BUKTI AUDIT
PENGANTAR
Bukti Audit merupakan dokumen pendukung atas pemeriksaaan yang telah dilakukan
oleh seorang auditor, dimana di dalam bukti audit tersebut meliputi angka-angka yang bersifat
informasi atas laporan keuangan yang akan disampaikan oleh auditor kepada kliennya
.
TUJUAN PERKULIAHAN
DESKRIPSI MATERI :
1. Pendahuluan
Menurut Mulyadi (2002), “bukti audit adalah segala informasi yang mendukung
angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.”
Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
(2003), “bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menentukan kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan.”
atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada
pertimbangan auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda
dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat.
Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang
2. Tipe Audit
Menurut Mulyadi (2002), tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua
golongan:
1. Pengendalian intern
Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus
auditor lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih
banyak.
2. Catatan akuntansi
akuntansi tersebut.
1. Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh
2. Bukti dokumenter dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka
golongan
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang
Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan
yang sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen,
pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan kemungkinan
5. Perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk
komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit
atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah
terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa
sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu
menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya
akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.
Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa
dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat
asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan
hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang
dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas kekayaan yang
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam
Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca
kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa
jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi diklasifikasikan dan
diungkapkan semestinya.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan
relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan
bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum mengenai dapat
diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada pengecualian penting yang
ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, anggapan berikut ini
mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lain tidak bersifat
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
Kompetensi bukti yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor,
yaitu:
Relevansi
Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud
Sumber
Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar perusahaan yang
independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini
memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar daripada yang dihasilkan
waktu sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan
rekening laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui
Objektifitas
Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti
subjektif. Dalam menelaah bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus
audit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan
kemungkinan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
mendukung atau berlawanan dengan asersi dalam laporan keuangan. Bila auditor
masih tetap ragu-ragu untuk mempercayai suatu asersi yang material, maka ia harus