e-ISSN 2303-1018
Rahim, Pengaruh Kondisi .... 75
Syamsuri Rahim1
1
Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia, Sulawesi Selatan, Indonesia
email: syamsurirahim@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit dan opinion
shopping, terhadap opini going concern. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Populasi penelitian ini sebanyak 132.
Sampel penelitian berjumlah 28 yang dipilih dengan metode purposive sampling perusahaan dengan periode
pengamatan 3 (tiga) tahun. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi keuangan, kualitas audit dan opinion shopping berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Kata kunci : Opini going concern, kondisi keuangan, kualitas audit, opinion shopping
This study aims to examine the effect of the company’s financial condition, the audit quality and shopping
opinion towards the acceptance of going concern audit opinion. The samples used in this research are
manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2014. The population of this study is
132. The samples used are 28 companies selected by random sampling method during the observation period
of 3 (three) years. Data was analyzed using logistic regression analysis model. The results show that the
financial condition, audit quality and opinion shopping significantly influence the acceptance of going
concern audit opinion.
Keywords: Going concern audit opinion, financial condition, audit quality, opinion shopping
DOI : https://doi.org/10.24843/JIAB.2016.v11.i02.p02
PENDAHULUAN
Kelangsungan usaha selalu dikaitkan dengan Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi
kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. kesehatan keuangan perusahaan, auditor memiliki
Pada saat kondisi ekonomi suatu entitas tidak pasti, tanggung jawab menurut SAS (AU 341) untuk
auditor diharapkan memberikan early warning mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai
kepada para investor akan kegagalan keuangan kemungkinan untuk bertahan (Arens, 2008). Dengan
perusahaan. Auditor juga dapat memberikan opini kata lain, auditor bertanggung jawab untuk
audit going concern jika ada keraguan suatu entitas mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar
dalam menjalankan usahanya. terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan
Opini going concern merupakan asumsi dalam kelangsungan hidupnya dalam waktu tidak lebih dari
pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang
entitas mengalami kondisi yang berlawanan dengan sedang diaudit (SPA 570; 2012)
asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut Laporan audit dengan modifikasi going concern
dimungkinkan mengalami masalah untuk survive. menunjukkan suatu indikasi bahwa terdapat risiko
76 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11, No. 2, Juli 2016
auditee tidak dapat bertahan lama. Dari sudut opinion shopping adalah untuk meningkatkan hasil
pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan operasi atau kondisi keuangan perusahaan.
beberapa tahap analisis. Auditor harus Penelitian ini mengacu pada penelitian Aiisiah
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dan Sugeng (2012). Perbedaan penelitian ini adalah
mempengaruhi perusahaan, hasil dari operasi penggantian salah satu variabel dengan variabel
perusahaan, kemampuan membayar hutang serta opinion shopping. Variabel opinion shopping dipilih
kebutuhan likuidasi di masa mendatang (Setyarno, karena dianggap dapat menjadi salah satu faktor
et. al., 2006). penting penentu suatu perusahaan ketika akan
Terkait dengan pentingnya opini audit yang menerima opini audit dari auditor. Opinion shopping
dikeluarkan auditor, maka auditor harus bertanggung memungkinkan manajemen perusahaan untuk
jawab untuk mengeluarkan opini audit going concern mengganti auditornya ke auditor lain apabila
yang sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. perusahaannya memiliki kemungkinan besar akan
Ada beberapa faktor yang dapat dikaji sebagai faktor menerima opini audit going concern dari auditor yang
yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit sedang bertugas (Praptitorini dan Januarti, 2007).
going concern yaitu kondisi keuangan perusahaan, Opini audit going concern adalah opini yang
kualitas audit, dan opinion shopping. dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah
Pada perusahaan yang kondisi keuangannya ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
baik, auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
opini audit going concern (Ramadhany, 2004). Hal (SPA 570; 2012). Laporan audit dengan modifikasi
ini didukung oleh Carcello, et. al., (2000) yang mengenai going concern merupakan suatu indikasi
menyebutkan bahwa kondisi keuangan perusahaan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko
yang terganggu, maka besar kemungkinan auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut
perusahaan tersebut akan menerima opini audit pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan
going concern. Pendapat tersebut juga didukung oleh beberapa tahap analisis. Auditor harus
Setyarno, et. al., (2006), Santoso dan Wedari (2007) mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi
serta Rudyawan dan Badera (2009) yang ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
menyatakan bahwa, semakin baik kondisi keuangan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa
perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor yang akan datang.
memberikan opini audit going concern. Menurut Standar Perikatan Audit (SPA 570;
Sementara itu, pengukuran kualitas audit masih 2012), going concern adalah berhubungan dengan
tetap merupakan sesuatu yang tidak jelas, tetapi ketidak mampuan entitas dalam memenuhi
pemakai laporan keuangan biasa mengaitkannya kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa
dengan reputasi auditor. Teoh dan Wong, (1993) dan melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada
Craswell, et. al., (1995) menyatakan, klien biasanya pihak luar melalui bisnis biasa, restrukrisasi utang,
mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan
KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP kegiatan lainnya. Sedangkan menurut IAS
internasional akan memiliki kualitas yang lebih (paragraph 7) dalam Internasional Auditing
tinggi, karena auditor tersebut memiliki karakteristik Guideline Juni 1986, going concern didefinisikan
yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti sebagai berikut:
pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer
review. Auditor yang memiliki reputasi yang baik “The enterprise is normally viewed as a going
akan cenderung untuk mempertahankan kualitas concern, that is as continuing in operasion for
auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak foreseeable future, it is assumed that the enterprise
kehilangan klien. has neither the intention nor the necessary of
Faktor lain yang berpengaruh dalam penerimaan liquidation or of curtailing materially the scale of
opini audit going concern ialah opinion shopping. this operations.”
Security Exchange Commisiion (SEC) mendefinisikan
opinion shopping adalah aktivitas mencari auditor Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan
yang mau mendukung cara perlakuan akuntansi yang tingkat kesehatan perusahaan kenyataannya
dilakukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan (Ramadhany, 2004). Kondisi keuangan perusahaan
pelaporan perusahaan. Perusahaan biasanya juga mencerminkan kelangsungan kinerja suatu
melakukan pergantian auditor untuk menghindari perusahaan kedepannya. Melalui laporan keuangan,
penerimaan opini going concern. Tujuan melakukan para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui
Rahim, Pengaruh Kondisi .... 77
kondisi keuangan suatu perusahaan dan dapat akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk
memprediksi apakah perusahaan tersebut akan tetap mencapai tujuan pelaporan perusahaan. Perusahaan
bertahan kedepannya. McKeown et. al., (1991) biasanya melakukan pergantian auditor untuk
menyatakan bahwa semakin buruk kondisi perusahaan menghindari penerimaan opini going concern. Teoh
maka akan semakin besar kemungkinan pengungkapan (1992) menjelaskan bahwa perusahaan biasanya
opini audit going concern, begitu pula sebaliknya. melakukan pergantian auditor dengan dua cara untuk
Penelitian Carcello dan Neal (2000) mengenai menghindari opini going concern. Perusahaan dapat
komposisi komite audit dan laporan auditor mengancam melakukan pergantian auditor. Dengan
menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan ancaman tersebut, indepensi auditor akan menurun
perusahaan maka akan semakin besar peluang sehingga tidak mampu mengungkapkan masalah
pengungkapan opini audit going concern oleh perusahaan. Bahkan ketika auditor tersebut
auditor. Temuan tersebut selaras dengan penelitian independen, perusahaan akan memberhentikan
Margaretta dan Sylvia (2005), Eko, et. al., (2006), akuntan publik (auditor) yang cenderung
serta Arga dan Linda (2007) yang menunjukkan memberikan opini going concern, atau sebaliknya
bahwa model prediksi kebangkrutan sebagai proksi akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan
dari kondisi keuangan perusahaan berpengaruh pada opini non going concern. Tindakan ini ini disebut
kemungkinan pengungkapan opini audit going concern. opinion shopping.
Sebagaimana dijelaskan oleh De Angelo (1981) Opinion shopping dilakukan untuk mendapat
bahwa kualitas audit adalah probabilitas dimana opini audit yang lebih baik. Hal inilah yang
seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang mendasari perusahaan untuk berpindah auditor.
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi Praktik opinion shopping dapat terlihat dari opini
auditenya. Deis dan Groux (1992) menjelaskan audit baru yang diperoleh perusahaan. Pada
bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran umumnya setelah berpindah auditor independen,
tergantung pada kemampuan teknis auditor dan maka perusahaan akan mendapatkan opini audit
probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung yang lebih baik.
pada independensi auditor. Kompetensi dan Kelangsungan hidup suatu usaha selalu
independensi yang dimiliki auditor dalam dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam
penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mengelola perusahaan agar dapat bertahan. Ketika
mempunyai kewajiban untuk menjaga standar suatu perusahaan mengalami permasalahan
perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi keuangan (financial distress), kegiatan operasional
dimana mereka bernaung, profesi mer eka, perusahaan akan terganggu yang akhirnya dapat
masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan berdampak pada tingginya risiko yang dihadapi
mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka hidup usahanya di masa mendatang, hal ini akan
(Nugrahaningsih, 2005). berpengaruh terhadap opini audit yang diberikan
Watkins, et al., (2004) telah mengidentifikasi oleh auditor. Jika perusahaan tidak mengalami
empat buah definisi kualitas audit dari beberapa ahli, permasalahan keuangan maka auditor akan
yaitu sebagai berikut; a) Kualitas audit adalah cenderung tidak mengeluarkan opini audit going
probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan concern (Ramadhany, 2004). Santosa dan Wedari
mengandung kekeliruan material dan auditor akan (2007) yang menemukan bukti bahwa kondisi
menemukan dan melaporkan kekeliruan material perusahaan yang baik atau tidak mengalami
tersebut; b) Kualitas audit merupakan probabilitas kesulitan keuangan maka kemungkinan kecil akan
bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit mendapat opini going concern.
dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk Penelitian Setyarno et. al., (2006) dengan
laporan keuangan yang mengandung kekeliruan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa
material; c) Kualitas audit diukur dari akurasi variabel kondisi keuangan dengan menggunakan The
informasi yang dilaporkan oleh auditor; d)Kualitas Altman Model berpengaruh signifikan terhadap
audit ditentukan dari kemampuan audit untuk penerimaan opini audit going concern. Hasil
mengurangi noise dan bias dan meningkatkan penelitian ini konsisten dengan penelitian
kemurnian pada data akuntansi. sebelumnya yang dilakukan oleh Ramadhany (2004)
Security Exchange Commisision (1985) yang memberikan bukti bahwa auditor hampir tidak
mendifinisikan opinion shopping sebagai aktivitas pernah memberikan opini audit going concern pada
mencari auditor yang mau mendukung perlakuan perusahaan yang tidak mengalami kesulitan
78 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11, No. 2, Juli 2016
keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis Teori agensi menyebutkan bahwa hubungan
pertama yang diajukan adalah sebagai berikut: antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada
H1 : Kondisi keuangan perusahaan berpengaruh kondisi ketidakseimbangan informasi. Hal ini terjadi
negatif terhadap penerimaan opini going karena agen memiliki informasi yang lebih banyak
concern. tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal.
Dengan demikian, diasumsikan bahwa individu-
Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi individu dalam perusahaan bertindak untuk
dari kualitas audit, namun demikian dalam banyak memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Adanya
penelitian kompetensi dan independensi masih jarang asimetri informasi mendorong agen untuk
digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit menyembunyikan beberapa informasi yang tidak
secara aktual (Ruiz et. al., 2004). Reputasi auditor diketahui prinsipal.
didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor Sedangkan dalam teori atribusi dijelaskan
bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang bahwa seseorang akan cenderung menghindari
secara umum tidak dapat diamati. DeAngelo (1981) risiko, sehingga dapat diasumsikan bahwa agen akan
menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki melakukan berbagai cara agar terhindar dari risiko
insentif yang lebih untuk menghindari kritikan pemecatan ketika kinerja perusahaan yang dirisiko
kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala pemecatan ketika kinerja per usahaan yang
kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk dicerminkan dalam laporan keuangan terpuruk. Agen
mengungkapkan masalah -masalah yang ada karena dapat menekan auditor untuk memberikan opini
mereka lebih kuat menghadapi risiko proses audit yang sesuai dengan keinginan agen agar
pengadilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor laporan keuangan dapat terlihat baik oleh pengguna
skala besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi laporan keuangan. Kegiatan menekan auditor ini
dan melaporkan masalah going concern kliennya. merupakan salah satu bentuk kegiatan opinion shopping.
Mutchler dan McKeown (1997) menemukan Pada kondisi keterbatasan informasi yang
bukti univariat bahwa auditor big 6 lebih cenderung dimiliki prinsipal, agen dapat melakukan berbagai
menerbitkan opini audit going concern pada cara untuk mendapat penilaian yang baik dari
perusahaan yang mengalami financial distress prinsipal atas kinerjanya. Salah satu cara yang dapat
dibandingkan auditor non big 6. Auditor skala besar dilakukan agen adalah dengan melakukan opinion
dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik shopping. Opinion shopping seperti yang
dibanding auditor skala kecil, termasuk dalam didefinisikan oleh SEC sebagai aktivitas mencari
mengungkapkan masalah going concern. Semakin auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi
besar skala auditor, akan semakin semakin besar yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai
kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit tujuan pelaporan perusahaan. Tujuannya adalah
going concern. memanipulasi hasil operasi atau kondisi keuangan.
Dalam penelitian Crasswell, et. al., (1995) dan Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis ketiga
Setyarno, et al. (2006) kualitas auditor diukur dengan yang diajukan adalah sebagai berikut:
menggunakan ukuran auditor specialization. H3: Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap
Crasswell, et al. (1995) menunjukkan bahwa penerimaan opini going concern.
spesialisasi auditor pada bidang tertentu merupakan
dimensi lain dari kualitas audit. Hasil penelitiannya METODE PENELITIAN
menunjukkan bahwa fee audit spesialis lebih tinggi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
dibandingkan auditor non spesialis. Mayangsari
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
(2003) melakukan penelitian pengaruh spesialisasi
Indonesia (BEI) yang terdapat di Makassar tahun
industri auditor sebagai proksi lain dari kualitas audit
2012-2014. Pengambilan sampel penelitian ini
terhadap integritas laporan keuangan. Hasil
dilakukan dengan menggunakan metode purposive
penelitiannya menunjukkan bahwa spesialisasi
sampling yaitu penentuan sampel dengan kriteria
auditor berpengaruh positif terhadap integritas
tertentu. Metode pengumpulan data yang digunakan
laporan keuangan. Berdasarkan uaraian di atas, maka
dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dari
hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai
data-data yang dipublikasikan oleh perusahaan
berikut:
mengenai laporan keuangan perusahaan dari Bursa
H2 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap
Efek Indonesia (BEI) Makassar. Data dalam
penerimaan opini going concern.
penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data
Rahim, Pengaruh Kondisi .... 79
tidak langsung. Data sekunder dalam penelitian ini Log OGC= α + β1KA + β2ZScore + β3OS + ε......(1)
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang telah Keterangan :
dipublikasikan yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Log OGC = Opini going concern (var iabel
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian dummy, 1 jika opini going concern,
ini menggunakan analisis regresi logistik (logistic 0 jika non going concern.
regression). Menurut Ghozali (2011) analisis regresi KA = kualitas audit
logistik cocok untuk penelitian yang variabelnya Zscore = kondisi keuangan perusahaan dengan
bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan menggunakan formula Altman Z
variabel independennya kombinasi antara metrik dan Score
non metrik. Analisis regr esi logistik tidak OS = opinion shopping
memerlukan asumsi normalitas pada data data ε = error item
variabel bebasnya. Analisis regresi logistik digunakan Α = Konstanta
untuk menguji apakah variabel-variabel kondisi β1 – β3 = Koefisien regresi
keuangan perusahaan, kualitas audit, dan opinion
shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini HASIL DAN PEMBAHASAN
audit going concern. Model regresi yang dikembangkan
Berdasarkan hasil statistik deskriptif dari data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
yang diolah, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Going Concern 84 0 1 0,600 0,494
Kualitas audit 84 0 1 0,320 0,470
Opinion Shopping 84 0 1 0,500 0,503
Kondisi Keuangan 84 -4,05 20,98 1,592 3,072
Valid N (listwise) 84
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat mean 0,32 nilai minimum sebesar 0 sedangkan nilai
bahwa variabel going concern dari 84 data maximum yaitu 1 dan standar deviasi sebesar 0,470.
didapatkan nilai mean 0,60 nilai minimum sebesar Variabel opinion shopping dari 84 data didapatkan
0 sedangkan nilai maximum yaitu 1 dan standar nilai mean 0,50 nilai minimum sebesar 0 sedangkan
deviasi sebesar 0,494. Variabel kondisi keuangan nilai maximum yaitu 1 dan standar deviasi sebesar
dari 84 data didapatkan nilai mean 1,59 nilai 0,503.
minimum sebesar -4,05 sedangkan nilai maximum Berdasarkan hasil pengujian untuk menilai
yaitu 20,98 dan standar deviasi sebesar 3,07213. kelayakan model regresi, dapat dilihat pada tabel 2
Variabel kualitas audit dari 84 data didapatkan nilai sebagai berikut:
Tabel 2.
Uji Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test
Step Chi-square df Sig.
1 22,188 8 0,387
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa disimpulkan bahwa persamaan regresi logit pada
nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of penelitian ini mempunyai model yang fit dengan data.
Fit sebesar 22,188. Hasil statistik tersebut Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
mempunyai signi-fikansi 0,387 > 0,05, sehingga dapat
Tabel 3.
Hasil uji Model Overall Model Fit
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
a
1 54,916 0,501 0,677
Sumber : Data diolah, 2016
80 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11, No. 2, Juli 2016
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa -2LogL sesudah maka 113,382-54,918 = 58,464
nilai -2 Log likelihood sebelum 113,382 dan nilai -2 maka dapat disimpulkan bahwa nilai Log likelihood
Log likelihood tabel diatas sebesar 54,918 maka nilai semakin menurun maka semakin baik model
overall model fitnya dengan rumusan 2LogL sebelumnya tersebut. oefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Tabel 4.
Hasil uji SPSS Nagelkerke R Square
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
a
1 54,916 0,501 0,677
Sumber : Data diolah, 2016
Tabel di atas menunjukkan nilai Nagelkerke’s oleh variabel bebas sebesar 50,1%. Adapun 49,9 %
R Square sebesar 0,501. Hal ini berarti bahwa dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan
Tabel 5.
Hasil Pengujian Hipotesis Regresi Logistik
95% C.I.for
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) EXP(B)
Lower Upper
KA(1) -1,454 1,051 1,915 1 0,016 0,234 0,030 1,832
a OS(1) -1,992 0,872 5,223 1 0,022 0,136 0,025 0,753
Step 1
Z -1,533 0,440 12,159 1 0,000 0,216 0,091 0,511
Constant 4,868 1,168 17,372 1 0,000 130,023
Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan hasil di atas menujukkan variabel keuangan berpengaruh signifikan pada penerimaan
kondisi keuangan menunjukkan nilai koefisien regresi opini going concern sehingga H1 diterima. .
negatif sebesar -1,533 dengan tingkat signifikansi Hal ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan
0,000 lebih kecil dari 0,05. Nilai signifikansi yang lebih yang baik dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
kecil dari 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa suatu usaha dimana kelangsungan hidup suatu usaha
variabel kondisi keuangan berpengaruh pada selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen
penerimaan opini going concern sehingga H 1 dalam mengelola perusahaan agar dapat bertahan.
diterima. Hasil menujukkan variabel kualitas audit Ketika suatu perusahaan mengalami permasalahan
menunjukkan nilai koefisien regresi negatif sebesar keuangan (financial distress), kegiatan operasional
-1,454 dengan tingkat signifikansi 0,016 lebih kecil perusahaan akan terganggu yang akhirnya dapat
dari 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 berdampak pada tingginya risiko yang dihadapi
berarti dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
audit berpengaruh pada penerimaan opini going hidup usahanya di masa mendatang, hal ini akan
concern sehingga H 2 diterima. Temuan juga berpengaruh terhadap opini audit yang diberikan oleh
menujukkan variabel opinion shopping auditor. Jika perusahaan tidak mengalami
menunjukkan nilai koefisien regresi negatif sebesar permasalahan keuangan maka auditor akan
-1,992 dengan tingkat signifikansi 0,022 lebih kecil cenderung tidak mengeluarkan opini audit going
dari 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 concern (Ramadhany, 2004). Santosa dan Wedari
berarti dapat disimpulkan bahwa variabel opinion (2007) yang menemukan bukti bahwa kondisi
shopping berpengaruh pada penerimaan opini going perusahaan yang baik atau tidak mengalami kesulitan
concern sehingga H3 diterima. keuangan maka kemungkinan kecil akan mendapat
Berdasarkan hasil diatas yang telah dijelaskan opini going concern.
sebelumnya menujukkan variabel kondisi keuangan Penelitian Setyarno et. al., (2006) dengan
menunjukkan nilai koefisien regresi negatif sebesar menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa
-1,533 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil variabel kondisi keuangan dengan menggunakan The
dari 0,05. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 Altman Model berpengaruh signifikan terhadap
berarti dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi penerimaan opini audit going concern. Hasil
Rahim, Pengaruh Kondisi .... 81
penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya akan mempengaruhi kecendrungan dikeluarkannya
yang dilakukan oleh Ramadhany (2004) yang suatu opini going concern.
memberikan bukti bahwa auditor hampir tidak pernah Berdasarkan hasil diatas menujukkan variabel
memberikan opini audit going concern pada opinion shopping menunjukkan nilai koefisien
perusahaan yang tidak mengalami financial distress regresi negatif sebesar -1,992 dengan tingat
begitupun sebaliknya. signifikansi 0,022 lebih kecil dari 0,05. Nilai
Dalam penelitian ini kualitas audit diproksikan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 berarti dapat
dengan menggunakan ukuran KAP. Variabel ini disimpulkan bahwa variabel opinion shopping
diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kode berpengaruh signifikan pada penerimaan opini going
1 diberikan pada perusahaan yang menggunakan jasa concern sehingga H3 diterima.
KAP yang berafiliasi dengan the big four, sedangkan Hal ini menunjukkan bahwa opinion shopping
perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang tidak dilakukan untuk mendapat opini audit yang lebih
berafiliasi dengan the big four diberi kode 0. baik. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk
Berdasarkan hasil diatas menujukkan variabel berpindah auditor. Praktik opinion shopping dapat
kualitas audit menunjukkan nilai koefisien regresi terlihat dari opini audit baru yang diperoleh
negatif sebesar -1,454 dengan tingkat signifikansi perusahaan. Pada umumnya setelah berpindah
0,016 lebih kecil dari 0,05. Nilai signifikansi yang auditor independen, maka per usahaan akan
lebih kecil dari 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa mendapatkan opini audit yang lebih baik.
variabel kualitas audit berpengaruh signifikan pada Dalam teori agensi menyebutkan bahwa
penerimaan opini going concern sehingga H 2 hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah
diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa reputasi pada kondisi ketidakseimbangan informasi. Hal ini
sebuah Kantor Akuntan Publik mencerminkan terjadi karena agen memiliki informasi yang lebih
kualitas dari jaminan yang diberikannya, besar banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan
kecilnya sebuah KAP mempengaruhi besar kecilnya prinsipal. Dengan demikian, diasumsikan bahwa
kemungkinan KAP tersebut untuk mengeluarkan individu-individu dalam perusahaan bertindak untuk
opini audit going concern. memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Adanya
Mutchler et. al., (1997) menemukan bukti asimetri informasi mendorong agen untuk
univariat bahwa auditor big 4 lebih cenderung menyembunyikan beberapa informasi yang tidak
menerbitkan opini audit going concern pada diketahui prinsipal. Sedangkan dalam teori atribusi
perusahaan yang mengalami financial distress dijelaskan bahwa seseorang akan cenderung
dibandingkan auditor non big 4. Auditor skala besar menghindari risiko, sehingga dapat diasumsikan
dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik bahwa agen akan melakukan berbagai cara agar
dibanding auditor skala kecil, termasuk dalam terhindar dari risiko pemecatan ketika kinerja
mengungkapkan masalah going concern. Semakin perusahaan yang dirisiko pemecatan ketika kinerja
besar skala auditor, akan semakin semakin besar perusahaan yang dicerminkan dalam laporan
kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit keuangan terpuruk. Agen dapat menekan auditor
going concern. untuk memberikan opini audit yang sesuai dengan
Dalam penelitian Crasswell, et. al., (1995) dan keinginan agen agar laporan keuangan dapat terlihat
Setyarno, et. al., (2006), kualitas auditor diukur baik oleh pengguna laporan keuangan. Kegiatan
dengan menggunakan ukuran auditor specialization. menekan auditor ini merupakan salah satu bentuk
Crasswell menunjukkan bahwa spesialisasi auditor kegiatan opinion shopping.
pada bidang tertentu merupakan dimensi lain dari Pada kondisi keterbatasan informasi yang
kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan dimiliki prinsipal, agen dapat melakukan berbagai
bahwa fee audit spesialis lebih tinggi dibandingkan cara untuk mendapat penilaian yang baik dari
auditor non spesialis. Mayangsari (2003) melakukan prinsipal atas kinerjanya. Salah satu cara yang dapat
penelitian pengaruh spesialisasi industri auditor dilakukan agen adalah dengan melakukan opinion
sebagai proksi lain dari kualitas audit terhadap shopping. Opinion shopping seperti yang
integritas laporan keuangan. Hasil penelitiannya didefinisikan oleh SEC sebagai aktivitas mencari
menunjukkan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi
positif terhadap integritas laporan keuangan. Hasil yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian tujuan pelaporan perusahaan. Tujuannya adalah
sebelumnya bahwa besar kecilnya skala auditor memanipulasi hasil operasi atau kondisi keuangan.
dalam hal ini yang berafiliasi dengan The Big Four
82 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11, No. 2, Juli 2016
Praptitorini, M.D., & I. Januarti. (2007). Analisis Santoso, A. F., Wedari, L. K. (2007). Analisis Faktor-
Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan
Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal
Going Concern. Prosiding, disampaikan dalam Akuntansi dan Auditing Indonesia, 11(2), 141-
Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 158. UNIKA Soegijapranata. Semarang.
26-28 Juli. Setiawan, S. 2006. Opini Going Concern dan Prediksi
Ramadhany, A. (2004). Analisis Faktor - Faktor Yang Kebangkrutan Perusahaan. Jurnal Ilmiah
Mempengaruhi Pener imaan Opini Going Akuntansi, 5, 59-67.
Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Setyarno, E.B., I. Januarti, & Faisal. (2006). Pengaruh
Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Jakar ta. Tesis. Universitas Diponegoro, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Semarang. Perusahaan terhadap Opini Audit Going
Rudyawan, A.P., & I.DN. Badera, (2009). Opini Concern. Prociding, disampaikan dalam
Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-
Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan 26 Agustus.
Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor, Teoh, S.H., & T. J. Wong. (1993). Perceived Auditor
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 4(2). Quality and the Earnings Response Coefficient.
Ruiz, B. E., N.Gomez-Aguilar, C.D. Fuentes-Barbera The Accounting Review, 68(2), 346-366.
dan M. A. Garcia-Benau. 2004. Audit Quality Watkins, R., D. Leigh, & D. Triner, (2004). Assessing
and The Going Concern Decision Making Readiness for E-Learning, Performance
Process. European Accounting Review, 13(4), Improvement Quarterly, 17(4), 66-79.
597-620.
Sekaran, Uma (2006). Metodologi Penelitian untuk
Bisnis, Edisi Keempat, Jakarta: Salemba Empat.