Anda di halaman 1dari 15

I.

Hakekat Bukti
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai kesimpulan
yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka
memberikan opini atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validty) buti tersebut untuk tujuan audit
tergandung pada pertimbangan auditor independen.; dalam hal ini bukti audit (audit evidence)
berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang di atur secara tegas oleh peraturan yang
ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesumulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan opini atas lapoan keuangan auditan.

Bunyi teks yang tercandum dalam International Auditing Standart (ISA) 200 (Para. A28) berikut
ini:

Bukti audit penting untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti tersebut bersifat
komulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dugunakan selama pelaksanaan audit.
Namun demikian, bukt audit mencakup pula informasi yang diperoleh dari narasumber lain
seperti misalnya dari audit periode yang lalu atau prosedur kualitas pengendaliaan kliyen dalam
rangka memutuskan di terima atau dteruskannya penugasan. Selain dari sumber-sumber dalam
dan luar entitas, catatan akuntansi enttas yang diaudit merupakan sumber bukti audit yang
penting selain itu, informasi yang digunakan sebagai bukti audit bias pula berupa informasi yang
diberikan oleh seorang akhli yang disewa atau diberi penugasan oleh entitas. Bukti audit terdiri
dari informasi-informasi yang mendukung asersi tersebut. Dalam hal-hal tertentu,ketidaan
informasi (misalnya, karna manajemen menolak untuk memberikan informasi yang dberkan
auditor) yang digunakan oleh auditor, dan oleh karenanya juga merupakan bukti audit. Sebagian
besar pekerjaan auditor dalam rangka merumuskan opini auditor terdiri dari pekerjaan
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. (terjemahan dari ISA 200, para. A28.

Dari penyataan diatas, dapat kita rumuskan butir-butir penting dalam hakekat bukti audit, sebagai
berikut :

 Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal


 Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan asersi
manajemen
 Dipengaruhi tndakan-tindakan manajemen, seperti misalnya: tidak membuat dokumen
yang diperlukan atau tidak membuat dokumen secara tepat waktu
 Dapat dikembangkan dengan akhli dari luar
 Dapat diperoleh dari prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan auditor (analisis
resiko untuk menenutkan apakah akan menerima atau melanjutkan seorang kliyin, data
dari audit tahun yang lalu, dan kualitas pengendalian internal perusahaan yang
mencerminkan penelitiaan proses internal)
II. Keputusan Auditor Tentang Bukti Audit
Keputusan penting yang dihadapi seorang auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti
yang tepat yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan klien telah
ditetapkan secara wajar. Adapun lima keputusan tentang bukti apa yang harus diperoleh dan
berapa banyak bukti yang harus dikumpulkan :

1. Prosedur audit
Prosedur audit adalah instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang diperoleh selama
audit berlangsung. Prosedur sering dinyatakan dengan intruksi yang cukup spesifik
sehingga auditor dapat mengikuti inttruksi tersebut selama semua audit berlangsung.
2. Ukuran sampel
Setelah menetapkan prosedur audit, seorang auditor harus menentukanukuran sampel
yang dipilih dari populasi. Keputusan tentang berapa banyak unsur yang akan dikaji
harus dibuat auditor untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan. Ukuran sampel
yang dipilih bisa berbeda-beda antara audit yang satudengan audit lainnya.
3. Unsur yang dipilih
Setelah menentukan ukuransampel untuk prosedur audit , auditor harus memutuskan
unsur-unsur mana dalampopulasi yang akan diuji.
4. Saat pelaksanaan prosedur
Audit atas laporan keuangan biasanya mencakup satu periode akuntansi tertentu,
misalnya satu tahun buku. Audit pada umumnya baru dapat diselesaikan beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah akhir periode akutansi dengan demikian, penerapan
prosedur-prosedur audit bisa dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal periode
sampai akhir periode akuntansi. Kadang-kadang penentuan saat pelaksanaan prosedur
audit dipengaruhi oleh kapan kliyen membutuhkan laporan audit.
5. Program audit
Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit untuk suatu bagian atau keseluruhan
audit. Program audit selalu berisi daftar prosedur audit dan juga biasanya mencakup
ukuran sampel, unsur yang dipilih, dan saat pelaksanaan pengujian. Pada umumnya,
auditor membuat program audit (yang berisi berbagai prosedur audit)untuk setiap
komponen audit, misalnya program audit untuk piutang usaha, satu dantaranya program
audit untuk penjualan, dan sebagainya.

III. Karakteristik bukti audit


Standar audit (SA 500, Para 6) berbunyi sebagai berikut:

Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
A. Ketepatan Bukti

Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapanyang
bersangkutan. Ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur yang dipilih.Ketepatan bukti
dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan atau lebih bisa dipercaya

Relevansi bukti

Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus diuji lebih dahulu oleh
auditor sebelum bisa dibuat sebagai bukti yang tepat. Prosedur yang relevan dalam hal ini adalah
menelusur suatu sampel bukti pengiriman barang ke duplikat faktur penjualan yang bersangkutan
untuk memastikan bahwa semua barang yang dikirim telah dbuat fakturnya.

Reabilitas bukti

Reabilitas bukti berkaitan dengan seberapa jauh bukti bisa dipercaya atau tingkat kepercayaan
atas suatu bukti. Sebagaimana halnya relevansi, apabila bukti bisa dipercaya, maka hal itu akan
membantu auditor dalam meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

Reabilitas tergantung pada apakah bukti memenuhi karakteristik-karakteristik berikut:

1. Independensi pembuat bukti.


Bukti yang diperoleh dari sumber di luar entitas lebih bisa dipercaya daripada bukti yang
diperoleh dari dalam entitas yang diaudit. Informasi yang diperoleh dari bank, penasehat hokum,
atau pelanggan, biasanya dipandang lebih bisa dipercaya darjawaban atas pertanyaan yang
diperoleh dari klien.
2. Efektivitas pengendaliaan internal klien.
Apabila pengendaliaan internal yang berlaku pada perusahaan klien berjalan dengan efektif,
maka bukti yang diperoleh akan lebih bisa dipercaya dari pada bila pengendalan internal klien
tidak efektif.
3. Pengetahuan langsung auditor.
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi,
rekalkulasi, dan inspektif adalah lebih bisa dipercaya, dari pada informasi yang diperoleh secara
tidak langsung.
4. Kalifikasi individu memberi informasi.
Meskipun sumber pemberi informasi berkedudukan independen, namun hal itu akan
tergantung pula pada kalifikasi orang yang memberikan informasi tersebut. Oleh karena itu,
informasi yang diperoleh dari bank atau penasehat hokum biasanya di pandang lebih bisa
dipercaya dari pada jawaban atas konfirmasi yang diterima dari debitur klien yang tidak
memahami dunia usaha.
5. Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih bisa di percaya di bandingkan dengan bukti yang masih
memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apabla bukti itu benar
6. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu suatu bukti audit, berhubungan dengan kapan bukti tersebut dipeoleh atau
dengan periode yang diaudit. Bukti biasanya akan lebih dipercaya untuk saldo-saldo akun raca
apabila bukti tersebut diperoleh sedekat mungkin dengan tangan naraca.

B. Kecukupan bukti

Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang resiko kesalahan penyajian
material dan audit itu sendiri. Kecukupan bukti ini diukur degan ukuransampel yang dipilih
auditor. Terdapat dua faktor dalam menentukan ketepatan ukuransampel dalam audit, yaitu
ekspetasi auditor tentang kesalahan penyajian danefektivitas pengendalian internal dalam
organisasi klien.

C. Hubungan antara risiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit

Hubungan antara resiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit dilukisakan dalam gambar
5-1 di bawah ini. Dalam memahami gambar tersebut, hendaknya diingat bahwa tugas auditor
adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup. Ketepatan di pengaruhi
oleh relevansi dan rehabilitasi bukti. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan “berapa banyak
bukti” yang harus dikumpulkan. Baik ketepatan maupun kecukupan dipengaruhi oleh risiko yang
ada pada klien (yaitu profit risiko Inheren dan risiko pengendalian). Dalam keadaan
bagaimanapun, auitor harus mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi.
Namun, mendapatkan bukti yang tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit
misalnya karena sistem akuntansi, klien menghasilkan bukti yang kurang relevan. Oleh karena
itu auditor belum mencari bukti pendukung yang berkualitas tinggi dari sumber diluar klien

Gambar 5-1 Hubungan antara risiko, ketepatan, dan kecukupan bukti audit

KETEPATAN

Relevansi Reliabilitas

Kualitas bukti yang dkumpukan auditor

RISIKO

Bahwa saldo akun kesalahan penyajian

Risiko inheren Risiko pengendalian KECUKUPAN

inheren Kualitas bukti yang dikumpulkan auditor


D.Sumber bukti audit
Gambar 5-2 di bawah ini melukiskan berbagai sumber potensial bukti audit. Ingatlah
bahwa auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga risiko kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan mengumpulkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan (a) pengetahuan tentang klien (peusahaannya maupun bidang
usahanya) yang bisa di peroleh diaudit tahun lalu, analisis risiko klien, dan analisi penerimaan
menjadi klien ; (b) informasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri dengan
menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh speialis; (c) sistem akuntansi
diperoleh melalui pengujian langsung atau saldo-saldo akun dan transaksi-transaksi; dan (d)
kualtas pengendalian internal – yang dapat diperoleh melalui evaluasi atas rancangan dan
pengendalian internal.

Gambar 5-2 sumber bukti audit


Pengetahuan tentang klien Informasi dari luar
Diperoleh melalui : Diperoleh melalui:
Audit tahun lalu Pekerjaan tim audit dgn
Analisis risiko klien menggunakan data pasar
Analisi penerimaan klien Analisis independen oleh
spesialis

AKUMULASI BUKTI AUDIT

Sistem Akuntansi Kualitas pengendalian internal

Diperoleh melalui: Diperoleh melalui:


Pengujian langsung atas saldo Evaluasi atas rancangan
akun dan tansaksi pengendalian internal
Review analitis Evaluasi atas pengoprasian
… pengendalian
E. Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit
Setiap prosedur audit bisa mendapatkan satu atau lebih tipe bukti berikut:
1. Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal maupun
eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan fisik atas suatu
aset. Tipe bukti yang diperoleh dari prosedur ini paling sering diterapkan dalam audit atas
persediaan dan kas, tetapi sering juga digunakan dalam pemeriksaan atas sekuritas, piutang
wesel, dan aset tetap berwujud. Dokumentasi adalah inspeksi yang dilakukan auditor atas
dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien yang berisi informasi yang dituangkan dalam
laporan keuangan. Dokumen dapat dikelompokan menjadi: dokumen internal (dibuat dan
digunakan dalam organisasi klien dan selanjutnya diarsipkan tanpa pernah pergi ke pihak
lain. Contohnya yaitu duplikat faktur penjualan, catatan waktu kerja pegawai, dan laporan
penerimaan barang) dan dokumen eksternal (dibuat oleh pihak diluar organisasi klien yang
merupakan salah satu pihak dalam transaksi yang didokumentasikan, tetapi sekarang
berada di tangan klien atau tersedia untuk diakses. Contohnya yaitu faktur pembelian yang
dibuat oleh pihak penjual, wesel yang telah diuangkan, dan polis asuransi).
2. Observasi
Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang dilakukan
oleh orang lain, sebagai contoh yaitu observasi oleh auditor atas perhitungan persediaan
yang dilakukan oleh personel entitas, atau melihat langsung pelaksanaan aktivitas
pengendalian. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksaan suatu proses atau
prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi dilaksanakan.
3. Konfirmasi Eksternal
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respon
langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi) dalam bentuk kertas, atau
secara elektronik, atau media lain. Digunakan tidaknya konfirmasi diputuskan oleh auditor
dan tergantung pada reliabilitas yang diperlukan sesuai dengan keadaan, serta bukti
alternatif lain yang tersedia.
4. Perhitungan ulang
Perhitungan ulang atas perhitungan klien meliputi pengujian atas ketelitian
perhitungan dan mencakup prosedur-prosedur seperti memeriksa hasil perkalian dalam
faktur penjualan atau persediaan, penjumlahan dalam jurnal dan buku pembantu, dan
pengecekan perhitungan beban depresiasi atau beban dibayar di muka.
5. Pelaksanaan kembali
Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas prosedur
atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan sebagai bagian dari
akuntansi klien dan sistem pengendalian internal.
6. Prosedur analitis
Prosedur analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang
dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dengan
data nonkeuangan. Prosedur analitis terdiri dari:
a. Memahami bidang usaha dan bisnis klien
Suatu penurunan dalam presentase laba kotor bisa menunjukan adanya peningkatan
persaingan di pasar dan perlu dilakukan penilaian atas penetapan harga persediaan
secara lebih cermat selama audit berlangsung.
b. Menilai kelangsungan usaha bisnis klien
Apabila rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri berada diatas
normal, sementara rasio antara laba bersih terhadap aset berada dibawah rata-rata,
maka hal itu bisa menjadi petunjuk risiko tinggi terjadi kegagalan usaha akibat
masalah keuangan.
c. Menunjukan kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan
Dalam membandingkan rasio cadangan kerugian piutang dengan piutang bruto
tahun ini dengan rasio yang sama tahun lalu, dimisalkan rasionya menurun,
sementara pada periode yang sama perputaran piutang juga menurun. Kombinasi
dua informasi ini menunjukan kemungkinan cadangan kurangsaji.
d. Mengurangi pengujian audit yang rinci
Prosedur analitis mencerminkan bukti substantif yang mendukung penyajian yang
wajar dari akun-akun yang berkaitan, dan dengan demikian memungkinkan untuk
melakukan pengujian detil yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut.
7. Permintaan keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang memiliki
pengetahuan, baik keuangan maupun nonkeuangan, di dalam atau di luar entitas.
Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai tambahan untuk
prosedur audit lainnya. Permintaan keterangan dapat berupa permintaan keterangan resmi
secara tertulis maupun permintaan keterangan secara lisan.
F. Biaya Untuk Mendapatkaan Bukti
Dua tipe bukti yang paling mahal untuk mendapatkannya adalah pemeriksaan fisik dan
konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya membutuhkan kehadiran auditor
pada saat klien melakukan perhitungan aset yang seringkali dilakukan pada akhir tahun buku.
Konfirmasi menjadi mahal karena auditor harus mengikuti prosedur dengan teliti sejak dari
penyiapan konfirmasi, pengiriman melalui surat atau secara elektronik, penerimaan jawaban, dan
melakukan tindaklanjut atas konfirmasi yang tidak memberi jawaban, atau jawaban yang
menunjukan selisih. Inspeksi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Tipe
bukti yang murah biayanya adalah observasi, mengajukan pertanyaan kepada klien, dan
rekalkulasi.
G. Istilah Yang Digunakan Dalam Prosedur Audit
Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan prosedur audit:
Istilah dan Definisi Contoh Prosedur Audit Tipe Bukti
Periksa (Examine) – Suatu Periksa suatu sampel faktur Inspeksi
studi detil atas dokumen atau dari pemasok untuk
catatan untuk menentukan memastikan apakah barang
fakta tertentu. atau jasa yang diterima
beralasan dan merupakan
jenis yang biasa digunakan
perusahaan.
Scan – Pemeriksaan tidak Scan jurnal penjualan, untuk Prosedur analitis
terlalu detil atas dokumen menemukan adanya transaksi
atau catatan untuk berjumlah besar dan tidak
memastikan ada tidaknya biasa.
sesuatu yang tidak biasa dan
membutuhkan penyelidikan
lebih lanjut.
Baca – pemeriksaan atas Bacalah notulen rapat dewan Inspeksi
informasi tertulis untuk komisaris dan buatlah
memastikan fakta-fakta yang ringkasan semua informasi
berhubungan dengan audit. yang berkaitan dengan
laporan keuangan dalam file
audit.
Hitung (Compute) – Suatu Hitunglah rasio perputaran Prosedur analitis
perhitungan yang dilakukan persediaan dan bandingkan
auditor – independen dari dengan rasio yang sama dari
klien. tahun lalu untuk menguji
persediaan usang.
Hitung Ulang (Recompute) Hitung ulang harga jual per Perhitungan ulang
– Suatu perhitungan yang unit dikalikan jumlah unit
dilakukan auditor untuk dari suatu sampel duplikat
memastikan kebenaran hasil faktur penjualan dan
perhitungan yang dilakukan bandingkan jumlahnya
klien. dengan hasil perhitungan.
Jumlahkan Menurun Jumlahkan menurun jurnal Perhitungan ulang
(Foot) – Penjumlahan suatu penjualan untuk periode 1
kolom untuk memastikan bulan dan bandingkan
apakah hasilnya sama dengan totalnya dengan buku besar.
hasil penjumlahan oleh klien.
Telusur (Trace) – suatu Telusur suatu sampel Inspeksi
instruksi yang biasanya transaksi penjualan dari
berhubungan dengan faktur penjualan ke jurnal
dokumentasi dan penjualan, dan
mengerjakan ulang. Instruksi bandingkanlah nama
harus menyebutkan apa yang pembeli, tanggal, dan jumlah
ditelusur auditor dan rupiah nilai penjualan.
ditelusur dari mana ke mana.
Seringkali prosedur audit Telusur posting dari jurnal Pelaksanaan kembali
yang berupa penelusuran penjualan ke rekening buku
juga berisi instruksi kedua, besar.
seperti misalnya bandingkan
atau rekalkulasi.
Bandingkan (Compare) – Pilih satu sampel faktur Inspeksi
pembandingan informasi penjualan dan bandingkan
dalam dua lokasi berbeda. harga jual per unit yang
Instruksi harus menyebutkan tercantum di dalam faktur
informasi mana yang harus dengan harga per unit dalam
dibandingkan sedetil daftar harga yang telah
mungkin. ditetapkan manajemen.
Hitung (Count) – Pilih satu sampel yang terdiri Bukti fisik
menentukan berapa banyak dari 100 unit persediaan dan
(unit) aset yang ada pada hitunglah jumlah unitnya
suatu saat tertentu. Istilah ini kemudian bandingkan
hanya berkaitan dengan tipe dengan jumlah dan deskripsi
bukti fisik. menurut perhitungan klien.
Observasi – tindakan Lakukan observasi apakah Observasi
mengobservasi atau kedua tim perhitungan fisik
melakukan pengamatan persediaan melakukan
langsung atas suatu aktivitas. perhitungan dan mencatat
hasil perhitungan secara
independen.
Meminta Keterangan – Ajukan pertanyaan kepada Pengajuan pertanyaan
tindakan mengajukan manajemen apakah pada
pertanyaan kepada klien atau tanggal neraca terdapat
pihak lain, baik secara lisan persediaan yang telah usang.
maupun tertulis.
Mencocokkan ke Dokumen Periksalah suatu sampel Inspeksi
(vouch) – penggunaan catatan transaksi pembelian
dokumen untuk memeriksa dan cocokkan dengan faktur
kebenaran pencatatan dari pemasok dan laporan
transaksi atau jumlah penerimaan barang.
rupiahnya.

IV. PENDOKUMENTASIAN (KERTAS KERJA) AUDIT


Standar Audit (SA) 230 berkaitan dengan kewajiban auditor dalam menyusun
dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan. Menurut SA tersebut
dokumentasi audit adalah dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit yang
relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik. Dokumentasi audit sering disebut juga
dengan kertas kerja audit, tetapi dengan berkembangnya era globalisasi dimana dokumentasi
sudah berbentuk file – file komputer sehingga istilah dokumentasi audit dipandang lebih tepat
daripada kertas kerja.
A. Tujuan Dokumentasi Audit
Adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan jaminan yang layak bahwa audit
telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan standar auditing. Secara spesifik
dokumentasi audit memberikan :
1) Suatu Dasar untuk Merencanakan Audit
Apabila auditor akan membuat perencanaan audit, maka referensi informasi yang
diperlukan harus tersedia dalam file audit. File – file bisa mencakup berbagai
informasi yang diperlukan untuk perencanaan audit. Seperti misalnya, informasi
tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk setiap bagaian audit, program
audit, dan hasil audit dari tahun – tahun lalu.
2) Suatu Catatan tentang Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian
Dokumentasi audit merupakan alat penting audit yang telah dilaksanakan secara
memadai sesuai dengan standar auditing. Biasanya auditor harus bisa menunjukkan
kepada badan pengatur atau pengadilan bahwa audit sudah direncanakan sebaik
mungkin dan disupervisi dengan cukup, bukti yang dikumpulkan cukup dan
kompeten, dan hasil audit telah dibuatkan laporan audit yang tepat.
3) Data untuk Menetukan Jenis Laporan Audit yang Tepat
Dokumentasi audit merupakan sumber informasi penting untuk membantu auditor
dalam memutuskan apakah bukti audit yang tepat dan mencukupi telah terkumpul
untuk menyusun laporan audit sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Data dalam
file juga berguna untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara
wajar berdasarkan bukti – bukti yang terkumpul.
4) Suatu Dasar untuk Mereview oleh Supervisor dan Partner
File audit merupakan refrensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview
pekerjaan para asisten. Review yang cermat oleh supervisor akan menjadi bukti
bahwa audit sudah tepat.
Selain untuk tujuan pembuatan laporan audit, file audit juga bisa sebagai dasar
perhitungan pajak, pembuatan laporan ke Bapepam, dan laporan lainnya. Selain itu,
file audit merupakan sumber informasi untuk berkomunikasi dengan manajemen dan
pihak – pihak lain seperti komite audit.

B. Pemilih File Audit


Dokumen audit yang dibuat auditor selama audit berlangsung, termasuk daftar- daftar
yang dibuat klien untuk keperluan auditor, adalah milik auditor. Tidak seorangpun
berhak untuk melihat isi dokumen tersebut (termasuk klien) selain auditor bersama tim
audit, kecuali bila auditor diajukan ke pengadilan berkaitan dengan audit yang
bersangkutan. Setelah audit selesai, file audit disimpan oleh auditor untuk kepentingan
pertanggungjawaban dimasa yang akan datang serta untuk mempersiapkan audit tahun
berikutnya.

C. Kerahasiaan File Audit


Auditor wajib merahasiakan file audit yang berisi data klien. Hal ini berkaitan dengan
Prinsip Kerahasiaan yang harus dipegang teguh oleh auditor sebagaimana ditetapkan
dalam Seksi 140 Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Beberapa hal penting yang berkaitan
dengan Prinsip Kerahasiaan dikutip dibawah ini :
140.1 Prinsip Kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk tidak melakukan tindakan –
tindakan sebagai berikut :
a) Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari
hubungan professional dan hubungan bisnis kepada pihak diluar KAP dan
Jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali jika
terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hokum
atau peraturan yang berlaku, dan
b) Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
professional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
140.2 Setiap Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam
lingkungan sosialnya.
140.3 Setiap Praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi
terjaga dalam KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja.
Selama audit berlangsung, auditor mengumpulkan berbagai informasi yang sebagian
diantaranya bersifat rahasia, seperti misalnya gaji para direksi, penetapan harga jual, data
biaya produksi, dan yang lainnya yang bersifat rahasia. Apabila auditor membocorkan
informasi kepada pihak luar atau pada karyawan perusahaan klien, maka hal itu dapat
mengganggu hubungan baik dengan manajemen. Oleh karena itu, auditor harus menjaga
kerahasiaan dengan seksama setiap saat.
D. Jangka Waktu Pengarsipan
Standar audit (SA 230 – Para A.23) mewajibkan KAP untuk menetapkan suatu kebijakan
dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen audit. Batas waktu
penyimpanan pada umumnya tidak boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih
akhir dari (i) laporan auditor atas laporan keuangan entitas, atau (ii) laporan auditor atas
laporan keuangan konsolidasian dan anak perusahaan. Kebijakan kertas kerja atau file
audit pada perusahaan privat minimum selama lima tahun.

E. Isi dan Pengorganisasian


Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor – faktor berikut ini :
- Ukuran dan komplesitas entitas
- Sifat prosedur audit yang akan dilakukan
- Risiko kesalahan penyajian material yang didentifikasi
- Signifikansi bukti audit yang diperoleh
- Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi
- Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi pekerjaan
audit yang dilakukan atau bukti audit yang diperoleh
- Metodologi dan perangkat audit yang digunakan
Setiap kantor akuntan publik dapat membuat ketentuan tentang pendekatan untuk
menyusun dan menggorganisasi file audit, dan auditor pemula dalam suatu kantor
akuntan yang bersangkutan. Dokumentasi audit dapat dilakukan pada kertas atau media
elrktronis, atau media lain. Contoh – contoh dokumentasi audit mencakup :
- Program audit
- Analisis
- Memorandum isu
- Ikhtisar hal – hal signifikan
- Surat konfirmasi dan surat representasi
- Daftar uji
- Korespondensi (termasuk email) tentang hal – hal signifikan

F. Arsip Permanen
Berisi tentang data historis dan data yang bersifat berkelanjutan. File – file ini merupakan
sumber informasi tentang berbagai hal dalam audit yang berlaku dari tahun ke tahun.
Arsip permanen biasanya meliputi hal – hal berikut :
 Ringkasan atau copy dokumen – dokumen yang berlaku secara berkelanjutan
seperti misalnya anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi,
dan kontrak – kontrak.
 Analisis akun – akun tertentu dari tahun ke tahun yang berpengaruh terhadap
auditor. Misalnya utang jangka panjang, ekuitas pemegang saham, goodwill,
dan aset tetap.
 Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian
internal dan penilaian risiko pengendalian. Meliputi, bagan organisasi, bagan
alir prosedur pengendalian, daftar pertanyaan, dan informasi pengendalian
internal lainnya.
 Hasil prosedur analisis dari tahun – tahun yang lalu. Data ini meliputi, rasio
rasio dan presentase – presentase yang dihitung oleh auditor serta total saldo
atau saldo per bulan untuk akun – akun tertentu.

G. Arsip Tahun Berjalan


Arsip ini meliputi semua dokumen yang bersangkutan dengan tahun berjalan atau tahun
yang diperiksa. Berikut adalah jenis-jenis infromasi yang termasuk dalam arsip tahun
berjalan.

a. Program Audit. Standar audit mengharuskan adanya program audit tertulis untuk
setiap audit. Program audit biasanya ditempatkan dalam arsip terpisah untuk
meningkatkan koordinasi dan mengintegrasikan semua bagian audit
b. Informasi Umum. File audit juga memuat informasi dari tahun berjalan yang bersifat
umum misalnya perencanaan audit, ringkasan atau salinan notulen rapat dewan
komisaris, catatan hasil diskusi dengan klien dan lainnya.
c. Working Trial Balance. Karena dasar untuk menyiapkan laporan keuangan adalah
buku besar umum, maka jumlah yang tercantum dalam catatan tersebut merupakan hal
yang sangat penting dalam audit. Segera setelah akhir tahun buku auditor membuat
daftar yang berisi semua saldo dari semua akun yang ada di buku besar, daftar ini
disebut dengan working trial balance.
d. Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi. Apabila auditor menemukan
kesalahan penyajian material dalam catatan akuntansi, maka laporan keuangan harus
dikoreksi. Meskipun jurnal penyesuaian yang ditemukan dalam audit seringkali dibuat
oleh auditor, namun setiap ayat jurnal penyesuaian tersebut harus mendapat
persetujuan dari klien, karena penyajian laporan keuangansecara wajar merupakan
tanggungjawab manajemen. Reklasifikasi sering dibuat dalam laporan agar laporan
menyajikan informasi akuntansi secara tepat, walaupun angka dalam buku besar sudah
tepat.
e. Daftar Pendukung. Bagian terbesar dari dokumen audit adalah berupa daftar
pendukung detil yang dibuat oleh klien atau auditor sebagai pendukung atas angka-
angka tertentu yang tercantum dalam laporan euangan. Berikut adalah tipe-tipe daftar
pendukung:
- Analisis
Dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun buku besar selama periode
yang diaudit, untuk menghubungkan saldo awal hingga menjadi saldo akhir.
- Daftar Saldo
Berisi detil yang akhirnya menghasilkan saldo akhir dari sebuah akun buku besar.
Daftar ini hanya menunjukkan apa saja yang akhirnya menunjukkan apa saja
yang akhirnya menunjukkan saldo akhir akun tertentu.
- Rekonsiliasi Jumlah-Jumlah Tertentu

Rekonsiliasi dibuat untuk mendukung jumlah-jumlah tertentu dan biasanya


dimaksudkan untuk menghubungkan suatu jumlah yang tercantum dalam catatan
klien dengan sumber infromasi lainnya.

- Uji Kewajaran
Berisi informasi yang memungkinkan auditor mengevaluasi apakah saldo dalam
pembukuan klien mengandung kesalahan penyajian. Pengujian ini merupakan
suatu prosedur analitis yang utama.
- Ringkasan Pelaksanaan Prosedur
Mendokumentasikan luasnya pengujian yang telah dilakukan, kesalahan penyajian
yang ditemukan, dan kesimpulan auditor berdasarkan pengujian yang telah
dilakukannya.
- Pemeriksaan Dokumen Pendukung
Berbagai daftar dengan tujuan khusus tertentu dirancang untuk menunjukkan
pengujian detil yang telah dilakukan, seperti misalnya pemeriksaan dokumen dalam
rangka pengujian pengendalian dan pengujian subtantis atas transaksi.
- Dokumen-Dokumen dari Luar. Dalam dokumen ini ditunjukkan prosedur audit
yang telah diterapkan seperti halnya yang diterapkan dalam daftar-daftar yang lain.
Seperti misalnya jawaban konfirmasi dan salian perjanjian yang dibuat klien.
H. Penyusunan Dokumen Audit
Penyiapan daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumentasikan bukti yang terkumpul,
hasil yang diperoleh dan kesimpulan yang dicapai, merupakan bagian sangat penting
dalam satu audit. Pendokumentasian harus disusun dengan cukup detail sehingga auditor
berpengalaman yang tidak terlibat dalm audit mendapat pemahaman yang jelas tentang
pekerjaan yang telah dilakukan, bukti yang diperoleh beserta sumbernya, kesimpulan
yang dicapai.
Dokumentasi audit hendaknya memiliki karakteristik tertentu berikut ini:
 Setiap file audit harus memiliki identifikasi yang jelas yang memuat informasi tentang
nama klien, periode yang diaudit, deskripsi tentang isi file, paraf pembuat kertas kerja,
tanggal pembuatan, dank ode index kertas kerja.
 Dokumen audit harus diberi index dan referensi silang untuk memudahkan dalam
pengorganisasian dan pengarsipan
 Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan. Dapat dicapai melalui tiga cara yaitu: (1) dengan membuat
pernyataan tertulis dalam bentuk memo, (2) dengan member paraf dalam prosedur audit
dalam program audit, (3) dengan member notasi secar langsung dalam daftar.
 Dokumen audit harus berisi cukup informasi untuk memenuhi tujuan sesuai dengan
rencana. Agar dapat menyiapkan dokumen audit dengan baik, auditor harus
mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
 Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus diformulasikan dengan jelas.
PENGAUDITAN

“BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT ”

Oleh :
Kelompok 4

Ni Luh Putu Sri Rahayu Dewi (1707532047)


A.A Gede Alit Pramana Putra (1707532052)
Ni Luh Putu Diah Kesumawati (1707532060)
A.A Ngurah Bagus Wiradharma (1707532068)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2019

Anda mungkin juga menyukai