Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

PRAKTIK PENGAUDITAN

Di Susun oleh :

NAMA : Ajeng Siti Aisyah (2162201071)


M. Eka Ardiansyah (2162201144)
Sahrul Gunawan (2162201217)
Shela Fitri Ayu Cahyadi (2162201219)
Eka Faudillah (2162201084)

KELAS : 5 SHIFT 2 CD / S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2023
BAB V

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going


Concern
Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

A. PENDAHULUAN

Indonesia, isu laporan audit dan keterkaitannya dengan opini


going concern sudah muncul sejak tahun 1995. Fenomena
ini diawali dengan bangkrutnya Bank Summa yang berujung
pada penutupan bank, padahal sebelumnya mendapat opini
wajar tanpa pengecualian dari auditor independen. Terlebih
lagi, sejak krisis ekonomi tahun 1997 yang melanda
Indonesia, going concern menjadi hal yang cukup penting di
Indonesia. Bukti menunjukkan bahwa 14 perusahaan, yang
sebelumnya memperoleh opini wajar tanpa pengecualian
dari auditor independen pada tahun sebelumnya, bangkrut
pada tahun 1997.
Begitu pula fenomena yang sama terjadi pada 15 perusahaan
pada tahun 1998. Salah satu kasus opini going concern yang
terbaru di Indonesia adalah Batavia Air. Kasus ini bermula
dari jatuhnya Batavia Air yang berujung pada penutupannya
pada tahun 2013 karena perusahaan tersebut tidak mampu
membayar utangnya hingga bulan Desember 2012,
meskipun pada tahun 2011, perusahaan masih mendapatkan
opini wajar tanpa pengecualian dari auditor independen dan
arus kas yang telah diaudit menunjukkan kondisi keuangan
yang baik.

Penerbitan opini audit mengenai laporan keuangan suatu


perusahaan sangatlah penting bagi para pemangku kepentingan
agar opini tersebut dapat menarik perhatian masyarakat. Penerbitan
modifikasi terjadi Penelitian-penelitian terdahulu mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern
menunjukkan temuan yang tidak konsisten dan kesenjangan
penelitian, sehingga penelitian ini atau penelitian ini dilakukan
untuk menyempurnakan penelitian-penelitian sebelumnya
sesuai dengan hubungan ukuran perusahaan, kualitas audit,
profitabilitas, audit lag, likuiditas dan leverage terhadap opini
audit kelangsungan usaha suatu perusahaan. Penelitian ini
menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015 hingga 2019 sebagai
populasi penelitian karena perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan berskala besar di Indonesia dibandingkan
perusahaan lain dan mempunyai kontribusi perekonomian
tertinggi bagi negara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel leverage berpengaruh positif terhadap opini audit going
concern, kemudian kualitas audit, profitabilitas dan likuiditas
berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern,
sedangkan ukuran perusahaan dan audit lag tidak berpengaruh
terhadap opini audit going concern. . Bagian selanjutnya dari
makalah ini akan menyajikan tinjauan literatur dan perumusan
hipotesis, metode penelitian, temuan dan pembahasan dan
bagian terakhir terdiri dari kesimpulan, implikasi penelitian,
keterbatasan dan saran penelitian.

B. TINJAUAN LITERATUR OPINI AUDIT GOING –


CONCERN DAN TEORI AGENCY

Jensen dan Meckling ( 1976 ) menyatakan bahwa


teori keagenan berkaitan dengan ketidaksesuaian
antara kepentingan prinsipal dan agennya. Teori
ini mencakup hubungan antara personel
perusahaan, yaitu prinsipal dan agen. Prinsipal
adalah mereka yang memberikan tugas kepada
agen, dimana mereka juga bertindak untuk
mengambil keputusan. Dalam penelitian ini
manajer yang berperan sebagai agen tentunya
akan berusaha mengoptimalkan kinerja keuangan
perusahaan dengan menyajikan laporan keuangan
yang menarik kepada prinsipal. Baik prinsipal
maupun agen diasumsikan rasional secara
ekonomi dan hanya dimotivasi oleh kepentingan
pribadi. Hal ini dapat memicu konflik keagenan.
Untuk itu perlu adanya pihak ketiga yang
independen untuk memediasi hubungan antara
prinsipal dan agen. Auditor merupakan pihak yang
dianggap mampu menjembatani kesenjangan
antara kepentingan prinsipal (pemegang saham)
dan agen (manajer) dalam mengelola keuangan
perusahaan (Setiawan, 2006 dalam Praptitorini
dan Januarti, 2007 ). Auditor sebagai pihak ketiga
yang independen diperlukan untuk mengawasi
kinerja manajemen apakah manajemen telah
bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal
yang ditegaskan melalui laporan keuangan.
Tanggung jawab utama auditor adalah
memberikan opini atas kewajaran laporan
keuangan perusahaan dan menyatakan masalah
kelangsungan hidup perusahaan jika hal tersebut
menimbulkan keraguan terhadap kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.

C. PENGUKURAN PENDAPAT GOING – CONCERN DI


PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Ukuran perusahaan mengacu pada seberapa besar atau besar suatu


badan usaha yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan
(Warnida, 2011). Ukuran perusahaan dapat diukur melalui
beberapa proksi, salah satunya adalah aset. Ballesta dan Garcia
(2005) berpendapat bahwa perusahaan besar memiliki manajemen
yang lebih baik dalam mengelola perusahaannya, terutama untuk
pengelolaan keuangan, kondisi keuangan yang lebih baik, dan
kemampuan yang lebih baik dalam menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas dibandingkan perusahaan kecil.
Perusahaan besar menyiratkan bahwa perusahaan tersebut
memiliki kondisi keuangan yang baik sehingga kecil
kemungkinannya untuk menerima opini audit going concern,
sedangkan perusahaan kecil menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki sumber daya yang terbatas dan potensi masalah
keuangan yang lebih tinggi sehingga memiliki potensi yang lebih
tinggi untuk menerima opini going concern. opini audit (Junaidi
dan Hartono, 2010). Pengaruh kualitas audit terhadap opini audit
going concern Kualitas audit
ditunjukkan dengan besar kecilnya KAP.
Menurut DeAngelo (1981), kantor akuntan
besar lebih independen, dan oleh karena itu,
akan memberikan kualitas audit yang lebih
tinggi.Krishnan dan Schauer (2000)
mengklasifikasikan bahwa KAP merupakan
KAP besar jika KAP termasuk dalam KAP
yang termasuk dalam KAP big six maka kini
menjadi KAP big four, dan KAP kecil tidak
termasuk dalam KAP bigfour. Khaddafi (2015)
menyatakan bahwa kantor akuntan besar juga
lebih cenderung mengungkapkan permasalahan
yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi
risiko litigasi, dan itu berarti kantor akuntan
besar mempunyai insentif yang lebih besar
untuk mendeteksi dan melaporkan masalah
going concern klien. Kantor akuntan besar
memberikan kualitas audit yang lebih tinggi
dibandingkan kantor akuntan kecil yang tidak
memiliki reputasi (Mukhtaruddin et al., 2018).

D. ANALISA PENENTU OPINI AUDIT GOING – CONCERN DI


PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Pengaruh Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern Rasio

likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya dengan
aset lancar yang dimilikinya. Perusahaan dengan likuiditas
tinggi mempunyai kondisi keuangan yang baik dan mampu
menjamin pembayaran utang jangka pendek sehingga
pemangku kepentingan yakin dengan kelangsungannya.
Sebaliknya menurut Simamora dan Hendarjatno (2019),
likuiditas yang lebih kecil menunjukkan bahwa perusahaan
mengalami kesulitan keuangan untuk membayar hutang
jangka pendeknya,dan hal ini harus sangat diperhatikan oleh
auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern atas
laporan keuangannya. Pengaruh Leverage Terhadap Opini
Audit Going Concern Leverage dapat menjadi indikator
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Rasio leverage dinilai melalui rasio utang, yaitu
total liabilitas dibagi total aset (Rakatenda dan Putra, 2016).
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
menunjukkan bahwa sumber pendanaannya terutama dari
pinjaman sehingga perusahaan mempunyai tanggung jawab
yang lebih besar dalam mengelola pembayaran utang dan
bunga pinjaman, sehingga dapat berdampak pada arus kas
dan laba rugi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
sangat mungkin menerima opini audit going concern
(Simamora dan Hendarjatno, 2019).

- Metode penelitian

Pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, Penelitian ini


merupakan penelitian kuantitatif, yaitu mengumpulkan data
numerik dan melakukan analisis dengan menggunakan
perangkat lunak analisis statistik, SPSS 24.0. Metode
penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dan
asosiatif dengan hubungan sebab akibat, yaitu dengan
mengumpulkan data yang memberikan gambaran jelas
mengenai objek penelitian dan selanjutnya menganalisis
data tersebut untuk mengetahui pengaruh dan hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari BEI yang terdiri dari laporan tahunan dan laporan audit
independen.

- Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan data perusahaan


manufaktur pada tahun 2015 hingga 2019 dengan
jumlah populasi sebanyak 178 perusahaan. Adapun
teknik pengambilan sampelnya, penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling dengan
memilih sampel berdasarkan pertimbangan atau
kriteria tertentu. Kriteria sampelnya adalah
perusahaan manufaktur yang melakukan penawaran
umum perdana (IPO) sebelum tahun 2015,
mengalami kerugian minimal selama tiga tahun dari
periode penelitian lima tahun, serta memiliki
laporan tahunan lengkap dan laporan audit
independen. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel,
total sampel penelitian ini sebanyak 33 perusahaan
dengan 165 data.

- Variabel penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari opini audit going


concern sebagai variabel dependen, dan ukuran
perusahaan, kualitas audit, profitabilitas, audit lag,
likuiditas, leverage sebagai variabel independen.

Variabel independen penelitian ini adalah:

1). Ukuran perusahaan: Ukuran perusahaan dapat dilihat dari kondisi


keuangan perusahaan seperti jumlah total aset (Junaidi dan Hartono,
2010). Perusahaan besar cenderung memiliki pengelolaan keuangan
yang lebih baik dan kemampuan menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diukur
dengan logaritma natural dari total aset perusahaan sebagai proksi
(Junaidi dan Hartono, 2010).

2). Kualitas audit: Kualitas audit yang dihasilkan


auditor mempengaruhi investor dalam mengambil
keputusan (Khaddafi, 2015). PAF yang berafiliasi
dengan the big four dapat diandalkan dalam
menyajikan kualitas audit yang lebih baik
dibandingkan dengan PAF skala kecil. Kualitas audit
diukur dengan menggunakan proksi variabel dummy,
dimana kode 1 diberikan jika KAP yang mengaudit
perusahaan termasuk dalam kelompok empat besar,
sedangkan kode 0 diberikan jika KAP tidak termasuk
dalam kelompok empat besar ( Mukhtaruddin dkk.,
2018).
3). Profitabilitas: Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba atas suatu investasi
berdasarkan sumber dayanya dibandingkan dengan
investasi alternatif. Perusahaan dengan profitabilitas
yang tinggi cenderung memiliki laporan keuangan yang
wajar sehingga lebih besar kemungkinannya untuk
menerima opini yang baik dibandingkan dengan
perusahaan yang profitabilitasnya rendah (Petronela,
2004). Profitabilitas dinilai dengan menggunakan proksi
net profit margin (NPM), yaitu laba bersih sebelum
pajak dibagi penjualan bersih.

4). Audit lag: Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal akhir laporan
keuangan dan tanggal penerbitan laporan audit (Ryu dan Roh, 2007).
Semakin lama audit lag menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai
permasalahan yang serius terhadap kondisi keuangan dan
kelangsungannya sehingga dapat menyebabkan perusahaan menerima
opini audit going concern (Gama dan Astuti, 2014). Audit lag diukur
dengan menggunakan jumlah hari sejak tanggal akhir laporan keuangan
sampai dengan tanggal penerbitan laporan audit (Simamora dan
Hendarjatno, 2019 ).

5). Likuiditas: Likuiditas perusahaan diartikan sebagai kemampuan


perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya (Munawir, 2001).
Semakin kecil likuiditas suatu perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut hanya memiliki sedikit aset yang harus dipenuhi
untuk membayar kewajiban lancarnya, sedangkan semakin tinggi
likuiditas suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai kemampuan untuk membayar hutang-hutang jangka
pendeknya. Likuiditas dinilai melalui rasio cepat sebagai proksinya.
Menurut Simamora dan Hendarjatno (2019), rasio cepat dirumuskan
sebagai berikut: Rasio Cepat ¼ ðTotal Persediaan Aset LancarÞ= Hutang
Usaha

6).Leverage: Leverage dapat menjadi indikator untuk mengetahui


kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi menunjukkan bahwa sumber pendanaannya terutama dari
pinjaman sehingga perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih
besar dalam mengelola pembayaran utang dan bunga pinjaman,
sehingga dapat berdampak pada arus kas dan laba rugi perusahaan.
Rasio leverage dinilai melalui debt to aset rasio (DAR), yaitu total
liabilitas dibagi total aset (Rakatenda dan Putra, 2016).

- Metode analisis data


Metode analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini
meliputi uji kecocokan model secara keseluruhan, yaitu
uji goodness-of-fit, uji
koefisien determinan,
persamaan regresi logistik
dan uji hipotesis. Tingkat
signifikansi dalam uji
hipotesis sebesar 5%.

- Temuan dan diskusi

Data dan sampel penelitian Tabel berikut menyajikan


hasil purposive sampling pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI dari tahun 2015 hingga 2019 dan
terdiri dari total sampel 33 perusahaan.

E. KESIMPULAN

hasil analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi opini audit going concern dengan data penelitian perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2015 hingga 2019, dapat
disimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap opini audit going
concern. . Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio utang yang
tinggi kemungkinan besar akan mengalami kesulitan keuangan dan
kontinuitas. Kualitas audit, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh negatif
terhadap opini audit going concern, sedangkan ukuran perusahaan dan audit
lag tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Implikasi Opini
audit going concern yang diberikan oleh auditor didasarkan pada beberapa
pertimbangan, terutama kondisi keuangan, yang mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pertimbangan tersebut. Perusahaan yang kondisi
keuangannya buruk seperti tingkat leverage yang tinggi berarti perusahaan
tersebut didominasi oleh pinjaman sehingga perusahaan mempunyai
kewajiban yang lebih besar dalam mengelola pembayaran utang dan bunga
pinjaman, sehingga dapat mempengaruhi arus kas, serta laba dan rugi
perusahaan. Di sisi yang sama, rendahnya profitabilitas dan likuiditas juga
berarti perusahaan mempunyai keraguan dalam menjamin utang jangka
pendeknya dan rendahnya kemampuan memperoleh laba, sehingga
menempatkan perusahaan pada masalah kelangsungan usahanya. Faktor-
faktor tersebut penting bagi investor untuk analisis investasi dan bagi
auditor dalam menjalankan tugasnya. Temuan penelitian ini juga
membuktikan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor
penentu yang mempengaruhi opini audit going concern. Keterbatasan
penelitian dan penelitian lebih lanjut
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diatasi oleh
penulis lain pada penelitian selanjutnya.
Pertama, kualitas audit dapat diukur dengan menggunakan proksi lain,
selain big four PAF, seperti keahlian auditor atau Indeks Herfindahl-
Hirschman. Selanjutnya penelitian ini hanya melibatkan enam variabel
independen, dan disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk memasukkan
lebih banyak variabel independen seperti opinion shopping, financial
distress dan lain sebagainya. Terakhir, objek penelitian ini terbatas pada
perusahaan manufaktur di Indonesia.

F. REFRENSI

Aryantika, Ni, P. and Rasmini, NK (2015), “Profitabilitas, leverage,


prior opinion dan Kompetensi auditor pada opini audit going concern”,
E-Jurnal Akuntasi Universitas Udayana, Vol. 11 No.2, hal.414-425.
Dura, J. and Nuryanto, M. (2015), “Pengaruh debt default, Kualitas audit,
opini audit Tahun Sebelumnya, dan audit lag Pengaruh opini audit going
concern pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)”, Jurnal Magister Akuntansi Trisakti (e-Journal), Vol. 2
No.2, hal.145-160.
Gama, AP dan Astuti, S. (2014), “Analisis Faktor-Faktor Penerimaan opini
auditor dengan Modifikasi going concern”, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Bisnis, Vol. 9 No.1, hal.8-18.
Ikatan Akuntan Indonesia (2001), Standar Profesional Akuntan Publik,
Salemba Empat, Jakarta.
Januarti, I. dan Fitrianasari, E. (2008), “Analisis Risiko Keuangan dan
Risiko non Keuangan Yang Mempengaruhi auditor dalam Memberikan
opini audit going concern pada auditee”, Jurnal Maksi Universitas
Diponegoro, Vol. 8 No.1, hal.43-58.
Jensen, MC dan Meckling, W. (1976), “Teori perusahaan: Perilaku
manajerial, biaya keagenan dan struktur kepemilikan”, Jurnal Ekonomi
Keuangan, Vol. 3 No.4, hal.305-360.
Junaidi dan Hartono, J. (2010), “Faktor non-finansial dalam opini going-
concern”, Jurnal Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 25 No.3,
hal.369-378.
Kartika, A. (2012), “Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan
Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur
di BEI”, Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan, Vol. 1 No.
1, hal.25-40.
Khaddafi, M. (2015), “Pengaruh default utang, kualitas audit, dan
penerimaan opini audit kelangsungan usaha pada perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia”, International Journal of Academic Research in
Accounting, Finance and Management Sciences, Vol. 5 No.1, hal.80-91.
Krishnan, J. dan Schauer, PC (2000), “Diferensiasi kualitas di antara
auditor: bukti dari sektor nirlaba”, Auditing: A Journal of Practice and
Theory, Vol. 19 No.2, hal.9-26.
Mukhtaruddin, P., Handri dan Meutia, I. (2018), “Kondisi keuangan,
pertumbuhan, kualitas audit dan opini going concern: studi pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Riset
Akuntansi, Bisnis dan Keuangan, Vol. 2 No.1, hal.16-25.
Munawir, S. (2001), Laporan Analisis Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Petronela, TA (2004), “Perkembangan going concern Perusahaan dalam
Pemberian opini audit', balance”, Jurnal Akuntansi, Auditing, dan
Keuangan, Vol. 1 No. 1, hal.46-55.
Praptitorini, MD dan Januarti, I. (2007), “Analisis Pengaruh Kualitas audit,
debt default, dan opinion shopping Terhadap Penerimaan opini going
concern”, Makalah dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi X,
26 Juli-28 Juli, Makassar, tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/15187/1/
AUEP-_ 10.pdf (diakses 5 September 2020).
Rakatenda, GN dan Putra, IW (2016), “Opini audit going concern dan
Faktor-Faktor Yang Memengaruhinya”, E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol. 16 No.2, hal.1347-1375.
Ryu, TG dan Roh, CY (2007), “Keputusan opini going concern auditor”,
Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi, Vol. 6 No.2, hal.89-101.
Simamora, RA dan Hendarjatno (2019), “Pengaruh audit client tenure, audit
lag, opinion shopping, rasio likuiditas, dan leverage terhadap opini audit
going concern”, Asian Journal of Accounting Research, Vol. 4 No.1,
hal.145-156.

Anda mungkin juga menyukai