Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam materi pemerikasaan akuntansi ini, setelah materi pengujian
pengendalian dan pengujian substantive adalah materi sampling audit. Setelah
auditor memutuskan prosedur pengujian yang dipilih, auditor perlu
menentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk
pengujian tersebut. Disamping itu, auditor harus menentukan bagian populasi
mana yang dipilih sebagai sampel.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk
memperoleh sampel yang representative. Sampel yang representative adalah
sampel yang mempunyai karakteristik populasi. Sebagai contoh auditor
menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan, seandainya ia melakukan
inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah
faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat
dikatakan sebagai sampel yang representative apabila auditor menemukan
dua buah faktur yang mengandung kesalahan.
Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud
disini adalah apabila jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya
harus sama dan tidak berubah.
Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel
yang diambil kerupakan sampel yang representative, meskipun ia telah selesai
melaksanakan seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat
meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas
sampel yang representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan
cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil
sampel secara cermat dan teliti.

B. Rumusan Maslah
1. Apa definisi sampling dan tujuan sampling?
2. Apa yang dimaksud ketidakpastian sampling audit?
3. Apa yang dimaksud risiko sampling dan apa saja yag termasuk risiko
sampling?

1
4. Apa saja yang dimaksud pendekatan sampling audit?
5. Bagaimana sampling dalam pengujian subtantif atas rincian?
6. Bagaimana sampling dalam pengujian pengendalian?
7. Apa yang dimaksud sampel dengan tujuan ganda?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi sampling dan tujuan sampling
2. Untuk mengetahui ketidakpastian sampling audit
3. Untuk mengetahui risiko sampling dan apa saja yag termasuk risiko
sampling
4. Untuk mengetahui pendekatan sampling audit
5. Untuk mengetahui sampling dalam pengujian subtantif atas rincian
6. Untuk mengetahui dalam pengujian pengendalian
7. Untuk mengetahui sampel dengan tujuan ganda

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Tujuan Sampling Audit


Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan
Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai:
“penerapan prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau
kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut.”

Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur


audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun
atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Terdapat dua
pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling yaitu non
statistical dan statistik. Pada non statistik untuk menentukan ukuran
sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat
mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan sampel statistik (statistical
sampling) menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran
sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan
auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan
mengkuantifikasi risiko sampling untuk tujuan mencapai kesimpulan
statistik atas populasi. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan.
Pelaksanaan dan pengevaluasian bukti sampel. Menurut Messier, Glover
dan Prawitt (2006: 374) keuntungan utama dari sampling statistik adalah
membantu auditor dalam (1) merancang ukuran sampel yang efisien, (2)
mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh, dan (3) mengkuantifikasi
risiko sampling. Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalah
adanya tambahan biaya untuk (1) pelatihan auditor dalam menggunakan
tehnik sampling yang memadai, (2) perancangan dan pelaksanaan
penerapan sampling, dan (3) kurangnya konsistensi penerapan antara tim
audit karena kompleksitas dari konsep yang mendasarinya.

3
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor
biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang
berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur
analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur
pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit,
jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit
yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan
yang ketiga.

B. Ketidakpastian Sampling Audit


Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam
konsep “sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat” yang di acu dalam
standar pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa
ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan
waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi
negatif dari kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas
kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja. Jika
faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan ketidakpastian, maka
alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal ini jarang
terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi lazim dalam praktik audit.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur
audit disebut risiko audit. risiko audit terdiri dari (a) risiko (meliputi risiko
bawaan dan risiko pengendalian) bahwa saldo atau kelompok dan asersi
yang berkaitan, mengandung salah saji yang mungkin material bagi
laporan keuangan, jika dikombinasikan dengan salah saji pada saldo-saldo
atau kelompok yang lain, dan (b) risiko (risiko deteksi) bahwa auditor tidak
menemukan salah saji tersebut. Risiko terjadinya peristiwa-peristiwa
negatif ini (adverse events) secara bersamaan dapat dipandang sebagai
suatu fungsi masing-masing risiko. Dengan menggunakan pertimbangan
profesional, auditor menilai berbagai faktor untuk menentukan risiko
bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko pengendalian pada
tingkat yang lebih rendah dari pada tingkat maksimum akan menuntut
pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian

4
substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun
atau kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.
Risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling
dan ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling.
Aspek-aspek risiko audit adalah risiko sampling dan risiko non sampling.
Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu
pengujian pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel,
kesimpulan auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan
dicapainya jika cara pengujian yang sama diterapkan terhadap semua
unsur saldo akun atau kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu
sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau
penyimpangan dari pengendalian yang telah ditetapkan, yangsecara
proporsional lebih besar atau kurang daripada yang sesungguhnya
terkandung dalam saldoakun atau kelompok transaksi secara keseluruhan.
Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko samplingakan bervariasi secara
berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecilukuran sampel,
semakintinggi risiko samplingnya.
Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak
berkaitan dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan
prosedur audit terhadap semua transaksi atau saldo dantetap gagal
mendeteksi salah saji yang material. Risiko nonsampling meliputi
kemungkinanpemilihan prosedur audit yang tidak semestinya untuk
mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, pengiriman surat
konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan
untukmenemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsamplingjuga
muncul karena auditor mungkingagal mengenali salah saji yang ada pada
dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuatprosedur audit
menjadi tidak efektif walaupun ia telah memeriksa semua data. Risiko
nonsamplingdapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan
melalui cara-cara seperti perencanaandan supervisi memadai (lihat SA
Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi danpenyelenggaraan
praktik audit yang balk oleh kantor akuntan publik (lihat SASeksi 161 [PSA
No.01] Hubungan Standar Audit ing dengan Standar Pengendalian Mutu.
Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya

5
yang diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas
kesimpulan hasil audit terhadap data sampel semata. Apabila auditor ingin
mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan tersebut, auditor harus
menambah jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan
waktu yang diperlukan. Sebaliknya, apabila auditor ingin mengurangi biaya
dan waktu untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor harus mengurangi
jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit
terhadap data sampel tersebut.
Ketidakpastian meliputi:
1. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan
sampling (resiko sampling),
2. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (resiko non
sampling).

1) Risiko Sampling
Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam
menentukan risiko sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian
substantif atas rincian, auditor memperhatikan dua aspek dari risiko
sampling:
a. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko
mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun
tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo
akun telah salah saji secara material.
b. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection), yaitu risiko
mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun
berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun
tidak berisi salah saji secara material.
Auditor juga memperhatikan dua aspek risiko sampling dalam
menyelenggarakan pengujian pengendalian jika ia menggunakan
sampling:
a. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk
of assessing control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat

6
risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah
dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang
sesungguhnya.
b. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk
of assessing control risk too high), yaitu risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian, berdasarkan hasil sampel, yang terlalu tinggi
dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang
sesungguhnya.
Risiko keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. sebagai
contoh, jika penilaian auditor atas sampel audit menuntunnya pada
kesimpulan awal yang keliru bahwa suatu saldo telah salah saji secara
material, padahal kenyataannya tidak demikian, penerapan prosedur
tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti audit yang lain biasanya akan
menuntun auditor ke kesimpulan yang benar. Sama halnya, jika penilaian
auditor atas sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi, maka biasanya auditor akan memperluas
lingkup pengujian substantif untuk mengkompensasi anggapannya atas
ketidakefektivan pengendalian. Walaupun audit dilaksanakan kurang
efisien dalam kondisi tersebut namun tetap efektif.
Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam
pendeteksian terhadap ada atau tidaknya salah saji yang material.

2) Risiko Non Sampling


Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak
berkaitan dengan sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara
matematis. Risiko non sampling timbul karena:
a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam
dokumen.
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak
sesuai dengan tujuan audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel

7
C. Pendekatan Sampling Audit
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan
lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih
auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua
pendekatan tersebut adalah:
1) Sampling Audit Statistik
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada
sampling non statistik. Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi
dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan
sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam
tiga hal berikut:
a. Perencanaan sampel yang efisien
b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c. Pengevaluasian hasil sampel
Statistical sampling dibagi menjadi dua : attribute sampling dan
variabel sampling. Attribute sampling atau disebut pula proportional
sampling digunakan terutama untuk menguji efektivitas pengendalian
intern (dalam pengujian-pengujian), sedangkan variabel sampling
digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam akun
(dalam pengujian substantive).
a. Attribute Sampling Models
Ada tiga model attribute sampling yaitu:
1. Fixed-sample-size attribute sampling
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling
banyak digunakan dalam audit. pengambilan sampel dengan model ini
ditujukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu
dalam suatu populasi. Misalnya, dengan model ini auditor dapat
memperkirakan berapa persen bukti kas keluar (voucher) yang
terdapat dalam populasi tidak dilampiri bukti pendukung yang lengkap.
Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian

8
pengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor
tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan
(kesalahan). Prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1) Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas
pengendalian intern. Attribute adalah karakteristik yang bersifat
kualitatif suatu unsur yang membedakan unsur tersebut dengan
unsur yang lain. Dalam hubungannya dengan pengujian
pengendalian, attribute adalah penyimpangan dari atau tidak
adanya unsur tertentu dalam suatu pengendalian intern yang
seharusnya ada.
2) Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya. Apabila
attribute telah ditentukan, auditor harus menentukan populasi
yang akan diambil, misalnya kelompok dokumen apa yang akan
diambil.
3) Penentuan besarnya sampel. Untuk menentukan besarnya
sampel yang akan diambil dari populasi tersebut secara statistik,
maka auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
a) Penentuan tingkat keandalan (realibility level) atau confidence
level atau disingkat R%. Tingkat keandalan adalah
probabilitas benar dalam mempercayai efektivitas
pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditor memilih R=
95% berarti bahwa ia mempunyai risiko 5% untuk
mempercayai suatu pengendalian intern yang sebenarnya
tidak efektif.
b) Penaksiran presentase, terjadinya attribute dalam populasi.
Penaksiran didasarkan pada pengalaman auditor dimasa
yang lalu atau dengan melakukan percobaan.
c) Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired
upper precision limit atau DUPL)
d) Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk
menentukan besarnya sampel.
4) Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah
ditentukan besarnya sampel, langkah selanjutnya adalah
menentukan anggota populasi yang akan menjadi sampel. Agar

9
setiap anggota populasi dapat menjadi sampel, maka auditor
dapat menggunakan tabel acak.
5) Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas
unsur pengendalian intern. Langkah selanjutnya adalah
memeriksa attribute yang telah ditentukan sebelumnya pada
sampel yang akan diambil. Auditor harus mencatat beberapa kali
menemukan attribute yang tidak sesuai dengan pengendalian
intern yang telah dilakukan.
6) Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel.
Apabila auditor telah mendapatkan tingkat kesalahan dalam
attribute, maka auditor dapat membandingkan tingkat kesalahan
dalam sampel tersebut dengan menggunakan tabel Achieved
Upper Percision Limit (AUPL). AUPL akan dibandingkan dengan
DUPL. Jika AUPL lebih rendah dari AUPL, kesimpulan yang dapat
diambil adalah unsur pengendalian intern yang diperiksa
merupakan unsur sistem yang efektif.
2. Stop or Go Sampling
Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling,
kemungkinan ia akan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan model attribute sampling yang lain, yaitu
stop or go sampling. Dalam stop or go sampling ini, jika auditor tidak
menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah
penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan
pengambilan sampelnya.
3. Discovery Sampling
Umumnya kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan
discovery sampling adalah:
1) Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populas
sebesar nol atau mendekati nol persen.
2) Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal
ini ditemukan, merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang
lebih luas atau kesalahan yang serius dalam laporan keuangan.
Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam
pengujian substantif. Jika tujuan audit untuk menemukan paling tidak

10
satu kesalahan yang mempunyai dampak potensial terhadap suatu
akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan tersebut.
b. Variabel Sampling
Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh
auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk
mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain.
Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan
yaitu melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun) atau
menguji kewajaran suatu jumlah. Jika variabel sampling digunakan untuk
memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai
rupiah (rata-rata sampel dikalikan dengan besarnya populasi ditambah
atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah pada tingkat
kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling untuk memperkirakan
saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi:
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar.
2. ika suatu akun ditentukan dengan statistical sampling.

2) Sampling Non Statistik


Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor tidak
mengkuantifikasi risiko sampling. Sebaliknya, auditor memilih Dalam
melakukan pengujian audit yang sesuai dengan GAAS, auditor dapat
menggunakan sampling nonstatistik atau sampling statistik atau keduanya.
Kedua jenis sampling memerlukan pertimbangan dalam perencanaan dan
pelaksanaan rencana sampling serta pengevaluasian hasil-hasilnya. Lebih
dari itu, kedua jenis sampling tersebut dapat memberikan bahan bukti yang
cukup sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pekerjaan lapangan
yang ketiga. Perbedaan penting antara kedua jenis sampling ini adalah
bahwa hukum probabilitas digunakan untuk mengendalikan risiko sampling
dalam sampling statistik.
Pilihan antara kedua jenis sampling tersebut terutama didasarkan
pada pertimbangan biaya/manfaat (cost/benefit considerations). Sampling
statistik dalam hal tertentu tepat pada saat populasi audit besar, seperti
ketika mengkonfirmasi piutang. Jika pengujian pengendalian
menggunakan teknologi informasi, secara biaya akan lebih efektif jika

11
auditor menggunakn teknik audit berbantuan komputer yang merupakan
bentuk sampling nonstatistik.
Dalam sampling nonstatistik, auditor menentukan ukuran sampel
dan mengevaluasi hasil sampel yang diinginkan berdasarkan kriteria
subjektif dan pengalaman yang dimiliki. Dengan demikian, auditor mungkin
tidak mengetahui kalau dia menggunakan sampel yang terlalu besar untuk
satu bidang, dan sampel yang terlalu kecil untuk bidang yang lain. Untuk
memperluas kecukupan bukti audit yang didasarkan pada sampel, auditor
mungkin, pada saat tertentu, memperoleh lebih banyak (atau lebih sedikit)
bukti dari pada kebutuhan sesungguhnya untuk mempunyai dasar alasan
pendapat yang dikemukakan. Namun demikian, sampel nonstatistik yang
dirancang dengan baik bisa sama efektifnya dengan sampel statisik.
Dalam sampel statistik, diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk
melatih auditor dalam menggunakan statistik dan merancang serta
mengimplementasikan sampel yang telah direncanakan.

D. Sampling dalam Pengujian Subtantif


Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan
audit atas laporan keuangan. Untuk panduan umum perencanaan, lihat SA
Seksi 311 (PSA No. 05) Perencanaan dan Supervisi. Dalam perencanaan
sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus mempertimbangkan:
1. Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan. Lihat SA Seksi
326 (PSA No. 07) Bukti Audit.
2. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas.
3. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of
incorrect acceptance).
4. Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau
kelompok transaksi yang menjadi perhatian.
Dalam perencanaan sampel tertentu, auditor wajib
mempertimbangkan tujuan auditter tentu yang harus dicapai dan wajib
menentukan apakah prosedur atau kombinasi prosedur audit yang akan
diterapkan akan mencapai tujuan tersebut. Auditor wajib menentukan apakah
populasi yang menjadi asal suatu sampel adalah memadai untuk suatu tujuan
audit. Sebagai contoh, auditor tidak akan dapat mendeteksi penyajian akun

12
yang terlalu rendah karena adanya unsur yang dihilangkan, dengan
melakukan sampling atas catatan. Rencana sampling semestinya untuk
pendeteksian penyajian yang terlalu rendah tersebut melibatkan pemilihan
sumber datayang mengikutsertakan unsur yang dihilangkan. Sebagai
gambaran, pengeluaran kas kemudian mungkin perlu diambil sampelnya
untuk menguji apakah utang dagang telah disajikan terlalu rendah karena
tidak dicatatnya transaksi pembelian. Atau dokumen pengiriman mungkin
diambil sampelnya untuk mendeteksi penyajian penjualan yang terlalu rendah
karena pengiriman yang telah dilakukan belumdicatat sebagai penjualan.
Penilaian dalam satuan moneter atas hasil sampel untuk pengujian
substantif rincian akanmemberikan manfaat secara langsung bagi auditor,
karena penilaian seperti itu dapat dihubungkan dengan pertimbangan auditor
atas jumlah salah saji moneter yang mungkin material. Dalam perencanaan
sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor wajib mempertimbangkan
berapa besar salah saji moneter yang dapat terkandung dalam saldo akun
ataukelompok transaksi yang bersangkutan tanpa mengakibatkan laporan
keuangan menjadi salah sajis ecara material. Salah saji moneter maksimum
pada saldo atau kelompok ini disebut salah saji yangdapat diterima (tolerable
misstatement) pada sampel. Salah saji yang dapat diterima adalah
suatukonsep perencanaan dan berkaitan dengan pertimbangan
pendahuluanauditor atas tingkatmaterialitas, yang ditentukan sedemikian
rupa sehingga salah saji yang dapat diterima, dikombinasikan untuk seluruh
rencana audit, tidaklah melampaui estimasi tingkat materialitas tersebut.
Standar pekerjaan lapangan kedua menyatakan, "Pemahaman
memadai ataspengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yangakan
dilakukan."Setelah menentukan dan mempertimbangkan tingkat risiko
bawaan dan risiko pengendalian, auditor melaksanakan pengujian substantif
untuk membatasi risiko deteksi pada tingkat yang dapat diterima. Pada saat
tingkatrisiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi yang telah
ditentukan untuk prosedur audit lain yang diarahkan ketujuan audit yang sama
menurun, risiko keliru menerima yang dapat diterima oleh auditor untuk
pengujian substantif rinci meningkat, sehingga, ukuran sampel yang
diperlukan untuk pengujian substantif atas rincian tersebut semakin kecil.

13
Sebagai contoh, jika risiko bawaan dan risiko pengendalian ditentukan pada
tingkat maksimum, dan tidak ada pengujian substantif lain yang diarahkan ke
tujuan audit yang sama, auditor harus menerima risiko kelirumenerima
dengan tingkat yang rendah untuk pengujian substantif rinci. Dalam hal ini,
auditormemilih ukuran sampel yang lebih besar untuk pengujian atas rincian
daripada jika ia menerima risiko keliru menerima dengan tingkat yang lebih
tinggi.
Lampiran Seksi ini menguraikan bagaimana auditor dapat
menghubungkan risiko kelirumenerima untuk pengujian substantif atas rincian
dengan penentuan risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko bahwa
prosedur analitik dan pengujian substantif lain yang relevan akangagal
mendeteksi salah saji material.
Sebagaimana dibahas dalam SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit,
cukup atau tidaknya pengujian atas rincian saldo akun atau, kelompok
transaksi tertentu, berkaitan dengan penting atau tidaknya unsur yang diuji
dan kemungkinan salah saji yang material. Dalam perencanaan sampeluntuk
pengujian substantif atas rincian, auditor menggunakan
pertimbangannyauntukmenentukan unsur, jika ada, yang harus diuji
tersendiri, dan unsur yang harus disampling. Auditorwajib memeriksa unsur
yang, menurut pertimbangannya, tidak sesuai untuk penerapan
risikosampling. Sebagai contoh, hal tersebut meliputi unsur yang potensi
salah sajinya secara individual dapat sama atau melebihi salah saji yang
dapat diterima. Semua unsur yang telah diputuskan oleh auditor untuk
diperiksa 100% bukan merupakan bagian dari populasi yang disampling.
Unsur lainyang, menurut pertimbangan auditor, perlu diuji untuk memenuhi
tujuan audit namun tidak perlu diperiksa 100 %, harus disampling.
Auditor mungkin dapat mengurangi ukuran sampel yang disyaratkan
dengan memisahkanunsur yang disampling ke dalam kelompok-kelompok
yang relatif homogen berdasarkan atas beberapa karakteristik yang berkaitan
dengan tujuan audit tertentu. Sebagai contoh, dasar-dasar umum
untukpengelompokan tersebut adalah nilai buku atau catatan unsur, sifat
pengendalian yang terkaitdengan pemrosesan unsur, dan pert imbangan
khusus yang berkaitan dengan unsur tertentu. Jumlah unsur memadai
kemudian ditentukan dari masing-masing kelompok.

14
Untuk menentukan jumlah unsur yang harus dipilih dalam suatu
sampel pada pengujiansubstantif tertentu, auditor wajib mempertimbangkan
salah saji yang dapat diterima, risiko kelirumenerima yang dapat diterima,dan
karakteristik populasi. Auditor menggunakan pertimbanganprofesionalnya
untuk menghubungkan faktor-faktor ini dalam penentuanukuran sampel
memadai. Lampiran Seksi ini menguraikan dampak faktor-faktor ini yang
mungkin timbul dalam ukuran sampel.

Pemilihan Sampel
Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampelnya
dapat diharapkan mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam
populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Sebagai contoh,
pemilihan secara acak atas unsur merupakan suatu cara memperoleh sampel
yang mewakili.

Kinerja dan Penilaian


Prosedur audit memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus
diterapkan terhadap setiap unsur sampel. Dalam beberapa situasi, auditor
mungkin tidak dapat menerapkan prosedur audit yang direncanakan terhadap
unsur sampel yang terpilih karena, misalnya, dokumentasipendukungnya
hilang. Perlakuan auditor terhadap unsur yang tidak diperiksa ini akan
tergantung pada dampak unsur tersebut terhadap penilaian hasil sampel. Jika
penilaian auditor terhadap hasil sampel tidak berubah dengan
dipertimbangkannya unsur yang tidak diperiksa sebagai salah saji,maka tidak
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap unsur tersebut. Namun, jika
setelahmempertimbangkan unsur yang tidak diperiksa ternyata auditor
berkesimpulan bahwa saldoatau kelompok transaksi berisi salah saji yang
material, ia wajib mempertimbangkan prosedur alternatif yang dapat
memberikan bukti yang cukup untuk mengambil kesimpulan. Auditor
berkewajiban pula untuk mempertimbangkan apakah alasan-alasan yang
mendasari tentang tidakdapat diperiksanya unsur tersebut memiliki implikasi
terhadap penentuan tingkat risiko pengendalian yang telah direncanakan,
atau seberapa jauh ia dapat menaruh kepercayaan kepada representasi klien.
Jika hasil sampel menunjukkan bahwa asumsi perencanaan auditor

15
tidak benar, maka ia harus mengambil tindakan yang dipandang perlu.
Sebagai contoh, jika salah saji moneterditemukan dalam pengujian substantif
atas rincian jumlah atau frekuensi, yang lebih besar dari tingkatrisiko bawaan
dan risiko pengendalian yang telah ditentukan, maka auditorharus mengubah
tingkatrisiko yang ditentukan sebelumnya. Auditor harus juga
mempertimbangkan apakah ia akanmemodifikasi pengujian audit yang lain
yang telah dirancang atas dasar tingkat risiko bawaan dan risikopengendalian
sebelumnya. Sebagai contoh, sejumlah besar salah sajiditemukan dalam
konfirmasipiutang mungkin merupakan indikasi perlu dipertimbangkannya
kembali tingkat risiko pengendalian yangtelah ditentukan dikaitkan dengan
asersi yang berdampak terhadap desainpengujian substantif ataspenjualan
atau penerimaan kas.
Auditor harus mengaitkan penilaian atas sampel dengan bukti audit
lain yang relevan dalampenarikan kesimpulan atas saldo-saldo akun
ataukelompok transaksi yang berkaitan.Hasil proyeksi salah saji untuk
penerapan sampling audit dan penerapan nonsampling
harusdipertimbangkan secara total, bersama-sama dengan bukti audit lain
yang relevan, dalam rangkapenilaian auditor terhadap apakah laporan
keuangan secara keseluruhantelah salah saji secara material.

E. Sampling dalam Pengujian Pengendalian


Dalam perencanaan sampel audit tertentu untuk pengujian
pengendalian, auditor harus mempertimbangkan:
1. Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian
2. Tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang ditetapkan
yang akan mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
3. Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko
pengendalian
4. Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau
kelompok transaksi yang menjadi fokus perhatian.

Terhadap berbagai pengujian pengendalian, sampling tidak dapat


diterapkan. Prosedur yangdilaksanakan untuk memperoleh pemahaman

16
ataspengendalian intern memadai untuk merencanakan audittidak dapat
dilaksanakan dengan menggunakan sampling. Sam-pling biasanya tidakdapat
diterapkandalam pengujian pengendalian yang sangat tergantung atas
pemisahan tugas memadai atau yangsebaliknya tidak akan memberikan bukti
dokumenter atas kinerja. Di samping itu, sampling mungkin tidakdapat
diterapkan dalam pengujian atas pengendalian tertentu
yangdidokumentasikan. Samplingtidak dapat diterapkan untuk pengujian yang
ditujukan untuk memperoleh bukti tentang desain atauoperasi suatu
lingkungan pengendalian atau sistem akuntansi. Sebagai contoh, sampling
tidak dapatditerapkan dalam prosedur permintaan keterangan atau observasi
mengenai penjelasan ataspenyimpangan dari anggaran, jika auditor tidak ingin
mengestimasi tingkat penyimpangan daripengendalian yang telah ditetapkan.
Dalam mendesain sampel untuk pengujian pengendalian, auditor
biasanya harus merencanakanuntuk menilai efektivitas operasi dalam
hubungannya dengan penyimpangan dari pengendalian internyang telah
ditetapkan, baik dalam bentuk tingkat penyimpangan maupun jumlah
monetertransaksi yangterkait.Dalam hal ini, pengendalian tertentu adalah
pengendalian yang belum dimasukkan dalamdesain pengendalian intern yang
akan berpengaruh sebaliknya terhadap rencana tingkat risikopengendalian
yang ditetapkan oleh auditor. Tingkat risiko pengendaliansecara keseluruhan
yangditetapkan oleh auditor untuk asersi tertentu melibatkan kombinasi antara
pertimbangan ataspengendalian yang telah ditetapkan, penyimpangan dari
prosedur atau kebijakan yang telah ditetapkan dan tingkat keyakinan yang
diberikan oleh sampel dan pengujian pengendalian yang lain.
Auditor harus menentukan tingkat penyimpangan maksimum dari
pengendalian yang telahditetapkan, yaitu, ia akan bersedia menerima tanpa
mengubah rencana tingkat risiko pengendalianyang telah ditetapkan. Inilah
yang disebut tingkat penyimpangan yang dapat diterima. Dalampenentuan
tingkat penyimpangan yang dapat diterima, auditor harus
mempertimbangkan(a) tingkatrisiko pengendalian yang direncanakan, dan (b)
tingkat keyakinan yang diinginkan oleh bukti auditdalam sampel. Sebagai
contoh, jika auditor merencanakan untuk menentukan tingkat risikopada
tingkat yang rendah, dan ia menginginkan tingkat keyakinan yang tinggi dari
bukti audit yangtersedia dari sampel untuk pengujian pengendalian (yaitu, tidak

17
melakukan pengujian pengendalianyang lain atas asersi), ia mungkin
menentukanbahwa tingkat penyimpangan yang dapat diterimasebesar 5%
atau lebih kecil makin baik. Jika auditor merencanakan tingkat risiko
pengendalian yanglebih tinggi, atau ia menginginkan tingkat keyakinan dari
pengujianpengendalian yang lain bersama-samadengan yang disediakan oleh
sampel (seperti misalnya permintaan keterangan atas cukup atau
tidaknyapersonalia entitas atau pengamatan atas penerapan prosedur atau
kebijakan), auditormungkinmemutuskan bahwa tingkat penyimpangan yang
dapat diterima sebesar 10% atau lebih adalah cukup memadai.
Dalam penentuan tingkat penyimpangan yang dapat diterima, auditor
harusmempertimbangkan bahwa, sementara penyimpangan dari
pengendalian tertentu meningkatkanrisiko salah saji material dalam
catatanakuntansi, penyimpangan tersebut tidak perlu menghasilkan suatu
salahsaji.Sebagai contoh, suatu pengeluaran yang tercatat, yang tidak
memperlihatkan adanya bukti persetujuanyang diperlukan, dapat merupakan
transaksi yang telah diotorisasi dan dicatat secara semestinya.Penyimpangan
hanya akan menyebabkan salah saji dalam catatan akuntansi jika
penyimpangan dansalahsaji tersebut terjadi dalam transaksi yang sama.
Penyimpangan dari prosedur pengendalian tertentu padatingkat tertentu
biasanya diharapkan akan menghasilkan salah saji pada tingkat yang lebih
rendah.
Dalam beberapa situasi, risiko salah saji material atas suatu asersi
mungkin berkaitan dengan kombinasipengendalian. Jika kombinasi antaradua
atau lebih pengendalian diperlukan untuk mempengaruhi risiko salahsaji
material, maka pengendalian intern tersebut harus dipandang sebagai
satuprosedur, dan penyimpangan dari kombinasi prosedur atau kebijakan
harus dinilai dengan dasar tersebut.
Sampel yang diambil untuk pengujian terhadap efektivitas pelaksanaan
pengendalian ditujukan untuk memberikan dasar bagi auditor dalam
menyimpulkan apakah prosedur atau kebijakan pengendalian telah diterapkan
sebagaimana yang telah ditetapkan. Jika tingkat keyakinan tinggi diharapkan
dari bukti audit yang dihasilkan dari sampel, auditor harus menerima tingkat
risiko sampling yang rendah (yaitu, risiko pengendalian ditentukan terlalu
rendah).

18
Untuk menentukan jumlah unsur yang akan dipilih sebagai sampel
dalam pengujianpengendalian, auditor harus mempertimbangkan tingkat
penyimpangan yang dapat diterima dari pengendalian yang diuji, kemungkinan
tingkat penyimpangan, dan risiko yang dapat diterima dalam penentuan tingkat
risiko pengendalian yang terlalu rendah. Auditor menerapkanpertimbangan
profesionalnya untuk menghubungkan berbagai faktor tersebut dalam
menentukan ukuran sampel memadai.

Pemilihan Sampel
Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang
terpilih diharapkan dapat mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur
dalam populasi harus memiliki kesempatanyang sama untuk dipilih. Pemilihan
secara acak merupakan salah satu cara pemilihan sampel tersebut. Ada tiga
metode pemilihan sampel yang umum digunakan: (1)pemilihan acak
(randomselection), yaitu setiap unsur dalam populasi atau dalam setiap strata
memiliki kesempatan yangsama untuk dipilih, (2)pemilihan sistematik
(systematic selection), yaitu pemilihan unsur denganmenggunakan interval
konstan di antara yang dipilih, yang intervalpermulaannya dimulai secaraacak,
(3) pemilihan sembarang (haphazardselection), yang merupakan alternatif
pemilihan acak,dengan syarat auditormencoba mengambil sampel yang
mewakili dari keseluruhan populasi tanpamaksud untuk memasukkan atau
tidak memasukkan unit tertentu ke dalamsampel yang dipilih.Idealnya, auditor
harus menggunakan metode pemilihan yang memiliki kemampuan untuk
memilihunsur dari seluruh periode yang diaudit. SA Seksi 319 [PSA No. 23]
Pertimbangan PengendalianIntern dalamAudit Laporan Keuangan paragraf
73 memberikan panduan yang dapatditerapkandalam penggunaan sampling
oleh auditor selama periode interimdan periode sisanya.

Kinerja dan Penilaian


Prosedur audit memadai untuk mencapai tujuan pengujian
pengendalian harusdilaksanakan terhadap setiap unsur sampel. Jika auditor
tidak dapat menerapkan prosedur audityang direncanakan atau prosedur
alternatif memadai terhadap unsur sampel yang terpilih, ia
harusmempertimbangkanpenyebab keterbatasan tersebut, dan ia biasanya

19
harusmempertimbangkan unsur yang terpilih tersebut sebagai penyimpangan
dari prosedur ataukebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan penilaian
sampel.
Tingkat penyimpangan dalam sampel merupakan estimasi terbaik
auditor terhadap tingkatpenyimpangan dalam populasi yang menjadi asal
sampel. Jika estimasi tingkat penyimpanganlebih kecil dari tingkat
penyimpangan yang dapat diterima untuk populasi, auditor
harusmempertimbangkan risiko bahwa hasil semacam itu mungkin akan
diperoleh walaupun tingkatpenyimpangan yang sesungguhnya dalam
populasi melebihi tingkat penyimpangan populasiyang dapat diterima.
Sebagai contoh, jika tingkat penyimpangan populasi yang dapat
diterimasebesar 5%, dan auditor tidak menemukan penyimpangan dalam
sampel sebanyak 60 unsur, auditordapat menyimpulkan bahwa terdapat
suatu risiko sam-pling rendah yang dapat diterima bahwa
tingkatpenyimpangan sesungguhnya dalam populasimelarnpaui tingkat 5%
yang dapat diterima. Sebaliknya, jika dalam sampel tersebut terdapat
satuatau lebih penyimpangan, auditor dapat menyimpulkan bahwa terdapat
risiko sampling tinggi yangtidak dapat diterima bahwa tingkat penyimpangan
dalam populasi melampaui tingkat 5%yangdapat diterima. Auditor
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melakukan
evaluasitersebut.
Di samping itu, dalam penilaian terhadap frekuensi penyimpangan
dalam prosedur tertentu, pertimbangan juga dilakukan terhadap aspek
kualitatif suatu penyimpangan. Hal ini meliputi (a)sifat dan penyebab
penyimpangan, seperti misalnya, apakah penyimpangan tersebut
merupakankekeliruan atau ketidakberesan, atau disebabkan oleh tidak
dipahaminyainstruksi atau kecerobohan dan (b) kemungkinan hubungan
antara penyimpangan dengan fase-fase lain dalam audit.Penemuan adanya
suatu ketidakberesan biasanya memerlukan pertimbangan yang lebih luas
ataskemungkinan implikasinya daripada penemuan adanya suatu kekeliruan.
Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat
risikopengendalian yang direncanakan atas suatu asersi, maka ia harus
menilai kembali sifat, waktu, danlingkup prosedur substantif berdasarkan atas
pertimbangan yang telah direvisi atas tingkat risikopengendalian yang

20
ditetapkan untuk asersi laporan keuangan yang relevan.

F. Attribute Sampling
Atribut sampling digunakan untuk memperkirakan tingkat deviasi atau
penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Sampling
atribut biasanya diterapkan pada pemeriksaan atas pengendalian: akuisisi
barang atau jasa, pengeluaran kas, pembayaran gaji dan upah (payroll),
penjualan, dan penerimaan kas.
Sampling atribut digunakan untuk mengestimasi proporsi item yang
mengandung karakteristik atau atribut tertentu. Proporsi ini sering disebut
dengan tingkat keterjadian (occurance rate), dapat dihitung dengan
menghitung pembagian item yang berisi atribut khusus dibagi dengan total
jumlah item dalam populasi. Sampling atribut untuk pengujian pengendalian
meliputi tahap berikut:
1. Menentukan tujuan pengujian audit
Tujuan tersebut adalah untuk menguji pengendalian siklus transaksi
tertentu. Misalnya dalam pengujian siklus pembelian tujuannya adalah
untuk menguji keandalan pengendalian atas barang dan jasa
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
Tahap ini menuntut auditor untuk menggunakan pertimbangan
professional, kecermatan dan keseksamaan. Berbeda dengan variable
sampling yang mengukur jumlah rupiah kesalahan, attribute sampling
mengukur tingkat keterjadian penyimpangan.
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
Untuk menerapkan standar auditing, auditor harus memastikan bahwa
populasi adalah homogen. Homogenitas berarti semua item dalam
populasi harus mempunyai karakteristik yang sama.
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut tolerable
deviation rate (TDR), sangat membutuhkan pertimbangan professional
auditor. TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang
dapat diterima auditor.TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas
ukuran sampel. TDR mempunyai hubungan terbalik dengan besar
kecilnya sampel. Semakin rendah TDR semakin besar jumlah sampel

21
yang diperlukan auditor. TDR dipengaruhi oleh signifikansi transaksi dan
saldo akun yang dipengaruhi pengendalian intern. Semakin signifikansi
saldo, semakin rendah TDR-nya. Semakin kurang signifikan suatu saldo,
semakin tinggi TDR-nya.
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat
diterima atau acceptable risk of over reliance
Acceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa
auditor menilai suatu pengendalian berjalan efektif, padahal
kenyataannya, tingkat deviasi populasi lebih tinggi daripada ARO. ARO
sebesar 9% mempunyai arti bahwa auditor mau menerima risiko sebesar
9% bahwa terjadi pengambilan kesimpulan bahwa pengendalian adalah
efektif setelah pengujian selesai, meskipun sebenarnya tidak efektif.
Besarnya ARO tergantung pada keekstensifan rencana auditor untuk
mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. Jika auditor
merencanakan untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan sebagai dasar untuk mengurangi pengujian substantive, maka
ARO ditentukan relatif lebih rendah.
ARO dipengaruhi oleh planned assessed level of control risk atau
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang direncanakan. ARO
mempunyai hubungan searah dengan planned assessed level of control
risk. Semakin tinggi planned assessed level of control risk semakin tinggi
ARO. planned assessed level of control risk dipengaruhi oleh sifat, luas
dan penentuan saat pengujian substantive dan kualitas bukti yang
tersedia untuk pengujian pengendalian. Semakin banyak dan semakin
efektif pengujian substantive, semakin tinggi planned assessed level of
control risk. Dengan demikian semakin banyak dan semakin efektif
pengujian substantive, semakin tinggi pula ARO. Semakin berkualitas
bukti yang tersedia untuk pengujian pengendalian, semakin rendah
assessed level of control risk. Dengan demikian semakin berkualitas bukti
yang tersedia untuk pengujian pengendalian, semakin rendah ARO.

6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi

22
Auditor perlu mengestimasi terlebih dahulu expected population
deviation rate (EPDR) untuk merencanakan jumlah sampel yang tepat.
Apabila EPDR tinggi, jumlah sampel yang diambil harus besar.
7. Menentukan ukuran sampel
Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya sampel dalam sampling
atribut, yaitu:
a. Acceptable risk of over reliance sering disebut dengan risiko
penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too low) yang dapat diterima
b. Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerable deviation
rate)
c. Tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan
d. Ukuran populasi
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah
(risk of assessing control risk too low)
Risiko ini mempunyai hubungan terbalik dengan ukuran sampel. Semakin
tinggi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah,
semakin besar jumlah sampel yang diperlukan, begitu pula sebaliknya.
Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi (tolerable deviation
rate)
Tolerable deviation rate merupakan tingkat penyimpangan maksimum dari
pengendalian yang dapat diterima oleh auditor. Tolerable deviation rate
berkaitan erat dengan risiko pengendalian yang direncanakan auditor
untuk suatu prosedur pengendalian. Semakin tinggi tingkat yang
direncanakan, semakin tinggi tingkat tolerable deviation, dan sebaliknya.
Tolerable deviation rate mempunyai hubungan terbalik dengan jumlah
sampel. Semakin tinggi tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi ,
semakin rendah jumlah sampel yang diperlukan, begitu pula sebaliknya.
Tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan
Cara yang dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan
populasi yang diharapkan, yaitu:
a. Tingkat penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun
sebelumnya terhadap klien yang sama, disesuaikan dengan

23
mempertimbangkan perubahan efektivitas pengendalian tahun
berjalan.
b. Estimasi yang dilakukan berdasar tingkat risiko yang ditentukan
berdasar bukti efektivitas operasi prosedur dan kebijakan
pengendalian tahun berjalan.
c. Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasar
nilai audit item sampel ini, auditor mengestimasi standar deviasi
populasi.
Jika tingkat yang diharapkan sama atau lebih besar daripada tingkat
yang dapat ditoleransi, maka auditor tidak dapat mengharapkan untuk
dapat menghimpun bukti yang mendukung strategi lower assessed level of
control risk approach, dan auditor tidak dapat melaksanakan pengujian
pengendalian. Auditor harus menggunakan strategi pengutamaan
pengujian substantive atau primarily substantive approach.
Semakin rendah tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan,
semakin banyak jumlah sampel yang dibutuhkan. Semakin tinggi tingkat
penyimpangan populasi yang diharapkan semakin sedikit jumlah sampel
yang dibutuhkan dan sebaliknya.
Ukuran Populasi
Ukuran populasi mempunyai pengaruh kecil bahkan mungkin tidak
mempengaruhi ukuran sampel. Meskipun demikian dapat ditentukan
bahwa semakin besar ukuran atau jumlah populasinya semakin besar
ukuran sampel.
8. Menentukan metode pemilihan sampel
Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel yaitu sampling random
dan sampling sistematis. Metode sampling random-lah yang
menghasilkan sampel yang representative.
9. Melaksanakan prosedur audit
Pemeriksaan dilaksanakan untuk menentukan sifat dan frekuensi
penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan. Penyimpangan
meliputi hilangnya dokumen, tidak adanya inisial seperti tanda tangan
atau autorisasi, yang mengindikasikan berjalannya pengendalian, dan
kesalahan matematis yang ditemukan.
10. Mengevaluasi hasil sampel

24
Penyimpangan yang ditemukan harus dicatat, diringkas dan dievaluasi.
Auditor membuat penentuan atau mengevaluasi hasil baik kuantitatif
maupun kualitatif.
Penilaian Kuantitatif
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus:
a. Menghitung tingkat penyimpangan sampel.
Tingkat penyimpangan sampel untuk setiap pengendalian yang diuji,
dihitung dengan membagi jumlah penyimpangan yang ditemukan
dengan ukuran sampel yang diuji.
b. Menentukan batas penyimpangan atas (upper deviation limit)
upper deviation limit (UDL) disebut juga achieved upper precision limit
mengindikasikan tingkat penyimpangan populasi maksimum yang
didasarkan atas jumlah penyimpangan yang ditemukan dalam
sampel. Maka dari itu cadangan (allowance) yang direncanakan untuk
risiko sampling ditambahkan pada tingkat penyimpangan sampel. Hal
ini dilakukan auditor agar batas penyimpangan atas lebih besar
daripada tingkat penyimpangan populasi yang nyata.
c. Menentukan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko
sampling
Cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling
sering disebut desired precision atau acceptable precsion adalah
tingkat ketepatan yang diterima oleh auditor. Maka dari itu cadangan
(allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling ditambahkan
pada tingkat penyimpangan sampel. Hal ini dilakukan auditor agar
batas penyimpangan atas lebih besar daripada tingkat penyimpangan
populasi yang nyata.
Penilaian Kualitatif
Penyimpangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
adanya karyawan baru, adanya karyawan yang sakit atau cuti tanpa
adanya penggantinya, instruksi yang sulit dipahami, karyawan yang
ceroboh, dan kekliruan atau ketidakberesan.
Kesimpulan menyeluruh
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel
mendukung kesimpulan bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka

25
auditor harus mempertimbangkan professional untuk menentukan tindakan
yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak
mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan atas suatu
asersi, maka ia harus menilai kembali sifat, waktu dan luas prosedur
pengujian substantive.

G. Sampel dengan Tujuan Ganda


Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi
dua tujuan sekaligus, yaitu:
a. Menentukan risiko pengendalian
b. Menguji kebenaran jumlah moneter ransaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi
pendahuluan bahwa terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari
procedure atau kebijakan struktur pengendalian intern yang ditetapkan dalam
populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantara ukuran-
ukuran sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuab terpisah. Penilaian
untuk setiap tujuan harus dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat
risiko yang sesuai untuk masing-masing tujuan pengujian.
Pada umumnya, auditor yang merencanakan untuk menggunakansampel
dengan tujuan ganda telah membuat estimasi pendahuluan bahwa terdapat
tingkat risikoyang rendah bahwa penyimpangan dari pengendalian yang
ditetapkan dalampopulasi, akan melebihitingkat penyimpangan yang dapat
diterima. Sebagai contoh, auditor yang mendesain pengujianterhadap prosedur
pengendalian atas pencatatan dalam register bukti kas keluar (voucher register)
dapat merencanakan pengujian substantif yang berkaitan pada tingkat risiko
yangmemperkirakan tingkatrisiko pengendalian yang ditentukan di bawah
maksimum. Ukuran sampel yang dirancang untuk tujuanganda harus merupakan
yang terbesar di antara ukuran-ukuran sampel yang dirancanguntuk masing-
masingtujuan secara terpisah. Dalam menilai pengujian tersebut, penyimpangan
dari prosedur dansalah saji moneter harus dinilaisecara terpisah dengan
menggunakan tingkat risiko yang sesuaiuntuk masing-masing tujuan pengujian

26
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu
saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut. Dilakukanya sampling audit adalah agar sampel yang diperoleh
representatif, yakni sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
populasi.
Sampling audit berkaitan erat dengan ketidakpastian. Auditor menerima
ketidakpastian atas dasar adanya hubungan antara faktor-faktor biaya dan waktu
yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan atas semua data, dengan
konsekuensi negative akibat kesalahan keputusan yang didasarkan atas
kesimpulan yang dihasilka dari audit terhadap data sampel semata.
Ketidakpastian meliputi ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh
penggunaan sampling (risiko sampling), dan ketidakpastian yang disebabakan
faktor lain selain sampling (risiko non sampling).
Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil
bukanlah sampel yang representative. Risiko ini dibedakan atas risiko sampling
dalam pengujian substantif atas detail. Dan risiko sampling dalam melaksanak
pengujian pengendalian. Bila dalam pengujian substantive risiko sampling meliputi
risiko keleru menerima (risiko beta), dan risiko keliru menolak (risiko alpha), maka
dalam pengujian risiko sampling meliputi risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian terlalu tinggi.
Dalam sampling audit terdapat dua pendekatan yaitu sampling statistik, dan
sampling non statistik. Sampling statistiklebih banyak biayanya daripada sampling
non statistik, namun manfaaatnya lebih tinggi daripada sampling non statistik. Ada
dua teknik: sampling statistik yakni attribute sampling dan variable sampling.
Attribute sampling digunakan untuk pengujian pengendalian, dan variable
sampling digunakan untuk pengujian substantive. Sampling non statistik
merupakan pengambilan sampel berdasarkan kriteria subyektif. Demikian pula
evaluasinya juga berdasarkan kriteria subyektif.

27
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono. 2001. Pengauditan: Buku 1, Yogyakarta: STIE YKPN.

Randol J. ELDER. 2011. Audit Dan Jasa Assurance Jilid 2, Jakarta ERLANGGA.

Sukiranto. 2015. Penerapan Atribute Sampling pada Pengujian Sistem


Pengendalian Internal atas Aktivitas Pembelian Obat. Jurnal
Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi stie putra
perdana indonesia. Vol. 11.

Yasin, 2012. Sampling Audit. Jawa tengah: Fakultas Ekonomi.

https://andinurhasanah.wordpress.com/2013/04/15/sampling-audit-untuk-
pengujian-pengendalian-dan-pengujian-substantif-atas-transaksi/

http://yasinibnmaftuh.blogspot.com/2013/05/makalah-samplin-audit.html

http://irmajhe.blogspot.com/2017/05/makalah-audit-sampling.html

http://memebali.blogspot.com/2013/07/sampling-audit.html

28

Anda mungkin juga menyukai