Anda di halaman 1dari 50

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1. Audit Delay

Audit Delay didefinisikan sebagai lamanya hari yang dibutuhkan


auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya yang diukur mulai dari
tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan auditan
oleh auditor. Waktu penyelesaiannya dapat diukur dari jumlah hari yang
dibutuhkan oleh audit. Jumlah hari tersebut dapat dihitung dari tanggal
penutupan tahun buku perusahaan dikurangi dengan tanggal penerbitan
laporan auditan oleh KAP. Keterlambatan audit (Audit Delay) merupakan hal
yang sangat penting bagi seorang investor yang akan menanamkan sahamnya
pada perusahaan tertentu. Hal inilah yang mampu berdampak pada kualitas
suatu perusahaan (Hayati, 2020).
Perbedaan waktu yang sering disebut dengan audit delay merupakan
perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit
dalam laporan keuangan yang mengidentifikasi tentang lamanya waktu
penyelesaian audit yang dibutuhkan oleh auditor. Oleh karena itu, semakin
panjang audit delay semakin lama juga auditor menyelesaikan pekerjaan
auditnya. Berdasarkan atas kerangka dasar penyusunan dan penyajian dalam
laporan keuangan itu harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang
merupakan ciri khas dalam mebuat informasi dalam laporan keuangan yang
mampu berguna bagi para pengguna kepentingan. Empat karakteristik
tersebut adalah yang pertama dapat dipahami, kedua relevan, ketiga
keandalan dan keempat dapat dibandingkan.
Ketepatan waktu adalah kualitas yang sangat berkaitan dengan
ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal pelaporan
keuangan dan pelaporan audit (audit delay) itu mencerminkan ketepatan
waktu atas penyampaian laporan keuangan. Informasi yang sebenarnya

8
9

bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan ketika tidak tersedianya pada saat
dibutuhkan. Ketepatan waktu atas informasi ini mengandung pengertian
bahwa informasi tersebut tersedia sebelum kehilangan kemampuannya dalam
mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan.
Informasi ini harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan
sebagai dasar dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi dan mampu
menghindari tertundanya pengambilan keputusan.
Audit delay dapat mempengaruhi ketepatan waktu dalam
mempublikasikan atau pelaporan terhadap laporan keuangan. Ketentuan
dalam penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam Lampiran
Keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Nomor /POJK.04 tentang penyampaian laporan keuangan
bahwa laporan keuangan tengah tahunan wajib disampaikan kepada Otoritas
Jasa Keuangan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal akhir
periode sedangkan untuk penyampaian laporan keuangan tahunan wajib
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 90 (sembilan
puluh hari sejak tanggal akhir tahun buku.
Sanksi tersebut tertuang dengan jelas dalam Ketentuan II.6.1
Peraturan No. 1-H yang menyatakan peringatan Tertulis I akan diberikan
kepada perusahaan atau emiten yamg terlambat sampai 30 (tiga puluh) hari
terhiting sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan akhir
tahun. Ketentuan II.6.2 Peraturan No. 1-H, Peringatan Tertulis II dan denda
sebesar Rp.50.000.000 akan diberikan perusahaan atau emiten yang tercatat
tetap harus mematuhi kewajiban penyampaian laporan keuangan mulai hari
kalender ke-31 hingga hari ke-60 sejak lampaunya batas waktu penyampaian
laporan keuangan. Ketentuan II.6.3 peraturan No. 1-H, yang menyatakan
pernyataan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp.150.000.000 akan
diberikan kepada perusahaan atau emiten apabila mulai hari ke-61 hingga hari
ke-90 sejak lampaunya batas penyampaian laporan keuangan, perusahaan
atau emiten tersebut tetap tercatat tidak menyampaikan kewajiban lapiran
10

keuangan dan tidak melakukan ketentuan pembayaran denda sebagaimana


dimagsud dalam ketentuan II.6.2 tersebut.

Dalam pelaksanaan audit, seorang auditor biasanya melakukan suatu


perencanaan sebelumnya dengan membuat anggaran waktu (time budget)
yang berisi penetapan pedoman mengenai jumlah waktu dalam setiap
kegiatan audit. Anggaran tersebut berisikan pedoman, namun isinya tidak
absolut. Apabila seorang auditor menyimpang dari salah satu program audit
dengan alasan suatu kondisi, auditor juga mungkin terpaksa dalam
menyimpang dari anggaran waktu. Dalam hal ini, seorang auditor
mendapatkan tekanan, yaitu antara memenuhi anggaran waktu guna
menunjukkan efisiensi dan evaluasi kinerjanya atau tetap pada
profesionalitasnya sesuai dengan standard Profesional Akuntan Publik
(SPAP) yang menyatakan bahwa audit itu harus dilaksanakan dengan penuh
kecermatan dan ketelitian juga alat-alat untuk pengumpulan bukti yang cukup
dan memadai. Apabila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka
informasi yang disampaikan juga tidak merugikan. Proses audit ini sangat
memerlukan waktu, inilah yang mampu berakibat terhadap audit delay yang
nantinya akan mampu berpengaruh dalam proses ketepatan waktu dalam
pelaporan keuangan.
Menurut Dyer dan Mc Hugha (2001), keterlambatan pelaporan
keuangan terbagi menjadi tiga kriteria, yaitu:
1. Preliminary lag: Interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal
diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal.
2. Auditor’s Report lag: Interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai
dengan tanggal yang tercantum dalam laporan auditor.
3. Total lag: Interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal
diterimanya laporan ke tahunan publikasi oleh pasar.
11

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

2.1.2.1 Ukuran Perusahaan

Menurut Dyer dan McHugh (1975), perusahaan besar lebih


konsisten dalam hal ketepatan waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam
menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan
semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay
dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses
auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu, manajemen perusahaan yang berskala besar
cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor dan
pengawas permodalan dari pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan.

2.1.2.2 Tingkat Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam


memperoleh keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah dianggap
berpengaruh terhadap audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat
yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan.
Penelitian Carslaw dan Kaplan (1991) memaparkan perusahaan yang
melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur
waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya.
Profitabilitas adalah ukuran mengenai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keutungan selama periode tertentu. Perusahaan tidak
akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Oleh karena
itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung
mengalami audit delay yang lebih pendek, sehingga good news tersebut
dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh Harahap (2001:304)
12

bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan


laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, dan jumlah karyawan, dan sebagainya.

2.1.2.3 Solvabilitas

Solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk


membayar seluruh kewajibannya. Besarnya debt to equity ratio
mengindikasikan besarnya resiko keuangan perusahaan yang
mengakibatkan lamanya penyusunan laporan keuangan yang berdampak
pada panjangnya penerbitan laporan keuangan perusahaan.
Semakin tinggi solvabilitas suatu perusahaan akan mencerminkan
tingginya resiko keuangan dari perusahaan tersebut, dan memungkinkan
perusahaan tidak dapat melunasi hutang-hutangnya. Risiko perusahaan
yang tinggi ini akan mengindikasikan bahwa perusahaan sedang
mengalami kesulitan keuangan yang merupakan berita buruk (bad news)
yang akan mempengaruhi penilaian dimata stakeholder. Berita buruk ini
membuat perusahaan menunda publikasi laporan keuangannya agar kabar
tersebut tidak sampai ke pihak stakeholder. Solvabilitas dapat dihitung
dengan banyak cara antara lain dengan rasio modal sendiri dibanding
dengan total aktiva, rasio modal sendiri dibanding dengan aktiva tetap,
rasio aktiva tetap dengan utang jangka panjang, rasio utang jangka panjang
dengan modal sendiri, rasio total utang dengan modal sendiri, dan rasio
antara total utang dengan total ekuitas. Pada penelitian ini, solvabilitas
diukur dari total hutang dibandingkan dengan ekuitas.

2.1.2.4 Reputasi Kantor Akuntan Publik

Menurut Agoes (2012: 43) (dalam Yunita dan Syofyan, 2017),


Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
13

praktik akuntan publik. Sehingga perusahaan dalam menyampaikan suatu


laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik agar akurat
dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP. Dan untuk
meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa
KAP yang mempunyai reputasi seperti KAP yang berafiliasi dengan KAP
besar yang berlaku universal yang dikenal dengan The Big Four. Kantor
Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di Indonesia adalah:
1. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja
sama dengan Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio.
2. Kantor Akuntan Publik Price Water Haouse Cooper, yang bekerja
sama dengan Kantor Akuntan Publik Tanudiredja, Wibisana, &
Rekan.
3. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan
Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman, & Surja.
4. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar),
yang bekerja sama dengan Kantor AKuntan Publik Sidharta dan
Widjaja.

2.2 Penelitian Terdahulu

Selain menggunakan dukungan landasan teori, agar penelitian dapat


dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sejenis, maka dalam penelitian ini
juga dilengkapi dengan beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan
pertimbangan. Beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti
yang pernah penulis baca, diantaranya:
14

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Sample dan Variabel dan
Penelitian dan
No Periode Metode Hasil
Tahun
Penelitian Analisis
1. Gustinah Barkah Perusahaan Variabel Ukuran Perusahaan
dan Hadi Pranomo Manufaktur Dependen: dan Profitabilitas
(2016) yang terdaftar di Audit Delay tidak berpengaruh
BEI 2010-2012 Variabel signifikan terhadap
Independen Audit Delay.
Ukuran Sedangkan
Perusahaan Solvabilitas
Profitabilitas berpengaruh
Solvabilitas signifikan terhadap
Audit Delay.
2. I Gusti Ayu Puspita Perusahaan Variabel Ukuran Perusahaan
Sari N dan Ni Luh Manufaktur Dependen : dan laba operasi
Sari W (2015) yang terdaftar di Audit Delay berpengaruh
BEI 2011-2013 Variabel negatif terhadap
Independen Audit Delay.
Ukuran Sedangkan
Perusahaan Solvabilitas
Laba Operasi berpengaruh positif
Solvabilitas terhadap Audit
Komite Audit Delay, dan komite
audit tidak
berpengaruh
terhadap Audit
Delay.
3. Yelma Yunita dan Perusahaan Variabel Menyatakan bahwa
15

Efrizal Syofyan Manufaktur Dependen : Ukuran Perusahaan


(2017) yang terdaftar di Audit Delay tidak berpengaruh
BEI 2011-2015 Variabel signifikan terhadap
Independen Audir Delay.
Ukuran Sedangkan
Perusahaan Profitabilitas dan
Profitabilitas Ukuran KAP
Ukuran KAP berpengaruh
signifikan terhadap
Audit Delay.
4. Desy Fitriyani Perusahaan Variabel Ukuran
(2019) Manufaktur Dependen : Perusahaan,
yang terdaftar di Audit Delay Laba/Rugi operasi,
BEI 2013-2016 Variabel Reputasi KAP,
Independen DAN Opini Audior
Ukuran tidak berpengaruh
Perusahaan, signifikan terhadap
Laba/Rugi Audit Delay.
Operasi, Sedangkan
Solvabilitas, Solvabilitas dan
Profitabilitas, Profitabilitas
Reputasi berpengaruh
KAP dan signifikan terhadap
Opini Audit Audit Delay.

5. Hasna Syafira Perusahaan Variabel Ukuran Perusahaan


Budiyanti (2020) Manufaktur Dependen : tidak berpengaruh
yang terdaftar di Audit Delay signifikan terhadap
BEI 2016-2018 Variabel Audit Delay.
Independen Sedangkan
16

Ukuran Laba/Rugi Operasi


Perusahaan, dan Kepemilikan
Laba/Rugi Publik berpengaruh
Operasi, dan signifikan terhadap
Kepemilikan Audit Delay.
Publik

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan menggambarkan keadaan atau kondisi suatu


perusahaan, apakah suatu perusahaan tergolong suatu perusahaan yang
besar ataukah termasuk perusahaan kecil dengan melihat total asset dari
perusahaan tersebut. Semakin besar total asset suatu perusahaan maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan pertama,
perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya, staf akuntansi, dan
sistem informasi yang canggih. Kedua, perusahaan besar cendrung
memiliki sistem pengendalian internal yang kuat. Ketiga, perusahaan besar
senantiasa diawasi secara ketat oleh investor dan analisis keuangan. Pihak-
pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang temuat dalam
laporan keuangan.
Penelitian tersebut didukung oleh Kartika (2011) yang
menyimpulkan jika adanya pengaruh negatif dan signifikan antara ukuran
perusahaan dengan audit delay. Artinya semakin besar kekayaan/total aset
yang dimiliki perusahaan maka semakin cepat audit delay. Sejalan dengan
penelitian Ningsih dan Widhiyani (2015) bahwa adanya pengaruh negatif
terhadap audit delay. Hal ini dikarenakan besarnya total aset yang dimiliki
suatu perusahaan tersebut memiliki sistem pengendalian internal yang
baik, sehingga perusahaan besar seringkali memiliki audit internal yang
baik. Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang
disusun sebagai berikut:
17

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay


2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit Delay

Hasil penelitian Prameswari dan Yustrianthe (2015)


mengemukakan jika profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
Artinya perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi tidak akan
menunda mempublikasikan laporan keuangannya, sebab hal tersebut
merupakan kabar baik yang secepatnya harus disampaikan kepada pihak
publik. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Saemargani dan
Mustikawati (2015), menyatakan hal yang sama jika profitabilitas yang
tinggi waktu audit delay nya cenderung singkat. Berdasarkan uraian
teoritis diatas maka hipotesis alternatif yang disusun sebagai berikut:
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay

2.3.3 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Audit Delay

Kurniawati dan Setiawan (2016) menemukan adanya hubungan


positif antara solvabilitas (rasio total hutang terhadap total ekuitas) dengan
audit delay perusahaan. Semakin tingginya solvabilitas berarti ada
permasalahan going concern yang memerlukan audit lebih teliti (Carslaw
dan Kaplan, 1991). Berdasarkan uraian teoritis diatas maka hipotesis
alternatif yang disusun sebagai berikut:
H3 : Solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay

2.3.4 Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Audit


Delay

Penelitian Prameswari dan Yustrianthe (2015) mengemukakan jika


reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay. Hal ini didukung oleh
penelitian Apriyani (2015) dan Yunita dan Syofyan (2017) yang
mengemukakan jika reputasi KAP berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap audit delay. Hasil penelitian menenjukkan bahwa KAP big four
18

dengan kapasitas sumber daya manusia yang handal dan kualitas pekerjaan
audit yang efektif membuktikan bahwa dapat menyelesaikan audit lebih
cepat dibandingkan dengan KAP non big four. Berdasarkan uraian teoritis
diatas maka hipotesis alternatif yang disusun sebagai berikut:
H4 : Reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit
delay

2.4 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan tinjauan teoritis dan studi sebelumnya, kita dapat
mengembangkan kerangka kerja dimana variabel dependennya adalah Audit
Delay dan variabel independennya adalah ukuran perusahaan, profitabilitas,
solvabilitas dan reputasi KAP seperti pada gambar di bawah ini :

Ukuran Perusahaan
(X1)

Profitabilitas
(X2)
Audit Delay
(Y)

Solvabilitas
(X3)

Reputasi KAP
(X4)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menekan analisisnya pada data-data
numerikal (angka). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
situs di Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Data sekunder adalah jenis
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan hipotesis
yang telah tersusun untuk dipublikasikan. Data yang dimaksud adalah laporan
tahunan (annual report) dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2020-2022.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Metode dokumentasi adalah mengumpulkan data sekunder dengan cara
melihat atau menyalin catatan kertas kerja yang dianggap berhubungan
dengan penelitian (Saemargani dan Mustikawati, 2015), yaitu dengan
pengumpulan data dengan mendownload laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2020-2022.
2. Studi pustaka, yaitu membaca sumber bahan kajian yang dikemukakan
oleh para ahli atau literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah
yang sedang diteliti.

3.3 Objek Penelitian, Populasi dan Sampel


3.3.1 Objek Penelitian
Menyatakan objek penelitian merupakan sasaran penelitian yang
bertujuan untuk mendapatkan data dengan kegunaan tertentu tentang suatu
hal yang objektif, reliable, dan valid mengenai variabel tertentu (Sugiyono,
2017). Adapun objek penelitian mengenai variabel bebas (independent
variable) yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, dan reputasi
KAP, juga variabel terikat (dependent variable) adalah audit delay pada

19
20

perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


periode 2020-2022.

3.3.2 Populasi dan Sampel


Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu
yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi yang akan menjadi objek
penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2020-2022. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah
suatu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu dimana sampel
sengaja dipilih untuk mewakili populasi (Saemargani dan Mustikawati,
2015).

Adapun kriteria-kriteria yang digunakan sebagai berikut :


1. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang secara konsisten mempublikasikan laporan tahunan periode
2020-2022.
2. Perusahaan yang dalam laporan keuangannya berakhir tanggal 31
desember dan menggunakan mata uang rupiah (IDR).
3. Perusahaan memiliki data yang terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian


Variabel penelitian ini terdiri dari dua kelompok utama yaitu
variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini adalah pengukuran
masing-masing variabel yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari :
21

3.4.1.1 Variabel Dependen


Variabel dependen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah Audit
delay. Dari Aryati dan Theresia (2005) dalam penelitian Prameswari dan
Yustrianthe (2015), Audit delay diukur secara kuantitatif, ialah rentang
waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang
diukur berdasarkan lamanya waktu atau hari yang dibutuhkan untuk
memperoleh laporan auditor independen atas laporan keuangan tahunan
perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu 31 desember
sampai tangal yang tertera pada laporan auditor independen.
Di Indonesia secara khusus lama audit delay diatur oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Laporan keuangan yang telah
disertai laporan auditor independen yang kemudian akan diserahkan
kepada BAPEPAM paling lambat 90 hari dari tanggal laporan keuangan.
Audit delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan Keuangan

3.4.1.2 Variabel Independen


Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang
dilihat dari besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
(Saemargani dan Mustikawati,2015). Mengacu pada Prameswari dan
Yustrianthe (2015), Ningsih dan Widhiyani (2015) serta Barkah dan
Pramono (2016) ukuran perusahaan dapat diukur menggunakan logaritma
total assets perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan
perusahaan pada akhir periode.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Ukuran Perusahaan = Log total Assets
22

2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Perusahaan yang tingkat profitabilitasnya
tinggi diduga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan auditnya akan
lebih pendek. Dalam penelitian ini, profitabilitas dapat diukur dengan
return on assets (ROA). penggunaan metode ini sesuai dengan penelitian
Prameswari dan Yustrianthe (2015), Yunita dan Syofyan (2017), serta
Barkah dan Pranomo (2016).
Rasio ini dihitung sebagai berikut :
Profitabilitas = Laba setelah pajak / Total Aktiva x 100%

3. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi
semua hutang - hutangnya, baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang. Solvabilitas dapat diukur menggunakan total debt to
equity rasio yaitu dengan membandingkan jumlah jumlah ekuitas (total
equity) dengan jumlah hutang (total debt) baik hutang jangka pendek
ataupun jangka panjang.
Rasio ini dihitung sebagai berikut :
Solvabilitas = Total Utang / Total Ekuitas x 100%

4. Reputasi Kantor Akuntan Publik


Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktik akuntan publik (Yunita dan Syofyan, 2017).
Variabel Reputasi KAP ini diukur menggunakan variabel dummy,
dimana dengan mengelompokkan KAP yang berafiliasi dengan the Big
Four diberi kode 1, sedangkan untuk KAP Non the Big Four diberi kode 0
(Prameswari dan Yustrianthe (2015).
23

3.4.2 Definisi Operasional


Tabel 3.3.2.
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Variabel Indikator Sumber
1. Audit Delay Lamanya waktu Audit Delay = Barkah dan
penyelesaian audit Tanggal laporan Pramono
yang diukur dari audit – tanggal (2016)
tanggal penutupan laporan keuangan
tahun buku sampai
dengan tanggal
diterbitkannya
laporan audit.
2. Ukuran Besar kecilnya Diproksikan Ningsih dan
Perusahaan suatu perusahaan dengan logaritma Widhiyani
yang dilihat dari dari total aktiva (2015)
besarnya aset yang pada perusahaan
dimiliki oleh terkait.
perusahaan.
3. Profitabilitas Kemampuan suatu Profitabilitas = Prameswari
perusahaan dalam Laba Bersih/Total dan
menghasilkan laba. Aset x 100% Yustrianthe
(2015)
4. Solvabilitas Kemampuan Solvabilitas = Prameswari
perusahaan dalam Total Debt / Total dan
memenuhi semua Equity x 100% Yustrianthe
kewajiban jangka (2015)
panjang maupun
jangka pendek.
5. Reputasi Prestasi dan Variabel dummy Prameswari
KAP kepercayaan publik Diukur dengan dan
24

yang disandang memberi kode 1 Yustrianthe


oleh KAP. untuk KAP yang (2015)
berafiliasi dengan
the big four, dan
kode 0 untuk
KAP yang non
the big four.

3.5 Teknik Analisis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan analisis
regresi linear berganda untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai
pengaruh antara ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas, dan reputasi kantor
akuntan publik terhadap audit delay. Data yang siap diolah akan dilakukan
pengujian statistik dengan menggunakan progam Statistical Package for Social
Science (SPSS). Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dalam
penelitian ini digunakan metode analisis data sebagai berikut :

3.5.1 Uji Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif adalah proses transformasi data penelitian dalam
bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami, tabulasi menyajikan ringkasan,
pengaturan, atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik
(Malinda, 2015) dalam Saemargani dan Mustikawati (2015).
Statistik deskriptif berfungsi sebagai penganalisis data dengan
menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan. Penelitian ini
menjabarkan jumlah data, rata-rata, nilai minimum dan maksimum serta
standar deviasi (Yunita dan Syofyan, 2017).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini
layak atau tidak untuk digunakan maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji
asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.
25

3.5.2.1 Uji Normalitas


Uji Normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi
normal (Yelma dan Syofyan, 2017).
Uji normalitas data akan dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov.
Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai berikut:
1. Apabila hasil signifikan > 0,05 maka data terdistribusi normal.
2. Apabila hasil signifikan < 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi
secara normal.

3.5.2.2 Uji Autokorelasi


Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun
menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
autokorelasi. Apabila terjadi korelasi, disinyalir ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul disebabkan adanya observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain.
Terdapat beberapa cara untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi.
Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Run
Test. Run test merupakan bagian dari statistik non-parametrik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar variabel terdapat korelasi yang tinggi.
Jika antar variabel tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa
variabel adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah
data variabel terjadi secara random atau tidak (sistematis).
Run test dilakukan dengan membuat hipotesis dasar, yaitu :
H0 : residual (res_1) random (acak)
HA : residual (res_1) tidak random
26

Dengan hipotesis dasar diatas, maka dasar pengambilan keputusan uji


statistik dengan Run test adalah (Ghozali, 2011) :
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari < 0,05, maka H0 ditolak
dan HA diterima. Hal ini berarti data residual terjadi secara tidak random
(sistematis) atau terjadi gejala autokorelasi.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari > 0,05, maka H0 diterima
dan HA ditolak. Hal ini berarti data residual terjadi secara random (acak) atau
tidak terjadi gejala autokorelasi.

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat


ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah residual (Y prediksi –Y sesungguhnya) yang telah di
studentized. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasi telah terjadi heteroskedasitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pada penelitian ini akan di uji dengan melihat pola titik-titik pada
grafik regresi.
27

3.5.2.4 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas merupakan uji yang digunakan untuk menguji
apakah pada model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (variabel
independent). Model uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi
multikolinieritas (Wijaya, 2015) dalam Yunita dan Syofyan (2017).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi
dapat dilihat dari Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cut-off yang umum adalah:
1. Jika nilai Tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi.
2. Jika nilai Tolerance < 10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan
bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.5.3 Uji Hipotesis


3.5.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Model analisis pengaruh terhadap audit delay diuji dengan analisis


regresi linier berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh antara ukuran
perusahaan, solvabilitas, profitabilitas, reputasi kantor akuntan publik
terhadap audit delay. Langkah-langkah analisisnya diawali dengan
melakukan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan apabila telah lolos
uji asumsi klasik lalu dilakukan analisis regresi linear berganda, uji t, uji f,
dan uji koefisien determinasi.
Persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Audit Delay = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 +β4 X4 +β5 X5 + е
28

Keterangan :
α : Konstanta

X1 : Ukuran Perusahaan
X2 : Profitabilitas
X3 : Solvabilitas
X4 : Reputasi KAP
β1 – β5 : Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen
е : Error term

3.5.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien Determinasi (R²) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2006). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang
kecil berarti kemampuan variabel - variabel independen dalam menjelaskan
variabel - variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel - variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Bila terdapat nilai adjusted R² bernilai negatif,
maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol (Apriliane, 2015).

3.5.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) adalah pengujian
koefisien regresi masing - masing variabel independen terhadap variabel
dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Jika tingkat probabilitasnya lebih kecil dari
0,05 maka dapat dikatakan variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
29

Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan


terhadap thitung, kemudian membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Kriteria
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Apabila thitung > ttabel dan tingkat signifikansi (α) < 0,05 maka H0 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen ditolak. Ini berarti secara parsial variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Apabila thitung < ttabel dan tingkat signifikansi (α) > 0,05 maka H0
diterima, yang berarti secara parsial variabel independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.

3.5.3.4 Uji Signifikan Simultan

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel


independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersamasama atau simultan terhadap variabel dependen. Hasil output regresi
dengan SPSS akan terlihat nilai Fhitung dan nilai signifikansinya.

Untuk memutuskan apakah variabel independen berpengaruh terhadap


variabel dependen secara simultan adalah dengan cara membandingkan
Fhitung dengan nilai Ftabel sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan
0,05 (5%). Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Apabila Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi (α) < 0,05 maka H0 yang
menyatakan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen, ditolak. Ini berarti secara
simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Apabila Fhitung < Ftabel dan tingkat signifikan (α) > 0,05 maka H0
diterima, yang berarti secara simultan semua variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2020-2022 (3 tahun).
Adapun proses seleksi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Prosedur dan hasil pemilihan sampel perusahaan
No. Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 240
periode 2020-2022
2. Perusahaan manufaktur yang tidak konsisten (45)
mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek
Indonesia setiap tahunnya dari tahun 2020-2022
3. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan (21)
dengan tanggal tutup buku 31 Desember pada tahun
2020-2022
4. Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan mata (27)
uang rupiah (IDR) dalam laporan keuangannya
5. Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap mengenai (31)
variabel yang terkait secara konsisten periode 2020-2022
Jumlah perusahaan sampel penelitian 116
Jumlah sampel penelitian dari tahun 2020-2022 (116x3) 348
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2023
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode
purposive sampling, maka proses seleksi sampel diperoleh 116 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2020
sampai dengan tahun 2022 yang dijadikan sampel. Berikut nama - nama
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini:

30
31

Tabel 4.2
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2 SMCB Solusi Bangun Indonesia Tbk
3 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
4 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
5 CAKK Cahayaputra Asa Keramik Tbk
6 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
7 MLIA Mulia Industrindo Tbk
8 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
9 ALKA Alakasa Industrindo Tbk
10 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk
11 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
12 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
13 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
14 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
15 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
16 LION Lion Metal Works Tbk
17 LMSH Lionmesh Prima Tbk
18 AGII Aneka Gas Industri Tbk
19 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
20 EKAD Ekadharma International Tbk
21 INCI Intan Wijaya International Tbk
22 MOLI Madusari Murni Indah Tbk
23 SAMF Saraswanti Anugerah Makmur Tbk
24 SRSN Indo Acitama Tbk
25 MDKI Emdeki Utama Tbk
26 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
27 APLI Asiaplast Industries Tbk
32

No. Kode Nama Perusahaan


28 ESIP Sinergi Inti Plastindo Tbk
29 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
30 IMPC Impack Pratama Industri Tbk
31 PBID Panca Budi Idaman Tbk
32 SMKL Satyamitra Kemas Lestari Tbk
33 TALF Tunas Alfin Tbk
34 TRST Trias Sentosa Tbk
35 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk
36 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
37 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
38 MAIN Malindo Feedmill Tbk
39 SIPD Sierad Produce Tbk
40 IFII Indonesia Fibreboard Industry Tbk
41 SINI Singaraja Putra Tbk
42 ALDO Alkindo Naratama Tbk
43 SPMA Suparma Tbk
44 INCF Indo Komoditi Korpora Tbk
45 INOV Inocycle Technology Group Tbk
46 KMTR Kirana Megatara Tbk
47 ARKA Arkha Jayanti Persada Tbk I
48 AUTO Astra Otoparts Tbk
49 BOLT Garuda Metalindo Tbk
50 GJTL Gajah Tunggal Tbk
51 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
52 INDS Indospring Tbk
53 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
54 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
55 SMSM Selamat Sempurna Tbk
56 BELL Trisula Textile Industries Tbk
33

No. Kode Nama Perusahaan


57 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
58 SBAT Sejahtera Bintang Abadi Textile
59 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk
60 STAR Star Petrochem Tbk
61 TRIS Trisula International Tbk
62 UCID Uni Charm Indonesia Tbk
63 ZONE Mega Perintis Tbk
64 CCSI Communication Cable Systems Indonesia Tbk
65 JECC Jembo Cable Company Tbk
66 KBLI KMI Wire & Cable Tbk
67 KBLM Kabelindo Murni Tbk
68 SCCO Supreme Cable Manufacturing Corporation Tbk
69 VOKS Voksel Electric Tbk
70 SCNP Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk
71 SLIS Gaya Abadi Sempurna Tbk
72 ADES Akasha Wira International Tbk
73 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk
74 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk
75 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
76 CLEO Sariguna Primatirta Tbk
77 COCO Wahana Interfood Nusantara Tbk
78 DLTA Delta Djakarta Tbk
79 DMND Diamond Food Indonesia Tbk
80 FOOD Sentra Food Indonesia Tbk IPO 8 Januari 2019
81 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk
82 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
83 IIKP Inti Agri Resources Tbk
84 KEJU Mulia Boga Raya Tbk IPO 25 November 2019
85 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
34

No. Kode Nama Perusahaan


86 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk
87 PSGO Palma Serasih Tbk IPO 25 November 2019
88 SKLT Sekar Laut Tbk
89 STTP Siantar Top Tbk
90 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk
91 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk
92 GGRM Gudang Garam Tbk
93 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
94 ITIC Indonesian Tobacco Tbk IPO 4 Juli 2019
95 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk
96 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
97 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
98 KLBF Kalbe Farma Tbk
99 MERK Merck Indonesia Tbk
100 PEHA Phapros Tbk
101 PYFA Pyridam Farma Tbk
102 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
103 SOHO Soho Global Health Tbk
104 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
105 KINO Kino Indonesia Tbk
106 MBTO Martina Berto Tbk
107 MRAT Mustika Ratu Tbk
108 VICI Victoria Care Indonesia Tbk
109 CBMF Cahaya Bintang Medan Tbk
110 CINT Chitose International Tbk
111 KICI Kedaung Indah Can Tbk
112 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk
113 SOFA Boston Furniture Industries
114 WOOD Integra Indocabinet Tbk
35

No. Kode Nama Perusahaan


115 HRTA Hartadinata Abadi Tbk
116 TOYS Sunindo Adipersada Tbk

4.1.2 Analisis Data


4.1.2.1. Uji Statistik Deskriptif
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Audit
Delay, sedangkan variabel independen yaitu ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas, dan reputasi kantor akuntan publik.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2020-2022. Untuk mendeskripsikan dan menguji pengaruh antara variabel
bebas dan variabel terikat, maka pada bagian ini akan disajikan deskripsi
data yang diperoleh dari laporan keuangan yaitu tabel analisis deskriptif.
Tabel 4.3
Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Audit Delay 348 36 151 91,28 21,125
Size 348 24,85 32,13 28,1361 1,48092
Profitabilitas 348 -,22 ,27 ,0379 ,07365
Solvabilitas 348 -2,64 5,98 ,9495 ,98934
Reputasi KAP 348 0 1 ,26 ,442
Valid N
348
(listwise)
Sumber: Hasil pengolahan data SPPS, 2023
36

1. Audit Delay
Audit Delay yaitu jangka waktu antara tanggal penutupan tahun
buku sampai dengan tanggal ditandatanganinya laporan auditor
independen. Variabel ini diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari. Audit
Delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan Keuangan. Variabel
Audit Delay diketahui bahwa sampel yang digunakan berjumlah 348
observasi. Dari tabel 4.2.1.1 menunjukkan bahwa nilai audit delay adalah
antara 36 hari sampai 151 hari dengan mean 91,3 hari dan standart
deviation 21,125. Tampak bahwa rata-rata audit delay perusahaan sampel
diatas 90 hari kalender yang merupakan batas yang ditetapkan oleh
BAPEPAM dalam menyampaikan laporan keuangan atau tanggal 31
Maret pada tiap tahunnya.
Perusahaan yang memiliki nilai Audit Delay terendah dalam
penelitian ini adalah PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk tahun 2021,
sedangkan perusahaan dengan nilai Audit Delay tertinggi adalah PT
Indomobil Sukses Internasional Tbk tahun 2020 dan PT Martina Berto
Tbk tahun 2020.

2. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan biasanya dilihat dengan totalasset untuk
menunjukkan besar atau kecilnya suatu perusahaan. Hasil analisis
deskriptif variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai tertinggi (max)
sebesar log 32,13 dan nilai terendah (min) sebesar 24,85 dengan rata-rata
(mean) sebesar log 28,1361 dan standar deviasi sebesar 1,48092. Tampak
bahwa terdapat fluktuasi yang relatif tinggi dalam hal ukuran perusahaan
pada perusahaan sampel yang diukur dengan total aktiva perusahaan.
Perusahaan yang memiliki nilai Ukuran Perusahaan tertinggi dalam
penelitian ini adalah PT Gudang Garam Tbk tahun 2021, sedangkan
perusahaan dengan nilai ukuran perusahaan terendah adalah PT Boston
Furniture Industries tahun 2022.
37

3. Profitabilitas
Tingkat profitabilitas merupakan perbandingan antara laba bersih
dan total aset. Tingkat profitabilitas diperoleh nilai tertinggi (max) sebesar
0,27 dan nilai terendah (min) sebesar -0,22 dengan rata-rata (mean) 0,0379
dan standar deviasi sebesar 0,07365. Nilai negatif berarti perusahaan
mengalami kerugian sehingga terdapat perusahaan yang mengalami
kerugian hingga 22% dibandingkan dengan total aktivanya. Rata-rata
sampel mendapatkan profitabilitas sampai dengan 3,79% dibandingkan
total aktiva perusahaan seperti terlihat dalam tabel 4.2.1.
Rasio Profitabilitas tertinggi sebesar 0,27 dimiliki oleh PT Multi
Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2022, sementara rasio terendah terjadi
tahun 2022 pada PT Sentra Food Indonesia Tbk.

4. Solvabilitas
Tingkat solvabilitas merupakan perbandingan antara jumlah hutang
dengan jumlah ekuitas. Hasil analisis deskriptif pada tabel 4.2.1. variabel
ukuran perusahaan diperoleh nilai tertinggi (max) sebesar 5,98 dan nilai
terendah (min) sebesar -2,64 dengan rata-rata (mean) sebesar 0,9495 dan
standar deviasi sebesar 0,98934. Tampak bahwa pada umumnya
perusahaan mempuyai hutang sebesar 94,95% dibandingkan total ekuitas
perusahaan.
Perusahaan yang memiliki nilai solvabilitas tertinggi dalam
penelitian ini adalah PT Ricky Putra Globalindo Tbk tahun 2022,
sedangkan perusahaan dengan nilai solvabilitas terendah adalah PT Jakarta
Kyoei Steel Works Tbk tahun 2021.

5. Reputasi Kantor Akuntan Publik


Reputasi KAP dibedakan menjadi dua kategori KAP the Big Four
dan KAP non the Big Four. Variabel ini diukur dengan menggunakan
dummy. Untuk perusahaan yang menggunakan jasa auditor berafiliasi
dengan Big Four diberi kode 1 sedangkan untuk perusahaan yang tidak
38

berafiliasi diberi kode 0. Hasil analisis deskriptif variabel reputasi KAP


diperoleh nilai rata-rata (mean) sebesar 0,26 dan standar deviasi sebesar
0,442.
Tabel 4.4
Frekuensi Reputasi Kantor Akuntan Publik
Reputasi KAP Frekuensi Persen
Big Four 92 26%
Non Big Four 256 74%
Total 348 100%
Sumber: data sekunder yang diolah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frequency reputasi KAP
untuk perusahaan yang menggunakan jasa auditor yang berafiliasi dengan
big four sebanyak 92 perusahaan dan perusahaan yang tidak berafiliasi
dengan big four sebanyak 256 perusahaan. Dengan demikian penelitian ini
menunjukkan bahwa 26% dari perusahaan sampel diaudit oleh KAP the
Big Four dan 74% diaudit oleh KAP non the Big Four.

4.1.3 Uji Asumsi Klasik


4.1.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah model regresi
variabel residual memiliki distribusi normal (Ghozali 2018:161). Dan dalam
penelitian ini terdapat 2 cara yaitu, menggunakan analisis grafik dan analisis
statistik sebagai berikut :
1. Analisis Grafik
Analisis grafik dapat melihat normalitas data dengan melihat grafik
histogram dan P-Plots. Jika dari grafik tersebut membentuk pola distribusi
normal dan P-Plotnya mengikuti garis diagonal maka model regresi telah
memenuhi uji normalitas. Hasil uji normalitas pada penelitian ini sebagai
berikut :
39

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas : Histogram
Sumber : Output SPSS

Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas : P-Plots
Sumber : Output SPSS
40

Hasil dari uji diatas menunjukkan bahwa histogram membentuk


pada distribusi normal yang sudah ditengah yang artinya bahwa data
tersebut sudah normal dan dari gambar p-plot pun titik-titiknya sudah
menyebar disekitar garis lurus dan tidak terlalu jauh dari garis tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah diambil
dari data yang terdistribusi normal.
2. Analisis Statistik
Analisis statistik ini untuk memastikan lagi apakah data yang
diambil sudah terdistribusi normal atau belum supaya lebih jelas lagi.
Analisis ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dengan
ketentuan jika Kolmogorov-Smirnov dihitung lebih besar dari 0,05 maka
sebaran data dapat dikatakan sudah terdistribusi normal, sebaliknya jika
lebih kecil dari 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 348
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 19,97756171
Most Extreme Absolute ,083
Differences Positive ,083
Negative -,047
Test Statistic ,083
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c
Monte Carlo Sig. (2- Sig. ,015d
tailed) 99% Confidence Lower
,012
Interval Bound
Upper
,018
Bound
41

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Hasil pengolahan data SPPS, 2023


Berdasarkan hasil uji normalitas diatas menunjukkan nilai Sig (2-
tailed) sebesar 0,15 yang artinya lebih besar dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa data yang diambil pada penelitian ini terdistribusi
secara normal.

4.1.3.2 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode
lain. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
dengan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Berikut adalah
hasil uji korelasi :
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi dengan Runs Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -2,81622
Cases < Test Value 174
Cases >= Test Value 174
Total Cases 348
Number of Runs 165
Z -1,074
Asymp. Sig. (2-tailed) ,283
a. Median

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS


42

Berdasarkan hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai test -2,81622 dan


Asymp. Sig.(2-tailed) 0,283 yang berarti bahwa residual bersifat random atau
tidak terjadi autokorelasi antar residual.

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Untuk menentukan heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser.
Dasar pengambilan keputusan pada uji ini adalah jika nilai signifikansi > 0,05
maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, namun
sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat terjadi masalah
heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisits yang diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 21,067 15,098 1,395 ,164
Size -,233 ,548 -,026 -,426 ,671
Profitabilitas -15,390 10,495 -,086 -1,466 ,143
Solvabilitas ,192 ,751 ,014 ,255 ,799
Reputasi KAP 3,399 1,821 ,114 1,867 ,063
a. Dependent Variable: ABRESID
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
43

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa:


1. Nilai signifikansi dari variabel Size (X1) Sebesar 0,671, di mana nilai
tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan variabel bebas Size
(X1) tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
2. Nilai signifikansi dari variabel Profitabilitas (X2) Sebesar 0,143, di mana
nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan variabel bebas
Profitabilitas (X2) tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
3. Nilai signifikansi dari variabel Solvabilitas (X3) Sebesar 0,799, di mana
nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan variabel bebas
Solvabilitas (X3) tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
4. Nilai signifikansi dari variabel Reputasi KAP (X4) Sebesar 0,063, di mana
nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan variabel bebas
Reputasi KAP (X4) tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

Sehingga Berdasarkan uji Glejser untuk Heteroskedastisitas dapat


disimpulkan bahwa keempat variabel bebas yaitu Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Solvabilitas & Reputasi KAP tidak memiliki gejala
Heteroskedastisitas dan bersifat Homokedastisitas.

Maka hasil diatas dapat dijelaskan dengan hasil analisis grafik yaitu grafik
Scatterplot yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
44

Gambar 4.3
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2023
Berdasarkan gambar scatterplot diatas dapat dilihat bahwa penyebaran
titik-titik data tidak berpola dengan jelas, titik-titik data tidak mengumpul hanya
di atas atau di bawah saja tetapi titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.

4.1.3.4 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Uji ini dilakukan
dengan melihat nilai toleransi (tolerance) dan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance
value > 0,10 dan VIF < 10, maka disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil uji multikolinearitas pada model regresi dapat dilihat pada tabel berikut :
45

Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Size ,756 1,323
Profitabilitas ,834 1,199
Solvabilitas ,901 1,109
Reputasi KAP ,770 1,298
a. Dependent Variable: Audit Delay
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Tabel 4.8 hasil uji Multikolinearitas memperlihatkan bahwa:
1. Variabel Size (X1) memiliki nilai tolerance sebesar 0,756 di mana nilai
tersebut lebih besar dari 0,10 dan Size (X1) memiliki nilai VIF sebesar
1,323 di mana nilai tersebut lebih kecil dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Size (X1) terbebas dari masalah
Multikolinearitas.
2. Variabel Profitabilitas (X2) memiliki nilai tolerance sebesar 0,834 di
mana nilai tersebut lebih besar dari 0,10 dan Profitabilitas (X2)
memiliki nilai VIF sebesar 1,199 di mana nilai tersebut lebih kecil dari
10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas (X2)
terbebas dari masalah Multikolinearitas
3. Variabel Solvabilitas (X3) memiliki nilai tolerance sebesar 0,901 di
mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,10 dan Solvabilitas memiliki nilai
VIF sebesar 1,109 di mana nilai tersebut lebih kecil dari 10. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Solvabilitas (X3) terbebas dari
masalah Multikolinearitas.
46

4. Variabel Reputasi KAP (X4) memiliki nilai tolerance sebesar 0,770 di


mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,10 dan Reputasi KAP (X4)
memiliki nilai VIF sebesar 1,298 di mana nilai tersebut lebih kecil dari
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Reputasi KAP (X4)
terbebas dari masalah Multikolinearitas.

4.1.4 Uji Hipotesis


4.1.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R²
dikatakan baik jika diatas 0,05, karena nilai R² berkisar antara 0 samapai 1.
Nilai R² yang kecil berarti kemampuan-kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2006)
dalam Jurnal kartika, 2011.
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
1 ,325a ,106 ,095 20,094
a. Predictors: (Constant), Reputasi KAP, Solvabilitas, Profitabilitas, Size
b. Dependent Variable: Audit Delay
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Dari tampilan output SPSS model summary diatas, besarnya nilai
Adjusted R² adalah 0,095, hal ini berarti 9,5% variabel audit delay dapat
dijelaskan oleh variasi dari ke empat variabel independen yaitu ukuran
perusahaa, profitabilitas, solvabilitas, dan reputasi KAP sedangkan sisanya
(100% - 9,5% = 90,5%) dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-
faktor lain yang tidak dijelaskan di dalam penelitian ini.
47

4.1.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Uji signifikansi simultan yang sering disebut dengan uji F ini dilakukan
untuk menguji pengaruh yang ditimbulkan oleh keseluruhan variabel dependen
yang ada dalam model terhadap variabel independennya. Pengaruh seluruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen
dapat diketahui dengan pengujian terhadap variasi nilai variabel yang terdapat
dalam persamaan regresi. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi yang
dihasilkan dari persamaan regresi yang dilakukan.
Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1, artinya semakin
mendekati 0 maka semakin kecil pula kemampuan seluruh variabel independen
dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependennya. Sebaliknya
semakin mendekati 1 maka semakin besar pula kemampuan seluruh variabel
dalam model untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel
independennya.

Tabel 4.10
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Sum of
Model Df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 16365,231 4 4091,308 10,133 ,000b
Residual 138488,731 343 403,757
Total 154853,963 347
a. Dependent Variable: Audit Delay
b. Predictors: (Constant), Reputasi KAP, Solvabilitas, Profitabilitas, Size
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Berdasarkan tabel diatas hasil uji F menunjukkan bahwa nilai sig sebesar
0,000 < 0,05, hal ini berarti bahwa secara simultan atau bersamaan terdapat
pengaruh signifikansi antara ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas,
dan reputasi KAP terhadap audit delay.
48

4.1.4.3 Uji Statistik t


Uji statitstik t dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel independen
terhadap variabel dependennya secara individu. Hal ini dapat dilihat dari
nilai signifikan t yang dihasilkan dari perhitungan. Apabila nilai sig. t <
tingkat signifikan (0,05) maka variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependennya, sebaliknya jika nilai sig. t >
tingkat signifikansi (0,05) maka variabel independennya secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependennya.

Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 155,173 23,076 6,724 ,000
Size -2,158 ,838 -,151 -2,575 ,010
Profitabilitas -59,987 16,041 -,209 -3,740 ,000
Solvabilitas ,025 1,148 ,001 ,021 ,983
Reputasi KAP -3,502 2,783 -,073 -1,258 ,209
a. Dependent Variable: Audit Delay
Sumber: Hasil pengolahan data SPSS
Dari tabel diatas maka dibuat persamaan regresi sebagai berikut :
Audit Delay : 155,173 – 2,158SIZE – 59,987ROA + 0,025DER – 3,502KAP + e
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Koefisien sebesar 155,173 berarti bahwa jika ukuran perusahaan,
profitabilitas, solvabilitas dan reputasi KAP bernilai 0, maka audit delay
bernilai 155,173.
49

2. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan sebesar - 2,158 berarti


bahwa jika ukuran perusahaan mengalami kenaikan satu-satuan, maka audit
delay akan mengalami penurunan sebesar 2,158 satuan dengan asumsi
variabel independen lainnya bernilai tetap.
3. Koefisien regresi variabel profitabilitas sebesar - 59,987 berarti bahwa jika
profitabilitas mengalami kenaikan satu-satuan, maka audit delay akan
mengalami penurunan sebesar 59,987 satuan dengan asumsi variabel
independen lainnya bernilai tetap.
4. Koefisien regresi variabel solvabilitas sebesar 0,025 berarti bahwa jika
solvabilitas mengalami kenaikan satu-satuan, maka audit delay akan
mengalami kenaikan sebesar 0,025 satuan dengan asumsi variabel independen
lainnya bernilai tetap.
5. Koefisien regresi variabel reputasi KAP sebesar – 3,502 berarti bahwa jika
reputasi KAP mengalami kenaikan satu-satuan, maka audit delay akan
mengalami penurunan sebesar 3,502 satuan dengan asumsi variabel
independen lainnya bernilai tetap.

4.2 Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien -2,158, maka
semakin tinggi ukuran perusahaan maka akan semakin rendah pula audit delay.
Uji statistik t untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai t hitung -2,575
bertanda negatif, dan nilai sig sebesar 0,010 < 0,05. Dengan demikian ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
H1 diterima.
Penelitian yang dilakukan oleh Ani Yulianti (2011) menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay karena perusahaan besar cenderung
memiliki ketersediaan sumber daya yang besar, tenaga kerja yang kompeten,
peralatan teknologi yang canggih, dan pengendalian internal yang lebih baik
sehingga hal tersebut dapat mengurangi audit delay. Oleh karena itu, ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
50

4.2.2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay


Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh -59,987, Uji t statistik untuk
variabel profitabilitas menunjukkan nilai t hitung -3,740 bertanda negatif, dan
nilai sig sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian profitabilitas berpengaruh
terhadap audit delay. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H2 diterima.
Profitabilitas merupakan suatu kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Hal ini merupakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkn
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba dan merupakan kabar baik,
sehingga perusahaan tidak akan menunda untuk mempublikasikan laporan
keuangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilita berpengaruh terhadap
audit delay.
Dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Desy
Fitriyani (2019) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit
delay. Jika perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi tidak akan menunda
mempublikasikan laporan keuangannya, sebab hal tersebut merupakan kabar baik
yang secepatnya harus disampaikan kepada publik.

4.2.3. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay


Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien 0,025. Uji t
statistik untuk variabel solvabilitas menunjukkan nilai t hitung 0,021 bertanda
positif, dan nilai sig sebesar 0,983 > 0,05. Dengan demikian solvabilitas tidak
berpengaruh terhadap audit delay. Hasil tersbut menunjukkan bahwa H3 ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi
hutangnya baik hutang jangka panjang mauun jangka pendek tidak berpengaruh
terhadap proses penyelesaian audit laporan keuangan Hal ini disebabkan auditor
berkerja sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan yang mana sesuai standar
pekerjaan auditor yang telah diatur dalam Standar Profesional akuntan publik.
Maka hasil ini bertentangan dengan teori yang menyatakan perusahaan yang
memiliki solvabilitas tinggi, maka akan berdampak juga dengan tingginya risiko.
51

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rachmawati (2008), Prameswari dan Yustrianthe (2015) serta Efi Susanti (2021)
yang menemukan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Puspita dan Sari (2010) serta Desy Fitriyani (2019) yang membuktikan bahwa
solvabilitas mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.

4.2.4. Pengaruh Reputasi Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay


Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien -3,502, Uji
statistik t untuk variabel Reputasi KAP menunjukkan nilai t hitung -1,258
bertanda negatif, dan nilai sig sebesar 0,209 > 0,05. Dengan demikian reputasi
KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
H4 ditolak.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartika (2011), Saemargani dan
Mustikawati (2015) bahwa reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay
hal ini dikarenakan bahwa seiring dengan persaingan yang semakin ketat semua
KAP baik yang berafiliasi dengan The Big Four maupun tidak berafiliasi The Big
Four tentunya akan berusaha untuk menunjukkan profesionalisme yang tinggi.
Dengan demikian, reputasi KAP tidak hanya bisa didasarkan pada nama besar
KAP saja, namun juga pada kualitas yang dihasilkan oleh KAP tersebut.
Seperti halnya penelitian Desy Fitriyani (2019) bahwa reputasi KAP tidak
berpengaruh terhadap audit delay. Namun tidak dengan penelitian Prameswari
dan Yustrianthe (2015), Apriyani (2015) serta Yunita dan Syofyan (2017) yang
menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya,
dengan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengtahui pengaruh dari Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik
(KAP) terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2020–2022. Maka dari itu hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
1. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2020-2022.
2. Profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2020-2022.
3. Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2020-2022.
4. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak berpengaruh terhadap audit
delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2020-2022.
5. Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Reputasi KAP secara bersama-sama atau
simultan berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2020-2022.

5.2. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran
yang diajukan adalah:
1. Bagi Auditor
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai rata-rata Audit
Delay perusahaan manufaktur dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi
lamanya audit delay. Dari hasil penelitian ini faktor-faktor yang paling
berpengaruh terhadap audit delay yaitu Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas.

52
53

Oleh karena itu, auditor disarankan untuk melakukan pekerjaan lapangan dengan
sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan
auditor dapat mengeluarkan laporan hasil audit yang sesuai dengan prosedur dan
standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia sehingga dapat
dipublikasikan tepat waktu.

2. Bagi Perusahaan
Perusahaan sebaiknya terus bekerja secara profesional dan melakukan
evaluasi berkala terhadap kinerja maing-masing agar dapat mengendalikan faktor-
faktor yang dominan mempengaruhi lamanya audit delay. Selain itu pihak
perusahaan sebaiknya dapat menyediakan data-data yang dibutuhkan auditor
dengan lengkap sehingga auditor tidak kesulitan dalam pemeriksaan, perusahaan
tidak mempersulit auditor selama pemeriksaan laporan keuangan, dan perusahaan
memberikan kebebasan bagi auditor selama pemeriksaan sehingga tidak
menimbulkan keterlambatan pelaporan oleh auditor yang bisa menyebabkan audit
delay bagi perusahaan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang periode penelitian dan
memperluas objek penelitian, sampel yang digunakan tidak hanya pada
perusahaan manufaktur tetapi semua perusahaan.
b. Penelitian selanjutnya agar menggunakan data primer dan menambah variabel
dari data primer yang mungkin berpengaruh untuk menguji audit delay, karena
masih banyak faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap audit delay yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
c. Menambahkan faktor lain yang dapat mempengaruhi audit delay seperti opini
audit, komite audit, internal audit, kepemilikan publik dan lainnya yang dapat
digunakan untuk menguji Audit Delay.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, N. N. (2015). Pengaruh Solvabilitas, Opini Auditor, Ukuran KAP, dan


Komite Audit Terhadap Audit Delay. Jurnal Akuntansi dan Sistem
Teknologi Informasi, Vol. 11.

Apriliane, M.D. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay


(Studi Empiris Pada Perusahaan Perusahan Pertambangan Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2013). Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2008). Auditing dan jasa
Assurance. Jakarta: Erlangga.

Barkah, G., & Pramono, H. (2016). Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,


dan solvabilitas terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2010-2012. Kompartemen: Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol. 14 No. 01.

Budiyanti, H. S. (2022). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Laba/Rugi Operasi Dan


Kepemilikan Publik Terhadap Audit Delay (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-
2018) (Doctoral dissertation, STIE Ekuitas).

Carslaw, C. A., & Kaplan, S. E. (1991). An examination of audit delay: Further


evidence from New Zealand. Accounting and Business Research, 21-32.

Desy, F. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Pada


Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2013-2016. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.

54
55

Dyer, J.D., & A. J Mc. Hugh. (1975). The Timeliness of the Australian Annual
Report, Journal of Acoounting Research, Autumn, 204-219.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23


Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harahap, S. (2001). Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat.

Hayati, H. U. S. N. U. L. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar DI Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2018. Endocrine, 9.

Kartika, A. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay di Indonesia


(Studi Empiris pada perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 16 No. 01.

Kurniawati, H., Setiawan, F. A., & Kristanto, S. B. (2016). Pengaruh Solvabilitas,


Segmen Operasi, Dan Reputasi Kap Terhadap Audit Delay Pada
Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. 20, No. 3,
hlm 448-452.

Melani, A. (2021). Daftar 52 Emiten Kena Denda Gara-Gara Belum Sampaikan


Laporan Keuangan 2020. Jakarta
(https://www.liputan6.com/saham/read/4604020/daftar-52-emiten-kena-
denda-gara-gara-belum-sampaikan-laporan-keuangan-2020). Diakses
tanggal 05 Maret 2023.

Melani, A. (2022). 91 Emiten Dapat Peringatan Tertulis I Imbas Telat Rilis


Laporan Keuangan 2021. Jakarta
(https://www.liputan6.com/saham/read/4961218/91-emiten-dapat-
56

peringatan-tertulis-i-imbas-telat-rilis-laporan-keuangan-2021). Diakses
tanggal 07 Maret 2023.

Ningsih, I. G. A. P. S., & Widhiyani, N. L. S. (2015). Pengaruh ukuran


perusahaan, laba operasi, solvabilitas, dan komite audit pada audit
delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 12 No.3, hlm 481-
495.

Nurjani, Aris. (2023). Telat Setor Laporan Keuangan, 61 Emiten Kena Sanksi
dan Denda Rp 50 Juta. Jakarta (https://investasi.kontan.co.id/news/telat-
setor-laporan-keuangan-61-emiten-kena-sanksi-dan-denda-rp-50-
juta#google_vignette) . Diakses tanggal 13 Mei 2023.

Octa, D. D. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas,


dan Jenis Industri Terhadap Audit Report Lag (Studi Empiris Pada
Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2015) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas
Bandung).

Prameswari, A. S., & Yustrianthe, R. H. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang


Memengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, Vol. 19, No.
01.

Ramli, R. R. (2023). Daftar 32 Emiten yang Didenda Rp 150 Juta karena Belum
Sampaikan Laporan Keuangan. Jakarta
(https://money.kompas.com/read/2023/02/10/183000526/daftar-32-
emiten-yang-didenda-rp-150-juta-karena-belum-sampaikan-laporan).
Diakses tanggal 07 Maret 2023.
57

Saemargani, F. I., & Mustikawati, R. I. (2015). Pengaruh ukuran perusahaan,


umur perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran kap, dan opini
auditor terhadap audit delay. Nominal Barometer Riset Akuntansi dan
Manajemen, Vol. 4, No. 2.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitas dan R&D cetakan ke


25. Bandung: Alfabeta

Yulianti, A. (2011). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay


(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2007-2008). Skripsi: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Yunita, Y., & Syofyan, E. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di BEI Tahun 2011-2015. Vol. 5 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai