Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan dasar teori yang digunakan

perusahaan dalam menjalankan praktik bisnis. Hubungan keagenan

muncul ketika ada sebuah hubungan kontraktual dimana satu orang atau

lebih (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk memberikan suatu

jasa, kemudian mendelegasikan beberapa wewenang dalam pengambilan

keputusan kepada agen tersebut. Prinsipal adalah pemegang saham

ataupun investor dan agen adalah manajemen yang mengelola

perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan menjadi penentu seberapa penting informasi akuntansi

bagi pengguna laporan keuangan (Singhvi dan Desai, 1971).

Lamanya waktu penyelesaian audit merupakan faktor penting

dalam mengimplementasikan teori agensi. Ketepatan waktu publikasi

laporan keuangan berkaitan dengan lamanya waktu penyelesaian audit,

karena manfaat laporan keuangan menjadi berkurang apabila tidak

disampaikan secara tepat waktu. Berkurangnya nilai informasi yang

disampaikan kepada prinsipal menimbulkan asimetri informasi.

Asimetris informasi merupakan salah satu elemen teori keagenan, dalam

hal ini pihak agen lebih banyak mengetahui informasi internal

perusahaan secara detail dibandingkan pihak principal yang hanya

8
9

mengetahui informasi perusahaan secara eksternal melalui hasil kinerja

yang dibuat oleh manajemen.

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Perusahaan yang memiliki kualitas baik akan dengan sengaja

memberikan sinyal kepada pasar, sehingga pasar diharapkan dapat

membedakan antara perusahaan yang berkualitas baik dengan perusahaan

yang berkualitas buruk (Hartono, 2005). Teori sinyal menyatakan bahwa

informasi penting yang dikeluarkan oleh perusahaan akan berpengaruh

terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi

merupakan unsur penting bagi para pengguna laporan keuangan

khususnya investor dan pelaku bisnis karena informasi menyajikan

keterangan mengenai keadaan perusahaan dimasa lalu, saat ini maupun

keadaan masa yang akan datang.

Hubungan teori sinyal dengan lamanya waktu penyelesaian audit

adalah akurasi dan ketepatan waktu dalam mempublikasikan laporan

keuangan merupakan sinyal dari perusahaan tentang adanya informasi

yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan oleh investor.

Perusahaan yang terlambat dalam mempublikasikan laporan

keuangannya akan menyebabkan ketidapastian dalam pergerakan saham

dan membuat investor mengartikan sebagai adanya bad news yang

mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut mengalami penurunan.


10

3. Lamanya Waktu Penyelesaian Audit

Lamanya waktu penyelesaian audit merupakan jangka waktu

antara tanggal tahun buku perusahaan yang berakhir sampai dengan

tanggal laporan audit (Soetedjo, 2006). Auditor perlu mengestimasi

waktu penyelesaian audit agar dapat dipublikasikan secara tepat waktu.

Perusahaan akan mengalami audit report lag jika rentang waktu

penyelesaian audit laporan keuangan melebihi batas waktu audit, waktu

audit dari tanggal 31 Desember sampai tanggal laporan auditan.

Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan merupakan hal

yang sangat penting bagi perusahaan go public. Berdasarkan lampiran

Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-431/BL/2012 tentang

penyampaian Laporan Tahunan Perusahaan Publik menyatakan bahwa

bagi setiap perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Bapepam dan

Lembaga Keuangan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah tahun

buku berakhir. Peraturan ini berlaku pada awal tahun 2013.

Menurut Dyer dan McHugh (1975) terdapat tiga kriteria

keterlambatan pelaporan keuangan antara lain:

1. Preliminary lag merupakan interval jumlah hari antara tanggal

berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal diterimanya laporan

keuangan akhir preliminary oleh bursa.


11

2. Auditor’s report lag merupakan interval jumlah hari antara

berakhirnya tahun buku sampai dengan tanggal yang tertera dalam

laporan auditor independen.

3. Total lag merupakan interval jumlah hari antara tanggal berakhirnya

tahun buku sampai dengan tanggal penerimaan laporan

dipublikasikan oleh bursa efek.

4. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh keuntungan selama periode tertentu melalui proses dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah cabang

dan sebagainya, (Syafri, 2008: 304). Rasio profitabilitas digunakan untuk

mengukur nilai kinerja suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva

untuk memperoleh laba. Perusahaan tidak akan menunda informasi yang

sifatnya baik terutama jika perusahaan dalam keadaan untung agar dapat

mempertahankan kepercayaan investor, sehingga perusahaan dengan

profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki waktu audit yang pendek.

Profitabilitas merupakan indikator untuk mengukur tingkat

keberhasilan atau kegagalan perusahaan atau divisi tertentu sepanjang

periode tertentu (Kieso, 2007). Profitabilitas suatu perusahaan akan

memengaruhi kebijakan para investor yang ingin menanamkan

sahamnya. Tingkat profitabilitas memiliki pengaruh dalam publikasi

laporan keuangan karena laba maupun rugi yang akan menjadi good

news dan bad news. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu


12

perusahaan, maka laporan keuangan yang dihasilkan akan mengandung

berita baik (good news). Jika perusahaan menghasilkan tingkat

profitabilitas yang lebih tinggi maka waktu audit akan lebih pendek

dibandingkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang lebih rendah

(Subekti dan Widiyanti, 2004).

5. Solvabilitas

Solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

memenuhi utang yang harus dibayar baik utang jangka pendek maupun

utang jangka panjang (Sugiarso, 2006). Perusahaan yang tidak solvable

berarti mempunyai total hutang lebih besar daripada jumlah asetnya, hal

tersebut akan berdampak pada laporan keuangan yang terlambat

dipublikasi.

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana

utang perusahaan dapat ditutupi oleh aktiva yang dimiliki. Semakin besar

tingkat utang terhadap tingkat aset suatu perusahaan mencerminkan

tingginya resiko keuangan perusahaan tersebut (Lianto dan Kusuma,

2010).

6. Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek. Untuk memenuhi liabilitas jangka pendeknya

perusahaan memerlukan sejumlah kas yang cukup (Wild, 2005).

Perusahaan yang tingkat likuiditas tinggi memiliki risiko yang lebih kecil
13

terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan atas pembayaran utang

jangka pendek yang dimiliki perusahaan.

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk

melunasi utang jangka pendeknya menggunakan aset lancar. Semakin

tinggi rasio likuiditas maka dapat dikatakan bahwa perusahaan dapat

melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu.

7. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dipengaruhi oleh total aktiva, total penjualan,

kompleksitas operasional, intensitas transaksi perusahaan dan sebagainya

(Lianto dan kusuma, 2010). Semakin besar nilai aset perusahaan, maka

akan semakin cepat penyampaian laporan keuangan auditan dan

sebaliknya. Perusahaan yang tergolong perusahaan besar biasanya

cenderung cepat menyelesaikan proses audit atas laporan keuangannya.

Hal ini disebabkan sistem pengendalian internal yang baik sehingga

mampu mengawasi kegiatan operasional perusahaan dan memudahkan

proses audit (Naser dan Nuseibeh, 2008).

Berdasarkan peraturan Ketua Bapepam Nomor: Kep. 11/PM/1997

menyatakan bahwa perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva

(kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih

dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum

yang total aktivanya diatas seratus milyar.

8. Pergantian Auditor
14

Pergantian auditor merupakan proses perpindahan auditor

maupun KAP yang melakukan penugasan audit pada suatu perusahaan

baik disebabkan oleh aturan yang berlaku maupun secara suka rela

(Syofiana, 2018). Auditor yang baru memerlukan waktu yang lebih lama

untuk melakukan audit laporan keuangan karena auditor baru perlu

mengenal dari awal karateristik usaha klien dan sistem didalamnya.

Pergantian auditor pada suatu perusahaan mengharuskan auditor

baru untuk berkomunikasi dengan auditor sebelumnya, mengidentifikasi

alasan klien dan memiliki pemahaman yang sama dengan perusahaan.

Setelah memahami alasan perusahaan untuk melakuan audit, audit harus

menyusun strategi pengauditan awal dengan memahami bisnis dan

industri klien (Arens, et al. 2011).

B. Penelitian Terdahulu

Novice Lianto (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan

sampel perusahaan consumer goods industry dan perusahaan multifinance

periode 2004-2008. Penelitian ini menggunakan lima variabel yaitu

profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan jenis

industri. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas, solvabilitas

dan umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Ukuran

perusahaan dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

I Gede Aditya dan IGAM Asri (2017) juga melakukan penelitian

dengan judul Pengaruh Komite Audit, Independensi Komite Audit, dan

Profitabilitas terhadap Audit Report Lag. Hasil penelitian tersebut


15

menunjukkan bahwa komite audit, independensi komite audit dan

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Meylisa Januar Iskandar dan Estralita Trisnawati menggunakan

sampel perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan

Bursa Efek Malaysia (Kuala Lumpur Stock Exchange) pada periode 2009

sampai 2010. Penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri dari total aset,

klasifikasi industri, laba rugi tahun berjalan, opini audit, ukuran kantor

akuntan, dan debt proportion. Hasil penelitian ini menjelaskan klasifikasi

industri, laba rugi tahun berjalan, dan besarnya kantor akuntan publik

berpengaruh terhadap audit report lag. Sedangkan total aset, opini audit, dan

debt proporation tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

Tiono dan Jogi (2013) melakukan penelitian dengan menggunakan

sampel pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2009-2011 dengan jumlah sampel sebanyak 600 perusahaan.

Penelitian ini menguji variabel profitabilitas, jenis perusahaan, ukuran

perusahaan dan reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil penelitian

tersebut menyatakan bahwa, jenis perusahaan mempengaruhi audit report

lag. Sedangkan opini audit, profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi

KAP tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

Ni Made dan Made Gede (2016) melakukan penelitian terhadap

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2012-2014 dengan jumlah sampel 78 perusahaan. Penelitian ini menguji

variabel pergantian auditor, reputasi KAP, opini audit dan komite audit. Hasil
16

penelitian tersebut menyatakan bahwa pergantian auditor dan reputasi KAP

berpengaruh terhadap audit report lag. Opini audit dan komite audit tidak

berpengaruh terhadap audit report lag.

Silvia dan Made Gede (2013) melakukan penelitian yang berjudul

pengaruh profitabilitas, leverage, kompleksitas operasi, reputasi KAP dan

komite audit pada audit delay. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa

leverage berpengaruh terhadap audit delay. Profitabilitas, kompleksitas

operasi, reputasi KAP, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap audit

delay.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian

Audit

Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba. Profitabilitas yang tinggi merupakan berita baik bagi

perusahaan sehingga tidak akan menunda penyampaian informasi yang

berisi baik. Perusahaan yang mengalami kerugian akan berusaha

memperlambat penerbitan laporan keuangan auditan. Perusahaan akan

menutupi bad news apabila mengalami kerugian dan meminta auditor

untuk menunda penerbitan laporan keuangan lebih lama dibandingkan

biasanya. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka semakin

rendah tingkat ketidak tepatan waktu publikasi laporan keuangan

(Wirakusuma, 2004).
17

Penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil ini konsisten

dengan penelitian Naim (1998), Halim (2000), dan Supriyati dan Rolinda

(2007). Revani dan Imam (2014) menyatakan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap lamanya waktu penyelesaian

audit

2. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian

Audit

Proporsi hutang yang besar terhadap total aktiva akan

meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-

hatian auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit, sehingga

penyelesaian audit atas laporan keuangan dapat mengalami

keterlambatan (Lianto dan Kusuma, 2010). Semakin tinggi hutang akan

meningkatkan risiko keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki

kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung dapat melakukan salah

kelola dan mengalami kebangkrutan.

Solvabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajiban perusahaan. Perusahaan dikatakan mampu

apabila mempunyai aset yang cukup untuk membayar utangnya.

Sebaliknya, apabila proporsi utang lebih besar dari aset yang dimiliki
18

perusahaan akan mengakibatkan kerugian dan dapat meningkatkan

kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit.

Kehati-hatian auditor dalam menyelesaikan audit laporan keuangan akan

mengakibatkan keterlambatan dalam menyampaikan laporan keuangan

kepada publik.

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

H2 : Solvabilitas berpengaruh terhadap lamanya waktu penyelesaian audit

3. Pengaruh Likuiditas Terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit

Penelitian Fauziah dan Nazira (2009) menyatakan bahwa

likuiditas berpengaruh negatif terhadap audit report lag yang artinya

perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi memiliki audit report

lag yang lebih pendek jika dibanding dengan tingkat likuiditas yang

rendah. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki

risiko yang lebih kecil terhadap kemungkinan terjadinya gagal bayar atas

utang jangka pendek, oleh sebab itu laporan keuangan akan menjadi

berita baik dan segera diterbitkan.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi menunjukkan

bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi

kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas yang tinggi merupakan

berita baik yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan mengharuskan

menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.


19

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

H3 : Likuiditas berpengaruh terhadap lamanya waktu penyelesaian audit

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Lamanya Waktu

Penyelesaian Audit

Dalam Bapepam Nomor: KEP 11/PM/1997 tanggal 30 April 1997

ukuran perusahaan besar dapat diukur dengan melihat total aset yang

lebih dari Rp 100.000.000.000,00. Semakin besar perusahaan, maka

perusahaan akan menghadapi tuntutan lebih besar dari para stakeholder

untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan dan tepat

waktu.

Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan

keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan

menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Hal ini dikarenakan

perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik

sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan

keuangan yang dapat memudahkan auditor dalam melakukan

pengauditan laporan keuangan perusahaan (Siwy, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut :

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap lamanya waktu

penyelesaian audit
20

5. Pengaruh Pergantian Auditor Terhadap Lamanya Waktu

Penyelesaian Audit

Rustiarini dan Mita (2013) membuktikan bahwa pergantian

auditor berpengaruh secara positif pada audit report lag. Perusahaan

yang mengalami pergantian auditor akan mengangkat auditor yang baru,

dimana butuh waktu yang cukup lama bagi auditor yang baru dalam

mengenali karakteristik usaha klien dan sistem yang ada didalamnya.

Imelda dan Heri (2007) menyatakan bahwa pergantian auditor

berpengaruh terhadap audit report lag, karena tugas dari auditor tidak

dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H5 : Pergantian auditor berpengaruh terhadap lamanya waktu

penyelesaian audit

B. Kerangka Konseptual

Lamanya waktu penyelesaian audit merupakan hal yang dapat

memengaruhi ketepatwaktuan dalam penyampaian informasi keuangan,

sehingga mendapatkan perhatian khusus oleh perusahaan dan auditor karena

hal tersebut juga dapat memengaruhi pemakai laporan keuangan dalam

mengambil keputusan. Semakin lama auditor mengerjakan pekerjaan

auditnya, maka semakin lama pula lamanya waktu penyelesaian audit.


21

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Profitabilitas

Solvabilitas

Lamanya Waktu
Likuiditas
Penyelesaian Audit

Ukuran Perusahaan

Pergantian Auditor

Anda mungkin juga menyukai