Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Teori Agensi
Jensen & Meckling (1976) teori keagenan menjelaskan hubungan antara principal
(investor) dan agent (manajemen). Teori ini memiliki 3 (tiga) asumsi, yaitu asumsi
sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia
disini mengarah pada sifat mementingkan diri sendiri (self interest), asumsi
keorganisasian dan asumsi informasi yang dapat menimbulkan asimetri informasi.

Asimetri informasi dimana ketidakseimbangan informasi akibat distribusi informasi


yang tidak sama antara agen dengan principal, yang nantinya dapat memberikan
keuntungan yang tidak adil.

Konflik yang biasa terjadi adalah perusahaan yang terlambat atau dengan sengaja
menunda pengungkapan informasi keuangan yang relevan, agar mendapat
keuntungan sendiri, berupa mendapat insentif, dan menutupi kesalahan dalam laporan
keuangan, tentu hal ini sangat merugikan investor. Ketidakpastian atau keterlambatan
dalam audit mempengaruhi keyakinan investor pada kualitas informasi dari
perusahaan. Hal ini juga dapat mengakibatkan investor menunda atau mengurangi
investasinya.

Dalam hal ini auditor berperan sebagai penengah antara principal dan agent yang
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Auditor harus bertindak secara independen
dan menjalankan tanggung jawab sesuai dengan standar audit yang berlaku. Publikasi
laporan keuangan secara tepat waktu dapat dinilai sebagai salah satu penentu utama
dari kualitas pelaporan keuangan yang meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan mengurangi information asymmetry (Annisa et al. 2022).

Audit delay tidak dapat dipisahkan dari teori agensi. Audit delay berhubungan erat
dengan ketepatan waktu dalam mempublikasikan laporan keuangan. Namun
banyaknya anak perusahaan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan juga menjadi slaah
satu alasan perusahaan tersebut memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan laporan keuangan pada masing-masing anak perusahaan, sehingga
audit delay yang diperlukan perusahaan juga semakin panjang.

2.1.2. Teori Sinyal


Sinyal atau informasi yang dikeluarkan perusahaan adalah hal yang sangat penting
bagi investor dan kreditor untuk dijadikan dasar pengambilan sebuah keputusan
(Spence, 1978).
Teori Sinyal dapat diartikan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan
sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal tersebut berupa informasi
mengenai kondisi perusahaan kepada pihak internal maupun eksternal yang memiliki
kepentingan akan sebuah informasi. Sinyal yang diberikan dapat juga dilakukan
melalui pengungkapan informasi akuntansi maupun non akuntasi seperti laporan
keuangan, laporan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan
keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.
Umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal good news
atau bad news. Sinyal yang diberikan akan mempengaruhi pasar saham khususnya
harga saham perusahaan. Jika yang dilaporkan adalah good news maka perusahaan
akan cenderung cepat menyelesaikan laporan audit, begitu juga sebaliknya jika yang
dilaporkan adalah bad news maka perusahaan akan cenderung melaporkan laporan
audit tidak tepat waktu.

Manfaat teori sinyal ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan
keuangan ke publik. Sinyal dari perusahaan memberikan informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan bagi para penggunanya antara lain investor. Semakin
panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham. Investor
dapat mengartikan lamanya audit delay dikarenakan perusahaan memiliki bad news
sehingga tidak segera mempublikasikan laporan keuangannya, yang kemudian akan
berakibat pada penurunan harga saham perusahaan. Jika suatu perusahaan ingin
sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan
laporan keuangan secara terbuka dan transparan.

2.1.3. Laporan Keuangan Tahunan


Menurut Fahmi (2011:21) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan. Perusahaan go
publik diwajibkan untuk mempublikasikan laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
Menurut IAI (2007:7) Laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan


mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang menghasilkan baik
peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi pemilik modal. Oleh
karena itu laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai
prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

Tujuan umum laporan keuangan menurut Sadeli (2011:18-19) adalah sebagai berikut:
1. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan
kewajiban.
2. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan
bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.
3. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan
bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.
4. Menyajikan informasi yang membantu para pemakai dalam menaksir
kemampuan perusahaan memperoleh laba.
5. Menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para
pemakainya.
laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses atau kegiatan akuntansi suatu
kesatuan usaha. Laporan itu diperlukan oleh pihak yang berkepentingan, antara lain:
manajer perusahaan, pemilik perusahaan, kreditor, investor, pemerintah dan lembaga
lainnya. Mengingat masing-masing pihak yang berhubungan dengan perusahaan
bersangkutan mempunyai kepentingan yang berbeda-beda maka laporan keuangan
harus disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan semua pihak.

2.1.4. Audit Delay


Audit delay sendiri adalah hasil akhir dari laporan keuangan yang telah di auditing oleh
auditor, menurut Rahayu & Suhayati (2013) auditing adalah pengumpulan dan
penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.

Menurut Tuanakotta (2011:236) Audit delay merupakan jarak antara tanggal tutup
tahun buku dengan laporan audit, atau waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit
hingga terbitnya laporan keuangan hasil auditan. Menurut Kasmir (2016:7) laporan
keuangan digunakan salah satunya untuk melihat kondisi perusahaan pada saat ini
atau dalam periode tertentu. Perbedaan tanggal laporan keuangan dengan tangal
penandatanganan auditor mengindikasikan lamanya waktu yang dilakukan auditor,
atau bisa disebut juga audit delay.

Menurut Dyer & McHugh (1975) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk
melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya, yaitu sebagai berikut:
1. Preliminary lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2. Auditor’s report lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal laporan auditor ditandatangani.
3. Total lag, interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal
penerimaan laporan dipublikasikan di bursa. Audit delay juga dikenal dengan
istilah audit report lag.
Audit delay dilihat (dihitung) sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu 31
Desember sampai tanggal yang penandatanganan laporan audit yang tertera pada
laporan auditor independen.

Pengukuran variabel audit delay ini mengacu pada penelitian Ebang et al (2019)
diukur dengan rumus sebagai berikut:
Notasi 1. Pengukuran Variabel Audit Delay ………………………………………. (1)
Sumber: Ebang et al, (2019).

2.1.5. Debt to Equity Ratio (DER)


Menurut Kasmir (2008:15) Debt to Equity Ratio menunjukan sejauh mana aktiva
dalam perusahaan dibiayai oleh hutang, rasio ini juga digunakan untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka panjang maupun jangka
pendek. Semakin rendah rasio ini menunjukan perusahaan semakin baik dalam
membayar hutang jangka panjangnya (Darsono & Ashari, 2005:55). Menurut
Prastowo & Juliaty (2008) menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh
perusahaan. Apabila pengukuran rasionya tinggi maka pendanaan dengan utang
semakin banyak sehingga semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utangnya dengan
aktiva yang dimilikinya.

Darsono & Ashari (2005:55) menyatakan pengukuran Debt to Equity Ratio diukur
dengan rumus sebagai berikut:

Notasi 2. Pengukuran Variabel DER ……...……………………………………… (2)


Sumber: Darsono & Ashari (2005:55).

2.1.6. Return on Assets


Menurut Fahmi (2011:57) Return on Assets merupakan kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan keuntungan dari tiap satu rupiah aset atau seluruh aset yang
digunakan. Menurut Kasmir (2014:327) rasio ini akan menunjukan seberapa banyak
laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh modal yang dimiliki dalam perusahaan.
Tujuan operasional dari sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalkan
profit, baik profit jangka pendek maupun profit jangka panjang. Perusahaan yang
mampu menghasilkan profit menunjukkan perusahaan memiliki keinginan untuk
menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dan keberhasilan efektivitas
perusahaan.

Darsono & Ashari (2005:57) menyatakan pengukuran Return on Assets diukur


dengan rumus
ROAsebagai berikut:
= Laba Bersih
Total Aktiva
Notasi 3. Notasi Pengukuran Variabel ROA ……………………………………… (3)
Sumber: Darsono & Ashari (2005:57).

2.1.7. Current Ratio


Menurut Sutrisno (2013) rasio ini membandingkan antar aktiva lancar perusahaan
dengan hutang jangka pendeknya. Aktiva lancar meliputi kas, piutang dagang, efek,
persediaan. Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang
bank, hutang gaji, dan hutang lain yang harus segera dibayar. Sayamsuddin (2011)
semakin tinggi rasio ini maka perusahaan dapat dikatakan mampu melunasi hutang
jangka pendeknya. Menurut (Darsono & Ashari (2005:52) namun jika rasio ini terlalu
tinggi menunjukan bahwa terdapat manajemen yang buruk atas pengelolaan
likuiditas. Sehingga rasio ini harus normal atau tidak terlalu rendah maupun terlalu
tinggi.

(Darsono & Ashari, 2005:52) menyatakan pengukuran Current Ratio diukur dengan
rumus sebagai berikut:

Notasi 4. Pengukuran Variabel CR ………………………………………………... (4)


Sumber: Darsono & Ashari (2005:57).

2.1.8. Ukuran Perusahaan


Menurut Riyanto (2001:299) ukuran perusahaan menunjukan besar kecilnya sebuah
perusahaan yang dilihat dari total asetnya, sehingga perusahaan yang besar akan
memiliki saham yang tersebar lebih luas dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Menurut Sawir (2004) besar kecilnya sebuah perusahaan akan dapa mempengaruhi
banyaknya dana tambahan yang akan diterima dari pasar modal, semakin besar
perusahaan maka akan memudahkan dalam mendapatkan tambahan dana dari pasar
modal atau mudah mendapat investor.

Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No. 20 tahun 2008
diuraikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1.
Kriteria Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan Kriteria


Aset (tidak termasuk Penjualan Tahunan
tanah dan bangunan)
Usaha Mikro Maksimal 50 jt Maksimal 300 jt
Usaha Kecil > 50 jt – 500 jt > 300 jt – 2,5 M
Usaha Menengah > 500 jt – 10 M > 2,5M – 50 M
Usaha Besar > 10 M > 50 M
Sumber: UU No. 20 tahun 2008.

Riyanto (2011) menyatakan pengukuran Ukuran Perusahaan diukur dengan


menggunakan rumus berikut:

Notasi 5. Pengukuran Variabel UP ……………………………………...………… (5)


Sumber: Riyanto (2011).

2.2. Pengaruh Antar Variabel


2.2.1. Pengaruh Variabel Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Audit Delay
Menurut Fahmi (2014) penggunaan hutang yang tinggi akan membuat perusahaan
masuk ke dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim). Perusahaan beresiko
gagal bayar hutang hutangnya yang dapat mengancam keberlangsungan jalannya
perusahaan atau membuat perusahaan dapat terlilit hutang sehingga gagal bayar dan
bangkrut. Ketika Debt to Equity Ratio tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan
memiliki ketergantungan dari pihak luar untuk membiayai aset yang dimiliki.
Perusahaan yang memiliki DER tinggi akan membahayakan perusahaan karena
membuat perusahaan terjebak dalam hutang tinggi, dan perusahaan terancam gagal
bayar hutang pokok dan bunganya, yang menjadikan hal ini sebagai berita buruk (bad
news), membuat manajemen menunda penyampaian laporan keuangan dan auditor
lama dalam proses mengaudit dikarenakan auditor harus mencari penyebab dari
tingginya hutang perusahaan, dan hat-hati dalam proses pengauditan sehingga
membuat audit delay menjadi panjang atau lama (Fahmi, 2011:157).

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa et al.
(2022), Febriani, (2019), Saputri & Lestari (2018), Seli (2019) yang menyatakan
bahwa variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 2


sebagai berikut:
H2: Diduga Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay

Gambar 2.1.
Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Audit Delay

H2
DER Audit Delay

Sumber: Annisa et al. (2022), Febriani, (2019), Saputri & Lestari


(2018), Seli (2019).

2.2.2. Pengaruh Variabel Return on Assets (ROA) Terhadap Audit Delay


Menurut Arief & Wibowo (2003:143) return on assets merupakan seberapa besar
tingkat profitabilitas yang diukur dari harta yang dimiliki perusahaan. Tiap
perusahaan memiliki target pencapaian laba, dengan tujuan supaya bisa memenuhi
kewajiban kepada pemegang saham dan meningkatkan daya tarik investor. Bila
perusahaan mendapat profit yang besar maka dapat diinformasikan ke publik atas
hasil yang baik tersebut.

Menurut Sudana (2011:22) perusahaan yang memilik rasio ROA tinggi berarti
memiliki kabar baik (good news) sehingga perusahaan akan segera menyampaikan
kabar baik ini ke publik dan penilaian atas kinerja pimpinan dan juga memberikan
sinyal positif kepada investor. Sehingga akan mengalami audit delay yang lebih
singkat.

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaol & Duha
(2021), Gustiani (2020), Saputri & Lestari (2018), Siregar & Harini (2022), Susanti
(2018) bahwa variabel Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay.

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 3


sebagai berikut:
H3: Diduga Return on Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay
Gambar 2.2.
Hubungan Return on Assets (ROA) Terhadap Audit Delay

H3
ROA Audit Delay

Sumber: Gaol & Duha (2021), Gustiani (2020), Saputri & Lestari
(2018), Siregar & Harini (2022), Susanti (2018).

2.2.3. Pengaruh Variabel Current Ratio (CR) Terhadap Audit Delay


Menurut Hanafi & Halim (2016:75) rasio ini menunjukan seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dengan aktiva lancarnya.
Menurut Sayamsuddin (2011:63) tidak ada ketentuan pasti nilai current ratio
dianggap baik. Namun tingginya rasio ini berarti menunjukan kecepatan perusahaan
dalam melunasi hutang, dan diartikan menunjukan perusahaan yang memiliki kinerja
yang baik.

Menurut Fahmi (2014:64) likuiditas yang diukur dengan current ratio, ketika current
ratio menunjukan rasio tinggi hal ini membuat perusahaan memiliki kabar baik (good
news) dan hal ini membuat perusahaan sesegera mungkin menyampaikan laporannya
dan menjadikan auditor dapat cepat dalam menyelesaikan laporan keuangan
auditannya, yang berarti akan semakin pendek Audit Delay.

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armando
(2019), Susanti (2018) bahwa variabel Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay.

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 4


sebagai berikut:
H4: Diduga Current Ratio (CR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay
Gambar 2.3.
Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Audit Delay

H4
CR Audit Delay

Sumber: Armando (2019), Susanti (2018).

2.2.4. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay


Menurut Bringham & Houston (2011:4) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya
suatu perusahaan yang dapat dilihat dari berbagai cara antara lain total aset, ukuran
pendapatan, dan total ekuitas. Menurut Harahap (2011:23) ukuran perusahaan dapat
diukur dengan logaritma natural (Ln) dari total aset perusahaan, total aset
mencerminkan ukuran perusahaan dan dapat mempengaruhi ketepatan waktu.
Menurut Hery (2017:11) besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan
dalam menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi
perusahaan. Perusahaan yang besar akan memiliki kontrol yang lebih baik terhadap
kondisi pasar sehingga akan memiliki risiko yang lebih rendah dari perusahaan kecil.

Menurut Subroto (2014:35) perusahaan akan lebih cepat menyampaikan laporan


keuangan, karena semakin banyak aset akan semakin menarik perhatian publik atau
investor, hal ini juga termasuk kabar baik (good news) bagi para investor maupun
calon investor, sehingga dapat mempercepat atau mengurangi audit delay.

Pandangan ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiraya &
Sayidah (2018) Gaol & Duha (2021), Ginting, (2019), Saputri & Lestari (2018),
Setyawan (2020), Susanti, (2018), Wisesa (2020) bahwa variabel Ukuran Perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.

Berdasarkan landasan teori dan empiris tersebut, maka dirumuskan hipotesis 5


sebagai berikut:
H5: Diduga Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay
Gambar 2.4.
Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay

H5
UP Audit Delay

Sumber: Adiraya & Sayidah (2018) Gaol & Duha (2021), Ginting,
(2019), Saputri & Lestari (2018), Setyawan (2020), Susanti,
(2018), Wisesa (2020).
2.3. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan menjadi rujukan utama dalam
penelitian untuk menguatkan teori dan hipotesis yang akan dibangun dalam penelitian
ini. Adapun ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.2.
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Model
No
Peneliti Variabel Penelitia Hasil
.
n
1. Saputri & Y: Audit Delay Analisis 1. Company Size
Lestari (2018). Regresi berpengaruh
X1: Company Linier signifikan terhadap
Tabel 2.1. (Lanjutan 1)
Size Berganda. Audit Delay.
Bersambung….
X2: CPA Firm 2. CPA Firm tidak
X3: ROA berpengaruh
X4: DER signifikan terhadap
Audit Delay.
3. ROA berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
Bersambung….
4. DER berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
2. Adiraya & Y: Audit Delay Analisis 1. UP berpengaruh
Sayidah 2018). Regresi signifikan terhadap
X1: UP Linear Audit Delay.
X2: Berganda. 2. Profitabilitas tidak
Profitabilitas berpengaruh
X3: Solvabilitas signifikan terhadap
X4: Opini Audit Delay.
Auditor 3. Solvabilitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Opini Auditor tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
3. Susanti (2018). Y: Audit Delay Analisis 1. CR berpengaruh
Regresi signifikan terhadap
X1: CR Linear Audit Delay.
X2: ROA Berganda 2. ROA berpengaruh
X3: DER signifikan terhadap
X4: UP Audit Delay.
3. DER tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. UP berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Olivia (2019). Y: Audit Analisis 1. Likuiditas tidak
Report Lag Linear berpengaruh
Berganda signifikan terhadap
X1: Likuiditas Audit Report Lag.
X2: 2. Profitabilitas tidak
Tabel 2.1. (Lanjutan 2) Profitabilitas berpengaruh
X3: Leverage signifikan terhadap
Bersambung….
X4: Opini Audit Report Lag.
3. Leverage tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Report Lag.
4. Opini berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Report Lag.
5. Armando Y: Audit Analisis 1. ROA tidak
(2019). Report Lag Regresi berpengaruh
Linear signifikan terhadap
X1: Berganda Audit Report Lag.
Profitabilitas 2. CR berpengaruh
X2: Likuiditas signifikan terhadap
X3: Solvabilitas Audit Report Lag.
3. DER tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Report Lag.
6. Ginting (2019). Y: Audit Delay Analisis 1. Profitabilitas (ROA)
Regresi tidak berpengaruh
X1: Linear signifikan terhadap
Profitabilitas Berganda Audit Delay.
X2: Solvabilitas 2. Solvabilitas (DAR)
X3: Ukuran berpengaruh
Perusahaan signifikan terhadap
Audit Delay.
3. Ukuran Perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
7. Seli (2019). Y: Audit Delay Analisis 1. Profitabilitas tidak
Regresi berpengaruh
X1: Linear signifikan terhadap
Profitabilitas Berganda Audit Delay.
X2: Solvabilitas 2. Solvabilitas
X3: Aktivitas berpengaruh
Persediaan signifikan terhadap
Audit Delay.
3. Aktivitas Persediaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Tabel 2.1. (Lanjutan 3) Audit Delay.
8. Febriani (2019). Y: Audit Analisis 1. ROA tidakBersambung….
Deport Lag Regresi berpengaruh
Linear signifikan terhadap
X1: ROA Berganda Audit Report Lag.
X2: DER 2. DER berpengaruh
X3: Ukuran signifikan terhadap
Perusahaan Audit Report Lag.
3. Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Report Lag.
9. Ebang et al Y: Audit Delay Analisis 1. Ukuran Perusahaan
(2019). Regresi tidak berpengaruh
X1: Ukuran Linear signifikan terhadap
Perusahaan Berganda Audit Delay.
X2: 2. Profitabilitas tidak
Profitabilitas berpengaruh
X3: Solvabilitas signifikan terhadap
X4: Opini Audit Audit Delay.
X5: Ukuran 3. Solvabilitas tidak
KAP berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Opini Audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
5. Ukuran KAP tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
10. Wisesa (2020). Y: Audit Delay Analisis 1. Profitabilitas
Regresi berpengaruh positif
X1: Logistik terhadap Audit Delay.
Profitabilitas 2. Solvabilitas
X2: Solvabilitas berpengaruh positif
X3: Ukuran terhadap Audit Delay.
Perusahaan 3. Ukuran Perusahaan
X4: Kualitas berpengaruh negatif
Auditor terhadap Aduit Delay.
4. Kualitas Auditor
berpengaruh positif
Tabel 2.1. (Lanjutan 4) terhadap Audit Delay.
11. Setyawan Y: Audit Analisis 1. LikuiditasBersambung….
tidak
(2020). Report Lag Regresi berpengaruh
Linear signifikan terhadap
X1: Likuiditas Berganda Audit Report Lag.
X2: Solvabilitas 2. Solvabilitas
X3: Ukuran berpengaruh
Perusahaan signifikan terhadap
Audit Report Lag.
3. Ukuran Perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Report Lag.
12. Gustiani (2020). Y: Audit Delay Analisis 1. Ukuran Perusahaan
Regresi tidak berpengaruh
X1: Ukuran Linear signifikan terhadap
Perusahaan Berganda Audit Delay.
X2: 2. Profitabilitas
Profitabilitas berpengaruh
X3: Solvabilitas signifikan terhadap
X4: Jenis Audit Delay.
Industri 3. Solvabilitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Jenis Industri
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
13. Gaol & Duha Y: Audit Delay Analisis 1. Opini Auditor
(2021). Regresi berpengaruh
X1: Opini Linear signifikan terhadap
Auditor Berganda Audit Delay.
X2: 2. Profitabilitas
Profitabilitas berpengaruh
X3: Ukuran signifikan terhadap
Perusahaan Audit Delay.
3. Ukuran Perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
14. Damanik et al Y: Audit Delay Analisis 1. Profitabilitas tidak
(2021). Regresi berpengaruh
X1: Linear signifikan terhadap
Tabel 2.1. (Lanjutan 5) Profitabilitas Berganda Audit Delay.
X2: Ukuran 2. Ukuran Perusahaan
Bersambung….
Perusahaan tidak berpengaruh
X3: Leverage signifikan terhadap
X4: Umur Audit Delay.
Perusahaan 3. Leverage tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Umur Perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
15. Tumanggor & Y: Aduit Delay Analisis 1. Likuiditas tidak
Mahmuddin Regresi berpengaruh
(2022). X1: Likuiditas Linear signifikan terhadap
X2: Berganda Audit Delay.
Profitabilitas 2. Profitabilitas tidak
X3: Solvabilitas berpengaruh
X4: Ukuran signifikan terhadap
Perusahaan Audit Delay.
3. Solvabilitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Ukuran Perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
16. Zulaikha Y: Audit Delay Analisis 1. Profitabilitas
(2022). Regresi berpengaruh
X1: Linear signifikan terhadap
Profitabilitas Berganda Audit Delay.
X2: Solvabilitas 2. Solvabilitas tidak
X3: Ukuran berpengaruh
Perusahaan signifikan terhadap
X4: Opini Audit Audit Delay.
X5: Ukuran 3. Ukuran Perusahaan
KAP tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Opini Audit
berpengaruh
signifikan terhadap
Tabel 2.1. (Lanjutan 6) Audit Delay.
5. Ukuran KAP
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
17. Annisa et al Y: Audit Delay Analisis 1. Profitabilitas tidak
(2022). Regresi berpengaruh
X1: Linear signifikan terhadap
Profitabilitas Berganda Audit Delay.
X2: Solvabilitas 2. Solvabilitas
X3: Reputasi berpengaruh
KAP signifikan terhadap
Audit Delay.
3. Reputasi KAP
berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
18. Siregar & Y: Audit Delay ? 1. ROA berpengaruh
Harini (2022). signifikan terhadap
X1: ROA Audit Delay.
X2: UP 2. UP tidak berpengaruh
X3: CR signifikan terhadap
Audit Delay.
3. CR tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian terdahulu serta permasalahan
yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan hipotesis berikut disajikan
kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2.5. berikut:
Gambar 2.5.
Kerangka Pemikiran Teoritis

Sumber: Adiraya & Sayidah (2018), Annisa et al (2022), Armando (2019),


Damanik et al (2021), Ebang et al (2019), Febriani (201), Gaol & Duha
(2021), Ginting (2019), Gustiani (2020), Olivia (2019), Saputri & Lestari
(2018), Seli (2019), Setyawan (2020), Siregar & Harini (2022), Susanti
(2018), Tumanggor & Mahmuddin (2022), Wisesa (2020), Zulaikha
(2022).

2.5. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan pengaruh variabel, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H1: Diduga Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), Current Ratio
(CR), dan Ukuran Perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay.
H2: Diduga Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay.
H3: Diduga Return on Assets (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay.
H4: Diduga Current Ratio (CR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit
Delay.
H5: Diduga Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Audit
Delay.

Anda mungkin juga menyukai