Anda di halaman 1dari 22

TUGAS ANALISIS

LAPORAN KEUANGAN

NAMA : PETRUS TALI

NIM : 2033211094

KELAS/SMESTER : B/VI

PRODI : MANAJEME
PEMBAHASAN

A. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:5), laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan
laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menggambarkan jumlah aset,
kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan
perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan serta beban yang terjadi pada kurun waktu tertentu, dan laporan perubahan
ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan
perubahan ekuitas perusahaan.

Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi


keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil
usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.

Berdasarkan pengertian di atas bahwa, laporan keuangan untuk perusahaan terdiri


dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu
tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan
ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan
ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama
periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

B. Tujuan Laporan Keuangan

Beberapa tujuan laporan keuangan:

1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset
perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan
evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari
keputusan ekonomis yang diambilnya.
2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan
apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan
menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai
aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu.
Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

C. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam


rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa
Laporan Keuangan terdiri dari dua kata Analisa dan Laporan Keuangan. Kata analisa
adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil.
Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba/Rugi, dan Arus Kas (Dana).

Apabila dua pengertian tersebut digabungkan maka analisa laporan keuangan


berarti: Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil
dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara
satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan yang tepat (Sofian Syafri Harahap, 1998:190)

Menurut Drs. Djarwanto P.S, Analisis laporan keuangan adalah merupakan suatu
proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan
informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi,
sehingga kualitas keputusan yang di ambil akan menjadi lebih baik.

Menurut Dwi Prastowo D, MM, Akt, Analisis laporan keuangan adalah suatu
proses membedah - bedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya.
Penelaahan mendalam terhadap masing-masing komponen dan hubungan di antara
komponen-komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan
keuangan itu sendiri.

Menurut Soemarso (2006:430), Analisis laporan keuangan adalah hubungan


antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna
atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena.
D. Tujuan Analisis Keuangan

Tujuan dari analisis laporan keuangan yakni,

 Memberikan informasi yang lebih luas dan mendetail dibandingkan dengan hanya
laporan keuangan saja.
 Memberikan informasi kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
 Dapat menunjukkan hal-hal yang tidak konsisten dalam penyajian laporan
keuangan.
 Dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan (decision
maker) di suatu perusahaan.
 Menunjukkan peringkat perusahaan dalam kriteria tertentu di dunia bisnis.
 Dapat digunakan untuk membandingkan suatu perusahaan dengan perusahaan
lain.
 Memberikan informasi keadaan perusahaan pada saat ini.
 Sebagai dasar untuk memprediksi keadaan perusahaan dimasa yang akan datang.
 Sebagai dasar informasi perusahaan untuk mengambil tindakan investasi, merger
atau akuisisi perusahaan.
 Untuk menilai prestasi manajemen,operasional dan efisiensi perusahaan.

Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:

 Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik
aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
 Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
 Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
 Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
 Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran
atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
 Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat
yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan
dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut
akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut
diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan
dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

E. Kegunaan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan


1. Kegunaan Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio keuangan sangat berguna bagi bank,para kreditur, investor dan
manajemen sendiri sebagai dasar mengambil keputusan. Adapun kegunaan tersebut
dapat dirinci sebagai berikut :
a) Bagi banker berguna untuk mempertimbangkan pemberian kredit jangka
pendek maupun jangka panjang kepada perusahaan. Untuk itu para banker
lebih tertarik pada rencana jangka pendek, likuiditas, kemampuan memperoleh
laba, tingkat efisiensi operasional dan solvabilitas.
b) Bagi para kreditur jangka panjang lebih tertarik pada kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba dan tingkat efisiensi operasional.
c) Bagi para penanam modal/investor lebih tertarik pada kemampuan
memperoleh laba jangka panjang dan tingkat efisiensi perusahaan.
d) Bagi manajemen sendiri, sangat berkepentingan dengan semua aspek analisis
rasio keuangan, karena ini harus mempu membayar hutang jangka pendek
maupun jangka panjang, mampu meningkatkan efisiensi perusahaan, mampu
memaksimalkan nilai perusahaan, dan mampu memperoleh laba untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
b) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
c) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
d) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern
maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-
model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan.
f) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
2. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan adalah :
a) Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya
kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis
itu tidak salah.
b) Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu
laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga
harus melihat aspek-aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi,
situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
c) Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan
kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.

F. Teknik dalam Analisa Laporan Keuangan

Dalam analisa laporan keuangan, ada beberapa teknik yang dilakukan saat
melakuan analisa laporan keuangan suatu perusahaan. Namun dibatasi oleh rasio-rasio
keuangan. Berikut beberapa teknik dalam analisa laporan keuangan.

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan
kewajiban lancar. Posisi likuiditas perusahaan akan sangat berhubungan dengan
kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)


aktiva lancar
rasio lancar=
kewajibanlancar
Misalnya PT Japurut memiliki rasio lancar 2.5 kali, dimana rasio lancar rata-
rata perusahaan dalam industri di mana PT Japurut itu berada adalah 3.6 kali.
Hal ini berarti bahwa rasio lancar PT Japurut lebih rendah daripada rasio
lancar rata-rata perusahaan dalam industri. Bila rasio lancar suatu perusahaan
jauh dari rata-rata industri, maka manajemen perusahaan harus menganalisa
lebih lanjut mengapa hal ini terjadi.

2. Rasio Cepat (Acid Test)


Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan persediaan.
aktiva lancar− persediaan
rasio cepat=
kewajiban lancar
Misalnya rasio cepat PT Japurut adalah 1.5 kali dan rasio cepat rata-rata
perusahaan dalam industri adalah 3 kali, maka berarti rasio cepat PT Japurut
jauh lebih rendah daripada rasio cepat rata-rata perusahaan dalam industri.
Jika PT Japurut mampu menagih piutang usahanya, maka PT Japurut dapat
melunasi kewajiban lancarnya tanpa melikiuidasi persediaan.
b. Rasio Pengelolaan Aktiva

Rasio pengelolaan aktiva ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola


aktivanya. Rasio ini juga untuk melihat kewajaran nilai aktiva pada neraca, sehingga
nilai aktiva yang disajikan tidak terlalu tinggi, terlalu rendah.

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)

Rasio ini bertujuan untuk menunjukkan perputara persediaan perusahaan.


Semakin cepat tingkat perputaran persediaan, maka semakin besar tingkat
keberhasilan perusahaan.

penjualan
rasio perputaran persediaan=
persediaan

Misalnya rasio perputaran PT Japurut adalah 5 kali dimana rasio perputaran


persediaan rata-rata perusahaan dalam industri adalah 9 kali. Hal ini berarti tingkat
perputaran persediaan PT Japurut jauh lebih rendah daripada tingkat perputaran
persediaan perusahaan lain dalam industri. Hal ini juga menunjukkan bahwa PT
Japurut menyimpan terlalu banyak persediaan, lebih jauh, hal ini menunjukkan
bahwa PT Japurut tidak produktif dalam mengelola persediaannya. Dalam analisis
lebih lanjut, tingkat perputaran persediaan yang begitu lancar membuat
manajemen harus menganalisa rasio lancarnya.

2. Rasio Periode Penagihan Rata-Rata (Day Sales Outstanding – DSO)

Rasio ini digunakan untuk menaksir berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk merealisasikan penerimaan kas atas penjualan yang telah
dilakukan.

piutang piutang
DSO= =
rata−rata penjualan /hari penjualan tahunan/360

Misalnya DSO PT Japurut adalah 40 hari dimana DSO rata-rata perusahaan dalam
industri adalah 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT Japurut untuk
menagih piutangnya kepada pembeli lebih rendah dari pada kemampuan
perusahaan lain dalam industri.

3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over Ratio)

Rasio ini berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan


aktiva tetapnya (pabrik, mesin, peralatan, dll).

penjualan
rasio perputaran aktiva tetap=
aktiva tetap bersih

Misalkan rasio perputaran aktiva tetap PT Japurut adalah 4 kali dimana rasio
perputaran aktiva tetap rata-rata perusahaan dalam industri adalah 4kali. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penggunaan aktiva tetapnya PT Japurut memiliki
tingkat efektifitas yang sama jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
industri.

Permasalahan yang mungkin muncul pada waktu manajemen mengartikan rasio


perputaran akitva tetap adalah inflasi. Inflasi dapat menyebabkan nilai sebagian
besar aktiva yang dibeli di masa lalu akan dinyatakan terlalu rendah (ingat prinsip
pengakuan biaya historis).

4. Rasio Peruputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over Ratio)


Rasio perputaran total aktiva ini berfungsi untuk mengukur perputaran semua
aktiva perusahaan.

penjualan
rasio perputaran total aktiva=
total aktiva

Misalkan rasio perputaran total aktiva PT Japurut adalah 1.8 kali dimana rasio
perputaran total aktiva rata-rata perusahaan dalam industri adalah 2.5 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan
yang cukup jika dibandingkan dengan investasi dalam total aktivanya.

c. Rasio Manajemen Utang

Pembiayaan perusahaan bisa bersumber dari dua pihak; pembiayaan internal


atau pembiayaan dari pihak luar (kreditur) melalui utang. Pembiayaan dengan utang
atau sering disebut leverage memiliki dampak yang serius bagi perusahaan jika
perusahaan ingin mendapatkan tambahan modal melalui utang. Calon kreditur pasti
akan sangat-sangat memperhatikan rasio-rasio berikut.

1. Rasio Total Utang terhadap Total Aktiva (Debt Ratio)

Rasio ini berfungsi untuk mengukur persentasi dana pembiayaan perusahaan yang
disediakan oleh kreditur.

total hutang
debt ratio=
total aktiva

Misalnya rasio utang PT Japurut adalah 60.2% dimana rata-rata rasio utang
perusahaan lain dalam industri adalah 48.5%. Hal ini menunjukkan bahwa
kreditor telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan perusahaan. Hal ini
juga berdampak, jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka
perusahaan akan kesulitan mencari tambahan dana dari para kreditur atau calon
kreditur. Lebih lanjut, resiko kebangkrutan PT Japurut untuk beberapa waktu ke
depan akan jauh lebih besar daripada resiko kebangkrutan perusahaan-perusahaan
lain dalam industri.

2. Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga (Time Interest Earned - TIE)

Rasio TIE ini mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai
perusahaan tidak dapat memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan memenuhi
kewajiban ini akan mengakibatkan adanya tindakan hukum dari pemberi
pinjaman. Lebih jauh, kegagalan memenuhi kewajiban tersebut juga mungkin
menyebabkan kebangkrutan.

EBIT
TIE=
beban bunga

Misalkan rasio kelipatan pembayaran bunga (TIE) PT Japurut adalah sebesar 3.2
kali, dimana rasio kelipatan pembayaran bunga industri adalah 6 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan PT Japurut untuk menutupi beban bunganya
hanya 3.2 kali dan ini jauh daripada kemampuan rata-rata perusahaan-perusahaan
lain dalam industri.

3. Rasio Cakupan Beban Tetap (Fixed Charge Coverage Ratio)

Fungsi rasio ini serupa dengan rasio kelipatan pembayaran bunga, tetapi rasio ini
melihat lebih jauh karena mengakui bahwa ada aktiva perusahaan yang disewa
(lease) dan harus melakukan pembayaran dana pelunasan (sinking fund).

EBIT + pembayaranlease
rasio cukupan beban tetap=
pembayaran dana pelunasan
beban bunga+ pembayaran bunga+
(1−tarif pajak )

Misalkan rasio cakupan beban tetap PT Japurut adalah 3 kali dimana rasio
rata-rata industri adalah 5.4 kali. Hal ini menunjukkan bahwa PT Japurut lebih
lemah dibanding rata-rata perusahaan dalam industri.

d. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas atau laba adalah hasil dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Hasil dari penerapan strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Rasio
profitabilitas ini menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva,
dan utang terhadap hasil operasi.

1. Marjin Laba Atas Penjualan

Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan


laba dalam setiap nilai rupiah penjualannya.

laba bersih tersediauntuk pemegang saham


margin laba penjualan=
penjualan
Misalkan marjin laba PT Japurut adalah 4% dan marjin laba rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dalam setiap rupiah penjualannya lebih rendah daripada rata-
rata kemampuan perusahaanperusahaan lain dalam industri. Rendahnya marjin
laba PT Japurut ini bisa disebabkan akibat banyaknya penggunaan utang untuk
pembiayaan PT Japurut. Ingat bahwa laba bersih adalah pendapatan setelah pajak
dan bunga. Sehingga semakin besar utang perusahaan, semakin tinggi beban
bunga yang harus dibayarkan, dan semakin rendah laba bersih yang dihasilkan

2. Rasio BEP (Basic Earning Power)

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba


operasi. Rasio ini juga berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi
pajak yang berbeda dan tingkat utang yang berbeda.

EBIT
rasio BEP=
total akt iva

Misalkan Rasio BEP PT Japurut adalah 15,3% dan rasio rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 18,3%. Hal ini menjukkan kemampuan PT Japurut untuk
menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum dikenakan pajak adalah lebih
rendah dari kemampuan rata-rata perusahaan dalam industri.

3. Pengembalian atas Total Aktiva (ROA – Return on Asset)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas


penggunaan seluruh aktivanya dalam kegiatan operasinya.

laba bersih untuk pemegang saham


ROA=
total aktiva

Misalkan ROA PT Japurut adalah 4.8% dimana rasio rata-rata perusahaan dalam
industri adalah 10%, hal ini menujukkan bahwa tingkat pengembalian atas
penggunaan aktiva PT Japurut jauh dibawah tingkat pengembalian rata-rata
perusahaan dalam industri. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh; 1)Rendahnya
BEP (Basic Earning Power) perusahaan, 2) tingkat bunga yang tinggi akibat
pengunaan kewajiban yang demikian besarnya.

4. Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa (Return On Common Equity – ROE)


Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham.

laba bersih untuk pemegang saham biasa


ROE=
ekuitas sahambiasa

Misalkan rasio ROE PT Japurut adalah 13,3% dan rasio ROE rata-rata perusahaan
dalam industri adalah 15.5%. Dari sini dapat kita lihat bahwa ROE PT Japurut
masih tetap di bawah rasio rata-rata perusahaan dalam industri.

e. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)

Rasio nilai pasar memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang akan
dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan pada suatu periode serta prospek
perusahaan tersebut pada periode yang akan datang. Jika rasio likuiditas, manajemen
aktiva, manajemen hutang, dan rasio profitabilitas perusahaan baik, maka rasio nilai
pasarnyapun akan menjadi tinggi. Lebih jauh, harga saham perusahaanpun akan
setinggi nilai yang diharapkan.

1. Rasio Harga-Laba (Price Earning Ratio)

Rasio ini menunjukkan jumlah rupiah yang akan dibayarkan kepada investor
untuk setiap rupiah yang dia tanamkan pada perusahaan.

harga per saham


rasio harga laba=
laba per saham

Misalkah rasio harga-laba PT Japurut adalah sebesar 9.5 kali dimana rasio harga-
laba rata-rata perusahaan dalam industri adalah 12 kali, maka resiko yang akan
didapati oleh investor jika menanamkan modalnya pada PT Japurut akan lebih
tinggi dibanding jika investor tersebut menanamkan modalnya pada perusahaan
lain sejenis.

2. Rasio Nilai Pasar/Buku (Market/Rook Ratio)

Rasio nilai pasar buku ini memberikan indikasi bagi manajemen perusahaan
mengenai bagaimana pandangan investor terhadap perusahaan. Perusahaan yang
tingkat ekuitasnya tinggi pada umumnya akan menjual sahamnya lebih tinggi
beberapa kali dari nilai bukunya.
harga pasar per saham
rasio nilai pasar =
nilai buku per saham

Misalkan rasio nilai pasar/buku PT Japurut adalah sebesar 1.5 kali dimana rasio
rata-rata perusahaan dalam industri adalah sebesar 2 kali, maka ini berarti bahwa
investor akan bersedia membayar lebih kecil untuk setiap rupiah dari nilai buku
perusahaan dibanding yang investor bersedia bayarkan kepada perusahaan lain
dalam industri.

G. Analisis Du Pont

Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan


melalui perkalian antara keuntungan dari komponen-komponensales serta efisiensi
penggunaan total aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat
Sutrisno (2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk
mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar
pengaruhnya terhadap ROA.

Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk


mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antaraprofit margin dan total asset
turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian
beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan
dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan
analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding
atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.

Persamaan Du Pont (Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):

ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover

laba bersih penjualan


ROA= X
penjualan total aset

laba bersih
ROA=
total aset

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont


merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio
dan marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of
return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang
merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan (Marjin laba
bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat
bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih dan perputaran total aset.
Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset,
sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil
penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.

Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:

 Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan
manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
 Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan
perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya
berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
 Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam
bagian yang bersangkutan.
 Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
 Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan
perencanaan.

Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah :

 ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang
sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
 Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai
dari uang (daya belinya).
 Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan
perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan
kesimpulan yang memuaskan.
H. Analisis Perbandingan

Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan


keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal
dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi
keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini
juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam
persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan
analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan
atau penurunan akun-akun laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih
periode yang dibandingkan.

Menurut Kasmir (2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan


angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan
angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen
yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat
berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan


teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan
keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri,
dan rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick).

Perbandingan antarpos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:

 Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan


keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994.
Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
 Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
 Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial
norm). Di Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan
mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar &
Poor dan lain-lain.
 Perbandingan dengan budget (anggaran).
 Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.
I. Contoh
Pembahasan:

Dari hasil laporan keuangan yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan dari
analisa yang menggunakan Current Ratio, Retrun on Assets dan Debt to Equity Ratio. PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk memiliki nilai rasio yang baik. Dengan Current
Rationya sebesar 1,23 yang artinya, setiap Rp.1 hutang lancar yang segera jatuh tempo,
dijamin oleh 1,23 Rupiah aset lancar. Retrun on Assets sebesar 5% yang artinya,
perusahaan berada pada zona aman. Karena, menurut surat ketetapan BI
No.23/67/KEP/DIR nilai batas minimal ROA adalah 1%. Jika nilai ROA berada dibawah
1% maka perusahaan berada di zona tidak aman. Dan yang terakhir Debt to Equity Ratio
sebesar 2,08 atau 208% yang artinya, meski DER-nya cukup besar yaitu dengan total
utang jangka pendek sebesar 7.963.486.975.807, namun total utang jangka panjang hanya
sebesar 3.905.731.976.049 sehingga utang-utang tersebut masih dalam ketegori tidak
berbahaya.

J. Kesimpulan
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan guna
membantu tahap evalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa
sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Analisis rasio keuangan sangat berguna bagi pemilik perusahaan, pemerintah,
investor dan manajemen sendiri sebagai dasar mengambil keputusan. Tujuan analisis
laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi
sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang
bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

http://mariajhyun.blogspot.com/2013/06/makalah-analisis-keuangan.html

http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/06/makalah-analisis-laporan-keuangan.html

amosfikarr.blogspot.com/2012/12/makalah-analisis-laopran-keuangan.html

Anda mungkin juga menyukai