BAB I
PENDAHULUAN
Auditor memiliki peran penting dalam menjembatani antara kepentingan investor sebagai
pengguna laporan keuangan dan kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan.
Data perusahaan akan lebih mudah dipercaya investor dan pemakain laporan keuangan lainnya.
Dengan melihat laporan tersebut kita dapat mengetahui keberlangsungan perusahaan (Going
Concern) tersebut. Going concern adalah adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan
merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga, jika entitas mengalamai
mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang
tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan
keuangan perusahaan (Chen dan Church 1992). Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah
satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. PSAK
30 menyatakan bahwa going concern dapat dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya
informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu
badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada
2
pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI 2001). Masalah yang timbul ketika banyak terjadi
kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern
(Mayangsari 2003). Di Indonesia isu mengenai laporan auditor dan hubungannya dengan
masalah kelangsungan hidup bagi perusahaan sudah timbul sejak 1995. Isu ini muncul ditandai
dengan runtuhnya Bank Summa, meskipun bank tersebut telah mengeluarkan laporan audit yang
disajikan secara wajar pada tahun sebelumnya ternyata tidak menjamin kelangsungan hidup
entitas tersebut. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada 1997 di Indonesia, isu kelangsungan hidup
Beberapa penyebabnya timbulnya kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut
opini going concern (Mayangsari 2003) antara lain; Pertama, masalah self-fulfilling prophecy
yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika
auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan
perusahaan yang bermasalah (Venuti 2007). Masalah kedua yang menyebabkan kegagalan audit
(audit failures) adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang
Karena penyebab yang diatas banyaknya kasus tentang manipulasi data keuangan yang tidak
dapat dideteksi dan informasi mengenai kelangsungan hidup yang belum diungkapkan oleh
auditor menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap auditor itu sendiri. Auditor sebagai pihak
menyeluruh dan mendeteksi kecurangan dalam perusahaan dinilai tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Hal ini kemudian memicu kepercayaan terhadap auditor menjadi
berkurang, selain itu hal ini secara signifikan dapat merugikan stakeholder maupun stockholder.
Fenomena mengenai penurunan kepercayaan publik terhadap kantor akuntan penah terjadi di
Indonesia pada tahun 2003. Beberapa perusahaan besar seperti Bank Lippo, mendapat opini
wajar tanpa pengecualian pada tahun 2002 namun gagal pada tahun 2003. Mutchler et al. (1997)
menemukan bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara
signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variabel lag laporan audit serta
informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information) seperti default. Jika default ini telah
terjadi atau proses negosiasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default, auditor
Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak terhadap kelangsungan
hidup perusahaan, oleh sebab itu mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor agar
negatif. Geiger et al. (1996) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang
mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial disstress. Kondisi tersebut
menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping.
4
Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari auditor yang mau
mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan
untuk menghindari penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu : (1)
mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going
concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika auditor tersebut
memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung
Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator
going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang
akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah
hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan
Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default. Status
default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Seperti
yang tercantum dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam
memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya
(default).
Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena berkaitan erat
dengan reputasi auditor. Nasib akuntan publik sepertinya dipertaruhkan pada kelangsungan
5
usaha perusahaan kliennya (Marisi, 2006). Ini menunjukkan bahwa reputasi auditor
dipertaruhkan saat memberikan opini audit. Meskipun demikian, opini going concern harus
diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang
Dalam memberikan opini going concern ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.
sebelum auditor mengeluarkan opini going concern. Mc Keinley et al (1958) dikutip Fanny dan
Saputra KAP besar akan berusaha untuk menjaga nama dan menghindari tindakan yang dapat
mengganggu nama besar mereka. Januarti dan Fitirianasari (2008) menyatakan ketika KAP
sudah memiliki reputasi yang baik maka KAP akan berusaha untuk mempertahankan reputasi
yang dimilikinya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang merusak reputasinya sehingga KAP
akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Opini auditor akan memberikan informasi
bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Hanya auditor
yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang dihasilkannya reliable.
Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh factor
faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern.Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern karena
ditemukan hasil yang berbeda-beda pada penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini merujuk
pada penelitian Sari (2012) yang menganalisis faktor penerimaan opini audit going concern
dengan variabel independen yaitu audit tenure, reputasi KAP, disclosure, likuiditas,opini audit
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh debt default, opinion
shopping, dan Prediksi Kebangkrutan tehadap penerimaan opini going concern. Oleh sebab itu
peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memilih judul “Analisis
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan
1. Apa pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern?
2. Apa pengaruh opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern?
3. Apa pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap penerimaan opini audit going concern?
Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan, tujuan utama yang ingin
1. Untuk mengetahui pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Untuk mengetahui tentang pengaruh opinion shopping terhadap penerimaan opini audit
going concern.
1. Kontribusi Teori
7
berkaitan dengan auditing dan akuntansi keuangan, khususnya dalam bidang keputusan opini
audit.
2. Kontribusi Praktek
Bagi regulator pasar modal, yakni memberikan kontribusi praktis pada pihak
shopping di Indonesia.
3. Kontribusi Kebijakan
Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan penilaian
keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan di
masa yang akan datang. Hal ini dengan memperhatikan kondisi keuangan dan non keuangan
pada perusahaan.
4. Bagi Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk melakukan
5. Bagi Peneliti
1.5 Motivasi
Tanggung jawab auditor saat ini tidak hanya berpusat pada penilaian kewajaran laporan
keuangan dan mendeteksi fraud saja, tetapi juga menilai kemampuan perusahaan dalam
dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika
kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor
memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church 1992).
Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak terhadap kelangsungan
hidup perusahaan, oleh sebab itu mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor agar
negative. Geiger et al. (1996) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang
mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial disstress. Kondisi tersebut
menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah faktor debt default, prediksi kebangkrutan, dan
opinion shopping berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern pada
perusahan.
9
BAB II
Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen
keputusan mengenai perusahaan kepada agen. Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk
dibandingkan pemilik. Ketimpangan informasi ini disebut sebagai asymentri information. Baik
pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata untuk
kepentingan sendiri.
Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara agen dan
principal. Pihak ketiga ini bertugas untuk mengawasi prilaku agen (manajemen) apakah ia sudah
bertindak sesuai dengan keinginan principal, maka laporan keuangan yang dibuat oleh manajer
dapat diaudit oleh pihak independen dalam hal ini adalah auditor. Auditor adalah pihak yang
pekerjaan manajer melalui laporan tahunan. Auditor bertugas memberi opini atas kewajaran
laporan keuang perusahaan, dan mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap
pada laporan audit (SPAP, 2011). Laporan audit memberikan peringatan awal mengenai kondisi
Kewajiban seorang manajer terhadap stakeholder yaitu memberikan sinyal mengenai kondisi
(Febriyanti, 2011). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan manajemen
untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dibandingkan perusahaan lain. Teori sinyal
meberikan penjelasan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas baik akan memberikan sinyal
Disini pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang memberikan kualitas baik
maupun kualitas yang buruk (Adhiputra, 2015). Opini yang terdapat dalam laporan audit juga
merupakan sinyal yang dibuat auditor sesuai dengan kondisi dari perusahaan tersebut. Data-data
perusahaan akan mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, apabila
laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan tersebut telah
mendapat pernyataan wajar dari auditor (Komalasari, 2004). Dengan laporan keuangan yang
sudah diaudit tersebut, pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang tepat atas
perusahaan.
Dalam melakukan audit umum, auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan
perusahaan. Opni ini merupakan pernyataan kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (IAI,
11
2001). Auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam
laporan keuangan saja tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat
seksama dalam menentukan prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
kompeten yang cukup memadai dalam merumuskan pendapatnya. Pernyataan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan perusahaan diungkapkan dalam laporan audit yang mencakup
paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil
audit kepada pemakai laporan auditnya. Laporan audit terdiri dari 3 paragraf antara lain: paragraf
Opini Audit terdapat pada paragraf pendapat yang merupakan informasi utama dari laporan audit.
Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit ada 5 macam, yaitu :
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang
dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa pengecualian
antara lain :
Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar
Accounting Principles).
Opinion)
(atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. Auditor menyampaikan pendapat ini
jika:
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
pendapat atas laporan keuangan. Opini ini dikeluarkan ketika auditor tidak puas akan seluruh
Arens (2008) menyatakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari proses audit.
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan
masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002). Laporan audit terdiri dari 3 paragraf antara lain:
paragraf pengantar (introductury paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf
pendapat (opinion paragraph) (Mulyadi,2002). Auditor memberikan opini harus didasarkan pada
keyakinan profesionalnya.
Going concern adalah salah satu konsep penting yang mendasari pelaporan keuangan (Gray
et al. 2000). Going Corncern merupakan kelangsungan hidup entitas. Dengan adanya Going
Corncern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam
jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Jika auditor merasa yakin bahwa
terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan maka auditor harus melakukan
beberapa hal sbb, (SPAP,2001): (1) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk
14
mengurangi dampak tersebut, dan (2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut akan
dilaksanakan. Jika manajemen tidak memiliki rencana maka auditor akan memberikan opini
disclaimer.
Audit report dengan memodifikasi opini going concern mengindikasikan bahwa dalam
penilain auditor terdapat resiko bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Oleh sebab
auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi
perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan dating
Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang atau bunga merupakan indikator going
concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Debt default didefenisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar
hutang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh tempo Chen dan Church, 1992). Dapat
dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan factor pertama yang akan diperiksa oleh
auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan
sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi
hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini
concern. Dalam PSA 30, bahwa Going Corncern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan
keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan.
Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan
hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
15
kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada
pihak luar secara bisnis biasa, restrukturiasi utang, perbaikan operasi yang diperlukan dari luar
atau kegiatan serupa lainnya. Going Corncern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan
adanya Going Corncern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas
dianggap Going Corncern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi
dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar,
merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan
Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari auditor yang mau
mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen utnuk mencapai tujuan
pelaporan perusahaan, walaupun menyebabkan laporan tersebut menjadi tidak reliable. Tujuan
menghindari penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992). Pertama,
mengancam auditornya untuk tidak mengeluarkan opini going concern, sehingga auditor tersebut
menjadi tidak independen karena takut diganti. Kedua, apabila auditor tetap independen sehingga
tetap mengeluarkan opini going concern, maka perusahaan akan menggantinya dengan auditor
Beberapa faktor yang memotivasi manajer untuk melakukan opinion shopping, diantaranya
keinginan untuk mencapai target yang ditetapkan, serta kebutuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Manajer ingin laporan audit yang positif.
Laporan audit yang negatif akan mempengaruhi kemampuan perusahaan bertahan dipasar modal
Altman dan McGough (1974), Koh dan killough (1990), Koh (1991) menyimpulkan bahwa
dengan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan termasuk kategori bangkrut atau
tidak.
dengan menganalisa rasio keuangan pada laporan keuangan dimana berisi informasi perusahaan
mengenai kondisi serta prospek perusahaan pada masa yang akan dating. Altman (1968) telah
melakukan studi yang berkenaan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan dalam beberapa
McKeown et al. (1991) berpendapat bahwa bisa saja auditor tidak mengungkapkan indikasi
kebangkrutan atas suatu perusahaan yang pada kenyataannya perusahaan tersebut mengalami
kebangkrutan pada beberapa tahun mendatang. Hal tersebut dikarenakan perusahaan sedang
berada dalam keadaan ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usahanya.
Penelitian ini akan menggunakan model Altman Revised untuk mengukur atau memprediksi
indikator kerugian
operasi perusahaan
Di Bursa Efek
Indonesia)
Perusahaan Corncern
tidak
berpengaruh terhadap
Going Corncern.
20
dengan yang
dihipotesakan.
mempengaruhi
21
pemberian opini GC
shopping, kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional. Untuk
shopping dan
kepemilikan
institusional tandanya
yang dihipotesakan.
22
Debt Default
(X1)
Prediksi
Kebangkrutan
(X3)
Apabila perusahaan gagal dalam membayar utang (debt default) maka kelangsungan usaha
menjadi diragukan, oleh karena itu kemungkinannya auditor akan memberi opini audit going
concern. Pratitorini dan januarti (2007) menunjukkan bahwa debt default berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. Pada tahun 1997, terjadi fluktuasi nilai tukar matang uang
rupiah. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dalam mata uang asing meningkat
secara signifikan, disamping itu banyak perusahaan yang mengalami rugi operasi dan realisasi
penjualan pun anjlok. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:
Pratitorini dan Januarti (2007) menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan auditor
independen yang sama apapun opini audit yang diberikan, karena perusahaan enggan untuk
mengganti auditor independen. Hal ini terlihat dari terbitnya peraturan tentang lamanya
penggunaan auditor independen selama tiga tahun dan kantor akuntan publik selama lima tahun.
Concern.
perusahaan serta informasi lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Beberapa
hasil penelitian meyakini bahwa terdapat perbedaan rasio keuangan pada perusahaan yang
beberapa cara pengelolahan dan pengukuran yang menghasilkan suatu prediksi kebangkrutan
perusahaan salah satunya adalah model kebangkrutan yang dikebangkan oleh Edward Altman
yang dikenal dengan Altman Z-score. Semakin tinggi nilai Z-score, hal ini menandakan bahwa
perusahaan cenderung akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan, semakin rendah nilai Z-score,
concern.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi (Sekaran dan Bougie, 2013; 240) menjelaskan sebagai keseluruhan orang, kejadian,
atau benda yang berada dalam suatu kelompok tertentu dan dijadikan suatu objek dalam
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan 2016, dengan alasan perusahaan manufaktur
cenderung tanggap dengan kondisi lingkungan serta periode tahun yang diteliti cenderung
Sampel merupakan beberapa anggota dari populasi yang dipilih oleh peneliti dalam
penelitiannya (Sekaran dan Bougie, 2013; 241). Sampel dalam penelitian ini adalah sampel non
probabilitas. Sampel non Probabilitas pada penelitian ini menggunakan purpose sampling dengan
2. Perusahaan yang tidak mengalami delisting selama tahun 2012 hingga tahun 2016.
3. Perusahaan yang membagikan deviden secara berturut tahun 2012 hingga tahun 2016.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian adalah data
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, yaitu laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI dari tahun 2012 hingga tahun 2016.
25
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi,
yaitu dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder berupa
laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
melalui www.idx.co.id.
Didalam penelitian ini variable-variabel dibagi menjadi dua, yaitu variabel terikat (dependent
variable) dan variabel bebas (independent variable). Pada bagian ini akan diuraikan defenisi dari
sebagai berikut:
going concern.
+ 0,999X5
Keterangan:
Z = Bangkrupcy
taxes/Total Asset
X5 = Sales/Total Asset
1. Variable dependen
Variable dependen adalah variable yang di pengaruhi oleh variable lainnya. Dalam penelitian
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan
auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya dalam kurun waktu yang pantas, tidak lebih satu tahun sejak tanggal
pelaporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2011). Menurut SA seksi 341, SPAP (2011)
27
opini audit yang termasuk opini going concern adalah pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelas (Unqualified Opinion with explanatory language), pendapat wajar dengan
pengecualian (Qualified Opinion), pendapat tidak wajar (Adverse Opinion), dan tidak
memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion). Opini audit going concern diberi kode 1 (satu),
2. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Terdapat 3 variabel
a. Debt default
Debt default atau kegagalan membayar utang didefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan
perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan
Church, 1992). Debt default ini digunakan untuk menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Variabel dummy digunakan (1 = status debt default, 0 = status tidak debt default) untuk
b. Opinion Shopping
Pengukuran opinion shopping menggunakan metode yang diterapkan oleh Lennox (2002).
Opinion shopping menunjukkan pergantian auditor independen untuk tahun berikutnya apabila
tahun berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Variabel pergantian auditor
dummy, diberi nilai 1 jika terdapat pergantian auditor, dan nilai 0 jika tidak ada pergantian
auditor.
c. Prediksi Kebangkrutan
berikut:
Keterangan:
Z = Bangkrupcy
X5 = Sales/Total Asset
Menurut Altman dalam Ramadhani dan Lukviaman (2009) angka cut off nilai Z dapat
menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang,
1,8<Z<2,99 = termasuk grey area (tidak dapat ditentukan perusahaan sehat atau bangkrut)
Analisis data yang yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 20,
yang terdiri dari analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistic.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian dan dioleh, kemudian dianalisi dengan alat statistic
yaitu statistic deskriptif. Analisis statistic deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai
29
maksimum, nilai rata-rata dan standard deviasi. Data yang diteliti akan dikelompokkan menjadi
opini audit going concern atau opini audit non going concern.
Analisis regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas
yang terjadinya pada variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen. Pada teknik
analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel
bebasnya (Ghozali, 2011:333). Analisis regresi logistik digunakan untuk menguji apakah
terhadap opini audit going concern model regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Keterangan :
GC = opini audit going concern (1=opini going concern dan 0=opini non going concern)
α = konstanta
Z’ = prediksi kebangkrutan
Kelayakan model regresi dinilai menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test > 0,05 maka Ho diterima
30
berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model sesuai dengan
Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal dengan nilai -2LL akhir menunjukkan bahwa
3. Koefisien Determinasi
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai
Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square menunjukkan variabel dependen yang dapat
4. Pengujian hipotesis
Pengujian dengan model regresi logistic digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
Kriteria pengujian:
a. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat signifikan 5% (α = 0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Mirna dan Indira. (2011). Analisis pengaruh kualitas audit, debt default dan opinion shopping
terhadap penerimaan opini going concern. Jurnal dan keuangan Indonesia, 8(1), 78-93.
Susanto, Yulius Kurnia. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going
concern pada perusahaan publik sector manufaktor. Jurnal bisnis dan akuntansi. 11(3), 155-173.
Bambang, H. and Marfooz. (2009). Factor influence auditor going concern opinion. Asian
Monica, K & Ni,K.R. (2016). Faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. E-jurnal
Santoso, E.B., & Wiyono, Y.I. (2013). Pengaruh reputasi auditor, prediksi kebangkrutan,
disclousure dan leverage terhadap penerimaan opini audit going concern. Jurnal akuntansi, 4(2),
139-154.