Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN

OPINI AUDIT GOING CONCERN

WIDA ARINDYA SARI

ABSTRAK
Opini audit going concern yang diberikan oleh auditor untuk sebuah perusahaan
menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan
kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit going concern dapat digunakan sebagai
peringatan awal bagi para pengguna laporan keuangan untuk menghindari kesalahan dalam
membuat keputusan. Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada
opini audit going concern telah dilakukan. Namun, hasil penelitian tersebut masih
menunjukkan ketidakkonsistenan. Penelitian ini bertujuan menguji kembali faktor-faktor
yang memengaruhi opini audit going concern. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini
adalah likuiditas, leverage, profitabilitas, rasio aktivitas, ukuran perusahaan, kondisi
keuangan, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
perioda 2011-2015 sebagai sampel penelitian.Berdasarkan hasil purposive sampling
diperoleh 58 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel.Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan dan opini audit
tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern.
Variabel likuiditas dan rasio aktivitas berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit
going concern. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa variabel leverage, profitabilitas,
ukuran perusahaan, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit
going concern.

Kata Kunci: opini audit going concern, likuiditas, leverage, profitabilitas, rasio aktivitas,
ukuran perusahaan, kondisi keuangan, kualitas audit, dan opini audit tahun sebelumnya

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelangsungan hidup suatu perusahaan selalu berkaitan dengan kemampuan manajemen
perusahaan dalam mengelola perusahaan agar dapat terus bertahan dan selanjutnya
berkembang.Dalam mengelola perusahaan agar dapat bertahan, tidak hanya menjadi tugas
dan tanggungjawab bagi manajemen suatu perusahaan tetapi menjadi tanggung jawab bagi
pemilik perusahaan.Namun, berdasarkan teori mengenai keagenan (Jensen and Meckling
(1976) dalam menjalankan operasional perusahaan sering terjadi ketidaksesuaian antara pihak
pemilik (principal) dengan manajemen (agent) dikarenakan kepentingan yang
berbeda.Manajemen biasanya menyembunyikan informasi yang tidak diharapkan oleh
pemilik, sehingga menyebabkan kurangnya transparansi dalam penggunaan dana perusahaan
dan dalam penyeimbangan kepentingan yang tepat bahkan dapat menyebakan terjadinya
manipulasi data laporan keuangan perusahaan.
Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi
keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent), perlu mendapatkan opini dari pihak
lain yang independen memberikan pendapat tentang laporan keuangan. Pihak lain yang dapat
memberikan pendapat/opini tentang laporan keuangan tersebut adalah auditor.
Auditor bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern)
dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP seksi 341,

1
2011).Istilah going concern ini dapat diinterprestasikan menjadi dua hal, yang pertama going
concern sebagai konsep dan yang kedua going concern sebagai opini audit.Sebagai konsep,
istilah going concern dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan mempertahankan
kelangsungan usahanya dalam janga panjang.Sedangkan sebagai opini audit, istilah going
concern menunjukkan pendapat auditor atas kesangsian mengenai kemampuan perusahaan
untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang.
Laporan audit merupakan laporan yang berisikan opini kewajaran terhadap laporan
keuangan yang disajikan sesuai standar. Salah satu opini yang dapat dikeluarkan atau
diberikan oleh auditor adalah opini audit nongoing concern dan opini going concern, di mana
opini audit non going concern ini diberikan jika auditor menilai perusahaan dapat
mempertahankan kelangsungan usahanya sedangkan opini audit going concern diberikan jika
terjadi keraguan perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya.
Opini audit going concern merupakan salah satu bad news bagi para investor dan
pemegang kepentingan tentang kelangsungan sebuah perusahaan kedepannya (Januarti,2009).
Opini audit going concerndi gunakan untuk melihat kemungkinan perusahaan untuk
bertahan. Auditor yang menetapkan opini ini dikarenakan perusahaan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kewajibannya.
Terdapat beberapa penyebab terjadinya kesalahan yang dilakukan auditor dalam
memberikan opini audit going concern. Pertama, self fulfilling prophecy yaitu kondisi di
mana auditor ragu dalam memberikan opini audit going concern, karena jika auditor
mengeluarkan opini audit going concern maka perusahaan akan lebih cepat mengalami
kegagalan hal ini disebabkan pemberi modal (investor dan kreditor) tidak bersedia
memberikan pinjaman dan menanamkan modalnya (Venuti,2007). Penyebab lainnya yang
dikemukakan oleh Joanna (1994) dalam artikel Januarti (2009) yaitu tidak terdapatnya
prosedur penetapan status going concern yang terstruktur. Tidak adanya prosedur serta
standarisasi tetap ini dapat mengakibatkan perbedaan dalam menyusunan opini audit antara
auditor yang satu dan yang lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan
opini audit going concern. Faktor-faktor ini dapat dilihat dari faktor rasio keuangan maupun
rasio non keuangan perusahaan. Beberapa penelitian seperti Ayu (2011), Januarti (2009),
Mutcher et al. (1997), Totok (2011), Chen (1996) dan Herry et al.,(2012) menunjukkan
bahwa faktor-faktor seperti rasio keuangan (likuiditas, profitabilitas, leverage, aktivitas),
audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kualitas audit, kondisi keuangandan auditor client
tenure mempunyai pengaruh terhadap penerbitan opini audit going concern.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji secara empiris apakah faktor-
faktor keuangan dan non keuangan dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
mempredikasi pemberian opini audit going concern.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan
oleh Ayu (2011).Namun penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dari penelitian
sebelumnya.Penelitian ini menambahkan variabel rasio aktivitas. Penambahan variabel ini
dilakukan dengan alasan variabel ini memiliki pengaruh terhadap pemberian opini audit
going concern seperti yang dinyatakan dalam penelitianJanuarti dan Fitrianasari (2008)
dalam artikel penelitian Soliyah (2014)dan salah satu faktor yang menjadi penilaian auditor
dalam melaksakan pengujian auditnya adalah kegiatan operasional perusahaan. Kedua,
penelitian ini menambahkan variabel kondisi keuangan, di mana kondisi keuangan ini
dianalisis menggunakan model prediksi X-score Zmijewski.Penambahan variabel kondisi
keuangan ini mempunyai pengaruh terhadap pemberian opini audit going concernseperti
yang dinyatakan dalam penelitianJanuarti (2009) dan menjadi acuan auditor untuk menilai
kondisi kesehatan perusahaan, semakin tinggi tingkat kesehatan perusahaan semakin kecil
juga kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern.Ketiga, data yang di

2
gunakanpada penelitian ini adalah periode 2011-2015, sedangkan periode yang di gunakan
pada penelitian sebelumnya adalah 2000-2009.Alasan peneliti menggunakan data pada
periode 2011-2015 adalah karena data laporan keuangan dan laporan auditor pada tahun
tersebut masih dapat diakses di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan pernyataan masalah yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap opini audit going concern?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern?
4. Apakah rasio aktivitas berpengaruh terhadap opini audit going concern?
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern?
6. Apakah kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini audit going concern?
7. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap opini audit going concern?
8. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going
concern?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh likuiditas
terhadap opini audit going concern.
2. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh leverage
terhadap opini audit going concern.
3. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh
profitabilitas terhadap opini audit going concern.
4. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh rasio
aktivitas terhadap opini audit going concern.
5. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh ukuran
perusahaan terhadap opini audit going concern.
6. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh kondisi
keuangan terhadap opini audit going concern.
7. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh kualitas
audit terhadap opini audit going concern.
8. Untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh opini audit
tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern.

1.5 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan di atas, hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur, pengetahuan serta referensi di
bidang akuntansi, yang berkaitan dengan auditing yang khususnya mengenai faktor-
faktor yang berpengaruh dalam pemberian opini audit going concern oleh auditor
pada suatu perusahaan.
2. Manfaat Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kreditor, investor dan auditor dalam
mengambil keputusan berkaitan dengan peminjaman dana dan penanaman modal

3
serta masukan dalam memberikan penilaian mengenai keputusan opini audit yang
mengacu pada kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.

2. TELAAH PUSTAKA
Landasan Teori dan Kajian Empiris
Teori Agensi (Agency Theory)
Masalah agensi terjadi dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal
dan agen.Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu
hubungan kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal (pemilik) yang melibatkan agen
(manajemen) untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan
beberapa pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen.Teori agensi
menunjukkan pentingnya pemisahan manajemen perusahaan dari pemilik kepada
manajer.Sistem pemisahan ini bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dengan
menyewa agen profesional dalam mengelola perusahaan.Agen diberi wewenang oleh pemilik
untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi
dibandingkan pemilik.Baik prinsipal maupun agen diasumsikan memiliki rasionalisasi
ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri.
Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator
antara prinsipal dan agen dalam hal ini pihak ketiga tersebut adalah auditor.Auditor bertugas
untuk mengevaluasi dan mengawas pertanggungjawaban keuangan manajemen serta
memberikan penilaian mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh agen.
Teori Sinyal(Signalling Theory)
Teori sinyal menunjukkan bagaimana akuntansi digunakan untuk menyatakan sinyal
informasi tentang kondisi suatu perusahaan.Teori sinyal ini menjelaskan bahwa pemberian
sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.Signalling theory
menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (asymmetri
information) antara perusahaan dan pihak luar. Agen mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pemilik (investor, kreditor).Salah satu cara
untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah
satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2001).
Auditing
Menurut Jusup (2001:11) pengauditan atau auditing didefinisikan sebagai suatu
proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan
asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Opini Audit
Secara umum, tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan
perusahaan. Dalam SPAP tahun 2011 menyebutkan bahwa opini yang telah diberikan
merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Pemberian opini audit
oleh auditor berkaitan erat dengan laporan audit. Dimana dari laporan audit tersebut
menginformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan
kesimpulan yang didapatkannya. Dalam laporan audit, pendapat atau opini auditor dinyatakan
dalam paragraph pendapat.
Opini Audit Going Concern
Going concern merupakan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya. Dalam proses pelaksanaan audit, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti

4
mengenai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan dengan
cara memeriksa catatan akuntansi yang mendukung laporan tersebut. Selain itu, dalam proses
pelaksanaan proses audit, auditor juga diminta tidak hanya melihat pada indikator–indikator
yang terdapat dalam laporan keuangan saja tetapi diharapkan juga dapat mewaspadai faktor–
faktor yang berpotensi mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan.
Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa
suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk
mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas - aktivitasnya yang tiada henti. Dalil
ini memberikan gambaran bahwa suatu entitas diharapkan dapat beroperasi dalam jangka
waktu yang tidak terbatas.Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyebutkan,
bahwa going concern adalah pertimbangan auditor atas kemampuan kesatuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya harus berdasarkan pada kemampuan
penilaian.Kesangsian auditor ini dinamakan opini audit going concern.
Kerangka Pemikiran
Dari penjelasan landasan teori dan tinjauan penelitian terdahulu analisis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern dapat digambarkan dalam
kerangka pemikiran sebagai berikut:

Likuiditas

Leverage

Profitabilitas

Rasio Aktivitas
OPINI AUDIT
Ukuran Perusahaan GOING CONCERN

Kondisi Keuangan

Kualitas Audit

Opini Audit Tahun


Sebelumnya

Hipotesis Penelitian
1. Pengaruh likuiditas terhadap pemberian opini audit going concern
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo tepat waktu.Likuiditas perusahaan dapat
diukur dengan current ratio.Semakin menurun nilai current ratio menunjukkan semakin
rendah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang telah
jatuh tempo.Perusahaan yang tidak mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya kepada
kreditor jangka pendek menunjukkan bahwa perusahaan tidak dalam kondisi likuid dan dapat
dianggap sebagai suatu tanda perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat
mengganggu kelangsungan usahanya. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut :
H1: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap pemberianopini audit going concern.
2. Pengaruh leverageterhadap pemberian opini audit going concern

5
Leverage yang diproksi dengan debt ratio ini merupakan rasio yang mengukur
seberapa tinggi atau rendah aset perusahaan yang dibiaya oleh hutang. Tingginya nilai debt
ratio mengindikasikan proporsi total hutang yang lebih besar dalam pembiayaan kegiatan
perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan karena hutang
mempunyai beban yang bersifat tetap.Semakin tinggi nilai debt ratio juga menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin buruk yang kemudian dapat menimbulkan ketidakpastian
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.Berdasarkan uraian tersebut
dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H2: Leverage berpengaruh positifterhadappemberian opini audit going concern.
3. Pengaruh profitabilitas terhadap pemberian opini audit going concern
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
manjemen perusahaan dalam meperoleh laba.Pengukuran tingkat profitabilitas dapat diukur
dengan return on assets.Rasio profitabilitas ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi
perusahaan dalam mengelolah aset untuk menghasilkan laba guna mempertahankan
kelangsungan usahanya.Semakin tinggi nilai return on assets menunjukkan semakin baik
kinerja perusahaan dalam mendapatkan laba untuk perusahaan, hal ini dapat membuat
kelangsungan hidup usaha akan terjamin. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut :
H3: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadappemberian opini audit going concern.
4. Pengaruh rasio aktivitasterhadap pemberian opini audit going concern
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
mengelola semua sumber sumber daya atau keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan.Rasio
aktivitas ini dapat diukur dengan total assets turn over.Semakin tinggi nilai total assets turn
overmenunjukkan bahwa perusahaan dapat dengan baik dalam mengelolah aset yang
dimilikinya guna melakukan kegiatan operasional perusahaannya.Pengelolaan aset
perusahaan yang baik dan efisien diharapkan dapat mempertahankan kelangsungan
usahanya.Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H4: Rasio aktivitas berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern.
5. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan berdasarkan total aset
yang dimiliki perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan dan jumlah
penjualan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dilihat menurut total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar total aset yang dimiliki perusahaan semakin besar perusahaan
tersebut.Perusahaan yang besar akan lebih baik dalam mengelolah perusahaan dan lebih
mampu dalam menyelesaikan kesulitan keuangan yang dihadapi guna melangsungkan
usahanya. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern.
6. Pengaruh kondisi keuanganterhadap pemberian opini audit going concern
Kondisi keuangan menggambarkan bagaimana keadaan dari keuangan perusahaan
pada periode tertentu.Kondisi keuangan juga mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan
sesungguhnya.. Kondisi keuanganini dapat diukur dengan menggunakan model prediksi X-
score Zmijewski, dimana model prediksi yang dikembangkan oleh Zmijewski (1984) ini
dapat menjelaskan kondisi keuangan.Pada perusahaan yang kondisi keuangannya baik maka
auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan opini audit going concern.Berdasarkan uraian
tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
H6: Kondisi keuangan berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern.

6
7. Pengaruh kualitas auditterhadap pemberian opini audit going concern
Opini audit yang diterbitkan oleh auditor diharapkan mempunyai kualitas yang baik.
Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas
auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien. Oleh sebab itu, banyak
perusahaan yang berasumsi reputasi auditor menjadi dasar dari pengukuran kualitas opini
audit yang dikeluarkn oleh auditor.Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut :
H7: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern.
8. Pengaruh opini audit tahun sebelumnyaterhadap pemberian opini audit going
concern
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini yang diterima perusahaan pada tahun
sebelumnya (satu tahun sebelum tahun penelitian). Opini audit going concern yang
diterbitkan sebelumnya menjadi bahan pertimbangan bagi auditor dalam menilai kemajuan
yang diperlihatkan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya pada tahun
berjalan. Jika pada tahun sebelumnya perusahaan telah menerima opini audit going concern
maka pada tahun berjalan akan kemungkinan besar perusahaan untuk menerima kembali
opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut :
H8: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadappemberian opini audit going
concern.

3. METODE PENELITIAN
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder eksternal yang
disajikan berupa laporan keuangan tahunan dan laporan auditor independen masing-masing
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 sampai
periode 2015. Sumber data yang digunakan ini dapat diperoleh dan diunduh dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia yang dapat diakses di websitewww.idx.co.id dan Indonesian
CapitalMarket Directory (ICMD).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan datadalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
1) Studi Dokumenter
Pengumpulan data sekunder ekstenal yang berupa penerbitan laporan keuangan tahunan
dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website resmi Bursa Efek
yang dapat diakses di website www.idx.co.id danIndonesian CapitalMarket Directory
(ICMD).
2) Studi Pustaka
Dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan cara melakukan studi pustaka, yaitu dengan
mengkaji buku-buku literature, jurnal, makalah, dan penelitian terdahulu untuk
memperoleh landasan teoritis secara komprehensif tentang opini audit going concern dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi.
Populasi dan Sampel
Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, yaitu teknik pemilihan
sampel yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:78).
Kriteria perusahaan yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

7
Kriteria Sampel

Jumlah
No. Kriteria
Perusahaan
1. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dan masuk ke dalam
kelompok perusahaan-perusahaan manufaktur dari periode 2011- 142
2015.
2. Perusahaan yang tidak terdaftar secara konsisten berturut - turut dari
(21)
tahun 2011-2015.
3. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangannya dalam mata
uang rupiah untuk periode yang berakhir pada 31 Desember dan tidak (24)
diaudit oleh auditor independen periode 2011-2015.
4. Perusahaan tersebut tidak memiliki kelengkapan data selama periode
(39)
pengamatan berdasarkan variabel yang diteliti.
Total Sampel Akhir 58
Tahun Pengamatan 5
Total Pengamatan 290
Sumber :Data yang diolah

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu :
1. Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen (Sunyoto, 2013). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah
opini audit going concern.
2. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang
lain (Sunyoto, 2013). Dalam penelitian ini variabel independen adalah likuiditas,
leverage, profitabilitas, rasio aktivitas, ukuran perusahaan, kondisi keuangan, kualitas
audit, dan opini audit tahun sebelumnya.

Metode Analisis Data


Data penelitian diuji dan dianalisis dengan beberapa metode, yaitu analisis statistik
deskriptif dan analisis statistik infrensial untuk pengujian hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang
diajukan.Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate dengan
menggunakan regresi logistik (logistic regression), karena variabel bebasnya merupakan
kombinasi antara metric dan non metric (nominal).Model regresi logistik yang digunakan
untu menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
= + + + + + + + + +
Keterangan :
GCO = Opini audit going concern DR = Debt ratio
(variabel dummy, diberi nilai1 ROA = Return on assets
jika opini audit going TATO = Total assets turn over
concerndan diberi nilai 0 jika SIZE = Ukuran perusahaan
opini audit non going concern) KK = Kondisi Keuangan
α = Konstanta KA = Kualitas audit
βi = Koefisien regresi GCO-1 = Opini audit tahun sebelumnya
CR = Current ratio ɛ = Residual

8
Pengujian hipotesis dengan regresi logistik yang dibantu dengan program pengolah
data statistik yang dikenal dengan SPSS dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama dapat memprediksi variabel dependen atau tidak.
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Fit Test.Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris sesuai dengan model
(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
b. Menilai Model Fit
Pengujian ini dilakukan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit
dengan data. Dari hipotesis tersebut maka H0 harus diterima agar model fit dengan data.
Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi Likelihood.Untuk menguji H0 dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Penilaian model fit dilakukan dengan membandingkan
nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya
memasukkan nilai -2LogL dan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir
(Block Number = 1), model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai -2LL
Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1, hal ini menunjukkan model regresi yang
baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013:
233).Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error”
pada model regresi, sehingga penurunan nilai Log Likelihood menunjukkan model regresi
yang semakin baik.
c. Koefisien Determinasi
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan
nilai Nagelkerke R Square (R2), yaitu pengujian yang digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar metode penelitian
(Ghozali,2013:233).
d. Tabel Klasifikasi
Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat.Kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen.
e. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen.Model regresi yang baik adalah regresi dengan
tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya.Pengujian
multikolinearitas dalam regresi logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas
untuk melihat besarnya korelasi antarvariabel bebas. Apabila nilai koefisien korelasi antar
variabel bebas lebih kecil dari 0,8 berarti tidak terdapat gejala korelasi yang serius antar
variabel bebas tersebut (Kuncoro, 2004:240).
f. Uji Koefisien Regresi
Pengujian dengan model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variabel independen tehadap variabel dependen.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara antara tingkat
signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) = 5%.
g. Interprestasi Hasil Regresi Logistik
Tidak seperti regresi berganda, hasil persamaan regresi logistik tidak bisa langsung
diinterprestasikan dari nilai koefisiennya.Pada regresi logistik, dalam menginterpretasikan
hasil regresi logistik ditunjukkan dengan nilai EXP (B) atau disebut juga rasio odds (Ψ), yaitu
nilai eksponen dari koefisien persamaan regresi yang terbentuk (Yamin dan Kurniawan,
2014:101).Rasio odds dapat diartikan sebagai rasio peluang, dimana mengindikasikan

9
seberapa lebih mungkin munculnya kejadian sukses pada suatu kemungkinan dibandingkan
dengan kemungkinan lainnya. Rasio odds di definisikan sebagai berikut :
Ψ = exp( ) = exp[g(1) − g(0)
Interpretasi dari rasio odds ini adalah kecenderungan untuk Y= 1 pada X=1 sebesar Ψ kali
dibandingkan pada X= 0.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif masing-masing variabel disajikan pada Tabel 1
Tabel 1
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
ROA 290 -67.01 71.51 -5.6711 12.26303
CR 290 1.09 1235.45 222.0938 181.85077
DR 290 .04 3.08 .5502 .47870
TATO 290 .02 5.86 1.1698 .79987
SIZE 290 10.45 19.32 14.1867 1.66122
XSCORE 290 .00 1.00 .7828 .41308
KA 290 .00 1.00 .4241 .49507
GCO-1 290 .00 1.00 .4034 .49144
GC 290 .00 1.00 .3586 .48042
Valid N (listwise) 290

1. Nilai rata-rata opini audit going concern (GC) sebesar 0,35 yang lebih kecil dari standar
deviasi yaitu 0,48. Hal ini menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, opini audit
going concern lebih sedikit muncul sedangkan opini audit dengan kode 0, opini audit non
going cocern merupakan opini audit yang paling banyak muncul.
2. Nilai rata-rata ROA menunjukkan nilai 5,67 dengan nilai minimum -67,01 dan nilai
maksimum 71,51. Nilai rata-rata return on assets menunjukkan nilai negatif, hal ini
menggambarkan banyak perusahaan sampel yang mengalami rugi bersih setelah pajak.
3. Nilai rata-rata likuiditas menunjukkan nilai 222,09 lebih besar dari standar deviasi yaitu
sebesar 181,85. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan sampel memiliki memiliki
aktiva lancar yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
4. Nilai rata-rata rasio leverage menunjukkan nilai 0,55 dengan nilai minimum 0,04 dan
nilai maksimum 3,08. Ini memberikan gambaran bahwa ada perusahaan sampel yang
memiliki jumlah kewajiban yang kecil sehingga nilai rasio minimum menunjukkan 0,04.
5. Nilai rata-rata rasio aktivitas menunjukkan nilai 1,16 dengan nilai minimum 0,02 dan
nilai maksimum 5,86. Hal ini menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan sampel
mampu memutar aset yang dimiliki perusahaan sebesar 1,1698 dari penjualan bersih
6. Nilai rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 14,18 dengan nilai minimum 10,45 dan
maksimum 19,32. Nilai rata-rata size sebesar 14,18 lebih cenderung pada nilai minimum
yaitu 10,45. Hal ini menggambarkan bahwa lebih banyak perusahaan sampel yang
ukurannya tergolong skala kecil dalam penelitian ini.
7. Nilai rata-rata x-score sebesar 0,78, hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 78,28%
perusahaan sampel digolongkan perusahaan sehat dan sebanyak 21,72% dari keseluruhan
perusahaan sampel digolongkan perusahaan tidak sehat. Selain itu nilai rata-rata x-score
0,78 lebih besar dari standar deviasi yaitu sebesar 0,41. Hal ini juga menunjukkan bahwa
tingkat perbedaan antar data satu dengan data lainnya tidak terlalu tinggi.

10
8. Kualitas audit memiliki nilai rata-rata sebesar 0,42 lebih kecil dari nilai standar deviasi
yaitu sebesar 0,49. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas audit dengan kode 1, yaitu
KAP yang berafiliasi dengan Big 4 lebih sedikit.
9. Opini audit tahun sebelumnya (GCO-1) memiliki nilai rata-rata 0,40 yang lebih kecil dari
nilai standar deviasinya yaitu, 0,49. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan sampel
yang menerima opini audit tahun sebelumnya atau periode sebelumnya lebih sedikit
dibanding perusahaan sampel yang tidak menerima opini audit tahun sebelumnya.

Menilai Kelayakan Model Regresi


Berdasarkan tabel pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Testdapat
dilihat nilai statistik sebesar 6,029 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,644 yang nilainya
jauh diatas nilai alpha(α=0,05). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam
analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati (model mampu memprediksi nilaiobservasinya atau dapat
dikatakan bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya). Hasil
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6.029 8 .644
Sumber : Output SPSS Version 23 (Data sekunder yang diolah)
Menilai Model Fit
Penilaian model fit dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood
(-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya memasukkan nilai -2LogL dan
konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1), model
memasukkan konstanta dan variabel bebas. Nilai -2 Log Likelihood awal adalah sebesar
378,52 dan setelah dimasukkan kedelapan variabel independen, maka nilai -2 Log
Likelihoodakhir mengalami penurunan menjadi sebesar 157,18. Penurunan nilai -2 Log
Likelihood ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan data. Hasil penilaian model fit dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel
4.
Tabel 3
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
1 378.537 -.566
Step 0 2 378.520 -.581
3 378.520 -.581
Sumber : Output SPSS Version 23 (Data sekunder yang diolah)

11
Tabel 4
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log Coefficients
likelihood Constant ROA CR DR TATO SIZE XSCORE KA GCO-1
1 181.235 -1.051 -.001 .000 .181 -.079 -.039 -.217 .249 2.987
2 160.600 -1.042 -.001 -.001 .398 -.184 -.082 -.435 .580 3.921
3 157.364 -.989 .000 -.002 .583 -.276 -.109 -.587 .865 4.340
Step 1
4 157.186 -1.010 .001 -.002 .648 -.304 -.115 -.636 .955 4.467
5 157.185 -1.013 .001 -.002 .653 -.306 -.115 -.640 .961 4.476
6 157.185 -1.013 .001 -.002 .653 -.306 -.115 -.640 .961 4.476
Sumber : Output SPSS Version 23 (Data sekunder yang diolah)
Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,732
yang berarti variabilitas variabel dependen yaitu opini audit going concern dapat dijelaskan
oleh variabel independen sebesar 73,2 persen dan sisanya 26,8 persen dijelaskan oleh
variabel-variabel lainnya di luar model penelitian. Hasil Nagelkerke R Squaredapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R
Square Square
1 157.185a .534 .732
Sumber : Output SPSS Version 23 (Data sekunder yang diolah)

Tabel Klasifikasi
Hasil dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa kemungkinan perusahaan menerima opini
audit going concern adalah sebesar 93,3 persen yaitu sebanyak 97 laporan keuangan
perusahaan yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 104 laporan
keuangan perusahaan yang menerima opini audit going concern. Selain itu, hasil dalam Tabel
4.7 juga menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
perusahaan menerima opini audit non going concern adalah sebesar 89,2 persen yaitu
sebanyak 166 laporan keuangan perusahaan yang diprediksi menerima opini audit non going
concern dari total 186 laporan keuangan perusahaanyang menerima opini audit nongoing
concern.
Tabel 6
Tabel Klasifikasi
Observed Predicted
GC Percentage
non going going concern Correct
concern
non going concern 166 20 89.2
GC
Step 0 going concern 7 97 93.3
Overall Percentage 64.1
`Sumber : Output SPSS Version 23 (Data sekunder yang diolah)
Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat dalam Tabel 7menunjukkan tidak ada
nilai koefisien korelasi antar variabel yang lebih besar dari 0,8. Matriks korelasi diatas
menunjukkan tidak adanya gejala korelasi yang serius antar variabel bebas tersebut.
Tabel 7
Matriks Korelasi

12
Constant ROA CR DR TATO SIZE XSCORE KA GCO-1
Constant 1.000 .235 -.262 -.053 -.346 -.936 -.108 .417 -.077
ROA .235 1.000 -.329 .140 -.174 -.137 -.487 -.015 .031
CR -.262 -.329 1.000 -.122 .068 .205 .052 -.224 -.110
DR -.053 .140 -.122 1.000 -.327 -.139 .327 .282 -.029
Step 1 TATO -.346 -.174 .068 -.327 1.000 .295 -.166 -.158 -.025
SIZE -.936 -.137 .205 -.139 .295 1.000 -.115 -.525 -.032
XSCORE -.108 -.487 .052 .327 -.166 -.115 1.000 -.036 -.010
KA .417 -.015 -.224 .282 -.158 -.525 -.036 1.000 -.088
GCO-1 -.077 .031 -.110 -.029 -.025 -.032 -.010 -.088 1.000
Sumber : Output SPSS Version 23 (Data sekunder yang diolah)

Uji Koefiesien Regresi


Model regresi yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter dalam Variabels in
The Equationadalah sebagai berikut:
= . − , + , + , − , − , − ,
+ , + , +

Estimasi parameter dari model dan tingkat signifikasinya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
Variabels in the Equation
B Sig. Exp(B)

Step 1a ROA .001 .953 1.001


CR -.002 .016 .998
DR .653 .263 1.920
TATO -.306 .037 .736
SIZE -.115 .469 .891
XSCORE .640 .037 .527
KA .961 .098 2.615
GCO-1 4.476 .000 87.907
Constant 1.013 .663 .363

1. Pengujian hipotesis pertama (H1)


Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang diproksikan dengan current
ratio memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,002 dengan tingkat signifikan 0,016
yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 atau (5%). Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadappemberian opini audit going concern atau dengan kata lain H1 diterima.
2. Pengujian hipotesis kedua (H2)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel leverage yang diproksikan dengan debt
ratio memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,653 dengan tingkat signifikan 0,263
yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel leverage berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap pemberian opini audit going concern atau dengan kata lain H2 ditolak.
3. Pengujian hipotesis ketiga (H3)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabelprofitabilitas yang diproksikan dengan
return on assets memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,001 dengan tingkat
signifikan 0,953 yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) 0,05atau (5%). Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitasberpengaruh positif namun

13
tidak signifikan terhadappemberian opini audit going concern atau dengan kata lain H3
ditolak.
4. Pengujian hipotesis keempat (H4)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabelrasio aktivitas yang diproksikan dengan
total assets turn over memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,306 dengan tingkat
signifikan 0,037 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 atau (5%). Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel rasio aktivitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadappemberian opini audit going concern atau dengan kata lain H4
diterima.
5. Pengujian hipotesis kelima (H5)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ukuranyang diproksikan dengan Ln total
aset memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,115 dengan tingkat signifikan 0,469
yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) 0,05 atau (5%). Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap pemberian opini audit going concern atau dengan kata lain H5 ditolak.
6. Pengujian hipotesis keenam (H6)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan yang diproksikan dengan
X-score Zmijewski memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,640 dengan tingkat
signifikan 0,037 yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 atau (5%). Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi keuangan berpengaruh positif
signifikan terhadappemberian opini audit going concern atau dengan kata lain H6
diterima.
7. Pengujian hipotesis ketujuh (H7)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kualitas audityang diukur dari berafiliasi
atau tidaknya perusahaan dengan KAP Big 4 memiliki koefisien regresi positif sebesar
0,961 dengan tingkat signifikan 0,098 yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) 0,05
atau (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas
auditberpengaruh positif namun tidak signifikan terhadappemberian opini audit going
concern atau dengan kata lain H7 ditolak.
8. Pengujian hipotesis kedelapan (H8)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki
koefisien regresi positif sebesar 4,476 dengan tingkat signifikan 0,000 yang lebih kecil
dari tingkat signifikansi (α) 0,05 atau (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif signifikan
terhadappemberian opini audit going concern atau dengan kata lain H8diterima.
Pembahasan
Pengaruh likuiditas terhadap pemberian opini audit going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh
terhadap pemberian opini audit going concern.Hasil tersebut mendukung hipotesis pertama
dalam penelitian ini.
Pengaruh leverage terhadap pemberian opini audit going concern
Hasilpengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel leveragetidak mendukung
hipotesis kedua dalam penelitian ini. Hasil ini bisa saja terjadi disebabkan perusahaan yang
menjadi sampel di dalam penelitian ini dapat melakukan pengelolaan asetnya dengan efisien
dan mengalami pertumbuhan penjualan setiap tahunnya.Apabila perusahaan dapat melakukan
pengelolaan aset secara efisien, maka volume penjualan bisa meningkat. Jika volume
penjualan meningkat maka perusahaan akan memiliki dana untuk membayar utangnya.

14
Pengaruh profitabilitas terhadap pemberian opini audit going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak
mendukung hipotesis ketiga dalam penelitian ini.Hasil ini dapat terjadi dikarenakan auditor
memberikan opini audit going concern tidak hanya mempertimbangkan dan melihat tingkat
profitabilitas perusahaan berdasarkan dari aset tapi auditor juga mempertimbangkan dan
melihat dari sisi ekuitas dan investasi. Selain itu salah satu yang menjadi pertimbangan
auditor ialahmeningkatnya laba usaha tidak diimbangi dengan menurunnya hutang
perusahaan.Jika perusahaan ingin melakukan produksi yang lebih banyak, perusahaan juga
akan memerlukan dana yang lebih besar, dimana perusahaan akan mendapatkannya melalui
hutang perusahaan. Jadi apabila perusahaan tidak dapat melunasi hutang tersebut, perusahaan
juga tetap akan bisa mendapatkan opini audit going concern.
Pengaruh rasio aktivitas terhadap pemberian opini audit going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel rasio aktivitasberpengaruh
terhadap pemberian opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis keempat
dalam penelitian ini.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaantidak
mendukung hipotesis kelima dalam penelitian ini hasil ini dapat terjadi dikarenakan ukuran
perusahaan yang diukur melalui natural logaritma dari total aset tidak menjadi satu-satunya
faktor perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Jadi perusahaan besar dan memiliki nilai
aset yang besar juga belum tentu menjadikan perusahaan tidak mendapatkan opini audit
going concern. Hal ini bisa disebabkan masalah keuangan lainnya dalam perusahaan, seperti
meningkatnya kewajiban, yang akan membuat perusahaan bisa mendapatkan opini audit
going concern.
Pengaruh kondisi keuangan terhadap pemberian opini audit going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel kondisiberpengaruh terhadap
pemberian opini audit going concern.Hasil tersebut mendukung hipotesis keenam dalam
penelitian ini.
Pengaruh kualitas audit terhadap pemberian opini audit going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap pemberian opini audit going concern.Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis
ketujuh dalam penelitian ini.Secara empiris hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa
kualitas audit tidak dapat dijadikan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi suatu
perusahaan menerima opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa KAP yang berafiliasi
dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak berafiliasi dengan KAP Big 4sama-sama memberikan
kualitas audit yang baik dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going
concern.
Pengaruh opini audit tahun sebelumnyaterhadap pemberian opini audit going concern
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwaopini audit tahun sebelumnya
berpengaruhterhadap pemberian opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung
hipotesis kedelapan dalam penelitian ini.Jika pada tahun sebelumnya perusahaan telah
menerima opini audit going concern maka pada tahun berjalan akan kemungkinan besar
perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern.Secara empiris hasil ini
menunjukkan opini audit tahun sebelumnya dapat dijadikan acuan acuan oleh auditor
independen untuk memberikan opini audit pada tahun berjalan. Bila perusahaan mendapatkan
opini audit going concern, besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini
audit going concern. penerbitan kembali opini audit going concerntidak semata-mata
didasarkan pada opini audit going concernyang diterima pada tahun sebelumnya, namun
penerimaan opini audit going concernpada tahun sebelumnya akan mengakibatkan hilangnya
kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan

15
usahanya sehingga hal ini akan semakin mempersulit perusahaan untuk bangkit dari kesulitan
yang dialami. Hal ini bisa tidak dialami kembali, bila terjadi peningkatan performa
perusahaan dalam penjualan, berkurangnya kewajiban dan hal lainnya.

5. KESIMPULAN dan SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan hasil
pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Likuiditas berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Secara empiris hal
ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern auditor
mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
2. Leverage tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Hal ini bisa
dikarenakan perusahaan yang menjadi sampel di dalam penelitian ini dapat melakukan
pengelolaan asetnya dengan efisien dan mengalami pertumbuhan penjualan setiap
tahunnya sehingga memperoleh laba utk menutupi hutang. Selain itu, dalam memberikan
opini audit going concern auditor tidak hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan
dapat menutupi hutang perusahaan, tetapi lebih mempertimbangkan kondisi keuangan
perusahaan secara menyeluruh.
3. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Secara
empiris hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern auditor
tidak hanya mempertimbangkan tingkat profitabilitas perusahaan berdasarkan dari aset tapi
auditor juga mempertimbangkan dan melihat dari sisi ekuitas dan investasi
4. Rasio aktivitas berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Secara empiris
hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern auditor
mempertimbangkan efektif atau tidaknya perusahaan dalam mengelola keseluruhan aset
yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktivitas penjualan
5. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Secara empiris hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern
auditor tidak hanya mempertimbangkan ukuran perusahaan yang diukur melalui natural
logaritma dari total aset, selain itu ukuran perusahan tidak menjadi satu-satunya faktor
perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Jadi perusahaan besar dan memiliki nilai aset
yang besar juga belum tentu menjadikan perusahaan tidak mendapatkan opini audit going
concern.
6. Kondisi keuangan yang diukur dengan menggunakan model prediksi X-score
Zmijewskiberpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Secara empiris hal
ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concern auditor melihat
kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak
sehat kemungkinan besar akan menerima opini audit going concern.
7. Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Secara
empiris hal ini menunjukkan bahwa dalam memberikan opini audit going concernkualitas
audit tidak dapat dijadikan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan
menerima opini audit going concern. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun
yang tidak berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik
dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going concern.
8. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
Secara empiris hal ini menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya dapat dijadikan
acuan oleh auditor independen untuk memberikan opini audit pada tahun berjalan. Hal ini

16
bisa tidak dialami kembali, bila terjadi peningkatan performa perusahaan dalam penjualan,
berkurangnya kewajiban dan hal lainnya.
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan bedasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) adalah sebesar 0,732 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah
sebesar 73,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 26,8 persen dijelaskan oleh variable-
variabel lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu
diidentifikasi untuk menjelaskan pemberian opini audit going concern. Variabel lain yang
secara teoritis mungkin dapat memengaruhi pemberian opini audit going concern,
misalnya audit delay, mekanisme corporate governance, auditor switching, rasio arus kas
dan kondisi keuangan yang dapat diprediksi dengan pengukuran Altman Model, Springate
Model dan Revised Altman Model.
2. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan objek yang berbeda
misalnya perusahaan sektor perbankan dan perusahan sektor real estate.
3. Penelitian selanjutnya dapat memilih proksi lain yang bisa mengukur variabel-variabel
tersebut agar lebih tepat sehingga dapat membuktikan pengaruh terhadap pemberian opini
audit going concern.

6. DAFTAR PUSTAKA
Adityaningrum, Endah. 2012. “Analisis Hubungan Antara Kondisi Keuangan Perusahaan
dengan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Skirpsi Publikasi. Semarang: UNDIP.

Alichia, Yashinta Putri. 2013. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan,


dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern”. Jurnal
Akuntansi, Universitas Negeri Padang, Vol. 1, No. 1.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/search/authors/view?firstName=Yashinta&mi
ddleName=Putri&lastName=Alichia&affiliation=Program%20Studi%20Akuntansi%0D%0A
Fakultas%20Ekonomi%20UNP&country=ID. (Diakses 8 April 2016).

Altman, Edward I. 1968. “Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of
Corporate Bankruptcy”.Jurnal Keuangan, Vol. 23, No. 4. September: 589-609.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1540-6261.1968.tb00843.x/pdf. (Diakses 30
Maret 2016).

Arens, Alvin. A., Randal J. Elder., Mark S. Beasley., dan Amir Abadi Jusuf. 2011. “Jasa
Auditing dan Assurance, Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia) Ed.2”. Jakarta: Salemba
Empat.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006. “Teori Akuntansi(Edisi Terjemahan) Jilid 1”. Jakarta:
Salemba Empat.

Boynton, Wiliam C., dan Johnson Raymon. 2006. “Modern Auditing Ed.8”. Jakarta: Erlangga

Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2011. “Fundamentals of Financial Management
(Dasar-dasar Manajemen Keuangan) Ed.11”. Jakarta:Salemba Empat.

17
Brigham, Eugene F., dan Louis C. Gapenski. 2004.“Financial Management – Theory and
PracticeEd.8”. The Dryden Press.

Carcello, Joseph V., dan Terry L. Neal. 2000. “Audit Committee Composition and Auditor
Reporting”. The Accounting Review, Vol.75, No. 4. Oktober: 453-467.
http://papers.ssrn.com/paper.taf?abstract_id=229835. (Diakses 6 April 2016).

DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. “Auditor Size and Audit Quality”. Journal of Accounting
and Economics, Vol. 3. Mei: 183-199.
http://www.ikiu.ac.ir/public_files/profiles/items/090ad_1424502938.pdf. (Diakses 13 April
2016).

Dewayanto, Totok. 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini


Audit Going Concern pada Perusahaa Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Jurnal Fokus Ekonomi, Vol. 6, No. 1. Juni: 81-104.
http://eprints.undip.ac.id/view/person/DEWAYANTO=3ATotok=3A=3A.default.html.
(Diakses 8 April 2016).

Eisenhardt, K. M. 1989. “Agency Theory: An Assessment and Review”. Academy of


Management Review, Vol. 14, No. 1. Juli: 57-74. http://www.jstor.org/stable/258191.
(Diakses 13 April 2016).

Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D.N. 2006.“Dasar-dasar Ekonometrika, Jilid 2”. Jakarta: Erlangga.

Godfrey, et al. 2010.“Accounting Theory Ed.7”. Australia: John Wiley & Sons Australia. Ltd.

Halim, Abdul. 2008. “Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan) Jilid 1 Ed. 4”.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Hartono, Jogiyanto. 2010. “Metodologi Penelitian Bisnis”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. “Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)”. Jakarta:
Salemba Empat.

Indriani, Widya. 2015. “Analisis Reaksi Investor Terhadap Penerimaan Laporan Opini Audit
Going Concern”. Skirpsi Publikasi. Semarang: UNDIP.

Januarti, Indira. 2009. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,Kepemilikan


Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-
6November. http://eprints.undip.ac.id/15139/1/siae04.pdf. (Diakses 6 April 2016).

Januarti, Indira., dan Ella Fitrianasari. 2008. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non
Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Going Concern pada
Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-
2005)”. Jurnal Maksi, UNDIP Vol. 8, No.1. Januari: 43-58.

18
http://eprints.undip.ac.id/35136/1/MAKSI_Jan_2008_04_Indira_Januarti.pdf. (Diakses 6
April 2016).

Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976. “Theory of the firm: Managerial behavior; agency
costs and ownership structure”. Journalof Financial Economics, Vol.3, No.4. Oktober: 305-
360.
http://uclafinance.typepad.com/main/files/jensen_76.pdf. (Diakses 6 April 2016).

Jusup, Al Haryono. 2011. “Auditing (Pengauditan)”. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah


Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-36/PM/2003 Peraturan Nomor
X.K.2 “Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala”.
www.bapepam.go.id.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-36/PM/2003 Peraturan Nomor
X.K.2 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. www.bapepam.go.id.

Lennox, Clive S. 2002. “Going concern Opinions in Failing Companies: Auditor


Independence and Opinion Shopping”.
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=240468. (Diakses 16 April 2016).

McClave, James T., P. George Bendon., dan Terry Sincich. 2010. “Statistik untuk Bisnis dan
EkonomiEd.11”. Jakarta: Erlangga.

McKeown, J.R., Jane F.Mutchler., dan W. Hopwood. 1991. “Toward an Explanation of


Auditor Failure to Modify the Audit Reports of Bankrupt Companies”. Auditing: A Journal of
Practice and Theory. Januari: 1-13.
https://www.researchgate.net/publication/248811113_‘Toward_an_Explanation_of_Auditor_
Failure_to_Modify_the_Audit_Opinion_of_Bankrupt_Companies’. (Diakses 18 April 2016).

Mulyadi. 2014. “Auditing Ed.6”. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, S. 2010. “Analisa Laporan Keuangan Ed. 4”. Yogyakarta: Liberty.

Mutchler, J. 1985. “A Mutivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion


Decision”. Journal of Accounting Research,Vol. 23, No. 2.Hal : 668-6682.
http://www.jstor.org/discover/10.2307/2490832?uid=3738224&uid=2&uid. (Diakses 11
April 2016).

Mutchler, Jane F.W. Hopwood., dan James M. McKeown. 1997. “The Influence of Contrary
Information and Mitigating Factors on Audit Opinion Decisions on Bankrupt Companies”.
Journal of Accounting Research, Vol. 35, No. 2. Hal: 295- 310.
http://www.jstor.org/stable/2491367. (Diakses 8 April 2016).

Santosa, Arga Fajar., dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. “Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kecenderung Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”.
Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia,Vol.11, No.2. Desember: 141–158.
http://journal.uii.ac.id/index.php/JAAI/article. (Diakses 11 April 2016).

19
Sartono, Agus. 2011. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta: BPFE.

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap
Opini Audit Going Concern”.Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26
Agustus.http://downloads-jurnalskripsi.blogspot.com/2013/06/simposium-nasional-
akuntansi-9.html. (Diakses 6 April 2016).

Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis”. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, Danang. 2013. “Metodologi Penelitian Akuntansi”. Bandung: PT Refika Aditama.

Sussanto, Herry., dan Nur Mettani Aquariza. 2012. “Analisis Pengaruh Opini Audit Tahun
Sebelumnya, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap
Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Consumer Goods Industry yang
Terdftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi, Universitas Gunadarma, Vol. 6, No. 12.
Hal: 14-19.
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ugjournal/article/view/814. (Diakses 11 April
2016).

Syamsuddin, Lukman. 2011. “Manajemen Keuangan Perusahaan”. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Venuti, Elizabeth K. 2007. “The Going Concern Assumption Revisited: Assesing a


Company’s Future Viability”. The CPA Journal
Online.http://www.questia.com/magazine/1P3-644949491/the-going-concern-assumption-
revisited-assessing. (Diakses 11 April 2016).

Widyantari, Ayu Putri. 2011. “Opini Audit Going Concern dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.
Tesis.Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Wulandari, Soliyah. 2014. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor dalam


Memberikan Opini Audit Going Concern”. E-Jurnal Akuntansi,Universitas UdayanaVol.6,
No.3. Maret: 531-558.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/8350. (Diakses 11 April 2016).

Wolk, et al. 2001.“Accounting Theory: A Conceptual an Institutional Approach Ed.5”.South-


Western College Publishing.

Yamin, Sofyan., dan Heri Kurniawan. 2014. “SPSS Complete: Teknik Analisis Statistik
Terlengkap SPSS Ed.2”. Jakarta: Salemba Empat.
Zmijewski, Mark. 1984. “Methodological Issues Related to The Estimation of Financial
Distress Prediction Models”. Journal of Accounting Research,Vol. 22. Hal: 59-82.
https://www.jstor.org/stable/2490859. (Diakses 11 April 2016).

www.idx.co.id

20

Anda mungkin juga menyukai