Oleh:
Lisnaini / Akuntansi / 17.11.32.202.14015
Lisa Rosita / Akuntansi / 17.11.32.202.13714
Noor Isna Azizah / Akuntansi / 17.11.32.202.13707
Nur Baity / Akuntansi / 17.11.32.202.13940
Renitha Putri / Manajemen / 17.11.32.202.13720
Sinta Devit Puspitasari / Akuntansi / 17.11.32.202.14009
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Untuk mendalami lebih jauh, berikut ini kami sajikan beberapa pengertian baik menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) maupun berdasarkan pendapat organisasi
dan para ahli sehingga laporan keuangan dapat dipahami dengan baik.
Berdasarkan sejumlah defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah:
1. Merupakan hasil dari proses akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat
keputusan-keputusan ekonomi.
2. Menggambarkan kinerja keuangan maupun kinerja manajemen perusahaan apakah dalam
kondisi yang baik atau tidak.
3. Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
periode yang bersangkutan.
B. Tujuan Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai
“alat pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya
seiring dengan perkembangan zaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat
menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan
menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat
mengambil suatu keputusan.
Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang,
struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan
aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus
dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang
bersangkutan. Ini berkaitan dengan analisis laporan keuangan dan memahami macam-
macam rasio keuangan dan rumusnya.
Menurut Standar Akuntasi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia 2002:4) tujuan
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, seta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara
umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian di masa lalu.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship)
atau pertanggunggjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan
sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan
perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis
yang diambilnya.
2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah
perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan
keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk
menilai kemampuan perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.
2. Neraca
a. Pengertian Neraca
Neraca adalah bagian dari laporan keuangan yang memuat dan melaporkan
mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham suatu perusahaan pada
tanggal tertentu. Informasi yang terkandung dalam neraca adalah informasi mengenai
sifat dan jumlah kekayaan (aktiva), kewajiban (hutang), dan ekuitas pemilik dari
perusahaan tertentu. Yang dimaksud dengan aktiva adalah manfaat ekonomi yang
mungkin diperoleh di masa depan, atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai
hasil dari transaksi atau kejadian masa lampau. Dalam aktiva, terdapat banyak sekali
akun seperti kas, piutang, persediaan, investasi, tanah, bangunan, kendaraan, mesin,
goodwill, paten, dan kekayaan perusahaan lainnya.
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di
masa depan yang berasal dari kewajiban berjalan entitas tertentu untuk mentransfer
aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari
transaksi atau kejadian masa lampau. Sedangkan yang dimaksud dengan ekuitas
adalah kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas setelah dikurangi dengan
kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan
kepentingan kepemilikan.
b. Unsur-unsur dalam neraca sebagai berikut :
a. Aktiva (assets)
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh perusahaan. Aktiva diakui (dicantumkan) dalam neraca
apabila manfaat ekonominya di masa depan besar kemungkinan dapat diperoleh
perusahaan dan aktiva yang bersangkutan mempunyai nilai yang dapat diukur
dengan andal. Aktiva dalam neraca secara garis besar diklasifikasikan menjadi
aktiva lancar dan aktiva tetap.
1) Aktiva Lancar
Aktiva lancar (current assets) adalah semua aktiva perusahaan yang
meliputi uang tunai dan aktiva lain yang mudah dicairkan menjadi uang
tunai, atau aktiva yang berkurang bahkan habis jika digunakan oleh
perusahaan dalam satu periode akuntansi. Termasuk golongan aktiva lancar
antara lain, yaitu:
a) Kas,
b) Surat-surat berharga yang segera dapat di jual (marketable securities),
c) Deposito jangka pendek, Wesel tagih jangka pendek (notes receivable),
d) Piutang usaha atau piutang dagang (account receivable),
e) Piutang lain-lain jangka pendek,
f) Persediaan (inventory),
g) Beban dibayar di muka (prepaid expense),
h) Pendapatan yang masih harus diterima (accruals receivable).
2) Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible) yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu dan digunakan dalam kegiatan
operasi perusahaan. Artinya, dalam keadaan aktivitas usaha normal tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Aktiva tetap, memiliki masa manfaat
ekonomi lebih dari satu tahun. Aktiva tetap meliputi aktiva tetap yang tidak
disusutkan (non depreciable) dan aktiva tetap yang disusutkan (depreciable).
Termasuk aktiva tetap berwujud yaitu sebagai berikut
a) Tanah (land) sebagai tempat menjalankan usaha, atau di atasnya
didirikan bangunan perusahaan, termasuk aktiva tetap yang tidak
disusutkan.
b) Gedung atau bangunan (building) seperti gedung pabrik, gedung toko dan
gedung kantor.
c) Mesin-mesin (machinery) misalnya mesin-mesin untuk menjalankan
proses produksi.
d) Kendaraan untuk pengangkutan (delivery equipment), kendaraan yang
digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan misalnya sepeda motor,
truk, dan kendaraan lainnya.
e) Peralatan kantor (office equipment), semua peralatan yang ada di kantor
dan digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan.
Aktiva tidak berwujud (intangible assets) lebih merupakan hak
istimewa yang dimiliki dan memberikan manfaat ekonomi kepada
perusahaan. Aktiva tidak berwujud timbul misalnya karena posisi perusahaan
yang menguntungkan, penemuan hal-hal yang baru dan ak pengelolaan suatu
fasilitas yang diterima perusahaan. Termasuk aktiva tidak berwujud antara
lain hak patent, hak cipta, franchise, merek dagang, dan goodwill.
b. Kewajban (liabilities)
Kewajiban adalah hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu dan harus diselesaikan di masa datang dengan menyerahkan aktiva atau
jasa (sumber daya perusahaan). Kewajiban diakui dalam neraca apabila
pengeluaran sumber daya yang akan dilakukan di masa datang adalah untuk
menyelesaikan hutang masa kini, dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur
dengan andal. Kewajiban dalam neraca biasanya diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar meliputi hutang-hutang yang harus dilunasi dalam
jangka waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Atau kewajiban
yang penyelesaiannya menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva
lancar. Termasuk golongan kewajiban lancar antara lain sebagai berikut :
a) Hutang usaha atau hutang dagang (account payable), yaitu hutang yang
timbul sebagai akibat pembelian barang atau penerimaan jasa dalam
rangka kegiatan usaha pokok perusahaan.
b) Hutang wesel atau wesel bayar (notes payable) jangka pendek yaitu hutang
yang dijamin dengan surat wesel atau promes.
c) Hutang beban seperti hutang bunga, hutang gaji, dan hutang sewa
d) Hutang pajak (pajak yang masih harus disetor)
e) Uang muka penjualan, uang yang diterima dari pembeli untuk penjualan
yang belum direalisasi.
f) Hutang yang timbul karena pembelian aktiva tetap, pinjaman dari bank dan
hutang lainnya yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal neraca.
g) Bagian dari hutang jangka panjang (angsuran) yang jatuh tempo dalam
jangka waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca.
2) Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka paniang adalah hutang yang jatuh tempo
pembayarannya setelah lewat waktu lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca.
Dengan demikian penyelesaiannya tidak menggunakan sumber sumber yang
merupakan aktiva lancar. Termasuk kewajiban jangka panjang antara lain
sebagai berikut
a) Pinjaman obligasi yaitu hutang yang timbul melalui penjualan obligasi
b) Hutang hipotik yaitu hutang yang dijamin dengan barang (harta) tidak
bergerak
3) Kewajiban Lain-lain
Kewajiban lain-lain merupakan pos tempat menampung hutang yang
tidak memenuhi syarat untuk diperlakukan sebagai hutang lancar dan hutang
jangka panjang. Termasuk kewajiban lain-lain yaitu sebagai berikut :
a) Hutang kepada direksi
b) Hutang kepada perusahaan yang berafiliasi
c) Uang jaminan jangka panjang yang diterima dari pelanggan
d) Pendapatan yang ditangguhkan, misalnya pendapatan sewa jangka panjang
diterima di muka.
c. Ekuitas (Equity)
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ekuitas didefinisikan sebagai
hak residual (sisa) atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Dengan demikian jumlah (besarnya) ekuitas sama dengan selisih antara aktiva dan
kewajiban perusahaan. Ekuitas (Equity), merupakan sisa kepemilikan atas aktiva
dari suatu entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya. Dalam sebuah
perusahaan, modal mencerminkan bagian kepemilikan.
Metode untuk melaporkan ekuitas pemilik bervariasi sesuai bentuk usaha
perusahaan. Untuk bentuk prusahaan perorangan, ekuitas pemilik disajikan pada
sebuah perkiraan modal tunggal. Saldo perkiraan ini adalah hasil akumulasi dari
investasi pemilik, penarikan oleh pemilik, dan laba atau rugi masa lalu.
Untuk persekutuan, perkiraan modal ini dibentuk untuk masing-
masing sekutu (partner). Saldo perkiraan ini mengikhtisarkan jumlah investasi,
penarikan dan bagian laba atau rugi masa lalu untuk masing-masing sekutu.
Sedang untuk sebuah perseroan, selisih antara aktiva dan kewajiban disebut
ekuitas pemegang saham (stockholder’s equity) atau ekuitas pemilik.
Dalam menyajikan ekuitas pemilik pada neraca, terdapat perbedaan antara
ekuitas yang berasal dari modal disetor (paid in capital) atau modal kontribusi dan
ekuitas yang berasal dari laba disebut laba ditahan (retained earning). Pada
umumnya, perhitungan analis laporan keuangan menggunakan total ekuitas
pemegang saham dan tidak membedakan antara modal kontribusi dan laba
ditahan. Namun untuk tujuan tertentu, pembedaan tersebut adalah penting.
Kelompok Ekuitas Pemegang Saham :
1) Modal Saham (Common Stock), Nilai pari atau ditetapkan atas saham yang
diterbitkan.
2) Modal Disetor Tambahan (Additional Paid in Capital), Kelebihan
jumlah yang dibayarkan diatas nilai pari atau ditetapkan.
3) Laba Ditahan (Retained Earning), Laba korporasi yang tidak didistribusikan.
Rasio ini digunakan untuk menaksir berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk merealisasikan penerimaan kas atas penjualan yang telah dilakukan.
sales
¿ assets turnover ratio= assets (aktiva tetap bersih)¿
total ¿
Kegagalan memenuhi kewajiban ini akan mengakibatkan adanya tindakan hukum dari
pemberi pinjaman. Lebih jauh, kegagalan memenuhi kewajiban tersebut juga
mungkin menyebabkan kebangkrutan.
EBIT (Earning Before Interest∧Taxes atau laba sebelum bunga dan pajak )
TIE=
interest (beban bunga)
3. Rasio Cakupan Beban Tetap (Rasio Cakupan EBITDA) (Fixed Charge Coverage Ratio)
Fungsi rasio ini serupa dengan rasio kelipatan pembayaran bunga, tetapi rasio ini
melihat lebih jauh karena mengakui bahwa ada aktiva perusahaan yang disewa (lease)
dan harus melakukan pembyaran dana pelunasan (sinking fund).
EBIT
operating profit margin=
sales
2. Dividened Yield
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan berupa dividen yang
mampu dihasilkan dari investasi pada saham.
Keterangan:
Profit margin memperlihatkan pengawasan terhadap biaya
Total assets turnover memperlihatkan efektivitas penggunaan biaya
Equity multipler memperlihatkan efektivitas penggunanaan utang
Du Pont Chart merupakan salah satu cara untuk melakukan analisis rasio keuangan dengan
komprehensif, karena dalam bagan dapat dijelaskan keterkaitan antara rasio-rasio keuangan
sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya suatu perubahan rasio keuangan.
Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya adalah:
Banyak perusahaan besar mengoperasikan beberapa divisi dalam industri berlainan dan
ini sulit menentukan rata -rata industri.
Sebagian besar perusahaan menginginkan hasil di atas rata-rata sehingga hanya mencapai
kinerja rata-rata tidak selalu berarti sesuatu yang baik.
Inflasi dapat mendistorsi neraca perusahaan. Nilai tercatat seringkali berbeda dengan nilai
sebenarnya.
Faktor musiman dapat mendistorsi analisis rasio.
Perusahaan dapat menggunakan “window dressing” untuk membuat laporan
keuangannya terlihat lebih baik.
Adanya perbedaan kebijakan penggunaan metode akuntansi oleh masing-masing
perusahaan.
Praktek akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi perbandingan.
Terkadang sulit menjustifikasi apakah suatu rasio tertentu itu “baik” atau “buruk”.
Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang terlihat bagus dan beberapa
rasio lain terlihat buruk sehingga sulit menilai perusahaan secara keseluruhan kuat atau
lemah.
Biaya Modal
A. Pengertian Biaya Modal
Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk
mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya
biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan:
1. Memaksimalkan nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal)
diminimalkan.
3. Keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya
modal.
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan
tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu
tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung
maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata
biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa
biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan
untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau
disebut biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis modal. Namun
apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung
adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari seluruh
modal yang digunakan.
Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan
sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari sisi investor,
tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yang
mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang
menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of
capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Biaya modal bisanya
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi
(sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari
usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
B. Faktor-Faktor Yang Menentukan Biaya Modal
Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain:
1. Keadaan-keadaan umum perekonomian. Faktor ini menentukan tingkat
bebasrisiko atau tingkat hasil tanpa risiko.
2. Daya jual saham suatu perusahaan. Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil
minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
2. Biaya modal merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi
yang memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.
4. Kebijakan dividen bersifat konstan. Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya
modal yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan
bahwa rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan.
D. Biaya Hutang
Biaya hutang didefinisikan sebagai bagian yang harus diterima dari suatu investasi agar
tingkat hasil minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai
sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama
dengan Kd atau Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara:
1. Biaya Modal dari Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek seperti hutang perniagaan, hutang wesel, kredit bank.
Contoh 1 : Misalkan cash discount yang hilang selama 1 tahun sebesar Rp 5 juta dan hutang
perniagaan rata-rata Rp 50 juta.
Maka : Biaya modal sebelum pajak = 5 juta / 50 juta x 100% = 10%
Misal pajak 40% ; Biaya modal sesudah pajak = 10% x (100%-40%) = 6%
Contoh 2 : Bank memberikan kredit jangka pendek sebesar Rp 100 juta dengan bunga 2% per
bulan selama 8 bulan. Syarat aktiva yang dijadikan jaminan harus diasuransikan selama umur
kreditnya dg premi asuransi Rp 5 juta.
Maka : Uang yg diterima dari bank = Rp. Pinjaman – (bunga 8 bln + premi asuransi)
= Rp. 100 juta – (Rp 16 juta + Rp 5 juta)
= Rp 79 juta.
Beban yg sebenarnya di tanggung peminjam = Rp21 juta
Jadi biaya kredit sebelum pajak = Rp 21 juta / Rp 79 juta x 100% = 26%. Biaya kredit per bulan
= 26% / 8 = 3,25%
Misal tingkat pajak 25 % = Biaya modal sesudah pajak = 3,25% x(100%-25%)= 2,43 % per
bulan.
2. Biaya Modal Jangka Panjang
Biaya modalnya dgn memperhitungkan jumlah neto yg diterima dg pengeluaran kas yg terjadi
karena penggunaan dana tersebut.
Contoh : Obligasi dikeluarkan dengan nominal per lembar Rp.100 juta dan umurnya 10 tahun.
Hasil penjualan neto yg diterima adalah Rp.97.000.000,- Bunga obligasi 4% per tahun.
Berapa cost of bond ?
Jawab :
1. Dana rata-rata selama 10 tahun = (100 jt + 97 jt) /2 = 98,5 jt
2. Selisihnya dialokasikan untuk 10 thn = 3 jt /10 thn = 300.000 (+bunga)
Bunga = 4% x 100 jt = 4 jt
Beban per tahun (average annual cost ) = 4 jt + 300.000 = Rp4,3 jt
3. Menghitung biaya rata-rata per tahun = (4,3 jt /98,5 jt) x 100% = 4,4%
4. Misal tingkat pajak 25% ,
Maka biaya modal = 4,4% x (100% - 25%) = 3,3%.
E. Biaya Modal Saham Preferen (Cost of Preferred Stock)
Biaya saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham
preferen.
Kp = Dp/Pn
Kp = biaya saham preferen
Dp = deviden saham preferen
Pn = harga saham preferen bersih yang diterima (harga setelah dikurangi flotation cost)
Biaya penggunaan dana dari penjualan saham preferen (cost of preferred stock)dihitung
dgn membagikan deviden per lembar saham preferen (Dp) dgn harga neto (net Price) yg
diperoleh dari penjualan saham preferen per lembarnya.
Contoh : Suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen yg baru dengan nilai nominal
Rp.10.000,- per lembar dan deviden sebesar Rp.600,- Penjualan neto saham tersebut sebesar
Rp.9.000,- per lembarnya.
Berapa biaya modal saham preferen (cost of preferred stock) ?
Jawaban:
Biaya modal saham preferen = Dp / Pn
Biaya modal saham preferen = 600 / 9000 = 6,67%.
F. Biaya Modal Saham Biasa dan Laba ditahan
Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal
sendiri (biaya ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya modal
ekuitas merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual
saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.
r s = D1 / P0 + g
Dimana :
rs = biaya modal ekuitas
D1 = Deviden saham yang diharapkan pada tahun pertama
P0 = harga saham saat ini
g = tingkat pertumbuhan
1) Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning)
Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada
saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Dasarnya adalah prinsip opportunity cost. Jika laba
tidak ditahan, laba tersebut dibagiakan dalam bentuk deviden. Jika laba tersebut ditahan berarti
pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang menjadi haknya ke perusahaan (flow
back fund).
Ada tiga cara menaksir biaya modal laba ditahan:
1. Pendekatan CAPM
Ks = bunga bebas risiko + premi risiko
Ks = krf + bi (km – krf)
Dimana:
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan I,
Krf = bunga bebas risiko
Km = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar
Bi = beta saham perusahaan i.
2. Pendekatan discounted cash flow
Model yang digunakan untuk estimasi adalah Gordon Model:
D1
Po = ———–
Ks – g
Maka,
D1
Ks = ———– + g
Po
D1 = Deviden akhir periode
Po = Harga saham awal periode
g = tingkat pertumbuhan deviden.
3. Pendekatan bond yield plus risk premium
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahan + premi risiko
· Biaya Saham Biasa Baru (Cost of New Common Stock)
Biaya modal saham biasa baru biasanya lebih tinggi dari biaya modal laba ditahan,
karena penjualan saham baru memerlukan biaya emisiatau flotation cost. Biaya emisi akan
mengurangi penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
D1
Ksb = —————– + g
Po (1 –FC)
Ksb = biaya saham biasa baru
FC = flotation cost
G. Biaya Modal Keseluruhan (Weighted average cost of capital/WACC) :
Biaya modal secara keseluruhan merupakan biaya modal yang memperhitungkan seluruh
biaya atas modal yang digunakan oleh perusahaan. Biaya modal yang diperhitungkan merupakan
biaya modal dari seluruh jenis modal yang digunakan. Karena biaya modal dari masing-masing
sumber dana berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara
keseluruahn perlu dihitung biaya modal rata-rata tertimbangnya (Weighted average cost of
capital / WACC). Sebagai unsure penimbanngnya adalah proporsi dana bagi setiap jenis atau
sumber modal yang digunakan dalam investasi proyek tersebut.
Sumber modal Jlh Rp. Biaya penggunaan modal Hutang Jk, Panjang 60 jt 6% (sebelum tax)
Saham Preferen 10 jt 7% Modal sendiri 130 jt 10% Jlh 200 jt
Tingkat pajak perseroan = 25%.
Berapa Biaya Modal Rata-rata ?
Jawab :
Biaya modal hutang (setelah pajak) = 6% x (100% -25%) = 4,5%
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/197806272003121-
TONI_HERYANA/Manajemen_Keuangan/Analisis_Laporan_Keuangan.ppsx
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus_financial_analysis/Analisa%20Laporan
%20Keuangan.pdf
http://directory.umm.ac.id/sistem-pakar/analisis-laporan-keuangan.pdf JKHIUH
Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik, I Made Sudana, Penerbit Erlangga, Jakarta,
2011
http://aniselviani.blogspot.co.id/2013/06/makalah-manajemen-keuangan.html
http://mursyidharahman09.blogspot.co.id/2016/03/makalah-cost-of-capital-capital-and.html