Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Akuntansi

2.1.1.1. Pengertian Akuntansi

Secara umum akuntansi dibutuhkan dalam bisnis sebagai

pelaporan keuangan perusahaan. Akuntansi dapat menghasilkan

informasi yang digunakan manajer untuk menjalankan operasi

perusahaan. Akuntansi juga memberikan informasi pada pihak-pihak yang

berkepentingan untuk mengetahui kinerja keuangan dan kondisi

perusahaan.

Menurut (Hery, 2013), ”akuntansi dapat didefenisikan sebagai

sebuah sistem informasi yang memberikan laporan kepada para

pengguna informasi akuntasi atau kepada pihak-pihak yang memiliki

kepentingan (stakeholder) terhadap hasil kinerja dan kondisi keuangan

perusahaan”. Sedangkan menurut (Rudianto, 2012) akuntansi adalah

aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka,

mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan

aktivitas/transaksi suatu badan usaha dalam bentuk informasi keuangan”.

Selain itu menurut (Martani, 2012) akuntansi adalah sebagai suatu

sistem dengan input data/informasi dan output berupa informasi dan

laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna internal maupun

eksternal entitas”.

9
10

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah

seni atau kegiatan dalam mengumpulkan, menganalisis, menyajikan

dalam bentuk angka, mencatat, meringkas dan melaporkan informasi

ekonomi untuk menghasilkan informasi dari laporan keuangan yang

bermanfaat bagi pengguna internal maupun eksternal entitas serta untuk

memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas

yang tegas bagi mereka yang membutuhkan informasi tersebut.

2.1.1.2. Tujuan Akuntansi

Akuntansi menyediakan informasi yang berkaitan dengan beberapa

aspek diantaranya posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut (Mursyidi, 2010), tujuan utama akuntansi adalah menyajikan

informasi ekonomi dari suatu entitas kepada pihak-pihak yang

berkepentingan”.

Sedangkan menurut (Martani, 2012),”tujuan akuntansi adalah untuk

menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam

satu periode tertentu”. Selain itu menurut (Harahap, 2010), terdapat lima

tujuan akuntansi yaitu :

1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang

terbatas untuk menetapkan tujuan.

2. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang

terbatas dan untuk menetapkan tujuan.


11

3. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia

dan faktor produksi lain.

4. Memelihara dan melaporkan pengumuman terhadap kekayaan.

5. Membantu fungsi dan pengawasan teori.

Dari defenisi tujuan akuntansi di atas dapat disimpulkan bahwa

untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi berkait keuangan, kinerja

posisi keuangan, dan arus kas dalam membuat bisnis di dalam suatu

periode tertentu.

2.1.1.3. Penggunaan Laporan Keuangan

Pengguna laporan keuangan menggunakan laporan keuangan

untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda, ini dikarenakan

laporan keuangan sangat diperlukan manajer untuk menilai apakah

perusahaan dalam keadaan yang baik atau buruk. Menurut (Rudianto,

2012), pengguna laporan keuangan adalah:

1. Kreditor, yaitu orang atau perusahaan yang memberikan pinjaman

dana kepada perusahaan untuk sebagai keperluan usaha.

2. Pemerintah, yaitu lembaga yang memiliki kewenangan untuk

membuat peraturan usaha dan hal-hal yang terkait dengannya.

3. Calon investor, yaitu orang-orang atau lembaga yang akan

menanamkan uangnya di dalam suatu perusahaan di masa yang akan

datang.
12

4. Pemasok (supplier), yaitu orang/perusahaan yang menjual sebagai

barang kepada perusahaan, mulai dari peralatan kantor, mesin,

kendaraan sampai dengan bahan baku usaha.

5. Pemilik/pemegang saham, yaitu orang atau lembaga yang telah

menanamkan uangnya atau kekayaan di dalam perusahaan.

6. Manajer produksi, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap

keseluruhan proses penghasilan produk di dalam suatu

perusahaan.

7. Manajer pemasaran, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap

keseluruhan proses pemasaran produk perusahaan, mulai dari

promosi, distribusi sampai dengan pelayanan puma-jual.

8. Sebagai pihak internal perusahaan lainnya, yaitu memerlukan data

dan informasi keuangan lainnya yang harus disediakan oleh

akuntansi.

Sedangkan menurut (Mursyidi, 2010),”laporan keuangan

merupakan laporan yang disusun secara sistematis tentang kinerja dan

posisi keuangan suatu lembaga/organisasi/perusahaan dalam suatu

periode tertentu”. Selain itu menurut (Kasmir, 2018) ,”laporan keuangan

bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik

pada saat tertentu maupun pada saat periode tertentu”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna laporan

keuangan yaitu menunjukan kondisi perusahaan dalam suatu periode

tertentu dan pengguna laporan keuangan meliputi kreditor, pemerintah,


13

calon investor, pemasok, pemilik/pemegang saham, manajer produksi,

manajer pemasaran,dan berbagai pihak internal perusahaan lainnya.

2.1.2. Analisis Laporan Kuangan

2.1.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah hasil tindakan pembuatan ringkasan

data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan

untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian

atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan

(Jumingan, 2006). Sedangkan menurut (Kasmir, 2018) laporan keuangan

sebagai laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada

saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Selain itu menurut (Harahap, 2010) laporan keuangan ialah laporan

yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahan

pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan laporan keuangan

merupakan ringkasan data keuangan perusahaan yang dapat

menggambarkan kondisi keuangan pada saat ini sampai jangka

waktu/periode waktu tertentu.

2.1.2.2. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut (Munawir, 2014) “analisis laporan keuangan adalah

analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari

daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk


14

menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan

perusahaan yang bersangkutan.

Menurut (Harahap, 2010) analisis laporan keuangan yaitu:

“Menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang

lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang

mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data

kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui

kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses

menghasilkan keputusan yang tepat”.

Selain itu, menurut Menurut Leopold A. Bernstein yang dikutip oleh

(Prastowo, 2019) analisis laporan keuangan yaitu: “Suatu proses yang

penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi

keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa

lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang

paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa

mendatang.

Dari definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa analisis

laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data

keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi

keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan

cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya

terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan


15

keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut (Martono, 2011) Analisis laporan keuangan merupakan

analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang melibatkan

neraca dan laba rugi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis

laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan perusahaan untuk

mengetahui terkait kondisi keuangan yang melibatkan neraca serta laba

rugi sebagai dasar pengambilan suatu keputusan bagi pihak-pihak terkait

yang berkepentingan.

2.1.2.3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut (Kasmir, 2018) , tujuan dari analisis laporan keuangan

adalah :

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu

periode, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang

telah dicapai perusahaan untuk beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

dilakukan perusahaan kedepannya yang berkaitan dengan posisi

keuangan perusahaan saat ini.


16

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen perusahaan apakah

perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau

gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan

sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Sedangkan tujuan analisis laporan keuangan menurut Munawir

(2010; 31), adalah alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi

sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai

perusahaan yang bersangkutan.

2.1.2.4. Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Manfaat analisis laporan keuangan menurut (Harahap, 2010)

adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada

yang terdapat dari laporan keuangan biasa

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata

(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik

laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan

keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan

dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang

diperoleh dari luar perusahaan.


17

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan

model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti

untuk prediksi, peningkatan.

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil

keputusan

2.1.3. Harga Saham

2.1.3.1. Pengertian Harga Saham

Menurut (Hartono, 2013) Harga Saham adalah harga yang terjadi di

pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di

pasar modal.

Sedangkan Menurut (Sutrisno, 2009) Harga saham adalah nilai

saham yang terjadi akibat diperjualbelikan saham tersebut di pasar

sekunder.

Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapat simpulkan

bahwa harga saham merupakan harga atau nilai yang terjadi akibat

transaksi pada pasar modal.

2.1.3.2. Pengukuran Harga Saham

Menurut (Tandelilin, 2017) terdapat 3 jenis nilai dalam penilian

saham, yaitu:

1. Nilai buku ialah nilai yang dihitung atas dasar pembukuan

perusahaan penerbit saham (emiten).


18

2. Nilai intrinsik merupakan nilai saham yang sesungguhnya ataupun

seharusnya terjadi.

3. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar, yang ditunjukkan

dengan harga saham tersebut di pasar.

Menurut (Hartono, 2013) mengatakan “melalui pengenalan nilai

pasar serta nilai intrinsik, nilai tersebut bisa digunakan untuk mengenali

saham yang murah, mahal, ataupun tepat nilainya.” Nilai pasar yang lebih

kecil dari nilai intrinsiknya menampilkan saham tersebut dijual dengan

harga murah (undervalued), karna investor membayar saham tersebut

dari yang semestinya dibayar. Kebalikannya, nilai pasar yang lebih besar

dari nilai intrinsiknya menampilkan bahwa saham tersebut dijual dengan

harga yang mahal (overvalued).

2.1.3.3.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Harga Saham

Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-

hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan

maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya

permintaan (demand) dan penawaran (supply) atas saham tersebut.

Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor.

Menurut (samsul, 2015) Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi

harga saham :

1. Faktor makro ada yg bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Faktor

makro ekonomi terinci dalam variabel ekonomi, misalnya inflasi,

suku bunga, kurs valuta asing, tingkat pertumbuhan ekonomi,


19

harga bahan bakar minyak dipasar internasional, dan indeks saham

regional. Faktor makro nonekonomi mencakup peristiwa politik

domestik, peristiwa sosial, peristiwa hukum, dan peristiwa politik

internasional.

2. Faktor mikroekonomi terinci dalam beberapa variabel, misalnya

laba per saham, dividen per saham, nilai buku per tahun, debt

equity ratio, dan rasio keuangan lainnya.

Selanjutnya, Menurut (Brigham & Weston, 1991) faktor-faktor yang

mempengaruhi harga saham yaitu :

1. Proyeksi laba per saham. Seorang investor yang melakukan

investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang

dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) 33 yang

diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup

baik bagi investor. Hal tersebut tentunya akan mendorong investor

untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga

saham perusahaan akan meningkat

2. Saat diperolehnya laba. Saat diperolehnya laba berkaitan dengan

nilai waktu dari uang (time value of money) bagi para investor.

Waktu merupakan alasan penting untuk memusatkan perhatian

pada kekayaan yang diukur dengan harga saham, bukan hanya

dengan laba semata.

3. Tingkat risiko dari proyeksi laba. Risiko yang terkandung pada laba

per saham yang diproyeksikan tergantung pada bagaimana pola


20

pembiayaan perusahaan. Pembiayaan perusahaan dengan

menggunakan utang bisa menaikkan laba per saham yang

diproyeksikan namun utang juga memperbesar risiko atas laba

masa mendatang. Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang

diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi

harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka

semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima

4. Proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas. Utang perusahaan

berpengaruh pada harga saham. Apabila perusahaan banyak

melakukan pembiayaan perusahaan dengan utang maka

penghasilan perusahaan pun menjadi berkurang. Hal tersebut

tentunya berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang

menjadi rendah.

5. Kebijakan pembagian dividen. Kebijakan pembagian dividen yaitu

dapat berupa pembagian dividen atau disisihkan sebagai laba

ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga

saham, maka peningkatan pembagian dividen merupakan salah

satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham

karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh

investor sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap naiknya

harga saham.

Selain kelima faktor tersebut, menurut (Brigham & Weston, 1991)

masih ada sejumlah faktor lain yang mempengaruhi harga saham yaitu
21

kendala eksternal (meliputi: undang-undang anti-monopoli, peraturan

lingkungan hidup, peraturan mengenai keselamatan kerja dan keamanan

produk, peraturan ketenagakerjaan dan sebagainya), tingkat kegiatan

perekonomian pada umumnya, pajak Perseroan serta keadaan bursa

saham.

Berdasarkan uraian pendapat di atas terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi fluktuasi harga saham. Faktor-faktor yang diuji pada

penelitian ini meliputi faktor internal perusahaan yaitu berupa kinerja

perusahaan yang tercermin dari kinerja keuangan perusahaan. Alat ukur

dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yaitu dengan melihat kondisi

laporan keuangan perusahaan yang dicerminkan dari rasio-rasio

keuangan.

2.1.4. Rasio Keuangan

2.1.4.1. Pengertian Rasio Keuangan

Menurut (Munawir, 2014) rasio keuangan merupakan Rasio untuk

mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan dalam

operasi atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan disebut rasio rentabilitas. Sedangkan Menurut (Hanafi &

Halim, 2018) rasio keuangan merupakan rasio yang pada dasarnya

disusun dengan menggabung-gabungkan angka-angka di dalam atau

antara laporan rugi-laba dan neraca. Juga Menurut (Brigham & Houston,

2018) rasio keuangan adalah Rasio yang dirancang untuk membantu

mengevaluasi laporan keuangan.


22

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

rasio keuangan merupakan alat analisa untuk mengevaluasi laporan

keuangan suatu perusahan dimana alat analisa berupa rasio yang akan

menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik

atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.

2.1.4.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Menurut (Darsono & Ashari, 2005) Jenis-jenis rasio keuangan yang

digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio neraca

(likuiditas dan solvabilitas/ leverage), rasio laba-rugi (profitabilitas).

2.1.4.2.1.Likuiditas

2.1.4.2.1.1.Pengertian Likuiditas

Menurut (Darsono & Ashari, 2005) rasio likuiditas merupakan rasio

yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek.

2.1.4.2.1.2.Pengukuran Likuiditas

Menurut (Darsono & Ashari, 2005) pengukuran Rasio ini meliputi:

1. Current Ratio (rasio lancar) yaitu rasio yang menunjukkan

kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki.

2. Quick Test Ratio (QTR) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan

aktiva lancar minus persediaan untuk membayar aktiva lancar.


23

3. Net Working Capital (NWC) atau modal kerja bersih merupakan

rasio yang digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih

terhadap kewajiban lancar.

4. Defensive Interval Ratio (DIR) merupakan rasio yang berguna

untuk mengetahui keberlangsungan dari perusahaan dalam

melakukan operasi tanpa adanya arus kas dari pihak eksternal.

Rasio ini mengukur jangka waktu perusahaan bisa melanjutkan

operasinya hanya dengan aktiva lancar yang dimilikinya.

2.1.4.2.1.3.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Likuiditas

Menurut (Munawir, 2004) faktor- faktor yang dapat mempengaruhi

likuiditas adalah sebagai berikut :

1. Kas dan Bank

2. Surat – surat Berharga

3. Piutang Dagang

4. Persediaan Barang

2.1.4.2.2.Leverage/Solvabilitas

2.1.4.2.2.1.Pengertian Leverage/Solvabilitas

Menurut (Darsono & Ashari, 2005) Rasio solvabilitas merupakan

rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga

dengan rasio leverage yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam

uang.
24

2.1.4.2.2.2.Pengukuran Leverage/Solvabilitas

Menurut (Darsono & Ashari, 2005) Pengukuran Rasio ini meliputi:

1. Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu rasio total kewajiban terhadap aset.

Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan

menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh

hutang. Rasio ini menyediakan informasi tentang kemampuan

perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva

akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada

kreditor.

2. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu rasio yang menunjukkan

persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap

pemberi pinjaman. Dari perspektif kemampuan membayar

kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin

baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

panjang.

3. Equity Multiplier (EM) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham

saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai berapa porsi dari

aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham.

4. Interest Coverage (IC) atau Times Interest Earned merupakan rasio

yang berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam

membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan


25

kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi karena rasio yang tinggi

menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan.

2.1.4.2.2.3.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Leverage/Solvabilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio solvabilitas menurut

(Brigham & Houston, 2004) yaitu stabilitas penjualan, struktur aset,

leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, kendali, sikap

manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal

perusahaan, dan fleksibelitas keuangan. faktor-faktor yang mempengaruhi

struktur modal dapat dibedakan menjadi :

1. Stabilitas penjualan Suatu perusahaan yang penjualannya relatif

stabil dapat secara aman mengambil utang dalam jumlah yang

lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2. Struktur asset Perusahaan yang asetnya memadai untuk

dibangunkan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup

banyak menggunakan utang. Aset umum yang dapat digunakan

oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik,

sementara tidak untuk aset dengan tujuan khusus

3. Leverage operasi Jika hal yang lainnya dianggap sama,

perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan

mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan akan

memiliki resiko usaha yang lebih rendah.


26

4. Tingkat pertumbuhan Perusahaan yang memiliki pertumbuhan lebih

cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eksterrnal. Selain

itu biaya emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasanya

akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual

utang, mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan

pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang.

5. Profitabilitas Sering sekali diamati bahwa perusahaan dengan

tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata

menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit.

6. Pajak Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak, dan

pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak

yang tinggi. Jadi makin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka

makin besar keunggulan utang.

7. Kendali Pertimbangan kendali dapat mengarah pada penggunaan

baik itu utang maupun ekuitas karena jenis modal yang

memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan

bervariasi dari suatu ke situasi lain.

8. Sikap manajemen Manajemen dapat melaksanakan pertimbangan

sendiri tentang struktur modal yang tepat. Manajemen yang

konservatif menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil

dibandingkan dengan manajemen yang agresif menggunakan lebih

banyak utang. 9) Sikap pemberi pinjaman dan lembaga

pemerintahan Analisis manajer atas faktor-faktor leverage yang


27

tepat bagi perusahan diakui keberadaannya, namun seringkali

sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas

mempengaruhi keputusan struktur keuangan perusahaan.

9. Kondisi pasar Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan

disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Apabila

gelombang konjungtur meninggi, maka akan lebih tertarik untuk

menanamkan modalnya dalam bentuk saham.

10.Kondisi internal perusahaan Kondisi internal perusahaan juga

berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. Artinya

adalah bahwa perusahaan akan memilih kondisi yang tepat untuk

pembiayaan perusahaan apakah melakukan pendanaan dari dalam

atau luar perusahaan.

11.Fleksibel keuangan Sebagai manajer pendanaan yang baik adalah

selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk

mendukung operasional perusahaan.

2.1.4.2.3.Profitabilitas

2.1.4.2.3.1.Pengertian Profitabilitas

Menurut (Darsono & Ashari, 2005) Rasio profitabilitas merupakan

rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

2.1.4.2.3.2.Pengukuran Profitabilitas

Menurut (Darsono & Ashari, 2005) Rasio ini meliputi:


28

1. Gross Profit Margin (GPM) / margin keuntungan kotor merupakan

rasio yang berguna untuk mengetahui keuntungan kotor

perusahaan dari setiap barang yang dijual.

2. Net Profit Margin (NPM) yaitu rasio yang mengambarkan besarnya

laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan

yang dilakukan. Rasio ini tidak menggambarkan besarnya

persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk

setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya non

operasional.

3. Return On Asset (ROA) yaitu rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari

setiap aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa

menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan

aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga

memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan

karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan

aktiva untuk memperoleh pendapatan.

4. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan

untuk setiap modal dari pemilik. Rasio ini menunjukkan kesuksesan

manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada

pemegang saham.
29

5. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan

besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham.

6. Payout Ratio (PR) merupakan rasio yang menggambarkan

persentase dividen kas yang diterima oleh pemegang saham

terhadap laba bersih yang diperoleh perusahaan.

7. Retention Ratio (RR) yaitu rasio yang menggambarkan persentase

laba bersih yang digunakan untuk penambahan modal perusahaan.

8. Productivity Ratio (PR) yaitu rasio yang menggambarkan

kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dengan

menggunakan aktiva yang dimiliki.

2.1.4.2.3.3.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Profitabilitas

Menurut (Kasmir, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

profitabilitas adalah sebagai berikut :

1. Aspek permodalan yang dinilai

2. Aspek kualitas asset

3. Aspek likuiditas

2.1.5.Pengaruh Antar Variabel

2.1.5.1.Pengaruh Likuiditas Terhadap Harga Saham

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

melunasi utang jangka pendeknya. Menurut(Brigham & Houston, 2010),

“Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan

aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. Rasio

likuiditas dapat diukur dengan menggunakan Current Ratio (CR) dengan


30

membandingkan seluruh aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban

jangka pendeknya”.

CR menunjukkan hasil signifikan dengan arah negatif. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Asbiantari (2009) yang juga menemukan bahwa

CR berpengaruh negatif terhadap harga saham. Ketika CR meningkat,

maka variabel harga saham akan turun. CR menggambarkan tentang

seberapa besar aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan

dengan kewajiban lancar yang dimiliki. Peningkatan dalam CR tidak

disenangi investor, karena membuktikan bahwa perusahaan tidak

mengelola aset likuidnya dengan baik, investor akan merespon negatif hal

tersebut dan menyebabkan harga saham turun. Bagi perusahaan

produksi, investor menginginkan aset likuid berupa kas dapat diputar lebih

cepat untuk menambah faktor-faktor produksi, sehingga laba yang

diperoleh perusahaan akan lebih tinggi.

2.1.5.2.Pengaruh Leverage/Solvabilitas Terhadap Harga Saham

2.1.5.3.Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham

Akuntansi biaya sangat diperlukan dalam mengelolah sebuah

perusahaan. Transaksi perusahaan yang tidak sedikit mengharuskan

pihak manajemen mengelolah data secara akutrat, tepat dan terperinci.


31

Akuntansi biaya juga membentuk perusahaan dalam perencanaan dan

pengawasan biaya pada aktivitas perusahaan. Menurut Mulyadi

(2012:23), ”akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk dan

jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.

Sedangkan menurut Hery (2013:9), ’’akuntansi biaya adalah

menentukan serta menyiapkan laporan harga pokok produksi’’. Selain itu

menurut Mursyidi (2010:211), ”akuntansi biaya merupakan proses

pencatatan, penggolongan,peringkasan dan pelaporan biaya pabrikasi,

dan penjualan produk dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta

penafsiran terhadap hasil-hasilnya”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan

akuntansi biaya adalah proses penggolongan, pencatatan, peringkasan

dan penyajian biaya pembukuan dan biaya penjualan produk

menggunakan suatu cara tertentu lengkap dengan penjelasannya.

2.1.2.3. Perilaku Biaya

Perilaku biaya dapat dikatakan sebagai hubungan antara total

biaya dengan perubahan kegiatan volume kegiatan. Menurut Mulyadi

(2014:465), ”berdasarkan perilakudalam hubungan dengan perubahan

volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1. biaya tetap, biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kaisar perubahan

volume kegiatan tertentu.

2. Biaya variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya perubahan sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.


32

3. Biaya semi variabel, yaitu biaya yang memiliki unsur tetap dan

variabel di dalamnya.

Sedangkan menurut Rudianto (2013:18) berdasarkan perilakunya

dalam bereaksi terhadap perubahan volume produksi suatu produk

tertentu dalam perusahaan, biaya dapat dikelompokkan menjadi :

1. Biaya variabel, yaitu biaya yang akan selalu berfuktuasi sejalan

dengan perubahan tingkat aktivitas perusahaan.

2. Biaya tetap, yaitu biaya yang relatif tidak akan berubah walaupun

terjadi perubahan tingkat aktivitas dalam batas tertentu.

3. Biaya semi variabel, yaitu suatu jenis biaya yang sebagian

mengandung komponen variabel dan sebagian lagi mengandung sifat

tetap.

Selain itu menurut Carter (2009:68), ”berdasarkan perilakunya

biaya dapat dibagi menjadi :

1. Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah ketika

aktivitas bisnis meningkat atau menurun.

2. Biaya variabel adalah biaya yang totalnya meningkat secara

propesional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun

secara propesional terhadap penurunan dalam aktivitas.

3. Biaya semi variabel adalah biaya yang memperlihatkan baik

karakteristik-karakteristik biaya tetap maupun biaya variabel.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan perilaku biaya digolongkan

atas biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Tujuan konsep
33

dari perilaku biaya ini untuk membedakan antara biaya tetap dengan biaya

variabel sehingga penghitungan dan pengawasan terhadap biaya lebih

mudah.

2.1.2.4. Tujuan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya memiliki peran yang sangat penting bagi

perusahaan manufaktur karena digunakan untuk menentukan harga

pokok dari semua produk yang dihasilkan oleh perusahaan agar pesanan

konsumen terpenuhi. Menurut Mulyadi (2012:7), ”akuntansi biaya

mempunyai tiga tujuan pokok yaitu menentukan kos produk, pengendalian

biaya, dan pengambilan keputusan khusus”.

Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2010:11), ”akuntansi

biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akurat dan tepat

bagi manajemen dalam mengelolah perusahaan atau defisi secara

efektif”. Selain itu menurut Mursyidi (2010:211), ”tujuan akuntansi biaya

merupakan suatu sistem dalam rangka mencapai tiga tujuan yaitu

menentukan harga pokok produksi atau jasa, mengendalikan biaya,

memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan tertentu”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan tujuan utama dari akuntansi

biaya adalah untuk menyajikan informasi biaya yang akurat, tepat bagi

manajemen, dan untuk pengambilan keputusan khusus oleh manajemen

dalam mengelolah perusahaan secara efektif.

2.1.3. Biaya Produksi

2.1.3.1. Pengertian Biaya Produksi


34

Biaya produksi menjadi salah satu unsur yang cukup penting dalam

pelaporan keuangan perusahaan. Dalam menyajikan laporan laba rugi

konvensional dapat ditemukan pengelompokan biaya menurut fungsi

organisasi, dimana suatu biaya terjadi. Secara garis besar baiaya

dikelompokan sebagai biaya pabrik dan biaya non pabrik. Biaya pabrik

juga disebut sebagai biaya manufaktur atau biaya produksi.

Menurut Mulyadi (2012:14), ”biaya produksi merupakan biaya-biaya

yang terjadi untuk mengelolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap

untuk dijual”. Sedangkan menurut Sirait (2017:19), ”biaya produksi (cost of

manufacturing) adalah biaya yang diperhitungkan terhadap suatu proses

produksi pada periode sedang berjalan”. Selain itu menurut Sukirno

(2011:208), ”biaya produksi dapat di definisikan sebagai semua

pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-

faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk

menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah

seluruh biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi untuk

mengelolah bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk

menciptakan produk yang siap dijual. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui serta menganalisa pengaruh biaya produksi terhadap laba

bersih.

2.1.3.2. Unsur-unsur Biaya Produksi


35

Dalam penentuan biaya produksi terdapat unsur-unsur yang

merupakan biaya dari produksi tersebut. Menurut Supriyono (2014:20),

unsur-unsur biaya produksi adalah:

1. Biaya bahan baku adalah harga perolehan bahan dari baku yang

dipakai di dalam pengelolahan produk.

2. Biaya tenaga kerja adalah semua balas jasa (teken prestasi) yang

diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.

3. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Sedangkan menurut Mulyadi (2012:14), ”menurut objek

pengeluarannya, biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factor overhead

cost)”. Selain itu menurut Daljono (2009:17), biaya produksi terdiri dari

biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

1. Biaya bahan adalah bahan yang digunakan untuk membuat barang

jadi. Biaya bahan merupakan nilai atau besarnya rupiah yang

terkandung dalam bahan yang digunakan untuk proses produksi.

2. Biaya tenaga kerja (BTK) merupakan gaji/upah karyawan bagi

produksi.

3. Biaya overhead pabrik adalah biaya yang timbul dalam proses

produksi selain yang termasuk dalam biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung.


36

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur biaya

produksi adalah biaya baahan baku langsung merupakan biaya utama,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik merupakan biaya

konversi, yang mana merupakan biaya untuk mengubah bahan baku

menjadi bahan jadi.

2.1.3.3. Metode Penentuan Biaya Produksi

Biaya produksi juga harus dihitung dan ditentukan seberapa besar

untuk mengasilkan suatu produk maka terdapat beberapa metode untuk

menentukan biaya produk. Menurut Mulyadi (2012:17), dalam perhitungan

unsur-unsur biaya kedalam kos produk terdapat dua pendekatan yaitu full

costing dan variable costing.

1. Full costing merupakan metode penentuan kos produk yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam kos produksi,

yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.

2. Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yang

hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel

kedalam kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.

Sedangkan menurut AstutI (2014:52), metode penentuan biaya

produksi terdiri dari metode full costing dan metode direct costing.

1. Metode full costing I adsorption adalah pengorbanan sumber daya

untuk menghasilkan barang atau jasa, dimana unsur-unsurnya adalah


37

biaya bahan langsung, upah langsung, biaya overhead pabrik tetap

dan biaya overhead variabel.

2. Metode direct costing merupakan cara penentuan harga pokok

produksi yang membebankan biaya produksi yang berubah sesuai

dengan perubahan volume produksi. Unsur-unsurnya biaya bahan

langsung, upah langsung dan biaya overhead pabrik.

Selain itu menurut Halim (2014:19), metode pengumpulan biaya

produksi terbagi atas metode harga pokok pesanan dan metode harga

pokok proses.

1. Metode harga pokok pesanan

Pada metode ini, harga pokok (biaya produksi) dikumpulkan atas

dasar pekerjaan atau pesanan yang diterima dari langganan/pembeli

mulai dari satu unit pesanan sampai kepada suatu partai besar yang

di proses pada saat yang sama.

2. Metode harga pokok proses

Pada metode ini, harga pokok (biaya produksi) dikumpulkan atas

dasar proses atau departemen untuk suatu periode tertentu, biasanya

satu bualan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode penentuan

biaya produksi yaitu metode full costing, metode direct costing, metode

variabel costing, metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok

proses.

2.1.4. Biaya Pemasaran


38

2.1.4.1. Pengertian Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran dapat dikatakan biaya yang dikorbankan oleh

perusahaan untuk membiayai kegiatan pemasaran. Menurut mulyadi

(2012:14), ”dalam arti luas biaya pemasaran meliputi semua biaya yang

terjadi sejak saat produk selesai produksi dan disimpan dalam gudang

sampai produk tersebut diubah kembali lagi dalam bentuk tunai”.

Sedangkan menurut Daljono (2009:19), ”biaya pemasaran merupakan

biaya-biaya yang terjadi dengan tujuan untuk memasarkan produk. Biaya

pemasaran terjadi sejak produk selesai di proses hingga produk tersebut

dijual”.

Selain itu menurut Mulyadi (2014:487-488),”dalam arti luas biaya


pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk
selesai di produksi dan disimpan dalam gudang sampai produk
tersebut diubah kembali lagi dalam bentuk tunai sedangkan dalam
arti sempit adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual
produk ke pasar”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya pemasaran

adalah semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi

hingga produk tersebut akan didistribusikan sampai ke tangan konsumen.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisa pengaruh

biaya pemasaran terhadap laba bersih.

2.1.4.2. Penggolongan Biaya Pemasaran

Secara garis besar biaya pemasaran di golongkan atas beberapa

bagian untuk membedakan jenis dari biaya pemasaran. Menurut

Supriyono (2014:201), mengungkapkan biaya pemasaran dapat dibagi

menjadi dua golongan, yaitu:


39

1. Biaya untuk memperoleh atau menimbulkan pesanan (order acquiring

cost atau order getting cost).

2. Biaya untuk memenuhi atau melayani pesanan (order filling cost).

Sedangkan menurut Mulyadi (2012:488), secara garis besar biaya

pemasaran dapat dibagi menjadi dua golongan:

1. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order-getting costs), yaitu semua

biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan.

Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya gaji

wiraniaga (salesperson), komisi penjualan, advertensi, dan biaya

promosi.

2. Biaya untuk memenuhi pesanan (order-filling costs), yaitu semua

biaya yang keluarkan untuk mengusahakan agar supaya produk

sampai ketangan pembeli dan biaya-biaya untuk mengumpulkan uang

dari pembeli. Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah

biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan biaya pengiriman,

biaya angkut dan biaya penagihan.

Selain itu, menurut Mulyadi (2012:490), “penggolongan biaya pemasaran

dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : Analisis biaya pemasaran menurut

jenis baiaya atau obyek pengeluaran, Analisis biaya pemasaran menurut

fungsi pemasaran, dan Analisis biaya pemasaran menurut usaha

pemasaran”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk

penggolongan biaya pemasaran adalah biaya untuk memperoleh pesanan


40

atau menimbulkan pesanan, biaya untuk mendapatkan pesanan, dan

biaya untuk memenuhi biaya pesanan.

2.1.5. Laba Bersih

2.1.5.1. Pengertian Laba

Laba sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi

perusahaan, sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan

kebijakan investasi. Menurut Rudianto (2013:2), ”laba adalah selisih

antara pendapatan yang diterima perusahaan dari pelanggan atas

penjualan barang atau jasa yang dihasilkan dengan mengorbankan

ekonomis yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh barang atau

jasa tersebut”.

Sedangkan menurut Harahap(2015:115),”laba (gains) adalah


naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan
bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kejadian
lainnya yang mempengaruhi entity selama satu masa tertentu
kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik”.

Selain itu, menurut Harahap (2009:113), ”laba adalah kelebihan

penghasilan di atas biaya-biaya selama satu periode akuntansi. Sebuah

perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba yang optimal

dengan biaya yang efektif dan efesien”. Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa laba adalah selisih pendapatan perusahaan dari

penjualan barang atau jasa selama satu masa tertentu kecuali yang

berasal dari hasil atau investasi dari pemilik perusahaan.

2.1.5.2. Jenis-jenis Laba


41

Laba juga memiliki berbagai jenis yang sering digunakan untuk

mengetahui seperti apa kondisi perusahaan. Menurut Samryn (2012:30),

biaya pemasaran atau penjualan meliputi semua biaya yang diperlukan

untuk mengamankan permintaan pelanggan dan menyampaikan produk

jadi atau jasa sampai ketangan pelanggan. Istilah ini merupakan sinonim

dengan biaya untuk mendapatkan dan memenuhi pesanan pelanggan.

Sedangkan menurut Kasmir (2010:303),jenis laba terbagi atas :

1. Laba kotor (gross profit), adalah laba yang didapatkan sebelum

dikurangi biaya yang menjadi beban perusahaan.

2. Laba bersih (net profit), adalah laba yang sudah dikurangi biaya yang

merupakan beban perusahaan dalam suatu tertentu termasuk pajak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis laba terdiri

dari laba bersih, laba kotor, dan laba usaha, laba operasional, dan laba

ditahan. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan laba bersih. Laba

bersih adalah laba yang sudah dikurangi oleh beban perusahaan

termasuk beban pajak.

2.1.5.3. Unsur-unsur Laba

Secara umum, laba dapat diperoleh dari seluruh penghasilan

dikurangi dengan biaya. Menurut Rudianto (2012:15) unsur laba meliputi

pendapatan dan beban usaha, yaitu:


42

1. Pendapatan adalah kenaikan kekayaan perusahaan akibat menjual

produk perusahaan dalam rangka menjalankan kegiatan usaha

normal.

2. Beban usaha adalah mengorbankan ekonomis yang dilakukan

perusahaan untuk memperoleh barang dan jasa yang digunakan

didalam usaha normal perusahaan dan bermanfaat pada satu periode

tertentu.

Sedangkan menurut Martani dkk, (2012:114), unsur-unsur laba

meliputi:

1. Pengasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi yang selama satu

periode akuntansi yang menyebabkan kenaikan aset neto (ekuitas),

dalam bentuk penanaman atau pemasukan aset atau penurunan

liabilitas, yang tidak berasal dari kontribusi pemilik modal.

2. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode

akuntansi, yang menyebabkan penurunan aset neto (ekuitas), dalam

bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau bertambahnya

liabilitas, yang bukan termasuk distribusi kepada pemilik.

Selain itu menurut Subramanyam dan John (2010:5), unsur-unsur

laba terdiri atas:

1. Pendapatan dan keuntungan, merupakan arus kas masuk yang

diperoleh atau kas yang akan diperoleh berasal dari aktivitas usaha

perusahaan yang masi berlangsung.


43

2. Beban dan kerugian, merupakan arus keluar yang terjadi atau arus

kas yang akan terjadi, atau alokasi arus kas keluar masa lampau yang

berasal dari aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang

membentuk laba meliputi pendapatan yaitu, manfaat kenaikan ekonomi

selama satu periode dan merupakan arus kas masuk atau arus kas yang

akan masuk akibat penjualan, serta meliputi beban yaitu penurunan

manfaat ekonomi selama satu periode tertentu dan merupakan arus kas

keluar yang terjadi atau arus kas keluar yang akan terjadi untuk

memperoleh barang atau jasa.

2.1.5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi perolehan laba

perusahaan, baik dari segi operasional maupun dari segi non operasional.

Menurut Halim dan Bambang (2009:49), faktor yang mempengaruhi

besarnya laba yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Biaya, yaitu biaya yang timbul dari perolehan atau pengelolah suatu

produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang

bersangkutan.

2. Harga jual, yaitu harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi

besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.

3. Volume penjualan dan produksi, yaitu besarnya volume penjualan

berpengaruh terhadap volume produksi atau jasa tersebut,

selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya


44

biaya produksi. Sedangkan menurut Supriyono (2012:177),

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laba dapat

dilihat pada “laba bersih = penjualan – biaya”

Selain itu menurut Mulyadi (2014:513), faktor-faktor yang

mempengaruhi laba antara lain:

1. Biaya yang timbul dari perolehan atau pengelolah suatu produk atau

jasa akan akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

2. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume

penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.

3. Volume dan penjualan produksi besarnya volume penjualan

berpengaruh terhadap volume produksi akan mempengaruhi besar

kecilnya biaya produksi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahawa faktor-faktor yang

mempengaruhi laba ialah biaya yang timbul dari perolehan, harga jual

produk atau jasa, dan volume penjualan produksi.

2.1.6. Pengaruh Antar Variabel

2.1.6.1. Pengaruh Beban Pokok Pendapatan Terhadap Laba Bersih

Biaya produksi merupakan sumber ekonomi yang dikorbankan

untuk menghasilkan keluaran, nilai keluaran yang diharpkan lebih besar

dari pada masukan yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran

tersebut sehingga kegiatan organisasi dapat menghasilkan laba. Menurut

Carter (2009:129), ”tingkat laba yang diperoleh perusahaan dapat

ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan, semakin banyak volume


45

produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula biaya produksi, semakin

banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula laba

diperoleh perusahaan”. Berdasarkan teori tersebut, menjelaskan bahwa

dengan adanya peningkatan biaya produksi akan berpengaruh pada

jumlah produk yang dihasilkan sehingga produk tersedia untuk dijual akan

bertambah, dengan demikian volume penjualan akan bertambah dan laba

bersih juga mengalami peningkatan. Hal ini diperkuat dari penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Barus (2016) menyatakan bahwa beban

operasional dan pendapatan usaha berpengaruh positif terhadap laba

bersih.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan, semakin besar biaya

produksi yang dikeluarkan maka jumlah produksi yang dihasilkan juga

akan semakin besar pada nantinya meningkatkan potensi pendapatan

perusahaan. Sebaiknya, biaya produksi yang meningkat namun tidak

diimbangi dengan peningkatan pendapatan maka akan menekan laba

yang bisa diperoleh perusahaan atau bahkan mengakibatkan kerugian

bagi perusahaan.

2.1.6.2. Pengaruh Beban Usaha Terhadap Laba Bersih

Biaya pemasaran merupakan semua biaya yang sejak saat produk

selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk

tersebut berubah kembali dalam bentuk uang tunai. Menurut Mulyadi

(2012:489),”dalam kegiatan pemasaran kenaikan volume penjualan

merupakan ukuran efesien, setiap kenaikan volume penjualan diikuti


46

dengan kenaikan laba”. Untuk meningkatkan volume penjualan guna

mencapai laba yang maksimal maka kegiatan pemasaran sangatlah

penting peranannya. Akan tetapi agar kegiatan pemasaran tersebut

berjalan dengan efektif maka harus didukung dengan biaya pemasaran

yang memadai. Hal ini diperkuat oleh penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Zulfi (2017) menyatakan bahwa beban operasional berpengaruh

signifikan terhadap laba bersih.

Biaya pemasaran memiliki peranan yang penting bagi perusahaan

dikarenakan dengan adanya biaya pemasaran produk yang telah selesai

diproduksi dapat meningkatkan volume penjualan. Semakin tinggi volume

penjualan semakin tinggi pendapatan yang nantinya akan meningkatkan

laba. Dalam hal seperti ini, biaya pemasaran dapat mengukur tingkat

sukses tidaknya perusahaan dalam memperoleh laba yang maksimal.

2.1.6.3. Pengaruh Beban Pokok Pendapatan dan Beban Usaha

Terhadap Laba Bersih

Beban pokok pendapatan dan beban usaha merupakan biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh dan memasarkan produk yang dihasilkan

sehingga mengeluarkan biaya mempengaruhi laba yang diterima

perusahaan. Menurut Aria (2017), dalam penelitian yang berjudul

pendapatan usaha dan beban operasional terhadap laba bersih dengan

hasil penelitiannya menunjukan bahwa pendapatan usaha memiliki

pengaruh positif terhadap laba bersih, selain itu pendapatan usaha dan

beban operasional secara simultan berpengaruh terhadap laba bersih.


47

Sedangkan menurut Faiz dkk (2018), dalam penelitiannya yang

berjudul pengaruh harga pokok produksi, biaya operasional, dan

penjualan bersih terhadap laba bersih menunjukan bahwa harga pokok

produksi berpengaruh secara signifikan dengan arah kofesien ke arah

negatif terhadap laba bersih, sedangkan biaya operasional berpengaruh

secara signifikan dengan arah kofesien negatif terhadap laba bersih. Dari

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi, biaya

operasional, dan penjualan bersih berpengaruh signifikan terhadap laba

bersih dan didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

penelitian terdahulu.

2.1.7. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kumpulan teori yang untuk

memudahkan dalam memahami suatu fenomena atau kegiatan ketika

melaksanakan penelitian. Maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 2.1

Akuntansi
Grand
Theory Harahap(2015), Hery(2013), Martani dkk(2014),
Mursyidi(2010), Rudianto(2012)

Akuntansi Biaya
48

Middle
Range
Theory Astuty(2014), Bustami dan Nurlela(2010), Carter(2009),
Hery(2013), Mulyadi(2012), Mursyidi(2010),
Rudianto(2013)

Beban Pokok Beban Laba Bersih


Pendapatan Usaha

Applied Astuty(2014), Daljono(2009 Harahap(2009),Ha


Theory Daljono(2009), ), lim dan
Halim(2014), Mulyadi(2012 Bambang(2009)Ka
Mulyadi(2012), ), smir(2010),
Sirait(2017), Supriyono(20 Martani dkk(2014),
Sukirno(2011), 14) Rudianto(2013),Su
Supriono(2014) bramayam dan
John(2010)
Sumber: Uraian Teoritis

Gambar 2.1
Kerangka Teori

2.2. Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan oleh penelitian-

penelitian terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan penelitian ini diuraikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Penelitian terdahulu

Nama Judul Instansi, Variabel


Hasil Penelitian
Peneliti Tahun Penelitian Penelitian
Barus, Analisis Pengaruh Variabel Bebas : Beban operasional
49

Nama Judul Instansi, Variabel


Hasil Penelitian
Peneliti Tahun Penelitian Penelitian
Mochamad, Beban Operasional Beban Operasional berpengaruh
dan Acep Pada dan Pendapatan signifikan terhadap
Pendapatan Usaha Usaha pendapatan usaha,
dan Dampaknya pendapatan usaha
Terhadap Laba Bersih Variabel Terikat : berpengaruh
(Studi Kasus pada Laba Bersih signifikan terhadap
Perusahaan Food and laba bersih.
Beverage yang Sedangkan beban
terdaftar di operasional dan
Bursa Efek Indonesia pendapatan usaha
Periode 2010 - 2014) berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih.
Efilia Pengaruh Pendapatan Variabel Bebas : Pendapatan usaha
Usaha dan Beban Pendapatan Usaha berpengaruh
Operasional Terhadap dan Beban signifikan terhadap
Laba Bersih Pada Operasional laba bersih, beban
Perusahaan Kimia dan operasional tidak
Keramik Porselin dan Variabel Terikat : berpengaruh
Kaca yang Terdaftar di Laba Bersih signifikan terhadap
Bursa Efek Indonesia laba bersih.
Periode 2008-2012 Sedangkan secara
simultan pendapatan
usaha dan beban
operasional
berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih.
Pasaribu Pengaruh Pendapatan Variabel Bebas : Secara parsial
Usaha dan Beban Pendapatan Usaha pendapatan usaha
Operasional Terhadap dan Beban berpengaruh positif
Laba Bersih Pada Operasional terhadap laba bersih,
Perusahaan Makanan beban operasional
dan Minuman Variabel Terikat : tidak berpengaruh
Laba Bersih terhadap laba bersih.
Sedangkan secara
simultan pendapatan
usaha dan beban
operasional
berpengaruh
terhadap laba bersih.
Purnamasari Pengaruh Pendapatan Variabel bebas : Pendapatan usaha
Usaha, Beban Usaha, Pendapatan Usaha, tidak berpengaruh
dan bagi hasil pihak Beban Usaha, dana signifikan terhadap
ketiga Terhadap Laba Bagi Hasil Pihak beban usaha, tetapi
Usaha Pada Pt Bank Ketiga beban usaha dan
Syariah Mandiri Variabel Terikat : laba usaha menjukan
Laba Bersih hasil yang konsisten.
Sedangkan
penelitian terdahulu
menunjukan hasil
bahwa beban usaha
tidak memiliki
50

Nama Judul Instansi, Variabel


Hasil Penelitian
Peneliti Tahun Penelitian Penelitian
pengaruh signifikan
terhadap laba usaha.
Puspita Pengaruh Pengakuan Variabel Bebas : Pendapatan
Pendapatan, Beban Pengakuan terhadap
Operasional dan Pendapatan, Beban profitabilitas
Beban Non Operasional, dan bepengaruh
Operasional Terhadap Bbeban Non langsung sebesar
Profitabilitas Pada PT Operasional 0,98%, beban
BPR Jujur Arghadana operasional dan
Variabel Terikat : beban non
Profitabilitas operasional terhadap
profitabilitas
berpengaruh sebesar
93,26%. Sedangkan
pendapatan , beban
operasional dan
beban non
operasional terhadap
profitabilitas
berpengaruh sebesar
76,30%.
Anuggrah dan Pengaruh Pendapatan Variabel bebas : Secara parsial
Tri Usaha dan Beban Pendapatan Usaha pendapatan usaha
Operasional Terhadap dan Beban berpengaruh
Laba Bersih Pada Operasional signifikan terhadap
Kopinkra Karya laba bersih, beban
Pusaka Sukabumi Variabel Terikat : operasional tidak
Laba Bersih berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih.
Sedangkan secara
simultan pendapatan
usaha dan beban
operasional
berpengaruh
signifikan terhadap
laba bersih.
Siti Effect Of Operational Variabel Bebas : Operational cost
Cost And Operational Operational Cost and operating
Revenue On Return and Operational
On Asset Of Sharia Revenue income have
Banking Case Study negative effect to
On Sharia Business Variabel Terikat: return on asset,
Division Of PT Bank Return On Asset the negative
Sumut value shown by
ocoi is that the
opposite
relationship
between ocoi and
the profitability of
sharia banking
51

Sumber : Berbagai Kerja Ilmiah

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran bertujuan untuk memberikan gambaran secara

ringkas isi dari penelitian sehingga penelitian dapat terarah sesuai dengan

maksud dan tujuan yang diharapkan. Kerangka pemikiran dapat

dinyatakan dalam bentuk skema sederhana tetapi memuat unsur pokok

penelitian dan hubungan pokok-pokok unsur penelitian. Kerangka

pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2

Beban Pokok
Pendapatan (X1) Carter (2009:129)
Laba Bersih (Y)

Beban Usaha (X2)


Mulyadi (2012:489)
52

Beban Pokok Beban Usaha (X2) Laba Bersih (Y)


Pendapatan (X1)

Astuty (2014), Daljono Daljono (2009), Mulyadi Harahap(2009),


(2009), Halim (2014), (2012), Supriyono Halim dan
Mulyadi (2012), Sirait (2014) Bambang(2009),
(2017), Sukirno (2011), Kasmir(2010),
Supriyono (2014) Martani dkk(2014),
Rudianto(2013),
Subramayam dan
John(2010)

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan bahwa

pengaruh biaya produksi dan biaya pemasaran terhadap laba bersih,

dimana variabel independen dalam penelitian ini adalah beban pokok

pendapatan (X1) dan bebabn usaha (X2). Parameter untuk mengukur biaya

produksi adalah biaya bahan baku langsung ditambah biaya tenaga kerja

langsung ditambah biaya overhead pabrik, dan parameter pengukuran

biaya pemasaran adalah jumlah biaya angkut, asuransi dan sewa di

tambah remunerasi dan imbalan kerja karyawan ditambah pemasaran dan

komisi penjualan ditambah penyusutan ditambah pajak ekspor ditambah

lain-lain, variabel dependen dalam penelitian ini laba bersih (Y) dengan

parameter pengukuran laba sebelum pajak ditambah pendapatan non

operasi dikurangi pajak penghasilan.

2.4. Hipotesis
53

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian. Hipotesis penelitian ini dapat dinyatakan sebagai

berikut:

1. H0 = 0, artinya beban pokok pendapatan dan beban usaha

berpengaruh terhadap laba bersih baik secara simultan maupun

persial.

2. Ha ≠ 0, artinya beban pokok pendapatan dan beban usaha

berpengaruh terhadap laba bersih baik secara simultan maupun

persial.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2004). Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan (10th ed.). Salemba Empat.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2010). Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan (11th ed.). Salemba Empat.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2018). Dasar-dasar manajemen

keuangan / , Joel F. Houston (14th ed.). Salemba Empat.

Brigham, E. F., & Weston, J. F. (1991). Dasar-dasar Manajemen

Keuangan (7th ed.). Erlangga.

Darsono, & Ashari. (2005). Pedoman praktis memahami laporan

keuangan. Andi.

Hanafi, M. M., & Halim, A. (2018). Analisis Laporan Keuangan (2nd ed.).

UPP STIM YKPN.


54

Harahap, S. S. (2010). Analisis kritis atas laporan keuangan. Raja

Grafindo Persada.

Hartono, J. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE

Yogyakarta.

Hery. (2013). Teori Akuntasi Suatu Pengantar. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Univertas Indonesia.

Jumingan. (2006). Analisis laporan keuangan. Bumi Aksara.

Kasmir. (2011). Analisis Laporan Keuangan (1st ed.). Raja Grafindo

Persada.

Kasmir. (2018). Analisis laporan keuangan. Rajawali.

Martani, dkk. (2012). Akuntansi Keuangan Menengan Berbasis PSAK.

Salema Empat.

Martono, A. H. (2011). Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Cetakan

Pertama, Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.

Munawir, S. (2004). Analisis Laporan Keuangan (4th ed.). Liberty.

Munawir, S. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Liberty.

Mursyidi. (2010). Akuntansi Dasar. Ghalia Indonesia.

Prastowo, D. (2019). Analisis laporan keuangan.

Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi, Adaptasi IFRS. Erlangga.

samsul, M. (2015). Pasar Modal & Manajemen Portofolio (2nd ed.).

Erlangga.

Sutrisno. (2009). Manajemen Keuangan : Teori konsep dan Aplikasi.

Ekosiana.
55

Tandelilin, E. (2017). Pasar modal manajemen portofolio & investasi.

Yogyakarta: PT Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai