Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu :
Made Dudy Satyawan, S.E., M.Si., Ak.
Disusun Oleh :
Shinta Ayu Safitri (16080304001)
Riris Ariska (16080304047)
Sandhy Yudha H (16080304049)
Agustin Roikhatul J (16080304057)
Mega Ayu Sekarwati (16080304067)
Yunia Rachmawati (16080304081)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan auditor dalam melaksanakan audit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP). Menurut Boynton (2003:190), audit laporan keuangan melibatkan
sejumlah langkah untuk mencapai tujuan tersebut yakni memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri, mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan, membuat
keputusan tentang jumlah yang material bagi pengguna laporan keuangan, membuat
keputusan tentang komponen risiko audit, memperoleh bukti melalui prosedur audit,
menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung pendapat audit, dan
berakhir pada mengkomunikasikan temuan-temuan. Seringkali, kegagalan audit
disebabkan karena tidak dilaksanakannya prosedur audit yang penting atau tidak
dievaluasinya bukti-bukti audit dengan benar. Uji pengendalian merupakan salah satu
prosedur audit lanjutan sebagai tanggapan atas penilaian risiko auditor terhadap
pengendalian intern perusahaan. Auditor wajib merancang dan melaksanakan uji
pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berfungsinya
pengendalian yang relevan secara efektif.
Mengingat penting nya kegiatan audit bagi perusahaan, maka proses kegiatan audit
harus dilaksanakan dengan menggunakan tahap-tahap yang terstruktur dan sistematis
mulai dari tahap mencari, menganalisis, dan mengevaluasi bukti-bukti dalam laporan
keuangan hingga pada tahap penyampaian opini kepada pihak yang terkait. Dalam
menyampaikan opini, auditor harus memperoleh bukti yang cukup. Hal tersebut tercantum
dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu bukti audit yang kompeten
adalah bukti audit yang diperoleh dari inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan. Dan
konfirmasi sebagai dasar untuk menyampaikan opini. Namun, makna bukti yang cukup
tidak mengharuskan semua bukti audit dikumpulkan, melainkan dapat dengan
menggunakan sebagian bukti audit yang di sebut dengan sampel.
Dalam prakteknya auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil
merupakan sampel yang representatif atau non representatif, meskipun auditor telah
selesai melakukan pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas
pengembilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut
dapat dilaksanakan oleh auditor dengan cara merancang proses sampling, melakukan
seleksi atau pemilihan sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.
Auditor yang akan melakukan pengujian harus menentukan ukuran sampel dan
item sampel yang akan dipilih dari populasi untuk setiap sampel prosedur audit. Banyaknya
persentase dari jumlah populasi yang akan dipilih auditor bagi pengujian untuk membuat
kesimpulan mengenai populasi tersebut disebut sebagai sampling audit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar Sampling Audit?
2. Bagaimana rancangan sampel statistik atribut untuk pengujian pengendalian?
3. Bagaimana pelaksanaan sampel statistik atribut?
4. Bagaimana evaluasi akhir hasil sampel?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar Sampling Audit
2. Untuk mengetahui rancangan sampel statistik atribut untuk pengujian pengendalian
3. Untuk mengetahui pelaksanaan sampel statistik atribut
4. Untuk mengetahui evaluasi akhir hasil sampel
BAB II
PEMBAHASAN
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen
unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit dapat diterapkan baik
untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian,
auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa
pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit
banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan
konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Suatu sampel represetatif merupakan sampel yang memiliki karakteristik yang hampir
sama dengan populasi. Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak
diikut sertakan dalam sampel. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel
representatif atau tidak adalah dengan melakukan audit terhadap keseluruhan populasi.
DAFTAR PUSTAKA