Anda di halaman 1dari 21

Nama : Resti Rumanti

NIM : 171011202624

Kelas 06SAKM006 (Reg B 454)

Tema : Reputasi Auditor

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN – REVIEW JURNAL

Judul jurnal : Pengaruh Reputasi Auditor, Total Aset, Audit Tenure, dan Komite Audit
Terhadap Opini Audit Going Concern

Ringkasan Latar Belakang

Seorang auditor dituntut harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup suatu perusahaan, dan ketika auditor menemukan adanya keraguan
terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya auditor harus memberikan
opini audit modifikasi going concern kepada perusahaan (Rahmat, 2016).

Fenomena yang terkait dengan penelitian ini yaitu mengenai perusahaan Toshiba yang
terbukti menggelembungkan laba perusahaan, juga pernah terjadi sebelumnya terhadap
beberapa perusahaan besar seperti kasus Enron dan Worldcom. Ketiadaan tata kelola yang
baik itu juga membuat komite audit baru bisa mengakses laporan keuangan setelah diaudit
oleh akuntan publik, dan terdapat ketidaktelitian yang dilakukan oleh pihak auditor internal
dalam mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen sehingga kecurangan
pada laporan keuangan tidak terdeteksi secara cepat.

Dengan adanya kasus di atas dapat menimbulkan kritikan bagi profesi akuntan publik, karena
dalam hal ini diasumsikan bahwa auditor dianggap memiliki peran penting dalam
memberikan informasi benar dan memprediksi kelangsungan hidup (going concern) sebuah
perusahaan. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini
audit going concern, diantaranya adalah audit tenure, reputasi auditor, total asset, dan komite
audit.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Reputasi Auditor terhadap Opini Audit
Going Concern.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Total Asset terhadap Opini Audit
Going Concern.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit
Going Concern.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Komite Audit terhadap opini Audit
Going Concern.

Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh Reputasi Auditor terhadap Opini Audit Going Concern?
2. Apakah terdapat pengaruh Total Asset terhadap opini Audit Going Concern?
3. Apakah tedapat pengaruh Audit Tenure terhadap opini Audit Going Concern?
4. Apakah terdapat pengaruh Komite Audit terhadap opini Audit Going Concern?

Hipotesis

1. H1 = Reputasi Auditor berpengaruh positif terhadap Opini Audit Going Concern.


2. H2 = Total Asset berpengaruh negatif terhadap Opini Audit Going Concern.
3. H3 = Audit Tenure berpengaruh negatif terhadap Opini Audit Going Concern.
4. H4 = Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Opini Audit Going Concern.

Teori yang digunakan

1. Teori Keagenan (Agency Theory) : Basis teori yang mendasari praktik bisnis
perusahaan yang dipakai selama ini.
2. Teori Ketaatan : Individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang
dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang diberikan.

Pengertian Variabel

1. Opini Audit Going Concern : Ginting dan Suryana (2014) mendefinisikan opini audit
going concern sebagai opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor
terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan dan kelangsungan hidup
perusahaan dalam menjalankan operasinya. Ardika dan Ekayani (2013)
mendefinisikan opini audit going concern merupakan opini yang diterbitkan auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Robiah (2015) terdapatnya going concern pada suatu perusahaan, maka
perusahaan tersebut tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek justru
perusahaan tersebut dianggap mampu dalam mempertahankan kegiatan usahannya
dalam jangka waktu yang panjang.
2. Reputasi Auditor : Hidayanti dan Sukirman (2015) mengidentifikasi reputasi auditor
sebagai pandangan atas nama baik, prestasi dan kepercayaan publik yang disandang
oleh auditor dan KAP dimana auditor tersebut bekerja.
3. Total Asset : Salah satu tolak ukur dalam menentukan besar atau kecilnya ukuran
sebuah perusahaan (Aryaningsih dan Budiartha, 2014). Perusahaan dengan total aset
yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam
menjaga kelangsungan usaha dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka
waktu panjang. Karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat
menyelesaikan kesulitan keuangan yang dihadapinya dari pada perusahaan kecil. Hal
ini menjadi salah satu pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going
concern pada perusahaan besar.
4. Audit Tenure : Lamanya perikatan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan klien
(Nursasih dan Maria, 2016). Semakin lama hubungan KAP dengan klien
dikhawatirkan indepedensi auditor akan semakin berkurang.
5. Komite Audit : Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang
anggotanya diangkat dari pihak luar perusahaan. Komite audit dibentuk untuk
membantu melakukan pemeriksaan dan penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi dewan direksi dalam mengelola perusahaan (Harjadi, 2013).
Komite audit berfungsi dalam hal meningkatan fungsi independensi audit internal
maupun audit eksternal dalam pemberian opini audit mengenai kelangsungan usaha
(going concern) perusahaan.

Variabel Independen

1. Reputasi Auditor
2. Total Asset
3. Audit Tenure
4. Komite Audit

Variabel Dependen :

1. Opini Audit Going Concern

Pengukuran / Operasional Variabel :


1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini audit going
concern. Jika perusahaan dilihat dapat mempertahakankan kelangsungan operasi
usahanya dan mendapatkan opini audit going concern, maka diberi nilai 1. Jika
perusahaan dilihat tidak mampu atau tidak dapat melangsungkan kegiatan operasinya
dan mendapatkan opini audit non going concern, maka diberi nilai 0. Opini audit
going concern diukur dengan skala nominal.
2. Variabel Reputasi Auditor dalam penelitian ini berhubungan dengan ukuran KAP,
yaitu KAP Non Big Four dan KAP Big Four. Variabel reputasi auditor menggunakan
variable dummy. Jika auditor berasal dari KAP Big Four diberi nilai 1. Sedangkan
jika auditor berasal dari KAP Non Big Four diberi nilai 0. Reputasi perusahaan diukur
dengan skala nominal.
3. Total asset diukur degan skala rasio, dimana indikatornya adalah Logaritma Natural
(Ln) Total Aset. Total aset dapat diamati dari laporan keuangan perusahaan pada
bagian neraca.
4. Audit tenure diukur dengan skala rasio. Indikatornya adalah tahun pertama perikatan
KAP dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun
berikutnya.
5. Komite audit diukur dengan skala rasio, dimana indikatornya adalah jumlah seluruh
anggota komite audit.

Sampel dan Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Untuk
menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014),
purposive sampling merupakan suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun kriteria dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah

Penelitian ini menguji apakah terdapat pengaruh reputasi auditor, total aset, audit tenure, dan
komite audit terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur sektor aneka
industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011- 2015. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang telah disusun dan telah diuji pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen adalah
sebagai berikut:

1. Variabel reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
2. Variabel total aset berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.
3. Variabel audit tenure tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
4. Variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Nama : Gustra Saputra
NIM : 171011200376
Kelas : 06SAKM006 (Reg B 454)
Tema : Reputasi Auditor

Judul Jurnal : Pengaruh Rotasi, Reputasi dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Listed di BEI)

Ringkasan Latar Belakang

Persaingan di dunia usaha dewasa ini semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis
pelayanan jasa akuntan publik. Sejalan dengan perkembangan perusahaan go public di
Indonesia yang mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan
permintaan akan audit laporan keuangan yang meningkat pula. Sehingga untuk dapat
bertahan di tengah persaingan yang ketat, khususnya di bidang bisnis pelayanan jasa akuntan
publik harus dapat menghimpun klien sebanyak mungkin dan mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat luas dengan upaya memperbaiki kualitas audit.
Skandal terungkapnya berbagai kasus kecurangan laporan keuangan ini dimulai dari peristiwa
runtuhnya salah satu perusahaan raksasa di Amerika Serikat yaitu Enron Corporation pada
tahun 2001. Selanjutnya disusul oleh perusahaan raksasa Amerika Serikat lainnya seperti
Tyco International, Adelphia Communication, Global Crossing, Xerox Corp., Walt Disney
Company, dan ImClone System Incorporation. Kasus yang terjadi pada negara Adi Kuasa ini
menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa perusahaan yang dikatakan besar ternyata dapat
juga terjadi kecurangan di dalamnya. (Kompas, 2009)
Hal yang menarik dari adanya kecurangan laporan keuangan ini adalah keterlibatan Kantor
Akuntan Publik (KAP). Kegagalan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan
menyebabkan masyarakat meragukan independensi dan kemampuan akuntan publik untuk
memberikan jasa audit yang berkualitas. Mengantisipasi agar tidak terjadi lagi kasus-kasus
audit di Indonesia, maka IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) mulai mengeluarkan himbauan
rotasi untuk KAP agar masa perikatan auditor dapat dibatasi dengan adanya rotasi tersebut.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Rotasi Auditor terhadap Kualitas


Audit.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Reputasi Auditor terhadap Kualitas
Audit.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas
Audit.

Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh Reputasi Auditor terhadap Kulitas Audit?


2. Apakah terdapat pengaruhReputasi Auditor terhadap Kualitas Audit?
3. Apakah terdapat pengaruhSpesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit?

Hipotesis

1. H1 : Rotasi auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit.


2. H2 : Reputasi Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit.
3. H3 : Spesialisasi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.

Teori yang digunakan

1. Teori Agensi : teori yang berhubungan dengan teori principal yang dimana agen
adalah pihak yang menjalankan perusahaan dan pengambil keputusan, sedangkan
principal adalah pihak yang mengevaluasi kinerja dari agen.

Pengertian Variabel

1. Kualitas Audit : De Angelo (1981) dalam Novianti (2012) mendefinisikan kualitas


audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan
tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. AAA Financial
Accounting Standard Committee (2000) dalam Sari (2011) menyatakan bahwa
"kualitas audit ditentukan oleh 2 hal, yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi,
kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas dan secara potensial saling
mempengaruhi. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit
merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor.
2. Rotasi Auditor : Pergantian auditor dapat dibagi menjadi 2 yaitu pergantian auditor
yang terjadi karena regulasi pemerintah yang mengikat dan pergantian auditor yang
terjadi dikarenakan alasan lain diluar regulasi. Rotasi Audit yang dilakukan
perusahaan secara sukarela yang telah mengaudit laporan keuangannya akan
mengakibatkan hilangnya kepentingan ekonomi yang dapat diminimalisir dengan
periode rotasi audit berakhir untuk jangka waktu yang pendek. Sehingga auditor dapat
mempertahankan independensinya dalam melakukan audit (Ishak, 2014). Namun
penelitian Chen et al. (2004) dalam Pradana (2014) menyatakan dari segi kompetensi
adanya rotasi dapat menyebabkan penurunan kualitas audit. Ketika auditor harus
menghadapi perusahaan baru sebagai kliennya maka akan diperlukan lebih banyak
waktu baginya untuk mempelajari terlebih dahulu klien barunya dari pada ketika
auditor melanjutkan penugasan dari klien terdahulu.
3. Reputasi Auditor : Reputasi auditor ditunjukkan dengan kepercayaan publik terhadap
auditor atas kinerjanya. Auditor bertanggung jawab untuk tetap menjadi kepercayaan
publik dan menjaga nama baik auditor sendiri serta KAP tempat auditor tersebut
bekerja dengan mengeluarkan opini yang sesuai dengan keadaan perusahaan
(Verdiana, 2013). Menurut Crasswell (1998) dalam Rahayu (2012) reputasi auditor
merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar
yang dimiliki auditor tersebut. Klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang
berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional yang
memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik
yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta
adanya peer review.
4. Spesialisasi Auditor : Penelitian Craswell et al (1995) dalam Novianti (2010)
mengatakan bahwa setiap industri memiliki isu yang berbeda dengan yang lainnya,
sehingga kebutuhan audit juga berbeda bagi tiap-tiap industri. Spesialisasi industri
dilakukan oleh auditor dalam melalui peningkatan keahlian pada bidang industri
tertentu atau memilih pangsa pasar yang terfokus pada jenis industri tertentu. Menurut
Owsoho (2002) dalam Panjaitan (2014) menyatakan bahwa auditor spesialis memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik mengenai karakteristik bisnis klien
dibandingkan dengan auditor non spesialis. Auditor spesialis juga lebih mungkin
untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi pada laporan keuangan,
sehinggga dapat membantu perusahaan dalam menyediakan informasi laba yang lebih
baik. Manajer dan senior audit spesialis akan lebih baik dalam mendeteksi terjadinya
kesalahan jika mereka diberikan tugas audit sesuai dengan spesialisasi mereka.

Variabel Independen

1. Rotasi Auditor
2. Reputasi Auditor
3. Spesialisasi Auditor

Variabel Dependen

1. Kualitas Audit

Pengukuran / Operasional Variabel

1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit.
Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan proksi earnings benchmark.
Kualitas audit terkait dengan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan, seperti
menghindari adanya pelaporan kerugian, serta meniliti apakah auditor mampu
mengungkap dan melaporkan adanya manajemen laba tersebut atau tidak.
2. Variabel rotasi auditor mengacu pada penelitian yang dilakukan Kurniasih (2014)
yaitu pengukuran mengunakan variabel dummy yaitu nilai 1 jika terjadi rotasi auditor;
nilai 0 jika tidak terjadi rotasi auditor.
3. Variabel reputasi mengacu pada Pamungkas (2014). Pengukuran mengunakan
variable dummy yaitu angka 1 untuk KAP yang tergabung dalam big four dan nilai 0
untuk KAP yang non big four. Artinya, dengan mengunakan jasa audit pada KAP
yang berafiliasi dengan KAP big four maka kualitas audit juga diharapkan dapat lebih
baik daripada KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP big four.
4. Variabel spesialisasi ini mengacu pada Ishak et al. (2015) di proksikan dengan
mengunakan auditor industry specialization. Dikatakan bahwa partner audit dikatakan
spesialis apabila mengaudit 15 persen dari total perusahaan yang ada dalam industri
tersebut. Presentase auditor industry specialization (AIS) dihitung sebagai berikut:

Nilai auditor spesialisasi dihitung dengan menggunakan dummy variabel, angka 1


akan diberi untuk auditor spesialis dan angka 0 untuk auditor yang tidak spesialis.

Sampel dan Populasi

Penentuan sampel mengunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel dari
populasi yang ada berdasarkan kriteria. Berdasarkan metode tersebut maka kriteria penentuan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-
2015.
2. Perusahaan manufaktur yang menyediakan informasi secara lengkap selama tahun
2011-2015.
3. Perusahaan manufaktur selama periode penelitian 2011-2015 tidak mengalami
delisting dari Bursa Efek Indonesia.
4. Data perusahaan manufaktur berupa laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen.

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan
dalam penelitian ini laporan keuangan perusahaan manufaktur berupa laporan keuangan
auditan dan laporan auditor independen dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
yang berasal dari Indonesia Stock Exchange.

Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rotasi audit tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Artinya bahwa perusahaan yang melakukan rotasi maupun tidak, akan mengungkapkan
hal sama apa yang terjadi di dalam perusahaan untuk menjaga independensinya. Reputasi
audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya auditor yang berafiliasi dengan KAP
big four maupun tidak, memiliki kualitas yang sama dalam menjaga kepercayaan masyarakat.
Sedangkan spesialisasi auditor tidak berpengaruh terhadap kualias audit. Hal ini berarti
bahwa auditor spesialis maupun non spesialis mempunyai pengalaman yang sama dalam
mengungkapkan kondisi perusahan untuk memberikan hasil audit yang berkualitas.
Nama : Hikmatun Solihah

NIM : 171011201395

Kelas : 06SAKM006 (Reg B 454)

Tema : Reputasi Auditor

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN – REVIEW JURNAL

Judul Jurnal : Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Komite Audit dan Fee Audit Terhadap
Kualitas Audit

Ringkasan Latar Belakang

Dalam draf panduan yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) indikator
kualitas audit pada level KAP dalam cakupan perikatan audit atas laporan keuangan antara lain: 1)
kompetensi auditor, 2) etika dan independensi auditor, 3) penggunaan waktu personil kunci
perikatan, 4) pengendalian mutu perikatan, 5) hasil reviu mutu atau inspeksi pihak eksternal dan
internal, 6) rentang kendali perikatan, 7) organisasi dan tata kelola KAP, dan 8) kebijakan imbalan
jasa. Standar yang ada tidak dapat menjamin kualitas jasa audit yang diberikan oleh kantor akuntan
publik terhadap kliennya.

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada suatu perusahaan, diantaranya adalah audit
tenure, reputasi auditor, komite audit, dan fee audit.

Penelitian ini meneliti kembali mengenai kualitas audit dengan mereplikasi penelitian Giri (2010).
Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada tahun dan jangka waktu penelitian yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan periode tahun 2012-2016, dimana jangka waktu penelitian mengikuti
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2015 mengenai batasan waktu pemberian jasa audit
informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh seorang Akuntan Publik dibatasi paling
lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut.

Perbedaan pada penelitian ini selanjutnya terdapat pada penambahan variabel komite audit dan fee
audit. Perbedaan terakhir pada penelitian ini terdapat pada sampel penelitian dengan menggunakan
perusahaan yang terdaftar di indeks kompas100 pada Bursa Efek Indonesia.
Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Audit Tenure terhadap Kualitas Audit.


2. Untuk mengetahui pengaruh Reputasi Auditor terhadap Kualitas Audit.
3. Untuk mengetahui Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Audit.
4. Untuk mengetahui pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit.

Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat Pengaruh Audit Tenure terhadap Kualitas Audit?
2. Apakah terdapat pengaruh Reputasi Auditor terhdapa Kualitas Audit?
3. Apakah terdapat pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Audit?
4. Apakah terdapat Pengaruh Fee Audit terhadap Kualitas Audit?

Hipotesis
1. H1 : Terdapat pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit.
2. H2 : Terdapat pengaruh reputasi auditor terhadap kualitas audit.
3. H3 : Terdapat pengaruh komite audit terhadap kualitas audit.
4. H4 : Terdapat pengaruh fee audit terhadap kualitas audit.

Teori yang digunakan


1. Tidak ada teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Pengertian Variabel
1. Audit Tenure : Masa perikatan antara auditor dan klien terkait jasa audit yang disepakati sebagai
jangka waktu hubungan auditor dengan klien biasa disebut audit tenure (Kurniasih, 2014).
2. Reputasi Auditor : Auditor yang bereputasi baik cenderung akan menerbitkan opini audit going
concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan (Junaidi dan Hartono,
2010). Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan
auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going concern (Werastuti, 2013).
Choi et al. (2010) menggolongkan KAP besar adalah KAP yang mempunyai nama besar
berskala internasional (termasuk dalam big four auditors) dimana KAP yang besar menyediakan
mutu audit yang lebih tinggi dibanding dengan KAP kecil yang belum mempunyai reputasi.
3. Komite Audit, Arens et al (2003) mendefinisikan komite audit adalah merupakan sejumlah
anggota dewan direksi yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor mempertahankan
independensinya. Umumnya komite audit beranggotakan tiga sampai lima atau terkadang
sebanyak tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan.
4. Fee Audit : Akuntan publik maupun kantor akuntan publik dalam memberikan jasanya berhak
mendapatkan imbalan jasa (fee) berdasarkan kesepakatan yang sudah disepakati. Dalam draf
panduan yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) kebijakan imbalan jasa
merupakan salah satu indikator kualitas audit pada level KAP dalam cakupan perikatan audit
atas laporan keuangan. IAPI mengeluarkan Peraturan Pengurus Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Penentuan Imbalan Jasa Audit Laporan Keungan yang menjelaskan secara jelas penentuan nilai
imbalan jasa, metode penentuan imbalan jasa dan batas bawah tarif jasa audit.
5. Kualitas Audit : Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor
pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam
sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam
melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik
akuntan publik yang relevan (Negoro, 2011). Kualitas audit terdiri atas kualitas sebenarnya
(actual) dan dirasakan (perceived). Actual Quality adalah tingkat dimana resiko dari pelaporan
salah saji material dalam rekening keuangan berkurang, sementara Perceived Quality adalah
seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji
material. Perceived audit quality yang lebih tinggi dapat membantu mempromosikan investasi
pada klien yang diaudit (Taylor, 2005 dalam Sinaga, 2012).

Variabel Independen
1. Audit Tenure
2. Reputasi Auditor
3. Komite Audit
4. Fee Audit

Variabel Dependen
1. Kualitas Audit
Pengukuran / Operasional Variabel

1. Vaiabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit.
Pengukuran variabel kualitas audit dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
akural lancar (current accural) dengan skala Rasio.
2. Variabel Audit Tenure diukur dengan cara menghitung jumlah tahun perikatan KAP
dengan perusahaandengan skala interval.
3. Reputasi Auditor diukur dengan skala nominal, menggunakan Variabel dummy yaitu
diberikan kode 1 jika KAP berafiliasi dengan KAP Big Four, dan diberikan kode 0
jika KAP tidak berafiliasi dengan KAP Big Four.
4. Komite audit diukur dengan presentase keberadaan komite audit, dengan
membandingkan jumlah komite audit dengan jumlah komisaris, komite audit di ukur
dengan skala Rasio.
5. Fee Audit diukur dengan skala Rasio dengan Logaritma natural (Ln) dari akun
professional fees.

Sampel dan Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data pada perusahaan yang terdaftar di
indeks KOMPAS100 pada BEI tahun 2012-2016. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu sebuah metode pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria
tertentu (Sugiyono, 2012). Kriteria ditentikan dengan pertimbangan (judgment) atau kuota tertentu.
Kriteria yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Perusahaan berturut-turut terdaftar di indeks KOMPAS100 pada BEI tahun 2012-2016.
b. Perusahaan selama tahun 2012-2016 tidak mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia.
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dengan lengkap selama tahun 2012-2016.
d. Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang rupiah.
e. Laporan keuangan perusahaan selama tahun 2012-2016 telah audit oleh auditor independen
dan tidak menyalahi regulasi yang berlaku.
f. Mencantumkan akun professional fees dalam laporan keuangan perusahaan.

Hasil Penelitian yang menjawab rumusan masalah


Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut;
1. Audit tenure, reputasi auditor, komite audit, dan fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit
pada perusahaan yang terdaftar di indeks KOMPAS100 pada BEI tahun 2012-2016.
2. Audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan yang terdaftar di indeks
KOMPAS100 pada BEI tahun 2012-2016. Standar yang ada akan menjaga kualitias audit yang
diberikan tanpa dipengaruhi oleh lamanya masa perikatan yang terjadi antara auditor dengan
kliennya.
3. Reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan yang terdaftar di
indeks KOMPAS100 pada BEI tahun 2012-2016. Kualitas audit yang diberikan tidak
dipengaruhi oleh reputasi auditor karena tiap auditor merupakan akuntan publik yang telah
memenuhi standar kompetensi dan memperoleh izin sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Komite audit berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan yang terdaftar di indeks
KOMPAS100 pada BEI tahun 2012-2016. Komite audit membantu tugas dan pengawasan
dewan komisaris dalam memberikan pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen.
5. Fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit pada perusahaan yang terdaftar di indeks
KOMPAS100 pada BEI tahun 2012-2016. Karena kualitas audit yang baik memerlukan
prosedur audit memadai dalam memperoleh bukti audit, maka biaya yang dibutuhkan pun
meningkat.
Nama : Shelina Lestari

NIM : 171011202510

Kelas : 06SAKM006(Reg B 454)

Tema : Reputasi Auditor

TUGAS METODOLOGI PENELITAN - REVIEW JURNAL

Judul Jurnal : Pengaruh Reputasi Auditor, Prediksi Kebangkrutan, Disclosure dan Leverage
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Ringkasan Latar Belakang

Krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 lalu telah memberikan dampak buruk bagi
perekonomian dunia. Krisis ini di tandai dengan bangkrutnya salah satu bank investasi
terbesar di Amerika Serikat, Lehman Brothers. Keberadan entitas bisnis telah banyak
diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akutansi. Sebelum peristiwa
bangkrutnya Lehman Brothers, peristiwa serupa pernah terjadi pada beberapa perusahaan
besar di Amerika seperti Enron dan WorldCom. Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri
dari sebuah lingkungan ekonomi yang dalam jangka panjang bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup (gong conern).

Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit
going concern (IAI, 2001: seksi 341.3, paragraf 6) antara lain: Tren negatif, petunjuk lain
tentang kemungkinan kesulitan keuangan perusahaan, masalah intern, dan masalah luar yang
terjadi. Weiss (2002) dalam Pratama dan Badera (2009) menemukan bahwa dari 288
perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron 95 perusahaan lainnya menerima
opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Fakta ini
menunjukan bahwa tidak sedikit dari auditor yang gagal dalam memberikan opini going
concern kepada auditee, yaitu keadaan dimana perusahaan yang tidak sehat namun menerima
pendapat wajar tanpa pengeculian (unqualified). Hal ini menyebabkan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap profesi auditor jadi menurun.

Permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh auditor dan dimasukan dalam opini
auditnya pada saat opini audit tersebut akan diterbitkan.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Pada
penelitian ini, peneliti mengunakan variabel independen reputasi auditor, prediksi
kebangkrutan, disclosure dan leverage dengan sampel penelitian perusahaan manufaktur
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Penelitian ini mengacu pada
penelitian Setyarno dkk. (2006). Santosa dan Wedari (2007), Pratama dan Badera (2009),
Susnto (2010); dan Junaidi dan Hartano (2010).

Tujuan Penelitian

• Untuk mengetahui dan menganalis pengaruh Reputasi Auditor terhadap Opini Audit
Going Corcern.

• Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Prediksi Kebangkrutan terhadap Opini


Audit Going Concern.

• Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Disclosure terhadap Opini Audit


Going Concern.

• Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going
Concern.

Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh Reputasi Auditor terhadap Opini Audit Going Concern?

2. Apakah terdapat pengaruh Prediksi Kebangkrutan terhadap Opini Audit Going Concern?

3. Apakah tedapat pengaruh Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern?

4. Apakah terdapat pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going Concern?

Hipotesis

H1: Reputasi Auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

H2: Prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

H3: Disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

H4 : Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Teori yang di gunakan

Tidak ada teori yang digunakan dalam penelitian ini.


Pengertian Variabel

• Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu usaha. Opini audit going concern
adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada
kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya (IAI, 2001: seksi 341). Laporan audit dengan modifikasi mengenai going
concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko
auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis.

• Reputasi Auditor De Angelo (1981) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan
bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikas
kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih
cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat
menghadapi resiko proses peradilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala
besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah
going concern kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan
usahanya dibandingkan dengan auditor skala kecil.

• Kondisi keuangan perusahaan merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam


keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi keuangan perusahaan biasanya dinilai dengan
menggunakan nilai Z-score. Nilai Z-score biasanya digunakan untuk melihat potensi
financial distress (kebangkrutan) pada perusahaan. Kebangkrutan sendiri biasanya
diartikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi
memenuhi kewajiban-kewajiban karena perusahaan mengalami kekurangan dana
untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya.

• Pengungkapan informasi (disclosure) dalam laporan keuangan dilakukan untuk


melindungi hak pemegang saham yang cenderung terabaikan akibat terpisahnya pihak
manajemen yang mengelola perusahaan dan pemegang saham yang memiliki modal.
Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan dengan memadai untuk
memungkinkan dilakukanya sebuah prediksi kondisi keuangan, arus kas dan
profitabilitas perusahaan di masa depan. Menurut Valetta (2005) dalam Anwar
(2010), diharapkan dengan semakin transparan informasi yang disajikan oleh suatu
perusahaan ditambah dengan semakin nyatanya penerapan tata kelola yang baik akan
meningkatkan keberhasilan bisnis dalam dunia usaha secara berkesinambungan, juga
dapat digunakan untuk memahami bisnis pada suatu perusahaan.
• Leverage menurut Sartono (2001) dalam Widyantari (2011) menunjukkan proporsi
atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Leverage dapat diproksikan
dengan debt ratio, yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva.
Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang
dimiliki atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang.
Perusahaan yang baik semestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari
hutang. Ukuran ini berhubungan dengan keberadaan dan tidaknya suatu persetujuan
hutang. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti perusahaan tersebut hanya
menggunakan modal sendiri untuk membiayai investasinya, salah satunya untuk
pembelian aktiva. Sebaliknya, semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi
nilai utang perusahaan. Atau dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini, menunjukan
bahwa semakin besar pula investasi yang didanai dari pinjaman.

Variabel Independen

• Reputasi Auditor

• Prediksi Kebangkrutan

• Disclosure

• Leverage

Variabel Dependen

• Opini Audit Going Concern

Pengukuran Operasional Variabel

• Opini Audit Going Concern, Untuk mengukur variabel ini, digunakan variabel
dummy. Yaitu sampel yang mendapatkan opini going concern diberi kode 1,
sedangkan yang tidak diberi kode 0.

• Reputasi Auditor, Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy. Dimana KAP
yang mengaudit laporan keuangan dinilai berdasarkan reputasi KAP tersebut. KAP
yang termasuk The Big Four akan diberi kode 1, sedangkan yang non Big Four diberi
kode 0.

• Prediksi Kebangkrutan Altman (1982) menemukan bahwa tingkat prediksi


kebangkrutan dengan menggunakan model yang dikembangkannya mencapai tingkat
keakuratan 82% dan menyarankan penggunaan model tersebut sebagai alat bantu
auditor untuk memutuskan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Model Altman yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Berdasarkan analisis ini apabila nilai Z dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari
1,8 berisiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara 1,81 sampai
dengan 2,99 dikatakan masih memiliki risiko kebangkrutan dan bila di atas 2,99,
perusahaan tersebut aman dari kebangkrutan (Hanafi dan Halim, 2007).

• Disclosure, Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks, dimana peneliti melihat
tingkat pengungkapan atas informasi keuangan perusahaan dibandingkan dengan
jumlah yang seharusnya diungkapkan oleh perusahaan sesuai dengan peraturan
BAPEPAM SE/02/PM/2002, yaitu sebanyak 287 item.

• Leverage, dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt ratio, yaitu
membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibelanjai dengan kewajiban yang berasal dari kreditor
dan modal sendiri yang berasal dari pemegang saham.

Sampel dan Populasi

Sampel penelitian ini dipilih menggunakan pendekatan purposive sampling, artinya sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria tertentu. Tujuan
penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif. Kriteria-
kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011.


2. Menerbitkan Laporan Keuangan dalam rupiah.
3. Terdapat Catatan Atas Laporan Keuangan.
4. Terdapat Laporan Auditor Independen.
Hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis dan hasil pengujian yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa prediksi kebangkrutan dan leverage berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dikarenakan auditor akan lebih
memilih kondisi keuangan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam menerbitkan opini
going concern. Terlepas auditor tersebut berafiliasi dengan The Big 4 maupun tidak, mereka
akan mematuhi kode etik dengan bersikap independen dan objektif dalam pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai