Anda di halaman 1dari 3

1.

Judul
Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap
Penerimaan Opini Going Concern
2. Penulis
a. Mirna Dyah Praptitorini
b. Dra. Indira Januarti, M.Si, Akt.
3. Nama Judul
Simposium Nasional Akuntansi X
4. Latar Belakang / Motivasi Riset
a. Latar belakang
Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam
mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Prediksi mengenai penerbitkan opini
kelangsungan usaha telah menjadi perhatian utama bagi auditor atau pemegang saham.
Tanggung jawab auditor yang berliku, tidak hanya dalam menilai laporan keuangan
ataupun mendeteksi kecurangan, tetapi juga menilai kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Hal terjadi karena ada permintaan dari
pemegang saham untuk memberikan informasi peringatan dini tentang prospek
perusahaan yang mampu mempengaruhi keputusan investasi pemegang saham.
b. Motivasi riset
Untuk memprediksi pengaruh kualitas audit, gagal bayar hutang dan belanja opini yang
dilakukan oleh perusahaan dengan kemungkinan menerima opini audit going concern.
Dengan cara mengungkap tren penerbitan opini audit going concern selama tahun normal
dan krisis
5. Rumusan Masalah
a. Apakah faktor kualitas audit berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern pada perusahaan financial disstress ?
b. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern pada perusahaan financia disstress ?
c. Apakah faktor opinion shopping berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan
opini going concern pada perusahaan financia disstress ?
6. Grand Theory
Teori Agensi merupakan teori yang menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu
kontrak yang melibatkan agen dengan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Prinsipal atau agen diasumsikan sebagai orang
ekonomi rasional yang termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders atau prinsipal
mendelegasikan wewenang kepada manajer dalam mengambil keputusan. Namun
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer tidak selalu sesuai keinginan
shareholders karena adanya moral hazard. Sehingga diperlukannya pihak ketiga yang
independen (auditor) sebagai mediator. Auditor sebagai pihak yang mampu
menjembatani kepentingan shareholders dengan memonitoring pekerjaan manajer
melalui laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberi opini atas laporan keuangan
(mengenai kewajaran) dan mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan.
7. Kerangka Berpikir
Kualitas Audit

Debt Default Opini Going Concern

Opinion Shopping

8. Hipotesis
a. H1 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Opini : Auditor yang telah memiliki reputasi yang baik tentu akan cendeung
mempertahankan reputasinya dengan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa
merusak reputasinya, sehingga akan berusaha selalu objektif terhadap pekerjaannya.
b. H2 : Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern
Opini :Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang dan bunga
merupakan indikator going concern dalam menilai kelangsungan hidup suatu
perusahaan.
c. H3 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern
Opini : Perusahaan yang sering mengganti auditor setelah menerima opini going
concern belum tentu mencerminkan praktik opinion shopping. Terlebih kemungkinan
opinion shopping sering terjadi pada perusahaan yang cenderung mempertahankan
audito lama. Hal ini menunjukkan indikasi kurangnya independensi auditor di
Indonesia.
9. Metode Penelitian
a. Lokasi penelitian :
b. Sumber data
c. Populasi dan sampel
d.
10. Hasil
11. Kesimpulan
a. Variabel kualitas audit yang diproksikan dengan auditor industry sprecialization
tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern namun
searah dengan hipotesis. Hal ini menunjukkan bahwa auditor spesialis berusaha
mempertahankan reputasinya dengan bersikap objektif serta pengklasifikasian
auditor spesialis sehingga pengaruhnya belum dapat dibuktikan. Kemungkinan ini
bisa terjadi disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang memenuhi.
b. Variabel debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung
mendapatkan opini non going concern saat tidak melakukan pergantian auditor
sehingga menunjukkan indikasi kurangnya tingkat independensi auditor di Indonesia.
c. Berdasarkan tabel distribusi diperoleh temuan bahwa jumlah opini going concern
yang diterima auditee saat masa krisis ekonomi lebih sedikit dibandingkan pada
kondisi normal (pasca krisis) yaitu 87 auditee pada tahun 1997-1999 dan 99 auditee
pada tahun 2000-2002.
12. Keterbatasan dan Saran
Keterbatasan
Penelitian karena hanya menggunakan 3 variabel dengan periode pengamatan 6 tahun.
Sehingga kurang dalam menentukan tren penelitian opini going concern dalam jangka
panjang.
Saran
Menambahkan variabel lain seperti strategic action perusahaan, memperpanjang waktu
penelitian, meneliti praktik opinion shopping setelah dikeluarkannya peraturan
BAPEPAM No. Kep-20/PM/2002 tgl 12 November 2002 serta SK Menteri Keuangan
No, 423/KMK-06/2002 tentang pembatasan hubungan auditee dan jangka waktu auditor
untuk membuktikan tingkat kepatuhan auditee dan independensi auditor.

Anda mungkin juga menyukai