Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Investasi bisa berkaitan dengan berbagai aktivitas. Menginvestasikan


sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun
aset financial (deposito, sahama ataupun obligasi) merupakan aktivitas
investasi yang umumnya dilakukan. Berikut adalah definisi investasi menurut
para ahli:

Menurut Tandelilin (2010:2):

“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya

lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

keuntungan di masa datang .”

Menurut Martalena dan Malinda (2011:1):

“Investasi merupakan bentuk penundaan konsumsi masa sekarang


untuk memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana di
dalamnya terkandung unsur risiko ketidakpastian sehingga
dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut .”
Sedangkan menurut PSAK Nomor 13 dalam Standar Akuntansi
Keuangan per 1 Oktober 2004 dalam Fahmi dan Hadi (2011:6)
menyatakan bahwa:

“Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk


pertumbuhan kekayaan (acceration of wealth) melalui distribusi
hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen dan uang sewa),
untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh
melalui hubungan perdagangan.”

13
14

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa investasi


adalah suatu komitmen atau penempatan sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
pengembalian yang lebih besar di masa depan sebagai kompensasi atas
penundaan penggunaan dana yang diinvestasikan dan risiko kerugian yang
dapat menimbulkan ketidakpastian pembayaran atau penerimaan di masa
yang akan datang.

2.1.2 Tujuan Investasi

Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk


menghasilkan sejumlah uang. Manurut Tandelilin (2010:8) tujuan dalam
melakukan investasi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang


Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan
taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha
bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi
Dalam melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi
pada bidang-bidang usaha tertentu.
15

2.2 Analisis Teknikal dan Fundamental

Menurut Sutrisno (2012:309) terdapat dua pendekatan dasar untuk


melakukan analisis dan memilih saham yakni:

1. Technical Analysis
Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari
data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading
volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya
mempertimbangkan pergerakan harga saham saja tanpa memperhatikan
kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Pergerakan harga
saham tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu.
Analisis teknikal digunakan oleh para spekulator.
2. Fundamental Analysis
Merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada
kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang
akan mempengaruhi masa depan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat
dilihat dari perkembangan perusahaan, neraca perusahaan dan laporan laba
ruginya, proyeksi usaha dan rencana perluasan dan kerjasama. Pada
umumnya apabila kinerja perusahaan mengalami perkembangan yang
baik, maka harga saham akan meningkat.

2.3 Laporan Keuangan

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi potensial


yang pada umumnya digunakan oleh para investor sebagai dasar pengambilan
keputusan penanaman modal. Informasi-informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yaitu mengenai entitas yang meliputi aset, liabilitas,
ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi
dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan
arus kas. Berikut adalah definisi laporan keuangan menurut para ahli:
16

Menurut Gumanti (2011:103):

“Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan

merupakan ringkasan dari harta, kewajiban dan kinerja operasi

selama suatu periode akuntansi tertentu.”

Menurut Sutrisno (2012:9):

“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi


yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan laba-
rugi. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk
menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam
mengambil keputusan.”
Sedangkan menurut Wahyudiono (2014:10):

“Laporan keuangan dapat diartikan sebagai laporan


pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas
pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada
pihak-pihak luar perusahaan.”
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan media bagi manajemen untuk mengkomunikasikan
performance keuangan perusahaan yang dikelolanya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.

2.3.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Gumanti (2011:103) laporan keuangan terdiri dari komponen-


komponen sebagai berikut:

1. Neraca
Merupakan laporan tentang harta atau kekayaan dan kewajiban atau
beban suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menunjukkan kinerja operasi suatu perusuhaan dalam
suatu periode akuntansi tertentu. Laporan laba rugi juga menunjukkan
17

seberapa jauh perusahaan mampu menjalankan kegiatan usaha serta


seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal menunjukkan berapa besar bagian atau porsi
dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan yang diinvestasikan
kembali ke perusahaan yang mempengaruhi besaran modal secara
keseluruhan.
4. Laporan Arus Kas
Menyajikan informasi tentag arus kas bersih dari tiga kegiatan utama di
perusahaan, yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas
pendanaan dan arus kas dari aktivitas investasi.

2.4 Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat ukur yang sangat penting dalam analisis
terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan berfungsi
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya. Dengan adanya penyederhanaan ini, kita dapat menilai secara
cepat hubungan antar pos dalam laporan keuangan dan membandingkannya
dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian.
Kasmir (2010:93) menyatakan bahwa:

“Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka

yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka

dengan angka lainnya.”

Menurut James C. Van Horne dalam Kasmir (2010:93):

“Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka


akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan.”
18

Sedangkan menurut Fahmi (2014:49):

“Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara


jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan
mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk
diterapkan.”
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rassio keuangan adalah
kegiatan yang membandingkan antara satu angka pada pos laporan keuangan
dengan angka lainnya yang terdapat di pos laporan keuangan yang berbeda.
Terdapat lima jenis rasio keuangan yang digunakan dalam melakukan analisis
laporan keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio penilaian.

2.4.1 Rasio Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba


dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba.
Profit merupakan hasil kebijakan manajemen, maka kinerja perusahaan dapat
diukur dengan denga profit. Salah satu alat ukur profitabilitas suatu
perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap salah satu rasio
keuangan yaitu rasio profitabilitas. Berikut adalah definisi rasio profitabilitas
menurut para ahli:

Menurut Meythi, Tan dan Linda (2011):

“Rasio profitabilitas menyediakan evaluasi menyeluruh atas


kinerja perusahaan dan manajemennya. Rasio ini mengukur
seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh
perusahaan.”
Menurut Hanafi (2012:42):

“Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan

modal saham tertentu.”


19

Menurut Sutrisno (2012:222) bahwa:

“Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat


keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar
tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam
mengelola perusahaan.”
Sedangkan menurut Fahmi (2013:135):

“Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan


yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun
investasi.”
Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan salah satu alat ukur
kinerja perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada
tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu dan juga memberikan
gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan
kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen dapat dilihat dari laba yang
dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Profitabilitas suatu
perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan
aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Ukuran
rasio profitabilitas dihitung dengan menggunakan Gross Proft Margin, Net
Profit Margin, Return On Asset/Return On Investment, Return On Equity,
Earning Per Share dan Proft Margin.

2.4.1.1 Return On Asset / Return On Investment


Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk
menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan
melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Return On
Asset (ROA) merupakan rasio yang penting untuk diperhatikan agar
investor dapat mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan di
suatu perusahaan mampu memberikan return sesuai degan tingkat yang
diisyaratkan investor. Hal ini menyebabkan rasio ini menjadi salah satu
rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum
20

menginvestasikan modalnya pada suatu perusahaan. Berikut adalah


definisi Return On Asset (ROA) menurut para ahli:

Menurut Hanafi (2012:42):


“Return On Asset (ROA) mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat

aset tertentu. ROA sering juga disebut sebagai ROI.”

Menurut Sutrisno (2012:222):


“Return On Assets sering disebut juga sebagai rentabilitas
ekonomis, merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan.”

Sedangkan menurut Fahmi (2013:137):


“Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah

ditanamkan mampu memberikan pengembalian

keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.”

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Return On Asset


(ROA) merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakannya
dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam membiayai aktiva tersebut. Dengan kata lain semakin
tinggi nilai ROA maka semakin baik produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan
daya tarik perusahaan di mata para investor. Peningkatan daya tarik
perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh para
investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar.
21

Fahmi (2013:137) memformulasikan rumus untuk menghitung


Return On Asset adalah sebagai berikut:

EAT (Earning After Tax) merupakan laba operasi yang


diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan beban pajak
penghasilan. Total aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta
perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing
yang terlah diubah oleh perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan
yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

2.4.1.2 Earning Per Share


Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara
pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang
beredar. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar
pada setiap lembar saham. Berikut adalah definisi Earning Per Share
(EPS) menurut para ahli:
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:54):
“Rasio yang yang menunjukkan bagian laba untuk setiap

saham . EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan

yang tergambar pada setiap lembar saham.”

Menurut Fahmi (2012:97):


“Earning per share atau pendapatan per lembar saham
adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan
kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham
yang dimiliki.”
Sedangkan menurut Sutrisno (2012:223):

“Earning Per Share atau laba per lembar saham merupakan

ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan per lembar saham pemilik.”


22

Jadi, rasio ini mencerminkan laba per lembar saham biasa yang
diperoleh perusahaan dalam periode waktu tertentu. Rasio keuangan ini
merupakan rasio keuangan yang paling sering dianalisis dan dikutip.
Alasan utama Earning Per Share (EPS) menjadi fokus utama
dibandingkan laba adalah karena tujuan perusahaan adalah
memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Nilai Earning Per
Share yang tinggi merupakan daya tarik bagi investor. Semakin tinggi
nilai EPS, maka kemampuan perusahaan untuk memberikan pendapatan
kepada pemegang sahamnya semakin tinggi.

Sutrisno (2012:223) memformulasikan rumus untuk


menghitung Earning Per Share adalah sebagai berikut:

EAT (Earning After Tax) merupakan laba operasi yang


diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan beban pajak
penghasilan. Sedangkan jumlah lembar saham merupakan keseluruhan
lembar saham yang dimilki oleh perusahaan.

2.5 Ukuran Perusahaan

2.5.1 Pengertian Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan simbol yang berhubungan dengan


peluang dan kemampuan perusahaan untuk masuk ke pasar modal dan jenis
permbiayaan lainnya yang menunjukkan kemampuan meminjam. Berikut
adalah definsi ukuran perusahaan menurut para ahli:

Menurut Mirawati (2014):

“Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat


diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara
antara lain dengan total aktiva, log size, harga pasar saham dan
lain-lain.”
23

Sedangkan menurut Suryanita (2014) bahwa:

“Ukuran perusahaan atau firm size adalah suatu ukuran yang

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

ditunjukkan oleh total aktiva perusahaan.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah salah satu


skala yang digunakan untuk mengetahui besar kecilnya suatu perusahaan
dengan diukur menggunakan total aktiva, penjualan atau modal dari suatu
entitas bisnis tertentu. Besar kecilnya suatu perusahaan akan mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam menanggung risiko yang mungkin timbul dari
berbagai situasi yang dihadapi perusahaan. Perusahaan besar memiliki risiko
yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan
besar memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kondisi pasar, sehingga
mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi. Selain itu, perusahaan-
perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya untuk meningkatkan
nilai perusahaan karena memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber-
sumber informasi eksternal dibandingkan dengan perusahaan kecil.

2.5.2 Pengukuran Ukuran Perusahaan

Menurut Siregar dan Utama dalam penelitian yang dilakukan oleh


Mirawati (2014), ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma
natural dari total aset dengan rumus sebagai berikut:

Berikut adalah contoh perhitungan ukuran perusahaan menggunakan


logaritma natural dari total aset:

Total Aset Ln Total Aset


14.380.726.000 23,38915467
24

2.6 Pasar Modal

2.6.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk


mencari dana dalam jumlah besar serta dimanfaatkan para investor untuk
menanamkan dananya. Dengan demikian pasar modal bisa digunakan sebagai
salah satu alternatif sumber dana bagi perusahaan dan sebagai instrumen
investasi bagi para investor. Berikut adalah pengertian pasar modal menurut
para ahli:

Menurut Tandelilin (2010:26):

“Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki

kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan

cara memperjualbelikan sekuritas.”

Menurut Fahmi dan Hadi (2011:41):

“Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya


perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan
tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan
sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana
perusahaan.”
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990
dalam Sutrisno (2012:300):

“Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,


termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua
lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-
surat berharga yang beredar.”
Sedangkan menurut Azis, Mintarti, dan Nadir (2015:15):

“Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai


instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan
baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana, instrumen
derivatif maupun instrumen lainnya.”
25

Secara umum pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan


dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar
(tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-
saham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai
jasa para perantara pedagang efek. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, pasar
modal merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana
dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat. Pasar modal
dapat dijadikan wahana penting diluar perbankan yang menyediakan fasilitas
untuk memindahkan dana dari lender ke borrower dan menyediakan dana
bagi dunia usaha melalui penjualan instrumen-instrumen keuangan jangka
panjang yang diperdagangkan di pasar modal.

2.6.2 Fungsi Pasar Modal

Menurut Sutrisno (2012:301) pasar modal mempunyai beberapa fungsi


antara lain adalah:

1. Sebagai sumber penghimpunan dana


Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber
pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh
perusahaan adalah pasar modal. Perusahaan bisa masuk ke pasar
modal untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang
diharapkan tanpa ada batasan besarnya dana.
2. Sebagai sarana investasi
Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham
atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah
mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-
efek yang dikeluarkan akan laku diperjualbelikan di bursa. Investasi
di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan
mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan
26

lainnya atau dari satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu
pasar modal merupakan salah satu alternatif instrumen penempatan
dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung
lainnya.
3. Pemerataan pendapatan
Dengan perusahaan melakukan go public, maka perusahaan
memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta
memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan
dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, artinya ada
pemerataan pendapatan kepada masyarakat.
4. Sebagai pendorong investasi
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan
pembangunan membutuhkan investasi yanng besar. Pemerintah
tidak akan mampu melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh
pihak swasta nasional dan asing. Untuk mendorong agar pihak
swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung
maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan
iklim investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim
investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal. Semakin baik
pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk ke pasar
modal dan semakin banyak investor baik nasional maupunn asing
yang bersedia menginvestasikan dananya melalui pembelian surat
berharga di pasar modal.

2.6.3 Peranan Pasar Modal

Menurut Hariyani dan Serfianto (2010:11) pasar modal memiliki


empat peran yaitu sebagai berikut:

1. Pasar modal berperan mempertemukan pihak penjual efek (pihak


yang membutuhkan dana untuk modal usaha, yaitu perusahaan
27

emiten) dengan pihak pembeli efek (pihak yang menawarkan


dana, yaitu masyarakat investor atau pemodal).
2. Pasar modal berperan sebagai lembaga penghubung dalam
pengalokasian dana masyarakat secara efisien, transparan dan
akuntabel.
3. Pasar modal berperan menyediakan berbagai macam instrumen
investasi yang dapat memungkinkan adanya diversifikasi
portofolio investasi.
4. Pasar modal berperan mengajak masyarakat investor (selain
pendiri perusahaan) untuk ikut serta memiliki perusahaan publik
yang sehat dan berprospek baik.

2.6.4 Pelaku Pasar Modal

Menurut Sutrisno (2012:307) pelaku pasar modal diantaranya:

1. Investor
Yakni instansi atau individu yang melakukan jual beli instrumen
investasi di pasar modal yang tujuan pemilikan efeknya untuk
jangka panjang.
2. Spekulator
Adalah instansi atau individu yang melakukan jual beli
instrumen investasi di pasar modal untuk tujuan jangka pendek.
3. Acquisitor
Merupakan instansi yang membeli saham dengan tujuan untuk
ikut mengendalikan perusahaan yang mengeluarkan saham.
Biasanya acqusitor ini akan masuk pasar modal bila terjadi
penjualan saham secara besar-besaran melalui tenderover,
sehingga bisa membeli dalam jumlah yang besar dan bisa ikut
dalam manajemen perusahaan.
28

2.6.5 Instrumen Pasar Modal

Dengan adanya pasar modal, banyak terdapat instrumen yang


ditawarkan, antara lain saham, obligasi, reksadana dan lain-lain. Setiap
instrumen memiliki karakteristik, keuntungan dan risiko yang berbeda-beda.
Menurut Martalena dan Malinda (2011:12) instrumen-instrumen yang
terdapat di pasar modal adalah sebagai berikut:

1. Saham (Stock)
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroran terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka
pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
atas aset perusahaan dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
2. Obligasi (Bond)
Obligasi merupakan surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan nilai nominal tertentu yang akan dibayarkan saat jatuh
tempo dan memberikan bunga tertentu.
3. Right Issue
Right issue merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada
pemiliknya untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga
dan dalam periode tertentu. Hak tersebut diperdagangkan dalam
waktu yang sangat singkat yaitu selama dua minggu.
4. Waran
Waran merupakan sekuritas yang melekat pada penerbitan saham
maupun obligasi yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk
membeli saham perusahaan dengan harga dan pada jangka waktu
tertentu. Waran dapat diperdagangkan enam bulan setelah
diterbitkan dengan masa berlaku sekitar 3-5 tahun.
29

5. Reksadana
Reksadana merupakan saham, obligasi, atau efek lain yang dibeli
oleh sejumlah investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan
investasi profesional.

2.7 Saham

2.7.1 Pengertian Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling


banyak diminati oleh investor karena mampu memberikan tingkat
pengembalian yang menarik. Berikut adalah pengertian saham menurut para
ahli:

Menurut Martalena dan Malinda (2011:12):

“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal

seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau

perseroran terbatas.”

Menurut Fahmi (2012:85) bahwa:

“Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal,

nama perusahaan, disertai dengan hak dan kewajiban yang

dijelaskan kepada setiap pemegangnya.”

Menurut Sutrisno (2012:310):

“Saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau

penyertaan pada perusahaan yang berbentuk Perusahaan Terbatas

(PT).”
30

Sedangkan menurut Azis, Mintarti dan Nadir (2015:76):

“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau


kepemilikin investor individual atau investor institusional atau
trader atas investasi mereka atau sejumlah dana yang
diinvestasikan dalam suatu perusahaan.”

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa saham


merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan baik individu maupun
badan yang artinya pemilik saham adalah pemilik perusahaan, dengan
demikian semakin besar saham yang dimiliki maka semakin besar pula
kekuasaannya dalam perusahaan tersebut.

2.7.2 Jenis-Jenis Saham

Berikut adalah jenis-jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal


menurut Gumanti (2011:33):

1. Saham Biasa (Common Stock)


Saham biasa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu
perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (Rupiah, Dolar, Yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli
right issue atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh
keuntungan dalam bentuk dividen. Terdapat enam jenis saham biasa
yaitu Growth Stocks, Income Stocks, Blue-chip Stocks, Speculative
Stocks, Cyclical Stocks, dan Defensive Stocks.
1) Growth Stocks
Adalah saham suatu perusahaan, yang biasanya atau
berkecenderungan atau melekat pada perusahaan yang lebih kecil
dalam ukuran aset, yang memiliki pertumbuhan penjualan dan
keuntungan di atas rata-rata industri. Perusahaan biasanya tidak
membayar dividen atau kalaupun membayar nilainya relatif kecil,
31

melainkan menginvestasikan keuntungan yang diperoleh untuk


mendanai ekspansinya.
2) Income Stocks
Adalah saham umum yang cenderung lebih tua, dimiliki oleh
perusahaan yang sudah mapan (mature) yang membayar dividen
cukup tinggi dan yang tidak tumbuh secara cepat.
3) Blue-chip Stocks
Merupakan saham umum perusahaan besar yang memiliki
kemampuan finansial mapan dengan sejarah pembayaran dividen
yang bagus dan memiliki pertumbuhan keuntungan yang konsisten.
Saham perusahaan berjenis ini cenderung memiliki risiko kegagalan
yang kecil.
4) Speculative Stocks
Merupakan kebalikan dari blue-chip stocks. Saham berjenis ini
cenderung lebih berisiko dan memiliki tingkat voltalitas jangka
pendek yang tinggi. Jika respon pasar berlebihan, harga saham bisa
meningkat tajam. Sebaliknya, pasar akan dapat dengan mudah
melepas kepemilikan dengan segera jika prospek perusahaan kurang
meyakinkan.
5) Cyclical Stocks
Merupakan saham-saham yang cenderung bergerak mengikuti siklus
usaha (business cycle). Bila perekonomian sedang baik, saham
berjenis inipun akan baik, sebaliknya bila perekonomian mengalami
resesi, saham jenis inipun akan terimbas dan juga mengalami
penurunan harga.
6) Defensive Stocks
Merupakan kebalikan dari cyclical stocks. Saham jenis ini biasanya
dapat bertahan dengan baik pada saat perekonomian sedang resesi
atau kondisi ekonomi secara umum kurang baik. Tetapi sebaliknya
kurang berprestasi baik saat perekonomian sedang membaik.
32

2. Saham Preferan (Preferred Stocks)


Saham preferen adalah jenis saham yang membayar kepada
pemegangnya dalam bentuk dividen yang besarnya sudah ditetapkan.
Jadi saham preferen merupakan bentuk penggabungan dari saham biasa
(common stocks) dan obligasi (bonds). Terdapat dua jenis saham
preferen yaitu Cummulative Preferred Stocks dan Participating
Preferred Stocks.
1) Cummulative Preferred Stocks
Adalah jenis saham preferen yang memberikan peluang kepada
pemegangnya untuk menerima dividen kumulatif, yaitu sebelum
pemegang saham biasa menerima dividen, pemegang saham
preferen menerima semua dividen yang harus diterimanya.
2) Participating Preferred Stocks
Adalah saham preferen yang dividennya dikaitkan dengan
keberhasilan perusahaan dengan berdasarkan pada rumus atau
perhitungan tertentu.

2.7.3 Harga Saham

Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjual belikan pada
harga pasar. Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan investor
melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi
karena para investor sepakat terhadap harga suatu saham. Karena saham-
saham itu diperdagangkan di pasar modal, maka dibutuhkan suatu sistem
penilaian sebagai tolak ukur baik buruknya saham tersebut dengan pasar
saham. Berikut adalah pengertian harga saham menurut para ahli:

Mulyana (2011) menyatakan bahwa:

“Harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar, dalam arti


tergantung pada permintaan dan penawaran (saham mengalami
likuid). Jumlah permintaan dan penawaran akan mencerminkan
kekuatan pasar.”
33

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:102) harga saham adalah:

“Harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham


bisa berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang
begitu cepat. Ia dapat berubah dalam hitungan menit bahkan
dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan
karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara
pembeli saham dengan penjual saham.”
Sedangkan menurut Zuliarni (2012):

“Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan


pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu
mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai
bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya.”
Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan.
Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan
bagi investor yang rasional. Harga saham yang cukup tinggi akan memberikan
keuntungan, yaitu berupa capital gain dan image perusahaan yang lebih baik
sehingga memudahkan bagi manajemen perusahaan untuk mendapatkan dana
dari luar perusahaan. Sebaliknya, jika harga saham suatu perusahaan rendah
maka akan merugikan perusahaan yaitu perusahaan akan mengalami capital
loss dan para investor menjadi kurang tertarik pada saham perusahaan
tersebut. Jadi, harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar modal pada
waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, yaitu permintaan dan
penawaran pasar.

Menurut Widoatmodjo (2000) dalam Azis, Mintarti dan Nadir


(2015:81) harga saham dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Harga Nominal
Merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
dikeluarkan.
34

2. Harga Perdana
Merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa efek
dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang
disebut dengan IPO (Initial Public Offering).
3. Harga Pasar
Adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain.
Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek.

2.7.4 Nilai Saham

Menurut Azis, Mintarti dan Nadir (2015:85) ada beberapa nilai yang
berhubungan dengan harga saham, yaitu:

1. Nilai Buku (Book Value)


Nilai buku adalah nilai saham menurut pembukaan perusahaan
emiten. Nilai buku per lembar saham adalah aktiva bersih yang
dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
2. Nilai Pasar (Market Value)
Nilai pasar adalah harga pasar yang terjadi di pasar bursa pada saat
yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran harga saham
pelaku pasar.
3. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)
Nilai intrinsik adalah sebenarnya/seharusnya dari suatu saham. Nilai
intrinsik suatu aset adalah penjumlahan nilai sekarang dari cash
flow yang dihasilkan oleh aset yang bersangkutan.
35

2.8 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Variabel Metode
No. Judul & Nama Peneliti Kesimpulan
X Y Penelitian
Secara parsial
variabel current
ratio dan EPS tidak
Pengaruh memiliki pengaruh
Likuiditas&Profitabilitas yang sinifikan
Terhadap Harga Saham Current Moderated terhadap harga
Harga
Perusahaan Manufaktur yang Ratio dan Regression saham, sedangkan
1 Saham
Terdaftar di BEI. (Meythi, EPS Analyses secara simultan
Tan Kwang En dan Linda variabel current
Rusli) ratio dan EPS
berpengaruh
terhadap harga
saham.
Secara serempak
variabel NPM,
ROA dan ROE
Pengaruh NPM, ROA, ROE
Analisis memiliki pengaruh
Terhadap Harga Saham pada NPM,
Harga regresi yang signifikan
Perusahaan yang Tercantum ROA dan
2 Saham linear terhadap harga
pada Indeks LQ45. (Ina ROE
berganda saham, sedangkan
Rinati)
secara parsial
hanya ROA yang
memiliki pengaruh
36

yang signifikan
terhadap harga
saham.
Hasil pengujian
secara parsial
menunjukkan
bahwa hanya
variabel ROA dan
PER yang
berpengaruh
signifikan positif
terhadap harga
Pengaruh Kinerja Keuangan saham, sedangkan
Analisis
Terhadap Harga Saham pada DPR tidak
ROA, PER Harga regresi
Perusahaan Mining and berpengaruh
3 dan DPR Saham linear
Mining Service di BEI. (Sri signifikan terhadap
berganda
Zuliarni) harga saham.
Sedangkan secara
simultan
menunjukkan
bahwa ROA, PER
dan DPR secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap harga
saham.
Analisis Terdapat pengaruh
Pengaruh EPS Terhadap
Harga regresi yang signifikan
Harga Saham LQ45 di BEI. EPS
4 Saham sederhana antara EPS
(Fica Marcellyna)
dan one- terhadap saham
37

sample T LQ45 di BEI.


test
Secara parsial
Current ratio tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham,
sedangkan EPS dan
Pengaruh Current Ratio, EPS Analisis
Current PER berpengaruh
dan PER Terhadap Harga Harga regresi
ratio, EPS signifikan terhadap
5 Saham. (Vice Law Ran Saham linear
dan PER harga saham.
Sia&Lauw Tjun Tjun) berganda
Secara simultan
Current ratio, EPS
dan PER
berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham.
Terdapat pengaruh
Analisis EPS, ROA dan DER
Analisis EPS, ROA dan
Terhadap Perusahaan-
EPS, ROA Harga statistik DER terhadap
Perusahaan yang Tergabung
6 dan DER Saham dan uji harga saham baik
dalam Indeks Sri Kehati di
regresi secara parsial
BEI. (Feni Pebriana)
maupun simultan.
Analisis Pengaruh Risiko Secara simultan
Sistematis, Ukuran Risiko risiko sitematis,
Analisis
Perusahaan dan Profitabilitas Sistematis, ukuran perusahaan
Harga regresi
Terhadap Harga Saham Ukuran dan ROA memiliki
7 Saham linear
Perusahaan Perusahaan pengaruh positif
berganda
Makanan&Minuman yang dan ROA dan signifikan
Terdaftar di BEI. (Nofriska terhadap harga
38

Krissanya) saham, sedangkan


secara parsial risiko
sistematis
berpengaruh
negatif namun tidak
signifikan terhadap
harga saham,
ukuran perusahaan
dan ROA
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap harga
saham.
Secara simultan
EPS, DER dan
ukuran perusahan
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
Analisis Pengaruh Faktor
terhadap harga
Fundamental Terhadap Harga
EPS, DER Analisis saham. Secara
Saham pada Perusahaan Basic
dan Harga regresi parsial EPS
Industry and Chemicals yang
8 Ukuran Saham linear berpengaruh positif
Terdaftar di Bursa Efek
Perusahaan berganda dan signifikan
Indonesia. (Sufratiwi
terhadap harga
Evayanti)
saham, DER
berpengaruh secara
negatif dan tidak
signifikan terhadap
harga saham dan
ukuran perusahaan
39

beperngaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap harga
saham.
Secara simultan
variabel current
ratio, ROA, DER
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
Pengaruh Likuiditas,
Current harga saham.
Profitabilitas,
Ratio, Analisis Secara parsial
Solvabilitas&Ukuran
ROA, Harga regresi variabel current
Perusahaan Terhadap Harga
9 DER dan Saham linear ratio, ROA dan
Saham Perusahaan Farmasi di
Ukuran berganda DER tidak
BEI. (Achmad Syaiful
Perusahaan berppengaruh
Susanto)
signifikan terhadap
harga saham,
sedangkan ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham.

2.9 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

Pasar modal merupakan sarana pertemuan antara penjual dan pembeli efek di
bursa efek dengan misi, yaitu mempercepat proses perluasan partisipasi
masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan, pemerataan pendapatan
40

masyarakat melalui kepemilikan saham perusahaan, menggairahkan partisipasi


masyarakat dengan pengarahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara
produktif. Menurut Sutrisno (2012:301) pada umumnya perusahaan yang
menjual surat berharga (saham dan obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan
yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek
yang dikeluarkan akan laku diperjualbelikan di bursa. Dengan adanya surat
berharga yang mudah diperjualbelikan, maka bagi investor, merupakan alternatif
instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor
bisa dengan mudah memindahkan dananya dari suatu perusahaan ke perusahaan
lain atau dari satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu, pasar modal
sebagai salah satu alternatif instrumen penempatan dana bagi investor selain di
perbankan atau investasi langsung lainnya. Menurut Tandelilin (2010:2) investasi
adalah:

“Komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang

dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa

datang .”

Investor akan membeli saham bila nilai saham tersebut memiliki harga yang
wajar (fair value) dengan jenis saham yang mempunyai trend meningkat,
sehingga dalam jangka panjang harga saham meningkat dan bila nantinya dijual
akan mendapatkan capital gain. Analisis yang digunakann oleh investasi dalam
melakukan analisis dan memilih saham adalah analisis fundamental. Menurut
Sutrisno (2012:309) yang dimaksud dengan analisis fundamental merupakan:

“Pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja

perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan

mempengaruhi masa depan perusahaan.”

Dengan melakukan analisis fundamental, investor akan mengetahui kinerja


suatu perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dilihat dari perkembangan
41

perusahaan, neraca perusahaan dan laporan laba ruginya, proyeksi usaha serta
rencana perluasan dan kerjasama perusahaan. Pada intinya, apabila kinerja
perusahaan mengalami perkembangan yang baik, maka akan meningkatkan harga
saham perusahaan tersebut. Seluruh informasi yang dibutuhkan investor dalam
melakukan analisis fundamental untuk menilai kinerja perusahaan bisa didapatkan
pada laporan keuangan perusahaan. Menurut Fahmi (2012:22) pihak yang paling
membutuhkan laporan keuangan adalah investor, sebab investor menjadikan
laporan keuangan sebagai bagian yang bisa memberinya suatu masukan dalam
mendorong keputusannya. Dengan melihat data dan informasi dapat terlihat
kualitas laporan keuangan tersebut. Selanjutnya, laporan ini dapat dijadikan
sebagai alat analisis dalam melihat kondisi keuangan yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, laporan keuangan yang baik adalah yang memiliki sisi transparasi yang
tinggi. Menurut Sutrisno (2012:9) menyatakan bahwa laporan keuangan
merupakan:

“Hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama
yakni neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan disusun dengan
maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan
di dalam mengambil keputusan”
Dengan memahami laporan keuangan suatu perusahaan dengan baik, maka
dapat membantu investor melakukan evaluasi dan pengambilan keputusan
investasi. Analisis terhadap laporan keuangan merupakan bagian utama dari
analisis fundamental yang merupakan bagian dari sejumlah analisis yang yang
ditujukan untuk mengevaluasi kelayakan investasi pada saham suatu perusahaan.
Dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, investor dapat
memperhitungkan berapa keuntungan yang akan ia dapatkan ketika menanamkann
modalnya di perusahaan tersebut. Harapan investor ketika melakukan investasi di
suatu perusahaan ialah mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang tinggi
dari modal yang ia tanamkan. Perusahaan yang mampu memberikan return yang
besar kepada para investor nya adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang
baik. Maka investor akan melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan
42

perusahaan agar dapat memprediksi kemampuan perusahaan di masa yang akan


datang.

Menurut Mirawati (2014) profitabilitas suatu perusahaan merupakan


gambaran yang mengukur seberapa mampu perusahaan menghasilkan laba dari
proses operasional yang telah dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan
perusahaan di masa yang akan datang. Alat analisis yang digunakan untuk
melakukan analisis profitabilitas adalah rasio profitablitas. Rasio profitabilitas
menurut Fahmi (2013:135):

“Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang

ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi.”

Rasio profitabilitas yang digunakan investor untuk menilai harga saham


adalah Return On Asset (ROA) dan Earnig Per Share (EPS). Menurut Sutrisno
(2012:222):

“Return On Assets sering disebut juga sebagai rentabilitas ekonomis

merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.”

Return On Assets (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas


dalam menganalis laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan perusahaan.
Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering dilihat oleh investor,
karena ROA mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Return On Assets (ROA) juga mampu mengukur kemampuan
perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lalu dan kemudian
diproyeksikan di masa yang akan datang. Aset atau aktiva yang dimaksud adalah
keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari
modal asing yang telah diubah oleh perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan
yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa
43

Return On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakannya dengan
mempertimbangkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
membiayai aktiva tersebut. Ina Rinati (2009) menguji tentang Net Profit Margin
(NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap harga
saham pada perusahaan yang tercantum dalam Indeks LQ45. Dari hasil penelitian
tersebut, variabel Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh terhadap harga
saham, ditunjukkan dengan nilai t hitung (2,821) t tabel (2,01). Hasil ROA ini
memiliki pengaruh yang paling tinggi terhadap harga saham. Sedangkan variabel
Net Profit Margin (NPM) tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham,
ditunjukkan dengan nilai t hitung (0,083) t tabel (2,01) dan variabel Return On
Equity (ROE) juga tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham, ditunjukkan
dengna nilai t hitung (0,097) t tabel (2,01). Hasil peneltian tersebut sejalan
dengan teori yang diungkapkan oleh Zuliarni (2012) bahwa semakin tinggi rasio
ini maka semakin baik keadaaan suatu perusahaan dan menunjukkan bahwa
perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba
setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan
semakin efektif. Hal ini selanjutya akan meningkatkan daya tarik perusahaan
kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan
tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin
besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut
di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROA akan
berpengaruh terhadap harga saham.

Selain ROA, rasio profitabilitas lain yang digunakan sebagai alat analisis
yang digunakan oleh investor untuk menilai harga saham adalah Earning Per
Share (EPS). Menurut Fahmi (2012:97):

“Earning per share atau pendapatan per lembar saham adalah bentuk

pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham

dari setiap lembar saham yang dimiliki.”


44

Rasio ini mencerminkan laba per lembar saham biasa yang diperoleh
perusahaan dalam periode waktu tertentu. Rasio keuangan ini merupakan rasio
keuangan yang paling sering di analisis dan dikutip. Alasan utama Earning Per
Share (EPS) menjadi fokus utama dibandingkan laba adalah karena tujuan
perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Vice Law
Ren Sia dan Lauw Tjun Tjun (2011) menguji tentang pengaruh current ratio,
earning per share dan price earning ratio terhadap harga saham. Dari hasil
penelitian tersebut, variabel earning per share (EPS) secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dengan tingkat kepercayaan 95%.
Variabel price earning ratio (PER) juga secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan
variabel current ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham. Hasil peneltitian tersebut sejalan dengan teori yang
diungkapkan oleh Marcellyna (2013) bahwa EPS yang meningkat menandakan
bahwa perusahaan tersebut berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor. Hal
ini mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada
saham perusahaan tersebut. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham
mendorong harga saham naik. Dengan demikian jika EPS meningkat maka pasar
akan merespon positif dengan diikuti kenaikan harga saham. Selain itu, Darmadji
dan Fakhruddin (2006) dalam Macellyna (2013) mengungkapkan bahwa
semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba sehingga
mengakibatkan harga pasar saham naik karena permintaan dan penawaran
meningkat.
Selain rasio keuangan, informasi penting lainnya yang digunakan investor
untuk menilai harga saham perusahaan adalah ukuran perusahaan. Dalam
menanamkan modalnya, para investor mempertimbangkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Menurut Suryanita (2014):

“Ukuran perusahaan atau firm size adalah suatu ukuran yang

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan

oleh total aktiva perusahaan.”


45

Ukuran perusahaan adalah salah satu skala yang digunakan untuk mengetahui
besar kecilnya suatu perusahaan dengan diukur menggunakan total aktiva,
penjualan atau modal dari suatu entitas bisnis tertentu. Besar kecilnya suatu
perusahaan akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menanggung
risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan.
Perusahaan besar memiliki risiko yang lebih rendah daripada perusahaan kecil.
Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik terhadap
kondisi pasar, sehingga mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi.
Pambudi Wengku Ragil (2010) menguji tentang pengaruh risiko perusahaan,
leverage, dan ukuran perusahaan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif
yang terdaftar di BEI. Dari hasil penelitian ini, secara simultan risiko perusahaan
(X1), leverage (X2) dan ukuran perusahaan (X3) berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham (Y), sedangkan secara parsial hanya leverage (X2) dan
ukuran perusahaan (X3) yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham
(Y), sedangkan risiko perusahaan (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham (Y) dikarenakan faktor lain. Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori yang diungkapkan oleh Mirawati (2014) bahwa suatu perusahaan
besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal.
Kemudahan tersebut cukup berarti untuk fleksibiltas dan kemampuannya untuk
memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki risiko
pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Jadi, semakin
besar ukuran perusahaan maka dividen yang dibagikan juga semakin besar. Sama
hal nya dengan ROA dan EPS, jika perusahaan mampu memberikan dividen yang
besar maka perusahaan banyak diminati oleh investor dan akan meningkatkan
harga saham perusahaan tersebut. Dari kerangka pemikiran tersebut, maka bagan
kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut
46

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Pasar Modal

Keputusan
Investasi

Fundamental Teknikal

Laporan Keuangan

Rasio
Profitabilitas

Ukuran Perusahaan ROA EPS

Harga Saham

Keterangan:
Diteliti

Tidak Diteliti Hipotesis:


47

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis mencoba merumuskan


hipotesis sebagai berikut:

1. Secara parsial return on asset (ROA), earning per share (EPS), dan
ukuran perusahaan terdapat pengaruh terhadap harga saham.
2. Secara simultan return on aseet (ROA), earning per share (EPS), dan
ukuran perusahaan terdapat pengaruh terhadap harga saham.

Anda mungkin juga menyukai