Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perusahaan dalam menjalankan setiap aktivitas bisnisnya

dituntut untuk tidak selalu mementingkan keuntungan perusahaan semata, namun

juga harus melihat dampak yang ditimbulkan dari jalannya aktivitas operasional

perusahaan. Isu pemanasan global juga menjadi dorongan bagi perusahaan untuk

peduli terhadap lingkungan sekitar. Tidak jarang akibat dari aktivitas perusahaan

itu berdampak buruk bagi lingkungan. Hal tersebut yang mendasari pmerintah

membuat kebijakan yakni dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, dimana dalam peraturan tersebut dijelaskan

bahwa setiap perusahaan yang menjalankan bisnis dibidang sumber daya alam

wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Selain itu, pentingnya

menjaga keselarasan hubungan antara ekonomi, lingkungan dan sosial

perusahaan, pemerintah sebagai pihak regulator melaui Otoritas Jasa Keuangan di

tahun 2017 kemudian menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

51 /Pojk.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa

Keuangan, Emiten, Dan Perusahaan Publik. Dalam peraturan tersebut, Pasal 10

menyatakan bahwa LJK (Lembaga Jasa Keuangan), Emiten, dan Perusahaan

Publik wajib menyusun Laporan Keberlanjutan, dimana kewajiban pelaksanaan

pelaporan berkelanjutan dimulai pada tahun 2019. Menurut Global Reporting

Initiative laporan keberlanjutan adalah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan

atau organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang disebabkan

1
2

oleh kegiatan sehari-hari, laporan keberlanjutan juga menyajikan nilai-nilai

organisasi dan model tata kelola, dan menunjukkan hubungan antara strategi dan

komitmennya terhadap ekonomi global yang berkelanjutan. Dalam hal ini, dengan

adanya laporan berkelanjutan, perusahaan diharapkan dapat mampu untuk

mengkomunikasikan kinerja perusahaan dan dampak yang ditimbulkannya.

Pengungkapan laporan keberlanjutan (sustainability report) telah berkembang dan

menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap organisasi (EY, 2013).

Sustainability report menjadi media bagi perusahaan untuk menginformasikan

kinerja organisasi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungannya kepada seluruh

pemangku kepentingan (Tarigan & Semuel, 2015). Dengan adanya kewajiban

tersebut diharapkan perusahaan mampu untuk memberikan kontribusi terhadap

pembangunan yang berkelanjutan.

Perusahaan sebagai pelaku ekonomi yang mana setiap aktivitas bisnisnya

memberikan dampak bagi lingkungan sekitarnya, sudah seharusnya ikut serta

dalam menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Terlebih perusahaan yang

terkait erat dengan pencipataan pencemaran lingkungan. Berdasarkan Disperindag

dari kesembilan jenis industri yang tercatat industri manufaktur dan pertambangan

dinyatakan sebagai dua jenis industri yang memiliki kontribusi pembuangan

limbah terbesar, selain itu dikarenakan oleh hasil limbah yang besar, kedua jenis

industri ini juga dimasukan dalam 2 dari 3 perusahaan yang dinilai dengan

menggunakan proper test (Badan Lingkungan Hidup) (Margaretha & Witedjo,

2017). Kedua jenis industri tersebut memiliki dampak yang cukup besar bagi

lingkungan dan kelangsungan hidup di muka bumi serta bahkan dapat


3

menurunkan kualitas kondisi sosial di sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan

aktivitas operasional perusahaan yang terkait langsung dengan pemakaian sumber

daya alam yang tak dapat tergantikan, selain itu emisi gas yang dihasilkan dari

aktivitas perusahaan juga menjadi perhatian lebih atas penciptaan pencemaran

udara yang dihasilkan oleh perusahaan. Masalah sosial dan lingkungan yang tidak

diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat

besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik

menjadi kerugian yang berlipat. (Vardaro et al., 2016). Dengan demikian aspek

pengelolaan lingkungan dan sosial perusahaan dengan didasari tata kelola

perusahaan yang baik kini bukan hanya bisa disebut sebagai aspek marginal yang

dianggap remeh. Tata kelola perusahaan yang baik dapat menjadi indikator

penting dalam menilai suatu keberhasilan perusahaan dengan melihat kinerja

perusahaan itu sendiri. Tata kelola perusahaan ini dapat didefinisikan sebagai

suatu sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan, dimana sistem

tersebut akan mengatur hubungan diantara para pemangku kepentingan

perusahaan, sehingga tercipta suatu Good Corporate Governance. Oleh karena itu

diperlukan suatu laporan pengungkapan atas pertanggungjawaban perusahaan

terhadap lingkungan, sosial, serta tata kelola perusahaan sebagai bentuk

pengkomunikasian dampak dari aspek-aspek tersebut kepada masyarakat.

Setiap perusahaan secara umum menginginkan pencapaian kinerja yang

unggul. Keberlanjutan perusahaan menjadi salah satu indikasi serta merupakan

bagian dari hasil tercapainya kinerja perusahaan yang unggul. Penerapan prinsip

keberlanjutan ini erat kaitannya dengan bagaiamana perusahaan menetapkan


4

landasan untuk pengambilan keputusan perusahaan terkait strategi dan praktik

bisnis yang tentu akan memengaruhi keberadaan perusahaan di masa mendatang.

Dalam konsep sustainability development, keberlanjutan suatu perusahaan

bergantung pada seberapa besar perusahaan dapat bertanggungjawab terhadap

dampak yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan (Lindawati & Puspita, 2015).

Pekembangan ekonomi dunia kini juga didorong oleh perkembangan teknologi

yang semakin canggih. Akibat perkembangan teknologi inilah akses informasi

menjadi suatu hal yang harus dan mudah untuk didapatkan. Karena perekonomian

dunia sudah saling terhubung melalui perdagangan dan investasi, maka

permasalahan mengenai pelaporan apa yang harus diungkapkan oleh perusahaan

kepada para pemangku kepentingan menjadi suatu hal yang penting (Buallay,

2019). Dalam perkembangannya, pengungkapan mengenai laporan keuangan kini

dirasa kurang cukup memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh para pemangku

kepentingan perusahaan, hal inilah yang kemudian menjadi perhatian bagi pihak

manajemen perusahaan sebagai bentuk kepedulian serta pelayanan kepada para

pemangku kepentingan. Perspektif berbasis sumber daya perusahaan

menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh kinerja yang unggul ketika mereka

mengungkapkan sumber daya keuangan dan non-keuangan (Buallay, 2019).

Sumber daya ini membantu perusahaan mengembangkan kemampuan dan

kompetensi, yang penting untuk mencapai keunggulan kompetitif yang

berkelanjutan (Gaur, Vasudevan, & Gaur, 2011). Strategi manajemen pemangku

kepentingan yang sukses harus mengarah pada kinerja lingkungan, sosial dan tata
5

kelola yang lebih baik dan mungkin juga terkait dengan kinerja keuangan di masa

depan (Velte, 2017).

Dalam beberapa tahun terakhir ESG score telah menjadi tren baru bagi

investor dalam menentukan keputusan investasinya. Dimana investor tersebut

mempertimbangkan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan melalui

pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan. Praktik sosial, lingkungan, dan tata

kelola dianggap penting bagi semua pemangku kepentingan karena itu hubungan

antara pengungkapan ESG dan kinerja perlu disorot (Buallay, 2019). Menurut

(Faisal dkk 2017) pengungkapan sosial, lingkungan, dan tata kelola perusahaan

atau ESG Disclosure menjadi pendekatan pengukuran terbaru terkait dengan

transaparansi perusahaan. Pengukuran ESG disclosure ini adalah dalam bentuk

skor yang mana skor tesebut berasal dari seluruh komponen yang ada yaitu

environmental, social, dan governance dalam satu angka. Meskipun masalah ini

telah muncul satu dekade yang lalu, tetapi hingga 2016, Bursa Efek Indonesia

(BEI) belum menawarkan pedoman tertulis untuk pelaporan ESG, pelatihan

terkait ESG, dan belum mensyaratkan pelaporan ESG sebagai salah satu aturan

bagi perusahaan untuk dapat terdaftar di bursa. Namun berbeda hal nya dengan

United Nation Sustainability Exchange yang mengharapkan untuk semua

perusahaan yang terdafatar di sana mengungkapkan damapak dari praktik

lingkungan, sosial, dan tata kelola paling akhir 2030 (Sustainability Stock

Exchange, 2015). Dengan adanya pengungkapan atas tanggungawab lingkungan,

sosial, dan tata kelola perusahaan diharapkan dapat menciptakan reputasi yang

baik bagi perusahaan. Reputasi dan kepercayaan perusahaan yang tinggi di mata
6

konsumen berdampak pada loyalitas yang pada akhirnya akan meningkatkan

pendapatan perusahaan. (EY, 2013). Pelaporan keberlanjutan berfungsi sebagai

filosofi pengungkapan baru yang berkonsentrasi pada menciptakan nilai masa

depan terkait dengan kebijakan bisnis (Buallay, 2019).

Kinerja berhubungan dengan bagaimana perusahaan menjalankan aktivitas

operasional bisnisnya. Dalam hal ini, tentunya kinerja perusahaan dapat

digunakan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaaan itu sendiri untuk menilai

bagaimana performa yang dihasilkan selama ini dan tentang bagaimana

perusahaan tersebut memilki kemampuan dalam mengelola sumber daya yang

ada.. Kinerja perusahaan dapat diukur menggunakan ukuran financial seperti rasio

profitabilitas, nilai pasar, dan sebagainya. Pengukuran kinerja yang dipandang

dari sisi keuangan menjadi suatu hal yang penting dalam menilai keberhasilan

perusahaan, apakah telah berjalan sesuai target yang diharapkan atau tidak. Suatu

bentuk pengungkapan yang dilakukan oleh suatu entitas baik berupa

pengungkapan keuangan maupun non keuangan tentu kini menjadi indicator

penting dalam menilai serta mengevaluasi kinerja perusahaan, apakah

pengungkapan tersebut dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan tersebut

atau tidak.

Menurut (Li et al. , 2017) dalam (Buallay, 2019) Banyak literatur telah

menyelidiki hubungan antara kinerja ESG dan kinerja perusahaan. Namun,

hasilnya tidak menunjukkan hasil yang konsisten, sebagian karena masalah

pengukuran atau kendala data. Selain itu hasil yang tidak konsisten ini disebabkan

karena perbedaan metode dan sumber data yang digunakan dalam mengukur ESG
7

disclosure dan perbedaan proksi yang digunakan dalam pengukuran yang

mewakilkan kinerja perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai

sustainability report (ESG disclosure) terhadap kinerja perusahaan adalah yang

dilakukan oleh (Atan, Alam, Said, & Zamri, 2018) yang meneliti tentang

pengaruh ESG faktor terhadap kinerja pada Public Limited Company di Malaysia

yang dikur melalui rasio profitabilitas, nilai perusahaan dan cost of capital. Hasil

dari penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara faktor ESG yang diukur secara individu dan gabungan terhadap

profitabilitas perusahaan (yaitu ROE) serta nilai perusahaan (yaitu Tobin's Q).

Selain itu, secara individual, tidak ada faktor ESG yang signifikan dengan biaya

modal (weighted average cost of capital), tetapi skor gabungan ESG secara positif

dan signifikan mempengaruhi biaya modal perusahaan. Selain itu (Velte, 2017)

melakukan penelitian yang sama yakni terkait dengan mengukur pengaruh kinerja

lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG Performance) secara total dan mengukur

ESG Performance dalam setiap komponen dan mengevaluasi dampaknya

terhadap kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di German Prime

Standard dari tahun 2010-2014. Data terkait ESG Performance diperoleh dari

database Thomson Reuters dan kinerja keuangan perusahaan di proksikan melalui

Return on Asset dan Tobins Q. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ESGP

memiliki dampak positif pada ROA tetapi tidak berdampak pada Tobins Q.

Selanjutnya, dengan menganalisis tiga komponen ESGP yang berbeda, kinerja

tata kelola memiliki dampak terkuat pada kinerja keuangan perusahaan

dibandingkan dengan kinerja lingkungan dan sosial.


8

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang sebelumnya telah

dilakukan oleh (Buallay, 2019) mengenai apakah pelaporan berkelanjutan (ESG)

berpengaruh terhadap kinerja bukti empiris sektor perbankan Eropa. Terdapat

perbedaan yang mendasar antara penelitian tersebut dengan penelitian yang kini

dilakukan penulis. Penelitian tersebut menggunakan sampel perusahaan

perbankan yang terdaftar di bursa negara-negara Uni Eropa dari tahun 2007

hingga 2016. Sedangkan penelitian ini berfokus pada jenis perusahaan non

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia dari tahun 2015-2018. Penelitian

ini mencoba mencari bukti empiris tentang pengaruh ESG disclosure terhadap

kinerja perusahaan non keuangan yang telah dinilai sebagai jenis industri yang

paling memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya dengan perbedaan

kondisi negara dan rentang waktu penelitian serta untuk memperluas batasan

sektor perusahaaan yang diteliti oleh peneliti sebelumnya.

Dalam penelitian kali ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai ESG disclosure yang menjadi tren pengukuran terbaru dalam hal

transparansi perusahaan disamping sustainability reporting, integrated reporting,

dan laporan corporate social responsibility dikarenakan belum adanya penelitian

tesebut dilakukan di Indonesia, penelitian terdahulu lebih menjelaskan pengaruh

dari sustaianability disclosure maupun pengungkapan-pengungkapan non

keuangan lain terhadap kinerja perusahaan, yang mana dalam melakukan

pengukuran terhadap pengungkapan tersebut berbeda-beda metodenya. Hal itulah

yang menyebabkan ketidakkonsistensi dari hasil penelitian yang diperoleh. Dalam

penelitian kali ini ESG disclosure diukur menggunakan data ESG score yang
9

dikeluarkan oleh Bloomberg yang didalamnya meliputi elemen Environmental,

Social, Governance. Sementara kinerja perusahaan diukur dengan

mempertimbangkan faktor masa kini melalui rasio profitabilitas Return on Asset

(ROA) dan Return on Equity (ROE), serta turut mempertimbangkan faktor masa

depan melalui Tobins Q. Sektor non keuangan dipilih sebagai objek penelitian kali

ini dikarenakan aktivitas bisnis perusahaan dari sektor tersebut memiliki pengaruh

secara langusng terhadap lingkungan dan sosial sekitar, selain itu pada perusahaan

keuangan seperti perbankan, asuransi, serta jasa keuangan lainnya memiliki

karakteristik yang berbeda dimana terdapat perbedaan dalam analisis kinerja

keuangan yang dilakukan yang memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut

melakukan aktivitas yang cenderung lebih berfokus pada keuangan semata

dibanding dengan perusahaan non keuangan. Perusahaan keuangan tentu

memberikan perhatiah lebih pada aspek likuiditas perusahaannya yang mana

menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Behbahami, Faramarzi dan Zare

(2013) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pengungkapan informasi non keuangan. Hal ini dapat dikarenakan perusahaan-

perusahaan tersebut telah puas terhadap kondisi keuangan yang menguntungkan

(Cooke, 1992). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan keuangan

cenderung untuk tidak terlalu memperhatikan pengungkapan informasi non

keuangan. Sektor manufaktur dan pertambangan juga dipilih karena menurut data

dari Kemenperin.go.id pada tahun 2018 sektor manufaktur menjadi sumber

pertumbuhan ekonomi terbesar yakni sebesar 19,86%, selain itu sektor

manufaktur telah menyumbangkan 33,6% dari total nilai investasi yang masuk di
10

Indonesia. Sementara sektor pertambangan telah menjadi sektor yang paling

berdampak bagi lingkungan sosial sekitar.

Berdasarkan penjelasan latar belakang dan perbedaan hasil empiris di atas,

tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ESG disclosure

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan

mempertimbangkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil

penelitian dengan judul : “Pengaruh Environmental, Social, Governance

Disclosure terhadap Kinerja Perusahaan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti akan melakukan

penelitian terkait bagaimana Environmental, Social, Governance Disclosure

berpengaruh terhadap kinerja perbankan masa kini dan masa mendatang.

Berikut adalah pertanyaan penelitian yang dirumuskan :

1. Apakah Environmental, Social, Governance Disclosure berpengaruh

positif terhadap Return on Asset ?

2. Apakah Environmental, Social, Governance Disclosure berpengaruh

positif terhadap Return on Equity?

3. Apakah pengungkapan Environmental, Social, Governance Disclosure

rnance berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan pengaruh pengungkapan Environmental, Social, Governance

disclosure terhadap Return on Asset


11

2. Menjelaskan pengaruh pengungkapan Environmental, Social, Governance

disclosure terhadap Return on Equity

3. Menjelaskan pengaruh pengungkapan Environmental, Social, Governance

disclosure terhadap Tobin’s Q

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yakni antara

lain meliputi 2 aspek :

1. Aspek teortis

Penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat memberikan referensi bagi

pengembangan penelitian selanjutnya mengenai informasi terkait dengan

pembuktian apakah Environmental, Social, Governance disclosure dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan non keuangan di Indonesia.

2. Aspek praktis

Dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

manajemen organisasi untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaannya

dengan memahami serta menerapkan pengungkapan-pengungkapan yang

memadai meliputi pengungkapan Environmental, Social, dan Governance.

Serta diharapkan pihak manajemen ini dapat menjalin hubungan yang baik

bagi para stakholdersnya. Selain itu, diharapakan penelitian ini dapat

membantu pemangku kepentingan, investor, pembuat keputusan, pembuat

peraturan, pembuat kebijakan, dan akademisi untuk meningkatkan

pengetahuan mereka tentang praktik pengungkapan berkelanjutan dalam

kaitannya dengan kinerja saat ini dan kinerja masa depan

1.4 Sistematika Penulisan


12

Sistematika penelitian ini dibagi dalam lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II TELAAH PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori yang digunakan serta informasi

mengenai penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan

berkaitan dengan penelitian yang diteliti, kerangka

pemikiran, dan hipotesis yang diajukan berdasarkan teori

yang digunakan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari uraian variabel penelitian dan definisi

operasional penelitian, penjelasan metode penentuan

populasi sampel, jenis dan sumber data serta penjelasan

tentang metode pengumpulan data dan analisis daa yang

digunakan dalam penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan deskripsi objek penelitian, analisis

data, output SPSS serta interpretasinya.

BAB V PENUTUP
13

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian ini.

Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil penelitian,

keterbatasan penelitian serta implikasinya terhadap

penelitian ini, dan saran-saran untuk penelitian

selanjutnya.
14

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Stakeholders

(E. Freeman & McVea, 1984) menjelaskan bahwa pendekatan teori

stakeholders menekankan pada manajemen aktif dari lingkungan bisnis, serta

hubungan dan promosi untuk kepentingan bersama. Dari prespektif pemangku

kepentingan, bisnis dapat dipahami sebagai seperangkat hubungan diantara

kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan dalam kegiatan bisnis

tersebut (R. E. Freeman, Harrison, & Purnell, 2010). Teori stakeholders

berfokus pada pentingnya mengelola hubungan yang kompleks dan saling

bertentangan yang dimiliki perusahaan dengan pemegang saham dan

pemangku kepentingan eksternal (misal karyawan, pelanggan, kelompok

kepentingan publik, kreditor, lingkungan, dewan direksi, pesaing, dan badan

pemerintah) (Tamimi, 2017). Berbeda dengan dulu, kini konsep mengenai

stakeholders telah mengalami pergeseran. Stakeholders yang dimaksud bukan

hanya berfokus pada pemegang saham semata, namun juga para pemangku

kepentingan lain yang memiliki hubungan dengan perusahaan. Pengungkapan

atas informasi perusahaan menjadi penting untuk menjaga hubungan maupun

peningkatan reputasi perusahaan dengan para stakeholders. Menurut Chariri


15

dan Ghozali (2007), perusahaan menjalakan aktivitas operasional bukan hanya

semata-mata untuk kepentingan sendiri, namun juga harus memberikan

kontribusi dan bertanggungjawab terhadap kepada stakeholders perusahaan.

Dalam setiap aktivitas bisnis yang dilakukan, perusahaan diharapkan harus

mampu memenuhi harapan serta tuntutan dari para stakeholdernya. Karena

keberadaan para stakeholder ini berpengaruh penting dalam keberlanjutan

operasional perusahaan melalui dukungan dan kepercayaan yang telah

diberikan serta mampu untuk menaikkan tingkat reputasi perusahaan sehingga

diharapkan tercapai kinerja yang unggul. Dukungan tersebut dapat diperoleh

perusahaan melalui praktik pengungkapan informasi baik keuangan maupun

non keuangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang

hubungan stakeholders dengan pengungkapan informasi non keuangan

menyebutkan bahwa pendekatan pemangku kepentingan membahas peran

informasi Corporate Social Responsibility dalam mempengaruhi pihak di luar

perusahaan, seperti menandakan peningkatan perilaku sosial dan lingkungan

serta peningkatan reputasi perusahaan (Branco & Rodrigues, 2008). Dukungan

serta perhatian yang diberikan oleh para stakeholders tersebut diharapkan akan

mampu memberi efek positif terhadap jalannya aktivitas perusahaan yang

bertujuan untuk mencapai target laba. Pencapaian tingkat laba yang tinggi

tentu akan berdampak terhadap rasio profitabilitas yang merupakan bagian

dari pengukuran kinerja perusahaan yaitu return on asset dan return on equity,

dimana dalam kedua rasio tersebut terdapat elemen net income atau perolehan

laba perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh net income yang tinggi hal
16

tersebut tentu akan meningkatkan return on asset dan return on equity

perusahaan, yang berarti adanya praktik pengungkapan dapat meningkatkan

kinerja perusahaan. Dengan adanya pengungkapan tersebut bisa

mengakomodasi kepentingan para stakeholder atas informasi yang diperoleh.

Sehingga tidak terjadi asimetri informasi diantara pengelola perusahaan

dengan para stakeholders terkait. Oleh karena itu praktik Environmental,

Social, Governance disclosure yang mana perusahaan berusaha melakukan

pengungkapan memadai atas kepeduliannya terhadap lingkungan sosial serta

tata kelola perusahaan tentu memberi efek peningkatan transaparansi yang

dilakukan perusahaan dimana hal ini sejalan dengan penelitian Patterson

(2013) yang menunjukkan bahwa semakin transparan Environmental, Social,

Governance Disclosure yang diungkapkan perusahaan tentu akan

menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik. Interaksi yang baik antara

stakeholders dan perusahaan sangatlah diperlukan karena hal tersebutlah yang

mempengaruhi bagaimana kondisi operasional perusahaan dalam menjaga

keberlanjutan perusahaan itu sendiri.

2.1.2 Teori Cost of Capital

Untuk menjawab pertanyaan tentang mengapa ESG harus

meningkatkan kinerja; erat teori yang diterima adalah pengurangan "biaya

modal" (Buallay, 2019). Berdasarkan penelitian Modigliani dan Miller (1963)

menyajikan bukti baru bahwa biaya modal mempengaruhi struktur modal,

dan oleh karena itu mempengaruhi nilai perusahaan. Biaya yang terjadi di

suatu perusahaan dengan pembentukan struktur yang bertanggung jawab


17

secara sosial di sebuah perusahaan sejajar dengan pengurangan biaya

modalnya (Buallay, 2019). Secara teoritis, biaya modal meningkat ketika

investor dan kreditor membutuhkan imbalan yang lebih tinggi untuk risiko

yang diambil lebih tinggi (Atan et al., 2018). Pengungkapan yang baik dari

praktik non finansial, seperti ESG, dapat mengurangi biaya modal perusahaan

dengan secara signifikan mengurangi risiko estimasi di pasar modal (Easley

& O’Hara, 2004). Apabila risiko yang mungkin dihadapi rendah maka hal

tersebut juga akan menurunkan biaya modal. Sejalan dengan hal tersebut

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk kegiatan yang

bertanggungjawab secara sosial akan mengurangi biaya modal perusahaan.

Dengan demikian praktik pengungkapan non finansial seperti ESG disclosure

tentu akan mengurangi biaya modal perusahaan. Hal tersebut akan berakibat

investor tidak ragu-ragu lagi untuk menanamkan dana investasinya yang

mana dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Semakin lebih rendah biaya

modal, semakin tinggi score pelaporan keberlanjutan (El Ghoul, Guedhami,

Kwok, & Mishra, 2011). Cost of capital terdiri dari biaya ekuitas dan biaya

hutang, dan secara empiris modal utang yang tinggi memiliki dampak negatif

pada investasi (Ayeni & Olaoye, 2015). Hal tersebut juga telah menjadi bukti

bahwasannya biaya modal yang tinggi akan mengurangi minat investasi para

investor. Sehingga pengurangan biaya modal menjadi tujuan yang mendapat

perhatian lebih perusahaan dalam mengungkapkan suatu informasi non

keuangan.

2.1.3 Teori Signalling


18

Teori signaling diperkenalkan oleh Arkelof (1970), bahwa informasi

mempunyai nilai, dan di dalam suatu transaksi para pihak yang terlibat

memiliki tingkat informasi yang berbeda (Rura, 2010). Menurut (Gumanti,

2009) secara umum sinyal dapat diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh

perusahaan (manajer) kepada pihak luar (investor). Sinyal yang diberikan

dapat berbentuk sinyal positif maupun negatif dimana perusahaan mempunyai

harapan agar investor dapat bereaksi ketika informasi tersebut diumumkan.

Perusahaan yang memiliki informasi yang baik atas kondisi perusahaannya

tentu akan memiliki keinginan untuk menyampaikan informasi baik tersebut.

Suatu bentuk pengungkapan informasi non keuangan seperti ESG Disclosure

juga dapat dipandang sebagai suatu sinyal baik yang diharapkan dapat

diterima oleh pihak lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

Pengungkapan informasi non keuangan perusahaan tentang lingkungan,

sosial, dan tata kelola perusahaan bisa menjadi sinyal positif bagi investor.

Investor melihat pengungkapan tersebut sebagai bentuk kepedulian

perusahaan terhadap lingkungan sosialnya, bukan hanya mementingkan profit

semata. Seperti hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Belkaoi dan

Karpik (1989) menyatakan bahwa praktik pengungkapan sosial yang

dilakukan oleh perusahaan semakin baik dan investor mulai merespon

pengungkapan sosial sebagai suatu good news. Suatu bentuk respon yang

diberikan para investor tentu menjadi hal berarti bagi managemen

perusahaan. Dengan adanya respon tersebut diharapkan para investor dapat

memberi dampak yang positif pula dalam keberlangsungan perusahaan.


19

Sinyal positif yang ditangkap oleh para investor akan membuat perusahaan

memperoleh penilaian yang baik dimata investor melalui peningkatan

transaksi permintaan saham sehingga terjadi kenaikan harga saham serta

terjadilah peningkatan nilai perusahaan. Tentu hal tersebut dikarenakan

adanya praktik pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan mendapatkan

respon dari investor dimana mereka tertarik terhadap aktivitas bisnis yang

dilakukan oleh perusahaan yang juga memperdulikan lingkungan sekitar

sehingga mampu meningkatkan citra perusahaan dihadapan investor dan

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan.

2.1.4 Environmental, Social, Governance Disclosure

Kini tidak hanya informasi keuangan saja yang diungkapkan oleh

perusahaan kepada para stakeholdersnya, pengungkapan non finansial juga

telah menjadi perhatian perusahaan. ESG disclosure adalah sebagai salah satu

tren dari bentuk pengungkapan yang dapat menjadi pertimbangan bagi para

investor dalam pengambilan keputusan investasi yang meliputi aspek

environmental, social, dan governance. ESG disclosure yang dimaksud

mecakup pengungkapan environmental (lingkungan), social (sosial), dan

governance (tata kelola). ESG disclosure menurut (Atan et al., 2018)

mencakup kepedulian lingkungan dari investor dan pemangku kepentingan,

misalnya, adalah perlindungan lingkungan alam, perubahan iklim, dan

dampak lingkungan yang timbul dari operasi bisnis. Faktor-faktor sosial yang

penting bagi para pemangku kepentingan adalah hak asasi manusia,

kesetaraan, keragaman di tempat kerja, dan kontribusi kepada masyarakat.


20

Beberapa masalah tata kelola terkait adalah struktur kepemilikan,

independensi dewan, perlakuan adil terhadap pemegang saham, hak

pemegang saham minoritas, transparansi, dan pengungkapan informasi

perusahaan. ESG ini merupakan suatu ukuran risiko penilaian yang berasal

dari keputusan operasional perusahaan, kebijakan dan praktik sumber daya

manusia, dan struktur tata kelola perusahaan. Para pendukung pelaporan

keberlanjutan percaya bahwa mempromosikan pengungkapan ESG akan

menguntungkan perusahaan dan pemangku kepentingan (Buallay, 2019).

ESG adalah produk strategis yang membawa lebih banyak keuntungan

(Durnev, Albuquerque, & Koskinen, 2013). ESG disclosure merupakan suatu

bentuk pengungkapan non finansial yang sangat dibutuhkan oleh para

pemangku kepentingan perusahaan dalam mendapatkan informasi tentang

aktivitas perusahaan, yang mana pengungkapan tersebut menjadi pelengkap

pengungkapan finansial yang diterbitkan oleh perusahaan. Dengan adanya

pengungkapan non finansial ini dapat membantu investor dalam melakukan

pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan. Investor dan

pemangku kepentingan menaruh perhatian terhadap faktor-faktor ESG

perusahaan untuk mengetahui di mana perusahaan menginvestasikan uang

dan bagaimana perusahaan menjalankan bisnis (Atan et al., 2018).

2.1.5 Kinerja Perusahaan

Menurut Jumingan (2006), kinerja keuangan merupakan gambaran

kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur


21

menggunakan indikator kecakupan modal, likuiditas, dan probabilitas.

Kinerja keuangan merupakan gambaran mengenai kondisi dan keadaan dari

suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan sehingga

dapat diketahui baik buruknya kondisi keuangan dan prestasi keuangan

sebuah perusahaan dalam waktu tertentu (Wibowo dan Faradiza, 2014).

Menurut Ross et al (2013), kinerja keuangan dapat dicerminkan melalui

analisis rasio-rasio keuangan. (Ross, S., Westerfield, R., dan Jordan, B. 2003.

Fundamental of Corporate Finance. Sixth Edition. Singapore: McGraw-Hill

Book Company.). Pengukuran kinerja suatu perusahaan menjadi penting

dilakukan untuk merancang suatu strategi bisnis serta mengevaluasi tujuan

daripada organisasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sumber penelitian Variabel Hasil penelitian


(Buallay, 2019) Variabel Ada hubungan positif
Is sustaianability Independen : ESG signifikan ESG terhadap
reporting (ESG) disclosure kinerja. Namun bila diukur
associated with Variabel secara individual
performance : Evidence dependen : pengungkapan lingkungan
Europe Banking Sector kinerja ditemukan secara positif
perusahaan mempengaruhi ROA dan TQ.
(ROA, ROE, Pengungkapan tanggung
TobinsQ) jawab sosial berpengaruh
negatif terhadap ketiga
model. Dan pengungkapan
tata kelola ditemukan secara
negatif mempengaruhi ROA,
ROE dan secara positif
22

mempengaruhi Tobins Q
(Atan et al., 2018) Variabel Tidak ada hubungan yang
Independen : ESG signifikan antara faktor
The impacts of
factors individual dan gabungan
environmental, social,
Variabel ESG terhadap profitabilitas
and governance factors
perusahaan (yaitu ROE) serta
on firm performance: dependen :
nilai perusahaan (yaitu
Panel study of
kinerja
Tobin's Q). Selain itu, secara
Malaysian companies
perusahaan individual, tidak ada faktor
ESG yang signifikan dengan
(ROA, Tobins Q.
biaya modal (weighted
biaya modal)
average cost of capital,
WACC), tetapi skor
gabungan ESG secara positif
dan signifikan mempengaruhi
biaya modal (WACC)
perusahaan.
(Velte, 2017) Variabel ESGP memiliki dampak
Does ESG performance Independen : ESG positif pada ROA tetapi tidak
have an impact on performance berdampak pada Tobins Q.
financial performance? Variabel Selanjutnya, dengan
Evidence from menganalisis tiga komponen
dependen :
Germany ESGP secara individual,
kinerja
kinerja tata kelola memiliki
perusahaan dampak paling kuat pada
FINP dibandingkan dengan
(ROA, Tobins Q)
kinerja lingkungan dan
sosial.
(Friede, Busch, & Variabel Hasil penelitian
Bassen, 2015) Independen : ESG menunjukkan bahwa kasus
ESG and financial disclosure bisnis untuk investasi ESG
performance: Variabel secara empiris sangat
23

aggregated evidence dependen : beralasan. Sekitar 90%


from more than 2000 penelitian menemukan
kinerja
empirical studies hubungan ESG-CFP yang
perusahaan
tidak negatif. Lebih penting
lagi, sebagian besar
penelitian melaporkan
temuan positif. Kami
menyoroti bahwa dampak
ESG positif pada CFP
tampak stabil seiring waktu.
(Qiu, Shaukat, & Variabel Perusahaan yang melakukan
Tharyan, 2016) Independen : ESG
pengungkapan sosial dan
Environmental and disclosure
lingkungan yang lebih tinggi
social disclosures: Link Variabel
with corporate memiliki tingkat
dependen :
financial performance
profitabilitas dan nilai pasar
kinerja
yang lebih tinggi
perusahaan

(profitabilitas dan

nilai perusahaan)
(Syafrullah & Variabel Kinerja lingkungan tidak
Muharam, 2017) independen : ESG
memiliki pengaruh signifikan
Analisis pengaruh performance
tetapi positif terhadap
kinerja environmental, Variabel
social, dan governance abnormal return. Kinerja
dependen :
(esg) terhadap abnormal
sosial dan tata kelola
abnormal return
return
perusahaan memiliki

pengaruh signifikan dan

positif terhadap abnormal


24

return.
(Aritonang, 2018) Variabel Penemuan dari penelitian ini
The influence independen : ESG
yaitu environmental dan
ofenvironmental, disclosure
social disclosure berpengaruh
socialand governance Variabel
(esg) disclosure on firm dependen : risiko negatif secara signifikan
risk perusahaan
terhadap risiko total, risiko

sistematik, dan risiko

idiosyncratic. Sementara

governance disclosure hanya

berpengaruh signifikan

terhadap risiko total dan

tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap risiko

sistematik dan risiko

idiosyncratic

2.3 Kerangka Pemikiran

ESG disclosure menjadi bagian yang perlu mendapat perhatian bagi

perusahaan dewasa ini, terkait dengan isu-isu lingkungan yang

berkembang saat ini. Perusahaan dituntuk untuk menjalankan aktivitas

perusahaan dengan tidak bertentangan dengan hal-hal untuk menjaga

keberlangsungan kehidupan yang baik di bumi. Kinerja perusahaan

diharapkan dapat meningkat dengan adanya pengungkapan lingkungan,

sosial, dan tata kelola yang dilakukan oleh perushaan. Dengan berdasar
25

teori stakeholders dan teori signaling yang menjadi dasar dari hubungan

pengaruh ESG disclosure terhadap kinerja perusahaan dan dengan

mempertimbangkan total asset, dan financial leverage perusahaan sebagai

variabel kontrol. Berdasarkan pada uraian pengaruh antar variabel yang

didukung oleh hasil penelitian terdahulu maka dapat dikembangkan

sebuah model penelitian sebagai berikut :

Variabel Dependen
Kinerja Perusahaan
Variabel Independen
kk

H1
Environmental, Social, Governance (ESG) Disclosure Return on Asset (ROA
H2

Return on Equity (ROE)


H3

Tobins Q

Variabel Kontrol
Financial Leverage
Total Asset

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh ESG Disclosure terhadap Return on Asset


26

Praktik ESG dapat dilihat sebaga bagian dari goodwill perusahaan

(Buallay, 2019). Goodwill adalah salah satu jenis asset tak berwujud

yang dimiliki oleh perusahaan. Goodwill di dalam PSAK no 22 adalah

suatu aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang

timbul dari aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang

tidak dapat diidentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah.

Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana

pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih

bisnis. Transaksi yang kadangkala disebut sebagai “penggabungan

sesungguhnya (true merger)” atau “penggabungan setara (merger of

equals)” juga merupakankombinasi bisnis (IAI, 2010). Pengungkapan

akan kebijakan yang bertanggungawab terhadap lingkungan, sosial dan

tata kelola perusahaan diharapkan dapat mempengaruhi penilaian

goodwill perusahaan dari para investor. Skor ESG positif diyakini

menyebabkan pengembalian aset yang lebih besar (Buallay, 2019).

Kinerja operasional perusahaann yang diukur menggunakan ROA ini

menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan asset yang

dimilki untuk dapat menghasilakan laba perusahaan. ROA merupakan

perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan total asset yang

dimilkinya. Semakin tinggi ROA berarti semakin tinggi pula tingkat

kinerja perusahaan, karena tingkat pengembalian yang dihasilkan

semakin besar. Dengan adanya pengungkapan yang dilakukan

perusahaan, diharpakan mampu meningkatkan kinerja perusahaan


27

melalui investasi yang masuk ke dalam perusahaan. Yang mana

perusahaan yang melakukan pengungkapan atas aktivitas lingkungan,

sosial, ekonomi, dan tata kelola perusahaan akan menarik bagi investor.

Para investor dapat melakukan pertimbangan keputusan investasinya

berdasarkan pengungkapan informasi yang dlakukan perusahaan.

Dengan adanya peningkatan investasi, perusahaan akan dapat maksimal

dalam menjalankan operasional perusahaan. Selain itu, pengungkapan

non keuangan tersebut dapat meningkatkan citra perusahaan di mata

stakeholders lain yakni pelanggan yang mana mereka akan tertarik pada

produk yang ditawarkan oleh perusahaan sehingga mampu

meningkatkan penjualan atas produk tersebut dan berakhir pada

peningkatan laba perusahaan. Dengan demikian ROA akan meningkat

dengan adanya laba perusahaan yang meningkat pula. Tentunya hal ini

sejalan dengan fokus teori stakeholders, dengan adanya pengungkapan

berarti menandakan bahwa perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

telah memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholders atas

informasi yang diungkap sebagai salah satu bentuk pertimbangan atas

keputusan yang akan diambil oleh para pemangku kepentingan serta

perusahaan dapat mengelola hubungan baik terhadap stakeholders yang

ada. Berdasarkan argumentasi tersebut peneliti mengemukakan

hipotesis sebagai berikut :

H1 : ESG disclosure mempengaruhi kinerja operasional perusahaan


28

2.4.2 Pengaruh ESG Disclosure terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan

Aksi-aksi keberlanjutan yang dilakukan oleh perusahaan akan

menciptakan permintaan yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih

besar bagi perusahaan (Buallay, 2019). Hal tersebut dapat terjadi akibat

pengungkapan informasi aksi-aksi perusahaan yang bertanggungjawab

terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang diketahui

publik, dimana hal tersebut dapat menjadi bagian dari sinyal yang

diberikan perusahaan untuk menarik investor. Suatu bentuk pengungkapan

informasi yang dilakukan oleh perusahaan akan memberikan sinyal yang

baik bagi pihak eksternal perusahaan sehingga masalah asimetri informasi

dapat dikendalikan. Dengan begitu hal tersebut akan mempengaruhi

investor selaku salah satu pihak eksternal perusahaan dalam mengambil

keputusan. Dengan adanya sinyal beupa informasi yang diberikan itulah

yang menjadi bahan pertimbangan bagi investor untuk mengambil suatu

keputusan investasi. Sinyal baik yang diberikan maka akan mendapatkan

imbal hasil yang positif pula. Sehingga investor akan menanamkan modal

ke perusahaan tersebut, karena melihat aktivitas perusahaan yang peduli

terhadap lingkungan sosial serta menjalankan perusahaannya berdasar tata

kelola perusahaan yang baik dimana tentu hal tersebut dapat menjadi

indikasi bahwa tingkat prospek keberlanjutan perusahaan adalah baik

sehingga menyebabkan investor tertarik. Semakin banyaknya investor

berarti modal yang diperoleh perusahaan dari para pemegang saham


29

tersebut juga akan semakin besar. Dengan demikian perusahaan mampu

mengelola modal yang ada untuk mencapai laba perusahaan yang

diinginkan. Serta akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan melalui

dana investasi yang diberikan tersebut. Suatu pengungkapan juga akan

mampu mengurangi biaya modal perusahaan, nantinya hal tersebut akan

menarik bagi investor karena investor akan cenderung menginvestasikan

modalnya kepada perusahaan yang memilki tingkat biaya modal yang

rendah. Margolis et al. (2007) menemukan bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara ESG dan kinerja keuangan. Berdasarkan

argumentasi tersebut peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

H2 : ESG disclosure mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan

2.4.3 Pengaruh ESG Disclosure terhadap Kinerja Pasar Perusahaan

Berdsarkan teori cost of capital yang telah dijabarkan maka hal ini

malah justru akan meningkatkan kinerja perusahaan dimana hal tersebut

terkait dengan menurunnya tingkat imbalan yang diinginkan oleh investor

akibat risiko perusahaan yang menurun sebagai dampak dari kebijakan

keberlanjutan yang diungkapkan oleh perusahaan. Hal tersebut yang akan

menarik perhatian investor untuk menanamkan investasi di perusahaan

tersebut. Penngungkapan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan

Karena pengungkapan ESG ini akan menambah nilai perusahaan yang

akan menurunkan risiko bisnis (Buallay, 2019). Kinerja pasar perusahaan

yang dapat dilihat dari harga pasar saham perusahaan di bursa akan
30

mencerminkan nilai daripada perusahaan tersebut. Nilai perusahaan

menurut Rika dan Islahudin (2008: 7) didefinisikan sebagai nilai pasar.

Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaannya dengan cara

menyeimbangkan kepentingan pihak internal dan eksternal melalui

ketersediaan informasi yang diungkapkan. Keputusan investasi yang

dilakukan investor tentu akan memberikan manfaat yang mempengaruhi

nilai perusahaan.

Barth et al. (2016) menemukan bahwa ESG berhubungan positif

dengan nilai perusahaan (menggunakan pengukuramn Tobins Q).

Hubungan positif antara ESG dan nilai perusahaan didorong oleh arus kas

yang mengarah pada harga pasar yang lebih tinggi (Buallay, 2019). Ketika

perusahaan memiliki nilai yang tinggi di pasaran maka hal tersebut akan

sejalan pada kinerja perusahaan akan yang meningkat. Nilai perusahaan

yang meningkat erat kaitannya dengan citra positif yang dimiliki oleh

perusahaan yang dapat tercermin dari pengungkapan yang dilakukan

perusahaan. Berdasarkan argumentasi tersebut peneliti mengemukakan

hipotesis sebagai berikut :

H3 : ESG disclosure mempengaruhi kinerja pasar perusahaan


31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Dependen

Variabel dependen disebut juga sebagai variabel terikat. Variabel

dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dan menjadi

variabel utama bagi peneliti (Sekaran dan Bougie, 2016). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang mencakup Return on

Asset (ROA), Return on Equity (ROE) serta Tobins Q.

Return on Asset dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara net

income terhadap total asset perusahaan. Presentase ROA perusahaan

menunjukkan bagaimana tingkat efektivitas perusahaan dalam mengelola

assetnya untuk menghaslkan laba perusahaan. Semakin besar ROA

mengindikasikan bahwa perusahaan memperoleh laba yang tinggi atas


32

penggunaan asset-asset perusahaan. Sebaliknya jika tingkat ROA yang

diperoleh perusahaan rendah berarti asset perusahaan tidak dapat dikelola

dengan baik dan hanya mengendap sehingga tidak maksimal dalam

menciptkan laba perusahaan.

Return on Equity merupakan rasio yang menunjukkan tingkat

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari ekuitas yang dimilki

perusahaan dimana juga dapat diperoleh dari modal yang diinvestasikan oleh

pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE perusahaan berarti semakin baik

kinerja perusahaan karena hal tersebut mencerminkan bahwa penggunaan dan

pengelolaan ekuitas dari pemegang saham berjalan secara efektif dalam

menghasilkan laba perusahaan.

Tobins Q merupakan rasio dari kewajiban lancar ditambah nilai pasar

dari modal saham dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Tobins

Q mampu memberi gambaran mengenai aspek fundamental perusahaan dan

pandangan pasar terhadap perusahaan yakni dengan melihat sejauh mana

pihak luar termasuk investor memberi penilaian terhadap perusahaan. Apabila

nilai tobins Q tinggi , maka hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan

mampu untuk memaksimalkan nilai pasar sehingga berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan yang baik, begitupun sebaliknya.

3.1.2 Variabel Independen

Variabel independen disebut juga variabel bebas. Variabel independen

adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif

maupun negatif (Sekaran dan Bougie, 2016). Dalam penelitian ini skor ESG
33

disclosure menjadi variabel independen. Skor ESG disclosure ini meliputi

skor environmental disclosure, skor social disclosure, dan skor governance

disclosure dalam satu ukuran angka mulai dari 0 sampai 100 yang dihimpun

dari database Bloomberg. ESG ini merupakan suatu ukuran risiko penilaian

yang berasal dari keputusan operasional perusahaan, kebijakan dan praktik

sumber daya manusia, dan struktur tata kelola perusahaan. Penilaian terhadap

ESG disclosure yang diberikan oleh Bloomberg melewati metode analasis

yang mempertimbangkan beberapa aspek di dalamnya. Metodologi yang

digunakan oleh Bloomberg dalam menghitung skor ESG perusahaan ialah

dengan mengumpulkan berbagai sumber terkait perusahaan seperti laporan

keuangan tahunan perusahaan, laporan tanggung jawab sosial perusahaan,

serta survey ekslusif yang dilakukan oleh Bloomberg untuk mendapatkan data

perusahaan secara langsung. Adapun aspek yang dipertimbangkan dari

masing-masing elemen antara lain yaitu emisi karbon, efek perubahan iklim,

polusi, pembuangan limbah, energi terbarukan, dan penipisan sumber daya

yang merupakan aspek yang dipertimbangkan dalam penilaian skor

environmental disclosure, sementara aspek yang menjadi pertimbangan

penilaian skor social disclosure yaitu rantai pasokan, diskriminasi, kontribusi

politik, keberagaman, hak asasi manusia, dan hubungan komuitas, sedangkan

untuk skor governance disclosure, aspek yang dipertimbangkan adalah voting

kumulatif, kompensasi eksekutif, hak-hak pemegang saham, pengambil

alihan pertahanan perusahaan, gejolak dewan, serta direktur independen.

3.1.3 Variabel Kontrol


34

Variabel kontrol dalam penelitian ini mencakup kondisi perusahaan itu

sendiri yang dilihat dari financial leverage dan total asset yang dimiliki oleh

perusahaan tersebut.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah perusahaan non

keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2015-

2018

Sampel merupakan bagian dari populasi yang secara representative

mencerminkan populasinya. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling yang mana teknik pengambilan sampel ini didasarkan

pada kriteria-kriteria yang ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Adapun

kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Perusahaan non keuangan yang telah menerbitkan annual report secara

runtut dari 2014-2018

3. Perusahaan non keuangan yang skor ESG Disclosure nya telah

dipublikasikan secara lengkap oleh Bloomberg dari tahun 2014-2018

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data ESG score Bloomberg dan Laporan Tahunan perusahaan non

keuangan.
35

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari

database Bloomberg dan Bursa Efek Indoesia

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data

adalah metode dokumentasi atau document review, yakni salah satu teknik

pengumpulan data dengan menggunakan dokumen tertulis, dimana terkait

dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari laporan keuangan

perusahaan dari situs website Bursa Efek Indonesia dan database score ESG

dari Bloomberg.

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Statistik Deskriptif

Ghozali (2016) menjelaskan penggunaan statistic deskriptif bertujuan

guna mengetahui berbagai informasi terkait suatu variabel penelitian

baik itu variabel dependen maupun variabel independen, antara lain

nilai tertinggi (maksimum), nilai terendah (minimum), nilai range

(selisih nilai maksimum dan minimum), nilai sum, nilai mean (rata-

rata), standar deviasi, varian, serta kurtosis (puncak distribusi data),

dan skewness (kemencengan data). Pada bagian ini, peneliti

menggunakan statistik deskriptif untuk menggambarkan variabel

penelitian yang mencakup mean, maksimum, minimum, dan standar

deviasi variabel.

3.5.2 Analisis Regresi Data Panel


36

Data panel dapat diuji dengan menggunakan ketepatan model

pengujian statistic. Model tersebut terdiri atas Random Effect Model,

FEM, dan CEM. Model data panel ini kemudian dibandingkan dengan

melakukan uji ketepatan model. Pengujian ketepatan model tersebut

terdiri atas uji chow dan uji hausman. Gujarati dalam buku yag ditulis

ghzoali dan dwi ratmono menyatakan bahwa jika selain dengan uji

tersebut, terdapat beberapa pertimbangan sebagi berikut:

1. Jika jumlah waktu penelitian (T) lebih besar dibandingkan dengan

jumlah unit (N), maka perbedaan hasil etimasi FEM dan REM

sedikit. Model dipilih sesuai pada kemudahan cara estimasi,

dimana FEM akan lebih tepat dipilih.

2. Jika jumlah unit (N) lebih besar dibandingkan dengan jumlah

waktu penelitian (T), maka jumlah estimasi akan berbeda secara

signifikan. Pemilihan model dalam kasus ini bergantung pada

pemilihan sampel cross section. Jika pemilihan sampel cross

section tidak random maka FEM lebih tepat, sedangkan jika dpilih

secara random maka akan lebih tepat menggunakan REM.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang mana

merupakan kombinasi data time seies dan cross section. Maka dari itu

metode analisis yang digunnakan adalah regresi data panel

menggunakan aplikasi statistika Eviews 10. (REM) Terdapat tiga

pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis data panel

yaitu : Pooled least square (PLS) mengestimasi data panel dengan


37

metode OLS, fixed effect menambahkan variabel dummy pada data

panel, random effect memperhitungkan tingkat eror dari data panel

dengan metode least square

3.5.3 Uji Pemilihan Model

3.5.3.1 Uji Chow

Dalam pengujian kali ini berguna untuk membandingkan atau memilih

metode terbaik antara Common Effect model (CEM) dengan Fixed

Effect Model (FEM). Uji chow dilakukan dengan metode fixed Effect,

dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 = Common Effect

H1 = Fixed Effect

Jika nilai probabilitas (p value) pada cross section F atau probalitas (p

value ) pada cross section Chi-Square > 0,05 sebagai derajat

signifikansi, maka menerima H0 yang berarti memilih Common Effect

sebagai metode terbaik. Sebaliknya Jika nilai probabilitas (p value)

pada cross section F atau probalitas (p value ) pada cross section Chi-

Square < 0,05 sebagai derajat signifikansi, maka menolak H0 yang

berarti memilih Fixed Effect sebagai metode terbaik.

3.5.3.2 Uji Hausman

Pengujian ini berguna untuk membandingkan atau memilih metode

terbaik antara fixed effect dengan random effect. Uji Hausman

dilakukan dalam metode random effect dengan melihat probabilitas (p


38

value) pada cross section random. Berikut adalah hipotesis Uji

Hausman :

H0 = Random Effect

H1 = Fixed Effect

Jika nilai probabilitas (p value) pada cross section F atau probalitas (p

value ) pada cross section Chi-Square > 0,05 sebagai derajat

signifikansi, maka menerima H0 yang berarti memilih Random Effect

sebagai metode terbaik. Sebaliknya Jika nilai probabilitas (p value)

pada cross section F atau probalitas (p value ) pada cross section Chi-

Square < 0,05 sebagai derajat signifikansi, maka menolak H0 yang

berarti memilih Fixed Effect sebagai metode terbaik.

3.5.3.3 Uji Legrange Multiplier

Uji LM (Breusch – Pagan Random Effect) dilakukan untuk

membandingkan atau memilih metode terbaik antara common effect

dan random effect. Uji ini dilakukan apabila hasil uji Chow dan Uji

Hausman tidak menunjukkan hasil yang konsisten. Pengujian dalam

uji LM dilakukan pada metode common effect dengan melihat nilai

Breusch-Pagan pada cross section one sided dan period one side

(both). Berikut adalah hipotesis untuk uji LM :

H0 = common effect

H1 = random effect

Jika nilai Breusch-Pagan pada cross section one sided dan period one

side (both) > 0.05 sebagai derajat signifikan, maka menerima H 0 yang
39

berarti memilih common effect sebagai metode terbaik. Sebaliknya

Jika nilai Breusch-Pagan pada cross section one sided dan period one

side (both) < 0.05 sebagai derajat signifikan, maka menolak H0 yang

berarti memilih random effect sebagai metode terbaik.

3.5.4 Uji Asumsi Klasik

3.5.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak (Ghozali 2016). Model regresi dapat

dikatakan baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal. Uji normalitas dapat dilihat dari probabilitas Jarque Berra (JB

Test) dimana apabila nilai probabilitas JB Test > 0,05 sebagai derajat

signifikansi (σ) maka data terdistribusi normal. Sebaliknya apabila

nilai probabilitas JB Test < 0,05 sebagai derajat kemiringan

signifikansi (σ) maka data tidak terdistribusi normal.

3.5.4.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen dalam pengujiannya. Apabila terdapat korelasi dalam

pengujian tersebut berarti terdapat masalah multikolinearitas dimana

varaibel-variabel tersebut tidak ortogonal yakni variabel independen

yang nilai korelasi antar sesama variabel independen tidak sama


40

dengan nol. Menurut Ghozali 2013 untuk melihat ada atau tidaknya

multikolinearitas dapat diketahui melalui :

1. Nilai R squared yang dihasilkan pada model regresi sangat tinggi,

tetapi masing-masing variabel independen banyak yang tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen

2. Melakukan analisis matrik korelasi antara variabel-variabel

independen. Jika terdapat korelasi (di atas 0,90) maka terdapat

indikasi terjadi multikolinearitas

3. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF). Nilai yang umumnya dipakai untuk

menunjukkan terjadi multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10

atau sama dengan nilai VIF ≥ 0,10

4. Menggunakan analisi regresi parsial (auxiliary) yaitu dengan

menganggap variabel independen sebagai salah satu variabel

dependen dan variabel independen lainnya tetap sebagai variabel

dependen

3.5.4.3 Uji Heteroskidastisitas

Uji heteroskidastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengmamatan lain (Ghozali, 2016). Heteroskidastisitas hanya mungkin

terjadi pada metode regresi common effect dan fixed effect, sedangkan

pada model random effect tidak terjadi heteroskidastisitas hal ini

dikarenakan metode common effect dan fixed effect masih


41

menggunakan pendekatan OLS. Model regresi yang baik adalah yang

tidak terdapat heteroskidastisitas. Terdapat 2 cara untuk mendeteksi

ada atau tidaknya heteroskidastisitas yaitu dengan melihat ada atau

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dan pada beberapa

metode uji formal. Menurut (Ghozali, 2013) terdapat 2 analisis dasar

yang digunakan yaitu :

1. Jika ada pola tertentu seperti titik titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskidastisitas

2. Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar

ke atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas

3.5.4.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat korelasi antar anggota

serangkaian pengmatan dengan kata lain melihat hubungan antara satu

variabel dengan variabel lain menurut ruang dan waktu. Terdapat

beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat masalah

autokorelasi yakni dengan memperhatikan nilai Durbin Watson atau

malakukan uji LM (metode Breusch Godfrey) dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari nilai σ = 5%, maka tidak

terjadi autokorelasi
42

2. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari nilai σ = 5%, maka

terjadi autokorelasi

3.5.5 Pengujian Hipotesis

3.5.5.1 Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2016) koefisien determinasi pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0

sampai 1. Nilai koefisien determinan yang besar itu menunjukkan

bahwa kemampuan variabel independen dalam pengujian tersebut

dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat kuat yang berarti

variabel independen telah mampu memberi semua informasi yang

dibutuhkan untuk dapat memeprediksi variabel dependen. Sebaliknya

nilai koefisien determinan yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

adalah lemah yang artinya kontribusi dari variabel independen yang

ada dalam penelitian tersebut tidak cukup banyak mampu dalam

menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi mempunyai

kelemahan tersendiri yaitu adanya bias yang terjadi ketika terdapat

penambahan variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.

Setiap terdapat penambahan variabel independen, maka nilai koefisien

determinasi tersebut akan meningkat tidak peduli apakah variabel

independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Maka dari itu dalam mengevaluasi model regresi terbaik,


43

banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted

koefisien determinasi.

3.5.5.2 Uji Statistik F

Disebut juga sebagai uji simultan. Menurut Ghozali (2016) uji statistk

pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

atau simultan terhadap variabel dependen. Dalam uji F ini terdapat 2

cara pengujian yaitu dengan membandingkan nilai F hitung yang

diperoleh dari hasil olah data statistic dengan nilai F tabel. Apabila F

hitung < F tabel, maka H0 diterima, sebaliknya apabila F hitung > F

tabel, maka H0 ditolak. Cara pengujian yang kedua ialah dengan

melihat nilai signifikansi dengan a. apabila sig < a, maka H0 diterima,

sedangkan apabila sig > a maka H0 ditolak.

3.5.5.3 Uji Statistik T

Disebut juga sebagai uji parsial. Menurut Ghozali (2016) uji t

digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variable independen

yang digunakan dalam penelitian ini secara individual menerangkan

variabel dependen secara parsial. Adapun dasar pengambilan

keputusan digunakan dalam uji t ini adalah jika nilai probabilitas

signifikansi > 0,05 maka h0 diterima, sebaliknya jika nilai probabilitas

signifikansi < 0,05 maka h0 ditolak. Selain itu pengujian yang lain

dapat melihat perbandingan antara t hitung dan t tabel. Jika t hitung > t
44

tabel mka H0 ditolak, sebaliknya jika t hitung < t tabel maka H0

diterima.

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti akan menguji pengaruh Environmental, Social,

Government Disclosure terhadap kinerja perusahaan. Jenis data yang digunakan

dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari database Bloomberg
45

dan publikasi data laporan tahunan perusahaan yang dikases melalui situs

idx.co.id. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun dari 2014-

2018. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling

dengan menetapkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria

pemilihan sampel dalam penelitian kali ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Perusahaan non keuangan yang telah menerbitkan annual report secara

runtut dari 2015-2018

3. Perusahaan non keuangan yang skor ESG Disclosure nya telah

dipublikasikan secara lengkap oleh Bloomberg dari tahun 2015-2018

Setelah dilakukan teknik purposive sampling diketahui bahwa jumlah sampel yag

didapat ialah sebanyak 26 perusahaan. Diketahui bahwa jumlah perusahaan non

keuangan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dan telah menerbitkan

laporan tahunannya adalah sebanyak XX. Kemudian ada 44 perusahaan non

keuangan yang skor ESG Disclosure nya telah dipublikasikan dalam database

Bloomberg. Namun hanya terdapat 26 perusahaan non keuangan yang skor ESG

Disclosure nya telah dipublikasikan secara runtut dan lengkap mulai dari tahun

2014-2018. Adapun berikut adalah daftar sampel perusahaan yang akan diteliti

Tabel 4.1
Daftar Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan
1 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
46

2 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 


3 PT Indofood Sukses Makmur Tbk
4 PT Kalbe Farma Tbk
5 PT Unilever Indonesia Tbk
6 PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk
7 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
8 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
9 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
10 PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
11 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
12 PT Wijaya Karya Beton Tbk
13 PT Astra International Tbk
14 PT Sri Rejeki Isman Tbk
15 PT Adaro Energy Tbk
16 PTAneka Tambang Tbk
17 PT Bumi Resources Tbk
18 PT Vale Indonesia Tbk
19 PT Indika Energy Tbk
20 PT Indo Tambangraya Megah Tbk
21 PT Medco Energi Internasional Tbk 
22 PT Bukit Asam Tbk
23 PT Timah Tbk
24 PT XL Axiata Tbk
25 PT Indosat Tbk
26 PT Jasa Marga (Persero) Tbk
27 PT Perusahaan Gas Negara Tbk
28 PT Tower Bersama Infrastructure Tbk
29 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
30 PT Adhi Karya (Persero) Tbk
31 PT Bumi Serpong Damai Tbk
32 PT Ciputra Development Tbk
33 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk
34 PT Summarecon Agung Tbk
35 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
36 PT Waskita Karya (Persero) Tbk
37 PT AKR Corporindo Tbk
38 PT Hexindo Adiperkasa Tbk
39 PT Matahari Department Store Tbk
40 PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk
41 PT United Tractors Tbk
47

42 PT Astra Agro Lestari Tbk


43 PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk
44 PT Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk

4.2 Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis data panel

menggunakan program Eviews 10. Dalam sub bab kali ini akan dibahas mengenai

teknik analisis data serta jenis atau metode pengujian yakni meliputi analysis

statistic deskriptif, pengujian asumsi klasik, dan pengujian hipotesis.

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Pada statistic deskriptif digambarkan mengenai data yang digunakan dalam

penelitian yakni meliputi nilai rata-rata, median, nilai minimum, nilai maksimum,

serta deviasi standar dari setiap masing-masing variabel yang terkait dengan

penelitian. Berikut adalah tabel 4.2 yang menyajikan hasil statistic deskriptif :

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
  ROA ROE TQ ESGS FL TA
Mean 0.067988 0.142812 2.398789 30.97186 1.772969 46805843
Median 0.047357 0.103845 1.3291 29.3388 1.09865 29997904
Maximum 0.547336 1.609927 23.2858 53.3058 105.2591 3.450E+08
Minimum -0.54854 -0.25931 0.5516 11.9835 -4.86 3188395
Std. Dev. 0.10256 0.217834 3.425735 10.18264 7.910746 51564660
Skewness 0.461415 3.559588 3.766894 0.286851 12.82345 3.007751
Kurtosis 14.05707 20.44064 18.06443 2.111384 168.3097 14.15674
Jarque-Bera 902.8099 2602.296 2080.43 8.204333 205223.8 1178.167
Probability 0.00000 0.00000 0.00000 0.01654 0.00000 0.00000
Sum 11.96596 25.13483 422.1869 5451.047 312.0426 8.240E+09
Sum Sq. Dev. 1.840734 8.304043 2053.741 18145.09 10951.48 4.650E+17
Observations 176 176 176 176 176 176
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2019
48

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data pengamatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 176 data pengamatan dari 44 sampel perusahaan

non keuangan selama 4 tahun. Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari

ROA, ROE, Tobins Q. Sementara variabel dependen terdiri atas ESG disclosure

score.

Return on Asset (ROA) sebagai variabel dependen diukur dengan membagi net

income yang diperoleh perusahaan tersebut dengan total asset. Variabel Return on

Asset memiliki nilia rata-rata (mean) 0,067988 dengan nilai maksimum sebesar

0,547336 pada PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun 2018 dan nilai

minimum sebesar -0,54854 pada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tahun 2015.

Nilai deviasi standar pada variabel Return on Asset ialah sebesar 0,10256

Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai rata-rata. Hal ini

mengindikasikan bahwa terjadi keberagaman pada variabel Return on Asset tiap-

tiap objek perusahaan yang menjadi sampel data penelitian.

Return on Equity (ROE) sebagai variabel dependen diukur dengan membagi net

income yang diperoleh perusahaan tersebut dibagi dengan total ekuitas. Variabel

Return on Equity memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,142812 dengan nilai

maksimum sebesar 1,609927 pada PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun

2018 dan nilai minimum sebesar -0,259307 pada PT Bumi Resources Tbk

(BUMI) tahun 2015. Nilai deviasi standar pada variabel Return on Equity ialah

sebesar 0,217834. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai
49

rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi keberagaman pada variabel

Return on Equity tiap-tiap objek perusahaan yang menjadi sampel data penelitian.

Tobins Q sebagai variabel dependen diukur dengan rumus penjumlahan dari

komponen market capital, total liabilitas, preferred equit, dan minority interest

kemudian dibagi dengan total asset perusahaan yang mana perolehan data variabel

Tobins Q berasal dari Bloomberg database. Tobins Q memiliki nilai rata-rata

2,398789 dengan nilai maksimum sebesar 23,2858 pada PT Unilever Indonesia

Tbk (UNVR) tahun 2017 dan nilai minimum sebesar 0,5516 pada PT Hexindo

Adiperkasa Tbk (HEXA) tahun 2016. Nilai deviasi standar pada Tobin’s Q ialah

sebesar 3,425735. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai

rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi keberagaman pada variabel

Tobin’s Q tiap-tiap objek perusahaan yang menjadi sampel data penelitian.

ESG disclosure diukur melalui skor ESG disclosure yang telah dipublikasikan dari

database Bloomberg yang merupakan kombinasi antara skor environmental

disclosure, skor social disclosure, dan skor governance disclosure memiliki nilai

rata-rata 30,97186 dengan nilai maksimum sebesar 53,3058 pada PT Solusi

Bangun Indonesia Tbk (SMCB) tahun 2014 dan nilai minimum sebesar 11,9835

pada PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) tahun 2014. Nilai deviasi standar

pada variabel ESG Disclosure ialah sebesar 10,8264. Diketahui bahwa nilai

deviasi standar lebih rendah dibanding dengan nilai rata-rata dari variabel

tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa data tersebut mempunyai sebaran yang kecil

sehingga mengindikasikan bahwa data tersebut adalah data yang baik, yang mana
50

nilai pada deviasi standar itu merepresentasikan suatu penyimpangan data yang

akan berdampak pada persebaran data yang bias.

Variabel financial leverage sebagai variabel kontrol dalam penelitian diukur

menggunakan pengkuran degree of financial leverage yang mana merupakan

leverage ratio summarizing the affect a particular amount of financial leverage has

on a company earnings dengan rumus EBIT dibagi dengan hasil pengurangan

EBIT dengan beban bunga memiliki nilai rata-rata 1,772969 dengan nilai

maksimum sebesar 105,2591 pada PT XL Axiata Tbk (EXCL) tahun 2016 dan

nilai minimum sebesar -4.86 pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) tahun

2017. Nilai deviasi standar pada variabel financial leverage ialah sebesar

7,910746. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai rata-rata.

Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi keberagaman pada variabel financial

leverage.

Total Assets pada penelitian ini ditransform menggunakan LOG dikarenakan

ukuran total asset dari masing-masing perusahaan sangatlah besar. Besaran total

asset ditulis dalam jutaan rupiah kemudian dilakukan transform log pada saat

regresi tiap model penelitian. Total asset memilki nilai rata-rata 4.6805.843 dalam

jutaan rupiah dengan nilai maksimum sebesar 344.710.988,17 dalam jutaan pada

PT Astra International Tbk (ASII) tahun 2018 dan nilai minimum sebesar

3.188.395 dalam jutaan rupiah pada PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) tahun

2017. Nilai deviasi standar pada variabel total asset ialah sebesar 51.564.660

dalam jutaan rupiah. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai
51

rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi keberagaman pada variabel total

asset.

4.2.2 Analisis Regresi Data Panel

Ghozali dan Ratmono 2013 menyatakan bahwa selain melakukan pengujian

ketepatan model, ada pertimbangan lain dalam menentukan model regresi.

Pertimbangan tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara berapa jumlah unit

penelitian disbanding jumlah waktu penelitian. Apabila jumlah unit (N) lebih

besar dibandingkan jumlah waktu penelitian (T), maka hasil estimasi dapat

berbeda secara signifikan. Pemilihan model dalam kasus ini bergantung pada

pemilihan sampel cross section. Jika pemilihan sampel cross section tidak acak

maka FEM lebih tepat, jika dipilih secara random maka lebih tepat menggunakan

REM. Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian ini akan menggunakan

model regresi FEM yang dianggap lebih tepat dikarenakan dalam pemilihan

sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yang

menentukan beberapa kriteria terlebih dahulu untuk pengambilan sampel, bukan

penentuan sampel secara random.

4.2.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian dilakukan guna menguji apakah data penelitian

yang digunakan layak atau tidak. Pengujian asumsi klasik dilakukan setelah uji

ketepatan model regresi data panel. Pengujian asumsi klasik ini meliputi uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskidastisitas, serta uji autokorelasi.

4.2.3.1 Uji Normalitas


52

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel dalam model

regresi terdistribusi normal atau tidak normal. Selain itu uji normalitas juga

bertujuan untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal atau

tidak. Pengujian normalitas ini dapat dilihat dari hasil grafik dan tingkat

probabilitas Jarque-Berra (JB Test). Apabila nilai probabilitas Jarque-Berra > 0,05

sebagai derajat signifikan maka data terdistribusi normal. Sedangkan apabila nilai

probabilitas Jarque-Berra < 0,05 sebagai derajat signifikan maka data tidak

terdistribusi normal. berikut adalah tabel uji normalitas

Tabel 4.3
Uji Normalitas Jarque Berra

Model Probalitas Jarque Berra


1 0.210131
2 0.002803
3 0.007098
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020

Tabel 4.3 menunjukkan nilai probabiltas dari Uji Jarque Berra dari ketiga model

penelitian masing-masing sebesar 0,210131, 0,002803, dan 0,007098.

Berdasarkan hasil tersebut untuk model 1 memiliki nilai diatas derajat signifikansi

0,05, maka model tersebut memiliki data yang terdistribusi normal. sedangkan

untuk model 2 dan 3 memiliki nilai dibawah derajat signifikansi 0,05 yang

menandakan bahwa data tidak terdistribusi normal. Namun karena data yang

digunakan pada penelitian ini adalah data panel, pengujian normalitas dapat

diabaikan. Seperti yang dituliskan dalam buku Ghozali dan Ratmono (2013), hal

tersebut dapat diabaikan karena penelitian ini menggunakan ukuran sampel yang

besar, pengujian asumsi klasik sebaiknya lebih ditekankan pada pengujian


53

heteroskedastisitas dan autokorelasi karena dapat menyebabkan pengambilan

kesimpulan statistic yang tidak valid.

4.2.3.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan guna menguji apakah terdapat korelasi atau

hubungan antar variabel-variabel independen di dalam model regresi penelitian.

Model regresi penelitian yang baik ialah model yang tidak terjadi korelasi antar

variabel independen, sebaliknya jika terdapat hubungan atau korelasi diantara

variabel indepeden tersebut maka model dapat dikatakan tidak baik. Berikut

adalah hasil pengujian multikolinearitas

Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas Matriks Korelasi
ESGS FL TA
ESGS 1 -0.0109 0.22259
FL -0.0109 1 0.01498
0.2225
TA 9 0.01498 1
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tidak terdapat koefisien korelasi antar

variabel independen yang lebih besar 0,9. Hal tersebut menunjukkan bahwa data

penelitian tidak terdapat hubungan antar variabel independen sehingga

multikolinearitas tidak terjadi dalam model regresi ini.


54

4.2.3.3 Uji Heteroskidastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat

ketidaksamaan variance dari residual masing-masing variabel. Model regresi

dikatakan baik apabila tidak terdapat masalah heteroskedastisitas yakni dapat

dilihat dari hasil nilai probabilitas pengujias RESABS di atas 0,05. Berikut

gambar hasil uji heteroskedastisitas

Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas RESABS

Dependent Variable: RESABS


Method: Panel Least Squares
Date: 03/09/20 Time: 10:53
Sample: 2015 2018
Periods included: 4
Cross-sections included: 44
Total panel (balanced) observations: 176

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 0.185994 0.087389 2.128351 0.0353


ESGS -0.047430 0.081080 -0.584971 0.5596
ES 0.028347 0.043029 0.658802 0.5112
SS 0.010839 0.019382 0.559253 0.5770
GS 0.008178 0.018631 0.438972 0.6614
FL -0.000125 0.000750 -0.166294 0.8682
TA -4.34E-10 4.76E-10 -0.911304 0.3639

Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2019

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahhwa semua variabel terkait penelitian

memiliki nilai probablitas di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data

penelitian bebas dari heteroskedastisitas.

4.2.3.4 Uji Autokorelasi.


55

Pengujian selanjutnya adalah uji autokorelasi. Uji autokorelasi digunakan untuk

menguji korelasi antar kesalahan residual pada periode t dengan kesalahan

padaperiode sebelumnya (t-1) yang terdapat dalam model regresi. Pengujian dapat

dilakukan dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson hasil statistic dengan

nilai Durbin Watson tabel. Hipotesis untuk uji Durbin Watson adalah sebagai

berikut :

H0 = tidak terdapat autokorelasi

H1 = terdapat autokorelasi

Adapun keputusan yang dapat diambil mengenai uji autokorelasi adalah sebagai

berikut :

Apabila dL < d < dU, berarti tidak dapat diputuskan

Apabila d > (4 - dL), berarti menolak H0

Apabila dU < d < (4 - dU), berarti menerima H0

Apabila (4 - dU) < d < (4 - dL), berarti tidak dapat diputuskan

Berikut adalah hasil uji autokorelasi

Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
56

Model Nilai Durbin Watson Statistik


1 2.030439
Sumber : 2 2.074396 Output

Eviews, olah 3 2.070668 data sekunder

tahun 2019

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.5 diketahui bahwa pada model 1 nilai

Durbin Watson statistik ialah sebesar 2.070668. Nilai tersebut akan dibandingkan

dengan nilai Durbin Watson tabel pada n=176 dan k=3 yaitu nilai dU sebesar

1,7881, dan nilai dL sebesar 1,7189. Melihat hal tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pada model 1 nilai dU < dW < (4 - dU) sehingga tidak terdapat

autokorelasi. Pada model 2 nilai Durbin Watson statistik ialah sebesar 2,074396

sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Pada model 3 nilai Durbin

Watson statistik ialah sebesar 2,070668 sehingga dapat disimpulkan model

tersebut juga tidak terjadi autokorelasi. Dengan ketiga model penelitian ini telah

bebas dari masalah autokorelasi

4.3 Uji Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat 3 hipotesis yang diajukan oleh peneliti

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi data panel pada Eviews 10.

Terdapat 3 model regresi dalam penelitian kali ini. Hasil pengujian dikatakan

diterima apabila nilai probabilitas pada hasil regresi tiap model kurang dari atau

dibawah dari nilai 0,05. Dalam penelitian ini pengujian statistik dilakukan dengan

uji koefisien determinasI (R2), uji stimultan F dan uji t-parsial.

4.3.1 Koefisien Determinan (R2)


57

Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa baik

kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependen. Uji

koefisien determinasi dapat diakukan dengan melihat nilai R squared atau

adjusted R squared. Nilai dari koefisien determinasi berkisar antara 0 hingga 1.

Kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas

apabila nilai daripada R squared atau adjusted R squared pada model tersebut

kecil, sebaliknya apabila nilai daripada R squared atau adjusted R squared pada

model tersebut besar maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen itu dapat dikatakan baik. Hasil koefisien determinasi dari setiap

model ini dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Koefisien Determinasi

Model R Squared Adjusted R Squared


1 0.940314 0.919031
2 0.958211 0.94331
3 0.945244 0.925719
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2019

Tabel 4.6 menunjukkan nilai koefisien determinasi dari tiap-tiap model penelitian.

Pada model 1 memiliki nilai R squared sebesar 0,940314. Hal tersebut berarti

bahwa variabel dependen (Return on Asset) dapat dijelaskan oleh variabel

independen dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset)

sebesar 94,03% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya. Sedangkan nilai

adjusted R squared lebih kecil yaitu sebesar 0,919031 menunjukkan bahwa

variabel dependen (Return on Asset) dapat dijelaskan oleh variabel independen

dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset) sebesar
58

91,90%. Pada model 2 diketahui memiliki nilai R squared sebesar 0,958211. Hal

tersebut berarti bahwa variabel dependen (Return on Equity) dapat dijelaskan oleh

variabel independen dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total

asset) sebesar 95,82% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya. Sedangkan

nilai adjusted R squared lebih kecil yaitu sebesar 0,94331 menunjukkan bahwa

variabel dependen (Return on Equity) dapat dijelaskan oleh variabel independen

dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset) sebesar

94,33%. Pada model 3 memiliki nilai R squared sebesar 0,945244. Hal tersebut

berarti bahwa variabel dependen (Tobin’s Q) dapat dijelaskan oleh variabel

independen dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset)

sebesar 94,52% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya. Sedangkan nilai

adjusted R squared lebih kecil yaitu sebesar 0,925719 menunjukkan bahwa

variabel dependen (Tobin’s Q) dapat dijelaskan oleh variabel independen dan

variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset) sebesar 92,57%.

4.3.2 Uji Simultan F

Pengujian signifikansi simultan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-

variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel

dependen. Uji simultan F ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai F

statistic dengan nilai F tabel. Selain itu uji F dapat dilihat dari tingkat probabilitas

dari F statistic dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji F terhadap tiap-tiap

model penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Uji Simultan F

Model F-Statistic Prob (F-Statistic)


59

1 44.1809 0.00000
2 64.30303 0.00000
3 48.41132 0.00000
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada model 1 dalam penelitian ini memilki nilai F

statistic sebesar 44,1809 dengan tingkat probabilitasnya sebesar 0,00000 dimana

tingkat probabilitas tersebut kurang dari 0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa variabel independen dan variabel kontrol (ESG score, financial leverage,

total asset) dalam model secara bersama-sama berpengaruh simultan terhadap

variabel dependennya yaitu Return on Asset. Pada model 2, nilai F statistic

menunjukkan angka sebesar 64,30303 dengan tingkat probabilitas sebesar

0,00000 dimana tingkat probabilitas tersebut kurang dari 0,05.Dari hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa variabel independen dan variabel kontrol (ESG score,

financial leverage, total asset) dalam model secara bersama-sama berpengaruh

simultan terhadap variabel dependennya yaitu Return on Equity. Sedangkan pada

model 3 nilai F statistic menunjukkan angka sebesar 48,41132 dengan tingkat

probabilitas sebesar 0,00000 dimana tingkat probabilitas tersebut kurang dari

0,05.Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel independen dan variabel

kontrol (ESG score, financial leverage, total asset) dalam model secara bersama-

sama berpengaruh simultan terhadap variabel dependennya yaitu Tobin’s Q.

4.3.3 Uji T Parsial

Pengujian T parsial dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji T dapat dilakukan

dengan cara membandingkan nilai T statistik dengan nilai T tabel. Selain itu uji
60

FT dapat dilihat dari tingkat probabilitas dari T statistic dengan tingkat

signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value (sig) < 0,05 maka akan diperoleh pengaruh

signifikan antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Sebaliknya apabila nilai p-value (sig) > 0,05 maka tidak akan memberi pengaruh

antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil

daripada pengujian T dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8
Uji T

T Stastic Sig.
Model 1
ESGS 3.991900 0.0001
FL 0.321448 0.7484
LOG TA -1.751335 0.0823

Model 2
ESGS 4.269611 0.0000
FL 0.667447 0.5057
LOG TA 2.372615 0.0191

Model 3
ESGS -4.265999 0.0000
FL -1.705801 0.0905
LOG TA -23.67714 0.0000
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada model 1 variabel independen ESGS memiliki

p-value (sig) sebesar 0.0001 dengan t statistik sebesar 3.991900, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel ESGS berpengaruh positif signifikan terhadap

variabel Return on Asset (ROA). Sementara pengujian variabel kontrol pada

model 1 tersebut memiliki nilai p-value (sig) sebesar 0,7484 untuk variabel FL

dan 0,0823 untuk variabel LOG TA. Hal tersebut berarti kedua variabel kontrol
61

pada regresi model 1 penelitian tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

variabel dependen Return on Asset (ROA). Pada model 2 regresi penelitian

diketahui bahwa variabel independen ESGS memiliki p-value (sig) sebesar 0,0000

dengan nilai t statistic sebesar 4,269611, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

ESGS berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Return on Equity

(ROE). Sementara pengujian variabel kontrol pada model 2 tersebut memiliki

nilai p-value (sig) sebesar 0,5057 untuk variabel FL dan 0,0191 untuk variabel

LOG TA. Hal tersebut berarti variabel kontrol financial leverage pada regresi

model 2 penelitian tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen

tetapi variable total asset memilki pengaruh yang signifikan terhadap Return on

Equity (ROE). Pada model 3 regresi penelitian diketahui bahwa variabel

independen ESGS memiliki p-value (sig) sebesar 0,0000 dengan nilai t statistic

sebesar -4.265999, maka dapat disimpulkan bahwa variabel ESGS berpengaruh

signifikan namun memiliki arah pengaruh yang negatif terhadap variabel Tobin’s

Q. Sementara pengujian variabel kontrol pada model 3 tersebut memiliki nilai p-

value (sig) sebesar 0.0905 untuk variabel FL dan 0,000 untuk variabel LOG TA. .

Hal tersebut berarti variabel kontrol financial leverage pada model regresi 3

penelitian tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Tobin’s Q tetapi

variable total asset memilki pengaruh yang signifikan terhadap Tobin’s Q

4.4 Interpretasi Hasil

Tabel 4.9 berikut menampilkan kesimpulan dari pengujian yang dilakukan

terhadap tiap-tiap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi
62

Hipotesis P-value Coefficient Kesimpulan


ESG disclosure berpengaruh

positif signifikan terhadap 0,0001 0,003064 H1 Diterima

Retun on Asset (ROA)


ESG disclosure berpengaruh

positif signifikan terhadap 0,0000 0,002617 H2 Diterima

Retun on Equity (ROE)


ESG disclosure berpengaruh

positif signifikan terhadap 0,0000 -0,0204880 H3 Ditolak

Tobin’s Q
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020

4.4.1 Pengaruh ESG Disclosure terhadap ROA

Hasil analisis regresi dalam penelitian ini memperoleh nilai probabilitas sebesar

0,0001 dengan koefisien sebesar 0,003064. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil

dari tingkat signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ESG disclosure

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset. Sehingga hipotesis 1

dalam penelitian ini diterima.

H1 : ESG disclosure berpengaruh positif signifikan terhadap Retun on Asset

(ROA)

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa ESG disclosure berpengaruh positif

signifikan terhadap Retun on Asset (ROA) pada objek penelitian perusahaan non

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015-2018. Arah

hubungan yang positif yang dapat dilihat dari nilai koefisien hasil regresi tersebut

yang juga positif yaitu sebesar 0,003064 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1%
63

variabel ESG disclosure maka akan mengakibatkan peningkatan Retun on Asset

sebesar 0,31%. Kesimpulan uji ini adalah semakin besar tingkat pengungkapan

ESG perusahaan maka akan semakin besar pula kinerja perusahaan yang

diproksikan dengan Retun on Asset. Hasil ini sejalan dengan teori stakeholders.

4.4.2 Pengaruh ESG Disclosure terhadap ROE

Hasil analisis regresi dalam penelitian ini memperoleh nilai probabilitas sebesar

0,0000 dengan koefisien sebesar 0,002617. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil

dari tingkat signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ESG disclosure

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Equity. Sehingga hipotesis

2 dalam penelitian ini diterima.

H2 : ESG disclosure berpengaruh positif signifikan terhadap Retun on Equity

(ROE)

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa ESG disclosure berpengaruh positif

signifikan terhadap Retun on Equity (ROE) pada objek penelitian perusahaan non

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015-2018. Arah

hubungan yang positif yang dapat dilihat dari nilai koefisien hasil regresi tersebut

yang juga positif yaitu sebesar 0,002617 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1%

variabel ESG disclosure maka akan mengakibatkan peningkatan Retun on Equity

sebesar 0,26%. Kesimpulan uji ini adalah semakin besar tingkat pengungkapan

ESG perusahaan maka akan semakin besar pula kinerja perusahaan yang

diproksikan dengan Retun on Equity. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori

stakeholders

4.4.3 Pengaruh ESG Disclosure terhadap TQ


64

Hasil analisis regresi dalam penelitian ini memperoleh nilai probabilitas sebesar

0,0000 dengan koefisien sebesar -0,0204880. Nilai probabilitas tersebut lebih

kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ESG

disclosure berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q namun memiliki arah

hubungan yang negatif. Sehingga hipotesis 3 dalam penelitian ini ditolak.

H3 : ESG disclosure berpengaruh positif signifikan terhadap Tobin’s Q

Penelitian ini memperoleh hasil bahwa ESG disclosure berpengaruh negatif

signifikan terhadap Tobin’s Q pada objek penelitian perusahaan non keuangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015-2018. Arah hubungan

yang negatif dapat dilihat dari nilai koefisien hasil regresi tersebut yang juga

negatif yaitu sebesar -0,0204880 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1%

variabel ESG disclosure maka akan mengakibatkan penurunan nilai Tobin’s Q

sebesar 2,05%. Hasil tersebut tidak sejalan dengan teori signalling

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
65

Regresi data panel digunakan dalam pengujian penelitian ini untuk mengetahui

pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen

dalam penelitian ini yaitu kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Return on

Asset, Return on Equity, dan Tobin’s Q. Sementara variabel independen dalam

penelitian ini adalah ESG disclosure. Adapun data penelitian yang digunakan

adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah

dipublikasikan skor ESG nya selama 4 tahun dari 2015 hingga 2018. Regresi data

panel dalam penelitian ini menggunakan Fixed Model karena pertimbangan teknik

pengambilan sampel yang menggunakan teknik purposive sampling bukan secara

random atau acak. Berdasarkan uji yang dilakukan terhadap hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini, maka kesimpulan yang didapat dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Hasil pengujian hipotesis 1 menyimpulkan bahwa ESG disclosure

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset

perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,0001 dan

koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,003064 yang artinya apabila

skor ESG yang diperoleh perusahaan tersebut besar maka akan

menyebabkan peningkatan juga pada return on asset perusahaan.

2. Hasil pengujian hipotesis 2 menyimpulkan bahwa ESG disclosure

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return on equity

perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,0000 dan

koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,002617 yang artinya apabila
66

skor ESG yang diperoleh perusahaan tersebut semakin besar maka akan

menyebabkan peningkatan juga pada return on equity perusahaan.

3. Hasil pengujian hipotesis 3 menyimpulkan bahwa ESG disclosure

memiliki pengaruh signifikan terhadap tobin’s Q perusahaan namun arah

hubungannya adalah negatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai

probabilitas 0,0000 dan koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar

-0,0204880 yang artinya apabila skor ESG yang diperoleh perusahaan

tersebut semakin besar maka akan menyebabkan penurunan terhadap nilai

tobin’s Q perusahaan.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan yang dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam melakukan penelitian serupa di masa depan. Keterbatasn dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Objek dalam penelitian belum mencakup keseluruhan jenis perusahaan

yang ada di Indonesia, hanya terbatas pada perusahaan non keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indoesia

2. Cakupan waktu data penelitian yang masih rendah yaitu 4 tahun

3. Data variabel penelitian ESG score yang masih sedikit tersedia di

Bloomberg database.

4. Penelitian ini hanya menganalisis pengaruh pengungkapan ESG secara

keseluruhan terhadap kinerja perusahaan, belum menganalisis pengaruh


67

pengungkapan ESG secara individual meliputi komponen Environmental,

komponen Social, dan komponen Governance.

5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat penelitian kali ini, maka

peneliti memberikan saran yang dapat menjadi pertimbangan dalam penelitian

selanjutnya yaitu sebagi berikut :

1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan sektor perusahan yang menjadi

objek penelitian berupa semua sektor perusahaan yang ada di Indonesia

agar dapat menemukan hasil penelitian yang lebih dapat digeneralisasi

2. Menambahkan jumlah cakupan peride penelitian menjadi 5 tahun atau

lebih

3. Melakukan analisis secara individual pada pengaruh pengungkapan ESG

untuk masing-masing komponen

4. Menambahkan variabel terikat lainnya disamping kinerja perusahaan

untuk pengembangan penelitian mengenai pengaruh dari pengungkapan

ESG dikarenakan penelitian terkait pengungkapan ESG ini masih

tergolong sedikit.

Daftar Pustaka

Atan, R., Alam, M. M., Said, J., & Zamri, M. (2018). The impacts of

environmental, social, and governance factors on firm performance: Panel


68

study of Malaysian companies. Management of Environmental Quality: An

International Journal, 29(2), 182–194. https://doi.org/10.1108/MEQ-03-

2017-0033

Ayeni, T. M., & Olaoye, B. J. (2015). Cost of Capital Theory and Firm Value:

Conceptual Perspective. International Journal of Multidisciplinary Research

and Development, 2(10), 632–636.

Buallay, A. (2019). Is sustainability reporting (ESG) associated with

performance? Evidence from the European banking sector. Management of

Environmental Quality: An International Journal, 30(1), 98–115.

https://doi.org/10.1108/MEQ-12-2017-0149

Durnev, A., Albuquerque, R. A., & Koskinen, Y. (2013). Corporate Social

Responsibility and Asset Pricing in Industry Equilibrium. SSRN Electronic

Journal, (June). https://doi.org/10.2139/ssrn.2212814

Easley, D., & O’Hara, M. (2004). Information and the cost of capital. Journal of

Finance, 59(4), 1553–1583. https://doi.org/10.1111/j.1540-

6261.2004.00672.x

El Ghoul, S., Guedhami, O., Kwok, C. C. Y., & Mishra, D. R. (2011). Does

corporate social responsibility affect the cost of capital? Journal of Banking

and Finance, 35(9), 2388–2406.

https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2011.02.007

EY. (2013). Value of sustainability reporting - A study by EY and Boston College.


69

1–29. Retrieved from http://www.ey.com/Publication/vwLUAssets/EY_-

_Value_of_sustainability_reporting/$FILE/EY-Value-of-Sustainability-

Reporting.pdf

Freeman, E., & McVea, J. (1984). A stakeholder approach to strategic

management. working paper no. 01-02. Darden Business School, (01), 1–32.

https://doi.org/10.2139/ssrn.263511

Freeman, R. E., Harrison, J. S., & Purnell, L. (2010). 4004902. (June), 1–61.

https://doi.org/10.1080/19416520.2010.495581

Friede, G., Busch, T., & Bassen, A. (2015). ESG and financial performance:

aggregated evidence from more than 2000 empirical studies. Journal of

Sustainable Finance and Investment, 5(4).

https://doi.org/10.1080/20430795.2015.1118917

Gaur, S. S., Vasudevan, H., & Gaur, A. S. (2011). Market orientation and

manufacturing performance of Indian SMEs: Moderating role of firm

resources and environmental factors. European Journal of Marketing, 45(7),

1172–1193. https://doi.org/10.1108/03090561111137660

Gumanti, T. A. (2009). Teori Sinyal dalam Manajemen Keuangan. Manajemen

Dan Usahawan Indonesia, (September 2009), 1–29.

Lindawati, A. S. L., & Puspita, M. E. (2015). Corporate Social Responsibility:

Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap dalam Peningkatan Kinerja

Perusahaan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 157–174.


70

https://doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6013

Margaretha, F., & Witedjo, C. G. (2017). Csr, Nilai Perusahaan Dan Kinerja

Keuangan Perusahaan Pada Industri Pertambangan Dan Manufaktur Di

Indonesia. Media Riset Akuntansi, Auditing Dan Informasi, 14(1), 89.

https://doi.org/10.25105/mraai.v14i1.1754

Qiu, Y., Shaukat, A., & Tharyan, R. (2016). Environmental and social disclosures:

Link with corporate financial performance. British Accounting Review, 48(1),

102–116. https://doi.org/10.1016/j.bar.2014.10.007

Rura, Y. (2010). Pengungkapan Pro Forma, Mendukung atau Menyesatkan

Investor? Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 383–400.

https://doi.org/10.18202/jamal.2010.12.7099

Syafrullah, S., & Muharam, H. (2017). Analisis Pengaruh Kinerja Environmental ,

Social , Dan Governance ( Esg ) Terhadap Abnormal Return. Ejournal

Undip, 6(2), 1–14.

Tarigan, J., & Semuel, H. (2015). Pengungkapan Sustainability Report dan

Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 16(2), 88–101.

https://doi.org/10.9744/jak.16.2.88-101

Thesis, U., & Economics, F. O. F. (2018). THE INFLUENCE OF

ENVIRONMENTAL , SOCIAL AND GOVERNANCE ( ESG ) DISCLOSURE

ON FIRM RISK ( Empirical Study on Non-Financial Companies Listed in

Indonesia Stock Exchange ).


71

Vardaro, M. J., Systems, H. I. T., AG, H. T., Jari, A., Pentti, M., Information, B.

G., … Measurements, C. (2016). No Title40–35 ,)1(2002 ,‫ ثبثبثب‬.‫بیبیب‬.

https://doi.org/10.1109/ciced.2018.8592188

Velte, P. (2017). Does ESG performance have an impact on financial

performance? Evidence from Germany. Journal of Global Responsibility,

8(2), 169–178. https://doi.org/10.1108/jgr-11-2016-0029

Behbahami, S., Faramarzi, M. and Zare, R. (2013). Examining The Firm Features

Influencing Nonfinancial Information Disclosure Quality. Institute of

Interdisciplinary Business Research, Vol. 5 No. 1. Mei 2013.

Cooke, T.E. (1992). An Assessment of Voluntary Disclosure in the Annual

Reports of Japanese Corporations, 26: pp. 174-189.

Branco, M. C., & Rodrigues, L. L. (2008). Social responsibility disclosure: A

study of proxies for the public visibility of Portuguese banks. The British

Accounting Review, 40 (2), 161–181.

http://doi.org/10.1016/j.bar.2008.02.004

Patterson, J. (2013). The surprising link between social responsibility disclosure

and profits. Retrieved from http://news.vanderbilt.edu.

Li, Y., M. Gong, X. Y. Zhang, & L. Koh. (2018). The impact of environmental, social, and

governance disclosure on firm value: The role of CEO power. The British Accounting

Review. 50: 60-75


72

El Ghoul, S., O. Guedhami & Y. Kim. (2016). Country-Level Institutions, Firm Value, and

the Role of Corporate Social Responsibility Initiatives. Journal of International

Business Studies 00: 1– 26. doi:10.1057/jibs.2016.4

Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision to

Disclose Sosial Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 2,

No. 1, p. 36- 51.

Li et al (2018) dan El Ghoul et al. (2016) menemukan hubungan positif antara

ESGD dan Tobin's Q

The relationship between ESGD and corporate performance Three models linking ESGD

to corporate performance are shown in Table 3. The Table shows that ESGD does

not affect corporate performance, whether measured by market performance

(Tobin's Q), for the same year (t) or one year (t + 1) , as well as accounting

performance (LnROE), this means the third hypothesis is also not supported. These

results indicate that ESGD has not been a factor considered in decision-making by

key stakeholders of investors. This evidence differs from the findings of Li et al

(2018) and El Ghoul et al. (2016) who found a significant positive relationship

between ESG and Tobin's Q and also Fatemi et al's findings. (2017), who found a

significant negative relationship between ESG and Tobin's Q.

ESGD diukur dengan skor ESGD Bloomberg. Rentang skor adalah antara satu

hingga seratus, angka menunjukkan tingkat transparansi; semakin tinggi

angka, semakin tinggi transparansi. Skor mencakup tujuh indikator, yaitu

energi dan emisi, limbah, komisaris / direktur independen, jumlah perempuan


73

di dewan komisaris, kecelakaan, dan sektor spesifik.

Anda mungkin juga menyukai