Anda di halaman 1dari 17

AUDIT EVIDENCE AND AUDIT

PROGRAMS
CASE HANLON, INC

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS


RIAU
PEKANBARU
2016
BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE), PROSEDUR ANALITIK,
PROSES KONFIRMASI, DAN KERTAS KERJA

Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat


tentang apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau
dikenal dengan GAAP. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang
cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Di
samping itu pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh (Boynton,dkk) :
1. Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien.
2. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku
dan catatan klien.
3. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan.

4. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian.

A. Bukti Audit
Menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 225) mendefinisikan bukti audit
adalah sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Mulyadi (2002)

Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada

Standar pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi: " Bukti audit kompeten yang
cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan
dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan.
Dapat disimpulkan bahwa bukti audit adalah Segala informasi yang
mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan, yang digunakan
auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran
laporan keuangan.
B. Jenis Bukti Audit
1. Bukti pendukung laporan keuangan (data akuntansi)
Bisa berupa jurnal, buku besar, buku pembantu serta buku pedoman
akuntansi.
2. Bukti Penguat
Berbagai bentuk dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen
rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui;
informasi

yang

diperoleh

auditor

melalui

permintaan

keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi),


inspeksi (inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination); serta
informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang
kuat.
3. Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama
kas dan persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva
berwujud. Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva
merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva

yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang
paling bisa dipercaya.
4. Konfirmasi (confirmation)
Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang
memverifikasi kecermatan informasi tertentu yang diminta auditor,
informasi bersifat faktual, memiliki tingkat keandalan yang tinggi.
5. Perbandingan (analytycal evidence)
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna
penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap
perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo
yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.bukti diperoleh melalui
penggunaan perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya
indikasi salah saji material, tingkat keandalan bergantung pada data yang
digunakan,contoh pembandingan saldo atau rasio dengan data tahun lalu
dan budget & rata-rata industri.
C. Lima golongan asersi pelaporan keuangan
1. Keberadaaan atau keterjadiannya (exitence or occurrence)
Asersi tentang keberadaan atau terjadinya hubungan apakah aktiva
atau hutang perusahaan benar-benar ada pada tanggal neraca dan transaksitransaksi yang tercatat telah terjadi selama periode tertentu. Auditor harus
substantif dalam melakukan pengujian , yang menetapkan bahwa semua
asset dan ekuitas yang ada pada neraca sesuai dengan tanggal dan beban,
pendapatan, dan kerugian yang terdapat dalam laporan laporan laporan
laba rugi.
Sebagai contoh Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa
sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk
dijual. Begitu pula, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam
laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas
atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
2. Kelengkapannya ( completeness)
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua
transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan
telah dicantumkan di dalamnya. Asersi kelenkapan sangat dibutuhkan oleh

auditor dimana untuk melihat apakah dalam penyajian laporan keuangan


nya da yang kurang atau tidak atau penghilangan komponen.
3. Hak dan Kewajiban (right and obligation)
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah
aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal tertentu.
4. Penilaian atau alokasi ( valuation or allocation)
Asersi tentang penilaian atau alokasi (valuation and allocation)
berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada
jumlah yang semestinya.
5. Penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure)
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure) berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu
laporan

keuangan

diklasifikasikan,

dijelaskan,

dan

diungkapkan

semestinya.
D. Kompetensi Bukti Audit
1. Relevan ( relevance)
Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan
diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat terpercaya.
2. Indepedensi penyedia bukti (sumber)
Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih
dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas.Bukti
audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik,
observasi, perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada
informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
3. Ketetapan waktu
Mengaju pada kapan bukti audit dikumpulkan atau berlakunya bukti
audit itu sendiri.
4. Objektivitas
bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang
membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti
tersebut memang benar.
E. Prosedur Audit
1. Prosedur analitis (analytical procedures)

Prosedur analitis ini terdiri dari penelitian dan perbandingan


hubungan diantara data. Prosedur ini meliputi perhitungan dan
2.

penggunaan rasio-rasio sederhana


Inspeksi (inspecting)
Meurupakan pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatn, serta
pemeriksaan sumber daya terwujud. Memeriksa sumber daya berwujud
memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung keberadaan
dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi

3.

juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik.


Konfirmasi (confirming)
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari

4.

sumber independen di luar organisasi klien.


Permintaan keterangan (inquiring)
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara
lisan atau tertulis oleh auditor. Permintaan keterangan tersebut
biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan, umumnya
berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya
prosedur analitis atau permintaan keterangan yang berkaitan dengan

5.

keusangan persediaan atau piutang yang dapat ditagih.


Perhitungan (counting)
Penerapan prosedur menghitung yang paling umum dilakukan
adalah melakukan perhitungan fisik atas barang-barang berwujud
menghitung dokumen bernomor tercetak Tindaka yang pertama
dimaksudkan untuk mengevaluasi bukti fisik dari jumlah yang ada di
tangan sedangkan yang kedua merupakan cara untuk mengevaluasi
bukti dokumen khususnya yang berkaitan dengan kelengkapan catatan

6.

akuntansi.
Penelusuran (tracing)
Yang biasa dilakukan adalah memilih dokumen yang di buat
pada saat transaksi terjadi menentukan bahwa dokumen pada transaksi
tersebut telah dicatat dengan tepat dalam catatan akuntansi.

7.

Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)


Meliputi memilih ayat jurnal dalam catatn akuntansi dan
mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan untuk
dasar ayta jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian

8.

pencatatan akuntansi
Pengamatan (observing)
Aktivitas ini merupakan kegiatan yang rutin dari tipe transaksi, yang
mana merpakan salah satu prosedur audit dengan memperhatikan dan

9.

menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan ataupun prosesnya


Pelaksanaan ulang (reperforming)
Auditor juga bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam proses
transaksi tertentu untuk memastikan bahwa proses yang telah
dilakukan klien sesuai dengan prosedur dan kebijakan pengendalian

yang telah di tetapkan.


10.
Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit
techniques).
Karakteristik Bukti Audit
Menurut Kontrath (2002) menjelaskan bahwa bukti audit terdiri dari fakta-fakta
dan penalaran-penalaran yang mempengaruhi permikiran auditor. Bukti audit
tersebut adalah :
1. Bukti faktual (Factual Evidence)
adalah bukti langsung dan secara umum dianggap lebih kuat daripada
bukti hasil penalaran. Contoh : Pengamatan atas persediaan untuk
meyakinkan eksistensinya.
2. Bukti hasil penalaran (Inferential Evidence)
Tipe Bukti Audit
Menurut Konrath ada 6 tipe bukti audit, yaitu:
a. Physical evidence : terdiri dari segala sesuatu yang bisa dihitung,
dipelihara, diobservasi, atau diinspeksi, dan terutama mendukung tujuan
eksistensi atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-bikti phisik yang

diperoleh dari kas opname, observasi fisik dari perhitungan persediaan,


pemeriksaan fisik surat berharga dan inventarisasi aktiva tetap.
b. Evidence obtain through confirmation : bukti yang diperoleh mengenai
eksistensi, kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar
klien. Contohnya jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi,
surat berharga yang disimpan biro adminisrtrasi.
c. Documentary evidence : terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh
dokumen pendukung transaksi. Contohnya faktur pembelian, copy faktur
penjualan, journal voucher, general lerger, dan sub lerger.
d. Mathematical evidence : merupakan perhitungan kembali
rekonsiliasi

yang

dilakukan

auditor.

Misalnya footing,

dan
cross

footing, dan extension dari rincian persediaan perhitungan dan alokasi


beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aktiva
tetap, PPh dan accruals.
e. Analytical evidence bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis
terhadap informasi keuangan klien. Prosedur analitis bisa dilakukan dalam
bentuk:
1. Trend (horizontal) analysis, yaitu membandingkan angka-angka
laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan
menyelidiki kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah
rupiah maupun persentase.
2. Common Size (vertical) Analysis
3. Ratio Analysis, misalnya menghitung menghitung ratio likuiditas,
rasio profitabilitas, rasio leverage, dan rasio manajemen aset.
f. Hearsay evidence : bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaanpertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigen
liabilities, persediaan yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting
sesudah tanggal neraca dan lain-lain.
Berdasarkan fungsinya, bukti audit dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan
bukti, yaitu :

a. Bukti Utama (Promary Evidence), yaitu bukti yang dapat menghasilkan


kepastian yang paling kuat atas fakta, misalnya : dikumen asli mengenai
perjanjian/komitmen/kontrak yang ditandatangani.
b. Bukti Tambahan (Secondary Evidence), yaitu bukti yang dapat diterima
bila bukti utama ternyata hilang atau rusak, atau dapat pula diterima bila
dapat ditunjukan bahwa bukti ini merupakan pencerminan yang layak atas
bukti utama, misalnya : tembusan dokumen kontrak.
c. Bukti Langsung (Direct Evidence), yaitu bukti yang menunjukkan fakta
tanpa kesimpulan ataupun anggapan. Bukti ini cenderung untuk menunjukkan
fakta atau materi yang dipersoalkan tanpa melibatkan bukti lain. Suatu bukti
dapat dikatakan sebagai bukti langsung bila dikuatkan oleh pihak-pihak yang
mempunyai pengetahuan nyata mengenai persoalan yang bersangkutan
dengan menyaksikan sendiri.
d. Bukti Tidak Langsung (Circumtantial Evidence), yaitu bukti yang
cenderung untuk menetapkan suatu fakta dengan pembuktian fakta lain yang
setaraf dengan fakta utama, misalnya : penerimaan barang yang diselesaikan
terlalu singkat oleh Bagian Penerimaan dapat menunjukkan bukti tidak
langsung

bahwa

petugas

penerimaan

tidak

memeriksa/menghitung

penerimaan, atau memeriksa/ menghitungnya tetapi tidak cermat.


e. Bukti Pendukung (Corraborative Evidence), yaitu merupakan bukti
tambahan dari suatu karakter yang berbeda tetapi digunakan untuk tujuan
yang sama, misalnya : Pernyataan bahwa dokumen yang diserahkan kepada
auditor merupakan foto copyyang benar dan tidak dimanupulasi.
AUDIT PROGRAM
1. pengertian dan tujuan audit program
Audit program merupakan kumpulan prosedur audit (dibuat tertulis ) yang
rinci dan dijalankan untuk mencapai tujuan audit ( akan lebih baik jika audit
program dibuat terpisah untuk compliance test dan substantive test. Tujuan audit
program :untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan oleh manajemen
dari sisieksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian
atau alokasi serta panyjian dan pengungkapan dapat dipercaya, wajar dan tidak

menyesatkan terhadap pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan


tersebut.
Manfaat audit program
a. Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan asisten dan intruksi
b. Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan dan pengendalian
pemeriksaan
c. Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakkan klien
d. disusun setelah audit plan (tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai)
e. disusun secara standarisasi untuk semua klien
Audit Program yamg baik mencamtumkan :
1. Tujuan pemeriksaan (audit objective)
2. Prosedur audit yang akan dijalankan
3. Kesimpulan pemeriksaan
Prosedur audit program :
1. Prosedur audit program untuk compliance test
2. Prosedur audit program untuk substantive test
3. Prosedur audit program untuk keduanya

Perencaan Audit dan Hubungannya dengan Prosedur Audit


Bukti audit dapat berupa :
1. Data Akuntansi
a. Buku jurnal
b. Buku besar dan buku pembantu
c. Buku pedoman akuntansi
d. Memorandum dan catatan tak resmi (kertas kerja, rekonsiliasi,
penghitungan)
2 Informasi Penguat
a. Dokumen (cek, faktur, surat kontrak, notulen)
b. Konfirmasi dan pernyataan dari pihak yang mengetahui
c. Informasi yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan
d. Informasi lain yang dikembangkan atau tersedia bagi auditor

e.

Penggolongan Prosedur Audit


Haryono Jusup (2001: 142) mengklasifikasikan prosedur audit menjadi tiga

macam yaitu (1) Prosedur untuk mendapatkan pemahaman mengenai struktur


pengendalian intern, (2) Pengujian pengendalian dan (3) Pengujian substantif.
Prosedur yang pertama yaitu dengan memahami struktur pengendalian intern pada
perusahaan dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada pihak manajemen
terkait kebijakan, prosedur pengendalian intern dan flowchart. Prosedur kedua
yaitu dengan melakukan pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti
tentang keefektifan rancangan dan pengoperasian kebijakan dan prosedur
pengendalian intern yang ada di perusahaan, sedangkan prosedur ketiga
(pengujian substantif) dimaksudkan untuk mendapatkan bukti tentang kewajaran
asersi asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Audit workpapers (Kertas Kerja Pemeriksaan)
Pengertian :
Dokumen yang berisi seluruh informasi yang diperoleh, analisis yang dibuat, dan
kesimpulan yang didapat selama melaksanakan audit. Kertas kerja pemeriksaan
terdiri dari semua dokumen yang dibuat sendiri dan juga yang diperoleh dari hasil
kerja auditor sebagai dasar informasi yang dipakai untuk membuat suatu
kesimpulan dan opini.
Menurut SA seksi 339 Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan
oleh auditor tentang prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang
dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya. Contoh kertas kerja adalah program audit, analisis,
memorandum, surat konfirmasi, representasi, ikhtisar dari dokumen-dokumen
perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Kertas
kerja dapat pula berupa data yang disimpan dalam pita magnetik, film, atau media
yang lain.
Kegunaan kertas kerja pemeriksaan adalah sebagai berikut:

1. Bahan bukti dalam memebrikan pendapat dan saran perbaikan (audit


report).
2. Membantu dalam merencanakan, menjalankan, dan mereview proses
audit.
3. Memungkinkan atasan untuk langsung menilai bahwa pekerjaan yang
didelegasikan telah dilaksanakan dengan baik.
4. Membantu auditor untuk menilai hasil kerja yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana, dan mencangkup semua aspek finansial serta operasional
yang dapat dijadikan pedoman untuk memebrikan pendapat dan saran
perbaikan.
5. Sebagai dasar bahwa prosedur audit telah diikuti, pengujian telah
dilakukan, sebab-sebab masalah diketahui, dan akibat dari masalah
diungkapkan untuk mendukung pendapat (opini) dan saran (perbaikan
yang diberikan).
6. Memungkinkan staf auditor lain untuk dapat menyesuaikan dengan tugas
yang diberikan dari periode ke periode sesuai dengan rencana penggatian
staf audit.
7. Sebagai alat bantu untuk mengembangkan profesionalisme bagi Internal
Audit Division.
Menunjukkan kepada pihak lain bahwa suatu pekerjaan audit telah dilaksanakan
sesuai dengan standar keahlian yang dimiliki oleh staf audit hingga laporan
evaluasi akhir yang sesuai dengan audit proses.
Tujuan Kertas Kerja Auditor

Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit

Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya

Mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap

Pengarsipan kertas kerja audit :


Current file :
arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun berjalan,

informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun yang
diperiksa
Contoh :
Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank, Rincian piutang,
Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.
Permanent file :
merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode pengauditan.
Contoh : Akte pendirian,Accounting manual (pedoman akuntansi), Kontrak
kontrak, Notulen rapat.

Tujuan permanent file :


1. Sebagai

acuan

yang

digunakan

untuk

pemeriksaan

tahun-tahun

mendatang.
2. Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff
yang baru pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.
3. Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari
tahun ke tahun.
Tipe Kertas Kerja
a.

Program Audit

Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu,
sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti
audit

tertentu

yang

harus

diperoleh

pada

saat

tertentu

dalam

audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus
diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan
indeks kertas kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit
berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal
pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit. Program audit dapat digunakan untuk
merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta

komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam
yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai
supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang berlangsung.
b. Working Trial Balance
Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar
yang akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya., kolom-kolom
untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta
saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan
auditan (audited financial statements). Working trial balance ini merupaka daftar
permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun
yang tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses
audit, working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan
penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klien serta saldo akhir
tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Dari kolom
terakhir

dalam working

trial

balance tersebut,

auditor

menyajikan draft finallaporan keuangan klien setelah diaudit oleh auditor. Draf
final inilah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dilampirkan pada
laporan audit.
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan
auditan. Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan
skedul pendukung (supporting schedules).
2. Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam
skedul utama ( lead schedules atau top schedules) dan ringkasan
jurnal adjustment.
3. Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan
jurnal adjustmentke dalam working trial balance.
4. Penyusunan laporan keuangan auditan.

Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja
(work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa tahap
sebagai berikut :
a)

Pengumpulan bukti transaksi.

b)

Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu.

c)

Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar.

d)

Pembuatan lembar kerja (work sheet)

e)

Penyajian laporan keuangan.

c. Ringkasan Jurnal Adjusment


Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam
laporan keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan
tersebut, auditor membuat draft jurnaladjustment yang nantinya akan dibicarakan
dengan klien. Di samping itu, auditor juga membuat jurnal penggolonga kembali
(reclassification entries) untuk unsure, yang mekipun tidak salah dicatat oleh
klien namun untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang wajar, harus
digolongkan kembali.
d. Skedul Utama (lead schedule atau top schedule)
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul
utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis,
yang jumlah saldonya akan dicantumkan di dalam laporan keuangan dalam satu
jumlah.
e. Skedul Pendukung (supporting schedule)
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum
dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja
pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasional yang

dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan


yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsurunsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan,
pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut.
Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh
auditor.

Isi Kertas Kerja Audit


Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok
dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar
auditing yang dapat diterapkan telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi
dokumentasi yang memperlihatkan (Boynton,dkk) :

Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang


menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah


diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang telah dilakukan.

Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan


dan pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten
yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar
pekerjaan lapangan yang ketiga.

Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit

Ada empat tehnik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja.
Keempat tehnik tersebut adalah (Boynton,dkk) :
1. Pembuatan heading.
2. Nomor indeks
3. Tick marks
4. Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal
pembuatan serta penelaahan.
Intial Audit Vs Recurring Audit
Intial Audit merupakan pemeriksaan yang dilakukan pertama kali. Recurring
Audit merupakan pengulangan kembali pemeriksaan dengan klien yang sama
untuk tahun berikutnya. Pada umumnya, jenis , waktu dan banyaknya bukti audit
untuk intial audit tidak sama dengan recurring audit.
Di dalam intial audit, mengkaji dan mengevaluasi dari pengendalian internal serta
memngkaji dari bisnis dan industri yang membutuhkan lebih banyak waktu,
dikarenakan auditor tidak familiar dengan keadaan klien. Di dalam reccuring
audit, auditor melihat perubahan yang signifikan di dalam sistem kontrol dan
operasi, dan lebih mengenali karakter khusus dalam perusahaan tersebut. Untuk
menentukan kewajaran dari neraca, auditor dalam intial audit harus memulai dari
saldo masing-masing. Untuk assets, seperti mesin dan peralatan, bangunan,
kendaraan dan truk, dan beberapa aktiva tetap , biasanya memerlukan penilian
dari transaksi beberapa tahun.
KEPEMILIKAN DAN PENYIMPANAN KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas
kerja masih tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat
rahasia dengan klien.
Seringkali kertas kerja tertentu auditor dapat berfungsi sebagai sumber
acuan bagi kliennya, namun kertas kerja harus tidak dipandang sebagai bagian
dari, atau sebagai pengganti terhadap, catatan akuntansi klien.
Auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas

kerja dan harus menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan
praktiknya dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpan
dokumen.

Anda mungkin juga menyukai