Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI PERPAJAKAN

AKUNTANSI SEWA

Disusun Oleh :

Nama : Farulina Pamelia R Gogos

Kelas : AK 4C

NIM : 171520034

Dosen Pembimbing : Yeni Widyanti, SE.,M.AK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tanpa bantuan dari Allah SWT, Saya bukanlah siapa-siapa.
Selain itu, Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga,
serta teman – teman yang sudah mendukung sehingga Saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Akuntansi Perpajakan
dengan judul “ Akuntansi Sewa ”

Dan Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, Saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini Saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Demikian Saya ucapkan terima kasih dan Saya berharap makalah


akuntansi sewa ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Palembang, MARET 2019

Penulis

UNIVERSITAS BINA DARMA i


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR . ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................

2.1 Definisi Sewa ....................................................................................... 3


2.2 Klasifikasi Sewa ................................................................................... 4
2.3 Bagaimana Pelaksanaan Transaksi Sewa ............................................. 6
2.4 Keuntungan dan Kerugian Sewa .......................................................... 6
2.5 Praktik Akuntansi Sewa ........................................................................ 8
2.6 Perhitungan Pembayaran Sewa............................................................. 9
2.7 Hubungan Pajak Dengan Akuntansi Sewa ......................................... 12
2.8 Penyerahan Jasa Dalam Kategori Sewa ............................................. 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................

3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

UNIVERSITAS BINA DARMA ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti bisa mempertahakan dirinya
masing masing. Banyak cara yang ditempuh manusia untuk mempertahankan
hidupnya. Salah satu cara yang bisa di tempuh untuk mempertahankan hidupnya
dengan menjalankan bisnis. Seiring dengan perkembangan zaman dan juga
berkembangnya dunia bisnis,kebutuhan dana menjadi hal yang tidak dapat
dihindari baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang
tergabung dalam suatu badan hukum dalam meningkatkan mutu produknya,
sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun tingkat
kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak
orang yang mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang
penyediaan dana atau barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain di dalam
mengembangkan usahanya.

Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah
sewa. Saat ini, sewa menurut PSAK No 30 menyebutkan bahwa sewa ( lease )
adalah suatu perjanjian di mana lessor memberikan hak kepada lessee untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang di sepakati. Sebagai
imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada
lessor. Dari sisi tujuan, pernyataan sewa di dalam PSAK ini adalah untuk
mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessee
maupun lessor dalam hubungannya dengan sewa ( lease). Oleh karena itu
pemahaman atas perlakuan sewa harus sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku atau yang telah di tetapkan, khususnya dalam PSAK No. 30 mengenai
Akuntansi Sewa.

UNIVERSITAS BINA DARMA 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sewa ?
2. Apa saja klasifikasi sewa ?
3. Bagaimana pelaksanaan transaksi sewa ?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian pada sewa ?
5. Bagaimana cara praktik akuntansi sewa ?
6. Bagaimana cara perhitungan pembayaran sewa ?
7. Apa saja penyerahan jasa dalam kategori sewa ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami definisi dari sewa.


2. Mengetahui apa saja klasifikasi sewa.
3. Memahami pelaksanaan transaksi sewa.
4. Mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian pada sewa.
5. Memahami cara praktik akuntansi sewa.
6. Memahami cara perhitungan pembayaran sewa.
7. Mengetahui penyerahan jasa dalam kategori sewa.

UNIVERSITAS BINA DARMA 2


BAB II

2.1 Definisi Sewa


Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri
berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum diartikan sebagai sewa
– menyewa. Sewa – menyewa merupakan suatu perjanjian dimana lessor
memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode
waktu yang telah disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran
atau serangkaian pembayaran kepada lessor( IAI : 2009 ).
Dari definisi tersebut memberikan pengertian yaitu perjanjian yang dibuat
oleh kedua belah pihak yaitu lessor ( pemberi sewa ) dan lease ( penyewa) dimana
dalam perjanjian tersebut pihak lessor memberikan atau mengalihkan hak guna
atau hak pakai atas aset yang dimilikinya baik berupa tanah, kendaraan, peralatan
maupun aset lainnya yang dapat disusutkan selama beberapa periode tertentu
kepada pihak lessee. Sebagai balas jasa kepada pihak lessor dari hak pakai
terhadap aset tersebut, lessee dituntut untuk membayar sejumlah uaang sewa atau
kompensasi sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak.
Demikian juga dengan lamanya perjanjian tergantung kepada perjanjian yang
dibuat oleh lessor dan lessee bervariasi sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak.
Berdasarkan definisi – definisi tersebut maka, dapat disimpulkan beberapa
unsur yang terdapat dalam leasing yaitu:
1. Lessor yaitu pihak yang menyediakan aset atau barang – barang modal
antara lain perusahaan – perusahaan yang mendapat izin dari
Departemen Keuangan.
2. Lessee yaitu pihak yang menyewa aset atau pihak – pihak yang
membutuhkan barang – barang modal.

UNIVERSITAS BINA DARMA 3


3. Objek sewa yaitu barang – barang yang menjadi objek perjanjian
leasing meliputi segala macam barang modal mulai dari yang
berteknologi menengah ataupun keperluan kantor.
4. Pembayaran secara berkala dalam jangka waktutertentu yang bisa
dilakukan setiap bulan, setiap kuartal atau setengah tahun sekali.
5. Nilai sisa yang ditentukan sebelum perjanjian dimulai.
6. Adanya hak opsi bagi lessee pada akhir masa leasing dimana lessee
mempunyai hak untuk menentukan apakah ia ingin membeli barang –
barang tersebut dengan harga sebesar nilai sisa atau mengembalikkan
kepada lessor.
7. Lease term adalah suatu periode perjanjian sewa.

2.2 Klasifikasi Sewa


Klasifikasi sewa yang digunakan dalam PSAK No.30 Revisi 2007
didasarkan atas seberapa besar risiko dan yang terkait dengan kepemilikan aset
sewaan berada pada lessor atau lessee. Sewa diklasifikasikan sebagai pembiayaan
bila sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset, sehingga suatu sewa diklasifikasikan sebagai
sewa operasi bila sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Dapat pula dinyatakan bahwa
klasifikasi dimaksud didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk
kontrak.
Secara umum sewa mempunyai 2 klasifikasi dasar seperti disampaikan
dalam PSAK No.30 yaitu:
1. Sewa Pembiayaan ( Financelease )
Sewa pembiayaan adalah sewa yang mengalihkan secara substansi
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu
aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak
dialihkan.
Pada sewa pembiayaan, perusahaan sewa ( lessor ) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa ( lessee) umumnya

UNIVERSITAS BINA DARMA 4


memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan
sewa sebagai pemilik barang modal, melakukan pemesanan,
pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek
transaksi sewa.
2. Sewa Operasi ( Operating lease )
Sewa operasi adalah sewa selain sewa pembiayaan. Pada sewa
operasi, perusahaan sewa membeli barang dan modal dan selanjutnya
disewakan kepada penyewa guna usaha. Perusahaan sewa dalam sewa
operasi ini bertanggung jawab atas biaya – biaya pelaksanaannya
seperti asuransi, pajak, atau pemeliharaan barang modal.
Untuk tujuan akuntansi, Financial Accounting Standards Board Statement (
FASB Statement ) No.13 mengklasifikasikan sewa menjadi berikut ini.

Dari Segi Lessor

Sewa pembiayaan yang terdiri atas:

1. Sewa Penjualan ( Sales Type LeaseI )


Sewa ini merupakan transaksi sewa pembiayaan secara langsung (
direct financing lease ) dimana dalam jumlah transaksi termasuk
laba yang diperhitungkan oleh pabrik atau penyalur yang juga
merupakan perusahaan sewa.
2. Sewa Pembiayaan Langsung ( Direct Financing Lease )
Hal ini juga salah satu bentuk sewa pembiayaan yang dibiayai
langsung oleh lessor.
3. Leveraged lease
Transaksi sewa jenis ini melibatkan pihak penyewa ( lessee ),
perusahaan sewa ( lessor ), dan kreditor jangka panjang ( credit
provider ) yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa.

Dari Segi Lessor

Sewa operasi yang terdiri atas:

UNIVERSITAS BINA DARMA 5


1. Sewa pembiayaan ( financial lease )
2. Operating Lease ( true lease )
Barang yang disewakan tidak diamortisasi selama primary lease
period dan pihak lessor tidak mengharapkan profit rental lease.

2.3 Pelaksanaan Transaksi Sewa


Mengacu pada PSAK No.30 ( Revisi 2007 ) tentang sewa, teknis
pelaksanaan transaksi sewa mencakup:
1. Sewa Usaha Langsung ( DirectLease )
Dalam transaksi sewa usaha langsung penyewa guna usaha (
lessee ) belum pernah memiliki brang modal yang menjadi objek
sewa, sehingga atas permintaan perusahaan sewa untuk membeli
barang modal.
2. Jual dan Sewa – Balik ( Sale and Lease – Back )
Dalam transaksi jual dan sewa – balik, pihak lesse terlebih dahulu
menjual sewa ( lessor ) dan barang modal yang sama kemudian
dilakukan kontrak sewa antara lessee sebagai pemilik semula dengan
lessor.
Transaksi sewa dapat dilakukan secara bersama – sama oleh beberapa
perusahaan sewa ( lessor ) dengan hanya satu penyewa( lessee ). Sewa demikian
disebut sewa sindikasi ( syndicated Lease ). Hal tersebut dilakukan karena nilai
transaksi terlalu besar atau adanya faktor lain.

2.4 Keuntungan dan Kerugian Sewa


Ketentuan yang telah disepakati oleh pihak lessor dengan lessee dapat
bervariasi. Ketentuan yang terdapat dalam kontrak meliputi jangka waktu kontrak,
pembayaran sewa, beban pajak, beban asuransi, dan pemeliharaan, pembatasan
akuantansi lessee dalam hal pembayaran dividen, alternatif pada saat masa
kontrak berakhir sebagai contoh adanya pembaruan kontrak atau pilihan membeli.
Didasarkan pada hal itulah dapat menimbulkan keutungan dan kerugian leasingini
ditinjau dari segi lessee dan lessor.

UNIVERSITAS BINA DARMA 6


Keuntungan bagi lessee adalah sebagai berikut.
1. Lessee dapat menghindarkan diri dari kebutuhan dana besar
dengan bunga yang tinggi.
2. Risiko keusangan dapat dihindari atau dikurangi karena lessee
dapat menukarkan kepada lessor setelah pemakaian.
3. Perjanjian kontrak leasing lebih luwes.
4. Biaya perushaan lebih rendah/murah.
5. Utang di laporan keuangan tidak berubah sehingga rasio leverage
tidak terpengaruh.

Kerugian bagi lessee adalah sebagai berikut.

1. Pihak lessee harus memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan


lessor untuk melindungi barang dalam bentuk pembatasan
pengoperasian asuransi dan sebagainya.
2. Kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan pada akhir sewa.
3. Barang yang diterima tidak dapat dijadikan jaminan kredit karena
tidak dicatat sebagai aset.
4. Hak penggunaan atas barang sewa merupakan aset takberwujud
yang tidak disajikan sebagai aset tetap.
5. Dalam hal menggunakan khususnya sewa pembiayaan akan
menjadi kurang tepat apabila lessee hanya membutuhkan aset
jangka pendek. Hal ini dpat menjadi biaya besar, apabila terjadi
pembatasan sebelum perjanjian selesai.

Keuntungan bagi lessor adalah sebagai berikut.

1. Secara hukum lessor berhak menjual barang yang sewa.


2. Secara akuntansi lessor masih mempunyai hak untuk menyusutkan
aset tetap yang di sewa, karena hak kepemilikannya masih berada
pada lessor.

Kerugian bagi lessor adalah sebagai berikut.

UNIVERSITAS BINA DARMA 7


1. Mempunyai risiko yang besar, apabila barang yang disewa
mendapat tuntutan dari pihak ketiga.
2. Tidak dapat melakukan tuntutan ( complaint lessor ) kepada pabrik
atau langsung kepada pemasok ( seharusnya lessee sebagai
pengguna barang ).

2.5 Praktik Akuntansi Sewa

Sebelum melanjutkan praktik akuntansi sewa ini terlebih dahulu


diperlukan pengujian untuk menetapkan apakah sewa ini termasuk dalam kategori
sewa pembiayaan atau sewa operasi. Berikut adalah kriteria yang diatur dalam
FASB Statement No. 13. Kriteria yang harus dipenuhi lessee agar dianggap
sebagai sewa pembiayaan.

1. Lessor akan memudahkan hak pemilikan aset pada lessee yaitu pada
akhir periode sewa berakhir.
2. Dalam kontrak sewa mempunyai alternatif membeli atau tidak
membeli.
3. Jangka waktu sewa 75% atau lebih dan pada taksiran umur ekonomi
dari aset yang disewakan dan permulaan masa sewa tidak jatuh pada
sisa 25% dari umur ekonomis aset yang disewakan.
4. Nilai sekarang ( present value ) dari pembayaran sewa pada permulaan
sewa minimum harus sama atau lebih besar dari 90% atau lebih dari
nilai pasar wajar bagi lessor setelah dikurangi kredit investasi (
executory cost, yaitu biaya pemeliharaan, asuransi, dan pajak ) yang
ditahan lessor.
Bagi lessee salah satu dari persyaratan di atas harus terpenuhi untuk
dapat dianggap sebagai sewa pembiayaan. Apabila ternyata terpenuhi
maka dianggap sebagai sewa operasi.
Selanjutnya kriteria bagi lessor apabila salah satu dari keempat kriteria tersebut
terpenuhi dan juga memenuhi kriteria sebagai berikut.

UNIVERSITAS BINA DARMA 8


1. Kemungkinan pembayaran sewa minimum tertagih dapat diramalkan
secara wajar ( reasonable ).
2. Tidak adanya kepastian yang memadai ( reasonable certainty )
mengenai jumlah biaya yang tidak dapat diminta kembali yang
dikeluarkan oleh lessor untuk aset yang disewakan.

Apabila sewa diatas terpenuhi maka sewa harus digolongkan sebagai sales –
typelease, direct financing lease, atau leverage lease. Demikian sebaliknya
apabila tidak terpenuhi akan dikelompokkan ke dalam sewa operasi.

2.6 Perhitungan Pembayaran Sewa

Pada saat perjanjian sewa diadakan, yaitu antara pihak – pihak lesse dan
lessor, maka saat itu juga ditentukan cara pembayarannya yaitu :

1. Payment in advance, yaitu pembayaran sewa dilakukan didepan


2. Payment in arrears, yaitu pembayaran sewa dilakukan dibelakang.

Rumusan yang digunakan untuk perhitungan tersebut sebagai berikut.

Dalam Perlakuan PPh atau sewa, masalah kegiatan sewa ( leasing )


adalah kegitan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
sewa dengan hak opsi maupun sewa tanpa hak opsi untuk digunakan oleh lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Dalam keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 memberikan


kriteria sewa, baik dengan hak opsi atau tanpa hak opsi. Kriteria tersebut adalah
sebagai berikut.

1. Sewa dengan Hak Opsi

UNIVERSITAS BINA DARMA 9


Kegiatan sewa digolongkan sebagai sewa dengan hak opsi apabila
memenuhi kriteria, antara lain:
a. Jumlah pembayaran sewa selama masa sewa pertama ditambah dengan
nilai sisa barang modal, harus dapat menutup biaya perolehan barang
modal dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa sekurang – kurangnya:
1) 2 tahun untuk barang modal golongan I
2) 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III
3) 7 tahun untuk golongan bangunan.
c. Perjanjian sewa memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

2. Sewa Tanpa Hak Opsi


Kegiatan sewa digolongkan sebagai sewa tanpa hak opsi dengan
kriteria, antara lain:
a. Jumlah pembayaran sewa selama masa sewa pertama tidak dapat
menutupi biaya perolehan barang modal yang disewakan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor
b. Perjanjian sewa tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Dengan keputusan Menteri Keuangan diatas juga menetapkan bahwa sewa
dengan hak opsi sebagai kegiatan lembaga keuangan lainnya, maka lessor
diperlakukan sebagai lembaga keuangan bukan bank ( LKBB ).
Ketentuan masalah perpajakan yang berkaitan dengan pajak penghasilan
untuk lessor dan lessee adalah sebagai berikut.
Sewa dengan hak opsi ( financing lease ).
1. Bagi lessor.
a. Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran
sewa dikurangi angsuran pokok.
b. Lessor tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewakan.
c. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu – ragu
setinggi – tingginya 2,5% dan rata – rata saldo awal dan saldo akhir

UNIVERSITAS BINA DARMA 10


piutang sewa yaitu jumlah seluruh pembayaran sewa yang meliputi
angsuran pokok ( Principle ) dan bunga.
d. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan jumlah PPh
sebagai hasil penerapan undang – undang Pajak Penghasilan terhadap
Penghasilan Kena Pajak berdasarkan laporan triwulan terakhir yang
disetahunkan dibagi 12 bulan. Apabila lessor juga melaksanakan
kegiatan sewa tanpa hak opsi, maka laporan keuangan triwulanan
dimaksud adalah laporan keuangan triwulanan gabungan.

2. Bagi lessee
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan sampai saat lessee
menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut
penyusutan dilakukan mulai tahun pajak digunakannya hak opsi.
b. Dasar penyusutan yang dipakai setelah lessee menggunakan hak
opsi untuk membeli barang modal tersebut adalah nilai sisa (
Residual Value ) barang modal yang bersangkutan.
c. Pembayaran sewa yang dibayarkan terutang, kecuali pembebanan
atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto sepanjang transaksi sewa tersebut dapat
digolongkan sebagai sewa dengan hak opsi.
3. Atas pembayaran sewa yang dibayar atau terutang oleh lessee tidak
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23.

Sewa tanpa hak opsi.

1. Bagi Lessor.
a. Seluruh pembayaran sewa yang diterima atau diperoleh
merupakan objek PPh.
b. Pembebanan biaya penyusutan atas barang modal yang disewakan
dimulai pada tahun pajak barang modal yang bersangkutan.
c. Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan
piutang ragu – ragu.

UNIVERSITAS BINA DARMA 11


2. Bagi Lessee.
a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
di sewakan.
b. Pembayaran sewa yang dibayarkan atau yang terutang adalah
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
c. Atas pembayaran sewa yang dibayarkan atau terutang oleh lessee
wajib dipotong PPh Pasal 23.

2.8 Penyerahan Jasa Dalam Kategori Sewa


Sebagai objek PPN sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat ( 1 ) huruf “ c
”, bahwa pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak
meliputi baik pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi belum dikukuhkan penyerahan dimaksud sebagai objek Pajak Pertambahan
Nilai.
Selanjutnya Pasal 4A ayat ( 3 ) huruf “ d “ bahwa kelompok jasa keuangan
dikategorikan sebagai jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
Salah satu jasa keuangan dimaksud yaitu jasa pembiayaan sewa dengan hak opsi.
Sebagai contoh ayat jurnal yang diperlukan perlu memperhatikan apakah sewa
guna usaha tersebut tidak dapat memiliki atau memiliki hak opsi.
Berikut ini ayat jurnal yang dibuat bila sewa guna usaha tidak memiliki
hak opsi sehingga dikategorikan sebagai sewa menyewa biasa pada umumnya:
Sebagai contohnya PT Asiarent yang telah dikukuhkan sebagai PKP
menyewakan alat berat seharga Rp 70.000.000,00 sebulan dengan pola SGU tanpa
hak opsi ( operating lease ) kepada PT Pembangunan yang juga telah dikukuhkan
sebagai PKP. Perhitungan sewa tersebut dilakukan sebagai berikut.

Harga sewa per bulan Rp 70.000.000,00

UNIVERSITAS BINA DARMA 12


PPN ( 10% x Rp 70.000.000,00 ) Rp 7.000.000,00
Rp 77.000.000,00

PPh Pasal 23 atas sewa


( 2% x Rp 70.000.000,00 ) Rp 1.400.000,00
Total pembayaran Rp 75.600.000,00

Ayat jurnal yang dibuat atas transaksi tersebut.


a. Pihak Lessor
Tgl Akun Debit ( Rp ) Kredit ( Rp )
Kas dan Bank 75.600.000,00
PPh Pasal 23 Dibayar di Muka 1.400.000,00
PPN Keluaran 7.000.000,00
Penghasilan Sewa 70.000.000,00

b. Pihak lease
Tgl Akun Debit ( Rp ) Kredit ( Rp )
Beban Sewa 70.000.000,00
PPN Masukan 7.000.000,00
PPh Pasal 23 Terutang 1.400.000,00
Kas dan Bank 75.600.000,00

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

UNIVERSITAS BINA DARMA 13


Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada
lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati.

Tujuan akuntansi, sewa diklasifikasikan menjadi dua bagian :

 Sewa Pembiayaan ( finance Lease ) adalah sewa yang mengahlikan


secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset. Hak milik akhirnya dapat diahlikan, dapat
juga tidak diahlikan.
 Sewa Operasi ( operating Lease ) adalah sewa yang tidak
mengahlikan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset.
Klasifikasi sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada
substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. PSAK 30( Revisi 2011 ),
yaitu sebagai berikut:
 Sewa tanah dan bangunan, merupakan elemen tanah dan bangunan
dinilai klasifikasinya secara terpisah sebagai sewa pembiayaan atau
sewa operasi dengan mempertimbangkan bahwa pada umunya tanah
memiliki umur ekonomis yang tidak terbatas.
 Aset dalam sewa pembiayaan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual, perlakuan akuntansi sesuai dengan PSAK 58 ( Revisi
2009 ) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang diHentikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/15228989/KEMBANG_MAKALAH_SEWA

http://rezwan-rizki.blogspot.com/2013/05/akuntansi-sewa.html?m=1

UNIVERSITAS BINA DARMA 14


http://www.pajakita.net/2014/10/aspek-perpajakan-pada-kegiatan-
sewa.html?m=1

Waluyo.2017.Akuntansi Pajak.Edisi ke-6.Jakarta:Penerbit Salemba Empat

.2017.Perpajakan Buku 2. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

UNIVERSITAS BINA DARMA 15

Anda mungkin juga menyukai