekatan Umum dalam Sampling Audit
Tujuan perencanaan sample adalah untuk memastikan bahwa pengujian audit
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menghindari risiko sampling yang mungkin
terjadi dan meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan nonsampling. Metode
sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama: sampling statistik
dansampling nonstatistik. Dalam melakukan pengujian audit yang sesuai dengan
GAAS, auditor dapat menggunakan sampling nonstatistik (nonstatistical sampling)
atau samping statistik (statistical sampling) atau keduanya. Kategori tersebut serupa
karena keduanya melibatkan tiga tahap:
1) Perencanaan sampel
2) Pemilihan sampel dan melakukan pengujian
3) Pengevaluasian hasil.
a. Sampling statistik (statistical sampling)
Sampling statistik adalah penggunaan rencana sampling (sampling plan)
dengan cara sedemikian rupa sehingga hukum probabilitas digunakan untuk
membuat statement tentang suatu populasi. Ada dua syarat yang harus dipenuhi
agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling statistik.
Pertama, sampel harus dipilih secara random. Random merupakan lawan arbritrari
atau judgemental. Seleksi random menawarkan kesempatan sampel tidak akan bias.
Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara matematis. Jika salah satu syarat
ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik. Berikut
digambarkan tipe sampling audit syarat pengkategorian tipe-tipe tersebut.
b. Sampling non Statistik (nonstatistical sampling)
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan kriteria subyektif berdasarkan pengalaman auditor. sehingga proses
pemilihan sampel tidak random dan hasil penyampelan tidak dievaluasi secara
matematis
Auditor tidak mengkuantifikasi risiko sampling. Sebaliknya, auditor
memilih dalam melakukan pengujian audit yang sesuai dengan GAAS, auditor
dapat menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik atau keduanya.
Kedua jenis sampling memerlukan pertimbangan dalam perencanaan dan
pelaksanaan rencana sampling serta pengevaluasian hasil-hasilnya. Lebih dari itu,
kedua jenis sampling tersebut dapat memberikan bahan bukti yang cukup
sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pekerjaanlapangan yang ketiga.
Perbedaan penting antara kedua jenis sampling ini adalah bahwa hukum
probabilitas digunakan untuk mengendalikan risiko sampling dalam sampling
statistik.Piliha antara kedua jenis sampling tersebut terutama didasarkan pada
pertimbangan biaya/manfaat (cost/benefit considerations). Sampling statistik
dalam hal tertentu tepat pada saat populasi audit besar, seperti ketika
mengkonfirmasi piutang. Jika pengujian pengendalian menggunakan teknologi
informasi, secara biaya akan lebih efektif jika auditor menggunakan teknik audit
berbantuan komputer yang merupakan bentuk sampling nonstatistik. Dalam
sampling nonstatistik, auditor menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil
sampelyang diinginkan berdasarkan kriteria subjektif dan pengalaman yang
dimiliki. Dengan demikian, auditor mungkin tidak mengetahui kalau dia
menggunakan sampel yang terlalu besar untuk satu bidang, dan sampel yang terlalu
kecil untuk bidang yang lain. Untuk memperluas kecukupan bukti audit yang
didasarkan pada sampel, auditor mungkin, pada saat tertentu, memperoleh lebih
banyak (atau lebih sedikit) bukti dari pada kebutuhan sesungguhnya untuk
mempunyai dasaralasan pendapat yang dikemukakan. Namun demikian, sampel
nonstatistik yang dirancang dengan baik bisa sama efektifnya dengan sampel
statisik.
Dalam sampel statistik, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melatih
auditor dalammenggunakan statistik dan merancang serta mengimplementasikan
sampel yang telah direncanakan. Namun demikian, sampling statistik harus
menguntungkan auditor dalam perancangan sampel yang efisien, mengukur
kecukupan bukti yang diperoleh, dan mengevaluasi hasil sampel.
B. Perancangan Sampel Statistik Atribut Untuk Pengujian Pengendalian
1. Nyatakan Tujuan dari Pengujian Audit
Tujuan menyeluruh dari pengujian audit harus ditetapkan dalam bentuk siklus
transaksi tertentu yang sedang diuji. Misalnya dalam melakukan pengujian atas siklus
penjualan dan penerimaan kas, tujuan menyeluruhnya adalah untuk menguji efektifitas
pengendalian intern atas penjualan dan penerimaan kas.
2. Definisikan Atribut Dan Kondisi Deviasi
Apabila tidak ada pernyataan yang pasti mengenai apa yang merupakan suatu atribut,
maka staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki pedoman untuk
mengidentifikasikan deviasi.
3. Definisikan populasi
Auditor dapat mendefinisikan suatu populasi dengan memasukkan data apapun yang
diinginkan tetapi dia harus mengambil sampel secara acak dari keseluruhan populasi
seperti yang telah didefinisikan. Seorang auditor dapat menggeneralisasi populasi
yang telah diambil sampelnya. Misalnya dalam melaksanakan pengujian atas transaksi
penjualan yang dicatat, auditor lazimnya mendefinisikan populasi sebagai semua
penjualan yang dicatat untuk tahun bersangkutan. Apabila auditor mengambil secara
acak hanya dari transaksi satu bulan, maka tidak absah untuk menarik kesimpulan
statistik tentang faktur-faktur untuk keseluruhan tahun.
4. Definisikan unit sampling
Pertimbangan utama dalam mendefinisikan unit sampling adalah membuatnya
konsisten dengan tujuan pengujian audit. Misalnya apabila seorang auditor ingin
menentukan seberapa sering klien lalai dalam memenuhi order langganan, unit
samplingnya harus didefinisikan sebagai order langganan. Namun apabila tujuannya
adalah untuk menentukan apakah kuantitas barang yang semestinya diuraikan dalam
order langganan telah dikirimkan dan ditagih secara benar, adalah mungkin untuk
mendefinisikan unit sampling sebagai order pelanggan, dokumen pengiriman atau
salinan faktur penjualan.
5. Tentukan Tingkat Deviasi Yang Dapat Ditoleransi
Dalam pengambilan sampel, terdapat resiko bahwa kesimpulan kuantitatif mengenai
populasi tersebut tidak benar. Ini akan menjadi selalu benar, kecuali 100 persen dari
populai diuji. Resiko terjadi baik sampling statistik maupun sampling non statistik.
Resiko tersebut dinamakan resiko pengandalan lebih pada pengendalian intern yang
dapat diterima (ARO = acceptable risk of overreliance on internal control). ARO
adalah resiko yang hendak diambil auditor dengan menerima suatu prosedur
pengendalian sebagai efektif, bila ternyata tingkat deviasi dalam populasi lebih besar
dari TER
Diilustrasikan sebagai berikut. TER sebesar 6 persen, ARO sebesar 10 persen, dan tingkat
deviasi populasi yang sebenarnya sebesar 8 persen. Anggapan bahwa prosedur
pengendalian dalam kasus ini tidak dapat diterima, karena tingkat deviasi yang sebenarnya
sebesar 8 persen dan melebihi TER. Auditor tidak mengetahui hal tersebut karena tingkat
yang sebenarnya tidak diketahui. ARO sebesar 10 persen diartikan bahwa auditor hendak
mengambil risiko 10 persen dengan menyimpulkan pengendalian adalah efektif setelah
semua pengujian selesai, meskipun pengendalian tidak efektif. Apabila auditor mendapati
pengendaliannya efektif dalam contoh tersebut, auditor telah menganalisis lebih pada
sistem pengendalian intern (menggunakan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
lebih rendah dari yang dibenarkan). Inilah yang disebut dengan risiko pengandalan lebih
pada pengendalian yang dapat diterima.
6. Tentukan Risiko Pengendalian Lebih Yang Dapat Diterima
Menentukan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (TER) memerlukan pertimbangan
professional dari pihak auditor. TER menggambarkan tingkat deviasi yang diperkenankan
auditor terjadi dalam populasi dan tetap diinginkan untuk mengurangi risiko pengendalian
yang ditetapkan. Misalnya, auditor menetapkan TER sebesar 6 persen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa walaupun 6 persen dari salinan faktur penjualan tidak disetujui
kreditnya, namun pengendalian persetujuan kredit masih tetap efektif. TER merupakan
hasil pertimbangan auditor, yang dapat dikatakan pantas apabila merupakan masalah
materialitas dan dipengaruhi oleh pendefinisian atribut ataupun pentingnya atribut. TER
memiliki dampak yang signifikan atas ukuran sampel. Dibutuhkan ukuran sampel yang
lebih besar untuk TER yang lebih kecil dibandingkan dengan TER yang lebih besar.
7. Estimasikan Tingkat Deviasi Populasi
Dalam sampling atribut, suatu estimasi di muka atas tingkat deviasi populasi yang
diharapkan (EPER = expected population exception rate) perlu untuk merencanakan
ukuran sampel yang memadai. Apabila tingkat deviasi populasi yang diharapkan adalah
rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan memenuhi tingkat deviasi yang dapat
ditoleransi oleh auditor. Auditor menggunakan hasil dari audit tahun lalu untuk membuat
estimasi, namun apabila hasil tahun lalu tidak dapat diandalkan, maka auditor dapat
mengambil sampel pendahuluan yang kecil dari populasi tahun berjalan. Estimasi tidak
perlu tepat karena tingkat deviasi sampel tahun berjalan yang nantinya akan digunakan
untuk mengestimasi karakteristik populasi.
Jika sampel pendahuluan digunakan, ia dapat dimasukkan dalam sampel yang paling akhir
sepanjang prosedur seleksi sampel yang memahami diikuti. Contohnya, anggaplah auditor
mengambil sampel pendahuluan sebanyak 30 item untuk mengestimasi EPER
menggunakan angka acak dengan mempertimbangkan seluruh populasi. Kemudian, jika
auditor memutuskan bahwa total ukuran sampel sebanyak 100 diperlukan, hanya 70 item
tambahan yang dibutuhkan untuk dipilih dan diuji.
8. Tentukan Ukuran Sampel Awal
Terdapat empat faktor dalam menentukan ukuran sampel awal untuk sampling atribut,
yaitu ukuran populasi, tingkat deviasi yang dapat ditoleransi, risiko pengandalan lebih
pada pengendalian intern yang dapat diterima, dan tingkat deviasi populasi yang
diharapkan. Disebut ukuran sampel awal karena deviasi dalam sampel aktual harus
dievaluasi sebelum dimungkinkan untuk memutuskan apakah sampel tersebut cukup besar
untuk mencapai tujuan audit.
C. Pelaksanaan Sampel Statistik Atribut
Sampling atribut bertujuan untuk membuat perkiraan mengenai keadaan populasi.
Namun, terkadang dalam audit pengujian pengendalian tidak berarti untuk memperkirakan
keadaan populasi, melainkan misalnya untuk mengetahui:
1) Hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang diteliti.
2) Menetapkan akan menerima atau meolak populasi yang akan diteliti.
Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan rumus
statistik, dan menggunakan tabel. Namun yang paling sering digunakan adalah
menggunakan tabel.
Adapun tahapan dan proses pelaksanaan sampling atribut dengan menggunakan
tabel antara lain sebagai berikut :
1. Menyususun Rencana Audit
Tujuan umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap
mengenai keandalan pengendalian intern audit. Yang ditetapkan di sini adalah tujuan
yang spesifik. Unsur-unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan unit
sampel yaitu :
a) Resiko sampling/ARO
b) Toleransi penyimpangan/TDR
c) Perkiraan kesalahan dalam populasi/EPDR
2. Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel
Ketika melakukan perencanaan audit, auditor langsung turun ke lapangan. Dan
hal yang pertama dilakukan ketika turun ke lapangan adalah mendapatkan populasi
kemudian memastikan unitnya. Apabila populasi sedikit, maka pengujian dilakukan
dengan sensus. Apabila populasi banyak, maka dapat dilakukan pengujian secara
sampling.
3. Memilih Sampel
Setelah mengetahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang digunakan
adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan secara acak
(random).
4. Menguji Sampel
Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel kemudian dijui dengan
menerapkan prosedur audit.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan banyaknya
penyimpangan dalam populasi.
6. Membuat Simpulan Hasil Audit
Setelah keadaan populasi diperkirakan, maka dapat dibuat simpulan audit yaitu
berdasarkan perbandingan antara toleransi penyimpangan (TDR) dengan hasil
sampling yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi (CUDR)
D. Evaluasi Hasil Sampel
Penyimpangan dari prosedur pengendalian yang ditentukan harus ditabulasi,
diringkas dan dievaluasi. Pertimbangan professional diperlukan dalam mengevaluasi hasil
secara kuantitatif dan kualitatif. Pada saat mengevaluasi hasil secara kuantitatif, auditor
harus membandingkan bukti dengan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi pada
saat perencanaan sampel nonstatistik. Jika pengujian atas pengendalian yang terprogram
gagal misalnya, program tersebut tidak menolak pengujian transaksi yang melebihi batas,
maka pengendalian terprogram tersebut akan menjadi tidak efektif untuk atribut tertentu,
dalam contoh ini, pengendalian melebihi penilaian, auditor kemudian perlu
mempertimbangkan apakah ada pengendalian lain yang berkaitan denga natribut yang
sama, atau apakah risiko pengendalian harus dinilai pada tingkat maksimum.
E. Contoh Studi Kasus
Pada 2001, terjadi skandal pembukuan besar-besaran di salah satu perusahaan
raksasa energi yang bermarkas di Houston, AS, yakni Enron. Fasilitas gaji yang luar biasa
besar diyakini masa depan cerah bagi orang-orang yang bekerja di Enron. Namun,
kesuksesan Enron ternyata hanya topeng. Kondisi asli perusahaan sebenarnya sangat
mengerikan dengan jumlah utang sangat besar dan aset perusahaan minim, sehingga
menyeret perseroan ke arah kebangkrutan pada 2001. Perusahaan komunikasi terbesar
kedua di Amerika Serikat ini menyatakan pailit pada 2002 dengan meninggalkan hutang
hampir sebesar US $ 31.2 milyar setelah terbukti melakukan kecurangan dalam laporan
keuangan. Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan
perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut
melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Penipuan
yang dilakukan CEO WorldCom Bernard Ebbes, menyebabkan perusahaan telekomunikasi
yang memiliki karyawan 80.000 orang tersebut bangkrut. Aset perusahaan senilai
USD103,9 miliar pun raib. Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut
bertanggung jawab terjadinya kasus tersebut. Salah satunya adalah auditor. Arthur
Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan Enron.
Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah
laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices).
Andersen, disewa dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk
Enron, dimana hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu
Andersen mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari
Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
Solusi yang Ditawarkan:
Perusahaan dapat menyewa auditor yang lebih berkompeten dan independen,
sehingga kasus tersebut tidak akan terulang kembali. Selain itu sebelum melakukan
pemilihan sampling, perusahaan dapat melaksanakan uji analisis pengendalian internal
sehingga kinerja auditor internal dapat terbantu oleh SPI Perusahaan. Kemudian sebelum
melaksanakan pemilihan sampling, perusahaan dapat menyusun perencanaan sampel, hal
tersebut bertujuan untuk menghindari adanya risiko sampling dan meminimalisir adanya
risiko non sampling yang dapat mengakibatkan suatu sampel tidak representatif. Dan
ketika sudah melaksanakan proses pemilihan sampling, auditor dapat menggunakan
pendekatan sampling statistik untuk merencanakan sampel yang efisien, mengukur
kecukupan bukti, Mengevaluasi hasil sampel dan mengendalikan risiko sampling. Selain
itu, sampling statistik lebih mudah dipertanggungjawabkan karena salah satu syarat yang
harus dipenuhi ketika menggunakan sampel statistik adalah hasil sampel harus dapat
dievaluasi secara matematis.
BAB III
KESIMPULAN

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen
unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit dapat diterapkan baik
untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian,
auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa
pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit
banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan
konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Suatu sampel represetatif merupakan sampel yang memiliki karakteristik yang hampir
sama dengan populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak
diikut sertakan dalam sampel. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel
representatif atau tidak adalah dengan melakukan audit terhadap keseluruhan populasi.
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. 1999. Auditing: Pendekatan Terpadu.


Jakarta: Salemba Empat
Seto, Johanes. 2015. Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian. (online).
(https://www.kompasiana.com/jo_seto/563ddfe42e97734a09c6f95c/sampli
ng-auditdalam-pengujian-pengendalian?page=all).
PSA No.260 SA Seksi 350. Sampling Audit. (Online).
(https://www.yumpu.com/id/document/view/52170645/psa-no-26sampling-audit-sa-
seksi-350/3). 28 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai