Anda di halaman 1dari 14

CHAPTER 6

BUKTI AUDIT

KELOMPOK 6

MUHAMMAD CATUR SANTOSO (A031191117)

ANUGRAH PRATIWI (A031191146)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2021

BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan opini nya . Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut,
auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Sebagian besar waktu audit sebenarnya
tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut.

TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT


Asersi manajemen dalam laporan keuangan menjadi pedoman bagi auditor untuk
merencanakan pengumpulan bukti. Terdapat 5 (lima)kelompok umum asersi manajemen
yang dituangkan dalam standar auditing yang berlaku umum (GAAS) sebagai berikut :
a) Asersi Kebereadaan atau Keterjadian (Existence and Occurrence/EO)
Asersi tentang Keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi
selama periode tertentu. Biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut :
 Pisah Batas (Cut off) : semua transaksi yang tercatat benar-benar terjadi
selama periode akuntansi
 Validitas (Validity) : Semua aktiva, kewajiban, ekutias telah valid dan telah
dicatat sebagaimana mestinya dalam neraca

b) Kelengkapan (Completeness/ C)
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa semua pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan.

c) Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations/ RO)


Asersi tentang hak(rights) dan kewajiban(obligations) berhubungan dengan apakah
aktiva tersebut benar – benar milik perusahaan dan semua utang adalah benar- benar
kewajiban perusahaan pada tanggal neraca.
d) Penilaian atau Alokasi (Valuation or Alocation/ VA)
Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya.

e) Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure/ PD)


Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah kompone-
komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban yang
diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang d neraca tidak akan jatuh tempuh dalam
waktu satu tahun.

Bukti audit dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Selain catatan akuntansi, auditor juga mengumpulkan bukti dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap perhitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan
keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
 Data Akuntansi
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum,
dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang
mendukung laporan keuangan.
Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan :
1) Menganalisis dan me-review,
2) Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi
dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan,
3) Menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan
dengan penerapan informasi yang sama.
 Informasi Penguat
Informasi penguat meliputi :
 Segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan
pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui,
 Informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan,
inspeksi dan pemeriksaan fisik,
 Informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan dalam akun-akun dan asersi dalam
laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor untuk
diaudit.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit. Hal itu dinyatakan
secara jelas dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, yang menyatakan bahwa :

“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inpeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan audit.”

Kecukupan Bukti Audit


Cukup atau tidaknya bukti Audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan
cukup atau tidaknya bukti audit adalah :
a. Materialitas
Materialistis ditujukan untuk derajat signifikansi dari kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan bagi pengguna laporan keuangan. Auditor harus membuat pendapat
pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Ada hubungan terbalik antara
tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat
materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat
materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan sedikit. Tingkat materialitas yang
ditentukan rendah berarti tolerable misstatement rendah. Rendahnya salah saji yang dapat
ditoleransi menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin
tidak ada salah saji material yang terjadi.

Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas saldo akun
dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material terhadap laporan keuangan
lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang tidak material. Di samping itu, akun
yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan lebih banyak memerlukan
bukti daripada akun yang berisiko rendah terjadi salah saji.

b. Risiko Audit
Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya mungkin
disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian internalnya gagal untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam asersi.

Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti juga
tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya.
Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih
banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak
kuantitas bukti yang diperlukan.

Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan.
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti
yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan dan risiko
pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko bawaan,
semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian, semakin
banyak bukti yang diperlukan.

c. Ukuran dan Karakteristik


Pengumpulan bukti audit dan pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar
sampling. Ada hubungan searah antara besar populasi dengan besar sampling yang harus
diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya semakin besar jumlah sampel
bukti audit yang harus diambil dari populasinya. Sebaliknya, semakin kecil populasi semakin
kecil jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi.

Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabelitas item individual


yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel dan informasi
yang lebih kuat atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi
yang seragam.

Kompetensi Bukti Audit


Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat.
 Kompetensi data akuntansi
Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian
intern.
 Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini:
a. Relevansi.
Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
b. Sumber.
Bukti audit yan berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.
c. Ketepatan waktu.
Berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh auditor.
d. Objektivitas.
Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan bukti yang
bersifat subjektif.

PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit adalah metode yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.

a) Prosedur Analitis
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis
vertikal dan laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data
historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik.
b) Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan serta pemeriksaan
sumberdaya berwujud. Melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau
mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau item-item yang dipertanyakan.
c) Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien.

d) Permintaan Keterangan
Pemintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tulisan dari
auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau
karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan
keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
e) Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah: (1) perhitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada. Hal ini akan
menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada. (2)
akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yag telah dicetak. Hal ini dapat
meneydiakan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti
yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
f) Penelusuran
Dalam penelusuran yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang, auditor (1)
memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar
dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar)
g) Pemeriksaan Bukti Pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai
dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan
akuntansi.
h) Pengamatan
Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa
kegiatan atau proses. Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-up, dan dengan
bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi
untuk pengujian audit tersebut.
i) Pelaksanaan Ulang
Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu
untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian intern
yang telah dirumuskan.

j) Teknik Berbantuan Komputer


Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor
dapat menggunakan teknik berbantuan komputer untuk membantu melaksanakan
beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya.

PROGRAM AUDIT
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit, auditor
harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus
mempersiapkan suatu program audit tertulis untuk setiap audit. Maksud suatu program audit
adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan dilaksankan selama audit
berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh
auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga
mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit
top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit.
KERTAS KERJA
Dokumen bukti audit disediakan dalam kertas kerja. Kertas kerja berfungsi sebagai
catatan yang disimpan oleh auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang
dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan
dengan auditnya.

Isi Kertas Kerja Audit


Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
1. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik
2. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman memadai
atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk merencakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur audit telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksankan, yang
memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja


Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk;
1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan
2. Menguatkan kesimpulan-kesimpulan auditor dan kompetensi auditnya.
3. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit
4. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

Manfaat Kertas Kerja Audit


1. Merupakan dasar penyusunan laporan hasil hasil audit.
2. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana
audit.
3. Merupakan alat pembuktian dari hasil laporan audit.
4. Menyajikan data untuk keperluan referensi.
5. Merupakan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya.
Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan oleh Auditor Dalam Pembuatan Kertas Kerja
yang Baik
Kecakapan teknis dan keahlian profesional seoran auditor independen akan tercermin
pada kertas kerja yang dibuatnya. Untuk memenuhi itu, ada lima faktor yang yang
harus diperhatikan:

- Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti:


• Berisi semua hal yang pokok. Auditor harus dapat menentukan komposisi sema
data pentingyang harus dicantumkan dalam kertas kerja.
• Tidak memerlukan tembahan penjelasan secara lisan.
- Teliti. Dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian dalam
penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan
perhitungan.
- Ringkas. Kadang-kadang auditor yang belum berpengalaman melakukan kesalah
dengan melaksanakan audit dengan tidak relevan dengan tujuan audit.

- Jelas. Kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan


memeriksa kertas kerja perlu diusahaka oleh auditor.

- Rapi. Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja
akan membantu auditor senior dalam me-reviewhasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

Jenis Kertas Kerja


Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis tersebut
meliputi :
- Kertas Kerja Neraca Saldo (Working Trial Balance)
Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku besar
tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian, saldo
setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit). Dicantumkannya
saldo akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya akan mempermudah pelaksanaan
proses analitis tertentu. Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling
penting di dalam audit karena :

 Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang
dilaporkan dalam laporan keuangan
 Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
 Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan
- Skedul dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja (working
paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap kertas kerja
yang memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas kerja neraca saldo.
Apabila beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan pelaporan, maka harus
disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau sering juga disebut sebagai
skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan akun masing-masing buku besar
yang ada dalam kelompok tersebut, skedul utama juga mengindentifikasi skedul atau
analisis kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-
masing akun dalam kelompok tersebut.

- Memoranda Audit dan Informasi Penguat


Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun oleh
auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar atas pelaksanaan
prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan, (2) temuan- temuan, dan
(3) kesimpulan audit. Sebagai contoh, auditor dapat menulis sebuah memo yang
berisikan ikhtisar dari lingkup konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan- temuan, dan
kesimpulan audit berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh. Selain itu auditor juga dapat
menyusun memoranda audit untuk mendokumentasikan informasi penguat sebagai
berikut :
1. Salinan risalah rapat dewan direksi
2. Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
organisasi.
3. Salinan kontrak-kontrak penting

- Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi


Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalahan klien
sebagai akibat pengabaian atau salah dalam penerapan GAAP (Prinsip akuntansi
berlaku umum). Oleh karena itu, pada akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama akan dianggap material, dengan harapan akan dicatat oleh
klien sehingga saldo buku besar dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal
reklasifikasi berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang benar dengan saldo
akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal reklasifikasi hampir sama dengan ayat
jurnal penyesuaian, namun pengaruh material pada ayat jurnal reklasifikasi masih
harus dibuat terlebih dahulu. Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal
reklasifikasi pada awalnya dirancang sebagai “ayat jurnal yang diusulkan”, karena
pertimbangan akhir yang harus dibuat auditor atas ayat jurnal tersebut mungkin tidak
akan terjadi sampai audit tersebut berakhir. Pada akhirnya susunan setiap ayat jurnal
yang diusulkan tersebut harus dicatat dalam kertas kerja. Namun, apabila klien
menolak untuk membuat ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi yang
dianggap penting oleh auditor, maka auditor akan melakukan modifikasi seperlunya
atas laporan auditor.

Menyusun kertas Kerja


Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja yang baik
adalah sebagai berikut ini :

1. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif
yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, , serta tanggal neraca
atau periode yang menjadi ruang lingkup audit.

2. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1,
dan seterusnya.

3. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari
kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi
referensi silang.

4. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam auditor
telah melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda
pengecekan tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi
tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas
kerja tersebut.

5. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan


masing- masing tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut
harus membubuhkan paraf dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini
diperlukan untuk menetapkan tanggung jawab atas pekerjaan dan review yang
dilaksanakan.
Me-review Kertas Kerja
Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam suatu kantor CPA.
Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun, seperti atasan atau
manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam suatu audit telah
diselesaikan. Pihak yang melakukan review terutama menekankan perhatian pada lingkup
pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang tela dicapai
oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan telah
diselesaikan semuanya.

Pengarsipan Kertas Kerja


Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut; (1) file
permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data
yang diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan dengan klien
di masa mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file) memuat informasi
penguat yang berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja. Pada
umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah :

 Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien


 Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur
 Struktur organisasi
 Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
 Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi.

Anda mungkin juga menyukai