Anda di halaman 1dari 10

Nama : Ni Luh Sri Maharani

NPM : 202033121115
Kelas : D3 (Akuntansi)
Mata Kuliah : Auditing I
Semester : 5 (Genap)

Tujuan, Bukti, Prosedur, dan Kertas Kerja Audit

A. Lima Kategori Asersi Manajemen Dalam Laporan Keuangan


Asersi adalah pernyataan yang dibuat manajemen tentang pengelompokan dan
pengungkapan transaksi maupun akun yang terkait di dalam laporan keuangan yang
dibuat . Asersi manajernen dapat secara tersirat maupun tersurat (tertulis ) . Baik tertulis
maupun tidak tertulis ( tersirat ) tidak mempengaruhi jalan maupun hasil audit nantinya,
hanya bagaimana metode perusahaan mengungkapkannya. Lima Kategori Asersi
menurut PSA 07 (SA 326):
- Asersi mengenai keberadaar/atau keteriadian.
Asersi keberadaan atau kejadian adalah asersi mengenai apakah aktiva, kewajiban,
dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar- benar ada pada tanggal neraca seta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar
terjadi selama periode akuntansi.
- Asersi mengenai kelengkapan.
Asersi mengenai kelengkapan adalah asersi mengenai apakah semua transaksi dan
akun yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.
- Asersi mengenai hak dan kewajiban.
Asersi hak dan kewajiabn adalah asersi mengenai kebenaran bahwa aktiva memang
menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
- Asersi mengenai penilaian dan alokasi.
Asersi penilaian dan alokasi adalah asersi mengenai apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan
dengan angka-angka yang wajar.
- Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
Asersi penyajian dan pengungkapan adalah asersi mengenai komponen-komponen
dalam laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dengan
sepantasnya.

B. Faktor yang Mempengaruhi Kecukupan dan Kompetensi Bukti Audit


Bahan bukti didefinisikan sebagai informasi yang digunakan auditor untuk menentukan
apakah informasi kuantitatif yang sedang diperiksa disajikan sesuai dengan kriteria
yang ditetapkan. Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit adalah:
- Materialitas.
Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan
keuangan. Karena tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit memiliki hubungan
terbalik, maka semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti
yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti
yang diperlukan pun akan semakin sedikit.
- Risiko Audit.
Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan memilki hubungan yang
terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat kepastian yang diyakini auditor
mengenai ketepatan pendapatnya adalah tinggi. Tingginya tingkat kepastian
tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti audit yang lebih banyak.
- Faktor-faktor Ekonomi.
Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya ketika menghimpun bukti
audit. Auditor memiliki keterbatasan sumber daya yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti yang diperlukan sebagai acuan dalam memberikan pendapat atas
laporan keuangan entitas. Auditor harus memperhitungkan apabila setiap tambahan
waktu dan biaya untuk mengumpulkan bukti audit memberikan manfaat terhadap
kuantitas dan kualitas bukti yang dikumpulkan.
- Ukuran dan Karakteristik Populasi.
Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti audit memiliki hubungan yang searah.
Semakin besar populasi, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus
diambil dari populasi. Sebaiknya, semakin kecil ukuran populasi, semakin kecil
pula jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi. Karakteristik populasi
berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas unsur individu yang menjadi
anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel bukti audit dan
informasi yang lebih kuat atau mendukung tentang populasi yang bervariasi
anggotanya daripada populasi yang seragam.

Jumlah diukur terutama dengan besar sampel yang dipilih auditor. Dua hal yang paling
penting dalam menentukan kecukupan adalah perkiraan auditor atas terjadinya
kekeliruan dan efektifitas struktur pengendalian intern. Kompetensi mengacu kepada
derajat dapat dipercayanya suatu bahan bukti, kalau dari bukti dianggap sangat
kompeten, akan sangat membantu meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan sajikan
dengan wajar. Kompetensi bahan bukti hanya terkaitan dengan prosedur audit yang
pilih. Kompetensi tidak dapat diperbaiki dengan memperbesar sampel, atau memilih
pos yang lain dari populasi. Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa
catatan akuntansi berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal entitas.
Semakin efektif pengendalian internal entitas, semakin kompeten catatan akuntansi
yang dihasilkan. Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung
pada faktor berikut:
- Relevansi Bukti.
Bukti audit yang relevan adalah yang sesuai atau tepat jika digunakan untuk suatu
maksud tertentu. Bukti yang relevan lebih kompeten daripada bukti yang tidak
relevan.
- Sumber Informasi Bukti.
Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kompetensi bukti audit. Bukti yang
diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar entitas yang independen
merupakan bukti yang paling tepat dipercaya. Bukti semacam ini memberikan
tingkat keyakinan atas keandalan yang lebih besar daripada bukti yang diperoleh
dari internal entitas.
- Ketepatan Waktu.
Kriteria ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti audit.
Ketepatan waktu sangat penting, terutama dalam melakukan verifikasi atas aktiva
lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit terkait karena berkaitan dengan
apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Bukti yang diperoleh
mendekati tanggal neraca lebih kompeten dibanding bukti yang diperoleh jauh dari
tanggal neraca.
- Objektivitas.
Bukti audit yang bersifat objektif lebih dapat dipercaya atau reliabel dan kompeten
daripada bukti audit yang bersifat subjektif

C. Jenis - Jenis Informasi Penguat yang Tersedia Bagi Auditor


Bukti audit yang mengandung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jenis informasi penguat yaitu:
- Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan
cara untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas,
dan merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaan
tersebut.
- Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau
angka atau symbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada
auditor.
b. Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.
c. Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
- Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
a. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.
b. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
c. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.
d. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per
saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
- Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara
lisan dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari
permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan.
- Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan
yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva,
utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun
sebelumnya.
- Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang
digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan
dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya
berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis sebagai
bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam
laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil
penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka
ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan
tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan auditnya.

D. Jenis – Jenis Prosedur Audit


Dalam prosedur audit, terdapat beberapa jenis yang penting untuk kamu ketahui.
Prosedur tersebut bergantung pada hal dan asersi yang diuji, auditor dapat
mengubahnya untuk memilih yang paling tepat dan sesuai. Terdapat delapan jenis
prosedur audit yang dapat digunakan auditor, antara lain:
- Inspeksi
Penyelidikan merupakan prosedur audit yang paling umum dilakukan. Dalam
metode ini, auditor akan melakukan pengecekan pada setiap transaksi atau
dokumen terhadap langkah-langkah tertulis, juga prosedur untuk memastikan
keakuratan. Metode ini juga dapat menentukan hubungan antara data keuangan dan
non-keuangan. Biasanya auditor akan menggunakan penilaian mereka untuk
menentukan apakah ada perbedaan yang harus diselidiki lebih lanjut. Auditor bisa
saja menemukan informasi yang tidak konsisten yang ada dalam laporan keuangan
perusahaan. Setelah mengidentifikasi ketidak konsistenan, auditor dapat
menyelidiki lebih lanjut. Penyelidikan lebih lanjut akan melibatkan manajemen dan
pihak lainnya yang bertanggung jawab atas laporan tersebut.
- Pengamatan
Pengamatan atau observasi merupakan proses dalam audit dimana auditor
mengamati proses dan prosedur yang dilakukan oleh klien. Pengamatan dapat
memberikan gambaran pada auditor mengenai proses dan prosedur perusahaan saat
bekerja. Selain itu, juga bisa membantu mereka dalam mengidentifikasi kelemahan
dari prosedur tersebut. Namun, perlu diingat bahwa kehadiran dari auditor mungkin
akan mempengaruhi proses operasional. Sama seperti prosedur audit lainnya,
auditor perlu mengkombinasikan pengamatan dengan jenis lainnya untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Prosedur pengamatan juga memainkan peranan
penting dalam evaluasi akhir tahun perusahaan. Umumnya, perusahaan akan
menghitung inventaris dan uang tunai untuk memperbarui catatan pada akhir tahun.
- Konfirmasi
Sama halnya dengan jenis penyelidikan, konfirmasi juga merupakan prosedur untuk
mendapatkan informasi. Perbedaannya, terletak pada keterlibatan pihak ketiga,
bukan klien, untuk mengkonfirmasi saldo dan transaksi. Jenis konfirmasi dilakukan
dengan mengirimkan surat tertulis dalam bentuk formal. Biasanya dokumen yang
diuji oleh auditor adalah mengkonfirmasi saldo, seperti hutang dagang, saldo bank,
piutang, dan lainnya. Klien tidak akan langsung terlibat dalam prosedur audit,
namun auditor masih membutuhkan izin untuk mengirimkan konfirmasi ke pihak
lainnya. Sebagai contohnya, auditor mungkin akan mengirimkan konformasi pada
beberapa bank dimana klien memiliki akun untuk mengetahui saldo.
- Permintaan keterangan
Pengecekan keterangan, seperti catatan atau dokumen yang berisikan dokumen
pendukung untuk persiapan laporan keuangan perlu dilakukan. Biasanya, auditor
akan melakukan pemeriksaan secara manual untuk mengecek setiap detailnya yang
disebut juga dengan vouching. Proses tersebut merupakan bagian penting dari Test
of Controls dan Test of Details suatu perusahaan yang dilakukan oleh auditor.
Pemeriksaan catatan dapat mencakup penelusuran dokumen pendukung dari
transaksi individu atau sebaliknya. Hal tersebut karena setiap transaksi dalam
sistem keuangan harus memiliki sumber yang tepat, auditor dapat melakukan
konfirmasi berbagai asersi melalui pemeriksaan. Termasuk pula asersi yang
berkaitan dengan akurasi, kelengkapan, juga cut-off. Untuk mengkonfirmasi aspek
lain, auditor juga bisa memeriksa dokumen non-keuangan.
- Penelusuran
Penelusuran dalam prosedur audit mengacu pada proses meminta penjelasan klien
mengenai berbagai hal yang terkait. Ketika proses audit dimulai, perusahaan setuju
untuk memberikan hak kepada auditor untuk memperoleh informasi yang relevan
dengan laporan keuangan atau tujuan audit. Auditor akan mendapatkan akses ke
seluruh individu dalam perusahaan yang dirasa perlu untuk mendapatkan bukti.
Auditor juga akan meminta informasi terkait transaksi atau saldo tertentu. Biasanya
penelusuran akan mengharuskan auditor untuk memperoleh bukti secara verbal.
Kelemahan prosedur audit ini adalah tidak menghasilkan bukti audit yang kuat,
sehingga harus dipasangkan dengan jenis lainnya.
- Perhitungan
Proses penghitungan ulang atau recalculation merupakan prosedur audit yang
cukup jelas. Auditor akan melakukan perhitungan ulang saldo atau transaksi yang
transaksi yang telah dilakukan klien. Proses penghitungan ulang yang dilakukan
untuk memastikan bahwa jumlah dalam laporan keuangan sesuai dengan
sebagaimana mestinya. Auditor juga bisa mengidentifikasi perbedaan antara jumlah
yang diharapkan dengan jumlah aktual dan menyelidikinya lebih lanjut.
Penghitungan ulang dapat digunakan untuk pengujian terhadap penilaian dan
alokasi, juga asersi akurasi.
- Pemeriksaan bukti pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung dalam prosedur audit dapat berupa aset yang dimiliki
oleh perusahaan. Pemeriksaan aset dapat berwujud pabrik, properti, dan peralatan
lainnya. Jenis ini dapat memberikan bukti keberadaan aset berwujud sebagai bukti.
Audit dapat menguji asersi keberadaan bukti pendukung dengan melakukan
pemeriksaan fisik aset yang dicatat dalam bagian aset tetap. Penting untuk kamu
ketahui bahwa pemeriksaan yang dilakukan auditor dalam hal ini tidak
menunjukkan mengenai hak dan kewajiban. Dalam asersi prosedur audit ini, auditor
dapat memeriksa dokumen hukum aset.
- Pelaksanaan ulang
Pelaksanaan ulang merupakan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor secara
independen. Auditor akan melakukan prosedur kontrol yang telah dilakukan klien
sebagai bagian dari sistem kontrol. Prosedur audit ini adalah bagian yang berguna
untuk pengujian pengendalian dalam proses audit. Dimungkinkan audit juga harus
melakukan perhitungan ulang yang mana merupakan bagian dari pengendalian
internal klien.

E. Kertas Kerja Audit


Kertas kerja audit merupakan berbagai catatan yang dilakukan oleh auditor terkait
prosedur audit yang dijalankan, pengujian yang akan dilakukan, informasi, serta
kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil auditnya. Jadi, kertas kerja merupakan hasil
pemahaman atas struktur atau susunan pengendalian internal, program audit, analisis,
surat konfirmasi, memorandum, representasi klien, ikhtisar yang asalnya dari berbagai
dokumen organisasi dan daftar atau komentar yang dibuat/diperoleh auditor. Kertas
kerja audit pun dapat berupa data atau informasi yang tersimpan di dalam film, pita
magnetik, atau media lainnya. Audit pada laporan keuangan tentu juga harus
berdasarkan standar auditing yang sudah ditetapkan di dalam IAI. Seorang auditor pun
dituntut harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi pada audit yang tengah
dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-bukti
komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Kertas kerja audit inilah yang
digunakan auditor agar bisa membuktikan bahwa standar lapangan yang dilakukan
sudah sesuai dan dilakukan dengan baik.
Kertas kerja audit harus bisa atau cukup untuk membuktikan suatu catatan akuntansi
sudah sesuai dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan berdasarkan
standar audit yang digunakan. Secara umum, kertas kerja audit berisi informasi tentang
standar pekerjaan yang telah dilakukan di lapangan pertama, yakni pemeriksaan yang
sudah direncanakan dan sudah dilakukan supervisi dengan baik. Kemudian, sudah
dilakukan pula standar pekerjaan lapangan yang kedua, yakni pemahaman yang cukup
memadai tentang struktur pengendalian internal agar bisa merencanakan audit dan
menentukan sifat dan lingkup pengujian yang dilakukan. Selain itu, isi kertas kerja
audit adalah dilakukannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga, yakni bukti audit
yang telah diperoleh, prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian sudah
dilakukan yang mana nantinya mampu memberikan bukti yang kompeten sebagai
acuan dalam menyatakan pendapatan atas laporan keuangan yang sebelumnya sudah
diaudit. Tentu pembuatan kertas audit ini memiliki tujuan penting. Berikut ini tujuan
dari dibuatnya kertas audit:
- Sebagai Pendukung Auditor atas Laporan Keuangan yang Diaudit
- Memperkuat Kesimpulan Auditor dan Kompetensi Auditnya
- Agar Seluruh Proses Koordinasi dan Organisasi Audit Dilakukan dengan Baik
- Sebagai Dasar untuk Audit Selanjutnya

F. Penyusunan Suatu Kertas Kerja


Hasil kertas kerja yang baik dan merupakan salah satu keahlian yang wajib dimiliki
oleh seorang auditor. Hal tersebut sebagai bukti bahwa seorang auditor memiliki
kompetensi yang baik dalam melakukan pekerjaan lapangan sesuai dengan standar
auditing, sehingga auditor terpacu dalam membuat kertas kerja yang sangat
bermanfaat. Nah, untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada syarat yang perlu dipenuhi
oleh seorang auditor. Mari simak 5 syaratnya berikut ini:
- Harus Lengkap
Syarat pertama adalah harus lengkap. Kertas kerja harus berisi seluruh informasi
dan data penting. Auditor dituntut untuk mampu menentukan komposisi pada
seluruh data penting yang memang seharusnya ada di dalam kertas kerjanya. Kertas
kerja yang dibuat auditor ini tidak memerlukan penjelasan tambahan secara lisan
karena nantinya kertas kerja audit akan diperiksa kembali oleh auditor senior dan
kemungkinan juga diperiksa oleh pihak eksternal. Hal itulah yang menjadi alasan
kertas audit harus berisi informasi yang lengkap.
- Teliti
Ketelitian auditor menjadi tuntutan yang sangat penting, terutama dalam penulisan
dan penghitungannya. Jangan sampai terjadi kesalahan tulisan apalagi
penghitungan pada lembar kertas kerja audit.
- Ringkas
Meski dituntut untuk berisi data dan informasi yang lengkap dan teliti, auditor
diharapkan dapat pula meringkas isi dari kertas audit. Hal ini membantu para
pemeriksa selanjutnya memahami inti dari hasil audit yang dilakukan oleh auditor.
Hanya informasi penting, pokok, dan relevan yang tercantum dalam kertas
audit. Analisa yang dilakukan auditor pun harus dilakukan dengan ringkas dan
memiliki penafsiran informasi atau data, sehingga tidak hanya sebagai penyalinan
catatan milik klien saja.
- Jelas
Kejelasan yang dimaksud dalam menyusun dan menyajikan informasi pada
berbagai pihak yang nantinya akan memeriksa lembar kertas audit tersebut harus
menjadi perhatian penting pula bagi para editor. Penyajian istilah yang dapat
menimbulkan multi tafsir sebaiknya dihindari. Selain itu, penyajian informasi dan
data secara sistematik pun harus dilakukan.
- Rapi
Penyusunan yang rapi nantinya akan membantu para auditor senior dalam
melakukan review terhadap kertas kerja audit yang dilakukan stafnya. Selain itu,
dengan kerapian data yang disajikan, tentu para pemeriksa selanjutnya akan dengan
mudah memperoleh informasi dari kertas audit tersebut. Data keuangan suatu
perusahaan tentu tidak terlepas dari unsur pajak. Sebagai warga negara yang baik,
para pengusaha ini tentu harus taat terhadap pajaknya. Untuk itu, dalam mendukung
Anda sebagai wajib pajak dan pemerintah sebagai penerima iuran pajak untuk
pembangunan negara, maka OnlinePajak hadir untuk membantu Anda dalam
memenuhi kewajiban perpajakan Anda. Melalui aplikasi OnlinePajak, Anda sudah
bisa melakukan hitung, setor, dan lapor hanya dalam 1 aplikasi terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai