Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Di pasar modal, laporan keuangan perusahaan memiliki fungsi yang sangat strategis.
Laporan keuangan merupakan informasi yang menggambarkan dan untuk menilai kinerja
perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang sahamnya telah tercatat dan diperdagangkan di
bursa. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dapat memberikan
analisa laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan yang juga
mencerminkan fundamental perusahaan sehingga informasi tersebut dapat memberikan
landasan bagi keputusan investasi. Ada bagian dalam laporan keuangan yang sering tidak
diperhatikan investor, seperti laporan direksi atau manajemen perusahaan. Padahal, pada
bagian tersebut manajemen sering kali menjelaskan mengenai perjalanan perusahaan selama
ini, prospek dan recana mereka kedepannya. Dari sini Anda juga dapat melihat seberapa
yakin manajemen terhadap prospek perusahaan. Dari ulasan manajemen ini Anda dapat pula
melihat perkembangan bisnis terakhir, produk, persaingan dan kondisi keuangannya.
Angka-angka yang tertera dalam laporan keuangan itu menggambarkan kinerja
perusahaan dan kemampuan manajemennya dalam mengelola usaha tersebut. Dari angka
tersebut juga dapat dijadikan dasar untuk memproyeksikan apa yang akan terjadi.

1. Jenis Laporan Keuangan Perusahaan


Laporan keuangan perusahaan yang lengkap terdiri atas 5 (lima) bagian, yaitu :

1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Modal
5. Catatan atas Laporan Keuangan

2. Ketentuan Pelaporan Keuangan


Penyajian laporan keuangan perusahaan di pasar modal mengacu kepada Peraturan
Bapepam dan Peraturan BEI, yaitu :

1. Peraturan BAPEPAM nomor X.K.2. tentang Kewajiban Penyampaian Laporan


Keuangan Berkala.
2. Peraturan BAPEPAM nomor VIII.G.7. tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan.
3. Peraturan BAPEPAM nomor VIII.G.11. tetang Tangguung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan.
4. Surat Edaran BAPEPAM tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.

1
Peraturan Pencatatan BEI nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi.

3. Komponen Laporan Keuangan Perusahaan

1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas

1. Kepatuhan atas entitas

Para ahli teori menyatakan bahwa hampir tanpa kecuali regulasi terjadi sebagai reaksi
terhadap suatu krisis yang tidak dapat di identifikasi. Dan pembentukan regulasi terkait
dengan beberapa kepentingan. Kepentingan tersebut terkait dengan konsekuensi yang
akan diterima pengguna, atas pembentukan dari suatu regulasi. Konsekuensi yang
diterima oleh pengguna dari regulasi atas standar yang berubah dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut :

Pengguna Konsekuensi ekonomi


Perusahaan/ Biaya penerbitan laporan keuangan Perbedaan volalitas angka laporan
korporasi keuangan
Manajemen Perilaku manajemen
Masyarakat Persepsi atas perusahaan
Investor dan kreditor Keputusan keuangan

Standar akuntansi yang baru yakni IFRS juga ditujukan untuk menciptakan suatu regulasi
yang dapat memenuhi semua kebutuhan setiap pengguna. Argumentasi yang umum
diajukan terhadap kebijakan akuntansi baru (IFRS) adalah bahwa banyak fakta yang
menyatakan setiap perubahan dalam standar akan mempengaruhi arti rasio keuangan dan
angka keuangan dari setiap aktivitas keuangan. Menurut Baruch Lev (dikutip oleh
Hendriksen, 2005 dalam
Situmorang, 2011) yang menyatakan bahwa perubahan standar yang berlaku memiliki
pengaruh yang nyata pada operasi keuangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan
gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi
keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan kesimpulan dari pencatatan
transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Laporan keuangan adalah media yang paling
penting untuk menilai kondisi ekonomi dan prestasi manajemen. Laporan keuangan disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). SAK memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam memilih metode
maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Wardhani (2008) menyatakan fleksibilitas
tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan
pelaporan transaksi keuangan perusahaan.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objective of Financial Reporting by Business
Enterprises, tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi
investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan
keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis; menyediakan
informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang
membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari
dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau
pinjaman; menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan; memberikan
informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya.
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan
menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisis laporan keuangan. Analisis
laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu bagaimana memahami laporan keuangan,
bagaimana menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi
laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan. Teknik analisis yang sering digunakan dalam menganalisis laporan keuangan
adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan
matematis dari pos-pos tertentu dalam setiap elemen laporan keuangan. Hasil dari
perhitungan rasio akan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, agar dapat diketahui
perubahan yang terjadi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan.

3
Analisis laporan keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio agar dapat
mengevaluasi keadaan finansial perusahaan dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan
datang. Rasio dapat dihitung berdasarkan sumber datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca
yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, rasio-rasio laporan laba-rugi yang
disusun dari data yang berasal dari perhitungan laba-rugi, dan rasio-rasio antar laporan yang
disusun berasal dari data neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan perlu disusun
untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut meningkat atau bahkan menurun dan
didalam menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah satunya
adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

2.1 Laporan Keuangan


PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) menyebutkan bahwa, laporan keuangan adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta laporan
posisi keuangan pada awal periode.

2.1.1 Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan
keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan
dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain
yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di
samping pihak manajemen perusahaan. Para pemakai laporan akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak
keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset
perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan,

4
sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan
yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
b. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan
meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan
datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih
menguntungkan.
c. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk
menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama
periode tertentu. Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan
keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi.

2.2 Analisis Laporan Keuangan


Menurut Munawir (2010:35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan
yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau
kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta
perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami
dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu
perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya
terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan
rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan
akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil.
2.2.1 Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan
(implicit).
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

5
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-
model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan.
f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan
keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: dapat
menilai prestasi perusahaan , dapat memproyeksi laporan perusahaan, dapat
menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang, menilai
perkembangan dari waktu ke waktu serta menilai komposisi struktur
keuangan.
g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat
yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data
keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan
apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa
lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung
keputusan yang akan diambil. Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis
laporan keuangan adalah:
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan
ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6
f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.

2.2.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan


Secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi 2
(dua) kelompok, yaitu metode analisis horizontal dan vertical. Metode dan teknik
analisis manapun yang digunakan, pada dasarnya bertujuan sama yaitu untuk
memperjelas dan mempermudah dalam membaca dan menginterpretasikan
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
2.2.3.1 Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangan dan
kecenderungannya. Disebut Metode Horisontal karena analisis ini
membandingkan pos yang sama untuk beberapa periode yang berbeda.
Disebut Analisis Dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke
tahun (periode). Teknik analisis yang dapat digunakan antara lain :
a. Analisis Perbandingan, yaitu teknik analisis yang dilakukan dengan
cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau
lebih. Teknik ini merupakan teknik analisis laporan keuangan yang
dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara
horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain,
dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik
dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat
menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan
juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka
perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah
untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau
penurunan akun-akun laporan keuangan atau data lainnya dalam
dua atau lebih periode yang dibandingkan. Perbandingan antarpos
laporan keuangan dapat dilakukan melalui: perbandingan dalam
dua atau beberapa tahun (horisontal), perbandingan dengan

7
perusahaan yang dianggap terbaik, ataupun perbandingan dengan
budget (anggaran).
b. Analisis Trend (indeks), yaitu teknik analisis untuk mengetahui
tendensi (kecenderungan) dari keadaan/posisi keuangan dan
kinerja, apakah menunjukkan tendensi tetap, menurun atau naik.
Trend analysis ini biasanya dibuat melalui grafik dan untuk itu
perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya menggunakan
linear programming , rumus chi square, rumus y = a + bx.
c. Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana (modal kerja atau kas),
yaitu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber dan
alokasi dana, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahannya.
d. Analisis Perubahan Laba Kotor, yaitu teknik analisis yang
digunakan untuk : (a) mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan laba kotor yang dicapai perusahaan dari periode ke
periode, dan (b) mengetahui tingkat laba kotor yang dicapai dalam
satu periode tertentu dibandingkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan.
2.2.3.2 Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada satu periode tertentu
dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya
pada laporan keuangan yang sama. Disebut metode statis karena metode
ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada periode yang
sama. Disebut analisis vertikal karena membandingkan antara pos yang
satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama. Teknik
analisis yang dapat digunakan antara lain:
a. Analisis Persentase Perkomponen (Common Size), yaitu analisis yang
digunakan untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap total aktivanya, struktur permodalannya, dan
komposisi pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan
penjualannya.
b. Analisis Rasio, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara pos-pos tertentu dalam Neraca atau Laporan

8
Laba/Rugi (Perhitungan Hasil Usaha) baik secara individual, maupun
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
c. Analisis Impas, yaitu analisis yang digunakan untuk menentukan
tingkat penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan/koperasi agar
perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisis ini dapat diketahui tingkat penjualan
minimal yang harus dicapai agar tidak rugi, tingkat penjualan terendah
utnuk mengambil keputusan menutup atau meneruskan usaha, margin
pengaman untuk mempertahankan tingkat keuntungan tertentu, atau
pun leverage operasi untuk mengetahui kemampuan bersaing dari
perusahaan/koperasi atas pesaingnya.
2.2.4 Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan adalah :
a. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya
kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis
itu tidak salah.
b. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu
laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga
harus melihat aspek-aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi,
situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
c. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
2.3 Kinerja Perusahaan
Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja
mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan
tujuan atas sasaran perusahaan. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan
secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan
sumber daya-sumber daya yang dimiliki. Penilaian kinerja adalah penentuan secara
periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui
penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dalam mengambil keputusan penting
dalam rangka bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan, dan

9
sebagainya, serta langkah yang akan diambil untuk masa depan. Informasi kinerja
keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus
kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam
perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan
sumber daya. Sedangkan bagi pihak luar, penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi awal
dalam memilih alternatif investasi yang digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan
di masa yang akan datang.
2.3.1 Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu
diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan
berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang
berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan
perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Sawir
(2003:144), dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio
keuangan perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Menurut Yuwono,
Sukarno, dan Ichsan (2003:31), dengan adanya standar rasio keuangan,
perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau tidak.
Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh
dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan
perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai
sama dengan atau di atas standar rasio keuangan.
Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan
mempunyai beberapa tujuan diantaranya:
a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat
ditagih.
b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
c. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan
penggunaan aset atau ekuitas secara produktif.
d. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan dalam
menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari

10
kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban bunga tepat
waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang saham
tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan.

2.4 Analisis Rasio Keuangan


Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain,
dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau
menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu
perusahaan. Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat menginterpretasikan hasil
perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Menurut Riyanto (2010:331),
umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu :
a. Rasio Solvabilitas , adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Menurut Harahap (2009:301), rasio
likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-
waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa
aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban
yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar.
1) Rasio Lancar atau Current Ratio. Rasio lancar menunjukkan kemampuan
untuk membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100 %, berarti aktiva lancar dapat menutupi
semua hutang lancar.

Current ratio = (Aktiva lancar / Hutang Lancar ) x 100%

2) Rasio Cepat (Quick ratio). Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar
yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini
maka semakin baik, rasio ini disebut juga dengan acid test ratio.

Current ratio = (Aktiva lancar Persediaan) / Hutang Lancar ) x


100%
3) Rasio Kas. Rasio ini menunjukan porsi jumlah kas yang dapat menutupi
hutang lancar.
Cash ratio = (Kas / Hutang Lancar ) x 100%

11
b. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai
dengan hutang. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap
rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko
keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan.
1) Rasio Hutang Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio). Rasio ini menggambarkan
sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada
pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik.

Total Debt to Equity Ratio = Total Hutang / Total Ekuitas x 100%

2) Rasio Total Hutang (Total Debt to Assets Ratio). Rasio ini menunjukan sejauh
mana seluruh hutang dapat ditutupi oleh seluruh aktiva, lebih besar rasionya
maka lebih aman, supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil.
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh kreditur
dibandingkan dengan equity.

Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva x 100%

c. Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan


menggunakan sumber dananya. Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan
penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana
seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif
dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio
aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset.
1) Receivable Turn Over. Rasio ini menunjukan berapa cepat penagihan piutang.
Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan
cepat.

Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang x 100%

2) Inventory Turn Over. Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran


persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin
baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

Inventory Turn Over = HPP / Persediaan x 100%

12
3) Fixed Asset Turn Over. Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva
berputar jika diukur dari nilai penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik
artinya kemamapuan aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi. Rasio ini
berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka
meningkatkan pendapatan.

Fixed Assets Turn Over = Penjualan / Aktiva Tetap x 100%

4) Total Asset Turn Over. Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur
dari volume penjualan dengandengan kata lain seberapa jauh kemampuan
semua aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva x 100%

5) Working Capital Turn Over. Rasio ini untuk mengukur tingkat perputaran
modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama
suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Working Capital Turn Over = Penjualan / Modal Kerja Bersih x 100%

d. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah
kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Rasio profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya.
1) Net Profit Margin. Angka ini menunjukkan berapa besar persentase laba
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin
baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup
tinggi.

Net Profit Margin = (EAT / Penjualan ) x 100%

2) Gross profit margin. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Gross Profit Margin = Penjualan - HPP / Penjualan x 100%

13
3) Operating Income Ratio. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.

Operating income ratio = EBIT - HPP / Penjualan x 100%

4) Return On Total Assets. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rasio ini mengukur
kemampuan seluruh aset dalam menghasilkan laba.

Return On Total Assets = (EAT / Total Aktiva) x 100%

5) Return On Equity. Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih
bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar maka akan semakin baik. Rasio
ini mengukur kemampuan modal diinvestasikan dalam menghasilkan laba.

Return On Equity = (EAT / Total Ekuitas) x 100%

Hasil analisis laporan keuangan bersumber dari :

(Jurnal EMBA Analasis Laporan keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan pada PT.
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, Vol.1 No.3 September 2013, hal 619-628 ISSN 2303-
1174

Gambaran Umum Perusahaan.

PT Fontana merupakan salah satu produsen bahan tambang terkemuka di Indonesia.

1. Rasio Solvabilitas
Perbandingan rasio Likuiditas PT. Fontana Tahun 2014 dan 2015
Keterangan 2014 2015 Hasil Interpretasi
Current Ratio 224% 170% Turun Buruk
Rasio Cepat 129% 96% Turun Buruk

14
2. Rasio Rasio Aktivitas
Perbandingan rasio Aktivitas PT Fontana Tahun 2014 dan 2015
Keterangan 2014 2015 Hasil Interpretasi
Turn over 1125% 1200% Naik Baik
Receivable
Inventory 550% 576% Naik Baik
Turnover
Asset Turn 92% 104% Naik Baik
over

3. Rasio Leverage
Perbandingan rasio leverage PT Fontana Tahun 2014 dan 2015
Keterangan 2014 2015 Hasil Interpretasi
Debt to Asset 38% 40% Naik Baik
Debt to equity 62% 66% Naik Baik
Interest 367% 467% Baik Baik
coverage

Pembahasan
1. Rasio Likuiditas
Ditinjau dari rasio likuiditas secara keseluruhan keadaan perusahaan berada dalam
keadaan yang baik. Hal ini dapat kita lihat pada rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas
bahwa pada dasarnya mengalami kenaikan. Semakin tinggi atau besarnya nilai rasio
likuiditas ini menandakan bahwa keadaan perusahaan berada dalam kondisi baik atau
liquid. Liquid yaitu keadaan dimana perusahaan dinyatakan sehat dan dalam keadaan baik
karena mampu melunasi kewajiban jangka pendek.

2. Rasio Solvabilitas
Semakin kecil rasio solvabilitas maka perusahaan dikatakan solvable berarti bahwa
perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar
semua hutanghutang nya. Seperti yang dihasilkan oleh kedua jenis rasio solvabilitas
menghasilkan hasil yang menurun dari tahun 2010 dan 2011 yang artinya perusahaan
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban financialnya.

15
3. Rasio Aktivitas
Semakin kecil rasio ini, maka akan semakin buruk. Setiap tahunnya perusahaan ini
mengalami kenaikkan, ini berarti bahwa perusahaan bekerja secara efisien dan likuid.
Secara keseluruhan, untuk rasio aktivitas pada dasarnya keadaan perusahaan masih
dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat pada keempat rasio aktivitas menunjukkan adanya
peningkatan di setiap tahun.

4. Rasio Profitabilitas
Semakin besar rasio ini akan semakin baik bagi kinerja perusahaan. Secara keseluruhan,
untuk rasio profitabilitas ini perusahaan berada dalam keadaan yang baik. Hal ini dapat
kita lihat pada peningkatan yang ada dalam data rasio profitabilitas. Peningkatan ini
menunjukkan bahwa keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba setiap tahun
semakin meningkat.

2.5 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio


Menurut Harahap (2009:298), analisis rasio mempunyai keunggulan dibandingkan teknik
analisa lainnya, yaitu:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan
dan model prediksi.
e. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
f. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan
datang.
Menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakai.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik seperti ini.

16
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
d. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron. Dua perusahaan yang dibandingkan bisa
saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika
dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.6 Kepatuhan Entitas
Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh
artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat
patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan. Dalam kepatuhan yang dinilai adalah
ketaatan semua aktivitas sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang
yang berlaku.Sedangkan kepatutan lebih pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil
keputusan.Jika melanggar kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan.Selain itu,
kepatuhan menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan
aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.Hal ini bertujuan untuk
menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang
tertentu. Seperti yang dikemukakan Tyler (Susilowati, 1998, 2003, 2004 dalam Saleh,
2004) terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan
normatif.Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi dan
tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan perilaku.Perspektif normatif
berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi.Seseorang lebih
cenderung patuh pada hukum yang dianggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma
mereka.Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through
morality) berarti patuh pada hukum karena hukum dianggap suatu keharusan, sedangkan
komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti
patuh pada peraturan karena otoritas penyusun hukum yang memiliki hak untuk mendikte
perilaku (Sudaryanti, 2008 dalam Sulistyo, 2010). Dalam organisasi modern, keberadaan
suatu sistem merupakan inti yang menggerakkan roda organisasi sehingga dapat berjalan
sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan.Sebuah sistem dapat dimaknai sebagai
seperangkat aturan, tata tertib, bahkan budaya dalam organisasi yang memberikan
petunjuk serta arahan bertindak dan berperilaku bagi anggota organisasi.
Kode Etik Akuntan
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya
dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat.Etika profesional bagi praktik
akuntan di Indonesia disebut dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan

17
Akuntan Indonesia, sebagai organisasi profesi akuntan.Dalam kongresnya tahun 1973,
IAI untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia. Kode
etik ini kemudian disempurnakan dalam kongres IAI tahun 1981 dan tahun 1986, dan
kemudian diubah lagi dalam kongres IAI tahun 1990, 1994, 1998. pembahasan mengenai
kode etik profesi akuntan ini didasarkan pada kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang
diterapkan dalam kongres VIII tahun 1998.
Ikatan Akuntan Indonesia beranggotan dari berbagai tipe (auditor independen dan auditor
internal), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja sebagai pendidik, serta akuntan
sektor publik. Dengan demikian etika profesional yang dikeluarkan oleh IAI tidak hanya
mengatur anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur perilaku
semua anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor dan profesi
akuntan lain
Organisasi IAI dibagi menjadi empat kompartemen:
a. Kompartemen akuntan publik
b. Kompartemen akuntan manajemen
c. Kompartemen akuntan pendidik
d. Kompartemen akuntan sektor publik

Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini:


a. Prinsip etika
Prinsip etika memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh
kongres IAI dan berlaku bagi seluruh anggota IAI
b. Aturan etika
Aturan etika disahkan oleh rapat anggota kompartemen dah hanya mengikatanggota
kompartemen yang bersangkutan
c. Interpretasi etika
Interpretasi etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh pengurus
kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak
pihak yang berkepentingan lainnya, sebagaipanduan penerapan aturan etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya
d. Tanya jawab
Tanya dan jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota
kompartemen tentang aturan etika beserta interpretasinya. Dalam kompartemen
akuntan publik, tanya dan jawab ini dikeluarkan oleh dewan standar profesional
akuntan publik

18
2.6.1 Audit kepatuhan (compliance audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan ketentuan, atau peraturan tertentu.
Audit kepatuhan/ketaatan berfungsi menentukan sejauh mana peraturan,
kebijakan, hukum, perjanjian, atau peraturan pemerintah dipatuhi oleh entitas
yang sedang diaudit. Sebagai contoh pemeriksaan SPT individu dan perusahaan
oleh kantor pajak untuk kepatuhannya terhadap hukum pajak. Pengujian ketaatan,
auditor melakukan pengujian ketaatan yang mengkonfirmasikan eksistensi,
efektivitas, dan kesinambungan operasi pengendalian intern yang diandalkan oleh
organisasi. Pengujian ketaatan membutuhkan pemahaman atas pengendalian yang
akan di uji, jika pengendalian yang akan di uji adalah komponen-komponen
sistem informasi perusahaan , auditor harus memperhatikan teknologi yang harus
digunakan oleh sistem informasi. Ini membutuhkan pemahaman teknik-teknik
sistem yang umum digunakan untuk mendokumentasikan sistem informasi.
Entitas pada umumnya diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan yang
memberikan dampak terhadap laporan keuangannya. Entitas pemerintahan,
organisasi nirlaba, atau perusahaan dapat menugasi auditor untuk mengaudit
laporan keuangan entitas tersebut berdasarkan Standar Audit. Auditor dapat
melaporkan masalah kepatuhan peraturan perundang-undangan dan pengendalian
intern dalam laporan audit atas laporan keuangan atau dalam suatu laporan
terpisah. Laporan auditor tentang kepatuhan didasarkan atas hasil prosedur yang
dilaksanakan sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan. Adapun hal-hal
yang perlu dipertimbangkan oleh auditor dalam pelaporan tentang kepatuhan
adalah:
a. Laporan audit atas laporan keuangan harus (1) menjelaskan lingkup
pengujian auditor atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan atas pengendalian intern dan menyajikan hasil pengujiannya, atau (2)
mengacu pada laporan terpisah yang berisi informasi tersebut.
b. Pelaporan ketidakpatuhan. Ketidakpatuhan material didefinisikan sebagai
kegagalan mematuhi persyaratan, atau pelanggaran terhadap larangan,
batasan dalam peraturan, kontrak, atau bantuan yang menyebabkan auditor
berkesimpulan bahwa kumpulan salah saji sebagai akibat kegagalan atau
pelanggaran tersebut adalah material bagi laporan keuangan.

19
c. Unsur pelanggaran hukum. Standar Audit mengharuskan auditor untuk
melaporkan hal-hal atau indikasi unsur perbuatan melanggar/melawan
hukum yang dapat berakibat ke penuntutan pidana. Namun, auditor tidak
memiliki keahlian untuk menyimpulkan tentang apakah suatu unsur
pelanggaran hukum atau kemungkinan pelanggaran hukum dapat berakibat
ke penuntutan pidana. Auditor harus memahami peraturan perundang-
undangan yang mempunyai pengaruh langsung dan material terhadap
penentuan jumlah dalam laporan keuangan. Auditor mungkin memerlukan
jasa penasihat hukum dalam menentukan peraturan perundang-undangan
yang kemungkinan mempunyai dampak langsung dan material terhadap
laporan keuangan, merancang pengujian kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan menilai hasil pengujian tersebut.

2.6.2 Manipulasi Laporan Keuangan


Manipulasi Laporan Keuangan atau biasa disebut Shenanigans keuangan adalah
tindakan yang dirancang untuk menyembunyikan atau mendistorsi kinerja
keuangan atau kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen
dengan tujuan menyesatkan investor tentang kinerja keuangan perusahaan atau
kesehatan ekonomi. Akibatnya, investor sering tertipu untuk percaya bahwa
pendapatan perusahaan yang besar, arus kas yang lebih kuat, dan kondisi neraca
yang lebih aman dari yang sebenarnya terjadi. Beberapa shenanigans dapat
dideteksi melalui jumlah yang disajikan pada laporan keuangan perusahaan
seperti Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas. Bukti shenanigans
lain mungkin tidak secara eksplisit diatur dalam angka dan karena itu diperlukan
ketelitian narasi yang terkandung dalam catatan kaki, pelaporan laba kuartalan,
dan representasi lain yang bertujuan umum oleh manajemen. Adapun
pengklasifikasian kejahatan keuangan (Shenanigans) menjadi tiga kelompok
besar antara lain: Shenanigans Manipulasi Laba, Shenanigans Arus Kas, dan Key
Metrik Shenanigans.
Shenanigans dipandang perlu disebabkan oleh berbagai hal, antara lain sebagai
berikut:
a. Shenanigans merupakan ganjaran (faktor keserakahan).
b. Dapat meningkatkan kinerja yang berhubungan dengan bonus.
c. Dapat mencegah outcome negatif (fear factor).

20
d. Dapat membantu perusahaan mendapatkan pembiayaan.
e. Dapat menghilangkan persepsi pasar negatif.
f. Dapat membantu perjanjian pembiayaan perusahaan
g. Shenanigans sangat mudah untuk dilakukan.
h. Terkadang berfungsi sebagai jebakan.
i.
2.6.2.1 Shenanigans Manipulasi Laba
Investor menilai tegas perusahaan eksekutif ketika perusahaan tersebut gagal
untuk memenuhi ekspektasi pendapatan pada saat pelaporan kuartalan. Harga
saham sering menderita penurunan dramatis ketika pendapatan dilaporkan
tak sesuai harapan. Tidak mengherankan, jika kemudian untuk mengarahkan
harga saham (dan paket kompensasi eksekutif) yang lebih tinggi, beberapa
perusahaan terlibat dalam berbagai kejahatan untuk memanipulasi laba. Ada
7 Shenanigans manipulasi laba (EM) menurut Scilits yang mengakibatkan
kekeliruan pendapatan perusahaan berkelanjutan.

1. Mengakui pendapatan terlalu dini.


Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran
telah terjadi.
Proses laba harus substansial telah selesai.
Adanya syarat dalam pertukaran.
Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Pengiriman barang sebelum penjualan selesai.
Barang harus ditukar dengan uang tunai atau janji yang dapat diandalkan
untuk membayar sebelum pendapatan diakui. Perlu diperhatikan pada
pengiriman awal sebelum penjualan terjadi (terutama pada akhir kuartal)
adalah sebagai berikut:
Pengiriman sebelum tanggal pengiriman.
Pengiriman barang dagangan hanya berisi bagian dari pesanan
pelanggan.
Pengiriman barang dagangan kepada pelanggan yang telah
membatalkan pesanan mereka.

21
Kontrak jangka panjang dapat menjadi pengecualian (sering menggunakan
persentase penyelesaian) tetapi hal ini dapat menjadi masalah, antara lain:
Ketidakpastian, yaitu perkiraan biaya masa depan.
Tindakan interim pada tingkat penyelesaian menjadi sulit.
Perubahan terhadap biaya dan penyelesaian dapat ditaksir untuk
memanipulasi laba.
Ketidakpastian poitik dapat mempengaruhi kontrak (misalnya,
pesanan dibatalkan).
Perusahaan baru dengan produk yang tidak pasti terhadap pasar.
b) Mengakui pendapatan pada saat adanya ketidakpastian penting
Harus ada probabilitas tinggi bahwa barang akan dibayar dan tidak
dikembalikan, dengan harus menentukan apakah:
Risiko dan manfaat kepemilikan telah ditransfer kepada pembeli.
Pembeli mungkin mengembalikan barang, dengan maksud apakah ada
hak atas pengembalian.
Pembeli tidak membayar barang, dengan maksud apakah pembeli
memiliki pembiayaan untuk membayar barang.
c) Mengakui pendapatan pada saat tindakan lebih lanjut terkait layanan yang
akan datang.
Seharusnya hanya mengakui pendapatan yang diperoleh sampai saat ini,
sedangkan penerimaan sisa adalah kewajiban. Sering terjadi pada
waralaba dengan kondisi:
Mengakui pendapatan pada saat masih mempromosikan layanan yang
akan datang.
Hak mengembangkan wilayah untuk memiliki hak eksklusif dengan
tujuan membuka waralaba daerah, maka perusahaan tidak boleh
menganggap sebagai penghasilan saat ini (menunda sampai franchise
terbuka).

2. Mengakui pendapatan fiktif.


Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran
telah terjadi. Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai
berikut:

22
a) Mengakui pendapatan pada pertukaran asset yang sama. Tidak adanya
pengakuan atas pendapatan pada pertukaran property yang sama.
b) Mengakui pengembalian dana dari pemasok sebagai pendapatan. Retailer
sering menerima pengembalian uang dari pemasok. Hal ini bukan
merupakan pendapatan.
c) Menggunakan estimasi fiktif pada laporan keuangan interim. Pada kondisi
ini harus mengestimasi adanya retur penjualan, biaya jaminan yang akan
datang. Pada laporan kuartalan, memperkirakan tingkat persediaan dan
harga pokok penjualan, sering dilakukan dengan menggunakan persentase
laba kotor.
3. Mendongkrak pendapatan dengan one time gains
Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran
telah terjadi. Begitu pula dengan keuntungan hanya dilaporkan setelah
pertukaran telah terjadi. Ada empat teknik dalam aturan ini, antara lain
sebagai berikut:
a) Meningkatkan profit dengan menjual asset yang mengabaikan nilai.
Ini adalah bukan keuntungan. Contoh khas meliputi: menjual aset yang
diperoleh dari suatu transaksi pooling, perusahaan yang menggunakan
LIFO (terutama dengan persediaan yang banyak memungkinkan
manajemen untuk mengelola harga pokok penjualan), dan real estate atau
asset lainnya yang diperoleh dalam waktu yang lama.
b) Meningkatkan profit dengan utang yang kadaluarsa. Ini sangat menarik
ketika utang baru dikeluarkan pada tingkat yang lebih tinggi, profit
tersebut tidak terulang.
c) Gagal untuk memisahkan keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan
tidak berulang dari pendapatan yang berulang. Misalnya keuntungan dari
aktivitas non operasi seperti penjualan asset, aktivitas yang tidak terus-
menerus seperti penghentian bisnis.
d) Membenamkan kerugian pada operasi yang tidak berkelanjutan.
Operasi yang tidak berkelanjutan mencakup operasi yang dihentikan,
keuntungan/kerugian yang luar biasa, dan efek kumulatif pendapatan dari
prinsip akuntansi yang berubah.
4. Mengalihkan beban ke periode sebelumnya atau ke periode yang
akan datang.
23
Perusahaan harus memanfaatkan biaya yang dikeluarkan dengan
menghasilkan manfaat di masa depan dan biaya tersebut yang tidak
menghasilkan manfaat tersebut. jika aset tersebut tidak material atau
manfaat yang akan diterima selama periode waktu yang singkat, item
tersebut sebagai beban.
Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana
manfaat diterima. sebagai perusahaan menyadari manfaat dari
menggunakan aset, aset atau sebagian ada dari harus ditulis sebagai beban
periode. ketika ada penurunan tiba-tiba dan subtantial dari nilai suatu aset
aset harus segera dihapuskan dan secara keseluruhan, bukan secara
bertahap. Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai
berikut:
a) Ketidaktepatan mengkapitalisasi biaya, dengan maksud mengalihkan
beban ke periode selanjutnya. Kapitalisasi yang tidak tepat sering
mencakup biaya start-up, biaya penelitian dan pengembangan, periklanan
dan biaya administrasi. Hal itu dilakukan dengan menciptakan aset (aset
ditangguhkan), juga dapat dilakukan dengan memasukkan beberapa biaya
tersebut ke dalam persediaan (menunda biaya sampai barang tersebut
dijual).
b) Penyusutan atau amortisasi biaya terlalu lambat. Depresiasi yang lambat
dapat mengakibatkan kekayaan bersih dan profit yang lebih tinggi.
c) Gagal untuk melaporkan asset yang berharga.
5. Tidak diungkapkannya semua liabilities.
Sebagai perusahaan harus bertanggungjawab terhadap semua kewajiban
jika kewajiban tersebut akan dilaporkan pada masa yang akan datang. Ada
empat teknik dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Melaporkan pendapatan daripada kewajiban pada saat kas diterima.
b) Gagal untuk menambah kewajiban kontigen.
c) Gagal untuk mengungkapkan komitmen dan kontinjensi.
d) Melakukan transaksi untuk menjaga Debt off the books.
6. Mengalihkan pendapatan yang sekarang ke periode yang akan datang.
Pendapatan harus dicatat pada periode di mana pendapatan itu diterima.
Teknik dalam aturan ini adalah menciptakan cadangan untuk menggeser

24
pendapatan penjualan pada periode selanjutnya. Pada kondisi ini terjadi
karena:
a) Dilakukan dengan menunda penjualan.
b) Dilakukan untuk memperlancar pendapatan.
c) Adanya Smoothing income yang biasanya membawa kejutan tidak
menyenangkan di masa yang akan datang.
d) Bersikap kritis terhadap perusahaan sukses yang memiliki cadangan besar.
7. Mengalihkan beban di masa yang akan datang ke periode sekarang.
Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana
manfaat tersebut diterima. Ada dua teknik dasar dalam aturan ini, antara
lain sebagai berikut:
a) Percepatan beban diskresionari pada periode sekarang.
b) Melaporkan depresiasi atau amortisasi yang terjadi pada masa yang akan
datang.

2.6.2.2 Shenanigans Arus Kas


Banyaknya skandal pelaporan keuangan dan penyajian kembali laba dalam
beberapa tahun terakhir telah menimbulkan banyak pertanyaan pada investor,
apakah laba yang dilaporkan bisa bebas dari manipulasi manajemen. Investor
telah memperluas fokus mereka untuk menyertakan Laporan Arus Kas khususnya
bagian yang menyoroti arus kas dari operasi (CFFO).

Investor mulai memendam kecurigaan tentang pelaporan keuangan perusahaan:


bahwa manajemen sekarang memainkan trik untuk mencemari arus kas dari
operasi. Sayangnya, kecurigaan ini dijalankan dengan baik. Investor tidak bisa
lagi percaya bahwa manajemen akan melaporkan arus kas jujur dan tanpa
kebijaksanaan. Untuk membantu investor menavigasi penipuan arus kas, Scilits
telah mengidentifikasi empat Shenanigans Arus Kas (CF) berikut yang dapat
mengakibatkan kekeliruan dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus
kas dari operasinya:
1. Cash Flows Shenanigans No 1: Mengalihkan Pembiayaan Arus Kas masuk
pada Bagian Operasi.

25
2. Cash Flows Shenanigans No 2: Mengalihkan Arus Kas keluar operasi normal
untuk Bagian Investasi.
3. Cash Flows Shenanigans No 3: Menggembungkan Operasi Arus Kas dengan
menggunakan Akuisisi atau Pelepasan.
4. Cash Flows Shenanigans No. 4: Meningkatkan Arus Kas Operasi dengan
menggunakan aktivitas yang tidak berkelanjutan.

2.6.2.3 Key Metrik Shenanigans


Sejauh ini kita telah membahas kejahatan yang investor umumnya dapat
mengidentifikasi dengan hati-hati membaca angka-angka dalam laporan
keuangan. Secara umum manajemen menghadapi beberapa pembatasan di bawah
aturan akuntansi (disebut GAAP, atau prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum) tentang bagaimana menyajikan laporan keuangan kepada investor. Untuk
memotong banyak pembatasan tersebut dan memakai spin positif, manajemen
telah menjadi lebih aktif dan menipu dalam menciptakan dan memanipulasi kunci
metrik non-GAAP untuk memberi kesan kepada investor. Kekeliruan pelaporan
keuangan tersebut cenderung tidak benar menyoroti pertumbuhan yang kuat dan
konsisten serta sehat tidaknya perusahaan.
KM Shenanigan No. 1: Showcasing Misleading Metrics That
Overstate Performance
KM Shenanigan No. 2: Distorting Balance Sheet Metrics to
Avoid
Showing Deterioration

Profit akuntansi adalah hasil dari akuntansi akrual (dan subjek dari manipulasi).
Oleh karena itu, harus melihat laporan arus kas dan laporan laba rugi bersama-
sama.
1. Arus kas operasi, dapat ditinjau dengan:
a) Pengukuran kinerja operasi pada basis kas (laba bersih dilakukan pada basis
akrual). Hal ini dengan mengabaikan penjualan yang disebabkan oleh
tindak lanjut keberadaan uang. Selain itu juga dengan mengabaikan beban
atas kepemilikan asset.
b) Pengukuran quality of earnings, dengan membandingkan CFFO dengan Net
income. Jika Net Income positif, sedangkan CFFO negatif (tahun demi
tahun) maka bisa disimpulkan terdapat masalah. Begitu pula jika CFFO

26
lebih kecil dari Net income. Bagian ini merupakan perbandingan yang
penting dalam pembentukan perusahaan yang penjualan, piutang dan
persediaan umumnya tidak berfluktuasi dengan cepat.
c) Analisis arus kas dapat membantu dalam hal memprediksi kebangkrutan.
Mungkin melihat CFFO negatif selama bertahun-tahun sedangkan
pendapatan yang positif, mungkin hasil dari membludaknya piutang.

Langkah-langkah tambahan dalam pengukuran Quality of Earnings


Quality Income = CFFO / Operating Income
Interest Coverage = CFFO before interest and taxes / Interest
Return on Assets = CFFO before interest and taxes / Assets

Menggunakan Pendekatan Holistik untuk Mendeteksi Shenanigans


Pentingnya "Checks and Balances"
Jelas, tidak semua perusahaan menggunakan trik pelaporan kepada
investor. Memang, kami percaya bahwa sebagian besar perusahaan
melaporkan kondisi perusahaannya dengan jujur. Namun demikian, investor
harus selalu waspada dan aktif mencari tanda-tanda peringatan dari masalah,
karena shenanigans terjadi dengan frekuensi yang cukup signifikan jika
dibiarkan tidak terdeteksi.
Perusahaan dengan kelemahan struktural atau pengawasan yang tidak
memadai memberikan lahan subur bagi shenanigans. Investor harus
menyelidiki tata kelola perusahaan dan pengawasan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dasar:

1. Apakah checks and balances yang tepat ada di antara eksekutif senior
daapat memadamkan kejahatan korporat?
2. Apakah anggota luar dewan memainkan peran yang berarti dalam
melindungi investor dari sifat serakah, sesat, atau manajemen yang tidak
kompeten?
3. Apakah auditor memiliki kemandirian, pengetahuan, dan tekad untuk
melindungi investor saat manajemen bertindak tidak tepat?
4. Apakah perusahaan benar mengambil langkah memutar untuk menghindari
pengawasan peraturan?

27
Menjaga Segala Seuatu dalam Keseimbangan: Persediaan, Penjualan dan
Piutang
Tanda-tanda laporan keuangan yang menyesatkan yang mungkin muncul
pada neraca, antara lain sebagai berikut:
1. Melebih-lebihkan aset atau menunjukkan saldo pada jumlah nilai realisasi
bersih.
2. Pengecilan aset saat perusahaan mencoba untuk melancarkan penghasilan
dengan mengalihkan beban masa depan dalam tahun fiskal saat ini.
3. Pengecilan kewajiban, baik dengan tidak termasuk kewajiban sepenuhnya dari
neraca atau dengan mengakui perkiraan kewajiban yang konservatif di masa
depan.
4. Pembesaran kewajiban, menggunakan cadangan untuk melancarkan
penghasilan dengan mengalihkan pendapatan tahun berjalan ke tahun yang
akan datang.
5. Penghilangan ekuitas pemilik.
Tanda-tanda peringatan atas tidak tertagihnya piutang, antara lain sebagai
berikut:
1. Besarnya jumlah piutang jatuh tempo.
2. Peningkatan dalam jumlah besar pada piutang dengan penjualan yang statis.
3. Ketergantungan berlebihan pada satu atau dua pelanggan.
4. Adanya piutang pihak terkait.
5. Perputaran piutang yang lambat.
6. Piutang sebagian besar terdiri dari barang pengembalian pelanggan.
Tanda-tanda peringatan atas ketidakmemadainya persediaan antara lain
sebagai berikut:
1. Perputaran persediaan yang lambat.
2. Peningkatan dalam jumlah besar pada saat penjualan yang statis.
3. Pemalsuan persediaan.
4. Adanya penjaminan atas persediaan.
5. Asuransi yang tidak mencukupi.
6. Perubahan metode penilaian persediaan perusahaan.
2.6.2.4 Contoh Kasus Shenanigans Laporan Keuangan
1. Manajemen baru PT. Ades menemukan inkonsistensi pencatatan atas
penjualan periode 2001-2004. Sebelumnya pada Juni 2004 terjadi perubahan

28
manajemen di PT. Ades dengan masuknya Water Partners Bottling Co.
(perusahaan patungan The Coca Cola Company dan Nestle SA) dengan
kepemilikan saham sebesar 65,07%. Pemilik baru inilah yang berhasil
menemukan adanya inkonsistensi pencatatan dalam laporan keuangan periode
2001-2004 yang dilakukan oleh manajemen lama.
Inkonsistensi pencatatan terjadi antara 2001 dan kuartal kedua 2004. Hasil
penelusuran menunjukkan, untuk setiap kuartal, angka penjualan lebih tinggi
antara 0,6-3,9 juta galon dibandingkan angka produksi. Hal ini tentu tidak
logis karena tidak mungkin orang menjual lebih banyak dari yang diproduksi.
Manajemen Ades baru melaporkan angka penjualan riil pada 2001
diperkirakan lebih rendah Rp. 13 miliar dari yang dilaporkan. Pada 2002,
perbedaannya mencapai Rp. 45 miliar, sedangkan untuk 2003 sebesar Rp. 55
miliar. Untuk enam bulan pertama 2004, selisihnya kira-kira hampir Rp. 2
miliar. Kesalahan tersebut luput dari pengamatan publik karena PT. Ades tidak
memasukkan volume penjualan dalam laporan keuangan yang telah diaudit.
Akibatnya, laporan keuangan yang disajikan PT. Ades pada 2001 dan 2004
lebih tinggi dari yang seharusnya dilaporkan.
2. Kredit Macet BRI Cabang Jambi 2010
Kredit Macet Hingga Rp. 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat.
Seorang akuntan publik yang menyusun laporan keuangan Raden Motor yang
bertujuan mendapatkan hutang atau pinjaman modal senilai Rp. 52 miliar dari
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Jambi pada tahun 2009 diduga terlibat
dalam kasus korupsi kredit macet. Terungkapnya hal ini setelah Kejati
Provinsi Jambi mengungkap kasus tersebut pada kredit macet yang digunakan
untuk pengembangan bisnis dibidang otomotif tersebut. Fitri Susanti, yang
merupakan kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI Cabang Jambi
yang terlibat kasus tersebut, Selasa [18/5/2010] menyatakan, setelah klien-nya
diperiksa dan dicocokkan keterangannya dengan para saksi-saksi, terungkap
adaa dugaan keterlibatan dari Biasa Sitepu yang adalah sebagai akuntan publik
pada kasus ini.
Hasil pemeriksaan yang kemudian dikonfrontir keterangan tersangka dengan
para saksi Biasa Sitepu, terungkap ada terjadi kesalahan dalam pelaporan
keuangan perusahaan Raden Motor dalam pengajuan pinjaman modal ke BRI
Cabang Jambi.

29
Ada 4 aktivitas data pada laporan keuangan tersebut yang tidak disajikan
dalam laporan oleh akuntan publik sehingga terjadi kesalahan dalam proses
kreditnya dan ditemukan dugaan korupsi-nya.
Ada 4 aktivitas laporan keuangan Raden Motor yang tidak dimasukan
kedalam laporan keuangan yang diajukan ke Bank BRI, hingga menjadi
sebuah temuan serta kejanggalan dari pihak kejaksaan untuk mengungkap
kasus kredit macet ini. tegas Fitr. Keterangan serta fakta tsb. terungkap
setelah tersangka Effendi Syam, diperiksa dan dibandingkan keterangannya
dengan keterangan saksi Biasa Sitepu yang berperan sebagai akuntan publik
dalam kasus ini di Kejati Jambi. Seharusmya data-data laporan keuangan
Raden Motor yang diajukan harus lengkap, tetapi didalam laporan keuangan
yang diberikan oleh tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor
ada data-data yang diduga tidak disajikan dengan seharusnya dan tidak
lengkap oleh akuntn publik.
Tersangka Effendi Syam berharap penyidik di Kejati Jambi bisa melaksanakan
pemeriksaan dan mengungkap kasus secara adil dan menetapkan pihak pihak
yang juga terlibat dalam kasus tersebut, sehingga semuanya terungkap.
Sementara itu, penyidik Kejaksaan masih belum mau berkomentar lebih
banyak atas temuan tersebut.
Kasus kredit macet itu terungkap, setelah pihak kejaksaan menerima laporan
tentang adanya penyalah-gunaan kredit yang diajukan oleh tersangka Zein
Muhamad sebagai pemilik Raden Motor. Sementara ini pihak Kejati Jambi
masih menetapkan 2 tersangka, yaitu Zein Muhamad sebagai pemilik Raden
Motor yang mengajukan kredit dan Effedi Syam dari pihak BRI cabang jambi
sebagai pejabat yang menilai pengajuan sebuah kredit.

30
BAB II

PENUTUP

Untuk dapat memproleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan,


perlu mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan
bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang
sering digunakan dalam analisa finansial adalah ratio.

Laporan Keuangan dibuat agar dapat digunakan suatu kegunaan yang penting adalah dalam
menganalisis kesehatan ekonomi perusahaan. Menurut Kown ( 2004 ; 107 ) : Hasil dari
menganalisis laporan keuangan adalah rasio keuangan berupa angka-angka dan rasio
keuangan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan. Analisa Laporan Keuangan
menyangkut pemeriksaaan keterkaitan angkaangka dalam laporan keuangan dan trend angka
angka dalam beberapa periode, satu tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan
kinerja perusahaan yang lalu untuk memperkirakan bagaimana akan terjadi dimasa yang akan
datang.

Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan
keadaan operasi dan kondisi keuangan perusahaan, terdapat juga unsur keterbatasan
informasi yang membutuhkan kehati hatian dalam mempertimbangkan masalah yang
terdapat dalam perusahaan tersebut.
Menurut Kown (2004: 108) : Rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban atas
empat pertanyaan yaitu :

1. Bagaimana Likuiditas Perusahaan


2. Apakah Manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva
3. Bagaimana perusahaan didanai
4. Apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian
yang cukup.

Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan rata rata pembanding yang tepat bagi perusahaan
yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berlainan.

31
Kemudian untuk kepatuhan dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini akuntan maupun
auditor juga harus memiliki etika-etika perilaku profesional yang sangat penting dalam
lingkup auditing sebagai panduan mereka agar meminimalisir kecurangan dan kesalahan.
Kualitas audit yang di ukur KAP yang telah menetapkan sembilan unsur kendali mutu yang
harus dipenuhi oleh kantor akuntan dalam melakukan profesinya. Auditor harus kompeten
dan independen.

Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, setiap profesi menerapkan standar


mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota
profesinya.Sama halnya dengan profesional lainnya, akuntan publik juga mempunyai kode
etik profesi.Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi
akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia.Aturan ini bersumber dari prinsip
etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan dalam Etika Kompartemen Akuntan
Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam
profesi akuntan publik. Kode Etik IAI dibagi menjadi empat: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan
Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, (4) Tanya dan jawab.

32

Anda mungkin juga menyukai