Anda di halaman 1dari 21

TUGAS RESUME TATAP MUKA 2

FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS, PERENCANAAN DAN PERAMALAN


KEUANGAN

DISERAHKAN PALING LAMBAT TANGGAL 17 SEP 2021, JAM 22.00 WIB


Saudara/i dipersilahkan membuat resume untuk bahan ajar Tatap Muka 2
(dengan referensi sebanyak2nya) tentang lingkup & lingkungan keuangan;
analisis laporan keuangan; perencanaan keuangan & peramalan laporan
keuangan
yang meliputi bahasan tentang :

1. The tools of Financial Statement Analysis


2. The comprehensive financial statement ratio analysis
3. Perencanaan keuangan dan peramlan keuangan

Catatan : similarity dengan jawaban teman maksimla 30 %


Resume dalam bentuk word, times new roman 12, 1,5 spasi, di upload
ke post
1. The tools of Financial Statement Analysis

Analisis Laporan Keuangan

Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Dalam bukunya Harahap (2007:190) analisa laporan keuangan berarti


menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai
makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data
non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Sedangkan menurut Palikhatun dan Nugrahaningsih (2007:6) analisis
laporan keuangan berarti melakukan penelaahan atau memepelajari hubungan-
hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi
keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang
bersangkutan.
Menurut Prastowo dan Juliaty (2005:56) analisis laporan keuangan tidak
lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam
unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah
hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh
pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu
sendiri.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Hanafi & Halim (2007:6- 8)


sebagai berikut :
a) Investasi pada Saham

Sertifikat saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor


bisa menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan
saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba
perusahaan, meskipun juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh
perusahaan(apabila rugi). Menjual saham berarti melepas kepemilikan
perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang melekat pada saham.
Investor atau calon investor akan tertarik pada tingkat keuntungan(return)
yang diharapkan untuk masa-masa mendatang relatif terhadap risiko
perusahaan tersebut. Yang paling menarik tentu saja adalah perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan tinggi, tetapi mempunyai tingkat risiko yang
rendah.

b) Pemberian Kredit

Dalam analisis ini, yang menjadi tujuan pokok adalah menilai kemampuan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang
berkaitan dengan pinjaman tersebut. Pihak pemberi pinjaman (kreditor)
memperoleh keuntungan dari bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut.
c) Kesehatan Pemasok

Perusahaan yang tergantung pada “supply” pemasok akan mempunyai


kepentingan pada pemasok tersebut. Perusahaan ingin memastikan bahwa
pemasok tersebut sehat dan bisa bertahan terus. Dengan kemungkinan
kerjasama yang terus menerus, analis dari pihak perusahaan akan berusaha
menganalisis profitabilitas perusahaan pemasok, kondisi keuangan,
kemampuan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi operasi sehari-harinya,
dan kemampuan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Pengetahuan
akan kondisi keuangan supplier juga akan bermanfaat bagi perusahaan dalam
melakukan negosiasi dengan supplier.
d) Kesehatan Pelanggan

Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan


maka perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama
informasi mengenai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Analisis yang dilakukan akan tergantung pada besarnya kredit,
jangka waktu kredit, jenis usaha pelanggan, besar kecilnya usaha pelanggan
dan lain-lain.
e) Kesehatan Perusahaan ditinjau dari Karyawan

Karyawan atau calon karyawan barangkali akan tertarik menganalisis


keuangan perusahaan untuk memastikan apakah
keuangan perusahaan atau perusahaan yang dimasuki tersebut mempunyai
prospek keuangan yang bagus. Beberapa faktor yang dapat dianalisis anatara
lain provitabilitas perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, dan kemampuan
menghasilkan kas dari perusahaan(cash generating ability).
f) Pemerintah

Pemerintah bisa menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan


besarnya pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang
wajar bagi suatu industri. Bagi industri yang diatur (regulated industry),
tingkat keuntungan biasanya ditentukan oleh pemerintah dengan
menambahkan sejumlah presentase tertentu diatas biaya modalnya. Apabila
perusahaan akan menjual sahamnya ke pasar modal, maka pemerintah (dalam
hal ini Bapepam) akan menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan
layak tidaknya perusahaan tersebut untuk go public.
g) Analisis Internal

Pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen) akan


memerlukan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk
menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan. Informasi semacam ini
bisa digunakan sebagai basis evaluasi prestasi manajemen. Bagi pihak
manajemen, informasi keuangan tentu bisa digunakan sebagai dasar
pengambilan
keputusan, untuk perencanaan atau untuk mengevaluasi perubahan strategi.
h) Analisis Pesaing

Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk


menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing. Informasi semacam ini
bisa dipakai untuk penentuan strategi perusahaan seperti strategi harga, strategi
merebut pangsa pasar, atau keputusan-keputusan lainnya.
i) Penilaian Kerusakan

Analisis keuangan juga bisa dipakai untuk menentukan besarnya


kerusakan/kerugian yang dialami perusahaan. Misalnya, pihak perusahaan
asuransi menggunakan informasi akuntansi untuk menentukan besarnya
kerusakan yang dialami perusahaan dan ganti rugi yang dibayarkan kepada
perusahaan.

Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk


menyederhanakan data sehingga data lebih mudah dimengerti. Pertama-tama
penganalisis harus mengorganisir atau mengumpulkan data yang diperlukan,
mengukur, kemudian menganalisis dan menginterpretasikan sehingga data
menjadi lebih berarti (Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:9). Metode
analisis yang digunakan yaitu :
a) Analisis Vertikal

Apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode


atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan
diketahui keadaaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja (Palikhatun
dan Nugrahaningsih, 2007:9).
b) Analisis Horizontal

Analisa dengan melakukan perbandingan laporan keuangan untuk


beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya (Palikhatun dan
Nugrahaningsih, 2007:9).

Sedangkan teknik analisis dibagi menjadi :

a) Analisis laporan keuangan komparatif

Dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan
arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. Analisis ini
meliputi penelaahan perusahan saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun atau
selama beberapa tahun. Perbandingan laporan selama beberapa periode dapat
menunjukkan arah, kecepatan, dan jangkauan jarak sebuah tren
(Subramanyam dan Wild, 2010:34).
b) Analisis laporan keuangan common-size

Analisis common-size disusun dengan jalam menghitung tiap-tiap


rekening dalam Laporan Laba/Rugi dan Neraca menjadi proporsi dari total
penjualan (untuk Laporan Laba/Rugi) atau dari total aktiva (untuk Neraca).
Analisis common-size dihitung dengan menghitung persentase setiap item
dalam Neraca terhadap total aktiva (dalam common-size Neraca), atau
menghitung persentase setiap item Laporan Laba/Rugi terhadap penjualan
(dalam common-size Laporan Laba/Rugi) (Palikhatun dan Nugrahaningsih,
2007:9-10).
c) Analisis rasio

Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan


berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio
keuangan. Meskipun perhitungan rasio hanyalah merupakan operasi
aritmatika sederhana, namun hasilnya memerlukan interpretasi yang tidak
mudah. Agar hasil perhitungan rasio menjadi bermakna, sebuah rasio
sebaiknya mengacu pada hubungan ekonomis yang penting. Rasio harus
diinterpretasikan dengan hati-hati karena faktor- faktor yang memepengaruhi
pembilang dapat berkorelasi dengan faktor-faktor yang memengaruhi
penyebut (Hery, 2012:163).
Jenis-jenis Rasio Keuangan

Secara garis besar, rasio keuangan dibagi menjadi :

a) Rasio Likuiditas

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan


dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera
jatuh tempo. Untuk dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang akan segera jatuh tempo, perusahaan harus
memiliki tingkat ketersediaan jumlah kas yang baik atau aset
lancar lainnya yang juga dapat dengan segera dikonversi atau
diubah menjadi kas (Hery, 2015:175).
1) Rasio Lancar

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo (Kasmir,
2012:134).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar :

Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar
2) Rasio Sangat Lancar

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan


dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena persediaan
memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir
menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera
dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya
mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang
(Munawir, 2004:74).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat
lancar :

Rasio Sangat Lancar

Kas Dan Setara Kas + Piutang + Investasi Jangka Pendek


=
Kewajiban Lancar

3) Rasio Kas

Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar


uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar
utang jangka pendek. Rasio ini menggambarkan
kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam
melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh
tempo dengan menggunakan uang kas atau setara kas yang
ada (Hery, 2015:183).
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kas :

Kas dan setara kas+investasi jangka pendek


Rasio Kas =
Kewajiban lancar

b) Rasio Solvabilitas

Mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan


utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk
dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit
untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya
perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak
diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai
untuk membayar utang (Irham Fahmi,2012: 62).
1) Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio)

Rasio utang terhadap aset merupakan rasio yang


digunakan untuk mengukur perbandingan antar total utang
dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pembiayaan aset. Membandingkan antara jumlah utang
dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan
sejauh mana dana yang dipinjam telah digunakan untuk
membeli aset (Hery, 2015:195) .
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang
terhadap aset :
Total Utang
Rasio Utang terhadap Aset =
Total Aset

2) Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio utang terhadap modal merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap

modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang

dengan modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya

perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh

kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk

mengetauhi berapa bagian dari setiap rupiah modal yang

dijadikan sebagai jaminan utang (Hery, 2015:198).

Rumus untuk menghitung rasio utang terhadap modal :

Total Utang
Rasio Utang terhadap Modal =
Total Modal
3) Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan (Times Interest
Earned Ratio)

Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan menunjukkan


sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga. Kemampuan perusahaan disini diukur dari
jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio kelipatan bunga
yang dihasilkan dihitung sebagai hasil bagi antara laba
sebelum bunga dan pajak dengan besarnya beban bunga yang
dibayarkan. Kemampuan perusahaan membayar bunga
pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak (Hery, 2015:201).

Rumus rasio kelipatan bunga yang dihasilkan :

Rasio Kelipatan Bunga yang Dihasilkan

Laba Sebelum Bunga dan Pajak


= Beban Bunga

4) Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating


Income to Liabilities Ratio)

Rasio laba operasional terhadap kewajiban merupakan


rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
melunasi seluruh kewajiban. Kemapuan perusahaan disini
diukur dari jumlah laba operasional. Rasio laba operasional
terhadap kewajiban dihitung sebagai hasil bagi antara laba
operasional dengan total kewajiban. Rasio ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana laba operasional boleh menurun tanpa
mengurangi kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban (Hery, 2015:203).

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio laba


operasional terhadap kewajiban :
Laba Operasional
Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban =
Kewajiban

5) Rasio Fixed Charge Coverage

Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan


membayar beban tetap total, termasuk biaya sewa. Rasio ini
memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang,
tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi
kemmapuan hutang (debt capacity) perusahaan. Beban tetap
tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga
(Palikhatun dan Nugrahaningsih, 2007:34).

Rumus Rasio Fixed Charge Coverage :

EBIT + Biaya Sewa


Rasio 𝐹i𝑥𝑒𝑑 𝐶ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
Bunga + Biaya Sewa
c) Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk


mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktivitas normal bisnisnya. Rasio profitabilitas dikenal
juga sebagai rasio rentalibilitas. Disamping bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan untuk
mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan
penjualan, pengunaan aset, maupun penggunaan modal (Hery,
2015:226-227).
1) Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets)

Hasil pengembalian aset merupakan rasio yang


menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap total aset (Hery, 2015:228).
Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil
pengembalian atas aset :
Laba Bersih
Hasil Pengembalian Atas Aset =
Total Aset

2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)

Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang


menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam
menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap ekuitas (Hery, 2015:230).
Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil
pengembalian atas ekuitas :
Laba Bersih
Hasil Pengembalian atas Ekuitas =
Total Ekuitas

3) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan


untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas
penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung
sebagai hasil pengurangan antara penjualan. Yang dimaksud
dengan penjualan bersih disini adalah penjualan (tunai
maupun kredit) dikurangi retur dan penyesuaian harga jual
serta potongan penjualan (Hery, 2015:231). Rumus :
Laba Kotor
Margin Laba Kotor =
Penjualan

4) Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin)

Margin laba operasional adalah rasio yang digunakan


untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas
penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional
sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba kotor
dengan beban operasional. Beban operasional disini terdiri
atas beban penjualan maupun beban umum dan administrasi
(Hery, 2015: 233). Rumus :
Laba Operasional
Margin Laba Operasional =
Penjualan

5) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Margin laba bersih adalah rasio yang digunakan untuk


mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan
bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih
terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung
sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak
penghasilan dengan beban pajak penghasilan (Hery,
2015:235).
Rumus yang digunakan untuk mrnghitung margin laba
bersih :
Laba Bersih
Margin Laba Bersih =
Penjualan

d) Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan menilai


efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang
dimilikinya, termasuk untuk mengukur tingkat efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
Rasio ini juga digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari
hasil pengukuran rasio ini akan dapat diketahui mengenai
kinerja manajemen yang sesungguhnya dalam mengelola
aktivitas perusahaan (Hery, 2012:209).
1) Rasio Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turn
Over)
Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar
dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata – rata
penagihan piutang usaha. Rasio ini menggambarkan
seberapa cepat piutang usaha berhasil ditagih menjadi kas
(Hery, 2015:211-212).
Rumus untuk menghitung rasio perputaran piutang usaha :

Penjualan
Rasio Perputaran Piutang usaha =
Rata − rata piutang usaha

Lamanya Rata − rata Penagihan Piutang Usaha

365 hari
=
rasio perputaran piutang usaha

2) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana

yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu

periode atau berapa lama (dalam hari) rata – rata persediaan

tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual. Rasio ini

menggambarkan seberapa cepat persediaan barang dagang

berhasil dijual kepada pelanggan (Hery, 2015:214-216).

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran

persediaan :
Penjualan
Rasio Perputaran Persediaan =
Rata − rata Persediaan
Lamanya Rata − rata Persediaan

365 hari
=
Rasio Perputaran Persediaan

3) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn


Over)
Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan
modal kerja (aset lancar) yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil
bagi antara besarnya penjualan (tunai maupun kredit)
dengan rata – rata aset lancar (Hery, 2015:218).
Rumus untuk menghitung rasio Perputaran Modal Kerja :

Penjualan
Rasio Perputaran Modal Kerja =
Rata − rata Aset Lancar

4) Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over)

Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan


aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan
penjualan atau dengan kata lain untuk mengukur seberapa
efektif kapasitas aset tetap turut berkontribusi menciptakan
penjualan. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara
besarnya penjualan dengan rata – rata setiap aset (Hery,
2015:219-220).
Rumus untuk menghitung rasio perputaran aset tetap :

Penjualan
Rasio Perputaran Aset Tetap =
Rata − rata Aset Tetap

5) Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over)

Rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan total


aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan
atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan
yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total aset. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara
besarnya penjualan dengan rata – rata total aset (Hery,
2015:221).
Rumus untuk menghitung rasio perputaran total aset :

Penjualan
Rasio Perputaran Total Aset =
Rata − rata Total Aset

Anda mungkin juga menyukai