Oleh:
Universitas Udayana
2019
PENDAHULUAN
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai Pemimpin minimal mampu
memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang secara ideal dipatuhi
dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pimpinan akan kacau balau. Oleh karena itu, harus
ada seorang pemompin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan
individu, kelompok dan organisasi. Mempengaruhi merupakan inti dari kekuasaan,agar seseorang
dapat menjadi pemimpina yang efektif orang itu harus mampu mempengaruhi orang lain, agar mau
menjalankan permintaan, serta menjalankan kebijakannya. Kekuasaan adalah kapasitas untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain dalam arah yang diinginkan. Kekuasaan digunakan
untuk menjelaskan kapasitas absolut seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku atau sikap
seseorang atau lebih yang ditunjuk sebagai target pada satu waktu tertentu.
PEMBAHASAN
Komitmen. Istilah komitmen (commitment) menjelaskan hasil yang target secara internal
menyetujui keputusan atau permintaan agen dan memberikan dukungan penuh untuk
melaksanakan apa yang menjadi permintaan atau mengimplementasikan keputusan secara efektif.
Untuk tugas yang kompleks dan sulit, komitmen umumnya merupakan hasil yang paling berhasil
dari prespektif agen yang melakukan usaha mempengaruhi.
Reaksi target atas permintaan agen tidak hanya menjadi dasar untuk mengevaluasi
keberhasilan. Upaya mempengaruhi juga bisa mempengaruhi hubungan antar pribadi dan cara
orang lain melihat agen (misal, etis, mendukung, menyenangkan, kompeten, dapat diandalkan,
kuat). Bagaimana pemimpin berupaya memengaruhi seseorang dapat memperbaiki hubungan atau
membuat hal itu kurang bersahabat dan kooperatif. Sebenarnya, sejumlah jenis upaya untuk
mempengaruhi terutama dimaksudkan untuk mengubah cara orang melihat agen, bukan untuk
mencapai tujuan tugas yang mendesak. Contoh, untuk meningkatkan peluang promosi dalam
organisasi, seseorang mungkin berusaha menciptakan kesan bahwa dia sangat kompeten dan loyal.
1.3. Proses Mempengaruhi
Penjelasan psikologis tentang pengaruh seseorang terhadap orang lain berkaitan dengan
motif dan persepsi target dalam hubungannya dengan tindakan agen dan konteks yang di situ
interaksi itu teriadi. Kelman (1956) berpendapat, ada tiga jenis proses memengaruhi, yaitu
kepatuhan instumen (instrumental compliance), internalisasi (internalization, dan identifikasi
personal (personal identification). Proses memengaruhi ini secara kualitatif berbeda satu dengan
yang lainnya, tetapi lebih dari satu proses dapat teriadi bersamaan. Sebagai contoh, target mungkin
akan berkomitmen melaksanakan program baru yang diajukan agen, karena target mengakui agen,
memercayai ide program tersebut, dan mengharapkan memperoleh manfaat nyata dengan
mendukungnya.
Identifikasi personal. Si target meniru perilaku agen atau mengambil sikap yang sama
agar disukai oleh agen dan menjadi seperti agen itu. Motivasi target bisa berkaitan dengan
kebutuhan si target untuk diterima atau dihargai. Dengan melakukan sesuatu untuk mendapat
persetujuan dari agen, si target dapat menjaga hubungan dengan memuaskan kebutuhannya untuk
diterima. Menjaga hubungan dengan agen yang menarik mungkin akan membantu memuaskan
kebutuhan si target untuk dihargai oleh orang lain, dan menjadi seperti agen yang menarik akan
membantu si target itu mempertahan citra diri yang lebih menguntungkan.
II. JENIS DAN SUMBER KEKUASAAN
Upaya untuk memahami kekuasaan biasanya melibatkan pembedaan berbagai tipe
kekuasaan. French dan Raven (1959) membuat taksonomi untuk mengklasifikasikan berbagai tipe
kekuasaan menurut sumbernya. Taksonomi ini mencakup lima tipe kekuasaan yang berbeda.
Taksonomi French dan Raven memberi banyak pengaruh pada penelitian selanjutnya mengenai
kekuasaan, tetapi tidak meliputi semua sumber kekuasaan yang relevan bagi manajer. Contoh,
kontrol atas informasi juga merupakan sumber kekuasaan yang relevan bagi manajer (Pettigrew,
1972; Yukl & Falbe, 1991).
Konseptualisasi lain tentang sumber kekuasaan yang secara luas diterima adalah dikotomi
antara ”kekuasaan posisi (position power)” dan ”kekuasaan personal (personal power)" (Bass,
1960; Etzioni, 1961). Berdasarkan konseptualisasi dua faktor ini, kekuasaan sebagian berasal dari
kesempatan yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi, dan sebagian merupakan bagian
dari karakteristik agen dan hubungan agen-target. Penelitian yang dilakukan oleh Yukl dan Falbe
(1991) memperlihatkan bahwa kedua tipe kekuasaan ini relatif independen, dan masing-
masingnya memiliki beberapa komponen yang berbeda tetapi sebagian saling tumpang tindih.
Kekuasaan posisi meliputi pengaruh potensial yang berasal dari wewenang yang sah,
kendali atas sumber daya dan penghargaan, kendali atas hukuman, kendali atas informasi, serta
kendali atas lingkungan fisik tempat kerja. Kekuasaan personal meliputi pengaruh potensial yang
berasal dari keahlian dalam melaksanakan tugas dan pengaruh potensial yang didasarkan pada
persahabatan dan loyalitas. Faktor penentu kekuasaan yang posisi dan yang personal berinteraksi
dalam cara yang rumit dan terkadang sangat sulit untuk membedakan di antara keduanya.
Relevansi kekuasaan untuk memberikan penghargaan ketika digunakan dengan cara yang
tepat juga didukung oleh penelitian mengenai pemimpin yang menggunakan perilaku penghargaan
yang tergantung situasi. Dalam tinjauan terhadap penelitian ini, Podsakoff, Todor, Grover, and
Huber (1984) berkesimpulan bahwa pemberian penghargaan yang tergantung pada kinerja
bawahan menghasilkan kepuasan dan kinerja bawahan yang tinggi. Beberapa penelitian ini juga
berpendapat bahwa hukuman yang tergantung pada situasi akan memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja bawahan ketika penggunaannya dikombinasikan dengan penghargaan (Arvey &
Ivancevich, 1980; Podsakoff, Todor & Skov, 1982). Jadi, kekuasaan yang memaksa pun bisa
berguna dalam sejumlah situasi.
Keterbatasan lainnya banyak studi tentang kekuasaan adalah perhatian yang tidak cukup
terhadap hubungan antara sumber kekuasaan yang berbeda. French dan Raven (1959) berpendapat
bahwa tipe berbagai kekuasaan itu saling berkaitan dengan cara yang kompleks. Sebagai contoh,
pemimpin dengan wewenang yang cukup besar kemungkinan memiliki kekuasaan untuk
memberikan penghargaan dan kekuasaan memaksa yang juga lebih besar, serta penggunaan
bentuk kekuasaan seperti ini mungkin akan berpengaruh pada pemimpin yang kekuasaannya
berdasarkan telerensi. Metaanalisis studi tentang kekuasaan (Carson, Carson, & Roe, 1993)
menemukan korelasi Penting di antara beberapa sumber kekuasaan yang berbeda, tetapi sulit untuk
menentukan hingga batas mana hubungan ini merefleksikan bias penilai, bukan hubungan yang
aktual. Studi tentang kekuasaan tidak berusaha mengidentifikasi dampak yang berbeda dari jenis
kekuasaan yang berbeda, dan studi itu juga tidak menguji interaksi antar berbagai tipe kekuasaan.
Studi yang telah menganalisa bagaimana kekuasaan pemimpin menjadi dasar interaksi untuk
memengaruhi sikap dan perilaku bawahan di bawah kondisi yang berbeda dan hasilnya sulit
diinterpretasikan.
III. TAKTIK MEMPENGARUHI
Pada dua dekade terakhir, peneliti mulai menguij tipe perilaku spesifk yang digunakan untuk
memengaruhi, bukannya memfokuskan diri secara eksklusif pada kekuasaan sebagai sumber
potensial untuk memengaruhi. Jenis perilaku yang digunakan secara sengaja untuk memengaruhi
sikap dan perilaku orang lain biasanya disebut sebagai taktik memengaruhi.
Kekuasaan agen dapat secara langsung memengaruhi pilihan agen dalam memilih taktik
memengaruhi (digambarkan dengan panas #1). Beberapa taktik membutuhkan tipe kekuasaan
yang khusus agar efektif,dan pemimpin dengan kekuasaan yang relevan akan lebih mungkin
menggunakan taktik ini. Sebagai contoh, taktik pertukaran membutuhkan kekuasaann yang
memberikan penghargaan,yakni agen akan mendapatkan sesuatu yang mempunyai nilai untuk
dipertukarkan dengan si target. Bentuk tekanan yang kuat seperti peringatan dan ancaman akan
lebih banyak digunakan oleh agen yang menggunakan keuasaanyang memaksa terhadap si target.
Persuasi rasional akan lebih banyak digunakan ketika agen mempunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk menjelaskan mengapa permintaan itu penting dapat dilaksanakan.
1 Kekuasaan pemimpin 2
3
Hal dari pengaruh
Perilaku pemimpin
Komitmen
yang memengaruhi
Kepatuhan
Perlawanan
Gambar 6-1 Efek dari Kekuasaan dan Perilaku Memengaruhi dari Agen pada Hasil Memengaruhi
dari pada agen dengan kekuasaan yang rendah dalam memeberikan penghargaan.Perhatikan
bahwa persepsi si target terhadap kekuasaan agen dalam memberikan penghargaan adalah lebih
penting daripada kendali agen yang sebenarnya terhadap penghargaan itu. Dalamtema film
klasik,milyuner yang berpura-pura menjadi pengemis menawarkan uang banyak pada orang asing
bila mau melakukan sesuatu ,dan orang asing menolak melakukan karena yakin agen itu miskin.
Sebaliknya,penipu yang berpakaian bagus tetapi memiliki sedikit uang terkadang mampu
memengaruhi orang lain untuk memperpanjang utang dan meminjamkan sesuatu yang bernilai
dengan harapan (yang tidak dapat dipenuhinya) utang itu akan dikembalikan dalam pembelian
mendatang.
Kemungkinan lain (digambarkan dengan panah #3) adalah kekuasaan agen dapat
memengaruhi agen,tidak masalah apakah agen itu melakukan upaya memengaruhi yang jelas atau
tidak. Sebagai contoh,orang akan lebih bekerjasama dengan agen yang memiliki kekuasaan besar
untuk memberikan penghargaan dengan harapan akan mendapatkan penghargaan dimasa depan.
Contoh klasik diberikan oleh kasus tentang saudara yang sangat baik dan ramah ke paman yang
tua dan kaya,tetapi mengabaikan paman yang mereka anggap miskin.Dalam organisasi,orang
bertindak berbeda terhadap seseorang dengan kekuasaan posisi yang tinggi,karena mereka sadar
ada kemungkinan bahwa orang itu dapat memengaruhi kinerja pekerjaan dan kemajuan
karirnya.Orang tidak akan terlalu banyak mengkritik atau melawan agen yang sangat
berkuasa,karena mereka tidak mau ambil risiko membuat agen itu tidak senang.Orang akan lebih
senang bekerjasama dengan agen yang mempunyai kekuasaan referensi yang kuat,meskipun agen
itu tidak melakukan apapun untuk mendorong kerjasama seperti itu.
Hanya ada sedikit penelitian yang menyelidiki hubungan antara kekuasaan dan pengaruh.
Hanya ada sedikit bukti tentan g usulan bahwa kekuasaan memengaruhi pilihan taktik
memengaruhi. Juga hanya ada sedikit bukti bahwa kekuasaan mengntrol keefektifan taktik
memengaruhi yang spesifik. Hanya ada bukti berupa anekdot bahwa kekuasaan meningkatkan
kepatuhan atau mengubah perilaku sitarget secara independent dengan menggunakan taktik yang
didasarkan pada kekuasaan ini. Jelas bahwa pertanyaan penelitian penting ini patut mendapat
perhatian lebih.
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang memimpin orang terpilih sebagai pemimpin. ia terpilih sebagai
pemimpin karena memiliki keunggulan kompetitif dan atau keunggulan komperatif didalam
kelompoknya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam mengatur atau mendayagunakan sumber-sumber
potensial yang ada dalam organisasinya tersebut. Di dalam sebuah kepemimpinan, tidak akan lepas
juga dari istilah kekuasaan. Kekuasaan ini bersifat dominan. Karena apabila kekuasaan tidak ada
dalam diri seorang pemimpin, maka kurang utuh wewenang dari pada pemimpin yang
bersangkutan. Banyak seorang ahli yang telah menyatakan definisi-definisi dari kekuasaan.
Kekuasaan (power) erat sekali hubungannya dengan kepemimpinan. Dengan memberikan
hubungan yang menyeluruh antara kepemimpinan dan kekuasaan Kekuasaan mempunyai peranan
yang dapat menentukan nasib berjuta - juta manusia. Hubungan pemimpin dan kekuasaan tak
terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang
pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang
memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan
yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk memanfaatkan genesis (asal usul)
kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat.