Anda di halaman 1dari 5

BAB 7

TUJUAN DAN BUKTI AUDIT

7.1 Tujuan Audit


Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :
1. Kelengkapan (Completeness), untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat
atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
2. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah
dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan
dicatat dengan tepat.
3. Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang
tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat
tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.
4. Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum telah diterapkan dengan benar.
5. Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan dalam
jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang
dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.
6. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal
yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta
penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.
7. Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal
neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah
transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.
8. Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan
pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan
dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.

7.2 Bukti Audit


Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka ataupun informasi lainnya
yang terjadi dalam bentuk laporan keuangan. Sehingga auditor bisa menggunakannya untuk
menyatakan pendapat utama mereka. Bukti audit bersifat vital karena bisa mendukung laporan
keuangan yang diterima dari data akuntansi dan semua informasi penguat untuk bisa dikerjakan
oleh para auditor.
Dalam bukti audit haruslah berkaitan dengan kuantitas bukti audit dan kecukupan bukti,
dimana beberapa faktor bisa meliputi kecukupan bukti yaitu materialitas. Selain itu ada resiko
audit, dimana resiko tersebut ada hubungan terbalik dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Bukti dianggap semakin efektif jika
semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi serta laporan
keuangannya.
 Jenis Bukti Audit
Mengingat jenis bukti audit bisa membantu dalam berbagai kegiatan auditing. Adapun
beberapa jenis-jenis yang termasuk kedalam bukti audit dan dinyatakan sangat penting,
diantaranya :
1. Bukti Fisik
2. Bukti Matematis
3. Bukti Perbandingan
4. Bukti Dokumenter
5. Catatan Akuntansi
6. Bukti Pengendalian Internal
7. Bukti Surat
8. Bukti Lisan atau Wawancara
9. Bukti Konfirmasi

7.3 Kecukupan Audit


Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecukupan bukti audit adalah:
1. Materialitas
Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan
keuangan. Karena tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit memiliki hubungan
terbalik, maka semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti
yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang
diperlukan pun akan semakin sedikit.
2. Risiko Audit
Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan memilki hubungan yang
terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat kepastian yang diyakini auditor
mengenai ketepatan pendapatnya adalah tinggi. Tingginya tingkat kepastian tersebut
menuntut auditor untuk menghimpun bukti audit yang lebih banyak.
3. Faktor-faktor Ekonomi
Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya ketika menghimpun bukti
audit. Auditor memiliki keterbatasan sumber daya yang akan digunakan untuk
memperoleh bukti yang diperlukan sebagai acuan dalam memberikan pendapat atas
laporan keuangan entitas. Auditor harus memperhitungkan apabila setiap tambahan
waktu dan biaya untuk mengumpulkan bukti audit memberikan manfaat terhadap
kuantitas dan kualitas bukti yang dikumpulkan.
4. Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti audit memiliki hubungan yang searah.
Semakin besar populasi, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil
dari populasi. Sebaiknya, semakin kecil ukuran populasi, semakin kecil pula jumlah
sampel bukti audit yang diambil dari populasi. Karakteristik populasi berkaitan dengan
homogenitas atau variabilitas unsur individu yang menjadi anggota populasi. Auditor
memerlukan lebih banyak sampel bukti audit dan informasi yang lebih kuat atau
mendukung tentang populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang
seragam.

7.4 Keputusan Penting tentang Bukti Audit


Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang
lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
1. Sifat Pengujian Audit
Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan
dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja
kompetitif suatu entias atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor.
Akhirnya bukti tersebut harus relevan dengan asers laporan keuangan manajemen. Auditor juga
harus mempertimbangkan biaya relative serta efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan
tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh
pemahaman yang diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau
melaksanakan pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan
audit yang penting tentang sifat pengujian audit tersebut.

2. Saat Pengujian Audit


Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta menarik
kesimpulan audit. AU 313.02,Substantive Test Prior to Balance Sheet Date (SAS45) menyatakan
bahwa pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang
masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir tahun buku.
Contoh, transaksi-transaksi pihak pihak yang memiliki hubungan istimewa. Selain itu, banyak
perencanaan audit yang meliputi upaya memperoleh pemahaman tentang pengendalian
internal, mengukur risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantive atas transaksi,
dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

3. Luas pengujian Audit


Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak bukti
audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat
risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai contoh,
seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak 50% dari akun yang ada dalam
akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun yang ada.

4. Penetapan Staf Audit


Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi sesuai
dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga mereka dapat
mengevaluasi bukti audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27), consideration of fraud in a
financial statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa auditor dapat menanggapi risiko salah
saji material yang disebabkan oleh kecurangan dengan cara penugasan personel. Tanggung
jawab yang ditetapkan harus disesuaikan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
personel yang ditugaskan sesuai dengan penilaian auditor atas tingkat risiko yang berkaitan
dengan tanggung jawab tersebut. Singkatnya auditor membuat empat pilihan penting yang
berkaitan dengan bukti audit; 1) bukti apa yang akan diperoleh (sifat), 2) bilamana akan
memperoleh bukti (saat), 3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas), 4) siapa yang akan
ditugaskan untuk memperoleh bukti (penetapan staf audit).

7.5 Pemrosesan Data Elektronik dalam Prosedur Audit


Pemrosesan data secara elektronik tersebut sering disebut dengan PDE (Pemrosesan Data
Elektronik) atau EDP (Electronic Data Processing). Dalam PDE yang sering terjadi adalah
proses pemasukkan masukan, penyimpanan, pengolahan yang mencakup kalkulasi, klasifikasi,
dan manipulasi data/fakta, penampilan dan pengendalian.
1) Karakteristik PDE :
a. Kompleksitas teknis
Sistem PDE dapat ditentukan menurut kompleksitas teknisnya dan sejauh mana sistem
PDE digunakan dalam organisasi. Sistem yg tidak kompleks dapat dibuat kompleks melalui
salah satu atau kombinasi dari beberapa cara: 1). Pemrosesan on-line, 2). Sistem komunikasi, 3).
Pemrosesan yang terditribusi, 4). Manajemen data base, 5). Sistem operasi yang kompleks.

b. Luas Pemakaian
Keluasan pemakaian PDE dalam suatu sistem juga berkaitan dengan kompleksitasnya.
Biasanya bila lebih banyak fungsi perusahaan dan akuntansi dilaksanakan oleh komputer, maka
sistemnya harus menjadi kompleks agar dapat menampung kebutuhan-kebutuhan pemrosesan.
Cara agar sistem dapat menjadi kompleks ialah dengan menambah jumlah siklus transaksi yang
dikomputerisasikan.

2) Pengendalian PDE

1. Pengendalian Umum : berkaitan dengan seluruh bagian sistem PDE sehingga harus
dievaluasi di bagian awal audit.
2. Pengendalian Aplikasi : diterapkan pada penggunaan tertentu dari sistem tersebut, seperti
pemrosesan penjualan dan penerimaan kas, dan harus dievaluasi secara khusus dalam
setiap area audit di mana klien menggunakan komputer dan auditor merencanakan untuk
mengurangi risiko pengendalian.

3) Memahami Struktur Pengendalian Intern


Tujuan pemahaman SPI dan penetapan risiko pengendalian adalah membantu
menentukan, berdasarkan kecukupan pengendalian intern yang ada, bahan bukti audit yang harus
dikumpulkan. Evaluasi pengendalian intern suatu sistem PDE dimulai dengan mendapatkan
informasi pendahuluan dari tiga sumber utama: Bagan arus, Kuesioner PDE, Daftar Kesalahan.

4) Auditing sekitar komputer (auditing around the computer)


Yaitu, apabila auditor hanya menggunakan segmen bukan PDE dari struktur
pengendalian intern untuk menetapkan risiko pengendalian. Untuk mengaudit di sekitar
komputer, auditor harus memiliki akses pada dokumen sumber yang cukup dan daftar keluaran
yang rinci dalam bentuk yang bisa dibaca, yang bisa terjadi bila kondisi berikut terpenuhi:
1. Dokumen sumber tersedia dalam bahasa non-mesin
2. Dokumen-dokumen disimpan dalam file dengan cara yang mudah ditemukan untuk
tujuan auditing
3. Keluaran didaftar dalam rincian yang mencukupi agar memudahkan auditor menelusuri
setiap transaksi dari dokumen sumber pada keluaran atau sebaliknya.

5) Auditing dengan menggunakan komputer


Tiga cara di mana auditor menggunakan komputer untuk melaksanakan prosedur audit:
1. Memproses data pengujian auditor pada sistem komputer klien sbg. bagian dari pengujian
pengendalian
2. Menguji pencatatan yang diselenggarakan komputer sebagai sarana untuk melakukan
verifikasi atas laporan keuangan klien
3. Menggunakan komputer untuk melaksanakan tugas audit terpisah dari catatan klien.
Prosedur ini dijalankan dengan menggunakan:
1. Pengujian data : menetukan apakah program komputer klien dapat menangani dengan
benar transaksi yang absah dan tidak absah. Kesulitan yang harus diatasi sebelum
pendekatan ini dapat digunakan: Data pengujian harus mencakup seluruh kondisi relevan
yang diinginkan auditor untuk diuji, program yang diuji oleh data pengujian auditor harus
sama seperti yang digunakan sepanjang tahun oleh klien, dan dalam beberapa kasus data
pengujian harus dihapus dari catatan klien
2. Parallel Simulation
Merupakan suatu program komputer yang dibuat sendiri oleh auditor untuk
menggantikan beberapa bagian dari sistem aplikasi yang digunakan oleh klien. Hal-hal
yang harus diperhatikan saat menggunakan teknik ini : biaya, komprehensif dan perhatian
akan adanya suatu pengecualian.

6) Perangkat lunak audit yang digeneralisasi


Dua manfaat penting program yang digeneralisasi:
1. Program-program ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga staf audit dapat dengan
cepat dilatih untuk menggunakan program itu walaupun mereka hanya memiliki sedikit
pendidikan formal PDE
2. Suatu program tunggal dapat diterapkan pada lingkup tugas yang luas tanpa harus
mengeluarkan biaya atau mengalami kesulitan dalam mengembangkan program
individual.
Kekurangan utama program ini adalah biaya awal yang besar dari pengembangannya dan
kecepatan pemrosesan yang relatif kurang efisien
7) Audit dengan bantuan komputer Mikro
Tugas auditor dengan komputer mikro tergantung pada situasi penugasan, tapi faktor
yang penting adalah perangkat lunak yang tersedia. Empat jenis perangkat lunak yang sering
digunakan adalah:
1. Perangkat lunak multi-guna komersial : misal spread-sheet elektronik dan pengolah kata
2. Template : format-format yang dirancang terlebih dahulu untuk tujuan kertas kerja dan
surat-surat dan disimpan menggunakan baik spread-sheet elektronik maupun pengolah
kata
3. Perangkat lunak pemakaian khusus
4. Program yang dibuat khusus

8) Audit atas Pusat Jasa Komputer


Pusat Jasa bertanggung jawab untuk merancang sistem komputer dan menjamin
pengendalian yang memadai untuk memastikan bahwa pemrosesan tersebut dapat diandalkan.
Kesulitan yang dihadapi auditor independen : menentukan kecukupan dari pengendalian pusat
jasa tersebut. Luas pemahaman dan pengujian pusat jasa tersebut harus didasarkan pada kriteria
yang sama dengan yang digunakan auditor dalam mengevaluasi SPI klien sendiri. Pemahaman
akan bergantung pada kompleksitas sistem itu dan sejauh mana auditor bermaksud mengurangi
risiko pengendalian yang diterapkan untuk mengurangi pengujian audit.

Anda mungkin juga menyukai