Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Auditor memiliki peran penting dalam menjembatani antara kepentingan investor sebagai

pengguna laporan keuangan dan kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan.

Data perusahaan akan lebih mudah dipercaya investor dan pemakain laporan keuangan lainnya.

Dengan melihat laporan tersebut kita dapat mengetahui keberlangsungan perusahaan (Going

Concern) tersebut. Going concern adalah adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan

merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga, jika entitas mengalamai

kondisi yang sebaliknya entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela, 2004).

Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam

mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang

tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan

keuangan perusahaan (Chen dan Church 1992). Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah

satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. PSAK

30 menyatakan bahwa going concern dapat dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan

sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya

informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu

badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi

kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada
2

pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar

atau kegiatan serupa lainnya.

Dalam mengambil keputusan berinvestasi auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi

apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal

laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI 2001). Masalah yang timbul ketika banyak terjadi

kesalahan opini (audit failures) yang dibuat oleh auditor menyangkut opini going concern

(Mayangsari 2003). Di Indonesia isu mengenai laporan auditor dan hubungannya dengan

masalah kelangsungan hidup bagi perusahaan sudah timbul sejak 1995. Isu ini muncul ditandai

dengan runtuhnya Bank Summa, meskipun bank tersebut telah mengeluarkan laporan audit yang

disajikan secara wajar pada tahun sebelumnya ternyata tidak menjamin kelangsungan hidup

entitas tersebut. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada 1997 di Indonesia, isu kelangsungan hidup

perusahaan menjadi sorotan publik. Perekonomian mengalami keterpurukan sehingga banyak

perusahaan yang mengalami keterpurukan, akibatnya banyak perusahaan yang mengalami

kebangkrutan karena tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Beberapa penyebabnya timbulnya kesalahan opini yang dibuat oleh auditor menyangkut

opini going concern (Mayangsari 2003) antara lain; Pertama, masalah self-fulfilling prophecy

yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika

auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan

perusahaan yang bermasalah (Venuti 2007). Masalah kedua yang menyebabkan kegagalan audit

(audit failures) adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang

terstruktur (Joanna 1994).


3

Karena penyebab yang diatas banyaknya kasus tentang manipulasi data keuangan yang tidak

dapat dideteksi dan informasi mengenai kelangsungan hidup yang belum diungkapkan oleh

auditor menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap auditor itu sendiri. Auditor sebagai pihak

independen yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perusahaan secara

menyeluruh dan mendeteksi kecurangan dalam perusahaan dinilai tidak dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik. Hal ini kemudian memicu kepercayaan terhadap auditor menjadi

berkurang, selain itu hal ini secara signifikan dapat merugikan stakeholder maupun stockholder.

Fenomena mengenai penurunan kepercayaan publik terhadap kantor akuntan penah terjadi di

Indonesia pada tahun 2003. Beberapa perusahaan besar seperti Bank Lippo, mendapat opini

wajar tanpa pengecualian pada tahun 2002 namun gagal pada tahun 2003. Mutchler et al. (1997)

menemukan bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara

signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variabel lag laporan audit serta

informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information) seperti default. Jika default ini telah

terjadi atau proses negosiasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default, auditor

mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern.

Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak terhadap kelangsungan

hidup perusahaan, oleh sebab itu mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor agar

mempertimbangkan pemberian opini going concern karena akan menimbulkan konsekuensi

negatif. Geiger et al. (1996) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang

mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial disstress. Kondisi tersebut

memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam

menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping.
4

Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari auditor yang mau

mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan

pelaporan perusahaan. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor (auditor switching)

untuk menghindari penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992), yaitu : (1)

perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk diganti

mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak mengungkapkan masalah going

concern. Argumen ini disebut ancaman pergantian auditor. (2) bahkan ketika auditor tersebut

independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik (auditor) yang cenderung

memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung

memberikan opini going concern.

Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator

going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang

akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah

hutang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan

untuk menutupi hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan.

Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default. Status

default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern. Seperti

yang tercantum dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam

memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya

(default).

Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah karena berkaitan erat

dengan reputasi auditor. Nasib akuntan publik sepertinya dipertaruhkan pada kelangsungan
5

usaha perusahaan kliennya (Marisi, 2006). Ini menunjukkan bahwa reputasi auditor

dipertaruhkan saat memberikan opini audit. Meskipun demikian, opini going concern harus

diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang

bermasalah (Mirna dan Indira, 2007).

Dalam memberikan opini going concern ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.

Auditor harus terlebih dahulu mengadakan evaluasi terhadap rencana-rencana manajemen,

sebelum auditor mengeluarkan opini going concern. Mc Keinley et al (1958) dikutip Fanny dan

Saputra KAP besar akan berusaha untuk menjaga nama dan menghindari tindakan yang dapat

mengganggu nama besar mereka. Januarti dan Fitirianasari (2008) menyatakan ketika KAP

sudah memiliki reputasi yang baik maka KAP akan berusaha untuk mempertahankan reputasi

yang dimilikinya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang merusak reputasinya sehingga KAP

akan selalu bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Opini auditor akan memberikan informasi

bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Hanya auditor

yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang dihasilkannya reliable.

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh factor

faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern.Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern karena

ditemukan hasil yang berbeda-beda pada penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini merujuk

pada penelitian Sari (2012) yang menganalisis faktor penerimaan opini audit going concern

dengan variabel independen yaitu audit tenure, reputasi KAP, disclosure, likuiditas,opini audit

tahun sebelumnya. Penelitian tersebut menguji sejauh mana faktor-faktor tersebut

mempengaruhi penerimaan opini audit going concern.


6

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh debt default, opinion

shopping, dan Prediksi Kebangkrutan tehadap penerimaan opini going concern. Oleh sebab itu

peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memilih judul “Analisis

Pengaruh Debt Default, Opinion Shopping, dan Prediksi Kebangkrutan Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going Concern”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apa pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern?

2. Apa pengaruh opinion shopping terhadap penerimaan opini audit going concern?

3. Apa pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap penerimaan opini audit going concern?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan, tujuan utama yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Untuk mengetahui tentang pengaruh opinion shopping terhadap penerimaan opini audit

going concern.

3. Untuk mengetahui tentang pengaruh prediksi kebangkrutan terhadap penerimaan opini

audit going concern.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kontribusi Teori
7

Bagi pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi, terutama yang

berkaitan dengan auditing dan akuntansi keuangan, khususnya dalam bidang keputusan opini

audit.

2. Kontribusi Praktek

Bagi regulator pasar modal, yakni memberikan kontribusi praktis pada pihak

BAPEPAM mengenai perhatiannya terhadap kemungkinan terjadinya praktik opinion

shopping di Indonesia.

3. Kontribusi Kebijakan

Bagi praktisi akuntan publik terutama bagi auditor dalam memberikan penilaian

keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going concern) perusahaan di

masa yang akan datang. Hal ini dengan memperhatikan kondisi keuangan dan non keuangan

pada perusahaan.

4. Bagi Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan acuan untuk melakukan

penelitian-penelitian selanjutnya, khusunya penelitian mengenai factor yang mempengaruhi

opini audit going concern .

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperluas pengetahuan serta

wawasan mengenai opini audit going concern.


8

1.5 Motivasi

Tanggung jawab auditor saat ini tidak hanya berpusat pada penilaian kewajaran laporan

keuangan dan mendeteksi fraud saja, tetapi juga menilai kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan

dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Ketika

kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor

memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church 1992).

Perusahaan yang menerima opini going concern akan berdampak terhadap kelangsungan

hidup perusahaan, oleh sebab itu mendorong manajemen untuk mempengaruhi auditor agar

mempertimbangkan pemberian opini going concern karena akan menimbulkan konsekuensi

negative. Geiger et al. (1996) menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang

mengeluarkan opini going concern pada perusahaan financial disstress. Kondisi tersebut

memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam

menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut opinion shopping. maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah faktor debt default, prediksi kebangkrutan, dan

opinion shopping berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern pada

perusahan.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen

(manajemen) dengan pemilik (principal). Pemilik (principal) mendelegasikan pembuatan

keputusan mengenai perusahaan kepada agen. Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk

melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi

dibandingkan pemilik. Ketimpangan informasi ini disebut sebagai asymentri information. Baik

pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata untuk

kepentingan sendiri.

Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara agen dan

principal. Pihak ketiga ini bertugas untuk mengawasi prilaku agen (manajemen) apakah ia sudah

bertindak sesuai dengan keinginan principal, maka laporan keuangan yang dibuat oleh manajer

dapat diaudit oleh pihak independen dalam hal ini adalah auditor. Auditor adalah pihak yang

dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal dengan manajemen dalam

mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006). Auditor melakukan fungsi pengawasan

pekerjaan manajer melalui laporan tahunan. Auditor bertugas memberi opini atas kewajaran

laporan keuang perusahaan, dan mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsuan hidupnya serta mengungkapkannya


10

pada laporan audit (SPAP, 2011). Laporan audit memberikan peringatan awal mengenai kondisi

keuangan perusahaan bagi principal (Rahman dan Siregar, 2012).

2.1.2 Teori Sinyal

Kewajiban seorang manajer terhadap stakeholder yaitu memberikan sinyal mengenai kondisi

keuangan perusahaan yang dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan keuangan

(Febriyanti, 2011). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan manajemen

untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dibandingkan perusahaan lain. Teori sinyal

meberikan penjelasan bahwa perusahaan yang memiliki kualitas baik akan memberikan sinyal

yang baik pula dipasar atau pun sebaliknya.

Disini pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang memberikan kualitas baik

maupun kualitas yang buruk (Adhiputra, 2015). Opini yang terdapat dalam laporan audit juga

merupakan sinyal yang dibuat auditor sesuai dengan kondisi dari perusahaan tersebut. Data-data

perusahaan akan mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, apabila

laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan tersebut telah

mendapat pernyataan wajar dari auditor (Komalasari, 2004). Dengan laporan keuangan yang

sudah diaudit tersebut, pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang tepat atas

perusahaan.

2.1.3 Opini Audit

Dalam melakukan audit umum, auditor akan memberikan opini atas laporan keuangan

perusahaan. Opni ini merupakan pernyataan kewajaran dalam semua hal yang material, posisi

keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (IAI,
11

2001). Auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam

laporan keuangan saja tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat

mengganggu kelangsungan hidup suatu perusahaan (SPAP SA 341).

Auditor independen harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama dalam menentukan prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang

kompeten yang cukup memadai dalam merumuskan pendapatnya. Pernyataan pendapat atas

kewajaran laporan keuangan perusahaan diungkapkan dalam laporan audit yang mencakup

paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil

audit kepada pemakai laporan auditnya. Laporan audit terdiri dari 3 paragraf antara lain: paragraf

pengantar, paragraf lingkup dan paragraf pendapat (Mulyadi, 2002).

Opini Audit terdapat pada paragraf pendapat yang merupakan informasi utama dari laporan audit.

Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit ada 5 macam, yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara

wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang

dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa pengecualian

antara lain :

 Laporan keuangan lengkap.

 Tiga standar umum telah dipenuhi.


12

 Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar

lapangan telah dipatuhi.

 Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted

Accounting Principles).

 Tidak ada keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan paragraf

penjelas atau modifikasi laporan

2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified

Opinion)

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan

(atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. Auditor menyampaikan pendapat ini

jika:

 Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan GAAP

 Keraguan besar akan konsep going concern

 Auditor ingin menekankan suatu hal

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas

tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak

hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.


13

4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar

posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan

pendapat atas laporan keuangan. Opini ini dikeluarkan ketika auditor tidak puas akan seluruh

laporan keuangan yang disajikan.

Arens (2008) menyatakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari proses audit.

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan

masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002). Laporan audit terdiri dari 3 paragraf antara lain:

paragraf pengantar (introductury paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf

pendapat (opinion paragraph) (Mulyadi,2002). Auditor memberikan opini harus didasarkan pada

keyakinan profesionalnya.

2.1.4 Going Concern

Going concern adalah salah satu konsep penting yang mendasari pelaporan keuangan (Gray

et al. 2000). Going Corncern merupakan kelangsungan hidup entitas. Dengan adanya Going

Corncern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam

jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Jika auditor merasa yakin bahwa

terdapat kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan maka auditor harus melakukan

beberapa hal sbb, (SPAP,2001): (1) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk
14

mengurangi dampak tersebut, dan (2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut akan

dilaksanakan. Jika manajemen tidak memiliki rencana maka auditor akan memberikan opini

disclaimer.

Audit report dengan memodifikasi opini going concern mengindikasikan bahwa dalam

penilain auditor terdapat resiko bahwa perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Oleh sebab

auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi

perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan dating

(Lenard et al. 1998).

2.1.5 Debt Default

Kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutang atau bunga merupakan indikator going

concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Debt default didefenisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar

hutang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh tempo Chen dan Church, 1992). Dapat

dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan factor pertama yang akan diperiksa oleh

auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah hutang perusahaan

sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi

hutangnya, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan. Apabila hutang ini

tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default.

Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going

concern. Dalam PSA 30, bahwa Going Corncern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan

keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan.

Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan

hidup suatu usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
15

kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada

pihak luar secara bisnis biasa, restrukturiasi utang, perbaikan operasi yang diperlukan dari luar

atau kegiatan serupa lainnya. Going Corncern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan

adanya Going Corncern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan

usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas

dianggap Going Corncern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi

kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya

dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar,

merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan

menimbulkan keraguan besar terhadap Going Concern perusahaan.

2.1.6 Opinion Shopping

Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktivitas mencari auditor yang mau

mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajemen utnuk mencapai tujuan

pelaporan perusahaan, walaupun menyebabkan laporan tersebut menjadi tidak reliable. Tujuan

pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil

operasi atau kondisi keuangan perusahaan.

Biasanya perusahaan menggunakan pergantian auditor (auditor switching) untuk

menghindari penerimaan opini going concern dengan dua cara (Teoh, 1992). Pertama,

mengancam auditornya untuk tidak mengeluarkan opini going concern, sehingga auditor tersebut

menjadi tidak independen karena takut diganti. Kedua, apabila auditor tetap independen sehingga

tetap mengeluarkan opini going concern, maka perusahaan akan menggantinya dengan auditor

baru yang tidak memberi opini going concern.


16

Beberapa faktor yang memotivasi manajer untuk melakukan opinion shopping, diantaranya

keinginan untuk mencapai target yang ditetapkan, serta kebutuhan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Manajer ingin laporan audit yang positif.

Laporan audit yang negatif akan mempengaruhi kemampuan perusahaan bertahan dipasar modal

dan nilai return dari saham yang dimilikinya.

2.1.7 Prediksi kebangkrutan

Altman dan McGough (1974), Koh dan killough (1990), Koh (1991) menyimpulkan bahwa

model prediksi kebangkrutan menggunakan rasio-rasio keuangan lebih akurat dibandingkan

dengan pendapat auditor dalam mengelompokkan perusahaan termasuk kategori bangkrut atau

tidak.

Fraser (1995) mengungkapkan penganalisasian mengenai kebangkrutan perusahaan diawali

dengan menganalisa rasio keuangan pada laporan keuangan dimana berisi informasi perusahaan

mengenai kondisi serta prospek perusahaan pada masa yang akan dating. Altman (1968) telah

melakukan studi yang berkenaan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan dalam beberapa

periode sebelum kebengkrutan benar-benar terjadi.

McKeown et al. (1991) berpendapat bahwa bisa saja auditor tidak mengungkapkan indikasi

kebangkrutan atas suatu perusahaan yang pada kenyataannya perusahaan tersebut mengalami

kebangkrutan pada beberapa tahun mendatang. Hal tersebut dikarenakan perusahaan sedang

berada dalam keadaan ambang batas antara kebangkrutan dengan kelangsungan usahanya.

Penelitian ini akan menggunakan model Altman Revised untuk mengukur atau memprediksi

tingkat kebangkrutan perusahaan.


17

Kriteria titik cut off Z score

Kriteria Nilai Z Kategori

Tidak bangkrut jika Z > 2,99 Sehat

Bangkrut jika Z < 1,81 Bangkrut

Daerah rawan bangkrut 1,80 – 2,98 Rawan Bangkrut

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Triyana Arni Faktor-Faktor Independen : Berdasarkan hasil

Agustina, Yang Akuntan Publik analisis data yang

Zulaikha Mempengaruhi (KAP), Opini Audit dilakukan, maka dapat

(2013) Keputusan Opini Tahun Sebelumnya, diambil kesimpulan

Going Corncern Penjualan bahwa dari delapan

Auditor Pada Perusahaan, Indikator variabel penelitian,

Perusahaan Kerugian Operasi hanya diperoleh dua

Manufaktur Yang Perusahaan, Audit variabel yang

Terdaftar Di Lag, Debt Default, berpengaruh signifikan

Bursa Efek Rasio Kecukupan terhadap penerbitan

Indonesia (BEI) Arus Kas, Rasio keputusan opini Going

Lancar Concern auditor. Dua

faktor tersebut adalah

variabel Opini Audit


18

Dependen : Going Corncern

Going Corncern sebelumnya dan variabel

indikator kerugian

operasi perusahaan

2 Dina Ekasari Opini Audit Independen : Berdasarkan analisis

(2010) Going Corncern: Modelprediksi data dan pembahasan

Kajian Kebangkrutan yang telah dilakukan,

Berdasarkan Debt Default maka dapat

Modelprediksi Opini Audit disimpulkan bahwa

Kebangkrutan, Tahun Sebelumnya variabel model prediksi

Debt Default, kebangkrutan, debt

Dan Opini Audit default, dan Opini Audit

Tahun tahun sebelumnya

Sebelumnya berpengaruh terhadap

(Studi Kasus Dependen : penerimaan Opini Audit

Pada Sektor Jasa Opini Audit Going Going Corncern.

Yang Terdaftar Corncern

Di Bursa Efek

Indonesia)

3 Dewi Hajar Opini Audit Independen: Berdasarkan hasil

Novanda Going Corncern: Model pengujian dengan

(2012) Kajian Prediksi tingkat signifikansi 5%,

Berdasarkan Kebangkrutan diperoleh bukti


19

Model Profitabilitas bahwa model prediksi

Prediksi Kualitas Audit kebangkrutan dengan

Kebangkrutan, Opini Audit menggunakan Altman

Profitabilitas, Sebelumnya Model

Kualitas Audit, berpengaruh terhadap

Dan Opini Audit Dependen : penerimaan Opini Audit

Sebelumnya Pada Opini Audit Going Going Corncern.

Perusahaan Corncern

Perbankan Sedangkan model

Yang Listing Di prediksi kebangkrutan

Bursa Efek dengan menggunakan

Indonesia Springate Model,

Zmijewski Model, dan

Revised Altman Model,

ROA, kualitas audit, dan

Opini Audit sebelumnya

tidak

berpengaruh terhadap

penerimaan Opini Audit

Going Corncern.
20

4 Indira Januarti Analisis Variabel Independen variabel yang

(2007) Pengaruh Faktor Kondisi Keuangan mempengaruhi

Perusahaan, Debt Default pemberian

Kualitas Auditor, Ukuran Perusahaan Opini Audit Going

Kepemilikan Opini Audit tahun Corncern adalah

Perusahaan sebelumnya (PO) variabel Debt default, ln

Terhadap Audit Lag sales (size), lamanya

Penerimaan Opini Auditor Client perikatan (audit client

Audit Going Tenure tenure), opini tahun

Corncern Kualitas Audit sebelumnya (prior

(Perusahaan Opinion Shopping opinion) dan kualitas

Manufaktur Yang Kepemilikan auditor (specialization),

Terdaftar di Manajerial dan

Bursa Efek Institusional sedangkan

Indonesia) variabel financial

Dependen: Opini distress meskipun

Audit Going signifikan tetapi arah

Corncern tandanya berkebalikan

dengan yang

dihipotesakan.

Variabel yang tidak

mempengaruhi
21

pemberian opini GC

adalah audit lag, opinion

shopping, kepemilikan

manajerial dan

kepemilikan

institusional. Untuk

audit lag, opinion

shopping dan

kepemilikan

institusional tandanya

sudah sama dengan

yang dihipotesakan.
22

2.3 Kerangka pemikiran dan Hipotesis

Debt Default
(X1)

Opini Audit Going


Opinion Concern
Shopping (X2)
(Y)

Prediksi
Kebangkrutan
(X3)

a. Pengaruh debt default terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern

Apabila perusahaan gagal dalam membayar utang (debt default) maka kelangsungan usaha

menjadi diragukan, oleh karena itu kemungkinannya auditor akan memberi opini audit going

concern. Pratitorini dan januarti (2007) menunjukkan bahwa debt default berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern. Pada tahun 1997, terjadi fluktuasi nilai tukar matang uang

rupiah. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dalam mata uang asing meningkat

secara signifikan, disamping itu banyak perusahaan yang mengalami rugi operasi dan realisasi

penjualan pun anjlok. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:

H1 : Debt fault berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.


23

b. Pengaruh Opinion Shopping terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern

Pratitorini dan Januarti (2007) menunjukkan bahwa perusahaan cenderung menggunakan auditor

independen yang sama apapun opini audit yang diberikan, karena perusahaan enggan untuk

mengganti auditor independen. Hal ini terlihat dari terbitnya peraturan tentang lamanya

penggunaan auditor independen selama tiga tahun dan kantor akuntan publik selama lima tahun.

Berdasarkan penjelasan tersenut hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:

H2 : Opinion Shopping berpengaruh terhadap penerimaan opini audit Going

Concern.

c. Pengaruh Prediksi Kebangkrutan terhadap penerimaan Opini Audit going Concern

Kebangkrutan suatu perusahaan dapat diidentifikasikan terhadap rasio-rasio keuangan

perusahaan serta informasi lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Beberapa

hasil penelitian meyakini bahwa terdapat perbedaan rasio keuangan pada perusahaan yang

mengalami kebangkrutan dengan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan. Terdapat

beberapa cara pengelolahan dan pengukuran yang menghasilkan suatu prediksi kebangkrutan

perusahaan salah satunya adalah model kebangkrutan yang dikebangkan oleh Edward Altman

yang dikenal dengan Altman Z-score. Semakin tinggi nilai Z-score, hal ini menandakan bahwa

perusahaan cenderung akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan, semakin rendah nilai Z-score,

hal ini menandakan bahwa perusahaan cenderung aman dari kebangkrutan.

H3 : Prediksi kebangkrutan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.
24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi (Sekaran dan Bougie, 2013; 240) menjelaskan sebagai keseluruhan orang, kejadian,

atau benda yang berada dalam suatu kelompok tertentu dan dijadikan suatu objek dalam

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan 2016, dengan alasan perusahaan manufaktur

cenderung tanggap dengan kondisi lingkungan serta periode tahun yang diteliti cenderung

mencerminkan kondisi perekonomian yang relatif stabil.

Sampel merupakan beberapa anggota dari populasi yang dipilih oleh peneliti dalam

penelitiannya (Sekaran dan Bougie, 2013; 241). Sampel dalam penelitian ini adalah sampel non

probabilitas. Sampel non Probabilitas pada penelitian ini menggunakan purpose sampling dengan

kriteria tertentu. Kriteria penentu sampel antara lain:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016.

2. Perusahaan yang tidak mengalami delisting selama tahun 2012 hingga tahun 2016.

3. Perusahaan yang membagikan deviden secara berturut tahun 2012 hingga tahun 2016.

4. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2010-2012 dalam Rupiah.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data penelitian adalah data

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, yaitu laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI dari tahun 2012 hingga tahun 2016.
25

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi,

yaitu dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder berupa

laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)

melalui www.idx.co.id.

3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Didalam penelitian ini variable-variabel dibagi menjadi dua, yaitu variabel terikat (dependent

variable) dan variabel bebas (independent variable). Pada bagian ini akan diuraikan defenisi dari

masing-masing variabel yang digunakan dengan operasionalnya serta cara pengukurannya

sebagai berikut:

Variabel Indikator Skala

Opini Audit Going Variabel dummy: Skala

Concer (Y) 1 = menerima opini auditor tentang Nominal

going concern.

0 = tidak menerima opini auditor

tentang going concern.

Debt Default (X1) Variabel dummy digunakan (1 = Skala

status debt default, 0 = status tidak Nominal

debt default) untuk menunjukkan

apakah perusahaan dalam keadaan

default atau tidak

Opinion Shopping Variabel pergantian auditor Skala

(X2) dummy, diberi nilai 1 jika terdapat Nominal


26

pergantian auditor, dan nilai 0 jika

tidak ada pergantian auditor.

Prediksi Z score: Skala Rasio

Kebangkrutan (X3) Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4

+ 0,999X5

Keterangan:

Z = Bangkrupcy

X1 = working capital/total asset

X2 = retained Earning/total asset

X3 = Earning before interest and

taxes/Total Asset

X4 = Market Value of Equity/Book

Value of Total Debt

X5 = Sales/Total Asset

1. Variable dependen

Variable dependen adalah variable yang di pengaruhi oleh variable lainnya. Dalam penelitian

ini menggunakan variabel dependen berupa:

Opini audit going concern

Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan

auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan dalam

menjalankan operasinya dalam kurun waktu yang pantas, tidak lebih satu tahun sejak tanggal

pelaporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2011). Menurut SA seksi 341, SPAP (2011)
27

opini audit yang termasuk opini going concern adalah pendapat wajar tanpa pengecualian dengan

bahasa penjelas (Unqualified Opinion with explanatory language), pendapat wajar dengan

pengecualian (Qualified Opinion), pendapat tidak wajar (Adverse Opinion), dan tidak

memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion). Opini audit going concern diberi kode 1 (satu),

sedangkan opini audit non going concern diberi kode 0 (nol).

2. Variabel independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya. Terdapat 3 variabel

independen dalam penelitian ini yaitu:

a. Debt default

Debt default atau kegagalan membayar utang didefinisikan sebagai kelalaian atau kegagalan

perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan

Church, 1992). Debt default ini digunakan untuk menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Variabel dummy digunakan (1 = status debt default, 0 = status tidak debt default) untuk

menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak.

b. Opinion Shopping

Pengukuran opinion shopping menggunakan metode yang diterapkan oleh Lennox (2002).

Opinion shopping menunjukkan pergantian auditor independen untuk tahun berikutnya apabila

tahun berjalan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Variabel pergantian auditor

dummy, diberi nilai 1 jika terdapat pergantian auditor, dan nilai 0 jika tidak ada pergantian

auditor.

c. Prediksi Kebangkrutan

Prediksi kebangkrutan digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan untuk

mengatasi dan meminimalisir terjadinya kebangkrutan. Untuk memprediksi kebangkrutan


28

digunakan model Altman dengan menggunakan perhitungan Z score. Persamaannya sebagai

berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5

Keterangan:

Z = Bangkrupcy

X1 = working capital/total asset

X2 = retained Earning/total asset

X3 = Earning before interest and taxes/Total Asset

X4 = Market Value of Equity/Book Value of Total Debt

X5 = Sales/Total Asset

Menurut Altman dalam Ramadhani dan Lukviaman (2009) angka cut off nilai Z dapat

menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang,

nilai tersebut terbagi dalam tiga kategori:

Z<1,8 = termasuk perusahaan bangkrut

1,8<Z<2,99 = termasuk grey area (tidak dapat ditentukan perusahaan sehat atau bangkrut)

Z>2,99 = termasuk perusahaan sehat

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data yang yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 20,

yang terdiri dari analisis statistik deskriptif dan analisis regresi logistic.

a. Analisis statistik Deskriptif

Data yang dikumpulkan dalam penelitian dan dioleh, kemudian dianalisi dengan alat statistic

yaitu statistic deskriptif. Analisis statistic deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai
29

maksimum, nilai rata-rata dan standard deviasi. Data yang diteliti akan dikelompokkan menjadi

opini audit going concern atau opini audit non going concern.

b. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas

yang terjadinya pada variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen. Pada teknik

analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel

bebasnya (Ghozali, 2011:333). Analisis regresi logistik digunakan untuk menguji apakah

variabel-variabel debt default, opinion shopping, dan prediksi kebangkrutan berpengaruh

terhadap opini audit going concern model regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

GC = α + β1DEB + β2OPN + β3Z’ + ε

Keterangan :

GC = opini audit going concern (1=opini going concern dan 0=opini non going concern)

α = konstanta

β1-β3 = koefisien regresi

DEB = debt default

OPN = opinion shopping

Z’ = prediksi kebangkrutan

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1. Menilai kelayakan model regresi

Kelayakan model regresi dinilai menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit

Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test > 0,05 maka Ho diterima
30

berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model sesuai dengan

data observasinya (Ghozali, 2005).

2. Menilai model Fit

Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal dengan nilai -2LL akhir menunjukkan bahwa

model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005).

3. Koefisien Determinasi

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai

Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square menunjukkan variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen.

4. Pengujian hipotesis

Pengujian dengan model regresi logistic digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian:

a. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau tingkat signifikan 5% (α = 0,05).

b. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis:

- Jika tingkat signifakan > 0,05, maka H0 diterima.

- Jika tingkat signifikan < 0,05, maka H1 diterima.


31

DAFTAR PUSTAKA

Mirna dan Indira. (2011). Analisis pengaruh kualitas audit, debt default dan opinion shopping

terhadap penerimaan opini going concern. Jurnal dan keuangan Indonesia, 8(1), 78-93.

Susanto, Yulius Kurnia. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going

concern pada perusahaan publik sector manufaktor. Jurnal bisnis dan akuntansi. 11(3), 155-173.

Bambang, H. and Marfooz. (2009). Factor influence auditor going concern opinion. Asian

academy of management journal. 14(1), 1-19.

Monica, K & Ni,K.R. (2016). Faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. E-jurnal

akuntansi universitas udayana,14(1), 451-481.

Santoso, E.B., & Wiyono, Y.I. (2013). Pengaruh reputasi auditor, prediksi kebangkrutan,

disclousure dan leverage terhadap penerimaan opini audit going concern. Jurnal akuntansi, 4(2),

139-154.

Anda mungkin juga menyukai