Anda di halaman 1dari 16

78 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No.

1, hal 78 - 93

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 8 - No. 1, Juni 2011
ANALISIS PENGARUH KUALITAS AUDIT, DEBT DEFAULT DAN
OPINION SHOPPING TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING
CONCERN

Mirna Dyah Praptitorini


Universitas Diponegoro
mirna_dyah_p@yahoo.co.id
Indira Januarti
Universitas Diponegoro
indira_ppa@yahoo.com

Abstract

Responsibilities of auditors currently do not only focus on assessing the fairness of financial statements
and detecting fraud, but also assess the company's ability to maintain its survival. This is due to the
demands of the shareholders to the auditor to provide early warning about the prospects of a company
as consideration before deciding on an investment decision. The research’s goals were to examine the
effect of audit quality, debt default, and opinion shopping from going concern opinion. The samples of
this research were Manufactures Company that listed in Indonesian Stock Exchange (ISE) from 1997 until
2002. Regression logistic is used in this research for examining the hypothesis. Result of this research, debt
default was significant, but the other variables (audit quality and opinion shopping) weren’t significant with
going concern opinion.

Keywords: going concern opinion, debt default, audit quality, opinion shopping

Abstrak

Tanggung jawab auditor saat ini tidak hanya berpusat pada penilaian kewajaran laporan keuangan dan
mendeteksi fraud saja, tetapi juga menilai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
usahanya. Hal ini disebabkan adanya tuntutan dari para shareholders kepada auditor untuk memberikan
early warning akan prospek sebuah perusahaan sebagai pertimbangan sebelum menetapkan keputusan
investasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas audit, debt default dan opinion
shopping terhadap penerimaan opini going concern. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 1997 – 2002. Regresi logistik digunakan untuk menguji
hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan debt default berpengaruh signifikan sedangkan variabel lainnya
(kualitas audit dan opinion shopping) tidak berpengaruh signifikan dengan penerimaan opini going concern.

Kata kunci: opini going concern, debt default, kualitas audit, opinion shopping

PENDAHULUAN agar bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi


Perusahaan didirikan dengan tujuan merupakan sesuatu yang tidak pasti, para
untuk mempertahankan kelangsungan hidup investor mengharapkan auditor memberikan
(going concern). Kelangsungan hidup usaha early warning akan kegagalan keuangan
selalu dihubungkan dengan kemampuan perusahaan (Chen dan Church 1992). Opini
manajemen dalam mengelola perusahaan audit atas laporan keuangan menjadi salah
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 79

satu pertimbangan yang penting bagi investor opini going concern karena akan menimbulkan
dalam mengambil keputusan berinvestasi. konsekuensi negatif. Geiger et al. (1996)
Auditor bertanggungjawab untuk meng- menemukan bukti terjadinya peningkatan
evaluasi apakah terdapat kesangsian besar pergantian auditor yang mengeluarkan opini
terhadap kemampuan perusahaan dalam going concern pada perusahaan financial
mempertahankan kelangsungan hidupnya disstress. Kondisi tersebut memungkinkan
dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari manajemen untuk berpindah ke auditor lain
satu tahun sejak tanggal laporan keuangan apabila perusahaannya terancam menerima
yang sedang diaudit (IAI 2001). Masalah opini audit going concern. Fenomena seperti
timbul ketika banyak terjadi kesalahan ini disebut opinion shopping. Manajer dapat
opini (audit failures) yang dibuat oleh menunda atau menghindari opini going
auditor menyangkut opini going concern concern dengan memberikan laporan keuangan
(Mayangsari 2003). Beberapa penyebabnya yang baik untuk meyakinkan auditor atau
antara lain; pertama, masalah self-fulfilling dengan melakukan pergantian auditor (auditor
prophecy yang mengakibatkan auditor switching) dengan harapan bahwa auditor
enggan mengungkapkan status going concern baru tidak memberikan opini going concern
yang muncul ketika auditor khawatir bahwa (Bruynseels et al. 2006). Menurut Lennox
opini going concern yang dikeluarkan dapat (2000) bahwa perusahaan yang mengganti
mempercepat kegagalan perusahaan yang auditor (switching auditor) kemungkinan
bermasalah (Venuti 2007). Meskipun demikian, akan memperoleh opini yang lebih baik
opini going concern harus diungkapkan dengan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak
harapan dapat segera mempercepat upaya mengganti auditornya. Perusahaan yang ber-
penyelamatan perusahaan yang bermasalah. hasil dalam opinion shopping melakukan
Masalah kedua yang menyebabkan pergantian auditor dengan harapan mendapat
kegagalan audit (audit failures) adalah tidak unqualified opinion dari auditor baru.
terdapatnya prosedur penetapan status going Opini auditor merupakan sumber informasi
concern yang terstruktur (Joanna 1994). bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman
Meskipun sudah ada panduan yang jelas untuk pengambilan keputusan. Hanya auditor
mengenai pemberian opini going concern, yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa
pada kenyataannya auditor sangat susah dalam laporan (informasi) yang dihasilkannya reliable.
memberikan opini going concern (Koh dan Selama ini, penelitian mengenai kualitas auditor
Tan 1999). Mutchler et al. (1997) menemukan banyak dihubungkan dengan ukuran KAP dan
bukti bahwa keputusan opini going concern reputasi KAP. Namun berdasarkan penelitian
sebelum terjadinya kebangkrutan secara yang dilakukan oleh Craswell et al. (1995)
signifikan berkorelasi dengan probabilitas reputasi auditor kurang bernilai ketika dalam
kebangkrutan dan variabel lag laporan audit suatu industri juga terdapat auditor spesialis.
serta informasi berlawanan yang ekstrim Auditor yang memiliki spesialisasi pada industri
(contrary information) seperti default. Jika tertentu pasti akan memiliki pemahaman dan
default ini telah terjadi atau proses negosiasi pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi
tengah berlangsung dalam rangka menghindari lingkungan industri tersebut. Kebutuhan akan
default, auditor mungkin cenderung untuk industry specialization mendorong auditor
mengeluarkan opini going concern. untuk menspesialisasikan diri dan mulai
P e r u sa haan yang menerima opini mengelompokkan klien berdasarkan bidang
going concern akan berdampak terhadap industri.
kelangsungan hidup perusahaan, oleh sebab itu Lingkungan industri yang penuh risiko
mendorong manajemen untuk mempengaruhi akan mengakibatkan makin meningkatnya
auditor agar mempertimbangkan pemberian opini qualified going concern dan disclaimer
80 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 78 - 93

untuk penugasan pada masa krisis ekonomi, Manfaat dari penelitian ini diharapkan
seperti yang terjadi pada tahun 1997 - 1998. untuk: (1) pengembangan teori dan pengetahuan
Beberapa hal yang memicu masalah going bidang akuntansi, (2) regulator pasar modal
concern pada tahun tersebut umumnya adalah (Bapepam-LK) mengenai kemungkinan ter-
perusahaan-perusahaan memiliki rasio utang jadinya praktik opinion shopping dan (3)
terhadap modal yang tinggi, saldo utang praktisi akuntan publik terutama bagi auditor
jangka pendek dalam jumlah besar yang segera dalam memberikan penilaian keputusan opini
jatuh tempo, mengalami penurunan modal audit yang mengacu pada kelangsungan hidup
(capital deficiency) yang signifikan, kerugian (going concern) perusahaan dimasa yang akan
keuangan (financial losses) yang disebabkan datang.
karena kerugian nilai tukar, menanggung
beban-beban keuangan, kerugian operasional TINJAUAN PUSTAKA DAN
dan tidak adanya action plans yang jelas dari
pihak manajemen (Juniarti 2000). Auditor PENGEMBANGAN HIPOTESIS
tidak bisa lagi hanya menerima pandangan
manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Teori Agensi
Penilaian going concern lebih didasarkan pada Jensen dan Meckling (1976) meng-
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan gambarkan hubungan agensi sebagai suatu
operasinya dalam jangka waktu 12 bulan ke kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang
depan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa
perusahaan akan memiliki going concern atau layanan bagi mereka dengan melakukan
tidak, auditor harus melakukan evaluasi secara pendelegasian wewenang pengambilan
kritis terhadap rencana-rencana manajemen.
keputusan kepada agen. Shareholders
Pada kenyataannya, masalah going concern
atau prinsipal mendelegasikan pembuatan
merupakan hal yang kompleks dan terus ada.
keputusan mengenai perusahaan kepada
Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolok
manajer atau agen. Meskipun demikian,
ukur yang pasti untuk menentukan status going
concern pada perusahaan dan kekonsistenan manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan
faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam shareholders, sebagian dikarenakan oleh
keadaan ekonomi yang fluktuatif, status going adanya moral hazard.
concern tetap dapat diprediksi. Untuk mengawasi perilaku manajer
Berdasarkan penjelasan di atas, maka (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan
permasalahan dalam penelitian ini adalah keinginan prinsipal, maka laporan keuangan
apakah faktor debt default, kualitas audit, yang dibuat oleh manajer dapat diaudit oleh
dan opinion shopping berpengaruh terhadap pihak yang independen dan dalam hal ini
kemungkinan penerimaan opini going adalah auditor. Auditor adalah pihak yang
concern pada perusahaan yang listing di dianggap mampu menjembatani kepentingan
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 1997-2002. pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan
sebelumnya misal Ramadhany (2004), perusahaan (Setiawan 2006). Auditor melakukan
Fanny et al. (2005), Setyarno et al. (2006) fungsi pengawasan pekerjaan manajer melalui
yaitu adanya penambahan variabel opinion sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas
shopping (Lennox 2002). Sedangkan tujuan auditor adalah memberikan opini atas laporan
dari penelitian ini adalah untuk menemukan keuangan tersebut, mengenai kewajarannya.
bukti empiris dan menganalisis faktor-faktor Selain memberikan opini atas hasil audit,
yang mempengaruhi penerimaan opini going auditor juga harus mempertimbangkan akan
concern pada perusahaan di BEI. kelangsungan hidup perusahaan.
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 81

Opini Audit report dengan modifikasi opini going concern


Dalam melakukan general audit, auditor mengindikasikan bahwa dalam penilaian
akan memberikan opini atas laporan keuangan auditor terdapat risiko bahwa perusahaan
perusahaan. Opini yang diberikan merupakan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Oleh sebab
pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang itu auditor harus mempertimbangkan hasil dari
material, posisi keuangan dan hasil usaha operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang,
berterima umum (IAI 2001). Opini yang dapat dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan
diberikan auditor yang melakukan general datang (Lenard et al. 1998).
audit adalah wajar tanpa pengecualian, wajar
tanpa catatan dengan bahasa penjelas, wajar Debt Default
dengan pengecualian, tidak wajar, menolak Dalam PSA 30, indikator going concern
memberikan pendapat (IAI 2001). yang banyak digunakan auditor dalam mem-
Pendapat atau opini audit merupakan berikan keputusan opini audit adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan kegagalan dalam memenuhi kewajiban
audit. Laporan audit penting sekali dalam hutangnya (default). Debt default didefinisikan
suatu audit atau proses atestasi lainnya karena sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk
laporan tersebut menginformasikan kepada membayar hutang pokok dan/atau bunganya
pemakai informasi tentang apa yang dilakukan pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church
auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. 1992). Manfaat status debt default sebelumnya
Opini audit diberikan oleh auditor melalui telah diteliti oleh Chen dan Church (1992)
beberapa tahap audit sehingga auditor dapat yang menemukan hubungan yang kuat status
memberikan kesimpulan atas opini yang default terhadap opini going concern. Auditor
harus diberikan atas laporan keuangan yang cenderung disalahkan karena tidak berhasil
diauditnya. Arens et al. (2006) mengemukakan mengeluarkan opini going concern setelah
bahwa laporan audit adalah langkah terakhir adanya beberapa peristiwa perusahaan yang
dari seluruh proses audit. Dengan demikian, bangkrut meskipun mendapat opini wajar
auditor dalam memberikan opini sudah tanpa pengecualian. Biaya kegagalan untuk
didasarkan pada keyakinan profesionalnya. mengeluarkan opini going concern akan
lebih tinggi ketika perusahaan dalam keadaan
Opini Going Concern default. Karenanya, diharapkan status default
Going concern adalah salah satu konsep dapat meningkatkan kemungkinan auditor
penting yang mendasari pelaporan keuangan mengeluarkan laporan going concern.
(Gray et al. 2000). Tanggung jawab utama
direktur atau manajer adalah membuat Kualitas Audit
laporan keuangan yang layak, sehingga Investor akan lebih percaya pada data
dapat mencerminkan keberlangsungan akuntansi yang disajikan ketika audit dilakukan
usahanya (Setiawan 2006). Menurut Altman oleh auditor yang mempunyai kualitas audit
dan McGough (1974) masalah going concern yang tinggi (Li 2004). Auditor yang memiliki
terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang banyak klien dalam industri yang sama akan
meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, memiliki pemahaman yang lebih dalam
defisiensi ekuitas, penunggakan utang, tentang risiko audit di industri tersebut.
kesulitan memperoleh dana, serta masalah Pemahaman dalam sebuah industri akan
operasi yang meliputi kerugian operasi yang membutuhkan pengembangan keahlian yang
terus-menerus, prospek pendapatan yang lebih dibandingkan auditor pada umumnya.
meragukan, kemampuan operasi terancam, dan Tambahan keahlian ini akan menghasilkan
pengendalian yang lemah atas operasi. Audit return positif dalam fee audit, sehingga para
82 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 78 - 93

peneliti memiliki hipotesis bahwa auditor menyebabkan kehancuran bisnis, akibatnya


dengan konsentrasi tinggi dalam industri berdampak pada reputasi auditor.
tertentu akan memberikan kualitas yang lebih
tinggi (Wooten 2003). Pembentukan Hipotesis

Opinion Shopping Hubungan Debt Default dengan Penerimaan


Perusahaan biasanya menggunakan Opini Going Concern
pergantian auditor (auditor switching) untuk Apabila perusahaan gagal dalam membayar
menghindari penerimaan opini going concern utang (debt default) maka kelangsungan
dalam dua cara (Teoh 1992). Pertama, usahanya menjadi diragukan, oleh sebab itu
mengancam auditornya untuk tidak kemungkinannya auditor akan memberi opini
mengeluarkan opini going concern, sehingga audit going concern. Ramadhany (2004)
auditor tersebut menjadi tidak independen menunjukkan bahwa variabel debt default,
karena takut diganti (ancaman pergantian berpengaruh terhadap penerimaan opini going
auditor). Kedua, apabila auditor tetap concern. Hasil penelitian tersebut konsisten
independen sehingga tetap mengeluarkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
opini going concern, maka perusahaan akan oleh Chen dan Church (1992), Mutchler et
menggantinya dengan auditor baru yang tidak al. (1997), Carcello et al. (1992). Penelitian
memberi opini going concern. Chen dan Church (1992) menemukan bukti
yang kuat antara pemberian status debt default
Opinion shopping didefinisikan oleh
dengan masalah going concern. Berdasarkan
SEC, sebagai aktivitas mencari auditor yang
penjelasan tersebut hipotesis yang akan diuji
mau mendukung perlakuan akuntansi yang
sebagai berikut:
diajukan oleh manajemen untuk mencapai
H1 : Debt default berpengaruh positif
tujuan pelaporan perusahaan, walaupun terhadap kemungkinan penerimaan
menyebabkan laporan tersebut menjadi tidak opini audit going concern.
reliable. Tujuan pelaporan dalam opinion
shopping dimaksudkan untuk meningkatkan Hubungan Kualitas Audit dengan Penerimaan
(memanipulasi) hasil operasi atau kondisi Opini Going Concern
keuangan perusahaan. Auditor yang spesialis lebih paham
Beberapa faktor yang memotivasi terhadap industri klien sehingga auditor
manajer untuk melakukan opinion shopping, mampu untuk menganalisis apakah perusahaan
diantaranya keinginan untuk mencapai target mempunyai risiko untuk tetap menjalankan
yang ditetapkan, serta kebutuhan untuk mem- usahanya. Oleh sebab itu ketika perusahaan
pertahankan kelangsungan hidup perusahaan diaudit oleh auditor yang spesialis, maka
(going concern). Manajer ingin laporan audit perusahaan yang berisiko akan semakin besar
yang positif (unqualified). Laporan audit yang kemungkinannya menerima opini going
negatif akan mempengaruhi kemampuan concern. Ruiz et al. (2004) meneliti pengaruh
perusahaan bertahan di pasar modal, dan nilai kualitas audit terhadap keputusan going
return dari saham yang dimilikinya. Motivasi concern. Dalam penelitiannya Ruiz et al. (2004)
untuk opinion shopping bisa juga ditimbulkan menggunakan reputasi auditor sebagai proksi
oleh kemunduran kondisi ekonomi. kualitas audit. Proksi lain dari kualitas audit
Opinion shopping menyebabkan dampak adalah industry specialization. Mayangsari
negatif, diantaranya dapat mengurangi (2003) menggunakan industry specialization
sebagai proksi kualitas audit dengan mengacu
kredibilitas laporan keuangan dan kualitas
penelitian Craswell et al. (1995), yaitu auditor
keputusan investasi dan kredit. Laporan
yang spesialis akan lebih paham terhadap risiko
k e u a n g a n y ang dimanipulasi ser ing
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 83

dari industri tersebut sehingga dimungkinkan menjalankan operasinya (IAI 2001). Termasuk
auditor tersebut akan lebih dapat memberikan dalam opini audit going concern ini adalah
keputusan yang tepat ketika memberikan opini opini going concern unqualified/qualified dan
going concern. going concern disclaimer opinion. Opini audit
H2 : Kemungkinan pemberian opini non going concern hanya untuk perusahaan
audit going concern adalah lebih yang menerima unqualified opinion. Opini
besar untuk perusahaan dengan audit going concern merupakan variabel
auditor spesialis dibanding auditor dikotomous. Opini audit going concern diberi
non-spesialis. kode 1 (satu), sedangkan opini audit non going
concern diberi kode 0 (nol).
Hubungan Opinion Shopping dengan
Penerimaan Opini Going Concern Variabel Independen
Penelitian dengan topik opini going Debt Default
concern terus dilakukan. Perkembangan baru Debt default atau kegagalan membayar
mengenai topik ini adalah adanya fenomena hutang didefinisikan sebagai kelalaian atau
opinion shopping (auditor switching). Lennox kegagalan perusahaan untuk membayar
(2000) menggunakan model pelaporan hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh
audit untuk memprediksi opini dan menguji tempo (Chen dan Church 1992). Variabel
dampaknya pada pergantian auditor. Hasil dummy digunakan (1 = status debt default,
dari metode ini berkesimpulan bahwa 0 = tidak debt default) untuk menunjukkan
perusahan-perusahaan di Inggris melakukan apakah perusahaan dalam keadaan default atau
praktik opinion shopping. Ketika perusahaan tidak. Status debt default biasanya ada atau
menerima opini audit tahun sebelumnya terungkap di catatan atas laporan keuangan
dengan modifikasi (opini going concern) pada penjelasan atas laporan keuangan (pada
maka tahun berikutnya akan berupaya untuk pos utang) atau dalam opini audit.
memperoleh opini yang lebih bagus. Upaya
yang dilakukan adalah mengganti auditor. Kualitas Audit
Harapan perusahaan adalah ketika mengganti Kualitas audit diproksikan dengan
auditornya maka opini yang akan diperoleh menggunakan auditor industry specialization.
adalah wajar tanpa pengecualian. Berdasarkan Variabel ini diukur dengan variabel dummy,
penjelasan tersebut, maka hipotesis yang akan 1 untuk auditor yang memiliki spesialisasi
diuji adalah: industri, dan 0 jika sebaliknya. Pengukuran
H3 : Opinion shopping berpengaruh auditor industry specialization seperti yang
negatif terhadap kemungkinan digunakan pada penelitian Craswell et al.
penerimaan opini audit going (1995), diukur dengan persentase jumlah
concern. perusahaan terbuka yang diaudit oleh sebuah
kantor akuntan publik (auditor) dalam satu
industri. Apabila lebih dari 15% dikatakan
METODE PENELITIAN spesialis dan sebaliknya (Craswell et al. 1995).

Variabel Dependen Opinion Shopping


Opini Audit Going Concern Penelitian ini menggunakan metode
Opini audit going concern merupakan opinion shopping yang diterapkan oleh
opini audit modifikasi yang dalam Lennox (2002). Model pelaporan audit
pertimbangan auditor terdapat ketidak digunakan untuk memprediksi opini yang
mampuan atau ketidakpastian signifikan akan diterima perusahaan ketika melakukan
atas kelangsungan hidup perusahaan dalam atau tidak melakukan pergantian auditor.
84 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 78 - 93

Opini yang diprediksi ini dimasukkan dalam waktu lebih lama untuk memberikan opini
model pergantian auditor (auditor switching) audit daripada auditor yang lama.
untuk menguji apakah perusahaan akan lebih Kondisi Keuangan
sering menerima opini going concern ketika Variabel ini menggunakan dua proksi,
mengambil keputusan sebaliknya. yaitu dengan prediksi kebangkrutan revised
Variabel pergantian auditor dummy (AS), Altman dan return saham (RETURN) seperti
diberi nilai 1 jika terdapat pergantian auditor, dalam penelitian Lennox (2002). Altman dan
dan nilai 0 jika tidak ada pergantian auditor. McGough (1974) mencoba menganalisis
Persamaan ini juga memasukkan variabel tingkat keakuratan prediksi kebangkrutan
interaksi antara pergantian auditor dan dengan menggunakan opini auditor dan model
opini tahun sebelumnya (AS x LAGOPINI) prediksi kebangkrutan. Tingkat akurasi dengan
untuk menguji apakah pergantian auditor menggunakan model prediksi kebangkrutan
berhubungan dengan ketidaktepatan pelaporan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
atau opini (jika b6<0) (Model regresi 2). menggunakan opini audit, yaitu sebesar 82%.
Dalam penelitian ini, pengukuran Kondisi keuangan hubungannya negatif
opinion shopping menggunakan metode yang dengan pemberian opini going concern.
diterapkan oleh Lennox (2000) dengan variabel Maksudnya apabila perusahaan tidak sehat
dummy. Untuk memprediksi opini yang akan maka kelangsungan usahanya diragukan
diterima perusahaan (G^Cit1), dari hasil regresi oleh sebab itu auditor kemungkinan akan
2 apabila perusahaan mempunyai nilai GCit ≥ 0 memberikan opini going concern.
diberi nilai 1 dan GCit < 0 diberi nilai 0. G^Cit1 Model Altman yang dikembangkan
adalah opini yang diprediksi ketika perusahaan sebelumnya mengalami revisi yang tujuannya
berganti auditor sedangkan G^Cit0 adalah opini adalah agar model prediksinya tidak hanya
yang diterima ketika perusahaan tidak berganti digunakan pada perusahaan manufaktur
auditor. Variabel opinion shopping adalah tetapi juga dapat digunakan untuk perusahaan
selisih antara opini yang diprediksi (G^Cit1 - selain manufaktur. Prediksi kebangkrutan
G^Cit0). Ketika (G^Cit1 - G^Cit0) > 0, perusahaan menggunakan Model revisi Altman (1986):
cenderung menerima opini going concern jika
melakukan pergantian auditor. Sedangkan Z’ = 0.717Z + 0.874Z2 + 3.107Z3 + 0.420Z4
ketika (G^Cit1 - G^Cit0) < 0, perusahaan + 0.998Z5
cenderung menerima opini going concern
jika perusahaan tidak melakukan pergantian Keterangan:
auditor. Sehingga perusahaan menggunakan Z1 = modal kerja/ total aset
auditor baru untuk menghindari opini going Z2 = laba ditahan/total aset
concern, ketika (G^Cit1 - G^Cit0) < 0, dan tidak Z3 = laba sebelum bunga dan pajak/total aset
mengganti auditor pada saat (G^Cit1 - G^Cit0)>0. Z4 = nilai buku ekuitas/nilai buku utang
Z5 = penjualan/total aset
Variabel Kontrol
Pergantian auditor berhubungan dengan Penelitian Lennox (2002) juga menggunakan
financial distress, sehingga penelitian ini return saham (RETURN) sebagai variabel
menggunakan dua variabel kontrol kondisi kontrol. Alasan return saham dimasukkan
keuangan (prediksi kebangkrutan revised dalam variabel kontrol karena opini going
Altman dan return saham) pada pergantian concern dan harga saham adalah variabel yang
auditor. Selain itu audit lag juga dimasukkan berpengaruh pada masa depan, sedangkan
dalam persamaan model pergantian auditor laporan keuangan adalah menunjukkan kondisi
(switching auditor) dengan alasan bahwa perusahaan yang lalu (historis). Going concern
auditor yang baru pasti akan membutuhkan opinion lebih kuat hubungannya dengan
return saham daripada variabel akuntansi
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 85

(Lennox 2002). Ketika return saham tinggi tahun tersebut adalah dengan tujuan untuk
maka kemungkinan besar kelangsungan usaha mengetahui tren perkembangan penerimaan
perusahaan tidak menjadi masalah, oleh sebab opini going concern semasa krisis (1997-1999)
itu perusahaan tersebut akan memperoleh opini ekonomi, dan tahun-tahun sesudahnya. Karena
wajar tanpa pengecualian. Sehingga hubungan krisis tahun 1997- 1998 sangat parah dan
return saham dengan opini going concern semua perusahaan kena dampak krisis tersebut.
adalah negatif. Harga saham dalam penelitian Sedangkan tahun 2001-2002 perusahaan mulai
ini sudah disesuaikan dengan adanya stock agak membaik. Dengan rentang waktu tersebut
split, saham bonus dan saham dividen. diharapkan dapat mewakili antara tahun jelek
dan pemulihannya.
RETURN = (SPit + DPSit – Spit-1)/Spit-1 Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
Keterangan: yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
RETURN = Return saham perusahaan i Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
pada tahun t metode purpossive sampling, yaitu perusahaan
sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 1997,
SPit = Harga saham perusahaan i
perusahaan tidak keluar (delisting) dari BEI
pada tahun t
selama periode penelitian (1997-2002), dan
DPSit = D i v i d e n d p e r s h a re
menerbitkan laporan keuangan yang telah
perusahaan i pada tahun t
diaudit oleh auditor independen dari tahun
SPit-1 = Harga saham perusahaan i
1997-2002.
pada tahun t-1

Audit Lag (ALAG) Metode Analisis Data


Audit lag didefinisikan sebagai jumlah Pengujian hipotesis dilakukan dengan
hari antara akhir periode akuntansi sampai analisis multivariat dengan menggunakan
dikeluarkannya laporan audit. Auditor sering regresi logistik (logistic regression), karena
memberikan opini going concern ketika laporan variabel dependennya dummy (Ghozali 2005).
audit tertunda lebih lama (McKeown et al. Model regresi logistik yang digunakan untuk
1991). Auditor menunda pengeluaran laporan menguji hipotesis ada dua (Lennox 2002),
audit dengan harapan bahwa perusahaan
yaitu dengan model regresi logistik sebagai
dapat memecahkan masalah keuangannya dan
berikut :
menghindari opini going concern. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa audit lag berhubungan
positif terhadap opini going concern. 1. Model regresi 1 (untuk menguji Hipotesis
1 dan 2) :
Opini Audit Tahun Sebelumnya (LAGOPINI)
Variabel ini menggunakan variabel GCit = a + b1DEFAULTit + b2 SPESIAL +
dummy, 1 jika opini audit tahun sebelumnya b3 BANKRUPTit + b4 RETURNit
adalah opini going concern dan 0 jika opini + b5 LAGOPINI it-1+ b6 ALAG + e
bukan going concern. Auditor lebih sering
mengeluarkan opini audit going concern jika DEFAULTit = debt default (variabel
opini tahun sebelumnya adalah opini going dummy, 1 jika perusahaan
concern (Mutchler 1984). Sehingga, opini dalam keadaan default, dan
audit tahun sebelumnya berpengaruh positif 0 jika tidak)
terhadap pengungkapan opini going concern.
SPESIALit = auditor industry special-
Penentuan Sampel ization (variabel dummy, 1
Tahun penelitian ini adalah tahun jika auditor spesialis, 0 jika
1997 sampai 2002. Alasannya menggunakan bukan auditor spesialis)
86 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 78 - 93

BANKRUPTit = prediksi kebangkrutan jika tidak melakukan


menggunakan persamaan pergantian auditor).
revised Altman ASit x LAGOPINI it-1
= variabel interaksi
RETURNit = return saham dihitung antara pergantian
dengan rumus auditor dengan
opini audit tahun
Rit = (SPit + DPSit – Spit-1)/Spit-1 sebelumnya (untuk
mengetahui arah
LAGOPINI it-1 = opini tahun sebelumnya perubahan opini yang
(variabel dummy, 1 jika diterima).
opini going concern, 0 jika
opini non going concern) 3. M ode l re gre si 3 diguna ka n untu k
ALAG = jumlah hari antara akhir mengetahui arah opinion shopping atas
periode akuntansi sampai pergantian auditor.
dikeluarkannya laporan
audit ASit = θ0 + θ1(G^Cit1-G^Cit0) +
θ2BANKRUPTit + θ3RETURNit +
2. Model regresi 2, digunakan untuk θ4ALAG + e
memprediksi opini yang diterima perusahaan
jika melakukan pergantian auditor atau Penggunaan model di atas digunakan
tidak melakukan pergantian auditor. Dalam untuk memprediksi opini yang akan diterima
model pelaporan audit, dimasukkan variabel perusahaan jika terjadi pergantian auditor
pergantian auditor dummy (AS), diberi nilai (G^Cit1) dan opini yang diterima jika tidak
1 jika terdapat pergantian auditor, dan nilai 0 melakukan pergantian auditor (G^Cit0). (G^Cit1)
jika tidak ada pergantian auditor. Persamaan = 1 ketika GCit ≥ 0 dan (G^Cit1) = 0 ketika
ini juga memasukkan variabel interaksi antara GCit < 0. Variabel opinion shopping adalah
pergantian auditor dan opini tahun sebelumnya selisih antara opini yang diprediksi ini (G^Cit1-
(AS x LAGOPINI) untuk menguji apakah G^Cit0). Ketika (G^Cit1-G^Cit0) > 0, perusahaan
pergantian auditor berhubungan dengan cenderung menerima opini going concern jika
ketidaktepatan pelaporan atau opini (jika melakukan pergantian auditor. Sedangkan
b6 < 0). Persamaan model regresi 2 tentang ketika (G^Cit1-G^Cit0) < 0, perusahaan cenderung
pergantian auditor untuk menguji variabel menerima opini going concern jika perusahaan
opinion shopping (pengujian hipotesis 3) tidak melakukan pergantian auditor. Apabila
dengan mengacu penelitian Lennox (2002) perusahaan menggunakan auditor baru untuk
maka persamaannya adalah sebagai berikut : menghindari opini going concern, pergantian
auditor terjadi saat (G^Cit1-G^Cit0) < 0, dan tidak
terjadi saat (G^Cit1-G^Cit0)>0.
GCit = a + b1 BANKRUPTit + b2 RETURNit
Lennox (2002) memasukkan variabel
+ b3LAGOPINIit-1 + b4ALAG + b5 opinion shopping (G^Cit1-G^Cit0) untuk menguji
ASit + b6 (ASit x LAGOPINIit-1) + e apakah perusahaan lebih jarang menerima opini
going concern sebagai hasil dari pergantian
Dimana: auditor (auditor switching). Dalam hipotesis
GCit ≥ 0 jika GCit =1 alternatif, perusahaan terlibat dalam opinion
GCit < 0 jika GCit =0 shopping jika koefisien (G^Cit1-G^Cit0) adalah
ASit = pergantian auditor negatif (θ1< 0).
(variabel dummy,
1 jika melakukan Dimana: ASit ≥ 0 jika ASit = 1
pergantian auditor, 0 ASit < 0 jika ASit = 0
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 87

Tabel 1
Kriteria Sampel
No Kriteria Jumlah
Total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI antara tahun
1. 155
1997-2002
2. Terdaftar setelah tanggal 1 Januari 1997 (32)
3. Delisting selama periode penelitian (1997-2002) (17)
Tidak mengalami kerugian sekurang-kurangnya dua periode
4. (38)
laporan keuangan selama periode penelitian (1997-2002)
5. Data tidak tersedia (10)
Total Sampel per tahun 58
Total Sampel Selama Periode Penelitian (6 tahun) 348

Tabel 2
Klasifikasi Opini Auditee
1997 1998 1999 2000 2001 2002 Total
auditee % auditee % auditee % auditee % auditee % auditee % auditee %
GCAO 15 25,86 34 58,62 38 65,52 35 60,34 33 56,90 31 53,45 186 53,45
NGCAO 43 74,14 24 41,38 20 34,48 23 39,66 25 43,10 27 46,55 162 46,55
Total 58 100 58 100 58 100 58 100 58 100 58 100 58 100

(G^Cit1-G^Cit0) = variabel opinion shopping Pengujian Hipotesis


yang menangkap dampak Dalam pengujian Kelayakan Model Regresi
perbedaan pelaporan dihasilkan dua nilai Hosmer and Lemeshow
karena keputusan per- Test. Probabilitas signifikansi menunjukkan
gantian auditor audit nilai 0,206 dan 0,305 berarti persamaan dapat
tahun sebelumnya. diterima untuk persamaan pertama dan kedua.
Pengujian Keseluruhan Model (Overall Model
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fit) untuk persamaan pertama dan kedua
terdapat penurunan likelihood. Hal tersebut
Sampel yang digunakan dalam penelitian mencerminkan bahwa model regresi pertama
ini dipilih secara purposive sampling, sehingga semakin baik atau dengan kata lain model yang
sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihipotesiskan fit dengan data.
merupakan representasi dari populasi sampel Dalam pengujian koefisien determinasi
yang ada serta sesuai dengan tujuan dari dihasilkan nilai Cox Snell’s R Square persamaan
penelitian. Proses seleksi sampel berdasarkan regresi pertama dalam penelitian ini sebesar
kriteria yang telah ditetapkan ditampilkan 0,430 dan nilai Nagelkerke R2 adalah 0.575.
dalam Tabel 1. Berdasarkan kriteria sampel Artinya pada persamaan 1 variabel independen
yang telah ditetapkan maka diperoleh hanya dapat menjelaskan variabel dependen
sebanyak 348 auditee sektor manufaktur. Tabel sebesar 43%, sedangkan pada persamaan 2
2 menunjukkan sampel yang dikelompokkan variabel independen hanya dapat menjelaskan
ke dalam dua kelompok berdasarkan atas jenis variabel dependen sebesar 57,5% sedangkan
opini audit yang diterimanya, yaitu kelompok sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
auditee dengan opini audit going concern diteliti dalam penelitian ini.
(GCAO) dan auditee dengan opini audit Pengujian multikolinearitas, ditunjukkan
non going concern (NGCAO) selama tahun oleh Tabel 3 dan Tabel 4. Pada Kedua tersebut
pengamatan.
88 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 78 - 93

Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Regresi 1
Constant DEFAULT BANKRUPT RETURN LAGOPINI ALAG SPESIAL
Constant 1,000 -0,384 -0,307 0,077 -0,323 -0,667 -0,356
DEFAULT -0,384 1,000 0,288 -0,140 0,205 -0,103 -0,060
BANKRUPT -0,307 0,288 1,000 -0,119 0,234 0,095 -0,190
RETURN 0,077 -0,140 -0,119 1,000 -0,196 0,024 0,011
LAGOPINI -0,323 0,205 0,234 -0,196 1,000 -0,010 0,001
ALAG -0,667 -0,103 0,095 0,024 -0,010 1,000 -0,093
SPESIAL -0,356 -0,060 -0,190 0,011 0,001 -0,093 1,000
Sumber : output statistik

Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Regresi 2
ASx
Constant BANKRUPT RETURN LAGOPINI ALAG AS
LAGOPINI
Constant 1,000 -0,336 0,030 -0,310 -0,897 -0,079 0,076
BANKRUPT -0,336 1,000 -0,128 0,194 0,109 -0,015 0,053
RETURN 0,030 -0,128 1,000 -0,173 0,021 0,013 0,037
LAGOPINI -0,310 0,194 -0,173 1,000 0,049 0,138 -0,296
ALAG -0,897 0,109 0,021 0,049 1,000 -0,008 -0,021
AS -0,079 -0,015 0,013 0,138 -0,008 1,000 -0,769
ASx
0,076 0,053 0,037 -0,296 -0,021 -0,769 1,000
LAGOPINI
Sumber : output statistik
menggambarkan matrik korelasi persamaan Model regresi kedua berdasarkan Tabel 6,
regresi pertama dan kedua tidak menunjukkan diperoleh persamaan :
indikasi adanya gejala multikolinearitas antar
variabel independen. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kedua model persamaan regresi yang GC = - 1,090 - 0,492 AS - 0,221 (AS x
digunakan dalam penelitian ini baik. LAGOPINI) - 0,702 BANKRUPT +
Matriks klasifikasi kekuatan prediksi 0,091 RETRUN + 1,749 LAGOPINI
dari model regresi pertama dan kedua untuk + 0,009 ALAG
memprediksi penerimaan opini audit going
concern pada auditee adalah sebesar 86,0% Hasil uji model pergantian auditor (AS) untuk
dan 75,3%. Sedangkan kekuatan prediksi menentukan:
model untuk penerimaan opini audit non going
concern adalah sebesar 77,8 % dan 79%. AS = θ0 + θ1(G^C1-G^C0) + θ2BANKRUPT
+ θ3RETURN + θ4ALAG + e
Pengujian Koefisien Regresi
Dari pengujian persamaan logistik di Tabel 5 Tabel 7 menunjukkan koefisien (G^C1-
dapat diperoleh model regresi pertama, yaitu : G^C0) adalah positif. Artinya perusahaan-
pe r usa ha a n di I ndone sia c e nde r un g
GC = – 2,690 + 2,428 DEFAULT - 0,349 menerima opini non going concern ketika
BANKRUPT - 0,011 RETURN + mempertahankan auditor lama.
1,759 LAGOPINI + 0,004 ALAG +
0,387 SPESIAL
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 89

Tabel 5
Hasil Uji Koefisien Regresi Persamaan Pertama untuk Menguji Hipotesis 1 (Debt Default)
dan 2 (Kualitas Audit)
β sig
Constant -2,690 0,000
DEFAULT 2,428 0,000
SPESIAL 0,387 0,288
BANKRUPT -0,349 0.025
RETURN -0,011 0,921
LAGOPINI 1,759 0,000
ALAG 0,004 0,329

Sumber: output statistik


Tabel 6
Hasil Uji Koefisien Regresi Persamaan Kedua untuk Menguji Hipotesis 3
(Opinion Shopping)
β sig
Constant -1,090 0,021
AS -0,492 0,495
AS x LAGOPINI -0,221 0,814
BANKRUPT -0,702 0,000
RETURN 0,091 0,375
LAGOPINI 1,749 0,000
ALAG 0,009 0,022
Sumber : output statistik
Tabel 7
Hasil Uji Koefisien Regresi Persamaan Pergantian Auditor untuk Menentukan Arah
Opinion Shopping
β sig
Constant -2,454 0,000
BANKRUPT 0,081 0,551
RETURN -0,198 0,290
ALAG 0,002 0,627
(G C -G^C0)
^ 1
0,510 0,178
Sumber : output statistik

Pembahasan Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang


Debt Default Berpengaruh Positif Terhadap dan atau bunga merupakan indikator going
Kemungkinan Penerimaan Opini Audit concern yang banyak digunakan oleh auditor
Going Concern dalam menilai kelangsungan hidup suatu
Debt default secara signifikan ber-pengaruh perusahaan. Dalam masa krisis, dimulai tahun
positif terhadap penerimaan opini audit going 1997 terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang
concern. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji rupiah. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang
koefisien regresi pada Tabel 5 menunjukkan debt perusahaan dalam mata uang asing meningkat
default memiliki nilai koefisien positif sebesar secara signifikan, selain itu banyak perusahaan
2,428 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00. yang mengalami rugi operasi, dan realisasi
penjualan pun menurun. Akhirnya keadaan ini
90 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 78 - 93

Tabel 8
Opini yang Diterima dari Pergantian/Tidak Ada Pergantian Auditor
Perusahaan melakukan pergantian Perusahaan tidak melakukan pergantian
auditor (AS=1) auditor (AS=0)
LAGOPINI=0 LAGOPINI=1 TOTAL LAGOPINI=0 LAGOPINI=1 TOTAL
LAGOPINI=0 12 6 18 118 26 144
LAGOPINI=1 3 14 17 53 116 169
TOTAL 15 20 35 171 142 313

mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam Opinion Shopping Berpengaruh Negatif


memenuhi kewajiban pokok dan beban bunga terhadap Kemungkinan Penerimaan Opini
serta terjadi rugi selisih kurs dan dampaknya Audit Going Concern
likuiditas pun terganggu. Opinion shopping tidak berpengaruh
signifikan terhadap kemungkinan penerimaan
Kemungkinan Pemberian Opini Audit opini audito going concern. Hal ini dapat dilihat
Going Concern adalah Lebih Besar untuk di Tabel 6 nilai signifikansinya menunjukkan
Perusahaan dengan Auditor Spesialis 0,495 dan Tabel 7 juga tidak signifikan
Dibanding Auditor Non-Spesialis dengan nilai 0,178. Walaupun tidak signifikan
Hasil yang diperoleh bahwa kualitas audit tandanya sama dengan yang dihipotesiskan
di Tabel 5 tidak signifikan secara statistik, seperti yang terlihat di Tabel 6, yaitu nilai
karena probabilitas variabel ini sebesar 0,288 koefisiennya negatif (-0,492). Hasil ini
> 0,05. Walaupun variabel ini tidak signifikan didukung dengan deskripsi yang ada di Tabel
tetapi tanda dari nilai koefisiennya telah sesuai 8 bahwa dari 348 perusahaan hanya ada 313
dengan hipotesis yang diajukan (positif). perusahaan tidak berganti auditor meskipun
Hasil ini sejalan dengan penelitian Bruynseels menerima menerima opini going concern (142
et al. (2006) dan Geiger dan Raghunandan perusahaan). Sedangkan yang berganti auditor
hanya 35 perusahaan, dimana 20 perusahaan
(2002) yang tidak menemukan bukti yang
menerima opini going concern. Jadi dapat
mendukung bahwa auditor spesialis lebih
digambarkan dalam sampel penelitian ini
sering memberikan opini going concern kepada
perusahaan cenderung tidak berganti auditor
perusahaan yang akan bangkrut. Bukti tersebut
meskipun mendapat opini audit going concern.
juga konsisten dengan penelitian Setyarno et
al. (2006), meskipun menggunakan proksi
Variabel Kontrol (Kondisi Keuangan, Audit
yang berbeda (reputasi auditor) bahwa kualitas
Lag, dan Opini Tahun Sebelumnya)
audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Hasil koefisien regresi untuk variabel kontrol
penerimaan opini going concern, tetapi prediksi kebangkrutan (BANKRUPT) pada
memiliki arah yang sama dengan hipotesis. penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi
Barnes et al. (1993) berpendapat bahwa ketika kebangkrutan berpengaruh negatif terhadap
seorang auditor sudah memiliki reputasi yang penerimaan opini going concern. Berarti
baik maka akan berusaha mempertahankan bahwa perusahaan yang sehat cenderung
reputasinya dan menghindarkan diri dari hal- tidak menerima opini going concern. Hal ini
hal yang bisa merusak reputasinya. Penjelasan dibuktikan dengan data di Tabel 5 dan 6 dengan
ini dapat digunakan untuk menginterpretasikan nilai koefisien yang negatif dan semuanya
hasil penelitian ini karena seperti dikemukakan signifikan.
oleh Craswell et al. (1995), spesialisasi auditor Variabel return saham menunjukkan arah
dapat digunakan untuk membangun reputasi yang tidak konsisten (Tabel 5 negatif dan Tabel
audit. 6 positif) meskipun sama-sama tidak signifikan.
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 91

Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian praktik opinion shopping di Indonesia setelah
Lennox (2002). Hal ini dimungkinkan karena dikeluarkannya peraturan BAPEPAM No Kep-
pasar modal di Indonesia berbeda dengan di 20/PM/2002 tanggal 12 Nopember 2002 serta
negara lain sehingga variabel ini kurang bisa SK Menteri Keuangan No. 423/KMK-06/2002
diterapkan untuk kondisi di Indonesia. yang berisi pembatasan hubungan auditee dan
Audit lag berpengaruh positif terhadap auditor selama jangka waktu tertentu untuk
penerimaan opini audit going concern. Arah membuktikan tingkat kepatuhan auditee.
pada kedua model regresi (l dan 2) di Tabel 5
dan 6 menunjukkan sama-sama positif tetapi DAFTAR PUSTAKA
berbeda signifikansinya. Hal ini dapat diartikan
bahwa variabel audit lag belum memberikan Altman, E. and T. McGough. 1974. Evaluation
bukti konsisten akan pengaruhnya pada of A Company as A Going Concern.
penerimaan opini going concern di Indonesia. Journal of Accountancy, 50-57.
Variabel opini tahun sebelumnya menun- Arens, A.A., J.E. Randal, and S.B. Mark.
jukkan arah positif dan signifkan pada kedua 2006. Auditing and Assurance Services :
model regresi (1 dan 2) dalam penelitian ini. An Integrated Approach 11th . Singapore:
Dapat diartikan bahwa ketika perusahaan Pearson International Edition.
menerima opini going concern pada tahun Barnes, Paul and H.D. Huan. 1993. The
se b e l u m n ya, maka kecenderunga nnya Auditors Going Concern Decision: Some
perusahaan tersebut akan mendapatkan opini UK Evidence Concerning Independence
serupa (going concern) pada tahun berjalan. and Competence. Journal of Business,
Finance & Accounting, 20(2), 213-228.
SIMPULAN Bruynseels, Liesbeth, W., K. Robert, and W.
Marleen. 2006. Do Industry Specialist
Dalam penelitian ini hanya variabel debt and Business Risk Auditors Enhance
default yang terbukti berpengaruh positif Audit Reporting Accuracy. Faculty of
terhadap penerimaan opini audit going concern. Economics and Applied Economics
Sedangkan variabel kualitas audit yang diproksi Katholiehe Universiteit Leuven.
dengan auditor industry specialization dan https://lirias.kuleuven.be/bitstream/
opinion shopping tidak berpengaruh terhadap 123456789/121002/1/AFI_
penerimaan opini audit going concern. Carcello, Joseph, Hermanson V., H. Roger,
Keterbatasan yang dihadapi dalam and Neal T. McGrath. 1992. Audit Quality
penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel, Attributes : The Perception of Audit
yaitu satu variabel keuangan (debt default) dan Partners, Prepares & Financial Statement
dua variabel non keuangan (kualitas audit dan Users. Auditing : A Journal of Practice
opinion shopping) dengan R square yang masih and Theory, 1-15.
kecil 43% dan 57,5%. Periode pengamatan Chen, K.C. and B.K. Church. 1992. Default
hanya enam tahun, sehingga belum cukup lama on Debt Obligations and The Issuance
untuk menentukan tren penerbitan opini going of Going-Concern Report. Auditing :
concern oleh auditor dalam jangka panjang. Journal Practice and Theory, 30-49.
Penentuan batasan akan masa krisis moneter Craswell, A.T., J.R. Francis, and S.L. Taylor.
dengan kondisi normal yang tidak jelas. 1995. Auditor Brand Name Reputations
Saran yang dapat diberikan yaitu and Industry Specializations. Journal of
menambah variabel lain, seperti strategic Accounting and Economics, 20, 297-322.
action perusahaan, memperpanjang rentang Dang, Li. 2004. Assessing Audit Quality. Ph.D
waktu penelitian, dan meneliti tentang dissertation, Drexel University.
92 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 78 - 93

Fanny, Margaretta dan Saputra, S. 2005. Opini Lenard, Mary, J., A. Perualz, and B. David.
Audit Going Concern : Kajian Berdasarkan 1998. An Analysis of Fuzzy Clustering
Model Prediksi Kebangkrutan, Per- and a Hybrid Model for Auditor’s Going
tumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Concern. Diunduh tanggal 27 April 2007,
Kantor Akuntan Publik (Studi Pada http://www3.interscience.willey.com/
Emiten Bursa Efek Jakarta). Paper journal/119931483/.
dipresentasikan pada acara Simposium Lennox, C. 2000. Do Companies Successfully
Nasional Akuntansi VIII, Solo. Engage in Opinion Shopping: Evidence
Geiger, M., K. Raghunandan, and D.V. Rama. from The UK?. Journal of Accounting
1996. Going-Concern Audit Report and Economics. 29 (3), 321-337.
Lennox, C. 2002. Going-concern Opinions in
Recipients Before and After SAS No 59.
Failing Companies: Auditor Dependence
National Public Accountant, 24-25.
and Opinion Shopping. Diunduh tanggal
Geiger, M. 2002. Going Concern Opinions in
27 April 2007, http://papers.ssrn.com/
The New Legal Environment. Accounting
sol3/papers.cfm.
Horizon, 1, 17-26. Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Kualitas Audit,
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Independensi terhadap Integritas Laporan
Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Keuangan. Paper dipresentasikan pada
Penerbit Universitas Diponegoro. acara Simposium Nasional Akuntansi VI,
Gray, Iain and Stuart, M. 2000. The Audit Surabaya.
Process, Principles, Practice and Cases Mc Keown, J.L., J.F. Mutchler, and W.
2nd. London: Thomson Learning. Hoopwood. 1991. Toward An Explanation
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar of Auditor Failure Comodity The Audit
Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Reports of Bankrupt Companies.
Salemba Empat. Auditing: A Journal of Practice and
Jensen, M.C and W.H. Meckling. 1976. Theory Of Theory, 1-13.
The Firm, Managerial Behaviour, Agency Mutchler, J.F. 1984. Auditor’s Perceptions
Costs & Ownership Structure. Journal of of Going Concern Opinion Decision.
Financial Economics, 3, 305-360. Auditing : A Journal of Practice & Theory,
Joanna, L.H. 1994. The Effect of Experience on 17-30.
Consensus of Going-Concern Judgments. Mutchler, J.F., W. Hopwood, and J.C.
Behavioral Research in Accounting, 6, McKeown.1997. The Influence of
160-172. Contrary Information and Mitigating
Juniarti. 2000. Profesi Akuntan Merespon Factors on Audit Report Decisions
Dampak Memburuknya Kondisi on Bankrupt Companies. Journal of
Accounting Research, 35 (2), 295-310.
Ekonomi. Jurnal Akuntansi & Keuangan,
Ramadhany, A. 2004. Analisis Faktor-Faktor
2 (2), 151 – 161.
Yang Mempengaruhi Penerimaan
Koh, H.C. dan Tan, S.S. 1999. A Neural
Opini Going Concern pada Perusahaan
Network Approach to The Prediction of
Manufaktur Yang Mengalami Financial
Going Concern Status. Accounting and Distress Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Business Research, 29 (3). MAKSI, 4,146-160.
LaSalle, Randal.E. dan A. Anandarajan. 1996. Ruiz, B.E., G.A. Nivez, D.F.B. Christina, and
Auditor View on The Type of Audit Report A.G.B. Maria. 2004. Audit Quality and
Issued to Entities with Going Concern The Going Concern Decision Making
Uncertainties. Accounting Horizons, 10, Process. European Accounting Review, 13
51-72. (4), 597-620.
Mirna Dyah Praptitorini dan Indira Januarti, Analisis Pengaruh Kualitas Audit… 93

Setyarno, E.B., Indira, J., dan Faisal. 2006.


Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Audit
Going Concern. Paper dipresentasikan
pada acara Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang.
Setiawan, S. 2006. Opini Going Concern dan
Prediksi Kebangkrutan Perusahaan.
Jurnal Ilmiah Akuntansi, V (1), 59-67.
Te o h , S . 1992. A uditor Indepen de nc e ,
Dismissal Threats, and The Market
Reaction to Auditor Switches.
Journal of Accounting Research, 30,
1-23.
Venuti, E.K. 2007.T he Going Concern
Assumption Revisited Assessing a
Company’s Future Viability. The CPA
Journal, 74 (5), 40-43.
Wooten, T.C. 2003. Research About Audit
Quality. The CPA Journal, 73 (1),
48-51.

Anda mungkin juga menyukai