BUKTI AUDIT
KELOMPOK 6
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan opini nya . Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut,
auditor harus memperoleh dan mengevaluasi bukti. Sebagian besar waktu audit sebenarnya
tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut.
b) Kelengkapan (Completeness/ C)
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa semua pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan.
Bukti audit dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Selain catatan akuntansi, auditor juga mengumpulkan bukti dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap perhitungan fisik sediaan, mengajukan permintaan
keterangan, dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber di luar perusahaan klien.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Data Akuntansi
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum,
dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang
mendukung laporan keuangan.
Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan :
1) Menganalisis dan me-review,
2) Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi
dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan,
3) Menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah-jumlah yang berhubungan
dengan penerapan informasi yang sama.
Informasi Penguat
Informasi penguat meliputi :
Segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan
pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui,
Informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan,
inspeksi dan pemeriksaan fisik,
Informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan dalam akun-akun dan asersi dalam
laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor untuk
diaudit.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit. Hal itu dinyatakan
secara jelas dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, yang menyatakan bahwa :
“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inpeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan audit.”
Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas saldo akun
dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material terhadap laporan keuangan
lebih banyak memerlukan bukti daripada akun yang tidak material. Di samping itu, akun
yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan lebih banyak memerlukan
bukti daripada akun yang berisiko rendah terjadi salah saji.
b. Risiko Audit
Risiko salah saji material ditujukan pada risiko bawaan yang asersinya mungkin
disalahsajikan dan risiko pengendalian yang mana pengendalian internalnya gagal untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam asersi.
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audit berarti juga
tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya.
Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih
banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak
kuantitas bukti yang diperlukan.
Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang diperlukan.
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti
yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan dan risiko
pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko bawaan,
semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian, semakin
banyak bukti yang diperlukan.
PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit adalah metode yang digunakan oleh para auditor untuk mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.
a) Prosedur Analitis
Prosedur ini meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana, analisis
vertikal dan laporan presentase, perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data
historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis dan statistik.
b) Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan serta pemeriksaan
sumberdaya berwujud. Melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau
mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan atau item-item yang dipertanyakan.
c) Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan
auditor memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar
organisasi klien.
d) Permintaan Keterangan
Pemintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tulisan dari
auditor. Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau
karyawan, umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah
dilaksanakannya prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan
keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.
e) Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah: (1) perhitungan fisik
sumberdaya berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada. Hal ini akan
menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah yang ada. (2)
akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut yag telah dicetak. Hal ini dapat
meneydiakan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti
yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi.
f) Penelusuran
Dalam penelusuran yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang, auditor (1)
memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan
bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar
dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar)
g) Pemeriksaan Bukti Pendukung
Pemeriksaan bukti pendukung meliputi (1) pemilihan ayat jurnal dalam catatan
akuntansi, dan (2) mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai
dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan
akuntansi.
h) Pengamatan
Pengamatan berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa
kegiatan atau proses. Biasanya pengamatan memberikan bukti bottom-up, dan dengan
bukti bottom-up lainnya auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi
untuk pengujian audit tersebut.
i) Pelaksanaan Ulang
Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu
untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian intern
yang telah dirumuskan.
PROGRAM AUDIT
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit, auditor
harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus
mempersiapkan suatu program audit tertulis untuk setiap audit. Maksud suatu program audit
adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan dilaksankan selama audit
berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh
auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga
mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit
top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit.
KERTAS KERJA
Dokumen bukti audit disediakan dalam kertas kerja. Kertas kerja berfungsi sebagai
catatan yang disimpan oleh auditor tentang prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang
dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan
dengan auditnya.
- Rapi. Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja
akan membantu auditor senior dalam me-reviewhasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.
Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang
dilaporkan dalam laporan keuangan
Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan
- Skedul dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja (working
paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap kertas kerja
yang memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas kerja neraca saldo.
Apabila beberapa akun buku besar digabung untuk tujuan pelaporan, maka harus
disusun sebuah skedul kelompok (group schedule) atau sering juga disebut sebagai
skedul utama (lead schedule). Selain menunjukkan akun masing-masing buku besar
yang ada dalam kelompok tersebut, skedul utama juga mengindentifikasi skedul atau
analisis kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-
masing akun dalam kelompok tersebut.
1. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif
yang dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, , serta tanggal neraca
atau periode yang menjadi ruang lingkup audit.
2. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau
nomor referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1,
dan seterusnya.
3. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari
kertas kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi
referensi silang.
4. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam auditor
telah melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda
pengecekan tersebut diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi
tambahan tentang item tersebut dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas
kerja tersebut.