Anda di halaman 1dari 6

Nama: Miftakhul Huda

NPK: 2023.16.0015
PPAK Angkatan 16

Resume Audit dan Asurans


Bab VIII: Bukti Audit, Prosedur dan Dokumentasi Audit

8.1 Bukti Audit


SA 500 menyebutkan bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menarik kesimpulan sebagai basis opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang
terkandung dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan maupun informasi
lainnya.

A. Kesesuaian dan Kecukupan Bukti


Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi
untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
Kecukupan (bukti audit): ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang diperlukan
dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material dan juga kualitas
bukti audit tersebut.
Ketepatan (bukti audit): ukuran tentang kualitas bukti audit. Bukti audit dianggap berkualitas
jika bukti tersebut relevan dan andal dalam mendukung kesimpulan yang dijadikan basis
opini auditor.

B. Jenis Bukti Audit


1. Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat
dipercayainya data akuntansi. "Kuat dan lemahnya struktur pengendalian intern merupakan
indikator utama untuk menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu,
struktur pengendalian intern merupakan bukti yang kuat untuk menentukan dapat atau
tidaknya informasi keuangan dipercaya.

2. Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan.
Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung
auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan
kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang
paling bisa dipercaya.
Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi, penghitungan, dan
observasi. Pada umumnya, biaya memperoleh bukti fisik sangat tinggi. Bukti fisik berkaitan
erat dengan asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.

3. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat
laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan objek yang diperiksa
dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan objek audit.
Objek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat dipercayainya catatan akuntansi
tergantung kuat lemahnya struktur pengendalian intern.

4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari
pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang
berdampak terhadap asersi laporan keuangan. "Konfirmasi merupakan bukti yang sangat
tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung
dan tertulis. "Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya. Ada tiga jenis
konfirmasi yaitu
a. "Konfirmasi positif”, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
b. “Blank Confirmation”, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
c. "Konfirmasi negatif”, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan
jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang ditanyakan.

5. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. (enurut sumber dan tingkat
kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung.
b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien.
c. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.

Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank,
dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber dokumen,
cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat
kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen.

6. Bukti Surat Pernyataan Tertulis


Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang
bertanggungjawab dan berpengatahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu.
Bukti suatu pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi klien maupun
sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis. Representasi tertulis yang dibuat oleh
manajemen merupakan bukti yang berasal dari organisasi klien. Surat pernyataan konsultan
hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien
merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga.

7. Penghitungan Kembali sebagai Bukti Matematis


Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor. Penghitungan
yang di auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan matematis. Bukti ini dapat
digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien

8. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia sehingga ia
mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisan. (Masala yang dapat
ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan,
pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat
maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan yang dinyatakan
merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit.

9. Bukti Analitis dan Perbandingan


Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau
standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar
untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan. "Keandalan bukti
analitis sangat tergantung pada relevansi data pembanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan keuangan tahun
berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perbandingan ini dilakukan
untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menilai penyebabnya. Bukti-bukti
ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan
pemeriksaan yang lebih mendalam.

10. Penilaian Bukti


Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan audit tertentu
telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan tidak memihak (bias)
dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit untuk memperoleh bukti
kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungkinan laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam
merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimbangkan relevansi bukti audit, terlepas
apakah bukti audit tersebut mendukung atau berlawanan dengan asersi dalam laporan
keuangan. Bila auditor masih tetap ragu-ragu untuk mempercayai suatu asersi yang material,
maka ia harus menangguhkan pemberian pendapatnya sampai ia mendapatkan bukti
kompeten yang cukup untuk menghilangkan keraguannya, atau ia harus menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat.

8.2 Prosedur dan Dokumentasi Audit


A. Jenis Prosedur Subtantif
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pengujian substantif menyediakan
bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancangan
pengujian substantif meliputi penentuan sebagai berikut:
a. Sifat pengujian
b. waktu pengujian
c. dan luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima untuk setiap asersi.

Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif, yaitu:


a) Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan terkait dengan kinerja tugas mereka.
b) Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas.
c) Menginspeksi dokumen dan catatan.
d) Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.
e) Konfirmasi.
f) Analisis
g) Tracing atau pengusutan.
h) Vouching atau penelusuran
B. Program Audit Subtantif
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, maka auditor harus menggunakan
prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian
substantif yang dapat digunakan, yaitu
1) Pengujian rinci atau detail saldo
Metodologi yang digunakan oleh auditor untuk merancang pengujian detail saldo akun
beorientasi pada tujuan spesifik audit. Pengujian detail saldo akun yang direncanakan
harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan.
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu (enilai
materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
a) Menetapkan risiko pengendalian.
b) merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.
c) merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesiFik audit
secara memuaskan.

Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian detail saldo tersebut, adalah
sama untuk setiap akun dalam laporan keuangan. Perancangan pengujian detail saldo
pada umumnya merupakan bagian yang paling sulit dilakukan. Hal ini disebabkan
perancangan pengujian detail saldo memerlukan pertimbangan profesional yang tinggi.

Bila diantara risiko deteksi yang ditentukan dihubungkan dengan pengujian rinci saldo
yang akan dilakukan maka akan jelas terlihat bahwa semakin rendah tingkat risiko,
semakin rinci dan teliti tindakan yang akan diambil.

2) Pengujian detail transaksi


Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan
a) Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.
b) Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.
c) Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan
buku pembantu.

Apabila auditor mempunyai keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dan
diposting secara tepat, maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku besar adalah
benar. Pengujian detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing dan vouching. Pada
pengujian detail transaksi ini, auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh
temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak
mengarahkan pengujian detail transaksi ini untuk memperoleh temuan tentang
penyimpangan atas kebijakan dan prosedur pengendalian.

Pada pengujian detail transaksi ini, auditor menggunakan bukti yang diperoleh untuk
mencapai suatu kesimpulan mengenai kewajaran saldo akun. Auditor biasanya
menggunakan dokumen yang tersedia pada file klien dalam pengujian ini. Efektivitas
pengujian detail transaksi tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan.
Pengujian detail transaksi pada umumnya lebih banyak menyita waktu daripada prosedur
analitis. Oleh karena itu, pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada
prosedur analitis. Meskipun demikian, pengujian detail transaksi lebih sedikit
membutuhkan biaya daripada pengujian detail saldo.

3) Prosedur analitis
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah#jumlah yang tercatat atau ratio yang
dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses
audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data
keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik
mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang
mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data.

Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di
antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang
sebaliknya. "Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan
ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi,
perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan mengevaluasi


hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya pengetahuan tentang
klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien. Pemahaman atas tujuan prosedur
analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu, identifikasi hubungan dan
jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil apabila membandingkan
jumlah yang tercatat dengan yang diharapkan, membutuhkan pertimbangan auditor.

Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:


a) Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.
b) Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
c) Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dala
mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain
a) Sifat asersi.
b) Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.
c) Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.
d) Ketepatan harapan.
C. Dokumentasi Audit (Kertas Kerja Audit)
Menurut SA 230 Dokumentasi audit: Dokumentasi atas prosedur audit yang telah
dilaksanakan, bukti audit yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh
auditor (istilah seperti “kertas kerja” juga kadang-kadang digunakan).

Dokumentasi audit yang memenuhi ketentuan SA ini dan ketentuan dokumentasi spesifik lain
sebagaimana yang tercantum dalam SA lain yang relevan memberikan:
(a) Bukti sebagai basis bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang pencapaian
tujuan keseluruhan auditor; dan
(b) Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan SA dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Dokumentasi audit juga berfungsi untuk memenuhi tujuan tambahan berikut ini:
o Membantu tim perikatan untuk merencanakan dan melaksanakan audit.
o Membantu anggota tim perikatan yang bertanggung jawab dalam supervisi untuk
mengarahkan dan mensupervisi proses audit, serta menunaikan tanggung jawab
penelaahan sebagaimana yang diatur dalam SA 220 (Revisi 2021).
o Memungkinkan tim perikatan untuk mempertanggungjawabkan pekerjaan mereka.
o Menyimpan catatan atas hal-hal signifikan yang berkelanjutan untuk audit di masa yang
akan datang.
o Memungkinkan dilaksanakannya penelaahan dan inspeksi atas pengendalian mutu sesuai
dengan SPM atau ketentuan setara lainnya.
o Memungkinkan dilaksanakannya inspeksi eksternal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau ketentuan lain yang berlaku.

Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas kerja masih tunduk
pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien. Seringkali kertas kerja
tertentu auditor dapat berfungsi sebagai sumbe acuan bagi kliennya, namun kertas kerja harus
tidak dipandang sebagai bagian dari, atau sebagai pengganti terhadap, catatan akuntansi klien.
Auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan
harus menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpan dokumen.

Anda mungkin juga menyukai