Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan

Jensen dan Meckling dalam Godfrey (2010) dalam Richard,

Christoforus dan Agustin Ekadjaja (2018) menjelaskan bahwa hubungan

keagenan di dalam teori yang dikemukakan bahwa perusahaan adalah

kumpulan kontrak (nexus of

contract) antara pemilik sumber daya (principal) dan pihak yang mengurus

sumber daya tersebut (agent). Akibat dari teori keagenan yang diterapkan

didalam perusahaan, para agent atau manajer perusahaan akan berusaha

untuk memenuhi ekspetasi dari para principal. Dalam hal ini ekspetasi dari

para principal adalah mendapatkan timbal balik yang sesuai dengan modal

yang telah dikeluarkan atau disetor kepada perusahaan. Menurut Brigham

dan Houston (2014) dalam dalam Richard, Christoforus dan Agustin

Ekadjaja (2018) isyarat dan signal merupakan suatu tindakan yang

dilakukan oleh perusahaan untuk menunjukan kepada investor tentang cara

manajemen memandang prospek perusahaan. Signailling theory

memberikan penjelasan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk

memberikan informasi dalam bentuk laporan keuangan kepada pihak

eksternal. Laporan keuangan yang diberikan kepada pihak eksternal

9
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dari manajemen bahwa

mereka telah berbuat sesuai dengan kontrak dan hasil yang telah disepakati.

Kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak adalah

berbagaiKonsep manajemen laba dapat dimulai dari pendekatan teori agensi

(agency theory).

2.1.2. Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif merupakan teori yang mencoba untuk

membuat prediksi yang bagus dari kejadian dunia nyata. Teori akuntansi

positif berkaitan dengan memprediksi tindakan seperti pilihan kebijakan

akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana respon manajer

tersebut terhadap standar akuntansi baru yang diusulkan (Scott, 2003)

dalam Herdawati (2015). Menurut Watts dan Zimmerman (1990) dalam

Herdawati (2015), Teori akuntansi positif yaitu berusaha untuk

menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati berdasarkan pada alasan-

alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Maksudnya, teori

akuntansi positif dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi

konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu.

Penjelasan dan prediksi dalam teori akuntansi positif didasarkan pada

proses kontrak atau hubungan keagenan antara manajer dengan

kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar

modal dan institusi pemerintah. Selain itu, Watt dan Zimmerman (1986)

dalam Herdawati (2015) juga mengaitkan positive accounting theory

dengan fenomena perilaku oportunistik manajer dengan membentuk tiga

10
hipotesis yang melatar belakangi perilaku oportunistik manajer tersebut,

yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis, menyatakan bahwa rencana bonus atau

kempensasi manajerial akan cenderung memilih dan menggunakan

metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang

dilaporkan menjadi lebih tinggi.

2. Debt (Equity) Hypothesis, menyatakan bahwa perusahaan yang

mempunyai rasio antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung

memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan

laporan laba yang lebih tinggi serta cenderung melanggar

perjanjian utang apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang

dapat diperolehnya.

3. Political Cost Hypothesis, menyatakan bahwa perusahaan

cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi

yang dapat memperkecil atau memperbesar laba yang

dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer perusahaan

cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang-undang

perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang

dapat diperolehnya, manajer akan mempermainkan laba agar

kewajiban pembayaran tidak terlalu tinggi sehingga alokasi laba

sesuai dengan kemauan perusahaan.

11
2.1.3. Ukuran Perusahaan

Menurut PSAK No. 16 revisi tahun 2011 aset adalah semua

kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan, baik berwujud

maupun tidak berwujud yang berharga atau bernilai yang akan

mendatangkan manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Ukuran

perusahaan adalah karakteristik perusahaan dalam kaitannya dengan struktur

perusahaan. Ukuran perusahaan dapat menggambarkan besar kecilnya

perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, penjualan dan kapitalisasi

pasar. Semakin besar total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka

semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aset, maka

semakin besar modal yang ditanam, semakin banyak penjualan, maka

semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar

(Sutikno, Wahidahwati dan Asyik, 2014).

Klasifikasi Ukuran Perusahaan

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2008 ukuran

perusahaan dikategorikan sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam undang – undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

12
langsung dari dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi

kriteria usaha sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan UsahaKecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh

badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha

nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing

yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia

2.1.4. Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2013) laporan keuangan adalah laporan yang

menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada

saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut PSAK No. 1 (2015),

Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

kinerja keuangan suatu entitas, laporan ini menampilkan sejarah entitas yang

dikualifikasi dalam nilai moneter.

Menurut V. Wiratha Sujarweni (2017: 12-23) laporan keuangan

yang lengkap meliputi:

13
1. Laporan laba rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang disusun sistematis, isinya

berupa penghasilan yang diperoleh perusahaan dikurangi dengan beban-

beban yang terjadi dalam perusahaan selama periode tertentu. Dalam

laporan laba rugi menjabarkan elemen-elemen penghasilan dan beban

perusahaan, sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi.

2. Laporan perubahan modal

Laporan perubahan modal adalah laporan yang berisi seberapa

banyak modal awal telah berubah, bertambah atau malah berkurang selama

periode tertentu. Perubahan modal tersebut dapat terjadi karena adanya

laba atau rugi usaha, pengambilan pribadi oleh pemilik atau biasa disebut

prive, maupun karema penambahan modal pemilik.

3. Laporan arus kas

Laporan arus kas berisi kas dan setara kas yang masuk dan keluar

perusahaan pada periode tertentu. Yang disebut kas adalah uang tunai,

sedangkan setara kas merupakan investasi yang sifatnya likuid, berjangka

pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas. Laporan arus kas harus

melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut

aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

4. Neraca

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari

suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan ekuitas pada periode

tertentu. Neraca menunjukkan seberapa kekayaan perusahaan. Neraca

14
sendiri mempunyai dua bentuk, yaitu: bentuk Staffel dan Scronto. Bedanya

terletap pada penyusunan aktiva dan passiva. Bentuk staffel aktiva dan

passiva disusun kebawah, sedangkan bentuk scronto aktiva dan passiva

disusun bersebelahan.

5. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah sebuah informasi maupun

catatan tambahan yang ditambhakan untuk memberi penjelasan kepada

pembaca atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan

memberikan bantuan penjelasan perhitungan item tertentu dalam laporan

keuangan

Menurut V. Wiratha Sujarweni (2017: 4-5) tujuan penyusunan laporan

keuangan antara lain sebagai berikut:

1. Bagi pihak manajemen perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan

untuk pengambilan keputusan.

2. Bagi pemilik perusahaan, laporan keuangan digunakan untuk

memberitahu keadaan perusahaan dari sisi keuangan.

3. Bagi investor dan pemegang saham, dapat dijadikan dasar untuk

mengambil suatu keputusan penanaman saham.

4. Bagi kreditor atau pemberi hutang, dapat dijadikan dasar untuk

memutuskan perusahaan layak diberikan kredit atau tidak.

5. Bagi pemerintah, sebagai sarana pemungutan pajak berdasarkan laporan

yang ada

15
6. Bagi karywan, untuk mengetahui profitabilitas dan akuntabilitas

perusahaan tempat mereka bekerja.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang

merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan buku

bersangkutan.

2.1.5. Rasio Keuangan

Menurut James C Van Horne dalam Kasmir (2014) rasio keuangan

merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh

dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan

digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi

sebagai berikut:

a. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya

bersumber dari neraca.

b. Rasio laporan rugi-laba, yaitu membandingkan angka-angka yang

hanya bersumber dari laporan rugi laba.

c. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua

sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan

laba rugi.

Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir (2014), bentuk – bentuk rasio

keuangan sebagai berikut:

16
a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu

perusahaan untuk melunasi semua kewajiban yang harus segera

dipenuhi (hutang jangka pendeknya). Tujuan dan manfaat dari rasio

likuiditas:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban

atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

2. Untuk mengukir kemampuan perusahaan membayar kewajiban

jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.

3. Untuk mengukir kemampuan perusahaan membayar kewajiban

jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan

sediaan atau piutang.

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang

ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar utang.

Jenis-jenis rasio likuiditas sebagai berikut:

a. Current Ratio

Rasio ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang

lancar. Current Ratio memberikan informasi tentang kemampuan

aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Semakin besar

perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi

kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

17
Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat

menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya

berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di

atas jumlah hutang lancar.

Rumus untuk untuk mencari rasio lancar:

b. Quick Ratio

Quick ratio disebut juga acid test ratio, merupakan rasio yang

menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang lancar

dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Quick

ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih

likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan

dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek.

untuk mencari rasio lancar:

b. Rasio Solvabilitas (Leverage)

Pengertian rasio leverage menurut Harahap (2015) Rasio leverage

merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh

kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang

digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan

akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat

18
digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan perusahaan. Rasio

leverage mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya

dengan dana yang disimpan dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini

dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan

dibiayai utang, rasio ini menunjukan indikasi tingkat keamanan dari para

pemberi pinjaman (bank). Menurut Hery (2015) Rasio solvabilitas

(leverage) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi segala kewajibannya baik jangka pendek maupun

jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang

mempunyai aktiva/kekayaan yang cukup untuk membayar semua

hutang-hutangnya disebut perusahaan yang solvable, sedang yang tidak

disebut insolvable. Perusahaan yang solvabel belum tentu likuid,

demikian juga sebaliknya yang insolvable belum tentu ilikuid. Menurut

Kasmir (2014) rasio yang digunakan dalam menghitung rasio

solvabilitas (leverage) yang biasa digunakan adalah:

1. Debt to Total Assets Ratio (Debt ratio)

Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur

perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata

lain, seberapa besar aktiva perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva.

Rumus yang digunakan sebagai berikut

19
2. Debt to Equity Ratio

Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang

dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan

antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh

ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang

disediakan peminjam (kreditor dengan pemilik perusahaan).

Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Rumus yang digunakan sebagai berikut

3. Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini merupakan rasio untuk mengetahui bagian dari

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang

jangka panjang. Rumus untuk menghitung rasio ini sebagai

berikut sebagai berikut:

c. Rasio Profitabilitas

Pengertian rasio profitabilitas menurut Kasmir (2014) Rasio

profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. rasio

ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu

20
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan

dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini

menunjukkan efisiensi

Tujuan dan Manfaat rasio Profitabilitas sebagai berikut:

Tujuan serta manfaat analisis rasio profitabilitas menurut Kasmir (2014)

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengukur atau meghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan

tahun sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

5. Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri perusahaan.

Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan menurut Kasmir (2014)

antara lain

1. Profit Margin

Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa

dilihat langsung pada analisis common size untuk laporan rugi laba

21
(baris paling akhir). Rasio ini bisa diintepretasikan juga sebagai

kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di

perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2000). Rasio ini

menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh

dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik, karena

dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi

(Harahap).

Rumus mengukur margin laba kotor

Rumus mengukur margin laba bersih

2. Return On Investment (ROI)

Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan Return on

Invesmet (ROI) atau return on total assets (ROA) merupakan Rasio ini

merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva

yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran

tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Rumus untuk menghitung rasio ini sebagai berikut

22
3. Return on Equity

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari

modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang

saham, baik saham biasa maupun saham preferen.

Rumus untuk menghitung rasio ini sebagai berikut sebagai berikut:

2.1.6. Manajemen Laba

1. Pengertian Manajemen Laba

Scott (2015) manajemen laba adalah pilihan yang dilakukan

oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi, atau aksi nyata yang

mempengaruhi laba sehingga mencapai sasaran dengan melaporkan laba

tertentu. Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995) dalam Sulisyanto (2008)

manakemen laba adalah tindakan manajer untuk menaikan (menurunkan)

laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolany tanpa

menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan

jangka panjang. Manajemen laba dapat juga didefinisikan sebagai

intervensi manajemen dengan sengaja dalam menentukan laba dalam

proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk

memperoleh keuntungan pribadi (Manurung dan Isynuwardhana, 2017).

Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

perusahaan untuk mengintervensi atau memengaruhi informasi dalam

23
laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin

mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.

Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan keputusan

tertentu dalam laporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah

laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin

mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk

memengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi

yang dilaporakan dalam laporan keuangan.

Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktek manajemen

laba yaitu:

a. Manajemen Akrual (Accruals Management)

Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala aktivitas yang dapat

memengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi

merupakan wewenang dari para manajer (Managers discretion).

b. Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib

Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk

menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh

perusahaan yaitu antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang

ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan

tersebut.

c. Perubahan Aktiva Secara Sukarela

Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk

mengganti atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu di antara

24
sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh

badan akuntansi yang ada (Generally Accepted Accounting Principles).

2. Pola Manajemen Laba, yaitu

a. Taking a Bath

Pada pola ini, manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan

membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada laporan saat ini.

Selain itu juga harus melakukan clear the desk atau menyembunyikan

bukti yang ada, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan

datang meningkat.

b. Income Minimization

Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat

tinggi. Gunanya agar tidak mendapat perhatian secara politis. Tindakan

yang dilakukan berupa penghapusan pada barang modal dan aktiva tak

berwujud, biaya iklan, serta pengeluaran untuk penelitian dan

pengembangan.

c. Income Maximization

Tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Selain untuk

mendapatkan bonus yang lebih besar, cara ini juga bisa melindungi

perusahaan saat melakukan pelanggaran perjanjian utang. Tindakan

yang dilakukan manajemen adalah dengan memanipulasi data

akuntansi dalam laporan.

d. Income Smoothing

25
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan

dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan

eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih

menyukai laba yang relatif stabil.

3. Model Pengukuran Manajemen Laba

a. Model Healy

Healy Model (1985) menguji manajemen laba dengan

membandingkan rata-rata total akrual di seluruh variabel pembagian

manajemen laba. Studi Healy berbeda dengan kebanyakan studi

manajemen laba lainnya karena ia memprediksi bahwa manajemen

laba sistematis terjadi dalam setiap periode. Variabel pemisahnya

membagi sampel menjadi tiga kelompok, dengan pendapatan

diprediksi akan dikelola ke atas di salah satu kelompok dan ke bawah

pada dua kelompok lainnya. Kesimpulan kemudian dilakukan melalui

perbandingan berpasangan dari total akrual rata-rata pada kelompok di

mana pendapatan diprakirakan akan dikelola ke atas dengan rata-rata

total akrual untuk masing-masing kelompok di mana pendapatan

diprediksi akan dikelola ke bawah. Pendekatan ini setara dengan

memperlakukan seperangkat pengamatan dimana pendapatan

diperkirakan akan dikelola ke atas sebagai periode estimasi dan

himpunan pengamatan dimana pendapatan diperkirakan akan dikelola

ke bawah sebagai periode peristiwa. Total akrual rata-rata dari periode

estimasi kemudian mewakili ukuran akrual nondiscretionary. Total

26
accruals (ACC,) yang mencakup discretionary (DAt) dan non-

discretionary (NDAt) components, dihitung

sebagai berikut (Healy, 1985):

b. Model DeAngelo

Model DeAngelo DeAngelo (1986) menguji manajemen laba dengan

menghitung perbedaan pertama dalam total akrual, dan dengan

mengasumsikan bahwa perbedaan pertama memiliki nilai nol yang

diharapkan berdasarkan hipotesis nol yang menyatakan tidak ada

manajemen laba. Model ini menggunakan total akrual periode lalu

(diskalakan dengan total aset t-1) sebagai ukuran akrual

nondiskritioner. Dengan demikian, Model DeAngelo untuk akrual

nondiskritioner adalah (DeAngelo, 1986):

NDAt = TAt-1

c. Model Jones

(1991) mengusulkan sebuah model yang menyederhanakan anggapan

bahwa akrual nondiskretioner bersifat konstan. Modelnya mencoba

mengendalikan efek perubahan pada lingkungan ekonomi perusahaan

terhadap akrual nondiskritioner. Model Jones untuk akrual

nondiskretioner pada tahun yang bersangkutan adalah (Jones, 1991):

NDAt = ß1 (1 / At-l) + ß 2 (∆REVt) + ß3 (PPEt)

27
Keterangan:

∆REVt = pendapatan pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun

t-1 dibagi dengan Total aset pada t-1;

PPEt = property, pabrik dan peralatan pada tahun t dibagi

dengan total aset pada t-1;

At-1 = total aset pada tahun t-1;

ß1, ß2, ß3 = parameter-parameter spesifik perusahaan.

d. Model Industri

Dechow dan Sloan (1991) menyusun model pengukuran manajemen

laba yang dikenal dengan Model Industry. Serupa dengan Model

Jones, Model Industri menyederhanakan anggapan bahwa akrual

nondiskretioner konstan sepanjang waktu. Namun, alih-alih mencoba

secara langsung memodelkan faktor penentu akrual nondiskritioner,

Model Industri mengasumsikan bahwa variasi dalam faktor penentu

akrual nondiskresioner adalah umum di seluruh perusahaan di industri

yang sama. Model Industri untuk akrual nondiskritioner adalah

(Dechow dan Sloan, 1991):

NDAt = γ1 + γ2medianI (TAt)

Keterangan:

Median I (TAt) = nilai median dari total akrual yang diukur dengan

aset tahun t-1 untuk semua perusahaan non-sampel

dalam kode industry yang sama.

28
Parameter spesifik perusahaan γ1 dan γ2 diperkirakan menggunakan

koefesien regresi pada pengamatan di Periode estimasi.

e. Modifikasi Jones

Formula selengkapnya dari Model John yang Dimodifikasi adalah

sebagai berikut (Dechow et al., 1995):

1. menghitung total accrual (TAC) yaitu laba bersih tahun t dikurangi

arus kas operasi tahun t dengan rumus sebagai berikut:

TAC = NIit – CFOit

Selanjutnya, total accrual (TA) diestimasi dengan Ordinary Least

Square sebagai berikut:

) + β3 (

2. Dengan koefisien regresi seperti pada rumus di atas, maka

nondiscretionary accruals (NDA) ditentukan dengan formula

sebagai berikut:

NDAit ) + β3 (

3. Terakhir, discretionary accruals (DA) sebagai ukuran manajemen

laba ditentukan dengan formula berikut:

- NDAit

Keterangan:

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i dalam periode tahun t

NDAit = Nondiscretionary Accruals perusahaan i pada periode

29
tahun t

TAit = Total acrual perusahaan i dalam periode tahun t

NIit = Laba bersih perusahaan i dalam periode tahun t

CFOit = arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i periode tahun t

Ait-1 = total assets perusahaan i dalam periode tahun t-1

∆Revit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi dengan

pendapatan perusahaan I pada tahun t-1

PPEit = property, pabrik, dan peralatan perusahaan i dalam

periode tahun t

∆Recit = piutang usaha perusahaan I pada tahun t dikurangi

pendapatan perusahaan I pada tahun t-1.

ε = error

30
2.2. Tinjauan Pustaka

Dalam sub-bab ini akan dijelaskan tentang penelitian terdahulu

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba yang

dilakukan pada penelitian sebelumnya.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Variabel Tujuan
No Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Desi Nur Ukuran Menguji Ukuran perusahaan,
Aprina dan perusahaan, pengaruh ukuran profitabilitas, dan
Khairunnisa, profitabilitas, perusahaan, kompensasi bonus
SE., MM kompensasi profitabilitas, berpengaruh signifikan
bonus, kompensasi terhadap manajemen
manajemen bonus laba
laba berpengaruh
terhadap
manajemen laba
2 Ayu Dwi Struktur Menguji Profitabilitas,
Hasty dan kepemilikan, pengaruh kepemilikan manejerial,
Vinola leverage, Struktur leverage, dan kebijakan
Herawaty profitabilitas kepemilikan, dividen mempengaruhi
(2017) dan kebijakan leverage, manajemen laba
dividen profitabilitas dan
terhadap kebijakan
manajemen dividen terhadap
laba manajemen laba
3 Ni Luh Diversifikasi Meguji pengaruh diversifikasi operasi
Floriani Ria operasi, diversifikasi tidak berpengaruh pada
Dimarcia leverage dan operasi, leverage manajemen laba,
dan kepemilikan dan kepemilikan leverage tidak
Komang manajerial manajerial pada berpengaruh pada
Ayu pada manajemen laba manajemen laba, dan
Krisnadewi manajemen kepemilikan manajerial
(2016) laba berpengaruh negatif pada
manajemen laba
4 Dwi Ukuran Menguji Tiga variabel yang
Suhartanto perusahaan, pengaruh ukuran berpengaruh secara
(2015) profitabilitas, perusahaan, signifikan terhadap
leverage, profitabilitas, praktik perataan laba
kepemilikan leverage, yaitu ukuran perusahaan,

31
Variabel Tujuan
No Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
publik, kepemilikan NPM dan risiko bisnis.
perubahan publik, Kesimpulan bahwa
harga saham perubahan harga dalam penelitian ini
dan risiko saham dan risiko variabel ROA, leverage,
bisnis bisnis terhadap kepemilikan publik dan
manajemen manajemen laba perubahan harga saham
laba tidak berpengaruh secara
signifikan
5 I Ketut Ukuran Menguji Secara parsial ukuran
Gunawan, perusahaan, pengaruh ukuran perusahaan,
Nyoman Ari profitabilitas, perusahaan, profitabilitas, dan
Surya dan leverage, profitabilitas, leverage tidak memiliki
Darmawan, manajemen dan leverage pengaruh yang signifikan
dan I Gusti laba terhadap terhadap manajemen
Ayu manajemen laba laba. Secara simultan
Purnamawati ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan
leverage tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba
6 Darmawan Pengaruh Untuk Hasil uji hipotesis secara
(2015) Good mengetahui parsial (uji t)
Corporate pengaruhgood menunjukkan variabel
Governance corporate kepemilikan
(GCG), governance institusional, reputasi
Asimetri (GCG), asimetri auditor, ukuran
Informasi, informasi,ukuran perusahaan dan laverage
Ukuran perusahaan, ditemukan berpengaruh
Perusahaan, laverage signifikan terhadap
laverage terhadap manajemen laba.
terhadap manajemen laba Sementara untuk variabel
manajemen pada perusahaan kepemilikan manajerial,
laba pada manufaktur komite audit dan asimetri
perusahaan informasi menunjukkan
manufaktur hasil yang tidak
yang terdaftar berpengaruh terhadap
di bursa efek manajemen laba
indonesia
(periode 2011-
2012)
7 Stella Analisis untuk Aset pajak tangguhan
Mettawidya Pengaruh Aset mengetahui ada tidak berpengaruh
(2015) Pajak atau tidaknya signifikan terhadap
Tangguhan, pengaruh aset manajemen laba, asimetri

33
Variabel Tujuan
No Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Asimetri pajak tangguhan informasi berpengaruh
Informasi, dan Asimetri signifikan terhadap
Ukuran Informasi, dan manajemen laba, ukuran
Perusahaan Ukuran perusahaan berpengaruh
Terhadap Perusahaan signifikan terhadap
Manajemen terhadap manajemen laba.
Laba Pada manajemen laba
Perusahaan (earning
Lq45 Yang management)
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia Pada
Tahun 2010-
2012
8 Yuliana Pengaruh menganalisis struktur kepemilikan,
Gunarti struktur struktur dan kepemilikan
(2015) kepemilikan, kepemilikan institusional
return on asset (kepemilikan berpengaruh, return on
dan leverage manajerial dan asset dan leverage tidak
terhadap kepemilikan berpengaruh terhadap
manajemen institusional), manajeman laba
laba return on asset
dan leverage
terhadap
manajeman laba
9 Dendi Pengaruh Mengetahui Profitabilitas
Purnama, profitabilitas, pengaruh berpengaruh positif
SE, M.Si leverage, profitabilitas, terhadap manajemen
(2017) ukuran leverage, ukuran laba, leverage tidak
perusahaan, perusahaan, berpengaruh terhadap
kepemilikan kepemilikan manajemen laba, ukuran
institusional institusional dan perusahaan berpengaruh
dan kepemilikan negatif terhadap
kepemilikan manajerial manajemen laba,
manajerial terhadap kepemilikan Institusional
terhadap manajemen laba tidak berpengaruh
manajemen terhadap manajemen laba
laba dan kepemilikan
Manajerial berpengaruh
negatif terhadap
manajemen laba.
10 Ayu Yuni Pengaruh untuk Ukuran perusahaan tidak
Astuti, Elva ukuran mengetahui berpengaruh signifikan
Nuraina, perusahaan pengaruh ukuran terhadap manajemen

34
Variabel Tujuan
No Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Anggita dan leverage perusahaan dan laba, Leverage
Langgeng terhadap leverage berpengaruh positif
Wijaya Manajemen terhadap terhadap manajemen laba
laba manajemen laba perusahaan-perusahaan
pada perusahaan perbankan yang terdaftar
perbankan yang di Bursa Efek Indonesia
terdaftar di (BEI) periode 2013-
Bursa Efek 2015.
Indonesia
tahun 2013
sampai dengan
tahun 2015.
Sumber: Hasil
2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka penelitian ini akan menganalisis indikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan

manufaktur sector barang konsumsi yang terdaftar di BEI, lebih

jelasnya pengaruh antara variabel independen dengan variabel

dependen dapat dilihat pada gambar kerangka konseptual berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Ukuran Perusahaan
(X1)
H1

Manajemn Laba
Profitabilitas
H2 (Y)
(X2)

H3

Leverage
(X3)

35
2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan

aset perusahaan, dimana ukuran perusahaan merupakan nilai yang

menunjukan besar kecilnya perusahaan dengan ukuran total aset

perusahaan. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur

pendanaan perusahaan. Perusahaan besar cenderung memerlukan

dana yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Tambahan dana tersebut bisa diperoleh dengan penerbitan saham

baru atau penambahan hutang. Motivasi untuk menambah dana

tersebut akan mendorong pihak manajemen untuk melakukan

praktik manajemen laba, sehingga dengan pelaporan laba yang

tinggi maka calon investor ataupun kreditor akan tertarik untuk

menanamkan dananya. Selain itu perusahaan besar tidak ingin

terlihat jelek dimata investor ataupun kreditor, maka untuk

memenuhi ekspektasi dari para investor dan kreditor perusahaan

akan melakukan manajemen laba. Jadi semakin besar ukuran

perusahaan maka semakin besar pula perusahaan akan melakukan

manajemen laba.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Desi Nur Arina dan

Khairunnisa (2015), Dwi Suhartanti (2015) menyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik laba

36
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen

laba.

2.4.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba

Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan

termotivasi untuk melakukan manajemen laba, karena perusahaan

yang memiliki rasio profitabilitas tinggi berarti memiliki proporsi

laba yang lebih besar, apabila laba perusahaan terlalu besar maka

pajak disetor ke pemerintah akan lebih tinggi, sehingga manajer

melakukan manajemen laba untuk mengurangi laba menjadi lebih

kecil.

Penelitan mengenai pengaruh profitabilitas terhadap

manajemen laba juga sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Ayu

Dwi Hasty dan Vinola Herawaty (2017), Desi Nur Aprina,

Khairunnisa, SE., MM (2015) menyatakan profitabiltas

berpengaruh terhadap manajemen laba.

H2: Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba

2.4.3 Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba

Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan

termotivasi untuk melakukan manajemen laba, karena perusahaan

yang memiliki rasio leverage tinggi berarti memiliki proporsi utang

lebih besar dibandingkan dengan aktivanya, dan hal tersebut

menunjukan bahwa kinerja perusahaan tersebut tidak baik. Oleh

karena itu, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan

37
termotivasi untuk melakukan manajemen laba agar kinerja

perusahaan terlihat baik. Semakin tinggi rasio leverage maka

semakin tinggi juga tingkat manajemen laba.

Dalam banyak perjanjian utang, debitur dipersayaratkan

oleh kreditur untuk mempertahankan debt to equity ratio selama

masa perjanjian, oleh karena itu manajer yang memiliki rasio

leverage yang besar cenderung akan memilih prosedur akuntansi

dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan

ke periode sekarang, karena hal tersebut akan memberikan

perusahaan leverage ratio yang kecil. Dengan demikian leverage

akan mendorong terjadinya praktik manajemen laba karena adanya

kebutuhan manajemen terhadap debt to equity ratio.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ayu Dwi Hasty dan

Vinola Herawaty (2017) menyatakan leverage berpengaruh

terhadap manajemen laba sementara hasil penelitian Ni Luh

Floriani Ria Dimarcia dan Komang Ayu Krisnadewi (2016) dan

Dwi Suhartanto (2016) leverage tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba.

H3: Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba

38

Anda mungkin juga menyukai