Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ni Luh Sri Maharani

NPM : 202033121115
Kelas : D3 (Akuntansi)
Mata Kuliah : Auditing I
Semester : 5 (Ganjil)

Sampling Audit Dalam Pengujian Pengendalian

A. Definisi Sampling Audit dan Penerapannya


Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen
unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Seksi ini
memberikan panduan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel audit.
Auditor seringkali mengetahui mana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin
sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan pengetahuan ini dalam
perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak
memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang,
menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal
terakhir ini, sampling audit sangat berguna. Dalam penerapan sampling audit terdapat
2 (dua) pendekatan umum dalam sampling audit, yaitu :
1. Sampling Statistik
penggunaan rencana sampling (sampling plan) dengan cara sedemikian rupa
sehingga hukum probabilitas digunakan untuk membuat statement tentang suatu
populasi. Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa
dikategorikan sebagai sampling statistik.
2. Sampling Nonstatistik
merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria subyektif.
Besarnya sampel dan pelaksanaan evaluasi atas sampel dilakukan secara
subyektif berdasarkan pengalaman auditor.

B. Hubungan Antara Standar Auditing Dengan Sampling Audit


Standar Audit ("SA") ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk
menggunakan sampling audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan
dengan penggunaan sampling statistik maupun nonstatistik ketika perancangan dan
pemilihan sampel audit, pelaksanaan pengujian pengendalian, dan pengujian rinci,
serta pengevaluasian hasil sampel tersebut. SA ini melengkapi SA 500' yang berkaitan
dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar yang memadai
untuk menarik kesimpulan yang dipakai sebagai basis opini auditor. SA 500
memberikan panduan tentang berbagai cara yang tersedia bagi auditor untuk memilih
unsur untuk pengujian, yang salah satu diantaranya adalah sampling audit.Sampling
audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun
pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan
sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau
tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan
auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi.
Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang
ketiga.

C. Perbedaan Resiko Sampling Dengan Risiko Nonsampling Serta Empat Jenis Risiko
Sampling
1. Risiko Sampling
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit
dari populasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor
memutuskan bahwa pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat
pengecualian populasi 6 persen. Asumsikan auditor menerima bahwa
pengendalian dianggap efektif berdasarkan pengujian pengendalian dengan
sampel sebanyak 100 item yang memiliki dua pengecualian. Jika populasi
sebenarnya memiliki tingkat pengecualian sebesar 8 persen, auditor menerima
populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili populasi. Berkaitan
dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil tidak menggambarkan
secara benar populasi tersebut. Dalam melakukan pengujian pengendalian
jenis risiko sampling berikut dapat terjadi :
- Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the
risk of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian
tingkat risiko pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas
operasi aktual dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika
diketahui, dianggap tidak cukup mendukung tingkat penilaian yang di
rencanakan.
- atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk od
assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat
risiko pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian
tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas
operasi aktual dari prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika
diketahui, dianggap cukup untuk mendukung tingkat penilaian yang
direncakan.
- Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), kekeliruan sampling
dalam menerima salah saji material.
- Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection), kekeliruan sampling
dalam menolak salah saji material.
2. Risiko Nonsampling
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit
tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab risiko
nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan
prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak efektif. Auditor mungkin gagal
mengenali pengecualian karena kelelahan, bosan atau tidak memahami apa
yang harus dicari. Contoh di asumsikan 3 dokumen pengiriman tidak
dilampirkan ke salinan faktur penjualan dalam sampel sebanyak 100. Jika
auditor menyimpulkan bahwa tidak ada pengecualian, hal tersebut merupakan
kesalahan nonsampling. Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi
pengecualian yang diragukan adalah dengan memeriksa sampel dokumen
pengiriman dan menentukan apakah masing-masing telah dilampirkan ke
faktur penjulan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk
menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini,
auditor telah melakukan pengujian dengan arah yang salah karena memulainya
dengan dokumen pengiriman dan bukan salinan laktur penjualan Prosedur
audit yang dirancang dengan cermat, instruksi yang tepat, pengawasan, dan
review merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling. Sumber-
sumber risiko nonsampling meliputi :
- Kesalahan manusia
- Penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit
- Salah menginterpretasikan hasil sampel
- Repercayaan pada informasi yang salah diterima dari pihak lain

D. Langkah Langkah Dalam Merancang Sampling Atribut Statistik Untuk Pengujian


Pengendalian
Langkah-langkah dalam rencana sampling statistic untuk pengujian pengendalian
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Tujuan Audit
Tujuan menyeluruh dari pengujian pengendalian adalah untuk mengevaluasi
efektivitas rancangan dan operasi pengendalian intern. Satu atau lebih rencana
sampling atribut dapat dirancang untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian
yang benrkaitan dengan kelompok transaksi tertentu
2. Menentukan Populasi dan Unit Sampling
Dalam atribut sampel statistic untuk pengujian pengendalian, populasi
(population) merupakan kelompok transaksi yang diuji.Auditor harus
menentukanbahwa penyajian secara fisik atas populasi tersebut adalah sesuai
tujuan rencananya.
3. Menspesifikasi Atribut-Atribut yang Dikehendaki
Atribut (attribute) harus ditunjukan untuk setiap pengendalian yang diperlukan
untuk mengurangi risiko pengendalian atas sebuah asersi. Jika pengendalian
tersebut maryarakat departemen kredit untuk menyetujui kredit sebelum
pengiriman, atributnya dapat disajikan sebagai : "persetujuan kredit oleh
personel departemen kredit yang di otorisasi".
4. Menentukan Ukuran Sampel
Dalam menentukan ukuran sampel untuk setiap atribut atau pengendalian yang
diuji, auditor harus menspesifikasi pengurutan nilai setiap factor-faktor berikut
ini :
- Risiko atas perkiraan risiko pengendalian yang terlalu rendah
- Tingkat penyimpangan yang dapat ditolerans!
- Tingkat penyimpangan populasi yang di harapkan
Disamping itu, pada saat sampling dari populasi kecil (kurang dari 5.000 unit),
ukuran sampel tersebut harus diperkiran sebagaimana akan dijelaskan lebih
lanjut dalam bagian akhir.
5. Melaksanakan Rencana sampling
Setelah rencana sampling dirancang, item-item sampel di pilih dan diuji untuk
menentukan sifat dan penyimpanan dari pengendalian. Penyimpanan meliputi
kesalahan dokumen, tidak ada inisial yang menunjukkan kinerja pengendalian,
ketidaksesuaian dalam dokumen dan cacatan yang berkaitan, tidak adanya
harga dengan pengerjaan kembali (reperformance) oleh auditor. Jika unit
sampling adalah dokumen, maka audtor dapat memilih jumlah yang lebih
besar dari yang di butuhkan.Jumlah ""ekstra" tersebut digunakan sebagai
pengganti apabila ada dokumen yang dibatalkan atau item yang dipilih yang
tidak dapat digunakan dalam sampel yang dibutuhkan.Item yang tidak dapat
diterapkan tersebut terjadi pada aat pengendalian atau atribut tidak ada dalam
item yang dipilih. Sebagai contoh, jika atribut yang di uji adalah "adanya
penerimaan laporan untuk mendukung voucher, " maka voucher untuk
pembayaran tagihan bulanan atas jasa fasilitas umum tidak akan dapat
diterapkan, karena laporan penerimaan tidak dibuat untuk jasa. Dengan
demikian, voucher akan di gantikan oleh jumlah ekstera dalam membuat
rencana sampel.
6. Mengevaluasi Hasil Sampel
Penyimpanan yang ditemukan dalam sampel harus ditabulasi, diringka, dan
dievaluasi.Pertimbangan prefesional diperklukan dalam mengevaluasi faktor-
faktor utama pada kesimpulan menyeluruh

E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Sampel


Dalam hal menentukan ukuran / jumlah sampel akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yang terdiri dari ( Masri Singarimbun, 1987: 150 ) :
1. Derajat keseragaman dari populasi
Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila
populasi itu seragam sempurna ( completely homogenous ), maka satu satuan
elementer saja dari seluruh ppulasi itu sudah cukup refresentatif untuk diteliti.
Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam ( completely
heterogenous ), maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan
gambaran yang refresentatif
2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar ukuran sampel
yang harus diambil, dan sebaliknya semakin rendah tingkat presisi yang
dikehendaki maka semakin kecil ukuran sampel yang diperlukan. Jadi sampel
yang besar cenderung memberikan pendugaan yang lebih mendekati nilai
sesungguhnya ( true value ). Dengan cara lain dapat dikatakan bahwa ukuran
sampel mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat kesalahan.
Semakin besar ukuran sampel maka semakin kecil tingkat kesalahan yang
terjadi.
3. Rencana Analisa
Ada kalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang
dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa maka jumlah
sampel tersebut menjadi kurang mencukupi. Misalnya peneliti ingin
menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian alat
kontrasepsi. Bila tingkat pendidikan responden dibagi / dirinci menjadi : tidak
sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, Belum tamat SMTP, tamat SMTP. Dan
seterusnya, mungkin tidak cukup dengan mengambil 100 responden karena
akan terdapat sel – sel dalam tabel yang kosong. Begitu juga untuk analisa
yang menggunakan metode statistik yang rumit.
4. Tenaga , biaya dan waktu
Apabila diinginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar.
Tetapi apabila dana, tenaga dan waktu terbatas maka tidaklah mungkin untuk
mengambil sampel yang besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.
Walaupun besarnya sampel didasarkan atas keempat pertimbangan di atas
namun seorang peneliti harus dapat memperkirakan besarnya sampel yang
diambil sehingga presisinya dianggap cukup untuk menjamin tingkat
kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti sendirilah yang menentukan tingkat
presisi yang dikehendaki, dan selanjutnya berdasarkan presisi tersebut dapat
menentukan besarnya sampel ( Masri Singarimbun, 1987 : 152 )
F. Perbedaan Antara Sampling Nonstatistik Dengan Sampling Statistik Dalam Pengujian
Pengendalian
Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan faktor-faktor yang
haru7s di pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian
pengendalian. Seperti telah dikemukakan, bahwa dalam menyelenggarakan pengujian
pengendalian, auditor memberian dua aspek penting dalam risiko sampling, yang
meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk to low) dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).
1. Sampling Nonstatistik
Dalam lingkungan saat ini di mana beberapa prosedur pengendalian di
program untuk mendapatkan keunggulan teknologi informasi, efektivitas
biaya dapat dicapai dengan mempertimbangkan rencana sampling nonstatistik.
Pada sat auditor sedang mengembangkan rencana audit untuk menguji
prosedur pengendalian yang diprogram, auditor perlu mempertimbangkan
efisiensi bukti mengenai pengendalian yang diprogram, pengendalian umum
komputer, dan prosedur tindak lanjut manual. Namun demikian, auditor dapat
mempertimbangkan rencana pengembangan untuk menguji pengendalian
manajemen pada seluruh transaksi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
pengujian statistik pada pengendalian mungkin sesuai dalam situasi ini.
- Pengujian prosedur pengendalian dengan program komputer (Testing
Computer- A Programmed Control Procedures)
Teknologi informasi telah memberikan sumbangan yang berarti pada
konsisten prosedur pengendalian. Dalam era di mana prosedur
pengendalian dilakukan secara manual, seseorang dapat
membandingkan dengan benar, misalnya, informasi dalam voucher
dengan pesanan pembelian, laporan, penerimaan, dan faktur pemasok.
Namun pada akhirnya, kelelahan dapat timbul dan prosedur yang sama
mungkin dilakukan dengan salah.Untuk prosedur pengendalian yang
diprogram secara spesifik sesuai kehendak, biasanya cukup bagi
auditor untuk menguji pengendalian yang diprogram dengan hanya dua
transaksi yang sesuai: satu transaksi yang diproses dengan benar dan
satu transaksi yang harus ditandai sebagai suatu pengecualian. Akan
tetapi, auditor dapat menguji setiap aspek pengendalian yang
diprogram dengan ukuran sampel dua pengujian transaksi.
- Pengujian prosedur pengendalian umum komputer Testing Computer
General Control Procedures)
Prosedur pengendalian umum komputer meliputi pengendalian
organisasi dan operasi, pengembangan sistem dan pengendalian
dokumentasi, pengendalian perrangkat keras (hardware) dan sistem
perangkat lunak (system software), pengendalian akses, serta
pengendalian data dan prosedur. Semua itu meninggalkan jejak audit
(audit trail) atas laporan perubahan sistem, bagaimana perubahan diuji
dan disetujui, dan keamanan perangkat lunak yang dapat menghasilkan
laporan dan catatan mengenai siapa yang telah mengakses program dan
arsip data. Auditor dapat menguji pengendalian-pengendalian ini
dengan menginspeksi laporan dan cataran dan dengan membuat
pertanyaan serta observasi. Pertanyaan dan observasi tidak termasuk
sampling audit, dan auditor dapat menggunakan teknik sampling
nonstatistik Ketika membuat keputusan tentang perluasan inspeksi atas
laporan, catatan komputer, dan catatan-catatan lain yang memberikan
bukti tentang prosedur pengendalian umum komputer. Sampling
statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling nonstatistik
karena sampling statistik menerapkan aturan matematika, auditor
juga dapat mengukur risiko sampling dalam merencanakan
sampel, dan mengevaluasi hasil. Sedangkan dalam sampling
nonstatistik (nonstatistical ampling), auditor tidak mengukur risiko
sampling akan tetapi auditor memilih item sampel yang diyakini akan
memberikan informasi yang paling bermanfaat dalam situasi tertentu,
dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan.
Sehingga metode sampling nonstatistik sering juga disebut dengan
sampling pertimbangan (judgmental sampling).
2. Sampling Statistik
Sampling statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling nonstatistik
karena sampling statistik menerapkan aturan matematika, auditor juga dapat
mengukur risiko sampling dalam merencanakan sampel, dan mengevaluasi
hasil. Sedangkan dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling),
auditor tidak mengukur risiko sampling akan tetapi auditor memilih item
sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat
dalam situasi tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar
pertimbangan. Schingga metode sampling nonstatistik sering juga disebut
dengan sampling pertimbangan (judgmental sampling).
- Sampling atribut
Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada pengujian
pengendalian adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang
meneliti sifat non angka dari data, karena pada pengujian pengendalian
fokus perhatian auditor adalah pada jejak-jejak pengendalian yang
terdapat pada data/dokumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan,
nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga
bersifat non angka, seperti unsur-unsur yang menjadi perhatian pada
sampling atribut. Sampling atribut bertujuan untuk membuat estimasi
(perkiraan) mengenai keadaan populasi. Namun demikian, dalam audit
kadang-kadang pengujian pengendalian tidak dimaksudkan untuk
memperkirakan keadaan populasi, melainkan misalnya untuk
mengetahui:
a. apakah aria hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada
populasi yang diteliti, atau menetapkan akan
menerima/menolak populasi yang diteliti.
b. Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
"menggunakan rumus statistik" dan "menggunakan tabel".
Namun yang lebih sering digunakan adalah dengan
menggunakan tabel.
c. Tahapan dan proses pelaksanaan sampling atribut yang
menggunakan tabel dilaksanakan sebagai berikut:
- Menyusun Rencana Audit
Pada tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur
yang diperlukan untuk menentukan unit sampel, membuat
hasil sampling dan simpulan hasil audit. Tujuan umum
pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap
mengenai keandalan pengendalian intern auditi. Yang
ditetapkan di sini adalah tujuan spesifik. Unsur-unsur
yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan
unit sampel sesuai dengan tabel penetapan unit sampel
yaitu:
a. Risiko sampling/ARO
b. Toleransi penyimpangan/TDR
c. Perkiraan kesalahan dalam populasi/EPDR
- Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel
Berdasarkan perencanaan audit, auditor turun ke
lapangan. Hal pertama yang dilakukan adalah
mendapatkan populasi, kemudian memastikan unitnya.
Jika populasi sedikit lakukan pengujian 100% (sensus).
Jika banyak, dapat dilakukan pengujian secara sampling.
- Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah
selanjutnya adalah memilih sampel dari populasi yang
diteliti. Karena metode sampling yang digunakan adalah
sampling statistik, maka pemilihan sampel harus
dilakukan secara acak (random).
- Menguji Sampel
Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel,
kemudian diuji dengan menerapkan prosedur audit.
- Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan
banyaknya penyimpangan dalam populasi.
- Membuat Simpulan Hasil Audit
Setelah keadaan populasi diperkirakan, dapatlah dibuat
simpulan hasil audit, yaitu berdasarkan perbandingan
antara: "toleransi penyimpangan (TDRy" dengan "hasil
sampling", yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi
(CUDR) Sampling atribut dim pengujian pengendalian
digunakan hanya bila ada alur bukti dokumen dalam
pelaksanaan prosedur pengendalian. Prosedur tersebut
meliputi prosedur otorisasi dokumen dan catatan dan
pengecekan secara independen.

Anda mungkin juga menyukai