Anda di halaman 1dari 14

KEKUASAAN DAN PENGARUH DALAM KEPEMIMPINAN

Mata Kuliah: Kepemimpinan (EKU116 B3/M)

Oleh:

Jro Mangku Deny Saputra (1707522091)


Ida Bagus Agung Paramartha (1707522095)
Ni Komang Ayu Yogi Pertiwi (1707522096)
Ni Putu Sri Damayanti (1707522105)
Anak Agung Mirah Pradnyaswari (1707522106)

Program Studi Manajemen Reguler Denpasar

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2019
PENDAHULUAN

Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai Pemimpin minimal mampu
memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang secara ideal dipatuhi
dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pimpinan akan kacau balau. Oleh karena itu, harus
ada seorang pemompin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan
individu, kelompok dan organisasi. Mempengaruhi merupakan inti dari kekuasaan,agar seseorang
dapat menjadi pemimpina yang efektif orang itu harus mampu mempengaruhi orang lain, agar mau
menjalankan permintaan, serta menjalankan kebijakannya. Kekuasaan adalah kapasitas untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain dalam arah yang diinginkan. Kekuasaan digunakan
untuk menjelaskan kapasitas absolut seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku atau sikap
seseorang atau lebih yang ditunjuk sebagai target pada satu waktu tertentu.
PEMBAHASAN

I. KEKUASAAN DAN PENGARUH KEKUASAAN


1.1. Kekuasaan
Konsep "kekuasaan" sangat penting untuk memahami bagaimana orang mampu saling
mempengaruhi dalam organisasi (Mitzberg, 1983; Pfeffer, 1981, 1992). Kekuasaan melibatkan
kapasitas satu pihak ("agen') untuk memengaruhi pihak lain ("target"'), Konsep fleksibel ini bisa
digunakan dengan berbagai cara. Istilah ini dapat mengacu pada pengaruh agen terhadap satu atau
banyak target Terkadang, istlah ini merujuk pada pengaruh potensial atas hal atau peristiwa dan
juga atas sikap dan perilaku. leckadang, agen merupakan grupatau organisas, bukan individu.
Terkadang kekuasaan didefinisikan dalam konteks relatif, bukannya absolut. Dalam hal ini,
batasan hingga sejauh mana agen tersebut memiliki pengaruh leblh besar terhadap target
dibandingkan dengan yang dimiliki target terhadap agen. Akhirnya, terdapat berbagai jenis
kekuasaan, dan satu agen bisa mempunyai lebih banyak jenis kekuasaan dibandingkan agen
lainnya. Sangat sulit untuk menjelaskan kekuasaan agen tertentu tanpa menyebutkan target,
sasaran pengaruh, dan periode waktunya. Agen akan memiliki lebih banyak pengaruh bagi
beberapa jenis masalah dibandingkan dengan masalah lainnya. Selanjutnya, kekuasaan adalah
variabel dinamis yang berubah mengikuti perubahan kondisi. Bagaimana kekuasaan digunakan
dan hasil usaha memengaruhi dapat meningatkan atau menjatuhkan kekuasaan tertentu. Jadi
kekuasaan biasanya digunakan untuk menjelaskan kapasitas absolut agen tertentu untuk
mempengaruhi perilaku atau sikap satu orang atau lebih yang disebut sebagai target pada satu
waktu tertentu

1.2. Hasil dari Upaya Mempengaruhi


Satu dasar yang berguna untuk mengevaluasi keberhasilan upaya memengaruhi adalah
apakah hasil yang langsung atau yang tidak langsung terlihat adalah yang diinginkan agen. Agen
dapat mencapai efek yang diharapkannya dari target itu, atau efek itu barangkali lebih rendah dari
yang diharapkannya. Agar upaya memengaruhi secara proaktif tertentu itu dapat melibatkan
permintaan khusus oleh agen tunggal ke target tunggal, akan berguna jika kita membedakan tiga
hasil yang khas berikut ini.

Komitmen. Istilah komitmen (commitment) menjelaskan hasil yang target secara internal
menyetujui keputusan atau permintaan agen dan memberikan dukungan penuh untuk
melaksanakan apa yang menjadi permintaan atau mengimplementasikan keputusan secara efektif.
Untuk tugas yang kompleks dan sulit, komitmen umumnya merupakan hasil yang paling berhasil
dari prespektif agen yang melakukan usaha mempengaruhi.

Kepatuhan. Istilah kepatuhan (compliance) menjelaskan hasil yang target bersedia


melakukan apa yang agen inginkan tetapi lebih didasarkan pada rasa apatis daripada rasa
antusiasme dan hanya memberikan sedikit dukungan. Agen telah memengaruhi perilaku target
tetapi tidak terhadap sikapnya. Target tidak merasa yakin bahwa keputusan atau tindakan yang
diambil adalah hal terbaik yang harus dilakukan atau akan efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk tugas yang sulit dan kompleks, kepatuhan akan menjadi hasil yang tidak terlalu berhasil
dibandingkan dengan komitmen. Akan tetapi, untuk tugas rutin dan sederhana, kepatuhan adalah
yang memang dibutuhkan para agen untuk mencapai tujuan tugas tertentu.

Perlawanan. Istilah perlawanan (resistance) menjelaskan hasil yang target menentang


proposal atau permintaan, bukan hanya tidak tertarik, dan secara aktif berusaha menghindar untuk
tidak menjalankannya. Target akan memberikan respons dalam cara berikut: (1) menolak
melaksanakan permintaan, (2) membuat alasa mengapa permintaan itu tidak dapat dilaksanakan,
(3) berusaha melakukan pendekatan kepada agen untuk membatalkan atau mengubah
permintaannya, (4) meminta orang yang memiliki wewenang yang lebih tinggi untuk
mengesampingkan permintaan agen itu, (5) menunda tindakan dengan harapan agen akan
melupakan permintaan itu, atau (6) berpura – pura menuruti tetapi berusaha melakukan sabotase
atas tugas itu.

Reaksi target atas permintaan agen tidak hanya menjadi dasar untuk mengevaluasi
keberhasilan. Upaya mempengaruhi juga bisa mempengaruhi hubungan antar pribadi dan cara
orang lain melihat agen (misal, etis, mendukung, menyenangkan, kompeten, dapat diandalkan,
kuat). Bagaimana pemimpin berupaya memengaruhi seseorang dapat memperbaiki hubungan atau
membuat hal itu kurang bersahabat dan kooperatif. Sebenarnya, sejumlah jenis upaya untuk
mempengaruhi terutama dimaksudkan untuk mengubah cara orang melihat agen, bukan untuk
mencapai tujuan tugas yang mendesak. Contoh, untuk meningkatkan peluang promosi dalam
organisasi, seseorang mungkin berusaha menciptakan kesan bahwa dia sangat kompeten dan loyal.
1.3. Proses Mempengaruhi

Penjelasan psikologis tentang pengaruh seseorang terhadap orang lain berkaitan dengan
motif dan persepsi target dalam hubungannya dengan tindakan agen dan konteks yang di situ
interaksi itu teriadi. Kelman (1956) berpendapat, ada tiga jenis proses memengaruhi, yaitu
kepatuhan instumen (instrumental compliance), internalisasi (internalization, dan identifikasi
personal (personal identification). Proses memengaruhi ini secara kualitatif berbeda satu dengan
yang lainnya, tetapi lebih dari satu proses dapat teriadi bersamaan. Sebagai contoh, target mungkin
akan berkomitmen melaksanakan program baru yang diajukan agen, karena target mengakui agen,
memercayai ide program tersebut, dan mengharapkan memperoleh manfaat nyata dengan
mendukungnya.

Kepatuhan Instrumen. Si target melaksanakan tindakan yang diminta untuk


mendapatkan imbalan yang pasti atau menghindari hukuman yang dikendalikan oleh agen.
Motivasi perilaku itu murni instrumen (sarana), satu-satunya alasan kepatuhan adalah untuk
mendapatkan manfat nyata dari agen. Level dukungan yang diberkan mungkin sangat kecil,
sekadar cukup untuk mendapatkan penghargaan atau untuk menghindari hukuman.

Internalisasi. Si target memiliki komitmen mendukung dan menerapkan proposal yang


diajukan oleh agen karena proposal itu tampak diharapkan secara intrinsik dan sesuai dengan nilai,
keyakinan, dan citra diri si target. Sebagai akibatnya, proposal agen (seperti tujuan, rencana,
strategi, kebijakan, dan prosedur) akan menyatu dengan nilai dan keyakinan si target. Komitmen
akan teriadi tanpa memerhatikan apakah ada manfaat nyata yang diharapkan, dan kesetiaan target
adalah terhadap ide itu sendiri, bukan terhadap agen yang menyampaikannya.

Identifikasi personal. Si target meniru perilaku agen atau mengambil sikap yang sama
agar disukai oleh agen dan menjadi seperti agen itu. Motivasi target bisa berkaitan dengan
kebutuhan si target untuk diterima atau dihargai. Dengan melakukan sesuatu untuk mendapat
persetujuan dari agen, si target dapat menjaga hubungan dengan memuaskan kebutuhannya untuk
diterima. Menjaga hubungan dengan agen yang menarik mungkin akan membantu memuaskan
kebutuhan si target untuk dihargai oleh orang lain, dan menjadi seperti agen yang menarik akan
membantu si target itu mempertahan citra diri yang lebih menguntungkan.
II. JENIS DAN SUMBER KEKUASAAN
Upaya untuk memahami kekuasaan biasanya melibatkan pembedaan berbagai tipe
kekuasaan. French dan Raven (1959) membuat taksonomi untuk mengklasifikasikan berbagai tipe
kekuasaan menurut sumbernya. Taksonomi ini mencakup lima tipe kekuasaan yang berbeda.
Taksonomi French dan Raven memberi banyak pengaruh pada penelitian selanjutnya mengenai
kekuasaan, tetapi tidak meliputi semua sumber kekuasaan yang relevan bagi manajer. Contoh,
kontrol atas informasi juga merupakan sumber kekuasaan yang relevan bagi manajer (Pettigrew,
1972; Yukl & Falbe, 1991).
Konseptualisasi lain tentang sumber kekuasaan yang secara luas diterima adalah dikotomi
antara ”kekuasaan posisi (position power)” dan ”kekuasaan personal (personal power)" (Bass,
1960; Etzioni, 1961). Berdasarkan konseptualisasi dua faktor ini, kekuasaan sebagian berasal dari
kesempatan yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi, dan sebagian merupakan bagian
dari karakteristik agen dan hubungan agen-target. Penelitian yang dilakukan oleh Yukl dan Falbe
(1991) memperlihatkan bahwa kedua tipe kekuasaan ini relatif independen, dan masing-
masingnya memiliki beberapa komponen yang berbeda tetapi sebagian saling tumpang tindih.
Kekuasaan posisi meliputi pengaruh potensial yang berasal dari wewenang yang sah,
kendali atas sumber daya dan penghargaan, kendali atas hukuman, kendali atas informasi, serta
kendali atas lingkungan fisik tempat kerja. Kekuasaan personal meliputi pengaruh potensial yang
berasal dari keahlian dalam melaksanakan tugas dan pengaruh potensial yang didasarkan pada
persahabatan dan loyalitas. Faktor penentu kekuasaan yang posisi dan yang personal berinteraksi
dalam cara yang rumit dan terkadang sangat sulit untuk membedakan di antara keduanya.

2.1.Taksonomi French dan Raven


- Kekuasaan yang memberi penghargaan (reward power): Para target patuh agar dapat
memeroleh penghargaan yang dikendalikan oleh agen.
- Kekuasaan yang memaksa (coercive power): Para target patuh terhadap perintah untuk
menghindari hukuman yang dikendalikan oleh agen.
- Kekuasaan yang memiliki legitimasi (legitimate power): Para target patuh karena mereka
percaya bahwa agen memiliki hak untuk memerintah dan si target berkewajiban mematuhinya.
- Kekuasaan yang berdasarkan keahlian (expertpower): Para target patuh karena mereka
percaya bahwa agen memiliki pengetahuan khusus mengenai cara menyelesaikan pekerjaan
tertentu.
- Kekuasaan yang berdasarkan referensi (referent power): Para target patuh karena mereka
mengagumi atau mengenal agen dan ingin mendapatkan persetujuan agen.

2.2.Konsekuensi dari Kekuasaan Posisi dan Kekuasaan Personal


Banyak penelitian tentang jenis kekuasaan yang berbeda menggunakan taksonomi
kekuasaan dari French dan Raven (1959) atau variasinya. Dalam beberapa studi, kuesioner yang
ditujukan bagi bawahan adalah untuk mengukur bagaimana tiap-tiap tipe kekuasaan mempunyai
hubungan dengan kepuasan atau kinerja bawahan (misal, Hinkin & Schriesheim, 1989; Rahim,
1989; Schreisheim, Hinkin &: Podsakoff, 1991). Sebagian besar studi kekuasaan menemukan
bahwa kekuasaan berdasarkan keahlian dan referensi mempunyai korelasi positif dengan kepuasan
dan kinerja bawahan. Untuk kekuasaan yang memiliki legitimasi, kekuasaan yang memberikan
penghargaan, dan kekuasaan yang memaksa, hasilnya tidak konsisten, dan korelasinya dengan
riteria biasanya negatif atau tidak signifikan, tidak positif. Secara keseluruhan, hasil Studi ini
menyatakan bahwa pemimpin yang efektif lebih mengandalkan diri pada kekuasaan yang
berdasarkan keahlian dan referensi untuk memengaruhi bawahannya.
Sebagian besar studi awal tentang kekuasaan meminta responden membuat peringkat atau
menilai tingkat kepentingan berbagai tipe kekuasaan sebagai alasan untuk mematuhi permintaan
pemimpin. Keterbatasan metodologis studi ini memunculkan keraguan serius terhadap hasil
temuannya (Podsakoff & Schriesheim, 1985). Dalam sebagian besar studi selanjutnya, responden
diminta memberikan nilai pada berbagai posisi atau karakteristik personal yang menjadi sumbef
yekuasaan (Hinkin & Schriesheim, 1989; Rahim, 1989; Yukl & Falbe, 1991). Akan tetapi, hasil
dari semua studi tentang kekuasaan mungkin bias karena pengakuan, sifat yang disukai oleh
masyarakat; dan stereotip.
Sebagai contoh, bawahan yang berada di dalam grup dengan kinerja tinggi akan lebil
memberikan pengakuan akan kekuasaan berdasarkan keahlian itu kepada atasan mereka dari pada
bawahan dari grup yang mempunyai kinerja yang rendah. Karena bias ini, manfaat bentuk
kekuasaan yang tidak terlalu diinginkan secara sosial mungkin tidak diperhitungkan.

Penelitian survei lapangan mungkin tidak memperhitungkan kegunaan kekuasaan posisi,


khususnya ketika kepatuhan merupakan hasil yang diharapkan. Untuk banyak perintah atau
permintaan rutin, penggunaan kekuasaan yang sah dalam bentuk permintaan atau perintah yang
gederhana kemungkinan akan menghasilkan kepatuhan si target. Hanya sedikit studi yang mef
ngaitkan kekuasaan dengan komitmen dan kepatuhan si target (misal, Rahim & Afza, 1993;
Thambairl & Gemmill, 1974; Warren, 1968; Yukl & Falbe, 1991). Kajian tersebut menemukan
bahwa kekuasaan yang sah adalah alasan penting bagi kepatuhan perilaku, walaupun hal itu tidak
menghasilkan komitmen yang berhubungan dengan sikap. Banyak studi juga menemukan kaitan
antara kekuasa' an untuk memberikan penghargaan dan kepatuhan perilaku.

Relevansi kekuasaan untuk memberikan penghargaan ketika digunakan dengan cara yang
tepat juga didukung oleh penelitian mengenai pemimpin yang menggunakan perilaku penghargaan
yang tergantung situasi. Dalam tinjauan terhadap penelitian ini, Podsakoff, Todor, Grover, and
Huber (1984) berkesimpulan bahwa pemberian penghargaan yang tergantung pada kinerja
bawahan menghasilkan kepuasan dan kinerja bawahan yang tinggi. Beberapa penelitian ini juga
berpendapat bahwa hukuman yang tergantung pada situasi akan memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja bawahan ketika penggunaannya dikombinasikan dengan penghargaan (Arvey &
Ivancevich, 1980; Podsakoff, Todor & Skov, 1982). Jadi, kekuasaan yang memaksa pun bisa
berguna dalam sejumlah situasi.

Keterbatasan lainnya banyak studi tentang kekuasaan adalah perhatian yang tidak cukup
terhadap hubungan antara sumber kekuasaan yang berbeda. French dan Raven (1959) berpendapat
bahwa tipe berbagai kekuasaan itu saling berkaitan dengan cara yang kompleks. Sebagai contoh,
pemimpin dengan wewenang yang cukup besar kemungkinan memiliki kekuasaan untuk
memberikan penghargaan dan kekuasaan memaksa yang juga lebih besar, serta penggunaan
bentuk kekuasaan seperti ini mungkin akan berpengaruh pada pemimpin yang kekuasaannya
berdasarkan telerensi. Metaanalisis studi tentang kekuasaan (Carson, Carson, & Roe, 1993)
menemukan korelasi Penting di antara beberapa sumber kekuasaan yang berbeda, tetapi sulit untuk
menentukan hingga batas mana hubungan ini merefleksikan bias penilai, bukan hubungan yang
aktual. Studi tentang kekuasaan tidak berusaha mengidentifikasi dampak yang berbeda dari jenis
kekuasaan yang berbeda, dan studi itu juga tidak menguji interaksi antar berbagai tipe kekuasaan.
Studi yang telah menganalisa bagaimana kekuasaan pemimpin menjadi dasar interaksi untuk
memengaruhi sikap dan perilaku bawahan di bawah kondisi yang berbeda dan hasilnya sulit
diinterpretasikan.
III. TAKTIK MEMPENGARUHI

Pada dua dekade terakhir, peneliti mulai menguij tipe perilaku spesifk yang digunakan untuk
memengaruhi, bukannya memfokuskan diri secara eksklusif pada kekuasaan sebagai sumber
potensial untuk memengaruhi. Jenis perilaku yang digunakan secara sengaja untuk memengaruhi
sikap dan perilaku orang lain biasanya disebut sebagai taktik memengaruhi.

3.1.Jenis Taktik untuk Mempengaruhi yang Umum


Empat jenis taktik untuk memengaruhi yang umum bisa dibedakan menurut tujuan utamanya,
yaitu taktik manajemen kesan (impression management tactics), taktik politis (political tactics),
taktik proaktif (proactive tactics), dan taktik reaktif (reactive tactics).
a. Taktik Manajemen Kesan. Taktik ini dimaksudkan untuk memengaruhi orang agar
menyukai agen atau memiliki evaluasi yang menyenangkan terhadap agen. Contohnya mencakup
pemberian pujian atau bantuan yang tanpa syarat (tindakan mengambil hati), dan membicarakan
tentang kualifikasi atau pencapaian seseorang (promosi diri). Taktik ini bisa digunakan pemimpin
untuk memengaruhi pengikut, atau oleh pengikut untuk memengaruhi pemimpin.
b. Taktik Politis. Taktik ini digunakan untuk memengaruhi keputusan organisasi atau, kalau
tidak, untuk mendapatkan manfaat bagi individu atau grup. Beberapa pakar telah mengidentifkasi
taktik politis yang digunakan dalam organisasi(misal Fairholm, 1993; Kacmar & Baron, I999,
Pfeffer, 1992; Porter, Allen, & Angle, 1981), Satujenis taktik politis mencakup upaya untuk
memengaruhi bagaimana keputusan penting dibuat dan siapa yang membuatnya. Contoh tersebut
mencakup agenda rapat yang membahas masalah Anda, atau memengaruhi pembuat keputusan
untuk menggunakan kriteria yang akan membuat keputusan menjadi menguntungkan Anda, atau
memilih pembuat keputusan yang akan mengangkat dan memperjuangkan kepentingan Anda.
Taktik politis juga digunakan untuk melawan para pihak yang menentang dan kritik yang
dilakukan secara diam-diam (Valle & Perrewe, 2000, Beberapa taktik politis mencakup
kecurangan, manipulasi, dan penyalahgunaan kekuasaan (Zanti & O'Neil, 2001), Bagaimana taktik
politis terkait dengan keputusan strategis, dan aspek etis dari kekuasan dan pengaruh.
c. Taktik Pengaruh Proaktif. Taktik ini memiliki sasaran tugas yang bersifatlangsung
seperti mem. buat si target melaksanakan tugas baru, mengubah prosedur yang digunakan untuk
tugas yang sedang dihadapi, memberikan bantuan pada proyek tertentu, atau mendukung
perubahan yang diusulkan, Ketka permintan jelasyelas sah, relevan untuk pekeroan ertent, dan
sesuatu yang diketahuf oleh st prget cars untuk melaksanakannya, makn dinung kingkan untuk
sering mendapatkan kepatuhan dari si target dengan menggunakan "permintaan sederhana" yang
di dasarkan pada kekuasaan yang sah. Tetapi, ketika si target cenderung meolak, maka agen
mungkin perlu menggunakan taktik pengaruh proakti, seperti bujukan rasional.
d. Taktik Pengaruh Reaktif. Taktik ini digunakan untuk menolak upaya pengaruh yang
tidak diinginkan atau untuk mengubah permintaan atau usulan agen agar lebih dapat diterima oleh
si target. Dari perspektif pengamat, agen dan si target memiliki peran yang saling bertukar ketika
taktik reaktif digunakan. Penggunaan taktik pengaruh oleh kedua pihak merefleksikan proses
pengaruh timbal balik yang sebenarnya dan melibatkan banyak upaya memberi pengaruh.
Beberapa taktik pengaruh khusus bisa digunakan untuk lebih dari satu kegunaan, tetapi
taktik itu mungkin tidak semuanya efektif untuk kegunaan yang berbeda. Contoh, tindakan meng.
ambil hati lebih efektif untuk manajemen kesan daripada untuk memengaruhi seseorang agar
melaksanakan permintaan tertentu. Kajian literatur dan metaanalisis kemungkinan mencapai
kesimpulan yang tidak tepat tentang keefektifan taktik bila kajian itu gagal mempertimbangkan
manfaat penggunaan taktik itu.

IV. KEKUASAAN DAN PERILAKU MEMPENGARUHI


Studi yang menggunakan kuesioner (Hinkin & Schriesheim,1990,Kapoor & Ansari,1988)
atau tentang peristiwa memengaruhi (Yuki,Kim & Falbe, 1996) menemukan bahwa kekuasaan dan
perilaku memengaruhi memiliki bentuk yang berbeda. Akan tetapi,hubungan antara bentuk
kekuasaan yang spesifik,perilaku memengaruhi yang spesifik,dan hasil memengaruhi ternyata
rumit serta belum benar-benar dipahami. Beberapa tipe efek bisa terjadi dan efek tersebut tidak
saling meniadakan (Gambar 6-1)

Kekuasaan agen dapat secara langsung memengaruhi pilihan agen dalam memilih taktik
memengaruhi (digambarkan dengan panas #1). Beberapa taktik membutuhkan tipe kekuasaan
yang khusus agar efektif,dan pemimpin dengan kekuasaan yang relevan akan lebih mungkin
menggunakan taktik ini. Sebagai contoh, taktik pertukaran membutuhkan kekuasaann yang
memberikan penghargaan,yakni agen akan mendapatkan sesuatu yang mempunyai nilai untuk
dipertukarkan dengan si target. Bentuk tekanan yang kuat seperti peringatan dan ancaman akan
lebih banyak digunakan oleh agen yang menggunakan keuasaanyang memaksa terhadap si target.
Persuasi rasional akan lebih banyak digunakan ketika agen mempunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk menjelaskan mengapa permintaan itu penting dapat dilaksanakan.

Beberapa taktik memengaruhi mungkin mempunyai efek terhadapsikap atau perilaku


target,apapun kekuasaan agen. Akan tetapi,dalam sebagai besar usaha memengaruhi,ada
kemungkinan bahwa kekuasaan bertindak sebagai variabel antara untuk meningkatkan atau
menurunkan keefektifan taktik yang digunakan oleh agen. Efek antara dari kekuasaan ini
(digambarkan dengan panah #2) kebanyakan terjadi pada tipe kekuasaan yang secara langsung
relevan dengan taktik yang digunakan dalam usaha memengaruhi. Sebagai contoh,kekuasaan
berdasarkan keahlian mungkin akan menambahkan pengaruh atas persuasi rasional. Proposal yang
menjelaskan mengapa penting mengubah prosedur operasional akan lebih berhasil jika dilakukan
oleh seseorang yang dirasa mempunyai keahlian yang relevan.Efek antara yang serupa barang kali
terjadi pada kekuasaan untuk memberikan penghargaan dan taktik pertukaran. Agen yang
memiliki kekuasaan tinggi dalam memberikan penghargaan akan mendapatkan lebih banyak
keberhasilan menawarkan pertukaran.

1 Kekuasaan pemimpin 2

3
Hal dari pengaruh
Perilaku pemimpin
 Komitmen
yang memengaruhi
 Kepatuhan
 Perlawanan

Gambar 6-1 Efek dari Kekuasaan dan Perilaku Memengaruhi dari Agen pada Hasil Memengaruhi
dari pada agen dengan kekuasaan yang rendah dalam memeberikan penghargaan.Perhatikan
bahwa persepsi si target terhadap kekuasaan agen dalam memberikan penghargaan adalah lebih
penting daripada kendali agen yang sebenarnya terhadap penghargaan itu. Dalamtema film
klasik,milyuner yang berpura-pura menjadi pengemis menawarkan uang banyak pada orang asing
bila mau melakukan sesuatu ,dan orang asing menolak melakukan karena yakin agen itu miskin.
Sebaliknya,penipu yang berpakaian bagus tetapi memiliki sedikit uang terkadang mampu
memengaruhi orang lain untuk memperpanjang utang dan meminjamkan sesuatu yang bernilai
dengan harapan (yang tidak dapat dipenuhinya) utang itu akan dikembalikan dalam pembelian
mendatang.

Juga memungkinkan bahwa kekuasaan agen dapat membuat keberhasilan taktik


memengaruhi yang kekuasaan tidak relevan secara langsung (juga digambarkan dengan panah #2).
Agen dengan kekuasaan referensi yang kuat akan lebih berhasil ketika menggunakan persuasi
rasional untuk mendapatkan dukunganatas proposalnya. Agen dengan kekuasaan memaksa yang
kuat mungkin akan lebih berhasil memperoleh kepatuhan atas permintaan yang
sederhana,meskipun tidak menggunakan taktik tekanan atau pertukaran. Kekuasaan berdasarkan
keahlian akan meningkatkan kredibilitas permintaan yang tidak berhubungan dengan keahlian
agen. Sebagai conto,ilmuan terkenal memengaruhi orang untuk berpatisipasi kedalam usaha yang
secara keuangan beresiko yang tidak melibatkan bidang keahlian ilmuan tersebut.

Kemungkinan lain (digambarkan dengan panah #3) adalah kekuasaan agen dapat
memengaruhi agen,tidak masalah apakah agen itu melakukan upaya memengaruhi yang jelas atau
tidak. Sebagai contoh,orang akan lebih bekerjasama dengan agen yang memiliki kekuasaan besar
untuk memberikan penghargaan dengan harapan akan mendapatkan penghargaan dimasa depan.
Contoh klasik diberikan oleh kasus tentang saudara yang sangat baik dan ramah ke paman yang
tua dan kaya,tetapi mengabaikan paman yang mereka anggap miskin.Dalam organisasi,orang
bertindak berbeda terhadap seseorang dengan kekuasaan posisi yang tinggi,karena mereka sadar
ada kemungkinan bahwa orang itu dapat memengaruhi kinerja pekerjaan dan kemajuan
karirnya.Orang tidak akan terlalu banyak mengkritik atau melawan agen yang sangat
berkuasa,karena mereka tidak mau ambil risiko membuat agen itu tidak senang.Orang akan lebih
senang bekerjasama dengan agen yang mempunyai kekuasaan referensi yang kuat,meskipun agen
itu tidak melakukan apapun untuk mendorong kerjasama seperti itu.

Hanya ada sedikit penelitian yang menyelidiki hubungan antara kekuasaan dan pengaruh.
Hanya ada sedikit bukti tentan g usulan bahwa kekuasaan memengaruhi pilihan taktik
memengaruhi. Juga hanya ada sedikit bukti bahwa kekuasaan mengntrol keefektifan taktik
memengaruhi yang spesifik. Hanya ada bukti berupa anekdot bahwa kekuasaan meningkatkan
kepatuhan atau mengubah perilaku sitarget secara independent dengan menggunakan taktik yang
didasarkan pada kekuasaan ini. Jelas bahwa pertanyaan penelitian penting ini patut mendapat
perhatian lebih.
PENUTUP

I. KESIMPULAN

Pemimpin adalah orang yang memimpin orang terpilih sebagai pemimpin. ia terpilih sebagai
pemimpin karena memiliki keunggulan kompetitif dan atau keunggulan komperatif didalam
kelompoknya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam mengatur atau mendayagunakan sumber-sumber
potensial yang ada dalam organisasinya tersebut. Di dalam sebuah kepemimpinan, tidak akan lepas
juga dari istilah kekuasaan. Kekuasaan ini bersifat dominan. Karena apabila kekuasaan tidak ada
dalam diri seorang pemimpin, maka kurang utuh wewenang dari pada pemimpin yang
bersangkutan. Banyak seorang ahli yang telah menyatakan definisi-definisi dari kekuasaan.
Kekuasaan (power) erat sekali hubungannya dengan kepemimpinan. Dengan memberikan
hubungan yang menyeluruh antara kepemimpinan dan kekuasaan Kekuasaan mempunyai peranan
yang dapat menentukan nasib berjuta - juta manusia. Hubungan pemimpin dan kekuasaan tak
terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang
pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan
yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk memanfaatkan genesis (asal usul)
kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat.

II. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai