Hakekat Bukti
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan
yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka
memberikan opini atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validty) buti tersebut untuk tujuan audit
tergandung pada pertimbangan auditor independen.; dalam hal ini bukti audit (audit evidence)
berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang di atur secara tegas oleh peraturan yang
ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesumulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan opini atas lapoan keuangan auditan.
Bunyi teks yang tercandum dalam International Auditing Standart (ISA) 200 (Para. A28) berikut
ini:
Bukti audit penting untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti tersebut bersifat
komulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dugunakan selama pelaksanaan audit.
Namun demikian, bukt audit mencakup pula informasi yang diperoleh dari narasumber lain
seperti misalnya dari audit periode yang lalu atau prosedur kualitas pengendaliaan kliyen dalam
rangka memutuskan di terima atau dteruskannya penugasan. Selain dari sumber-sumber dalam
dan luar entitas, catatan akuntansi enttas yang diaudit merupakan sumber bukti audit yang
penting selain itu, informasi yang digunakan sebagai bukti audit bias pula berupa informasi yang
diberikan oleh seorang akhli yang disewa atau diberi penugasan oleh entitas. Bukti audit terdiri
dari informasi-informasi yang mendukung asersi tersebut. Dalam hal-hal tertentu,ketidaan
informasi (misalnya, karna manajemen menolak untuk memberikan informasi yang dberkan
auditor) yang digunakan oleh auditor, dan oleh karenanya juga merupakan bukti audit. Sebagian
besar pekerjaan auditor dalam rangka merumuskan opini auditor terdiri dari pekerjaan
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. (terjemahan dari ISA 200, para. A28.
Dari penyataan diatas, dapat kita rumuskan butir-butir penting dalam hakekat bukti audit, sebagai
berikut :
1. Prosedur audit
Prosedur audit adalah instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang diperoleh selama
audit berlangsung. Prosedur sering dinyatakan dengan intruksi yang cukup spesifik
sehingga auditor dapat mengikuti inttruksi tersebut selama semua audit berlangsung.
2. Ukuran sampel
Setelah menetapkan prosedur audit, seorang auditor harus menentukanukuran sampel
yang dipilih dari populasi. Keputusan tentang berapa banyak unsur yang akan dikaji
harus dibuat auditor untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan. Ukuran sampel
yang dipilih bisa berbeda-beda antara audit yang satudengan audit lainnya.
3. Unsur yang dipilih
Setelah menentukan ukuransampel untuk prosedur audit , auditor harus memutuskan
unsur-unsur mana dalampopulasi yang akan diuji.
4. Saat pelaksanaan prosedur
Audit atas laporan keuangan biasanya mencakup satu periode akuntansi tertentu,
misalnya satu tahun buku. Audit pada umumnya baru dapat diselesaikan beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah akhir periode akutansi dengan demikian, penerapan
prosedur-prosedur audit bisa dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal periode
sampai akhir periode akuntansi. Kadang-kadang penentuan saat pelaksanaan prosedur
audit dipengaruhi oleh kapan kliyen membutuhkan laporan audit.
5. Program audit
Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit untuk suatu bagian atau keseluruhan
audit. Program audit selalu berisi daftar prosedur audit dan juga biasanya mencakup
ukuran sampel, unsur yang dipilih, dan saat pelaksanaan pengujian. Pada umumnya,
auditor membuat program audit (yang berisi berbagai prosedur audit)untuk setiap
komponen audit, misalnya program audit untuk piutang usaha, satu dantaranya program
audit untuk penjualan, dan sebagainya.
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
A. Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapanyang
bersangkutan. Ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur yang dipilih.Ketepatan bukti
dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan atau lebih bisa dipercaya
Relevansi bukti
Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus diuji lebih dahulu oleh
auditor sebelum bisa dibuat sebagai bukti yang tepat. Prosedur yang relevan dalam hal ini adalah
menelusur suatu sampel bukti pengiriman barang ke duplikat faktur penjualan yang bersangkutan
untuk memastikan bahwa semua barang yang dikirim telah dbuat fakturnya.
Reabilitas bukti
Reabilitas bukti berkaitan dengan seberapa jauh bukti bisa dipercaya atau tingkat kepercayaan
atas suatu bukti. Sebagaimana halnya relevansi, apabila bukti bisa dipercaya, maka hal itu akan
membantu auditor dalam meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
B. Kecukupan bukti
Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang resiko kesalahan penyajian
material dan audit itu sendiri. Kecukupan bukti ini diukur degan ukuransampel yang dipilih
auditor. Terdapat dua faktor dalam menentukan ketepatan ukuransampel dalam audit, yaitu
ekspetasi auditor tentang kesalahan penyajian danefektivitas pengendalian internal dalam
organisasi klien.
Hubungan antara resiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit dilukisakan dalam gambar
5-1 di bawah ini. Dalam memahami gambar tersebut, hendaknya diingat bahwa tugas auditor
adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup. Ketepatan di pengaruhi
oleh relevansi dan rehabilitasi bukti. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan “berapa banyak
bukti” yang harus dikumpulkan. Baik ketepatan maupun kecukupan dipengaruhi oleh risiko yang
ada pada klien (yaitu profit risiko Inheren dan risiko pengendalian). Dalam keadaan
bagaimanapun, auitor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi.
Namun, mendapatkan bukti yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit
misalnya karena sistem akuntansi, klien menghasilkan bukti yang kurang relevan. Oleh karena
itu auditor belum mencari bukti pendukung yang berkualitas tinggi dari sumber diluar klien
Gambar 5-1 Hubungan antara risiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit
KETEPATAN
Relevansi Reliabilitas
RISIKO
F. Arsip Permanen
Berisi tentang data historis dan data yang bersifat berkelanjutan. File – file ini merupakan
sumber informasi tentang berbagai hal dalam audit yang berlaku dari tahun ke tahun.
Arsip permanen biasanya meliputi hal – hal berikut :
Ringkasan atau copy dokumen – dokumen yang berlaku secara berkelanjutan
seperti misalnya anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi,
dan kontrak – kontrak.
Analisis akun – akun tertentu dari tahun ke tahun yang berpengaruh terhadap
auditor. Misalnya utang jangka panjang, ekuitas pemegang saham, goodwill,
dan aset tetap.
Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian
internal dan penilaian risiko pengendalian. Meliputi, bagan organisasi, bagan
alir prosedur pengendalian, daftar pertanyaan, dan informasi pengendalian
internal lainnya.
Hasil prosedur analisis dari tahun – tahun yang lalu. Data ini meliputi, rasio
rasio dan presentase – presentase yang dihitung oleh auditor serta total saldo
atau saldo per bulan untuk akun – akun tertentu.
a. Program Audit. Standar audit mengharuskan adanya program audit tertulis untuk
setiap audit. Program audit biasanya ditempatkan dalam arsip terpisah untuk
meningkatkan koordinasi dan mengintegrasikan semua bagian audit
b. Informasi Umum. File audit juga memuat informasi dari tahun berjalan yang bersifat
umum misalnya perencanaan audit, ringkasan atau salinan notulen rapat dewan
komisaris, catatan hasil diskusi dengan klien dan lainnya.
c. Working Trial Balance. Karena dasar untuk menyiapkan laporan keuangan adalah
buku besar umum, maka jumlah yang tercantum dalam catatan tersebut merupakan hal
yang sangat penting dalam audit. Segera setelah akhir tahun buku auditor membuat
daftar yang berisi semua saldo dari semua akun yang ada di buku besar, daftar ini
disebut dengan working trial balance.
d. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi. Apabila auditor menemukan
kesalahan penyajian material dalam catatan akuntansi, maka laporan keuangan harus
dikoreksi. Meskipun jurnal penyesuaian yang ditemukan dalam audit seringkali dibuat
oleh auditor, namun setiap ayat jurnal penyesuaian tersebut harus mendapat
persetujuan dari klien, karena penyajian laporan keuangansecara wajar merupakan
tanggungjawab manajemen. Reklasifikasi sering dibuat dalam laporan agar laporan
menyajikan informasi akuntansi secara tepat, walaupun angka dalam buku besar sudah
tepat.
e. Daftar Pendukung. Bagian terbesar dari dokumen audit adalah berupa daftar
pendukung detil yang dibuat oleh klien atau auditor sebagai pendukung atas angka-
angka tertentu yang tercantum dalam laporan euangan. Berikut adalah tipe-tipe daftar
pendukung:
- Analisis
Dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun buku besar selama periode
yang diaudit, untuk menghubungkan saldo awal hingga menjadi saldo akhir.
- Daftar Saldo
Berisi detil yang akhirnya menghasilkan saldo akhir dari sebuah akun buku besar.
Daftar ini hanya menunjukkan apa saja yang akhirnya menunjukkan apa saja
yang akhirnya menunjukkan saldo akhir akun tertentu.
- Rekonsiliasi Jumlah-Jumlah Tertentu
- Uji Kewajaran
Berisi informasi yang memungkinkan auditor mengevaluasi apakah saldo dalam
pembukuan klien mengandung kesalahan penyajian. Pengujian ini merupakan
suatu prosedur analitis yang utama.
- Ringkasan Pelaksanaan Prosedur
Mendokumentasikan luasnya pengujian yang telah dilakukan, kesalahan penyajian
yang ditemukan, dan kesimpulan auditor berdasarkan pengujian yang telah
dilakukannya.
- Pemeriksaan Dokumen Pendukung
Berbagai daftar dengan tujuan khusus tertentu dirancang untuk menunjukkan
pengujian detil yang telah dilakukan, seperti misalnya pemeriksaan dokumen dalam
rangka pengujian pengendalian dan pengujian subtantis atas transaksi.
- Dokumen-Dokumen dari Luar. Dalam dokumen ini ditunjukkan prosedur audit
yang telah diterapkan seperti halnya yang diterapkan dalam daftar-daftar yang lain.
Seperti misalnya jawaban konfirmasi dan salian perjanjian yang dibuat klien.
H. Penyusunan Dokumen Audit
Penyiapan daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumentasikan bukti yang terkumpul,
hasil yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai, merupakan bagian sangat penting
dalam satu audit. Pendokumentasian harus disusun dengan cukup detail sehingga auditor
berpengalaman yang tidak terlibat dalm audit mendapat pemahaman yang jelas tentang
pekerjaan yang telah dilakukan, bukti yang diperoleh beserta sumbernya, kesimpulan
yang dicapai.
Dokumentasi audit hendaknya memiliki karakteristik tertentu berikut ini:
Setiap file audit harus memiliki identifikasi yang jelas yang memuat informasi tentang
nama klien, periode yang diaudit, deskripsi tentang isi file, paraf pembuat kertas kerja,
tanggal pembuatan, dank ode index kertas kerja.
Dokumen audit harus diberi index dan referensi silang untuk memudahkan dalam
pengorganisasian dan pengarsipan
Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan. Dapat dicapai melalui tiga cara yaitu: (1) dengan membuat
pernyataan tertulis dalam bentuk memo, (2) dengan member paraf dalam prosedur audit
dalam program audit, (3) dengan member notasi secar langsung dalam daftar.
Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai dengan
rencana. Agar dapat menyiapkan dokumen audit dengan baik, auditor harus
mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan jelas.
PENGAUDITAN
Oleh :
Kelompok 4