PENDAHULUAN
juga harus melihat dampak yang ditimbulkan dari jalannya aktivitas operasional
perusahaan. Isu pemanasan global juga menjadi dorongan bagi perusahaan untuk
peduli terhadap lingkungan sekitar. Tidak jarang akibat dari aktivitas perusahaan
itu berdampak buruk bagi lingkungan. Hal tersebut yang mendasari pmerintah
bahwa setiap perusahaan yang menjalankan bisnis dibidang sumber daya alam
atau organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang disebabkan
1
2
organisasi dan model tata kelola, dan menunjukkan hubungan antara strategi dan
komitmennya terhadap ekonomi global yang berkelanjutan. Dalam hal ini, dengan
menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap organisasi (EY, 2013).
kinerja organisasi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungannya kepada seluruh
dari kesembilan jenis industri yang tercatat industri manufaktur dan pertambangan
limbah terbesar, selain itu dikarenakan oleh hasil limbah yang besar, kedua jenis
industri ini juga dimasukan dalam 2 dari 3 perusahaan yang dinilai dengan
2017). Kedua jenis industri tersebut memiliki dampak yang cukup besar bagi
daya alam yang tak dapat tergantikan, selain itu emisi gas yang dihasilkan dari
udara yang dihasilkan oleh perusahaan. Masalah sosial dan lingkungan yang tidak
diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat
besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik
menjadi kerugian yang berlipat. (Vardaro et al., 2016). Dengan demikian aspek
perusahaan yang baik kini bukan hanya bisa disebut sebagai aspek marginal yang
dianggap remeh. Tata kelola perusahaan yang baik dapat menjadi indikator
perusahaan itu sendiri. Tata kelola perusahaan ini dapat didefinisikan sebagai
perusahaan, sehingga tercipta suatu Good Corporate Governance. Oleh karena itu
bagian dari hasil tercapainya kinerja perusahaan yang unggul. Penerapan prinsip
dampak yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan (Lindawati & Puspita, 2015).
menjadi suatu hal yang harus dan mudah untuk didapatkan. Karena perekonomian
kepada para pemangku kepentingan menjadi suatu hal yang penting (Buallay,
dirasa kurang cukup memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh para pemangku
kepentingan perusahaan, hal inilah yang kemudian menjadi perhatian bagi pihak
kepentingan yang sukses harus mengarah pada kinerja lingkungan, sosial dan tata
5
kelola yang lebih baik dan mungkin juga terkait dengan kinerja keuangan di masa
Dalam beberapa tahun terakhir ESG score telah menjadi tren baru bagi
pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan. Praktik sosial, lingkungan, dan tata
kelola dianggap penting bagi semua pemangku kepentingan karena itu hubungan
antara pengungkapan ESG dan kinerja perlu disorot (Buallay, 2019). Menurut
(Faisal dkk 2017) pengungkapan sosial, lingkungan, dan tata kelola perusahaan
skor yang mana skor tesebut berasal dari seluruh komponen yang ada yaitu
environmental, social, dan governance dalam satu angka. Meskipun masalah ini
telah muncul satu dekade yang lalu, tetapi hingga 2016, Bursa Efek Indonesia
terkait ESG, dan belum mensyaratkan pelaporan ESG sebagai salah satu aturan
bagi perusahaan untuk dapat terdaftar di bursa. Namun berbeda hal nya dengan
lingkungan, sosial, dan tata kelola paling akhir 2030 (Sustainability Stock
sosial, dan tata kelola perusahaan diharapkan dapat menciptakan reputasi yang
baik bagi perusahaan. Reputasi dan kepercayaan perusahaan yang tinggi di mata
6
digunakan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaaan itu sendiri untuk menilai
ada.. Kinerja perusahaan dapat diukur menggunakan ukuran financial seperti rasio
dari sisi keuangan menjadi suatu hal yang penting dalam menilai keberhasilan
perusahaan, apakah telah berjalan sesuai target yang diharapkan atau tidak. Suatu
atau tidak.
Menurut (Li et al. , 2017) dalam (Buallay, 2019) Banyak literatur telah
pengukuran atau kendala data. Selain itu hasil yang tidak konsisten ini disebabkan
karena perbedaan metode dan sumber data yang digunakan dalam mengukur ESG
7
dilakukan oleh (Atan, Alam, Said, & Zamri, 2018) yang meneliti tentang
pengaruh ESG faktor terhadap kinerja pada Public Limited Company di Malaysia
yang dikur melalui rasio profitabilitas, nilai perusahaan dan cost of capital. Hasil
dari penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara faktor ESG yang diukur secara individu dan gabungan terhadap
profitabilitas perusahaan (yaitu ROE) serta nilai perusahaan (yaitu Tobin's Q).
Selain itu, secara individual, tidak ada faktor ESG yang signifikan dengan biaya
modal (weighted average cost of capital), tetapi skor gabungan ESG secara positif
dan signifikan mempengaruhi biaya modal perusahaan. Selain itu (Velte, 2017)
melakukan penelitian yang sama yakni terkait dengan mengukur pengaruh kinerja
lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG Performance) secara total dan mengukur
Standard dari tahun 2010-2014. Data terkait ESG Performance diperoleh dari
memiliki dampak positif pada ROA tetapi tidak berdampak pada Tobins Q.
perbedaan yang mendasar antara penelitian tersebut dengan penelitian yang kini
perbankan yang terdaftar di bursa negara-negara Uni Eropa dari tahun 2007
hingga 2016. Sedangkan penelitian ini berfokus pada jenis perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia dari tahun 2015-2018. Penelitian
ini mencoba mencari bukti empiris tentang pengaruh ESG disclosure terhadap
kinerja perusahaan non keuangan yang telah dinilai sebagai jenis industri yang
kondisi negara dan rentang waktu penelitian serta untuk memperluas batasan
mengenai ESG disclosure yang menjadi tren pengukuran terbaru dalam hal
penelitian kali ini ESG disclosure diukur menggunakan data ESG score yang
9
(ROA) dan Return on Equity (ROE), serta turut mempertimbangkan faktor masa
depan melalui Tobins Q. Sektor non keuangan dipilih sebagai objek penelitian kali
ini dikarenakan aktivitas bisnis perusahaan dari sektor tersebut memiliki pengaruh
secara langusng terhadap lingkungan dan sosial sekitar, selain itu pada perusahaan
menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Behbahami, Faramarzi dan Zare
keuangan. Sektor manufaktur dan pertambangan juga dipilih karena menurut data
manufaktur telah menyumbangkan 33,6% dari total nilai investasi yang masuk di
10
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ESG disclosure
1. Aspek teortis
2. Aspek praktis
Serta diharapkan pihak manajemen ini dapat menjalin hubungan yang baik
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
yang digunakan.
BAB V PENUTUP
13
selanjutnya.
14
BAB II
TELAAH PUSTAKA
hanya berfokus pada pemegang saham semata, namun juga para pemangku
serta perhatian yang diberikan oleh para stakeholders tersebut diharapkan akan
bertujuan untuk mencapai target laba. Pencapaian tingkat laba yang tinggi
dari pengukuran kinerja perusahaan yaitu return on asset dan return on equity,
dimana dalam kedua rasio tersebut terdapat elemen net income atau perolehan
laba perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh net income yang tinggi hal
16
menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik. Interaksi yang baik antara
dan oleh karena itu mempengaruhi nilai perusahaan. Biaya yang terjadi di
investor dan kreditor membutuhkan imbalan yang lebih tinggi untuk risiko
yang diambil lebih tinggi (Atan et al., 2018). Pengungkapan yang baik dari
praktik non finansial, seperti ESG, dapat mengurangi biaya modal perusahaan
& O’Hara, 2004). Apabila risiko yang mungkin dihadapi rendah maka hal
tersebut juga akan menurunkan biaya modal. Sejalan dengan hal tersebut
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk kegiatan yang
tentu akan mengurangi biaya modal perusahaan. Hal tersebut akan berakibat
Kwok, & Mishra, 2011). Cost of capital terdiri dari biaya ekuitas dan biaya
hutang, dan secara empiris modal utang yang tinggi memiliki dampak negatif
pada investasi (Ayeni & Olaoye, 2015). Hal tersebut juga telah menjadi bukti
bahwasannya biaya modal yang tinggi akan mengurangi minat investasi para
keuangan.
mempunyai nilai, dan di dalam suatu transaksi para pihak yang terlibat
2009) secara umum sinyal dapat diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh
juga dapat dipandang sebagai suatu sinyal baik yang diharapkan dapat
sosial, dan tata kelola perusahaan bisa menjadi sinyal positif bagi investor.
semata. Seperti hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Belkaoi dan
pengungkapan sosial sebagai suatu good news. Suatu bentuk respon yang
Sinyal positif yang ditangkap oleh para investor akan membuat perusahaan
respon dari investor dimana mereka tertarik terhadap aktivitas bisnis yang
telah menjadi perhatian perusahaan. ESG disclosure adalah sebagai salah satu
tren dari bentuk pengungkapan yang dapat menjadi pertimbangan bagi para
dampak lingkungan yang timbul dari operasi bisnis. Faktor-faktor sosial yang
perusahaan. ESG ini merupakan suatu ukuran risiko penilaian yang berasal
analisis rasio-rasio keuangan. (Ross, S., Westerfield, R., dan Jordan, B. 2003.
daripada organisasi.
mempengaruhi Tobins Q
(Atan et al., 2018) Variabel Tidak ada hubungan yang
Independen : ESG signifikan antara faktor
The impacts of
factors individual dan gabungan
environmental, social,
Variabel ESG terhadap profitabilitas
and governance factors
perusahaan (yaitu ROE) serta
on firm performance: dependen :
nilai perusahaan (yaitu
Panel study of
kinerja
Tobin's Q). Selain itu, secara
Malaysian companies
perusahaan individual, tidak ada faktor
ESG yang signifikan dengan
(ROA, Tobins Q.
biaya modal (weighted
biaya modal)
average cost of capital,
WACC), tetapi skor
gabungan ESG secara positif
dan signifikan mempengaruhi
biaya modal (WACC)
perusahaan.
(Velte, 2017) Variabel ESGP memiliki dampak
Does ESG performance Independen : ESG positif pada ROA tetapi tidak
have an impact on performance berdampak pada Tobins Q.
financial performance? Variabel Selanjutnya, dengan
Evidence from menganalisis tiga komponen
dependen :
Germany ESGP secara individual,
kinerja
kinerja tata kelola memiliki
perusahaan dampak paling kuat pada
FINP dibandingkan dengan
(ROA, Tobins Q)
kinerja lingkungan dan
sosial.
(Friede, Busch, & Variabel Hasil penelitian
Bassen, 2015) Independen : ESG menunjukkan bahwa kasus
ESG and financial disclosure bisnis untuk investasi ESG
performance: Variabel secara empiris sangat
23
(profitabilitas dan
nilai perusahaan)
(Syafrullah & Variabel Kinerja lingkungan tidak
Muharam, 2017) independen : ESG
memiliki pengaruh signifikan
Analisis pengaruh performance
tetapi positif terhadap
kinerja environmental, Variabel
social, dan governance abnormal return. Kinerja
dependen :
(esg) terhadap abnormal
sosial dan tata kelola
abnormal return
return
perusahaan memiliki
return.
(Aritonang, 2018) Variabel Penemuan dari penelitian ini
The influence independen : ESG
yaitu environmental dan
ofenvironmental, disclosure
social disclosure berpengaruh
socialand governance Variabel
(esg) disclosure on firm dependen : risiko negatif secara signifikan
risk perusahaan
terhadap risiko total, risiko
idiosyncratic. Sementara
berpengaruh signifikan
idiosyncratic
sosial, dan tata kelola yang dilakukan oleh perushaan. Dengan berdasar
25
teori stakeholders dan teori signaling yang menjadi dasar dari hubungan
Variabel Dependen
Kinerja Perusahaan
Variabel Independen
kk
H1
Environmental, Social, Governance (ESG) Disclosure Return on Asset (ROA
H2
Tobins Q
Variabel Kontrol
Financial Leverage
Total Asset
2.4 Hipotesis
(Buallay, 2019). Goodwill adalah salah satu jenis asset tak berwujud
timbul dari aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang
sosial, ekonomi, dan tata kelola perusahaan akan menarik bagi investor.
stakeholders lain yakni pelanggan yang mana mereka akan tertarik pada
dengan adanya laba perusahaan yang meningkat pula. Tentunya hal ini
Perusahaan
besar bagi perusahaan (Buallay, 2019). Hal tersebut dapat terjadi akibat
publik, dimana hal tersebut dapat menjadi bagian dari sinyal yang
imbal hasil yang positif pula. Sehingga investor akan menanamkan modal
kelola perusahaan yang baik dimana tentu hal tersebut dapat menjadi
Berdsarkan teori cost of capital yang telah dijabarkan maka hal ini
yang dapat dilihat dari harga pasar saham perusahaan di bursa akan
30
nilai perusahaan.
Hubungan positif antara ESG dan nilai perusahaan didorong oleh arus kas
yang mengarah pada harga pasar yang lebih tinggi (Buallay, 2019). Ketika
perusahaan memiliki nilai yang tinggi di pasaran maka hal tersebut akan
yang meningkat erat kaitannya dengan citra positif yang dimiliki oleh
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dan menjadi
variabel utama bagi peneliti (Sekaran dan Bougie, 2016). Variabel dependen
perusahaan dimana juga dapat diperoleh dari modal yang diinvestasikan oleh
pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE perusahaan berarti semakin baik
dari modal saham dibagi dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Tobins
maupun negatif (Sekaran dan Bougie, 2016). Dalam penelitian ini skor ESG
33
disclosure dalam satu ukuran angka mulai dari 0 sampai 100 yang dihimpun
dari database Bloomberg. ESG ini merupakan suatu ukuran risiko penilaian
sumber daya manusia, dan struktur tata kelola perusahaan. Penilaian terhadap
serta survey ekslusif yang dilakukan oleh Bloomberg untuk mendapatkan data
masing-masing elemen antara lain yaitu emisi karbon, efek perubahan iklim,
sendiri yang dilihat dari financial leverage dan total asset yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut.
keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2015-
2018
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data ESG score Bloomberg dan Laporan Tahunan perusahaan non
keuangan.
35
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari
adalah metode dokumentasi atau document review, yakni salah satu teknik
dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan dari situs website Bursa Efek Indonesia dan database score ESG
dari Bloomberg.
(selisih nilai maksimum dan minimum), nilai sum, nilai mean (rata-
deviasi variabel.
FEM, dan CEM. Model data panel ini kemudian dibandingkan dengan
terdiri atas uji chow dan uji hausman. Gujarati dalam buku yag ditulis
ghzoali dan dwi ratmono menyatakan bahwa jika selain dengan uji
jumlah unit (N), maka perbedaan hasil etimasi FEM dan REM
section tidak random maka FEM lebih tepat, sedangkan jika dpilih
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang mana
merupakan kombinasi data time seies dan cross section. Maka dari itu
Effect Model (FEM). Uji chow dilakukan dengan metode fixed Effect,
H0 = Common Effect
H1 = Fixed Effect
pada cross section F atau probalitas (p value ) pada cross section Chi-
Hausman :
H0 = Random Effect
H1 = Fixed Effect
pada cross section F atau probalitas (p value ) pada cross section Chi-
dan random effect. Uji ini dilakukan apabila hasil uji Chow dan Uji
Breusch-Pagan pada cross section one sided dan period one side
H0 = common effect
H1 = random effect
Jika nilai Breusch-Pagan pada cross section one sided dan period one
side (both) > 0.05 sebagai derajat signifikan, maka menerima H 0 yang
39
Jika nilai Breusch-Pagan pada cross section one sided dan period one
side (both) < 0.05 sebagai derajat signifikan, maka menolak H0 yang
normal. Uji normalitas dapat dilihat dari probabilitas Jarque Berra (JB
Test) dimana apabila nilai probabilitas JB Test > 0,05 sebagai derajat
dengan nol. Menurut Ghozali 2013 untuk melihat ada atau tidaknya
dependen
terjadi pada metode regresi common effect dan fixed effect, sedangkan
1. Jika ada pola tertentu seperti titik titik yang ada membentuk pola
heteroskidastisitas
2. Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar
heteroskedastisitas
sebagai berikut :
1. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari nilai σ = 5%, maka tidak
terjadi autokorelasi
42
terjadi autokorelasi
koefisien determinasi.
Disebut juga sebagai uji simultan. Menurut Ghozali (2016) uji statistk
diperoleh dari hasil olah data statistic dengan nilai F tabel. Apabila F
signifikansi < 0,05 maka h0 ditolak. Selain itu pengujian yang lain
dapat melihat perbandingan antara t hitung dan t tabel. Jika t hitung > t
44
diterima.
BAB IV
dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari database Bloomberg
45
dan publikasi data laporan tahunan perusahaan yang dikases melalui situs
idx.co.id. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun dari 2014-
pemilihan sampel dalam penelitian kali ini diantaranya adalah sebagai berikut :
Setelah dilakukan teknik purposive sampling diketahui bahwa jumlah sampel yag
keuangan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dan telah menerbitkan
keuangan yang skor ESG Disclosure nya telah dipublikasikan dalam database
Bloomberg. Namun hanya terdapat 26 perusahaan non keuangan yang skor ESG
Disclosure nya telah dipublikasikan secara runtut dan lengkap mulai dari tahun
2014-2018. Adapun berikut adalah daftar sampel perusahaan yang akan diteliti
Tabel 4.1
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan
1 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
46
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis data panel
menggunakan program Eviews 10. Dalam sub bab kali ini akan dibahas mengenai
teknik analisis data serta jenis atau metode pengujian yakni meliputi analysis
penelitian yakni meliputi nilai rata-rata, median, nilai minimum, nilai maksimum,
serta deviasi standar dari setiap masing-masing variabel yang terkait dengan
penelitian. Berikut adalah tabel 4.2 yang menyajikan hasil statistic deskriptif :
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
ROA ROE TQ ESGS FL TA
Mean 0.067988 0.142812 2.398789 30.97186 1.772969 46805843
Median 0.047357 0.103845 1.3291 29.3388 1.09865 29997904
Maximum 0.547336 1.609927 23.2858 53.3058 105.2591 3.450E+08
Minimum -0.54854 -0.25931 0.5516 11.9835 -4.86 3188395
Std. Dev. 0.10256 0.217834 3.425735 10.18264 7.910746 51564660
Skewness 0.461415 3.559588 3.766894 0.286851 12.82345 3.007751
Kurtosis 14.05707 20.44064 18.06443 2.111384 168.3097 14.15674
Jarque-Bera 902.8099 2602.296 2080.43 8.204333 205223.8 1178.167
Probability 0.00000 0.00000 0.00000 0.01654 0.00000 0.00000
Sum 11.96596 25.13483 422.1869 5451.047 312.0426 8.240E+09
Sum Sq. Dev. 1.840734 8.304043 2053.741 18145.09 10951.48 4.650E+17
Observations 176 176 176 176 176 176
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2019
48
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data pengamatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 176 data pengamatan dari 44 sampel perusahaan
non keuangan selama 4 tahun. Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari
ROA, ROE, Tobins Q. Sementara variabel dependen terdiri atas ESG disclosure
score.
Return on Asset (ROA) sebagai variabel dependen diukur dengan membagi net
income yang diperoleh perusahaan tersebut dengan total asset. Variabel Return on
Asset memiliki nilia rata-rata (mean) 0,067988 dengan nilai maksimum sebesar
0,547336 pada PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun 2018 dan nilai
minimum sebesar -0,54854 pada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tahun 2015.
Nilai deviasi standar pada variabel Return on Asset ialah sebesar 0,10256
Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai rata-rata. Hal ini
Return on Equity (ROE) sebagai variabel dependen diukur dengan membagi net
income yang diperoleh perusahaan tersebut dibagi dengan total ekuitas. Variabel
Return on Equity memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,142812 dengan nilai
2018 dan nilai minimum sebesar -0,259307 pada PT Bumi Resources Tbk
(BUMI) tahun 2015. Nilai deviasi standar pada variabel Return on Equity ialah
sebesar 0,217834. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai
49
Return on Equity tiap-tiap objek perusahaan yang menjadi sampel data penelitian.
komponen market capital, total liabilitas, preferred equit, dan minority interest
kemudian dibagi dengan total asset perusahaan yang mana perolehan data variabel
Tbk (UNVR) tahun 2017 dan nilai minimum sebesar 0,5516 pada PT Hexindo
Adiperkasa Tbk (HEXA) tahun 2016. Nilai deviasi standar pada Tobin’s Q ialah
sebesar 3,425735. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai
ESG disclosure diukur melalui skor ESG disclosure yang telah dipublikasikan dari
disclosure, skor social disclosure, dan skor governance disclosure memiliki nilai
Bangun Indonesia Tbk (SMCB) tahun 2014 dan nilai minimum sebesar 11,9835
pada PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) tahun 2014. Nilai deviasi standar
pada variabel ESG Disclosure ialah sebesar 10,8264. Diketahui bahwa nilai
deviasi standar lebih rendah dibanding dengan nilai rata-rata dari variabel
tersebut. Hal itu menunjukkan bahwa data tersebut mempunyai sebaran yang kecil
sehingga mengindikasikan bahwa data tersebut adalah data yang baik, yang mana
50
nilai pada deviasi standar itu merepresentasikan suatu penyimpangan data yang
leverage ratio summarizing the affect a particular amount of financial leverage has
EBIT dengan beban bunga memiliki nilai rata-rata 1,772969 dengan nilai
maksimum sebesar 105,2591 pada PT XL Axiata Tbk (EXCL) tahun 2016 dan
nilai minimum sebesar -4.86 pada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) tahun
2017. Nilai deviasi standar pada variabel financial leverage ialah sebesar
7,910746. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai rata-rata.
leverage.
ukuran total asset dari masing-masing perusahaan sangatlah besar. Besaran total
asset ditulis dalam jutaan rupiah kemudian dilakukan transform log pada saat
regresi tiap model penelitian. Total asset memilki nilai rata-rata 4.6805.843 dalam
jutaan rupiah dengan nilai maksimum sebesar 344.710.988,17 dalam jutaan pada
PT Astra International Tbk (ASII) tahun 2018 dan nilai minimum sebesar
3.188.395 dalam jutaan rupiah pada PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) tahun
2017. Nilai deviasi standar pada variabel total asset ialah sebesar 51.564.660
dalam jutaan rupiah. Diketahui bahwa nilai deviasi standar lebih tinggi dari nilai
51
rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi keberagaman pada variabel total
asset.
Pertimbangan tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara berapa jumlah unit
penelitian disbanding jumlah waktu penelitian. Apabila jumlah unit (N) lebih
besar dibandingkan jumlah waktu penelitian (T), maka hasil estimasi dapat
berbeda secara signifikan. Pemilihan model dalam kasus ini bergantung pada
pemilihan sampel cross section. Jika pemilihan sampel cross section tidak acak
maka FEM lebih tepat, jika dipilih secara random maka lebih tepat menggunakan
model regresi FEM yang dianggap lebih tepat dikarenakan dalam pemilihan
Uji asumsi klasik dalam penelitian dilakukan guna menguji apakah data penelitian
yang digunakan layak atau tidak. Pengujian asumsi klasik dilakukan setelah uji
ketepatan model regresi data panel. Pengujian asumsi klasik ini meliputi uji
regresi terdistribusi normal atau tidak normal. Selain itu uji normalitas juga
bertujuan untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal atau
tidak. Pengujian normalitas ini dapat dilihat dari hasil grafik dan tingkat
probabilitas Jarque-Berra (JB Test). Apabila nilai probabilitas Jarque-Berra > 0,05
sebagai derajat signifikan maka data terdistribusi normal. Sedangkan apabila nilai
probabilitas Jarque-Berra < 0,05 sebagai derajat signifikan maka data tidak
Tabel 4.3
Uji Normalitas Jarque Berra
Tabel 4.3 menunjukkan nilai probabiltas dari Uji Jarque Berra dari ketiga model
Berdasarkan hasil tersebut untuk model 1 memiliki nilai diatas derajat signifikansi
0,05, maka model tersebut memiliki data yang terdistribusi normal. sedangkan
untuk model 2 dan 3 memiliki nilai dibawah derajat signifikansi 0,05 yang
menandakan bahwa data tidak terdistribusi normal. Namun karena data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data panel, pengujian normalitas dapat
diabaikan. Seperti yang dituliskan dalam buku Ghozali dan Ratmono (2013), hal
tersebut dapat diabaikan karena penelitian ini menggunakan ukuran sampel yang
Model regresi penelitian yang baik ialah model yang tidak terjadi korelasi antar
variabel indepeden tersebut maka model dapat dikatakan tidak baik. Berikut
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas Matriks Korelasi
ESGS FL TA
ESGS 1 -0.0109 0.22259
FL -0.0109 1 0.01498
0.2225
TA 9 0.01498 1
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tidak terdapat koefisien korelasi antar
variabel independen yang lebih besar 0,9. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
dilihat dari hasil nilai probabilitas pengujias RESABS di atas 0,05. Berikut
Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas RESABS
memiliki nilai probablitas di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
padaperiode sebelumnya (t-1) yang terdapat dalam model regresi. Pengujian dapat
dilakukan dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson hasil statistic dengan
nilai Durbin Watson tabel. Hipotesis untuk uji Durbin Watson adalah sebagai
berikut :
H1 = terdapat autokorelasi
Adapun keputusan yang dapat diambil mengenai uji autokorelasi adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
56
tahun 2019
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.5 diketahui bahwa pada model 1 nilai
Durbin Watson statistik ialah sebesar 2.070668. Nilai tersebut akan dibandingkan
dengan nilai Durbin Watson tabel pada n=176 dan k=3 yaitu nilai dU sebesar
1,7881, dan nilai dL sebesar 1,7189. Melihat hal tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pada model 1 nilai dU < dW < (4 - dU) sehingga tidak terdapat
autokorelasi. Pada model 2 nilai Durbin Watson statistik ialah sebesar 2,074396
sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Pada model 3 nilai Durbin
tersebut juga tidak terjadi autokorelasi. Dengan ketiga model penelitian ini telah
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi data panel pada Eviews 10.
Terdapat 3 model regresi dalam penelitian kali ini. Hasil pengujian dikatakan
diterima apabila nilai probabilitas pada hasil regresi tiap model kurang dari atau
dibawah dari nilai 0,05. Dalam penelitian ini pengujian statistik dilakukan dengan
kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependen. Uji
apabila nilai daripada R squared atau adjusted R squared pada model tersebut
kecil, sebaliknya apabila nilai daripada R squared atau adjusted R squared pada
variabel dependen itu dapat dikatakan baik. Hasil koefisien determinasi dari setiap
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Tabel 4.6 menunjukkan nilai koefisien determinasi dari tiap-tiap model penelitian.
Pada model 1 memiliki nilai R squared sebesar 0,940314. Hal tersebut berarti
independen dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset)
sebesar 94,03% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya. Sedangkan nilai
dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset) sebesar
58
91,90%. Pada model 2 diketahui memiliki nilai R squared sebesar 0,958211. Hal
tersebut berarti bahwa variabel dependen (Return on Equity) dapat dijelaskan oleh
variabel independen dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total
asset) sebesar 95,82% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya. Sedangkan
nilai adjusted R squared lebih kecil yaitu sebesar 0,94331 menunjukkan bahwa
dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset) sebesar
94,33%. Pada model 3 memiliki nilai R squared sebesar 0,945244. Hal tersebut
independen dan variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset)
sebesar 94,52% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya. Sedangkan nilai
variabel kontrol (ESG score, finansial leverage, dan total asset) sebesar 92,57%.
dependen. Uji simultan F ini dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai F
statistic dengan nilai F tabel. Selain itu uji F dapat dilihat dari tingkat probabilitas
dari F statistic dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji F terhadap tiap-tiap
Tabel 4.7
Uji Simultan F
1 44.1809 0.00000
2 64.30303 0.00000
3 48.41132 0.00000
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada model 1 dalam penelitian ini memilki nilai F
tingkat probabilitas tersebut kurang dari 0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel independen dan variabel kontrol (ESG score, financial leverage,
0,00000 dimana tingkat probabilitas tersebut kurang dari 0,05.Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel independen dan variabel kontrol (ESG score,
0,05.Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel independen dan variabel
kontrol (ESG score, financial leverage, total asset) dalam model secara bersama-
dengan cara membandingkan nilai T statistik dengan nilai T tabel. Selain itu uji
60
signifikansi 0,05. Apabila nilai p-value (sig) < 0,05 maka akan diperoleh pengaruh
Sebaliknya apabila nilai p-value (sig) > 0,05 maka tidak akan memberi pengaruh
Tabel 4.8
Uji T
T Stastic Sig.
Model 1
ESGS 3.991900 0.0001
FL 0.321448 0.7484
LOG TA -1.751335 0.0823
Model 2
ESGS 4.269611 0.0000
FL 0.667447 0.5057
LOG TA 2.372615 0.0191
Model 3
ESGS -4.265999 0.0000
FL -1.705801 0.0905
LOG TA -23.67714 0.0000
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada model 1 variabel independen ESGS memiliki
p-value (sig) sebesar 0.0001 dengan t statistik sebesar 3.991900, maka dapat
model 1 tersebut memiliki nilai p-value (sig) sebesar 0,7484 untuk variabel FL
dan 0,0823 untuk variabel LOG TA. Hal tersebut berarti kedua variabel kontrol
61
diketahui bahwa variabel independen ESGS memiliki p-value (sig) sebesar 0,0000
dengan nilai t statistic sebesar 4,269611, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
nilai p-value (sig) sebesar 0,5057 untuk variabel FL dan 0,0191 untuk variabel
LOG TA. Hal tersebut berarti variabel kontrol financial leverage pada regresi
tetapi variable total asset memilki pengaruh yang signifikan terhadap Return on
independen ESGS memiliki p-value (sig) sebesar 0,0000 dengan nilai t statistic
signifikan namun memiliki arah pengaruh yang negatif terhadap variabel Tobin’s
value (sig) sebesar 0.0905 untuk variabel FL dan 0,000 untuk variabel LOG TA. .
Hal tersebut berarti variabel kontrol financial leverage pada model regresi 3
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi
62
Tobin’s Q
Sumber : Output Eviews, olah data sekunder tahun 2020
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini memperoleh nilai probabilitas sebesar
0,0001 dengan koefisien sebesar 0,003064. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil
dari tingkat signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ESG disclosure
(ROA)
signifikan terhadap Retun on Asset (ROA) pada objek penelitian perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015-2018. Arah
hubungan yang positif yang dapat dilihat dari nilai koefisien hasil regresi tersebut
yang juga positif yaitu sebesar 0,003064 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1%
63
sebesar 0,31%. Kesimpulan uji ini adalah semakin besar tingkat pengungkapan
ESG perusahaan maka akan semakin besar pula kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan Retun on Asset. Hasil ini sejalan dengan teori stakeholders.
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini memperoleh nilai probabilitas sebesar
0,0000 dengan koefisien sebesar 0,002617. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil
dari tingkat signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ESG disclosure
(ROE)
signifikan terhadap Retun on Equity (ROE) pada objek penelitian perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015-2018. Arah
hubungan yang positif yang dapat dilihat dari nilai koefisien hasil regresi tersebut
yang juga positif yaitu sebesar 0,002617 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1%
sebesar 0,26%. Kesimpulan uji ini adalah semakin besar tingkat pengungkapan
ESG perusahaan maka akan semakin besar pula kinerja perusahaan yang
diproksikan dengan Retun on Equity. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori
stakeholders
Hasil analisis regresi dalam penelitian ini memperoleh nilai probabilitas sebesar
kecil dari tingkat signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ESG
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2015-2018. Arah hubungan
yang negatif dapat dilihat dari nilai koefisien hasil regresi tersebut yang juga
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
65
Regresi data panel digunakan dalam pengujian penelitian ini untuk mengetahui
dalam penelitian ini yaitu kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Return on
penelitian ini adalah ESG disclosure. Adapun data penelitian yang digunakan
adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah
dipublikasikan skor ESG nya selama 4 tahun dari 2015 hingga 2018. Regresi data
panel dalam penelitian ini menggunakan Fixed Model karena pertimbangan teknik
random atau acak. Berdasarkan uji yang dilakukan terhadap hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, maka kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,003064 yang artinya apabila
koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,002617 yang artinya apabila
66
skor ESG yang diperoleh perusahaan tersebut semakin besar maka akan
tobin’s Q perusahaan.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan yang dapat menjadi bahan
yang ada di Indonesia, hanya terbatas pada perusahaan non keuangan yang
Bloomberg database.
5.3 Saran
lebih
tergolong sedikit.
Daftar Pustaka
Atan, R., Alam, M. M., Said, J., & Zamri, M. (2018). The impacts of
2017-0033
Ayeni, T. M., & Olaoye, B. J. (2015). Cost of Capital Theory and Firm Value:
https://doi.org/10.1108/MEQ-12-2017-0149
Easley, D., & O’Hara, M. (2004). Information and the cost of capital. Journal of
6261.2004.00672.x
El Ghoul, S., Guedhami, O., Kwok, C. C. Y., & Mishra, D. R. (2011). Does
https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2011.02.007
_Value_of_sustainability_reporting/$FILE/EY-Value-of-Sustainability-
Reporting.pdf
management. working paper no. 01-02. Darden Business School, (01), 1–32.
https://doi.org/10.2139/ssrn.263511
Freeman, R. E., Harrison, J. S., & Purnell, L. (2010). 4004902. (June), 1–61.
https://doi.org/10.1080/19416520.2010.495581
Friede, G., Busch, T., & Bassen, A. (2015). ESG and financial performance:
https://doi.org/10.1080/20430795.2015.1118917
Gaur, S. S., Vasudevan, H., & Gaur, A. S. (2011). Market orientation and
1172–1193. https://doi.org/10.1108/03090561111137660
https://doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6013
Margaretha, F., & Witedjo, C. G. (2017). Csr, Nilai Perusahaan Dan Kinerja
https://doi.org/10.25105/mraai.v14i1.1754
Qiu, Y., Shaukat, A., & Tharyan, R. (2016). Environmental and social disclosures:
102–116. https://doi.org/10.1016/j.bar.2014.10.007
https://doi.org/10.18202/jamal.2010.12.7099
https://doi.org/10.9744/jak.16.2.88-101
Vardaro, M. J., Systems, H. I. T., AG, H. T., Jari, A., Pentti, M., Information, B.
https://doi.org/10.1109/ciced.2018.8592188
Behbahami, S., Faramarzi, M. and Zare, R. (2013). Examining The Firm Features
study of proxies for the public visibility of Portuguese banks. The British
http://doi.org/10.1016/j.bar.2008.02.004
Li, Y., M. Gong, X. Y. Zhang, & L. Koh. (2018). The impact of environmental, social, and
governance disclosure on firm value: The role of CEO power. The British Accounting
El Ghoul, S., O. Guedhami & Y. Kim. (2016). Country-Level Institutions, Firm Value, and
Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision to
The relationship between ESGD and corporate performance Three models linking ESGD
to corporate performance are shown in Table 3. The Table shows that ESGD does
(Tobin's Q), for the same year (t) or one year (t + 1) , as well as accounting
performance (LnROE), this means the third hypothesis is also not supported. These
results indicate that ESGD has not been a factor considered in decision-making by
(2018) and El Ghoul et al. (2016) who found a significant positive relationship
between ESG and Tobin's Q and also Fatemi et al's findings. (2017), who found a
ESGD diukur dengan skor ESGD Bloomberg. Rentang skor adalah antara satu