Anda di halaman 1dari 28

Model Altman (2000)

Kebangkrutan perusahaan merupakan salah satu faktor


yang memiliki keterkaitan dengan kecurangan laporan
keuangan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Irianto
(2003) bahwa sebagian besar kebangkrutan yang terjadi
pada perusahaan-perusahaan raksasa disebabkan oleh
adanya manipulasi pembukuan.
Hal ini memperkuat pernyataan Albrecht (2006) bahwa
kebangkrutan dapat menjadi penyebab dan akibat atas
adanya kecurangan. Hal di atas menjadi dasar atas
penerapan teknik analisis laporan keuangan dengan
menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman
dalam pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
Altman (1968) mengembangkan suatu model prediksi kebangkrutan dengan
menggunakan rasio keuangan yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu
likuiditas, profitabilitas, leverage, solvency, dan aktivitas yang dikembangkan ke
dalam model analisis multidiskriminan sebagai berikut:

yang mana:
Z1 = modal kerja / total aktiva
Z2 = saldo laba / total aktiva
Z3 = laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva
Z4 = nilai kapitalisasi pasar saham / nilai buku kewajiban
Z5 = penjualan / total aktiva
Model prediksi kebangkrutan perusahaan yang telah
dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi pada tahun
2000. Revisi yang dilakukan oleh Altman atau disebut Z’- Score
merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi
kebangkrutan ini dapat diterapkan baik untuk perusahaan
privat atau go public.
Perbedaan atas Altman (2000) ini terletak pada perubahan salah
satu variabelnya yaitu rasio X4. Pada model sebelumnya yaitu
Altman (1968), nilai modal ditentukan berdasarkan nilai
kapitalisasi pasar, sedangkan menurut Altman (2000), nilai modal
yang digunakan dalam menghitung rasio X4 ialah berdasarkan
nilai buku atas modal yang dimiliki.
Adapun fungsi persamaan atas
Z’-Score ialah sebagai berikut:
Z’- Score digunakan untuk menentukan kecenderungan
kebangkrutan dan sebagai ukuran dari keseluruhan
kinerja keuangan perusahaan. Hal yang menarik tentang
Z’-Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa
memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun
seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z’- Score
mengalami penurunan, maka perusahaan harus berhati-
hati.
Adapun uraian mengenai masing-
masing variabel adalah sebagai
berikut:
1. Rasio X1 = Modal Kerja / Total Aktiva, merupakan rasio
yang mengukur likuiditas perusahaan yaitu kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dihitung dengan
membandingkan modal kerja dengan total aktiva.
Modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar
dikurangi dengan total kewajiban lancar. Pada umumnya,
apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka
modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aktiva
sehingga menyebabkan rasio ini turun.
2.Rasio X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva, merupakan
rasio yang mengukur kemampulabaan kumulatif dari suatu
perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan
laba ditahan dengan total aktiva. Umur perusahaan
sangat berpengaruh pada rasio ini, karena semakin lama
perusahaan itu beroperasi, maka semakin besar pula
kesempatannya untuk dapat memperbesar akumulasi laba
ditahannya. Oleh karena itu, pada beberapa tingkat, rasio
ini juga menunjukkan umur perusahaan, karena semakin
muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya
untuk membangun akumulasi laba ditahannya.
3. Rasio X3 = EBIT / Total Aktiva, merupakan rasio yang
hendak mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva
yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan
membandingkan laba sebelum bunga dan pajak atau
Earning Before Interest and Tax (EBIT) tahunan perusahaan
dengan total aktiva pada neraca di akhir tahun. Rasio ini
juga dapat digunakan sebagai ukuran sebarapa besar
produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio
ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar,
maka perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak
daripada bunga pinjaman.
4.Rasio X4 = Nilai Buku Ekuitas / Total Hutang, merupakan rasio
yang dihitung dengan membandingkan nilai buku dengan total
hutang. Umumnya, perusahaan-perusahaan yang gagal
mengakumulasi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri.

5. Rasio X5 = Penjualan / Total Aktiva, merupakan rasio yang


akan mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan
aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini
dihitung dengan membandingkan penjualan dengan total
aktiva yang dimilikinya. Penjualan yang dimaksud adalah
penjualan bersih, yaitu penjualan pada nilai faktur dikurangi
dengan pengembalian, pengurangan harga, biaya transportasi
yang dibayar untuk langganan, dan potongan penjualan.
Terkait dengan kecurangan laporan keuangan, Rosplock (2001)
dan Barsky et al (2003) menyatakan bahwa model prediksi
kebangkrutan atau model Altman merupakan salah satu teknik
yang dapat diterapkan sebagai alat untuk mendeteksi kecurangan
laporan keuangan, yang mana teknik ini telah banyak digunakan
selama lebih dari 30 tahun. Semenjak kecurangan laporan
keuangan diketahui seringkali terjadi pada perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan, model Altman dapat diterapkan
sebagai alat untuk mengidentifikasi adanya manipulasi laba
(Barsky et al. 2003). di atas menunjukkan bahwa model Altman
(2000) dapat diterapkan dalam pendeteksian kecurangan
laporan keuangan.
Berbagai analisis dikembangkan untuk memprediksi awal
kebangkrutan perusahaan. Analisis rasio merupakan analisis yang
sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Untuk
mengatasi kekurangan dari analisis rasio, maka dapat digunakan alat
analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk
menilai kondisi keuangan perusahaan. Analisis ini dikenal dengan
sebutan Analisis Z-Score. Analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh
Edward Altman.
Prediksi kebangkrutan perusahaan berfungsi untuk memberikan
gambaran serta panduan bagi pihak yang terkait dengan perusahaan
tentang kinerja keuangan perusahaan, apakah akan mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) atau tidak di masa yang akan
datang.
CONTOH KASUS
Latar Belakang Masalah
Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar
perusahaan menjadi semakin ketat.
Ketidakmampuan perusahaan dalam mengantisipasi perkembangan global akan
mengakibatkan pengecilan volume usaha yang pada akhirnya akan
mengakibatkan kebangkrutan perusahaan.
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan suatu perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan juga sering kali disebut dengan likuidasi perusahaan atau
penutupan perusahaan atau insolvabilitas.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal
kebangkrutan (tanda kebangkrutan). Semakin awal tanda kebangkrutan tersebut
diketahui, semakin baik bagi pihak manajemen perusahaan untuk dapat
melakukan perbaikan, agar kebangkrutan tidak terjadi dan perusahaan dapat
mengantisipasi atau membuat strategi jika kebangkrutan benar-benar menimpa
perusahaan.
Rumusan analisis
Bagaimana Masalah Altman Z-Score yang terjadi pada enam perusahaan
manufaktur sektor otomotif periode 2006-2008:
a. Net Working Capital to Total Assets Ratio?
b. Retained Earning to Total Assets Ratio?
c. Earning Before Interest and Tax to Total Assets Ratio?
d. Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio?
e. Sales to Total Assets Ratio?
Bagaimana potensi kebangkrutan pada enam perusahaan manufaktur
sektor otomotif periode 2006-2008?

Batasan Masalah
• Potensi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang bergerak di
sektor otomotif periode 2006-2008.
Tujuan Penelitian
Mengetahui analisis Altman Z-Score yang terjadi pada enam perusahaan
manufaktur sektor otomotif periode 2006-2008:
a. Net Working Capital to Total Assets Ratio
b. Retained Earning to Total Assets Ratio
c.Earning Before Interest and Tax to Total Assets Ratio
d. Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio
e. Sales to Total Assets Ratio
Mengetahui potensi kebangkrutan pada enam perusahaan manufaktur sektor
otomotif periode 2006-2008.
Kerangka Pemikiran

Net Working Capital to


Total Assets

Retained Earning to
Total Assets

Potensi
Earning Before Interest Kebangkrutan
and Tax to Total Assets Altman Z-Score

Market Value of Equity


to Book Value of Debt

Sales to Total Assets


METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Enam Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotif

NO. KODE NAMA PERUSAHAAN

1 AUTO P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk.


2 GDYR P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk.
3 IMAS P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk.
4 LPIN P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.
5 NIPS P.T. NIPRESS Tbk.
6 PRAS P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.
Data/Variabel yang Digunakan
◦ Laporan Keuangan:
◦ Neraca
◦ Laporan Laba/Rugi
◦ Daftar Harga Pasar per Lembar Saham

• Metode Pengumpulan Data


Melalui Media Internet:
• http://www.idx.co.id (website BEI)
• http://www.finance.yahoo.com (daftar harga
pasar per lembar saham)

• Alat Analisis yang Digunakan

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5


PEMBAHASAN

Perhitungan Kelima Rasio


a. Net Working Capital to Total Assets Ratio
b. Retained Earning to Total Assets Ratio
c. Earning Before Interest and Tax to Total Assets Ratio
d. Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio
e. Sales to Total Assets Ratio

Penentuan Potensi Kebangkrutan


P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk.

2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.182 1.2 0.218 X1 0.263 1.2 0.315
X2 0.458 1.4 0.641 X2 0.513 1.4 0.718
X3 0.140 3.3 0.463 X3 0.176 3.3 0.581
X4 2.114 0.6 1.268 X4 2.342 0.6 1.405
X5 1.114 1 1.114 X5 1.211 1 1.211
Overall Indeks Z-Score 3.704 Overall Indeks Z-Score 4.231

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.249 1.2 0.298
X2 0.558 1.4 0.781
X3 0.200 3.3 0.659
X4 2.266 0.6 1.360
X5 1.341 1 1.341
Overall Indeks Z-Score 4.439
P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk.

2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.375 1.2 0.450 X1 0.148 1.2 0.177
X2 0.528 1.4 0.739 X2 0.446 1.4 0.624
X3 0.081 3.3 0.269 X3 0.106 3.3 0.350
X4 1.559 0.6 0.935 X4 1.903 0.6 1.142
X5 2.160 1 2.160 X5 1.878 1 1.878
Overall Indeks Z-Score 4.553 Overall Indeks Z-Score 4.171

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.143 1.2 0.171
X2 0.250 1.4 0.350
X3 0.011 3.3 0.037
X4 0.283 0.6 0.170
X5 1.217 1 1.217
Overall Indeks Z-Score 1.946
P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk.
2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 -0.026 1.2 -0.031 X1 -0.107 1.2 -0.129
X2 -0.090 1.4 -0.126 X2 -0.081 1.4 -0.113
X3 0.004 3.3 0.014 X3 0.029 3.3 0.095
X4 0.186 0.6 0.112 X4 0.310 0.6 0.186
X5 0.658 1 0.658 X5 1.036 1 1.036
Overall Indeks Z-Score 0.627 Overall Indeks Z-Score 1.075

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 -0.056 1.2 -0.067
X2 -0.067 1.4 -0.094
X3 0.055 3.3 0.182
X4 0.233 0.6 0.140
X5 1.469 1 1.469
Overall Indeks Z-Score 1.631
P.T. MULTI PRIMA SEJAHTERA Tbk.

2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 -0.084 1.2 -0.101 X1 0.297 1.2 0.356
X2 -0.523 1.4 -0.732 X2 -0.279 1.4 -0.391
X3 0.004 3.3 0.012 X3 0.164 3.3 0.541
X4 0.270 0.6 0.162 X4 0.554 0.6 0.332
X5 0.269 1 0.269 X5 0.353 1 0.353
Overall Indeks Z-Score -0.391 Overall Indeks Z-Score 1.191

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.160 1.2 0.192
X2 -0.186 1.4 -0.261
X3 0.061 3.3 0.201
X4 0.280 0.6 0.168
X5 0.324 1 0.324
Overall Indeks Z-Score 0.624
P.T. NIPRESS Tbk.

2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.034 1.2 0.040 X1 0.030 1.2 0.035
X2 -0.060 1.4 -0.084 X2 -0.046 1.4 -0.065
X3 0.117 3.3 0.385 X3 0.073 3.3 0.242
X4 0.196 0.6 0.117 X4 0.151 0.6 0.090
X5 1.181 1 1.181 X5 1.398 1 1.398
Overall Indeks Z-Score 1.639 Overall Indeks Z-Score 1.701

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.019 1.2 0.023
X2 -0.036 1.4 -0.051
X3 0.058 3.3 0.192
X4 0.174 0.6 0.104
X5 1.478 1 1.478
Overall Indeks Z-Score 1.746
P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.

2006 2007
Koefisien (Nilai Rasio) * Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien) Z-Score (Koefisien)
X1 0.053 1.2 0.064 X1 0.033 1.2 0.040
X2 0.049 1.4 0.069 X2 0.059 1.4 0.082
X3 0.013 3.3 0.044 X3 0.024 3.3 0.078
X4 0.113 0.6 0.068 X4 0.181 0.6 0.108
X5 1.258 1 1.258 X5 1.212 1 1.212
Overall Indeks Z-Score 1.502 Overall Indeks Z-Score 1.521

2008
Koefisien (Nilai Rasio) *
Variabel Nilai Rasio
Z-Score (Koefisien)
X1 0.006 1.2 0.007
X2 0.031 1.4 0.043
X3 -0.010 3.3 -0.032
X4 0.169 0.6 0.102
X5 0.740 1 0.740
Overall Indeks Z-Score 0.859
Kesimpulan

Besar-kecilnya nilai indeks keseluruhan dipengaruhi oleh kelima rasio tersebut.


Rasio yang sering kali memberikan kontribusi nilai terbesar terhadap indeks keseluruhan
adalah rasio penjualan terhadap total aktiva.
Selain itu, rasio yang juga memberikan kontribusi cukup besar terhadap nilai indeks
keseluruhan adalah rasio nilai pasar modal sendiri terhadap nilai buku hutang. Kemudian
diikuti rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva.
Sedangkan penurunan atau kecilnya indeks keseluruhan sering kali dipengaruhi oleh rasio
laba ditahan terhadap total aktiva dan rasio modal kerja terhadap total aktiva.
Terdapat satu perusahaan yang berada pada kondisi keuangan yang sehat selama periode
2006-2008, yaitu P.T. ASTRA OTOPARTS Tbk.
Terdapat satu perusahaan yang berada pada kondisi grey area hanya pada periode 2008
(periode 2006 dan 2007 kondisi keuangan sehat), yaitu P.T. GOODYEAR INDONESIA Tbk.
Sedangkan empat lainnya (P.T. INDOMOBIL SUKSES INTERNASIONAL Tbk., P.T. MULTI
PRIMA SEJAHTERA Tbk., P.T. NIPRESS Tbk., dan P.T. PRIMA ALLOY STEEL Tbk.) terancam
mengalami kebangkrutan yang serius selama periode 2006-2008.
Saran
Bagi perusahaan yang berada pada kondisi keuangan yang sehat
hendaknya menjaga dengan baik aset yang dimiliki agar tidak mengalami
kondisi rawan bangkrut atau mengalami ancaman kebangkrutan yang
serius di masa mendatang.
Bagi perusahaan yang berada pada grey area atau mengalami ancaman
kebangkrutan yang serius, sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam
menggunakan aset perusahaan. Bila ingin berada pada kondisi keuangan
yang sehat, maka perusahaan perlu menambahkan modal kerja, dimana
aktiva lancar harus lebih besar dibandingkan dengan hutang lancar.
Perusahaan juga perlu berhati-hati dalam melakukan pinjaman yang akan
berdampak pada meningkatnya total kewajiban. Selain itu, meningkatkan
penjualan dan harga pasar per lembar saham juga penting dalam
menyehatkan kondisi keuangan perusahaan.
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai