Anda di halaman 1dari 124

BAB I

PERSPEKTIF ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami perspektif Analisis Laporan Keuangan, tujuan dan apa
yang ingin diketahui dari Analisis Laporan Keuangan, Kegiatan Perusahaan dan Kebutuhan
Analisis Laporan Keuangan

1.1 Pemahaman Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk membedah laporan keuangan,
menelaah masing-masing unsur dan menelaah hubungan di antara unsur tersebut dengan
tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan
keuangan itu sendiri. Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat
kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan,
analisis kelemahan dan kekuatan di bidang keuangan akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manjemen masa lalu dan proyeksinya di masa datang.
Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan baik secara
internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada dalam industri
yang sama. Hal ini berguna bagi arah perkembangan perusahaan dengan mengetahui
seberapa efektif operasional perusahaan telah berjalan . Analisis laporan keuangan sangat
berguna tidak hanya bagi internal perusahaan saja, tetapi juga bagi investor dan pemangku
kepentingan lainnya.
Apa yang ingin diketahui dari analisis laporan keuangan ? Analisis terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang
paling mudah dalam analisis keuangan tentu saja menghitung rasio-rasio keuangan suatu
perusahaan. Bahkan dengan tersedianya program-program komputer, seperti spreadsheet
atau program-program akuntansi, atau program-program yang khusus ditulis untuk tujuan
laporan keuangan, perhitungan rasio-rasio keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan,
dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis bukan melakukan perhitungan semacam
itu, melainkan melakukan analisis dan menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang
muncul.
Analisis semacam itu mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal:
(1) Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis
(2) Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan-laporan
keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan tersebut
(3) Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang
berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan.
Sebelum melakukan analisis, seorang analis harus memahami ketiga langkah di atas,
baru kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-alat analisis seperti rasio-
rasio keuangan atau rasio-rasio lainnya.

1.2 Tujuan dan Pemakai Analisis Laporan Keuangan


Beberapa tujuan analisis keuangan bisa disebutkan di sini. Tujuan ini pada dasarnya
ingin bertanya “Apa yang akan diperoleh dari analisis keuangan yang dilakukan?” Tujuan
ini akan menentukan arah analisis, batasan-batasan dalam analisis, dan hasil yang
diharapkan. Berikut ini beberapa contoh tujuan analisis keuangan.
a. Investasi Pada Saham
Sertifikat saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor bisa
membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham
berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun
juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan (apabila rugi). Menjual saham
berarti melepas kepemilikan perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang
melekat pada saham. Investor atau calon investor akan tertarik pada tingkat keuntungan
(return) yang diharapkan untuk masa-masa mendatang relatif terhadap risiko perusahaan
tersebut. Yang paling menarik tentu saja adalah perusahaan yang mempunyai tingkat
keuntungan tinggi, tetapi mempunyai tingkat risiko yang rendah. Apabila tingkat
keuntungan perusahaan naik, tetapi risiko perusahaan juga naik, maka perusahaan tidak
akan menarik lagi. Perusahaan akan tetap menarik apabila tambahan keuntungan tersebut
bisa mengkompensasi tambahan risiko yang muncul. Secara umum biasanya investor
bersifat tidak menyukai risiko (risk averse), sehingga faktor tingkat keuntungan dan risiko
harus dipertimbangkan bersama-sama untuk menentukan menarik tidaknya suatu
perusahaan.
Investor saham akan memperoleh tingkat keuntungan dari dividen yang dibagikan,
ditambah perbedaan nilai perusahaan pada waktu pertama kali investasi dengan nilai pada
beberapa waktu kemudian (capital gain). Apabila perusahaan tersebut go public (menjual
sahamnya di pasar modal), maka capital gain adalah selisih harga jual saham dengan harga
beli saham. Apabila selisih tersebut negatif, maka yang diperoleh adalah capital loss.
Tingkat keuntungan yang tinggi berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat keuntungan tersebut. Tingkat keuntungan masa lalu ( past
performance) bisa dipakai untuk menilai kemampuan perusahaan sekaligus
memproyeksikan kemampuan tersebut pada masa-masa mendatang. Hal ini berlanjut
dengan proyeksi tingkat keuntungan yang diharapkan pada masa-masa mendatang
Risiko yang berkaitan dengan investasi saham pada dasarnya sama dengan risiko
yang berkaitan dengan perusahaan pada umumnya. Beberapa faktor tersebut antara lain
adalah: kondisi perekonomian seperti resesi, inflasi, faktor-faktor industri seperti
persaingan, perubahan teknologi, kekuatan tawar-menawar dari supplier, pembeli,
tersedianya barang-barang substitusi, faktor-faktor dari perusahaan itu sendiri seperti
kualitas manajemen, goodwill yang dipunyai, paten-paten yang dipunyai.

b. Pemberian Kredit
Dalam analisis ini, yang menjadi tujuan pokok adalah menilai kemampuan perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan
pinjaman tersebut. Pihak pemberi pinjaman (kreditor) memperoleh keuntungan dari
bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut dan juga harus memperoleh kembali
pinjaman pokoknya, dengan diterima langsung pada akhir periode pinjaman (pada waktu
jatuh tempo) atau dibayar dengan angsuran. Pinjaman bisa bersifat jangka pendek, bisa
juga jangka panjang. Ini juga akan mempengaruhi tujuan dan lingkup analisis keuangan.
Pinjaman jangka pendek biasanya berjangka enam bulan sampai satu atau dua tahun,
seperti pinjaman dari bank. Pinjaman jangka menengah biasanya berkisar antara lima
sampai sepuluh tahun, seperti dalam pinjaman dari bank jangka panjang atau pinjaman
obligasi jangka menengah. Pinjaman jangka panjang bisa lebih dari 10 tahun, bahkan ada
yang dua puluh tahun, seperti pada obligasi jangka panjang.
Dengan kredit jangka pendek, analis akan memfokuskan pada kemampuan
perusahaan membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo.
Dengan kredit jangka panjang, analis akan memfokuskan kemampuan perusahaan
membayar kewajiban-kewajiban jangka panjang pada saat jatuh tempo. Itu berarti
kemampuan membayar kewajiban jangka pendek dan menengah, serta kemampuan
menjaga profitabilitas perusahaan akan termasuk dalam analisis keuangan jenis ini. Fokus
dalam analisis ini adalah kemampuan perusahaan dalam jangka panjang.

c. Kesehatan Pemasok (Supplier)


Perusahaan yang tergantung pada “supply” pemasok akan mempunyai kepentingan
pada pemasok tersebut. Perusahaan ingin memastikan bahwa pemasok tersebut sehat dan
bisa bertahan terus. Dengan kemungkinan kerja sama yang terus menerus, analis dari
pihak perusahaan akan berusaha menganalisis profitabilitas perusahaan pemasok, kondisi
keuangan, kemampuan menghasilkan kas untuk memenuhi operasi sehari-harinya, dan
kemampuan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Pengetahuan akan kondisi
keuangan supplier juga akan bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi
dengan supplier.

d. Kesehatan Pelanggan (Customer)


Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan maka
perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai
kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Analisis yang dilakukan akan
tergantung pada besarnya kredit, jangka waktu kredit, jenis usaha, besar kecilnya usaha
pelanggan dan lain-lain.
e. Kesehatan Perusahaan Ditinjau Dari Karyawan
Karyawan atau calon karyawan barangkali akan tertarik menganalisis keuangan
perusahaan untuk memastikan apakah perusahaan atau perusahaan yang akan dimasuki
tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. Beberapa faktor yang bisa dianalisis
antara lain profitabilitas, kondisi keuangan, dan kemampuan menghasilkan kas dari
perusahaan (cash generating ability).

f. Pemerintah
Pemerintah bisa menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya
pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu
industri. Bagi industri yang diatur ( regulated industry), tingkat keuntungan biasanya
ditentukan oleh pemerintah dengan menambahkan sejumlah persentase tertentu di atas
biaya modalnya. Apabila perusahaan akan menjual sahamnya ke pasar modal, maka
pemerintah (dalam hal ini Bapepam) akan menganalisis keuangan perusahaan untuk
menentukan layak tidaknya perusahaan tersebut untuk go public.

g. Analisis Internal
Pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen) akan memerlukan
informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk menentukan sejauh mana
perkembangan perusahaan. Informasi semacam ini bisa digunakan sebagai basis evaluasi
prestasi manajemen. Bagi pihak manajemen, informasi keuangan tertentu bisa digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan, untuk perencanaan atau untuk mengevaluasi
perubahan strategi.

h. Analisis Pesaing
Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan sejauh
mana kekuatan keuangan pesaing. Informasi semacam ini bisa dipakai untuk penentuan
strategi perusahaan seperti strategi harga, strategi merebut pangsa pasar, atau keputusan-
keputusan lainnya.

i. Penilaian Kerusakan
Analisis keuangan juga bisa dipakai untuk menentukan besarnya kerusakan yang
dialami oleh perusahaan. Misalkan barang dagangan perusahaan mengalami kebakaran
dan perusahaan mengasuransikan barang dagangan tersebut, analisis keuangan bisa
dipakai oleh pihak asuransi untuk menentukan besarnya kerusakan yang dialami oleh
perusahaan. Informasi ini bisa dipakai untuk menentukan besarnya ganti rugi yang
dibayarkan kepada perusahaan.
Setelah analis mengidentifikasi tujuan dari analisis keuangan, ia bisa merumuskan arah
dan lingkup analisisnya. Secara umum biasanya profitabilitas perusahaan menjadi
perhatian pokok untuk setiap tujuan yang dihadapi oleh perusahaan. Analisis internal,
analisis oleh investor, analisis pesaing merupakan tipe analisis yang sangat memerlukan
informasi profitabilitas. Analisis risiko juga cukup penting karena risiko merupakan
imbangan profitabilitas untuk menentukan prospek dan kesehatan perusahaan. Analisis
risiko untuk jangka waktu yang pendek dilakukan dengan menganalisis likuiditas
perusahaan. Analisis kredit banyak memerlukan jenis analisis semacam ini. Sedangkan
untuk analisis risiko jangka panjang, diperlukan analisis solvabilitas. Analisis pinjaman
jangka panjang seperti dalam obligasi akan banyak menggunakan jenis analisis ini.
Pada kebanyakan situasi, kedua macam analisis di atas (profitabilitas dan risiko)
akan digunakan bersama-sama untuk menganalisis keuangan perusahaan. Analisis
investasi (oleh investor) sebagai contoh akan banyak menggunakan kedua macam analisis
tersebut, sehingga teknik-teknik analisis yang digunakan akan cukup lengkap. Karena
tujuan analisis akan menentukan arah dan lingkup analisis keuangan, maka tujuan tersebut
harus ditetapkan terlebih dulu di muka dengan jelas.

Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran
keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan
selama kurun waktu tertentu. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu
perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur,
pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Sedangkan berbagai pihak yang membutuhkan hasil dari analisis laporan keuangan adalah:
a. Investor, berkepentingan untuk mengetahui tentang kemampuan perusahaan
tempatnya berinvestasi, apakah mampu memberikan keuntungan bagi investor atau
tidak dan apakah dana yang akan diinvestasikan aman dikelola perusahaan.
b. Kreditur, berkepentingan untuk mengetahui kesehatan perusahaan yang akan
diberikan kredit sehingga layak untuk menerima pinjaman dari kreditur dan melihat
kemampuan membayar bunga beserta pengembalian pokok pinjamannya.
c. Pemasok, berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk
membayar dengan baik atas pasokan barang yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan.
d. Pemegang Saham, berkepentingan untuk mengetahui untuk mengetahui kinerja
perusahaan, pendapatan dan keamanan investasi.
e. Pelanggan, berkepentingan untuk mengetahui kesehatan perusahaan sehingga dapat
diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya secara rutin.
f. Karyawan, berkepentingan untuk mengetahui apakah perusahaan tempatnya bekerja
akan selalu mampu memenuhi kesejahteraannya.
g. Pemerintah, berkepentingan untuk mengetahui kesehatan dan kinerja perusahaan
dengan maksud untuk melindungi kepentingan masyarakat yang terkait dengan
perusahaan tersebut. Juga untuk kepentingan pajak dan persetujuan untuk go public.
1.3 Kegiatan Perusahaan dan Kebutuhan Analisis Keuangan

1. Kondisi Makro
Lingkungan Perusahaan 2. Lingkungan Industri

Strategi:
1. Biaya Rendah Tujuan dan Strategi
2. Diferensiasi Perusahaan
3. Fokus

Investasi Pendanaan

1. Pemilik Saham
1. Saham 2. Kredit Bank
2. Obligasi 3. Supplier
3. Asset Operasi

Gambar 1.1
Kegiatan Perusahaan dan Kebutuhan Analisis Keuangan

a. Lingkungan Perusahaan
Lingkungan eksternal perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam lingkungan makro
dan lingkungan industri di mana perusahaan beroperasi. Faktor-faktor dalam lingkungan
makro yang menentukan perusahaan antara lain: kondisi perekonomian secara
keseluruhan, GNP (Gross National Product), inflasi, tingkat bunga, tingkat pengangguran,
dan peraturan pemerintah. Faktor-faktor dalam industri yang bisa mempengaruhi
perusahaan antara lain: persaingan, teknologi, dan kekuatan tawar-menawar antara
perusahaan dengan supplier atau dengan pembeli. Kondisi internal perusahaan itu sendiri
juga akan menentukan perusahaan seperti manajemen perusahaan, karyawan perusahaan,
dan reputasi perusahaan. Pemahaman terhadap kedua faktor di atas (lingkungan makro
dan industri), dan faktor internal perusahaan, diperlukan untuk menganalisis kondisi
keuangan perusahaan.
Beberapa pertanyaan yang barangkali timbul dalam analisis keuangan dalam
kaitannya dengan gambar 1.1 di atas antara lain:
1) Bagaimana struktur industri dari perusahaan tersebut? Apakah struktur industrinya
mendekati persaingan sempurna, mendekati oligopoli, ataukah monopoli?
2) Bagaimana kekuatan tawar-menawar dalam industri? Bagaimana kekuatan supplier,
apakah supplier terkonsentrasi? Bagaimana dengan pembeli, apakah pembeli
terkonsentrasi? Dengan semakin terkonsentrasinya pihak yang menawar, maka
kekuatan mereka akan lebih besar, dan apakah ini akan menekan tingkat keuntungan
perusahaan? Sebagai contoh, industri obat-obatan (farmasi) mempunyai tingkat
profitabilitas yang tinggi. Salah satu anahsis penyebabnya adalah kekuatan mereka
cukup besar dibandingkan pembeli (misal, pasien yang bersedia membayar mahal agar
sehat atau tetap hidup).
3) Bagaimana dengan teknologi dalam industri? Apakah teknologi berubah cepat?
4) Bagaimana dengan siklus industri? Apakah industri sudah dewasa ( mature) ataukah
masih tumbuh, atau sedang menurun?
5) Bagaimana dengan peraturan pemerintah? Apakah peraturan tersebut membatasi
ruang gerak perusahaan? Apakah peraturan tersebut menguntungkan perusahaan atau
sebaliknya?
6) Bagaimanakah tingkat sensitivitas perusahaan terhadap perubahan-perubahan pada
faktor-faktor demografis, inflasi (deflasi), perubahan dalam tingkat bunga,
pengangguran atau siklus bisnis?
Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas akan memberi pandangan yang
lebih mendalam terhadap perusahaan, dan hal ini akan bermanfaat untuk memahami
kondisi keuangan perusahaan.

b. Tujuan Dan Strategi Perusahaan


Tujuan bisa didefinisikan sebagai target atau hasil akhir yang ingin dicapai di mana
seluruh kegiatan perusahaan diarahkan untuk mencapai target atau tujuan akhir tersebut.
Sedangkan strategi bisa diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan perusahaan tergantung dari misi perusahaan. Tetapi pada umumnya
tujuan perusahaan mempunyai tujuan yang bersifat ekonomis dan nonekonomis; tujuan
ekonomis adalah memperoleh keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, bisa
digunakan strategi yang berbeda-beda.
Dalam mencapai tujuan perusahaan maka ada beberapa strategi yang dapat
diterapkan yang dikenal dengan 3 (tiga) strategi generik Porter yaitu:
1) Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership)
Strategi Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi
produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah.
Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah
terpengaruh oleh pergeseran harga ( price sensitive) atau menggunakan harga sebagai
faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai
dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement,
ketika konsumen tidak (terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak
membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen memiliki
kekuatan tawar menawar yang signifikan.
Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu
bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin
pasar (market leader) dalam menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan
pasar yang tinggi (di atas rata-rata) dan stabil melalui cara-cara yang agresif dalam
efisiensi dan keefektifan biaya. Sumber dari keefektifan biaya ( cost effectiveness) ini
bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan skala ekonomi ( economies of
scale), investasi dalam teknologi yang terbaik, sharing biaya dan pengetahuan dalam
internal organisasi, dampak kurva pembelajaran dan pengalaman ( learning and experience
curve), optimasi kapasitas utilitas, dan akses yang baik terhadap bahan baku atau saluran
distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama pelaksanaan strategi integrasi ke hulu ( backward
integration), ke hilir (forward integration), maupun ke samping (horizontal integration)
adalah untuk memperoleh berbagai keuntungan dari strategi biaya rendah ini. Biasanya
strategi ini dijalankan beriringan dengan strategi diferensiasi.
Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu
memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya ( resources) dan organisasi.
Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber
daya perusahaan, yaitu: kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses ( process
engineering), pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan
promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi, perusahaan harus memiliki:
kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik, insentif
berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil).

2) Strategi Pembedaan Produk (differentiation)


Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup
menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk
(barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik
minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi
dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau
pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari
produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas,
kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh
dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang
relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).
Perlu diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak
memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-produk
standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika
kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan strategi
ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama ( durable) dan sulit
ditiru oleh pesaing.
Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang ditawarkan
produk tersebut ternyata tidak dihargai (dianggap biasa) oleh konsumen. Jika hal ini
terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya rendah akan
sangat mudah merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi jenis ini, kekuatan
departemen Penelitian dan Pengembangan sangatlah berperan. Pada umumnya strategi
biaya rendah dan pembedaan produk diterapkan perusahaan dalam rangka mencapai
keunggulan bersaing (competitive advantage) terhadap para pesaingnya pada semua
pasar.
Secara umum, terdapat dua bidang syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan
memutuskan untuk memanfaatkan strategi ini, yaitu: bidang sumber daya ( resources) dan
bidang organisasi. Dari sisi sumber daya perusahaan, maka untuk menerapkan strategi ini
dibutuhkan kekuatan-kekuatan yang tinggi dalam hal: pemasaran produk, kreativitas dan
bakat, perekayasaan produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan,
distribusi, dan ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat
dan mampu untuk melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut
tenaga yang berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang
obyektif.

3) Strategi Fokus (focus)


Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen
pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen
yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif
tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – terutama pada perusahaan skala
menengah dan besar –, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi
generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk.
Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok “niche market” (segmen khusus/khas dalam
suatu pasar tertentu; disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu
produk barang dan jasa khusus.
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup ( market
size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing
dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada
ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu
kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang
bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu
(niche market), wilayah geografis tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu dengan
kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery.

c. Kegiatan Investasi Dan Pendanaan


Investasi suatu perusahaan tercermin dalam aktiva tersebut. Investasi tersebut perlu
pendanaan. Perusahaan memperoleh pendanaannya dari berbagai sumber: pemilik saham,
kreditur (misal bank), supplier (misal dalam bentuk utang dagang), dari karyawan (misal
dalam bentuk utang gaji), dari pemerintah (utang pajak). Pinjaman jangka panjang
biasanya digunakan untuk investasi atau aset yang mempunyai jangka waktu yang panjang
pula. Struktur aset biasanya akan menentukan struktur utang-utang jangka panjang dan
utang jangka pendek.
Perusahaan retailer yang biasanya mempunyai proporsi piutang dan persediaan yang
besar akan cenderung lebih banyak menggunakan utang jangka pendek dibandingkan
perusahaan lainnya. Perusahaan utilities (misal listrik) yang mempunyai aset yang berusia
lama (seperti generator listrik) akan cenderung lebih banyak menggunakan utang jangka
panjang dibandingkan perusahaan-perusahaan lain pada umumnya. Struktur modal (utang
versus modal sendiri) akan ditentukan oleh beberapa faktor seperti agresivitas
manajemen, tingkat pajak perusahaan, dan tingkat leverage. Semakin agresif pihak
manajemen, yang berarti semakin berani mengambil risiko, perusahaan akan cenderung
menggunakan utang lebih banyak. Semakin tinggi tingkat pajak yang membebani
perusahaan, perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang lebih banyak karena
perusahaan bisa memanfaatkan penghematan pajak yang timbul dari bunga yang
dibayarkan (bunga bisa dikurangkan dari pajak, sedangkan dividen tidak bisa dipakai
sebagai pengurang pajak). Semakin tinggi leverage perusahaan, semakin kecil fleksibilitas
yang dipunyai perusahaan, yang berarti perusahaan akan menggunakan tambahan utang
yang lebih sedikit.
Sama seperti pemahaman terhadap kegiatan investasi, pemahaman terhadap
kegiatan pendanaan juga akan memberi latar belakang pemahaman kondisi keuangan
perusahaan lebih baik lagi.

d. Kegiatan Operasi
Kegiatan-kegiatan investasi dan pendanaan di atas kemudian diterjemahkan ke dalam
kegiatan operasional perusahaan. Melalui kegiatan operasional inilah perusahaan berusaha
mencapai tujuan pokoknya, yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau meningkatkan nilai
saham yang berarti meningkatkan kemakmuran pemegang saham (pemilik perusahaan).
BAB II
LAPORAN KEUANGAN
Tujuan Pembahasan :
Dapat memahami Laporan Keuangan beserta tujuan dan karakteristiknya, serta memahami
dan mampu menyusun Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas untuk kepentingan
analisis laporan keuangan.

2.1 Laporan Keuangan


2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan akuntansi disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para
pemakai laporan (users), terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Laporan akuntansi ini dinamakan laporan keuangan. Laporan keuangan
merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan mengikuti saran data
transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisir seluruh data
akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan, dan bahkan harus dapat
menginterpretasikan serta menganalisis laporan keuangan yang dibuatnya.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu
pihak internal seperti manajemen perusahaan dan karyawan, dan yang kedua adalah pihak
eksternal seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. sehingga dapat
disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi
kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan.
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan. Sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) di jelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya : "Tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi".

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan


Pernyataan Standar Akuntasi (PSAK) No 1 menjelaskan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dan pengambil keputusan. Secara terperinci tujuan laporan keuangan untuk
organisasi yang berorientasi laba adalah:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini,
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki
perusahaan pada saat ini
c. Memberikan informasi tentang jenis pendapatan dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu,
d. Memberikan informasi tentang jenis biaya dan jumlah biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu,
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva,
pasiva, dan modal perusahaan,
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode,
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan,
h. Informasi keuangan lainnya.

2.1.3 Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan


Informasi yang ada dalam laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan untuk
melaporkan kegiatannya harus memiliki karakteristik atau syarat-syarat tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pemakainya, yaitu:
a. Relevan artinya bahwa informasi yang dijadikan harus ada hubungan dengan pihak-
pihak yang memerlukan untuk mengambil keputusan.
b. Dapat dimengerti artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan secara
jelas dan mudah difahami oleh para pemakainya.
c. Daya uji artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan konsep-konsep
dasar akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dianut, sehingga dapat diuji
kebenarannya oleh pihak lain.
d. Netral artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan bersifat umum, objektif dan
tidak memihak pada kepentingan pemakai tertentu.
e. Tepat waktu artinya bahwa laporan keuangan harus di sajikan tepat pada waktunya.
f. Daya banding artinya bahwa perbandingan laporan keuangan dapat diadakan baik
antara laporan perusahaan dalam tahun tertentu dengan tahun sebelumnya atau
laporan keuangan perusahaan tertentu dengan perusahaan lain pada tahun yang sama.
g. Lengkap artinya bahwa laporan keuangan yang disusun harus memenuhi syarat-syarat
tersebut diatas dan tidak menyesatkan pembaca.
h. Penyajian jujur, artinya agar dapat di andalkan informasi harus menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan


Disamping beberapa kelebihan dan manfaat dari laporan keuangan, laporan
keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
a) Laporan keuangan sifatnya sementara dan bukan laporan yang final, karena itu jumlah
dan hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuiditas
atau realisasi dimana dalam pembuatannya terdapat pendapat - pendapat pribadi yang
telah dilakukan oleh akuntan atau management yang bersangkutan.
b) Angka yang tercantun dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku ( book
value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
c) Untuk para investor laporan keuangan hanya bersifat membantu, masih memerlukan
ramalan-ramalan sebabnya adalah bahwa data-data yang disajikan oleh akutansi
semata-mata hanya didasarkan atas “ cost” (yang bersifat historis) dan bukan atas
dasar nilainya, akhirnya timbul jurang ( gap) yang cukup besar antara hak kekayaan
pemegang saham berupa aktiva bersih perusahaan yang dinyatakan dalam harga
pokok historis dengan harga saham yang tercatat dibursa.
d) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam sikapnya menghadapi ketidakpastian,
peristiwa yang tidak menguntungkan segera diperhitungkan kerugiannya. Harta,
kekayaan bersih, dan pendapatan bersih selalu dihitung dalam nilainya yang paling
rendah.
e) Laporan keuangan itu bersifat umum, dan bukan untuk memenuhi keperluan tiap-tiap
pemakai.

2.2 Neraca
2.2.1 Pengertian Neraca
Neraca adalah sebuah laporan yang sistematis tentang posisi aktiva, kewajiban dan
ekuitas perusahaan pada periode tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menggambarkan
posisi keuangan perusahaan. Hubungan antara aktiva, kewajiban, dan ekuitas dapat
dirumuskan ke dalam sebuah persamaan akuntansi : Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.
Sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dinamakan aktiva. Aktiva ini
selanjutnya akan digunakan (dimanfaatkan atau dikonsumsi) oleh perusahaan demi
lancarnya kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Contoh dari aktiva meliputi
perlengkapan toko dan kantor, asuransi dan sewa dibayar di muka, tanah, bangunan,
peralatan/perabot toko dan kantor, dan kendaraan operasional. Untuk menjalankan
aktivitas operasi, perusahaan membutuhkan pendanaan untuk membiayainya. Kewajiban
merupakan pendanaan dari kreditor yang memerlukan pembayaran pada saat jatuh tempo.
Ekuitas merupakan hak (klaim) pemegang saham atas aktiva perusahaan yang masih
tersisa setelah dikurangi kewajiban. Kreditor memiliki hak yang pertama atas aktiva
perusahaan, setelah itu sisa aktiva yang masih ada barulah merupakan hak atau klaim
pemegang saham. Dengan menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas
pemegang saham, neraca dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat
likuiditas, struktur modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat
pengembalian aktiva atas laba bersih.
2.2.2 Manfaat Neraca
Laporan keuangan akan menjadi lebih berguna bagi manajemen, kreditor, dan
investor ketika pos-pos yang ada dalam laporan diklasifikasikan secara tepat ke dalam
masing-masing kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap
pos-pos neraca akan berguna untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai
besarnya jumlah aktiva lancar, aktiva tidak lancar, total aktiva, jumlah kewajiban lancar,
kewajiban jangka panjang, total kewajiban, dan besarnya ekuitas. Lebih lanjut, melalui
klasifikasi ini pula para pengguna laporan neraca akan dapat:
a. memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban yang akan segera
jatuh tempo lewat aktiva lancar yang dimilikinya;
b. memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek lewat
aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas tanpa mengalami kesulitan;
c. mempersiapkan kebutuhan dana jangka panjang untuk memenuhi kewajiban tidak
lancar;
d. memprediksi jumlah total klaim kreditor atas aktiva perusahaan:
e. memprediksi jumlah total klaim pemegang saham atas aktiva perusahaan;
f. memperoleh gambaran mengenai besarnya komposisi aktiva tetap terhadap total
aktiva;
g. memperoleh gambaran mengenai jumlah perbandingan antara total kewajiban dengan
total aktiva.

Ketika menyiapkan neraca, susunan klasifikasi aktiva dan kewajiban dapat bervariasi.
Akan tetapi, kebanyakan perusahaan menyajikan neracanya dengan penekanan likuiditas,
di mana aktiva dan kewajiban diurut berdasarkan tingkat likuiditas. Sedangkan aktiva
tetap dilaporkan dalam neraca berdasarkan urutan masa manfaatnya yang paling lama,
yaitu dimulai dari tanah, bangunan, dan seterusnya. Aktiva tidak lancar pada umumnya
akan disajikan di neraca setelah penyajian aktiva lancar. Susunan atau urutan penyajian
seperti ini adalah berdasarkan pada kebiasaan (tradisi), bukan keharusan. Dalam beberapa
industri, seperti industri utilitas (contohnya adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa penerbangan, pelayaran, pembangkit listrik, telekomunikasi), aktiva tetapnya
bisa menempati bagian yang sangat signifikan pada total aktiva perusahaan secara
keseluruhan. Oleh sebab itu, kebanyakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
utilitas (jasa pelayanan publik) justru melaporkan aktiva tidak lancarnya lebih dulu, baru
kemudian diikuti dengan aktiva lancar.

2.2.3 Unsur Neraca


Menurut para ahli, unsur laporan neraca ada tiga, yaitu aktiva, pasiva dan modal. Dari
ketiga unsur ini akan dipetakan kembali menjadi beberapa unsur lain yang berbeda
sebagai berikut:
a. Harta (Asset / Aktiva)
Aktiva adalah kekayaan atau aset perusahaan yang berhasil dikumpulkan. Aset inilah
yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan di masa
selanjutnya. Unsur aktiva masih dibagi lagi menjadi dua yaitu aktiva tetap dan aktiva
lancar:
1) Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aset perusahaan yang digunakan untuk jangka panjang.
Minimal satu tahun. Biasanya aset ini digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan.
2) Aktiva lancar
Aktiva lancar adalah aset perusahaan yang hanya bisa digunakan untuk jangka
pendek. Pada umumnya digunakan untuk pembiayaan hutang jangka pendek atau
sudah jatuh tempo.
b. Hutang (Kewajiban / Liabilities)
Pasiva adalah kewajiban perusahaan. Di dalamnya terkait dengan tanggungjawab
pembayaran perusahaan terhadap pihak lain. Yang tergolong pasiva adalah hutang
perusahaan. Baik utang jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Modal (Ekuitas)
Unsur laporan neraca selanjutnya adalah modal. Baik modal yang dimaksudkan
sebagai aset pembiayaan maupun produk yang dijadikan dasar operasi bisnis.
Pencatatan laporan terkait hal ini biasanya berisi relevansi modal di akhir periode.
Baik yang dilakukan di akhir bulan maupun air tahun.
Ketiga unsur inilah yang harus ada pada format laporan neraca. Sehingga, ketika
disampaikan kepada pihak atasan, kondisi keuangan perusahaan bisa dianalisis sebagai
bahan evaluasi untuk pembiayaan perusahaan di periode selanjutnya.

2.2.4 Bentuk Dasar Neraca


Neraca mempunyai dua bentuk yaitu bentuk Scontro dan Staffel, penjelasannya
sebagai berikut:
a. Neraca Bentuk Scontro
Disebut juga Neraca bentuk T atau disebut Account Form. Neraca bentuk scontro ini
biasa disebut juga neraca bentuk T. Mengapa? Karena susunannya berbentuk
bersebelahan dengan kelompok harta (aktiva) sebelah kiri dan utang serta modal
(passiva) di sebelah kanan.
Tabel 2.1
Neraca Bentuk Scontro

b. Neraca Bentuk Staffel


Disebut juga sebagai Report Form. Mengapa neraca bentuk staffel disebut sebagai
neraca bentuk laporan? Karena bentuk susunannya berurutan dari atas ke bawah
secara berurutan. Neraca bentuk laporan tersusun secara urut dari kelompok harta
(aktiva) paling atas sampai kelompok utang dan modal paling bawah
Tabel 2.2
Neraca Bentuk Staffel

2.3 Laporan Laba Rugi


2.3.1 Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang sistematis tentang pendapatan dan beban
perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Laporan laba rugi ini akhirnya membuat
informasi mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba/rugi bersih, yang merupakan hasil
dari pendapatan dikurangi beban. Pendapatan penjualan bersih akan dikurangkan dengan
harga pokok penjualan untuk menentukan besarnya laba kotor. Laba kotor ini akan
dikurangkan dengan beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban
umum dan administrasi untuk menentukan besarnya laba operasional. Lalu, laba
operasional ini akan ditambah dengan pendapatan & keuntungan lain-lain dan
dikurangkan dengan beban & kerugian lain-lain untuk menentukan besarnya laba dari
operasi berjalan sebelum pajak penghasilan. Laba dari operasi berjalan sebelum pajak
penghasilan dikurangi pajak penghasilan atas laba operasi berjalan diperoleh laba operasi
berjalan setelah pajak penghasilan. Laba dari operasi berjalan setelah pajak penghasilan
ditambah atau dikurangi dengan operasi yang dihentikan (bersih setelah pajak) diperoleh
laba sebelum pos-pos luar biasa. Laba sebelum pospos luar biasa ditambah atau dikurangi
dengan keuntungan atau kerugian luar biasa (bersih setelah pajak) akan diperoleh laba
bersih.
Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan ukuran keberhasilan operasional
perusahaan selama periode waktu tertentu. Melalui laporan laba rugi, investor dapat
mengetahui besarnya tingkat profitabilitas yang dihasilkan. Kreditur juga dapat
mempertimbangkan kelayakan kredit debitur. Penetapan pajak yang nantinya akan
disetorkan ke kas negara, juga diperoleh berdasarkan jumlah laba bersih yang ditunjukkan
lewat laporan laba rugi. Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen dalam
menghasilkan profit untuk membayar bunga kreditur, dividen pemegang saham, dan pajak
pemerintah. Akhir-akhir ini, telah banyak dijumpai kecenderungan untuk lebih
memperhatikan ukuran laba yang terdapat pada laporan laba rugi dibandingkan dengan
ukuran lainnya. Informasi laba juga dapat dipakai untuk mengestimasi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (memprediksi atau
menafsir earnings power), menafsir risiko dalam berinvestasi, dan lain-lain.
Dengan mengkaji pendapatan dan beban, investor dapat mengetahui bagaimana
kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan kinerja investasi lain. Hal ini
dilakukan investor untuk menetapkan alternatif keputusan investasi yang lebih baik. Tentu
saja investor menginginkan dananya diinvestasikan di perusahaan yang memiliki hasil
kinerja yang lebih baik, guna menjamin keberlangsungan peningkatan nilai investasinya. Di
samping itu, melalui laporan laba rugi, investor juga dapat menilai mengenai
kecenderungan hasil kinerja manajemen dari waktu ke waktu, apakah semakin meningkat
atau justru menurun. Walaupun kesuksesan di masa lalu tidak menjamin kesuksesan
dimasa depan, paling tidak dengan adanya laba rugi tersebut, investor dapat memperoleh
gambaran awal tentang kinerja keuangan secara keseluruhan.

2.3.2 Fungsi dan Tujuan Laporan Laba Rugi


Bukan hanya sekedar mengetahui kondisi keuangan perusahaan, apakah sedang
mendapatkan laba atau sedang merugi. Penyusunan laporan laba rugi disusun karena
memiliki peran penting dalam perusahaan sebagai berikut:
a. Memberikan informasi mengenai jumlah total pajak yang harus dibayarkan.
b. Memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan, apakah memperoleh laba atau
merugi.
c. Menjadi bahan referensi untuk evaluasi pihak manajemen untuk menentukan langkah
yang harus diambil di periode berikutnya.
d. Menjadi sumber informasi mengenai tingkat keberhasilan perusahaan dalam
menentukan besaran biaya perusahaan.
e. Membantu proses analisis usaha yang mampu mengukur perkembangan bisnis.
f. Menjadi acuan perusahaan dalam pengembangan bisnis dan untuk memperoleh laba
yang terus meningkat.
g. Membantu proses analisis strategi perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
strategi bisnis yang telah diterapkan.
h. Menjadi cerminan profil suatu bisnis bagi calon investor maupun kreditur yang akan
melakukan transaksi bisnis.

2.3.3 Elemen Laporan Laba Rugi


Dalam laporan laba-rugi terdapat beberapa elemen dan unsur utama. Berikut adalah
beberapa unsur dan elemen utama yang harus ada dalam laporan laba rugi jika kita ingin
membuat laporan, khususnya laporan laba rugi dalam bentuk multi–step.
a. Pendapatan atau Penjualan Bersih
Pendapatan atau penjualan bersih adalah pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan
operasional utama bisnis. Nilai ini didapat dari total pendapatan kotor setelah
dikurangi diskon, retur, dan tunjangan penjualan lainnya.
b. Harga pokok penjualan (HPP)
Harga Pokok Penjualan merupakan biaya utama dalam perusahaan dagang dan
mewakili apa yang dibayar perusahaan untuk pembelian persediaan yang akan
dijualnya.
c. Laba Kotor (Gross Profit)
Laba kotor adalah penjualan bersih dikurangi Harga Pokok Penjualan. Unsur ini biasa
digunakan manajemen sebagai patokan, apakah perusahaan harus menaikkan atau
mengurangi biaya HPP-nya.
d. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah segala pengeluaran di luar biaya HPP yang terjadi untuk
menjalankan aktivitas normal perusahaan. Dalam laporan multi-step, biaya
operasional menjadi dua, yaitu Biaya Penjualan dan Biaya Administrasi.
Biaya Penjualan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk penjualan dan
pemasaran seperti gaji dan komisi pemasaran, biaya perjalanan pemasaran, iklan, sewa
dan utilitas, dan lain sebagainya.
Sedangkan biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
keperluan manajemen bisnis secara keseluruhan seperti termasuk gaji manajemen,
biaya asuransi, persediaan yang digunakan manajemen, penyusutan pada peralatan
kantor, dan lainnya.
e. Pendapatan Operasional
Unsur pendapatan operasional ini baru akan diketahui setelah nilai Laba Kotor
dikurangi Biaya Operasional. Dengan kata lain, Pendapatan Operasional ini mewakili
jumlah pendapatan yang diperoleh langsung dari aktivitas operasional utama bisnis.
f. Pendapatan & Pengeluaran Lainnya
Pendapatan dan pengeluaran yang terjadi dan tidak terkait secara langsung dengan
penjualan produk yang secara teratur ditawarkan dan dijual, misalnya pendapatan dan
beban bunga, pajak-pajak, keuntungan dari penjualan aset, dan lainnya.
g. Laba Bersih / Rugi
Laba bersih adalah pos terakhir yang berada di bagian bawah dalam Laporan Laba
Rugi. Nilai ini diperoleh setelah pendapatan operasional ditambah dengan pendapatan
lain-lain dan dikurangi biaya lain-lain.
2.3.4 Bentuk Laporan Laba Rugi
Laporan Laba-Rugi dapat disajikan dalam 2 (dua) bentuk dijelaskan sebagai berikut:
a. Bentuk Single Step
Bentuk laporan laba rugi single step hanya memisahkan antara kumpulan pendapatan
dengan laba, dan kumpulan akun-akun biaya dan kerugian-kerugian. Selengkapnya catatan
dalam bentuk single step ini diantaranya adalah:
 semua pendapatan dan keuntungan ditempatkan ke bagian awal laporan laba rugi
 Diikuti dengan seluruh beban serta kerugian yang masuk ke dalam kategori operasi.
 selisih antara total pendapatan dan keuntungan dan total beban dan kerugian
menghasilkan laba operasi
Tabel 2.3
Laporan Laba Rugi Bentuk Single Step

b. Bentuk Multiple Step


Bentuk multiple step adalah bentruk laporan laba rugi yang mengelopokkan akun
pendapatan dan biaya menjadi sebuah runtutan akun. Selengkapnya catatan dalam bentuk
multiple step ini diantaranya adalah:
 memisahkan transaksi operasi dari transaksi non-operasi
 membandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan
 laba operasional biasanya akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas biasa
dengan aktivitas yang tidak biasa
Pada intinya kedua bentuk laporan laba rugi ini hanya dibedakan oleh apakah menyusun
dengan cara pengelompokkan pendapatan dan bebannya atau tidak.

Tabel 2.4
Laporan Laba Rugi Bentuk Multiple Step

2.4 Laporan Arus Kas


2.4.1 Pengertian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah sebuah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan
arus kas keluar secara terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari aktivitas
operasi, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas pendanaan/ pembiayaan untuk satu
periode waktu tertentu. Laporan arus kas menunjukkan besarnya kenaikan/penurunan
bersih kas dari seluruh aktivitas selama periode berjalan serta saldo kas yang dimiliki
perusahaan sampai dengan akhir periode. Laporan arus kas ini akan memberikan
informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari
aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi kewajiban, dan membayar dividen.
Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan
operasional yang telah berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan
di masa yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan oleh kreditor dan investor
dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi perusahaan dalam menghasilkan laba
(keuntungan).
Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba, dan informasi mengenai laba
merupakan indikator yang baik untuk menentukan atau menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas di masa yang akan datang. Laporan arus kas dibutuhkan karena:
a. kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya.
b. seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat
diperoleh lewat laporan ini.
c. dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa
mendatang.
Laporan laba rugi menunjukkan besarnya jumlah laba bersih, dan tidak menunjukkan
jumlah kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi. Laporan laba ditahan menunjukkan
besarnya dividen tunai yang diumumkan oleh investee kepada investor sepanjang periode
berjalan, bukan besarnya dividen tunai yang dibayarkan. Neraca komparatif menunjukkan
besarnya penambahan aktiva tetap yang terjadi selama periode berjalan, namun tidak
menunjukkan bagaimana penambahan aktiva tetap tersebut dibiayai. Demikian juga, dalam
neraca komparatif menunjukkan adanya penambahan jumlah lembar saham biasa yang
beredar dan penurunan jumlah utang .obligasi, tetapi tidak menunjukkan bagaimana
penurunan jumlah utang obligasi tersebut dibiayai. Dengan laporan arus kas, informasi
mengenai dari mana saja sumber penerimaan kas dan untuk apa saja kas dikeluarkan akan
tersaji secara terperinci.
Laporan keuangan dasar (laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan
laporan arus kas) tidak dapat memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan pemakai.
Kreditor dan pemegang saham perlu mengetahui metode akuntansi yang digunakan
perusahaan dalam mencatat akun-akun laporan keuangan. Beberapa informasi tambahan
yang dibutuhkan adalah bersifat deskriptif dan dilaporkan dalam bentuk narasi. Dalam
kasus lainnya, data tambahan mengenai perhitungan atau rincian angka diperlukan. Untuk
dapat menginterpretasikan angka-angka yang terkandung dalam laporan keuangan,
pemakai harus dapat membaca catatan laporan keuangan ( notes to the financial
statements) dan memahami asumsi-asumsi yang dipakai dalam mencatat akun-akun
laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari komponen laporan keuangan lainnya. Tujuan catatan ini adalah
untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas


Laporan arus kas ini akan memberikan informasi yang berguna mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan
investasi, melunasi kewajiban, dan membayar dividen. Secara terperinci tujuan dari
Laporan Arus Kas sebagai berikut:
a. Mengetahui kemampuan entitas arus kas periode selanjutnya
Tujuan yang pertama dari penerapan arus kas perusahaan adalah perusahaan dapat
mengetahui seperti apa kemampuan entitas di dalam menentukan arus kas masa yang
akan datang. Perusahaan bisa mengetahui adanya ketidakpastian tentang arus kas
tersebut dengan cara mengamati hubungan antar pos laporan.
b. Mengetahui kemampuan membayar dividen
Ketika perusahaan menerapkan sebuah laporan arus kas, maka perusahaan tersebut
bisa mendapatkan informasi mengenai kemampuan di dalam membayar dividen serta
untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan bisa mendapatkan gambaran tentang gaji
karyawan, hutang yang harus dibayarkan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu para
investor maupun pemakai informasi yang berhubungan dengan keuangan akan lebih
tertarik untuk mengetahui laporan arus kas yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan
begitu, mereka bisa menarik sebuah kesimpulan kira-kira seperti apa perusahaan
tersebut.
c. Memeriksa setiap transaksi investasi
Tujuan yang ketiga dari penerapan arus kas pada perusahaan adalah perusahaan
tersebut dapat mengetahui serta memeriksa apa saja transaksi yang dilakukan.
Perusahaan bisa tahu apa saja kewajiban yang harus dilaksanakan serta jumlah aset
yang dimilikinya.

Ketika perusahaan menerapkan arus kas atau mencatat semua transaksi perusahaan, maka
perusahaan tersebut akan memperoleh beberapa manfaat berikut:
a. Mengetahui kemampuan perusahaan
Manfaat pertama dari adanya cash flow adalah perusahaan dapat mengetahui seperti
apa kemampuan yang dimilikinya melalui sebuah laporan kas. Dengan begitu,
perusahaan akan memiliki gambaran mengenai seberapa jauh perusahaan tersebut
berkembang serta seberapa banyak kas yang mampu dihasilkannya. Tentu saja
manfaat yang satu ini sangat berperan penting dalam kelangsungan perusahaan.
b. Mengetahui kemajuan operasional
Manfaat yang kedua adalah perusahaan mampu mengetahui kemampuannya sendiri
tentang operasional perusahaan. Perusahaan dapat memiliki gambaran mengenai
seberapa bagus perusahaan tersebut dalam menjalankan operasionalnya. Salah satu
contohnya adalah pembayaran gaji karyawan.
c. Mengetahui keuntungan perusahaan
Manfaat penerapan arus kas bagi perusahaan adalah dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk mengetahui seberapa banyak keuntungan yang mampu dihasilkan oleh
perusahaan. Semua perusahaan maupun badan usaha lainnya pasti berjalan dengan
harapan untuk mendapatkan keuntungan dengan persentase yang berbeda-beda. Maka
dari itu, ketika perusahaan tersebut hendak mendapatkan informasi seberapa banyak
atau berapa persen keuntungan yang dihasilkan perusahaan tersebut, bisa dilakukan
melalui laporan arus kas. Perusahaan akan memperoleh informasi tentang berapa laba
bersih yang berhasil dihasilkan. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut tidak
menerapkan atau tidak memiliki laporan arus kas, maka sudah pasti perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang berapa keuntungan yang
berhasil diperoleh.
d. Pengambilan keputusan perusahaan
Dengan mengetahui cash flow yang disusun secara sistematis dan berurutan dari
setiap transaksinya, maka hal ini bisa menjadi sebuah pedoman tentang seperti apa
langkah selanjutnya yang akan diambil oleh perusahaan tersebut. Seorang pimpinan
perusahaan sudah pasti paham tentang apa saja yang perlu untuk diberikan perhatian,
termasuk juga pada saat perusahaan tersebut mempunyai divisi atau pos.

2.4.3 Elemen Laporan Arus Kas


Arus kas atau cash flow merupakan laporan keuangan yang di dalamnya memuat
semua informasi yang berkaitan dengan transaksi yang sudah dilakukan dalam waktu
tertentu. Transaksi tersebut bisa berupa pendapatan maupun pengeluaran. Laporan
keuangan harus disusun secara sistematis berdasarkan waktu atau kapan transaksi
tersebut dilakukan. Adapun isi dari laporan keuangan tersebut seperti hutang,
pengambilan private, maupun apa saja beban yang wajib dikeluarkan perusahaan. Arus
kas sendiri masih dikelompokkan menjadi 3 (tiga) elemen atau bagian, yaitu operasional,
investasi, serta pendanaan. Berikut penjelasan tentang ketiga elemen laporan arus kas
tersebut:
a. Arus Kas Operasional
Arus kas operasional berhubungan dengan semua operasional perusahaan yang terjadi
dalam waktu tertentu. Beberapa contoh yang tergolong ke dalam arus kas operasional
yaitu pembayaran pajak, pendapatan piutang, pembayaran hutang, membayar gaji
karyawan, penerimaan kas yang berasal dari konsumen, pembayaran bunga, dan
berbagai kegiatan operasional lainnya.
b. Arus Kas Investasi
Arus kas investasi ini merupakan transaksi yang berhubungan dengan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan, investasi tersebut dapat berupa arus kas keluar dan arus
kas masuk. Beberapa contoh yang termasuk arus kas investasi yaitu pembelian atau
penjualan aset tetap, penyertaan saham, dan lain sebagainya.
c. Arus Kas Pendanaan
Arus kas pendanaan merupakan laporan yang isinya tentang pembiayaan perusahaan.
Pembiayaan tersebut bisa berupa penambahan atau pengurangan modal yang
dilaksanakan pada periode tertentu. Adapun contoh dari arus kas pendanaan antara
lain pinjaman bank, penerbitan obligasi, penerbitan saham, dan lain sebagainya.

2.4.4 Metode Laporan Arus Kas


Setelah memahami pengertian, tujuan, serta apa saja manfaat yang bisa kita
dapatkan melalui arus kas, maka di bawah ini akan dijelaskan juga tentang metode dalam
menyusun laporan kas.
a. Metode tidak langsung (Indirect Cash Flow)
Metode ini lebih tertuju pada perbedaan antara laba bersih dengan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasional. Mengapa? Karena di dalam menentukan arus kas
yang berkaitan dengan aktivitas operasional, yang dihitung bukan kas namun
pengaruh transaksi, beban investasi, dan unsur penghasilan dengan berdasarkan
neraca keuangan dan juga laporan laba dan rugi.
Tabel 2.5
Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung
PT JAYA TERUS

LAPORAN ARUS KAS


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500
Ditambah :
Biaya depresiasi 18.000
Penurunan persediaan kantor 8.000
Kenaikan hutang jangka pendek 16.800
Kenaikan hutang biaya 1.200
44.000
Dikurangi :
Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000
Kenaikan piutang usaha 9.000
Penurunan hutang pajak 1.500
Laba penjualan aktiva tetap 30.000
41.500
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000
Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan pendanaan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan pendanaan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000
b. Metode langsung (Direct Cash Flow)
Dalam metode langsung, laporan akan terlebih dahulu dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yakni investasi, operasional, dan pendanaan. Selanjutnya, masih akan dibagi
menjadi dua pada masing-masing kegiatan tersebut yaitu pengeluaran dan pemasukan.
Setelah itu juga masih harus dibagi lagi berdasarkan seperti apa kegiatan pada
pemasukan dan pengeluaran. Perlu dipahami bahwa laporan yang dibuat berdasarkan
metode langsung cenderung mudah dipahami sehingga bisa diketahui sumber dana
maupun untuk apa saja dana tersebut.

Tabel 2.6
Laporan Arus Kas Metode Langsung
PT JAYA TERUS
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan 951.000
Dikurangi :
Kas untuk membeli persediaan 555.200
Kas untuk membayar biaya operasi 259.800
Kas untuk membayar biaya bunga 14.000
Kas untuk membayar pajak 29.000
858.000
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000
Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan pendanaan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan pendanaan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000
BAB III
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan Pembahasan :
Dapat memahami cara menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk membuat
keputusan ekonomi yang lebih baik untuk mendapatkan penghasilan di masa depan.

3.1 Analisis Laporan Keuangan


3.1.1 Arti Penting Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah proses meninjau dan menganalisis laporan
keuangan perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik untuk
mendapatkan penghasilan di masa depan. Menurut Prastowo (2008), analisis laporan
keuangan adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta menghubungkan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti secara keseluruhan.
Laporan Keuangan dibuat untuk mengetahui gambaran tentang posisi suatu
keuangan pada perusahaan serta hasil-hasil yang diperoleh oleh perusahaan. Laporan
Keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
komunikasi data keuangan antara pengelola perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data-data tersebut. Analisis laporan keuangan adalah proses
meninjau dan menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk membuat keputusan
ekonomi yang lebih baik untuk mendapatkan penghasilan di masa depan. Umumnya,
analisa ini digunakan oleh perusahaan atau organisasi dalam memeriksa seluruh jenis
laporan keuangan secara berkala. Melakukan analisa ini sangat penting karena dapat
melihat stablitas keuangan bahkan menghitung untung rugi sebuah perusahaan. Dalam
melakukan analisis keuangan, seorang analis menguraikan setiap komponen-komponen
laporan keuangan agar bisa mendapatkan informasi secara detail. Informasi-informasi
terhadap komponen laporan keuangan ini sangat penting untuk mengetahui kondisi
keuangan dari sebuah perusahaan. Sehingga dapat dijadikan suatu rujukan dalam sebuah
pengambilan keputusan. Mengapa analisis laporan keuangan itu penting?
a. Memberikan input (informasi) untuk pengambilan keputusan
b. Dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang

3.1.2 Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan merupakan proses penganalisaan terhadap laporan
keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi, serta lampirannya untuk
mengetahui posisi keuangan dan tingkat kesehatan perusahaaan yang tersusun secara
sistematis dengan teknik tertentu. Analisis laporan keuangan ini bertujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Analisis laporan keuangan adalah proses meninjau dan menganalisis laporan
keuangan perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik untuk
mendapatkan penghasilan di masa depan.

3.1.3 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan


Ada beberapa tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh berbagai pihak dengan
adanya analisis laporan keuangan, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentum baik
harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah diperoleh untuk beberapa
periode;
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan,
c. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki perusahaan;
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan ke depan yang
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini;
e. Untuk mengevaluasi kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak
karena sudah dianggap berhasil atau gagal;
f. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis atas hasil yang telah dicapai.
Dari sudut lain tujuan analisis Laporan Keuangan menurut Bernstein (1983:32) adalah
sebagai berikut:
a. Screening
Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan
untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
b. Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang
akan datang.
c. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang
terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain.
d. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-
lain.
e. Understanding
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari
laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam.

Sedangkan manfaat analisis laporan keuangan berdasarkan pada kepentingan para


pemakai laporan yaitu:
a. Untuk mengetahui hubungan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain baik
dalam satu laporan keuangan maupun antar laporan keuangan, sehingga apabila
terjadi kelemahan dalam satu atau beberapa perusahaan dari laporan keuangan akan
diambil tindakan untuk memperbaikinya.
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan
c. Bersama dengan anggaran kas dapat digunakan untuk memprediksi laporan keuangan
dimasa yang akan datang.
d. Untuk mengetahui posisi dan perkembangan dari satu atau beberapa laporan
keuangan sehingga dapat diramalkan kecenderungannya pada masa yang akan datang.

3.1.4 Prosedur Analisis Laporan Keuangan


Menurut Bernstein (1983:3) analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode
dan teknik analisis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu
ukuruan-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui prosedur dalam analisis laporan
keuangan meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Review Data Laporan Keuangan
Merupakan aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik
sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang berlaku.
b. Menghitung
Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-
perhitungan, baik metode perbandingan, persentase per komponen, analisis rasio
keuangan, dan lain-lain.
c. Membandingkan atau Mengukur
Langkah berikutnya setelah melakukan perhitungan adalah membandingkan atau
mengukur. Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan
tersebut
d. Menginterpretasi
Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil
pembandingan atau pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil
interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dicapai
perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
e. Rekomendasi
Merupakan langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisa. Dengan memahami
problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan diberikan rekomendasi yang
tepat.

3.1.5 Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan


Terdapat beberapa keterbatasan atau kekurangan dalam melakukan analisis
laporan keuangan, yaitu sebagai berikut.
a. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, sehingga kelemahan
yang ada di dalam laporan keuangan harus selalu diperhatikan dan dipertimbangkan.
Hal tersebut bertujuan agar kesimpulan dari hasil analisis tidak salah.
b. Objek dalam melakukan proses analisis laporan keuangan hanya berupa laporan
keuangan. Untuk dapat memberikan suatu penilaian terhadap laporan keuangan tidak
cukup hanya dengan menggunakan angka – angka yang terdapat pada laporan
keuangan. Tapi juga harus melihat beberapa aspek lainnya seperti situasi ekonomi,
gaya manajemen, situasi industri, tujuan perusahaan, budaya perusahaan, dan budaya
masyarakat.
c. Objek dalam proses analisis adalah informasi historis yang mencerminkan masa lalu
dan keadaan ini bisa berbeda dengan keadaan di masa yang akan datang.
d. Apabila melakukan perbandingan dengan perusahaan lain, maka harus dilihat
beberapa perbedaan prinsip yang dapat menjadi penyebab perbedaan angka. Misalnya
prinsip akuntansi, ukuran perusahaan, jenis industri, periode laporan, laporan
individual atau konsolidasi, motif perusahaan.
e. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil dari konversi mata uang asing harus
mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan perbedaan dapat terjadi
karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.

3.1.6 Metode Analisis Laporan Keuangan


Metode analisis laporan keuangan dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis vertikal dan
horizontal.
a. Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang hanya dilakukan oleh satu periode laporan
keuangan. sehingga keterangan yang didapat hanya menggambarkan hubungan kunci
antar pos-pos laporan keuangan satu periode saja, tidak dapat mengetahui perkembangan
kondisi perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lainnya. Analisis vertikal juga
dapat berupa perbandingan terhadap informasi serupa dari perusahaan lain yang berada
dalam satu industri yang sama dan pada periode waktu yang sama. Adapun
karakteristiknya adalah:
 Bersifat statis
 Dilakukan hanya terhadap satu periode laporan keuangan saja
 Menggambarkan hubungan kunci antar pos laporan keuangan dalam satu periode saja.
 Bisa berupa analisis perbandingan dengan perusahaan lain dalam satu periode yang
sama.
b. Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan
laporan keuangan dari beberapa periode. Dengan kata lain, perbandingan dilakukan
dengan informasi serupa dari perusahaan tetapi untuk periode waktu yang berbeda.
Adapun karakteristiknya adalah:
 Bersifat dinamis
 Dilakukan terhadap lebih dari satu periode laporan keuangan
 Menggambarkan perkembangan perusahaan dari satu periode ke periode lain
 Bisa berupa analisis perbandingan dalam perusahaan sendiri dan dengan perusahaan
lain dalam periode yang berbeda.

3.2 Tehnik Analisis Laporan Keuangan


3.2.1 Analisis Rasio
Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio yang menggunakan laporan
keuangan dan berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan
menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara pos dalam
laporan keuangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
 Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan secara
keseluruhan, rasio harus digunakan secara bersama-sama.
 Perbandingan kinerja antara perusahaan seharusnya dilakukan dengan menggunakan
data keuangan perusahaan sejenis.
 Perhitungan rasio seharusnya didasarkan pada data laporan keuangan yang sudah
diaudit oleh akuntan independen atau akuntan publik.
Analisis Rasio Keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan menghubungkan
berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis
rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara:
a. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun maka akan
dapat dipelajari komposisi perubahan yang terjadi pada kondisi keuangan perusahaan
b. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain atau
dengan rata rata industrinya maka dapat membantu mengidentifikasi adanya
penyimpangan atau tidak.

3.2.2 Analisis Trend


Analisis Trend menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos pos laporan
keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun). Mengapa analisis trend itu
penting? Karena analisis trend dapat memberikan informasi mengenai tingkat
pertumbuhan masing masing pos laporan keuangan dari tahun ke tahun. Didalam analisis
trend menggunakan angka indeks. Angka Indeks adalah angka yang dipakai sebagai
perbandingan dua atau lebih kegiatan yang sama untuk kurun waktu yang berbeda. Angka
indeks memiliki satuan prosentase (%), namun dalam prakteknya jarang atau hampir tidak
pernah disertakan
3.2.3 Analisis Common Size
Common‐size analysis adalah analisis laporan keuangan dengan membandingkan
item-item dalam laporan keuangan sebagai persentase item kunci seperti aset dan
pendapatan. Dalam laporan laba rugi, akun-akunnya dibagi dengan pendapatan, sedangkan
di neraca, setiap akun dibandingkan dengan total aset. Analisis common size disusun
dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan neraca laba rugi dan neraca
menjadi proporsi. Proporsi dari penjualan jika untuk lap L/R, proporsi dari total asset jika
untuk neraca. Tujuannya memudahkan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa
periode.

3.2.4 Analisis Sumber dan Penggunaan Dana


Analisis Sumber dan Penggunaan Dana disusun untuk mengetahui perubahan pada
masing-masing pos pada dua periode sehingga diperoleh informasi sebab terjadinya
surplus / defisit kas. Dilakukan dengan menyusun laporan perubahan posisi kas atau
laporan yang menunjukkan perubahan kas selama dua periode dan memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan sumber dan penggunaan. Apa
yang ingin diketahui dengan menggunakan analisis sumber dan penggunaan dana ini?
Yaitu : (1) Untuk mengetahui berapa besar kenaikan / penurunan pos aktiva, (2)
mengetahui darimana dana diperoleh untuk berbagai kenaikan aktiva tersebut bila terjadi
kenaikan dan kemana larinya dana tersebut bila terjadi penurunan aktiva, dan (3) alasan
yang baik untuk melakukan restrukturisasi pinjaman.

3.2.5 Analisis Du Pont


Rasio yang menganalisis kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pengembalian
atas ekuitas, atau Return on Equity (ROE). Pada prinsipnya, Dupont Analysis merupakan
alat analisis yang digunakan untuk menganalisis laba dari perusahaan atau bisnis.
Perhitungan Dupont Analysis yang merinci berbagai komponen keuangan yang
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam memperoleh laba membuat manajer mengetahui
kekuatan dan kelemahan dari indikator komponen keuangan perusahaan. Hal ini dapat
digunakan manajer untuk mengambil kebijakan dalam mengelola perusahaannya agar
operasinya lebih efisien. Berikut adalah 3 (tiga) komponen utama ROE (Return On Equity):

ROE

Net Profit Margin Total Assets Turnover Financial Leverage

Gambar 3.1
Komponen Utama ROE
Perhitungan Dupont Analysis mempunyai satu dasar indikator yang fundamental, yaitu
Return on Equity (ROE). Pada indikator ROE sendiri, ada tiga indikator keuangan yang
mempengaruhinya. Indikator-indikator tersebut adalah efisiensi operasi, efisiensi
penggunaan aset, dan leverage keuangan
BAB IV
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami perhitungan rasio yang menggunakan laporan keuangan
serta fungsinya sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

4.1 Rasio Keuangan


4.1.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis perusahaan untuk menilai kinerja suatu
perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan pos
keuangan (neraca, laporan/laba rugi, laporan arus kas). Rasio merupakan alat ukur yang
digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Dengan menggunkan alat analisis berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang relevan dan signifikan yang menunjukkan
hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara pos dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan
perusahaan·dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan dituángkan
dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing.
Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat
satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi
lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan secara
keseluruhan, rasio harus digunakan secara bersama sama.
b. Perbandingan kinerja antar perusahaan seharusnya dilakukan dengan menggunakan
data keuangan perusahaan sejenis.
c. Perhitungan rasio seharusnya didasarkan pada data laporan keuangan yang sudah
diaudit oleh akuntan independen / akuntan publik

4.1.2 Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan menghubungkan
berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun maka akan dapat
dipelajari komposisi perubahan yang terjadi pada kondisi keuangan perusahaan. Dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain atau dengan rata rata
industrinya maka dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan atau tidak.
Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara) yaitu:
a. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun maka akan
dapat dipelajari komposisi perubahan yang terjadi pada kondisi keuangan perusahaan
b. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain atau
dengan rata rata industrinya maka dapat membantu mengidentifikasi adanya
penyimpangan atau tidak

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan


menjadi sebagai berikut.
a. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.
b. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber
dari laporan laba rugi.
c. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data
campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi.

4.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan


Rasio keuangan berupa angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang relevan dan signifikan yang menunjukkan
hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara pos dalam laporan
keuangan. Rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
a. Angka yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan
b. Pengganti yang sederhana dari informasi dalam lap. keuangan yang pada dasarnya
sangat rinci dan rumit.
c. Dapat mengidentifikasi posisi perusahaan dalam industri
d. Bermanfaat dalam pengambilan keputusan
e. Dapat melihat perkembangan perusahaan secara periodik
f. Lebih mudah melihat tend perusahaan dan melakukan prediksi di masa yang akan
datang

Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan
kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti
rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin seratus persen kondisi dan posisi keuangan
yang sesungguhnya. Oleh karena itu rasio keuangan juga memiliki beberapa kelemahan
sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam identifikasi kategori industri jika perusahaan yang dianalisis dari
berbagai bidang usaha
b. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan rasio yang berbeda pula
c. Data laporan keuangan bisa saja merupakan data manipulasi akuntansi
d. Pengaruh penjualan musiman
e. Kesesuaian antara hasil rasio dengan standar industri bukan jaminan bahwa
perusahaan telah dikelola dengan baik

4.1.3 Jenis Jenis Rasio Keuangan


4.2 Rasio Likuiditas
4.2.1 Pengertian Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan ketika membayar liabilitas
jangka pendek sesuai jatuh tempo. Rasio likuiditas ( liquidity ratio) yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya sesuai waktu yang sudah
ditentukan. Menggambarkan kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan
memenuhi aktiva lancar perusahaan terhadap utang lancarnya ini juga merupakan
pengertian dari rasio likuiditas. Ada yang berpendapat bahwa likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan liabilitas jangka pendeknya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya secara tepat atau
sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas mempunyai banyak manfaat untuk pihak yang mempunyai
kepentingan seperti pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio likuiditas secara keseluruhan:
a. Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang akan segera jatuh
tempo.
b. Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan
menggunakan total aset lancar dan aset sangat lancar (tanpa memperhitungkan
persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya).
c. Mengukur tingkat ketersediaan uang kas perusahaan dalam membayar utang jangka
pendek.
d. Sebagai alat perencanaan keuangan di masa mendatang terutama yang berkaitan
dengan perencanaan kas dan utang jangka pendek.
e. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan
membandingkannya selama beberapa periode.

4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Likuiditas


Terdapat 3 (tiga) macam pengukuran dalam memperhitungkan rasio likuiditas yang
dijelaskan yaitu:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan
memenuhi liabilitas jangka pendeknya saat jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Apabila
rasio lancar rendah maka dapat dikatakan perusahaan kurang modal untuk membayar
utang, dan sebaliknya. Rumus untuk mencari rasio lancar yang dapat digunakan sebagai
berikut:
Aktiva lancar ( Current Assets )
Current Ratio =
Utang lancar ( Current Liabilities )

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi utang lancarnya dengan unsur aset lancar yang tidak liquid seperti persediaan
dan prepayment dikeluarkan dari perhitungan. Rumus untuk mencari rasio cepat dapat
digunakan sebagai berikut:

Current Assets -Inventory


Quick Ratio =
Current Liabilities

c. Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio kas adalah alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang
jangka pendek dengan melihat rasio kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan.
Ketersediaan kas dapat ditunjukkan dari kesediaan dana kas seperti rekening giro atau
tabungan di bank. Rumus untuk mencari rasio kas dapat diunakan sebagai berikut:

Cash or Cash equivalent


Cash Ratio =
Utang lancar ( Current Liabilites )

4.3 Rasio Aktivitas


4.3.1 Pengertian Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana tingkat pemanfaatan
sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan. Rasio yang mengukur
sejauh mana efektivitas penggunaan aset dalam menentukan tingkat aktivitas aset pada
tingkat kegiatan tertentu. Pengertian lain mengatakan bahwa rasio aktivitas merupakan
rasio yang digunakan untuk untuk menilai tingkat efisiensi atas pemanfaatan sumber daya
yang ada di perusahaan, atau aktivitas perusahaan setiap harinya. Efisien yang dilakukan
misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan lain-lain. Jadi rasio aktivitas
adalah rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan meningkatkan pemanfaatan
sumberdaya yang dimilikinya untuk menunjang aktivitas perusahaan yang akan datang.

4.3.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas dikenal sebagai rasio pemanfaatan aset, dimana rasio ini digunakan
untuk menilai efektivitas dan intensitas aset perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio aktivitas secara keseluruhan:
a. Mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha dan persediaan
berputar dalam satu periode.
b. Menghitung lamanya rata-rata penagihan piutang usaha.
c. Menilai efektif tidaknya aktivitas penagihan piutang usaha dan penjualan persediaan
barang dagang yang telah dilakukan selama periode.
d. Menghitung lamanya rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual.
e. Modal kerja berputar dalam satu periode, atau untuk mengukur berapa besar tingkat
penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah modal kerja yang digunakan
f. Mengukur seberapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah aset
tetap dan total aset yang digunakan.

4.3.3 Macam Macam Ukuran Rasio Aktivitas


Terdapat beberapa macam rasio untuk mengukur tingkat aktivitas perusahaan adalah
sebagai berikut:
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang merupakan rasio untuk mengukur seberapa lama penagihan
puitang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya
dan sebaliknya. Cara mencari rasio ini yaitu:

Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Rata-rata piutang

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)


Perputaran sediaan adalah rasio untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam
sediaan ini berputar dalam suatu periode. Cara menghitung rasio perputaran sediaan yaitu:

Cost of good sold (HPP)


Perputaran Persediaan =
Average Inventory (Rata-rata persediaan)

c. Perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over)


Perputaran modal kerja merupakan rasio dalam mengukur seberapa banyak modal
kerja perusahaan berputar selama periode tertentu. Cara menghitung rasio perputaran
modal kerja sebagai berikut:
Penjualan bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal kerja rata-rata
d. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Fixed assets turn over merupakan rasio yang mengukur dana-dana yang ditanamkan
dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Cara menghitung rasio fixed assets turn
over sebagai berikut:

Penjualan ( Sales)
Perputaran Aktiva Tetap =
Total Aktiva Tetap ( Total fixed assets )

e. Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over)


Total asset turn over merupakan rasio yang mengukur perputaran semua aktiva yang
dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva. Cara menghitung rasio total assets turn over sebagai berikut:

Penjualan ( Sales )
Perputaran Total Aset =
Total Aktiva ( Total assets )

4.3 Rasio Solvabilitas


4.2.1 Pengertian Rasio Solvabilitas
Dalam menjalankan kegiatannya setiap perusahaan pastinya memiliki berbagai
kebutuhan terkait dengan dana agar perusahaan berjalan dengan tujuan yang diinginkan.
Perusahaan mempunyai dua pilihan sumber dana yaitu modal sendiri atau pinjaman baik
ke bank dan lembaga keuangan lainnya. Kombinasi dalam menggunakan dana disebut
dengan nama rasio penggunaan dana pinjaman atau dikenal dengan rasio solvabilitas.
Rasio solvabilitas adalah menilai seberapa besar beban utang yang harus ditanggung oleh
perusahaan. Pengertian lain rasio solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan
yang ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi adalah perusahan yang total
liabilitasnya lebih besar sehingga dapat menempatkan perusahaan dalam bahaya.
Sebaliknya apabila perusahaan memiliki tingkat rasio yang rendah tentunya memiliki
resiko kerugian yang rendah pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini
juga bisa mengakibatkan rendahnya hasil pengembalian ( return) pada saat perekonomian
tinggi.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas


Hasil penjumlahan rasio solvabilitas diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam
memutuskan antara penggunaan dana dari pinjaman atau penggunaan dana dari modal
sebagai alternatif sumber pembiayaan aset perusahaan. Penjumlahan ini perlu dilakukan
secara cermat mengingat bahwa masing-masing jenis pembiayaan tersebut mempunyai
kekurangan dan kelebihan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio solvabilitas secara keseluruhan:
a. Mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor, khususnya jika
dibandingkan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki perusahaan.
b. Mengetahui posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap jumlah modal yang
dimiliki perusahaan.
c. Menilai kemampuan aset perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban, termasuk
kewajiban yang bersifat tetap.
d. Menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh modal dan utang.
e. Menilai seberapa besar pengaruh hutang terhadap pembiayaan aset perusahaan.
f. Mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai jaminan utang
bagi kreditor dan modal bagi pemilik atau pemegang saham.
g. Mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan
hutang dan jaminan utang jangka panjang.
h. Menilai kemampuan perusahaan yang diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan
pajak dalam membayar bunga pinjaman.
i. Menilai kemampuan perusahaan yang diukur dari jumlah laba operasional dalam
melunasi seluruh kewajiban.

4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Solvabilitas


Terdapat beberapa macam rasio untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan
adalah sebagai berikut:
a. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to asset ratio ini mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
liabilitas atau seberapa banyak utang perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
pengelolaan aktiva. Debt to asset ratio merupakan rasio liabilitas yang digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi total utang menggunakan total aktiva.
Apabila hasil pengukuran nilai rasionya tinggi maka menandakan bahwa pendanaan
dengan utang semakin banyak dan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman dengan kekhawatiran perusahaan tidak mampu menutupi utangnya
dengan aktiva yang dimilikinya. Adapun rumus untuk menghitung debt to asset ratio yaitu:

Total debt
Debt to asset ratio =
Total assets

b. Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio yang berguna sebagai
informasi jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Bagi
perusahaan, semakin besar rasio ini, akan semakin baik. Sebaliknya, rasio yang rendah
maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi peminjam jika terjadi penyusutan terhadap nilai aktiva Adapun rumus
untuk mengukur debt to equity ratio sebagai berikut:

Total utang ( Debt )


Debt to equity ratio =
Ekuitas ( Equity )

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)


Long term debt to equity ratio merupakan rasio perbandingan antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar bagian
dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan
modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumusan untuk mencari long term debt to
equity ratio yaitu sebagai berikut:
Long term debt
LTDtER =
equity
d. Times Interest Earned (TIE)
Times interest earned merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar pendapatan
dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar
biaya bunga tahunan. Semakin tinggi rasio maka semakin besar kemungkinan perusahaan
dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi nilai untuk mendapatkan tambahan
pinjaman baru dari kreditor. Adapun cara untuk mengukur times interest earned sebagai
berikut:

Earning before interest and tax (EBIT)


Times interest earned =
Biaya bunga (Interest )

e. Fixed Charge Coverage


Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap yaitu rasio yang dilakukan apabila
perusahaan mendapatkan liabilitas jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan
kontrak sewa (lease contract). Rumus untuk mencari fixed charge coverage adalah sebagai
berikut:

Earning before tax + Biaya bunga + kewajiban sewa


Fixed charge coverage =
Biaya bunga + Kewajiban sewa

4.4 Rasio Profitabilitas


4.2.1 Pengertian Rasio Profitabilitas
Perusahaan tentunya menginginkan laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan
memperoleh laba yang maksimal maka perusahaan dapat mesejahterakan pemilik,
karyawan bahkan meningkatkan mutu produk. Oleh karena itu perusahaan harus mampu
untuk mencapai target yang telah ditentukan. Untuk mengukurnya tingkat keuntungan
perusahaan maka diperlukan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen perusahaan
dengan mengukur besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dari hubungan penjualan dan
investasi. Rasio yang menilai kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada
tingkat penjualan, aset dan modal saham yang tertentu dan rasio profitabilitas juga
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Jadi dapat
disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah kemampuan yang diperoleh dari penjualan
aset atau investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan perusahaan.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas memiliki banyak manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Rasio profitabilitas tidak hanya berguna bagi pihak internal saja, melainkan juga bagi pihak
eksternal perusahaan. Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara
keseluruhan:
a. Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
b. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam total aset dan total ekuitas.
e. Mengukur margin laba kotor, laba operasional dan laba bersih atas penjualan bersih.

4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Profitabilitas


Adapun alat ukur yang dapat memperhitungkan rasio profitabilitas sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin yaitu mengukur persentase laba kotor yang diperoleh oleh setiap
pendapatan perusahaan. Berikut rumus untuk mencari gross profit margin dapat
digunakan sebagai berikut:

Sales−Cost of good sold


Gross profit margin=
Sales

b. Net Profit Margin (NPM)


Rasio yang biasanya disebut dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Net profit
margin yaitu kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba neto dari setiap
penjualannya. Berikut rumus cara menghitung net profit margin dapat digunakan sebagai
berikut:

Earning after tax(EAT )


Net profit margin=
Sales
c. Return On Equity (ROE)
Return on equity yaitu rasio yang mengukur seberapa besar return yang didapat bagi
pemegang saham atas setiap rupiah yang ditanamkan. Rasio ini menghitung laba bersih
setelah pajak dengan modal yang didapat dan hasilnya menentukan gambaran terkait
penggunaan modal sendiri. Berikut rumus dalam mencari return on equity dapat
digunakan sebagai berikut:

Earning after interest ∧Tax


Returnon equity=
Equity

d. Return On Assets (ROA)


Return on asset yaitu ratio yang menilai seberapa besar return yang dihasilkan pada
setiap aset yang ditanamkan kepada investor. Jika nilai dalam return on assets rendah,
menunjukkan perusahaan tersebut kurang efektif dalam menjalankan operasi kegiatannya
dan begitupun sebaliknya. Berikut rumus dalam menghitung return on assets dapat
digunakan sebagai berikut:
Earning after tax(EAT )
Returnon assets=
Total assets
4.5 Rasio Nilai Pasar
4.2.1 Pengertian Rasio Nilai Pasar
Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal untuk mengembangkan
perusahaannya, dan biasanya modal tersebut didapat dengan cara meminjam dana ke bank
atau menerbitkan surat berharga. Setiap investor pastinya menilai laporan keuangan
terlebih dahulu untuk pengambilan keputusan investasi dengan cara melihat tingkat
perusahaan dalam menciptakan nilai pasar usahanya melebihi modal yang mereka
gunakan. Rasio nilai pasar inilah yang memberikan indikasi kepada manejemen pendapat
investor karena merupakan sekelompok rasio yang terhubung dengan harga saham dengan
nilai buku per saham, laba, dan dividen. Rasio nilai pasar merupakan rasio yang digunakan
untuk memperkirakan nilai intrinsik perusahaan (nilai saham). Rasio ini biasanya
digunakan di pasar modal untuk menilai situasi ada tidaknya prestasi perusahaan dipasar
modal. Jadi rasio nilai pasar adalah rasio yang akan menerangkan situasi suatu perusahaan
dipasar modal terhadap prestasi yang ada.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Nilai Pasar


Rasio ini bertujuan untuk melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap
nilai buku perusahaan. rasio nilai pasar digunakan untuk menilai kondisi pasar saham pada
periode tertentu. Melalui rasio nilai pasar kita akan dapat memahami pemikiran investor
atas kinerja perusahaan. Rasio nilai pasar memperhitungkan kondisi pasar saham terhadap
kinerja perusahaan
4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Nilai Pasar
Terdapat beberapa alat untuk mengukur rasio nilai pasar perusahaan sebagai berikut:
a. Earnings per Share (EPS)
Rasio yang menilai keberhasilan perusahaan dalam memberikan tingkat keuntungan
bagi pemegang saham biasa. Earnings per share adalah pendapatan per lembar saham yang
bisa dilihat di laporan laba rugi. Adapun rumus dari earning per share yaitu:

Earning ater tax(EAT )


Earning per Share=
Jumlah saham beredar

b. Dividend Payout Ratio (DPR)


Dividend payout ratio adalah rasio yang menilai besarnya keseimbangan dividen yang
dibagikan untuk pendapatan bersih perusahaan. Adapun perhitungan dividend payout
ratio sebagai berikut:

Dividend per share


Dividend Payout Ratio=
Earning per share

c. Price Earning Ratio (PER)


Price earning ratio menjelaskan perbandingan antara harga pasar dengan pendapatan
per lembar saham. Price earning ratio yang mempunyai nilai tinggi akan dikategorikan
bahwa harga pasar saham perusahaan telah mahal. Dan dengan rasio ini memudahkan
calon investor potensial dapat mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar
atau tidak secara nyata dengan kondisi saat ini dan bukannya berdasarkan pada perkiraan
dimasa depan. Adapun rumus dari price earning ratio yaitu:

Market price per share


Price Earning Ratio=
Earning per share

d. Dividend Yield (DY)


Dividend yield adalah rasio yang menggambarkan hasil perbandingan antara dividen
tunai per lembar saham yang diterima investor dengan harga pasar per lembar saham
sekarang. Invertor dapat menilai tingkat dividen yang dibagikan terhadap nilai investasi
yang sudah ditanamkan. Adapun rumus dari dividen yield sebagai berikut:

Dividend per share of common stock


Dividend Yield=
Market price per share of common stock
e. Price to Book Value Ratio (PBV)
Price to book value ratio adalah rasio yang menunjukkan hasil perbandingan antara
harga per lembar saham dengan nilai buku ekuitas sebagaimana yang sudah ada di laporan
posisi keuangan. Adapun rumus dari price to book value yaitu:

Harga pasar per saham


Price ¿ Book Value Ratio=
Nilai buku per lembar saham

Kasus 1
Berikut adalah contoh Laporan Keuangan Neraca PT. NUSANTARA:
PT. NUSANTARA
Neraca Komparatif
Per – 31 Desember 2018 dan 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Perkiraan Per – 31 Desember
2019 2018 2017
ASET
Aset Lancar
Kas 1.400.000 1.600.000 1.750.000
Piutang Usaha 500.000 700.000 800.000
Persediaan Barang Dagangan 1.775.500 1.475.000 1.250.000
Perlengkapan 7.500 10.000 12.500
Sewa Dibayar Di Muka 17.000 15.000 13.000
Total Aset lancar 3.700.000 3.800.000 3.825.500

Aset Tetap
Tanah 8.700.000 6.660.000 6.660.000
Bangunan 6.600.000 5.000.000 4.750.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan (1.000.000) (700.000) (650.000)
Kendaraan 1.300.000 1.440.000 1.600.000
Akumulasi Penyusutan Kendaraan (100.000) (200.000) (300.000)
Total Aset Tetap 15.500.000 12.200.000 12.060.000
TOTAL ASET 19.200.000 16.000.000 15.885.500

KEWAJIBAN
Utang Lancar
Utang Usaha 500.000 600.000
Utang Bank 600.000 900.000
Utang Wesel 200.000 100.000
Total Utang Lancar 1.300.000 1.600.000

Utang Tidak Lancar


Utang Obligasi 4.900.000 4.500.000
Utang Hipotek 5.000.000 5.000.000
Total Utang Tidak Lancar 9.900.000 9.500.000
TOTAL KEWAJIBAN 11.200.000 11.100.000

EKUITAS
Modal Disetor 5.500.000 4.000.000
Laba Ditahan 2.500.000 900.000
Total Ekuitas 8.000.000 4.900.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 19.200.000 16.000.000

Berikut adalah contoh Laporan Keuangan Laba Rugi PT. NUSANTARA:

PT. NUSANTARA
Laporan Laba Rugi Komparatif
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2018 dan 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)
Nama Perkiraan 31 Desember
2019 2018
Pendapatan Penjualan 19.800.000 17.000.000
Harga Pokok Penjualan (14.700.000) (12.500.000)
Laba Kotor 5.100.000 4.500.000

Beban Operasional (2.390.000) (2.130.000)


Laba Operasional 2.710.000 2.370.000

Pendapatan dan Keuntungan Lain Lain 250.000 330.000


Beban dan Kerugian Lain Lain (960.000) (1.300.000)
Laba Sebelum Bunga dan Pajak 2.000.000 1.400.000

Beban Bunga (300.000) (265.000)


Pajak Penghasilan (400.000) (280.000)
LABA BERSIH 1.300.000 855.000
Catatan : Penjualan keseluruhan dianggap sebagai penjualan kredit
Informasi Lainnya :

Keterangan 2019 2018


Jumlah Saham Beredar 10.000 7.000
Harga Per Lembar Saham 5.000 4.000
Dividen Per Lembar Saham 250 225
Total Dividen 400.000 250.000
Nilai Buku (Aset – Kewajiban) 8.000.000 4.900.000
Nilai Buku per Lembar Saham 800 700

Dengan data keuangan di atas, lakukan perhitungan analisis rasio keuangan untuk tahun
2019 dan 2018 dan berikan interpretasinya, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
b. Quick Ratio
c. Cash Ratio
2. Rasio Solvabilitas
a. Debt To Asset Ratio
b. Debt To Equity Ratio
c. Long Term Debt To Equity Ratio
d. Time Interest Earned Ratio
e. Operating Income to Liabilities Ratio
3. Rasio Aktivitas
a. Accounts Receivable Turn Over
b. Inventory Turn Over
c. Working Capital Turn Over
d. Fixed Assets Turn Over
e. Total Assets Turn Over
4. Rasio Profitabilitas
a. Return On Assets
b. Return On Equity
c. Gross Profit Margin
d. Operating Profit Margin
e. Net Profit Margin
5. Rasio Nilai Pasar
a. Earnings Per Share
b. Price Earnings Ratio
c. Dividen Yield
d. Dividen Payout Ratio
e. Price to Book Value Ratio
BAB V
ANALISIS COMMON SIZE, ANALISIS CROSS SECTION,
ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA, ANALISIS DU PONT
Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal, memahami dan melakukan berbagai teknik analisis laporan keuangan
selain analisis rasio sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.

5.1 Analisis Common Size


5.1.1 Pengertian Analisis Common Size
Common‐size analysis adalah analisis laporan keuangan dengan membandingkan item-
item dalam laporan keuangan sebagai persentase item kunci seperti aset dan pendapatan.
Dalam laporan laba rugi, akun-akunnya dibagi dengan pendapatan, sedangkan di neraca,
setiap akun dibandingkan dengan total aset. Analisis common size disusun dengan jalan
menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan neraca laba rugi dan neraca menjadi
proporsi. Proporsi dari penjualan jika untuk lap L/R, proporsi dari total asset jika untuk
neraca. Tujuannya memudahkan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode.

Bagaimana Analisis Common Size Dilakukan?


Analisis common-size adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat
perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari
elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama. Analisis common size merupakan
analisis vertikal yang dilakukan dengan cara merubah angka-angka yang ada dalam neraca
dan laporan laba rugi menjadi persentase berdasarkan angka tertentu. Untuk angka-angka
yang ada di neraca , common base (angka dasar) nya adalah total aktiva, dalam hal ini total
aktiva di anggap memiliki angka dasar 100%. Sedangkan untuk laporan laba rugi, maka
penjualan di gunakan sebagai angka dasar yang bernilai 100%. Penyajian dalam bentuk
common size akan mempermudah pembaca menganalisis laporan keuangan dengan
memperhatikan perubahan perubahan yang terjadi dalam neraca dan laporan laba rugi.
Persentase per komponen setiap elemen laporan keuangan dapat dihitung dengan rumus
sbb:
 Elemen Aktiva = Elemen yang bersangkutan / Total Aktiva
 Elemen Pasiva = Elemen yang bersangkutan / Total Pasiva
 Elemen Laba/Rugi = Elemen yang bersangkutan / Penjualan
5.1.2 Tujuan Analisis Common Size
Analisis common size merupakan analisis vertikal yang dilakukan dengan cara
merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan laba rugi menjadi persentase
berdasarkan angka tertentu dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu:
 Komposisi dan proporsi investasi pada setiap jenis aktiva.
 Struktur modal dan pendanaan.
 Distribusi hasil penjualan pada biaya dan laba.
Informasi hasil analisis bermanfaat untuk menilai tepat tidaknya kebijakan (operasi,
investasi, dan pendanaan) yang diambil oleh perusahaan di masa lalu, serta kemungkinan
pengaruhnya terhadap posisi dan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Laporan dengan prosentase per komponen menunjukan prosentase dari total aktiva
yang telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari laporan
dengan prosentase ini dan memperbandingkan dengan rata-rata industri sebagai
keseluruhan dari perusahaan yang sejenis, akan dapat diketahui apakah investasi kita
dalam suatu aktiva melebihi batas-batas yang umum berlaku ( over investment) atau justru
masih terlalu kecil (under investment), dengan demikian untuk periode berikutnya kita
dapat mengambil kebijaksanaan yang perlu, agar investasi kita dalam suatu aktiva tidak
terlalu kecil ataupun terlalu besar. Laporan dengan cara ini juga menunjukan distribusi
daripada hutang dan modal, jadi menunjukan sumber-sumber darimana dana yang
diinvestasikan pada aktiva tersebut. Study tentang ini akan menunjukan sumber mana
yang merupakan sumber pokok pembelanjaan perusahaan., juga akan menunjukan
seberapa jauh perusahaan menggunakan kemampuannya untuk memperoleh kredit dari
pihak luar, karena dari itu juga dapat diduga / diketahui berapa besarnya margin of safety
yang dimiliki oleh para kreditur.
Prosentase per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan prosentase
per komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun
ke tahunnya akan menunjukan trend daripada hubungan ( trend of relationship), dan tidak
menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut. Perubahan ini dapat dilihat kalau
dikembalikan pada data absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukan
secara pasti adanya perubahan dalam data absolut. Laporan dalam prosentase per
komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi-laba, menunjukan jumlah atau
prosentase dari penjualan netto atau net sales yang diserap tiap - tiap individu biaya dan
prosentase yang masih tersedia untuk income. Oleh karena itu Common Size percentage
analysis banyak digunakan oleh perusahaan dalam hubungannya dengan income
statement, karena adanya hubungan yang erat antara penjualan, harga pokok dan biaya
operasi, sedang untuk neraca tidak banyak digunakan.
Dalam laporan prosentase per komponen ( Common Size statement) semua
komponen atau pos dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih
meningkatkan atau menaikan mutu atau kualitas data maka masing-masing pos atau
komponen tersebut tidak hanya prosentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung
prosentase dari masing-masing komponen terhadap sub totalnya, misalnya komponen
aktiva lancar dihubungkan atau ditentukan prosentasenya terhadap jumlah aktiva lancar,
komponen hutang lancar terhadap jumlah hutang lancar dan sebagainya.

5.1.3 Work Sheet Soal Praktik Mandiri


Berikut adalah contoh laporan neraca komparatif perusahaan BERLIAN MERAH yang
disusun untuk 2 (dua) periode yang disusun dalam Persentase per komponen:
PT. BERLIAN MERAH
Neraca Komparatif dalam Presentase Per – Komponen (Common Size)
Per – 31 Desember 2018 dan 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)
NERACA 31 Desember Common Size (%)
2018 2019 2018 2019
AKTIVA :
Aktiva Lancar
Kas 5.600 6.700 13,88 15,71
Piutang 4.300 2.350 10,66 5,51
Persediaan 3.200 4.500 7,93 10,55
Total Aktiva Lancar 13.100 13.550 32,47 31,77

Aktiva Tetap
Tanah 6.750 6.900 16,73 16,18
Gedung 10.000 11.200 24,78 26,26
Mesin 10.500 11.000 26,02 25,79
Total Aktiva Tetap 27.250 29.100 67,53 68,23

Total Aktiva 40.350 42.650 100,00 100,00

PASIVA (Hutang + Modal):


Hutang Lancar 15.250 12.000 37,79 28,14
Hutang Jangka Panjang 17.500 21.000 43,37 49,24
Modal 7.600 9.650 18,84 22,63

Total Pasiva (Hutang + Modal) 40.350 42.650 100,00 100,00

Kasus 2
Berikut adalah contoh laporan laba rugi komparatif perusahaan BERLIAN MERAH yang
disusun untuk 2 (dua) periode yang disusun dalam Persentase per komponen:
PT. BERLIAN MERAH
Laporan L/R Komparatif dalam Presentase Per – Komponen (Common Size)
Per – 31 Desember 2018 dan 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)
LABA RUGI 31 Desember Common Size (%)
2018 2019 2018 2019

Penjualan 30.450 27.350 100,00 100,00


Harga Pokok Penjualan 21.000 22.500 68,97 82,27
Laba Kotor 9.450 4.850 31,03 17,73

Biaya Pemasaran (1.200) (1.300) (3,94) (4,75)


Biaya Administrasi (950) (1.200) (3,12) (4,39)
Biaya Bunga (1.100) (1.250) (3,61) (4,57)
Laba Sebelum Pajak 6.200 1.100 20,36 4,02

Pajak 15% 930 165 3,05 0,60

Laba Bersih 5.270 935 17,31 3,42


Challenge Question
1. Jelaskan bagaimana perkembangan kondisi PT. Berlian Merah ditinjau dari neraca
komparatif.
2. Jelaskan bagaimana perkembangan kondisi PT. Berlian Merah ditinjau dari laporan
laba rugi komparatif.

5.2 Analisis Cross Section


5.2.1 Pengertian Analisis Cross Section
Analisis Keuangan akan lebih tajam jika angka angka keuangan dibandingkan
dengan standar tertentu karena akan dapat diketahui apakah prestasi keuangan suatu
perusahaan menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan penurunan. Analisis
Cross Section adalah analisis keuangan dengan membandingkan data keuangan
perusahaan dengan perusahaan lain atau industri yang sejenis karena dapat melihat
prestasi perusahaan relatif terhadap industri.
Analisis Cross Section selain bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif
terhadap industri juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus
bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa
perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri.
Apabila perusahaan memperoleh untung diatas industri, manajemen perusahaan akan
memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang terjadi sebaliknya.

5.2.2 Industri Sejenis dan Cara Perhitungannya


Yang dimaksudkan industri sejenis adalah industri yang bisa dibandingkan yang pada
dasarnya memiliki satu atau beberapa elemen yang sama dengan perusahaan.
Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa
diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan
perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain :
a. Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier
Perusahaan bisa dikelompokan berdasar bahan baku yang dipakai, bisa juga berdasar
sumber bahan baku, struktur fisik, teknologi proses produksi, homogenitas produksi.
Standard Industrial Classification biasanya mengunakan kriteria semacam ini (struktur
fisik dan teknologi proses produksi dan homogenitas produksi). Klasifikasi semacam
ini juga banyak dipakai oleh lembaga lain.
b. Kesamaan dari sisi permintaan
Jika produk untuk memenuhi kebutuhan yang sama, produk merupakan substitusi satu
sama lain maka ini merupakan kesamaan dari sisi permintaan. Pendekatan ini
menggunakan produk yang menghasilkan sebagai kriteria pengelompokan industri.
Apabila produk - produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan produk tersebut
merupakan substitusi satu sama lain, memakai produk - produk tersebut masuk dalam
kelompok industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang
pendek yaitu produk - produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga mempunyai horizon
jangka panjang yaitu produk - produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun
mendatang. Perspektif jangka pendek mempunyai relevansi yang tinggi karena
membicarakan situasi saat ini, tetapi perspektif jangka panjang membuat perusahaan
waspada terhadap kemungkinan persaingan. Produk yang saat ini merupakan pesaing,
barangkali merupakan pesaing potensial yang akan menjadi pesaing sesungguhnya
pada masa mendatang.
c. Kesamaan dalam atribut keuangan
Dari sudut pandang investasi, saham-saham mempunyai beberapa kesamaan atribut
dimasukan kedalam satu kelompok. Contoh atribut yang relevan adalah risiko, rasio
PER (Price Earning Ratio) dan kapitalisasi pasar untuk menentukan besar kecilnya
kapitalisasi saham. Investor yang ingin menginvestasi dananya ke saham kecil barang
kali akan memilih 25% saham paling kecil, dan membanding - bandingkan saham yang
mempunyai kapitalisasi yang kecil.

Terdapat beberapa permasalahan yang mungkin terjadi di Indonesia dalam


penentuan industri sejenis sebagai berikut:
 Di negara maju, data data yang berkaitan dengan industri sejenis biasanya bisa dicari,
tetapi tidak demikian halnya di Indonesia.
 Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum go public , dan biasanya tidak
memberikan laporan keuangan ke publik, jadi data perbandingannya akan sulit
diperoleh.
 Di Indonesia jika rata rata industri yang digunakan adalah dari perusahaan yang go
public, maka tidak menjamin datanya sudah “representatif” karena tidak memasukkan
data perusahaan yang tidak go public.
 Tidak jelasnya industri yang dipakai sebagai perbandingan, karena perusahaan besar
biasanya tidak hanya beroperasi pada satu sektor industri saja tetapi melakukan
diversifikasi berbagai sektor.
 Pada beberapa industri mungkin tidak tersedia angka industri karena perusahaan
tersebut hanya satu satunya yang ada.

Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis keuangan mempunyai beberapa


alternatif sebagai berikut:
a. Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan
b. Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar deviasinya)
c. Menghitung nilai untuk percentile tertentu
Untuk perhitungan nilai tunggal sebagai perbandingan ada beberapa alternatif yang
bisa dipakai yaitu:
a. Menghitung rata-rata aritmatika (rata rata hitung)
Dengan menggunakan rumus :
∑X
Rata Rata Hitung =
n

b. Menghitung rata-rata tertimbang


Dengan menggunakan rumus :

∑ X.W
Rata Rata Hitung =
W

c. Menggunakan median
Letak Median (data harus diurutkan dulu dari nilai terkecil)
Jika jumlah data Ganjil = (n+1)/2
Jika jumlah data Genap = ((n/2) + (n+2/2)) / 2
d. Menggunakan modus
Dengan menggunakan nilai yang paling sering muncul

Berikut adalah data perusahaan yang bergerak di bidang industri yang sama :
Perusahaan ROA Penjualan Aset
A 16% 4.400.000 2.400.000
B 18% 9.500.000 4.500.000
C 17% 4.200.000 2.700.000
D 23% 4.000.000 2.400.000
E 35% 3.000.000 1.800.000
F 18% 4.900.000 2.600.000
G 21% 3.500.000 1.800.000
Dari data di atas, hitunglah rata rata industri untuk :
1. ROA dengan menggunakan rata rata aritmatika dan jelaskan bagaimana kinerja
masing masing perusahaan dibandingkan dengan rata rata industrinya (lebih
baik/tidak atau lebih tinggi/lebih rendah). 21,14%
2. ROA dengan penjualan sebagai pembobotnya dan jelaskan bagaimana kinerja
masing masing perusahaan dibandingkan dengan rata rata industrinya (lebih
baik/tidak atau lebih tinggi/lebih rendah).
3. ROA dengan aset sebagai pembobotnya dan jelaskan bagaimana kinerja masing
masing perusahaan dibandingkan dengan rata rata industrinya (lebih baik/tidak
atau lebih tinggi/lebih rendah)
4. ROA dengan menggunakan Modus dan jelaskan bagaimana kinerja masing masing
perusahaan dibandingkan dengan rata rata industrinya (lebih baik/tidak atau lebih
tinggi/lebih rendah).
5. ROA dengan menggunakan Median dan jelaskan bagaimana kinerja masing masing
perusahaan dibandingkan dengan rata rata industrinya (lebih baik/tidak atau lebih
tinggi/lebih rendah)

5.3 Analisis Sumber dan Penggunaan Dana


5.3.1 Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Dana
Analisis Sumber dan Penggunaan Dana disusun untuk mengetahui perubahan pada
masing masing pos pada dua periode sehingga diperoleh informasi sebab terjadinya
surplus / defisit kas. Dilakukan dengan menyusun laporan perubahan posisi kas atau
laporan yang menunjukkan perubahan kas selama dua periode dan memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan sumber dan penggunaan. Analisis
sumber dan penggunaan dana ini untuk menjawab pertanyaan pertanyaan seputar :
Bagaimana perusahaan mendanai pembelian aktiva tetap baru? Dari mana dana yang
digunakan untuk melunasi utang jangka panjang? Bagaimana dana yang diperoleh
perusahaan dari emisi saham dimanfaatkan? Bagaimana perusahaan membiayai akuisisi
anak perusahaan? Mengapa selama periode tertentu jumlah utang jangka panjang
perusahaan mengalami perubahan? Hal ini akan dapat diketahui dengan melihat Laporan
Perubahan Posisi Keuangan yaitu Laporan yang meringkas aktivitas investasi dan
pembelanjaan perusahaan, termasuk didalamnya aktivitas operasi yang berorientasi pada
laba perusahaan.
Apa yang ingin diketahui dengan menggunakan analisis sumber dan penggunaan
dana ini adalah;
a. Untuk mengetahui berapa besar kenaikan / penurunan pos aktiva
b. Untuk mengetahui darimana dana diperoleh untuk berbagai kenaikan aktiva tersebut
bila terjadi kenaikan dan kemana larinya dana tersebut bila terjadi penurunan aktiva
c. Alasan yang baik untuk melakukan restrukturisasi pinjaman
5.3.2 Pengertian Dana Dalam Analisis Sumber dan Penggunaan Dana
a. Dana dalam pengertian Kas
 Setiap ada perubahan elemen yang ada pada laporan keuangan akan menambah
atau mengurangi kas
 Hal yang dapat memperbesar jumlah kas disebut “sumber”
 Hal yang dapat memperkecil jumlah kas disebut “penggunaan”
b. Dana dalam pengertian Modal Kerja
 Modal kerja merupakan aktiva yang digunakan untuk menjalankan operasi
perusahaan.
 Modal kerja yang dimaksud adalah modal kerja netto yaitu modal kerja yang
merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
 Yang memperbesar atau memperkecil modal kerja netto adalah unsur unsur yang
ada di luar modal kerja
Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal kerja disebut “Sumber modal
kerja” dan setiap transaksi yang menyebabkan turunnya modal kerja disebut “Penggunaan
modal kerja”. Karena modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara total Aset Lancar dan
Hutang Lancar, maka naik turunnya jumlah modal kerja harus dipengaruhi transaksi
transaksi di rekening lancar dan rekening tak lancar sekaligus. Transaksi yang hanya
mempengaruhi salah satunya saja, bukan merupakan sumber dan penggunaan modal kerja.
Contoh : turunnya persediaan akan menaikkan kas, ini hanya terjadi pada rekening lancar
saja (transaksi ini hanya mempengaruhi kas dan piutang yang ada di rekening lancar saja,
maka bukan merupakan sumber dan penggunaan modal kerja.
Modal kerja dapat dijelaskan dalam 3 (tiga) konsep yaitu konsep kuantitatif,
kualitatif, dan fungsional.
a. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari
aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan atau keseluruhan
daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali
ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek
atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto ( gross working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya
menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari
mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun
hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas
keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka
pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas
perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan
operasi perusahaan pada periode berikutnya.
b. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan
utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari aktiva lancar
yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu
likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto ( net working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih
besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka
pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh tambahan hutang jangka pendek dengan jaminan aktiva
lancar.
c. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini menitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam
menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan
dlam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada dana yang digunakan
dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode
tersebut. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pada
periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-
mesin, alat-alat kantor atau aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal
kerja menurut konsep ini adalah dana digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada
saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang
dagang. Dan lain sebagainya. Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari
piutang merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang
sudah dibayar dan efek sudah dijual.
Adapun Langkah Penyusunan Analisis Sumber dan Penggunaan Dana melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
1) Menyusun laporan keuangan komparatif
2) Menentukan Besarnya Perubahan Modal Kerja
3) Identifikasi dan Menentukan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
4) Menyusun Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

5.3.3 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja


Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan
kenaikan pasiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan:
 Hasil operasi perusahaan
 Keuntungan penjualan surat berharga
 Penjualan saham
 Penjualan aktiva tetap
 Penjualan obligasi
 Memperoleh pinjaman
 Dana hibah
Secara khusus sumber modal kerja dibagi menjadi dua macam, yaitu (1) pembiayaan
permanen dan (2) pembiayaan lancar.
Sumber modal kerja untuk pembiayaan lancar digunakan untuk membiayai modal
kerja variabel yang biasanya terdiri dari dua sumber:
a. Modal dari sumber internal terdiri dari:
 Penyusutan
 Kewajiban yang belum jatuh tempo
 Cadangan dan laba
b. Modal sumber enksternal:
 Kredit
 Pinjaman

Problems Example
Berikut adalah Laporan Keuangan Neraca PT. PUSPA INDAH yang disusun untuk 2 (dua)
periode:
PT. PUSPA INDAH
Neraca Komparatif
Per – 31 Desember 2018 dan 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)

NERACA Per 31 Desember


2018 2019
AKTIVA :
Kas 785.000 1.045.000
Piutang Dagang 1.778.000 2.100.000
Piutang Wesel 450.000 175.000
Persediaan 995.000 1.245.000
Persekot Biaya 43.000 32.000
Tanah 400.000 400.000
Gedung 2.400.000 3.200.000
Akumulasi Depresiasi Gedung (245.500) (277.000)
Peralatan Kantor 650.000 825.000
Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor (128.000) (209.000)

Total Aktiva 7.127.500 8.536.000

HUTANG DAN MODAL :


Utang Dagang 760.000 980.000
Utang wesel 180.000 140.000
Utang Gaji 345.000 560.000
Utang Obligasi 750.000 525.000
Modal Saham 2.750.000 3.560.000
Laba Ditahan 2.342.500 2.771.000

Total Hutang dan Modal 7.127.500 8.536.000

Berdasarkan data neraca komparatif PT. PUSPA INDAH tahun 2018 dan 2019. Hitung dan
susunlah :
1. Laporan keuangan neraca komparatif tahun 2018 dan 2019 yang menunjukkan naik
turunnya modal kerja (tahap 1).
2. Besarnya perubahan modal kerja dan besarnya naik / turun modal kerja (tahap 2).
3. Identifikasi dan tentukan sumber dan penggunaan modal kerja (tahap 3).
4. Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja (tahap 4)

5.4 Analisis Du Pont


Rasio yang menganalisis kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pengembalian
atas ekuitas, atau Return on Equity (ROE). Pada prinsipnya, Dupont Analysis merupakan
alat analisis yang digunakan untuk menganalisis laba dari perusahaan atau bisnis.
Perhitungan Dupont Analysis yang merinci berbagai komponen keuangan yang
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam memperoleh laba membuat manajer mengetahui
kekuatan dan kelemahan dari indikator komponen keuangan perusahaan. Hal ini dapat
digunakan manajer untuk mengambil kebijakan dalam mengelola perusahaannya agar
operasinya lebih efisien. Berikut adalah 3 (tiga) komponen utama ROE (Return On Equity)
ROE

Net Profit Margin Total Assets Turnover Financial Leverage

Gambar 5.1
Komponen Utama ROE
Perhitungan Dupont Analysis mempunyai satu dasar indikator yang fundamental,
yaitu Return on Equity (ROE). Pada indikator ROE sendiri, ada tiga indikator keuangan
yang mempengaruhinya. Indikator-indikator tersebut adalah efisiensi operasi, efisiensi
penggunaan aset, dan leverage keuangan
BAB VI
ANALISIS TIME SERIES
Tujuan Pembahasan:
Dapat memahami dan melakukan analisis untuk mengetahui pergerakan tren suatu
perusahaan dari tren historis industrinya.

6.1 Pengertian Analisis Time Series


Analisis Time Series atau analisis trend menggambarkan kecenderungan perubahan
suatu pos pos laporan keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun). Mengapa
analisis time series itu penting? Karena analisis trend dapat memberikan informasi
mengenai tingkat pertumbuhan masing masing pos laporan keuangan dari tahun ke tahun.
Didalam analisis trend menggunakan angka indeks. Angka Indeks adalah angka yang
dipakai sebagai perbandingan dua atau lebih kegiatan yang sama untuk kurun waktu yang
berbeda. Angka indeks memiliki satuan prosentase (%), namun dalam prakteknya jarang
atau hampir tidak pernah disertakan. Terdapat 2 (dua) jenis periode yang digunakan
dalam analisis trend, yaitu (1) Periode Dasar, adalah periode yang dipakai sebagai dasar
dalam membandingkan kegiatan tersebut, dan (2) Periode Berjalan, adalah periode yang
dipakai untuk membandingkan kegiatan dala kegiatan yang dimaksud.
Angka indeks bisa dicari dengan rumus:
Angka Indeks = (Tahun Pembanding / Tahun Dasar) x 100%
Dalam analisis time series, seperti analisis tren, perubahan-perubahan struktural
yang berpengaruh terhadap angka-angka keuangan harus diperhatikan. Berikut ini
beberapa contoh perubahan struktural yang akan mempengaruhi tren keuangan suatu
perusahaan :
a. Peraturan Pemerintah
b. Perubahan Kompetisi
c. Perubahan Teknologi
d. Akuisisi dan merger (Penggabungan Perusahaan)

6.2 Pendekatan Analisis Time Series


Dalam analisis keuangan, analisis terhadap data historis diperlukan untuk melihat tren
tren yang mungkin timbul (apakah trend naik, turun atau konstan). Jika dalam analisis
cross section, data perusahaan dibandingkan dengan rata rata industrinya, maka pada
analisis time series, data historis perusahaan dibandingkan dengan data historis
industrinya, untuk melihat apakah tren suatu perusahaan bergerak relatif lebih baik atau
lebih jelek dari tren historis industrinya. Terdapat 3 (tiga) pendekatan yang dapat
dilakukan dalam analisis time series dimana ketiga macam pendekatan ini tidak saling
menghilangkan, tetapi saling melengkapi yaitu:
a. Pendekatan Ekonomi, menganalisis dari segi ekonomi
b. Pendekatan Statistik, menganalisis dengan menggunakan perhitungan statistik
c. Pendekatan Visual, menganalisis dengan melihat/membaca kondisinya secara
langsung

Gambar 6.1
Ilustrasi 3 Pendekatan Analisis Time Series

a. Secara Visual, dengan hanya melihat grafik penjualan di atas, nampak bahwa
perusahaan mempunyai pola yang berfluktuasi secara sistematis. Pola musiman
nampak pada grafik ini, setiap triwulan perusahaan menunjukkan angka yang lebih
tinggi dibandingkan sebelumnya. Dalam jangka panjang, perusahaan menunjukkan
trend yang meningkat, meskipun dalam jangka pendek bulanan mengalami penjualan
yang naik turun.
b. Secara Ekonomi, penjualan cenderung naik pada akhir tahun karena adanya moment
hari natal dan tahun baru. Penjualan juga menunjukkan kecenderungan naik saat hari
raya Idul Fitri (Mei). Dalam jangka panjang, analis dapat memperkiranakan penjualan
melonjak tinggi pada bulan Desember karena dengan pertimbangan hari raya Idul Fitri
selalu maju sekitar 10 s.d. 25 hari.
c. Secara Statistik, angka angka di grafik di atas menunjukkan angka yang terus
meningkat. Dan jika analis ingin melakukan forecasting penjualan di masa yang akan
datang maka data angka pada grfaik tersebut dapat digunakan untuk meramal
penjualan di masa yang akan datang.

6.3 Komponen Time Series


Dalam analisis time series, perhatian terhadap data historis (ex-post) sering digunakan
untuk melihat pola-pola yang sistematik terhadap data tersebut. Dalam konteks analisis
historis semacam itu, analisis mempunyai pilihan yang banyak terhadap faktor-faktor yang
diperkirakan akan mempengaruhi suatu variabel. Dalam konteks analisis masa mendatang
(ex-ante),seperti forecasting,pilihan seorang analis menjadi serba sebatas. Seorang analis
tidak tahu pasti berapa nilai-nilai faktor-faktor diatas, maka seorang analis harus
memperkirakan nilai tersebut sebelum memperkirakan nilai variable yang diteliti tersebut.
Analisis tersebut terpaksa harus memfokuskan pada beberapa variabel saja yang lebih
sedikit dan bisa diperkirakan lebih pasti. Analisis time series klasik biasanya memfokuskan
pada analisis musiman. Terdapat 4 (empat) komponen time series yaitu:
a. Tren
Tren merupakan pergerakan time series dalam jangka panjang, bisa merupakan tren
naik atau turun. Diperlukan waktu panjang (15 atau 20 tahun) untuk melihat pola tren
tersebut. Tren tersebut bisa dipengaruhi oleh perubahan jumlah penduduk, perubahan,
teknologi dan semacamnya.
b. Siklus
Siklus merupakan fluktasi bisnis dalam jangka yang lebih pendek (2 sampai 10 tahun).
Lamanya dan besarnya fluktuasi sangat beragam antar perusahaan dan antar industri.
Lamanya dan besarnya fluktasi juga sangat beragam dari perusahaan ke perusaan, dan
dari industri ke industri.
c. Musiman
Musiman merupakan fluktasi yang terjadi dalam lingkup satu tahun. Ada beberapa
penyebab timbulnya fluktasi musiman seperti karena peristiwa tertentu, misal karena
peristiwa lebaran atau tahun baru dan arena cuaca misal musim hujan dan musim
kemarau.
d. Ketidakteraturan
Fluktasi semacam ini disebabkan karena faktor-faktor yang munculnya tidak teratur,
dengan jangka waktu yang pendek. Misalkan suatu perusahaan mengalami musibah
karena salah satu gudangnya terbakar, maka data keuntungan perusahaan pada
periode tersebut akan terpengaruh.
Jika seorang analis ingin menganalisis tren penjualan suatu perusahaan, maka akan lebih
baik apabila pengaruh-pengaruh musiman, siklus, dan ketidakteraturan dihilangkan
terlebih dulu dari data sehingga akan diperoleh data yang benar-benar mencerminkan
pengaruh musiman perusahaan.

6.4 Mengukur Pengaruh Tren


Dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu:
a. Menggambar dengan tangan
 Mengukur tren dilakukan dengan cara menarik garis lurus di sekitar data data yang
ada.
 Sangat praktis dan sederhana, tapi memiliki kelemahan kurang konsisten
(subyektif).

Gambar 6.2
Mengukur Pengaruh Trend Menggambar Dengan Tangan
b. Menggunakan model matematika
 Yaitu menggambarkan garis lurus sedemikian rupa sehingga selisih kuadrat antara
garis lurus tersebut dengan data yang sesungguhnya, yang paling kecil.
 Memiliki kelebihan yaitu obyektif, tetapi kelemahannya terlalu mekanistis.
 Metode yang sering digunakan adalah metode Least Square.
 Rumus yang digunakan adalah :
Yt = a + b.X
a = ∑ (Y) – b ∑ (X)
b = (∑ XY – n. (∑X)( ∑Y) / (∑X2 – n.∑X2)

6.5 Tren Sebagai Proyeksi Masa Depan (Forecasting)


Untuk memakai persamaan tren sebagai proyeksi masa depan, seorang analis harus
hati hati dengan asumsi yang digunakan. Jika terjadi situasi yang tidak terduga maka
proyeksi masa depan dengan menggunakan persamaan tren linier menjadi tidak realistis
lagi. Ada beberapa cara menghadapi kasus seperti ini, yaitu dilakukan analisis siklus dan
analisis musiman. Tren linier pada kondisi konstan maka persamaan yang digunakan
adalah persamaan tren linier.
Kasus 1 :
Berikut adalah contoh laporan neraca komparatif PT. ANGGUR HIJAU yang disusun untuk 5
(lima) periode :
PT. ANGGUR HIJAU
Neraca Komparatif
Per – 31 Desember 2015 s.d. 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)
Neraca Per – 31 Desember
2015 2016 2017 2018 2019
AKTIVA :
Aktiva Lancar
Kas 5.600 6.700 7.400 5.400 3.000
Piutang 4.300 2.350 3.100 2.000 4.000
Persediaan 3.200 4.500 4.100 3.000 1.200
Total Aktiva Lancar 13.100 13.550 14.600 10.400 8.200

Aktiva Tetap 6.750 6.900 7.800 8.000 6.500


Tanah 10.000 11.200 12.000 11.700 11.700
Gedung 10.500 11.000 11.500 9.000 8.000
Mesin 27.250 29.100 31.300 28.700 26.200
Total Aktiva Tetap

Total Aktiva 40.350 42.650 45.900 39.100 34.400

PASIVA (H + M):
Hutang Lancar 15.250 12.000 12.000 12.500 12.000
Hutang Jangka Panjang 17.500 21.000 21.000 18.000 18.000
Modal 7.600 9.650 12.900 8.600 4.400

Total Pasiva (H +M) 40.350 42.650 45.900 39.100 34.400

Berdasarkan laporan Neraca Komparatif PT. ANGGUR HIJAU Per – 31 Desember 2015 s.d.
2019 (Dalam Ribuan Rupiah) maka disusun Analisis Trend atas laporan tersebut yang
disusun untuk 5 (lima) periode :

PT. ANGGUR HIJAU


Analisis Trend
Per – 31 Desember 2015 s.d. 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)
Neraca Per – 31 Desember
2015 2016 2017 2018 2019
AKTIVA :
Aktiva Lancar
Kas 100% 119,64% 132,14% 96,43% 53,57%
Piutang 100% 54,65% 72,09% 46,51% 93,02%
Persediaan 100% 140,63% 128,13% 93,75% 37,50%
Total Aktiva Lancar 100% 103,44% 111,45% 79,39% 62,60%
Aktiva Tetap
Tanah 100% 102,22% 115,56% 118,52% 96,30%
Gedung 100% 112,00% 120,00% 117,00% 117,00%
Mesin 100% 104,76% 109,52% 85,71% 76,19%
Total Aktiva Tetap 100% 106,79% 114,86% 105,32% 96,15%

Total Aktiva 100% 105,70% 113,75% 96,90% 85,25%

PASIVA (H + M):
Hutang Lancar 100% 78,69% 78,69% 81,97% 78,69%
Hutang Jangka Panjang 100% 120,00% 120,00% 102,86% 102,86%
Modal 100% 126,97% 169,74% 113,16% 57,89%

Total Pasiva (H +M) 100% 105,70% 113,75% 96,90% 85,25%

a. Jelaskan bagaimana perkembangan kondisi PT. Anggur Hijau ditinjau dari neraca
komparatif dengan menggunakan analisis trend?
b. Jelaskan bagaimana perkembangan kondisi PT. Anggur Hijau ditinjau dari laporan Laba
Rugi komparatif dengan menggunakan analisis trend?
BAB VII
ANALISIS RETURN ON ASSET
Tujuan Pembahasan
Dapat memahami perspektif analisis yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah
disesuaikan dengan biaya biaya untuk mendanai aset tersebut

7.1 Konsep Return On Asset


7.1.1 Pengertian Return On Asset
Return on Assets atau sering disebut dengan Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio
profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh
perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset.
Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang
mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk
menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%). Dapat
dikatakan bahwa satu-satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan
dan tentunya juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio
ROA atau Return on Assets ini dapat membantu manajemen dan investor untuk melihat
seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi investasinya pada aset menjadi
keuntungan atau laba (profit). Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini
sebenarnya juga dapat dianggap sebagai imbal hasil investasi ( return on investment) bagi
suatu perusahaan karena pada umumnya aset modal ( capital assets) seringkali merupakan
investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan. Dengan kata lain, uang atau modal
diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat pengembaliannya atau imbal hasilnya
diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang diperolehnya.
Tingkat pengembalian Aset atau Return on Assets ini berbeda-beda pada industri
yang berbeda. Industri yang padat modal seperti Industri Kereta Api, Industri
Pertambangan dan Industri Alat Elektronik berteknologi tinggi akan menghasilkan tingkat
pengembalian aset yang rendah, hal ini dikarenakan industri-industri tersebut
memerlukan aset-aset berharga mahal untuk melakukan bisnisnya. Sedangkan Industri
yang bukan padat modal seperti industri perangkat lunak atau industri jasa akan
menghasilkan tingkat pengembalian aset atau rasio ROA yang tinggi karena industri-
industri tersebut tidak memerlukan aset-aset yang berharga mahal. Oleh karena itu, Rasio
ROA (Return on Assets) ini lebih tepat digunakan untuk membandingkan perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama atau untuk membandingkan kinerja
perusahaan dari satu periode dengan periode berikutnya.
Maka analisis Return on Assets sering juga disebut “Rentabilitas Ekonomi” adalah
analisis yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan
total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya biaya
untuk mendanai aset tersebut.

7.1.2 Fungsi Analisis Return On Asset


Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya biaya untuk mendanai aset tersebut mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Karena sifatnya menyeluruh, maka jika suatu perusahaan sudah melakukan kegiatan
akuntansi yang baik, maka pihak manajemen bisa mengukur efisiensi dengan
menggunakan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan dengan
menggunakan teknik analisis ROA.
b. Perusahaan akan mampu mendapatkan rasio industri jika mempunyai data industri.
Dengan melakukan analisa ROA, maka perusahaan bisa membandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaannya dengan kompetitor lain, sehingga bisa
didapatkan analisa bahwa perusahaannya berada dibawah, diatas, atau sama dengan
kompetitornya. Dengan begitu, perusahaan bisa mengetahui kelemahan dan kekuatan
perusahaannya.
c. Analisa ROA juga bisa dimanfaatkan untuk menilai efisiensi berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh divisi lain dengan mengalokasikan seluruh biaya dan modal ke dalam
bagian terkait.
d. Analisa ROA juga bisa digunakan untuk mengukur profitabilitas dari setiap produk
yang dibuat oleh perusahaan dengan memanfaatkan product cost system yang tepat,
modal dan biaya nantinya bisa dialokasikan kepada berbagai produk yang mampu
diproduksi oleh perusahaan, sehingga akan bisa dihitung tingkat profitabilitas dari
setiap produk.
e. ROA juga berguna untuk kegiatan perencanaan perusahaan. Sebagai contoh, ROA bisa
digunakan untuk dasar pengambilan keputusan perusahaan yang hendak melakukan
kegiatan ekspansi.

7.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Return On Asset


Rasio return on asset (ROA) memiliki sejumlah kelebihan dan juga kekurangan.
Berikut kelebihan (keunggulan) rasio ROA, yaitu:
a. Perhitungan dengan rumus ROA cenderung mudah dipahami. Jadi, itu memungkinkan
setiap orang bisa menganalisis rasio return on asset.
b. Manajemen perusahaan dapat mendorong perolehan laba secara maksimal dengan
menganalisis rasio return on asset (ROA) perusahaan.
c. Dapat dijadikan sebagai alat ukur prestasi manajemen perusahaan, terutama dalam
menghasilkan laba bersih.
d. Dapat dijadikan sebagai alat evaluasi atas kinerja perusahaan beserta dengan
kebijakan manajemen.
e. Dapat dijadikan sebagai pembanding dengan perusahaan lain dalam satu sektor
industri, terutama dalam hal kemampuan memanfaatkan aset dan memperoleh laba.
f. Dapat dijadikan sebagai alat kontrol manajemen perusahaan, terutama dalam hal
profitabilitas.
Meskipun memiliki sejumlah kelebihan, return on asset (ROA) juga memiliki
sejumlah kekurangan atau kelemahan, yaitu:
a. Dapat menyebabkan manajemen perusahaan enggan untuk menambah jumlah aset,
terlebih jika nilai return on asset (ROA) dinyatakan terlalu besar (tinggi). Padahal, nilai
rasio ROA yang tinggi merupakan kesempatan untuk melakukan pengembangan bisnis
(ekspansi).
b. Manajemen perusahaan berpotensi lebih berfokus pada tujuan yang bersifat jangka
pendek, sehingga dapat mengabaikan tujuan jangka panjang. Tentu saja, ini bisa
berdampak negatif bagi perusahaan di masa depan.

7.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Return On Asset


Terdapat hal utama yang mempengaruhi ROA, yaitu marjin laba bersih dan
perputaran total aktiva karena jika ROA rendah bisa juga disebabkan oleh rendahnya
marjin laba yang mengakibatkan rendahnya marjin laba bersih yang juga diakibatkan oleh
minimnya perputaran total aktiva. Berikut ini adalah faktor lain yang mampu
mempengaruhi ROA:
a. Perputaran Kas (Cash Turnover)
Tingkat efisiensi yang diperoleh pihak perusahaan dalam usaha hal mendayagunakan
suatu persedian kas yang ada guna mewujudkan tujuan perusahaan bisa diketahui
dengan menghitung tingkat perputaran kas. Kasmir menjelaskan bahwa rasio
perputaran kas atau cash turnover ini berguna untuk mengukur tingkat kecukupan
modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar suatu tagihan dan
membiayai proses penjualan perusahaan. Sederhananya, rasio ini dimanfaatkan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas guna membayar tagihan utang serta biaya lainnya
yang berhubungan dengan penjualan.
b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Untuk mengukur tingkat keberhasilan kebijakan penjualan kredit pada suatu
perusahaan, maka perusahaan tersebut bisa melihat tingkat perputaran piutangnya.
Sawir menjelaskan bahwa Receivable Turnover bisa digunakan untuk mengukur
berapa lama suatu penagihan piutang dalam kurun waktu satu periode atau berapa
kali dana yang mampu ditanam dalam piutang tersebut berputar dalam kurun waktu
satu tahun. Tinggi atau rendahnya perputaran piutang tersebut tergantung pada besar
atau kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Perputaran modal yang cepat
menandakan modal yang kembali dengan cepat.
c. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Persediaan adalah suatu unsur dari aktiva lancar yang masih tergolong unsur aktif
dalam kegiatan perusahaan yang didapatkan secara kontinyu, diubah dan lalu dijual ke
konsumen. Diperlukan adanya perputaran persediaan yang baik untuk mempercepat
pengembalian kas melalui penjualan. Perputaran persediaan dimanfaatkan untuk
mengetahui berapa banyaknya uang yang disetorkan dalam persediaan yang berputar
dalam kurun waktu satu tahun. Pada dasarnya, perputaran persediaan akan
memudahkan atau memperlancar operasi perusahaan yang harus dilakukan berturut-
turut untuk membuat barang dan menyalurkannya kepada para pelanggan. Jumlah
modal yang diperlukan akan semakin rendah jika tingkat perputaran persediaannya
tinggi.

7.1.5 Komponen Return On Asset


Sementara profitabilitas adalah rasio yang menilai kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba, maka ROA adalah salah satu rasio profitabilitas tersebut. Komponen
ROA ada 2 (dua) yaitu:
a. Profit Margin
Profit margin ini mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
tingkat penjualan tertentu. Diinterpretasikan juga sebagai tingkat efisiensi perusahaan
yaitu sejauh mana keampuan perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di
perusahaan. Adapun rumusnya yaitu:

Laba Bersih
Net Profit Margin=
Penjualan Bersih

Laba Bersih+ Bunga(1−tingkat pajak )


ReturnOn Asset=
Total Aset Rata Rata

b. Perputaran Total Aset


Perputaran Total Aset ini mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan dari dari total investasi tertentu. Diinterpretasikan juga sebagai kemampuan
perusahaan mengelola aset perusahaan berdasarkan tingkat penjualan tertentu.
Mengukur aktivitas penggunaan aset perusahaan. Adapun rumusnya yaitu:

Penjualan
PerputaranTotal Aset=
Total Aset Rata Rata

(Total Aset Awal Periode+ Akhir Periode )


Total Aset Rata Rata=
2
7.2 Interpretasi Return On Asset
Faktor apa yang bisa menjelaskan mengapa beberapa industri bisa menghasilkan ROA
yang lebih tinggi dibandingkan industri lainnya? Faktor apa yang bisa menjelaskan
mengapa beberapa industri memiliki perputaran aktiva tinggi tetapi profit margin rendah
atau memiliki perputaran aktiva rendah tetapi profit margin tinggi. Faktor itu adalah
Operating Leverage dan Siklus Kehidupan Produk
7.2.1 Operating Leverage
Operating Leverage merupakan kemampuan perusahaan memanfaatkan biaya tetap
untuk menghasilkan laba yang lebih baik bagi perusahaan. Operating Leverage
menunjukkan sejauh mana pemakaian beban tetap dalam perusahaan. Perusahaan yang
menggunakan beban tetap yang tinggi akan mempunyai operating leverage yang tinggi.
Beban tetap operasional datangnya dari beban depresiasi aktiva tetap. Perusahaan yang
memiliki proporsi aktiva tetap yang besar berarti melakukan investasi besar pada aktiva
tetap, akan mempunyai beban depresiasi yang tinggi, yang berarti memiliki beban
operasional yang tinggi sekaligus mempunyai operating leverage yang tinggi. Setiap
industri mempunyai struktur biaya variabel dan biaya tetap yang berbeda beda, hal inilah
yang membuat industri berbeda akan memiliki komponen ROA ( Profit Margin dan
Perputaran Aktiva ) yang berbeda beda juga. Adapun rumus operating leverage adalah:

S−VC
Operating Leverage=
S−VC −FC

S = Sales (Penjualan)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

7.2.1 Siklus Kehidupan Produk


Siklus kehidupan produk memiliki pengaruh terhadap perbedaan ROA antar industri.
Siklus kehidupan produk terdiri dari:
a. Tahap Perkenalan (Introduction)
b. Tahap Pertumbuhan (Growth)
c. Tahap Kedewasaan (Maturity)
d. Tahap Penurunan (Decline)
Pada tahap perkenalan dan pertumbuhan, akan banyak terjadi pengeluaran investasi
untuk pengembangan produk, pasar, kapasitas, dan lain lain yang bertujuan untuk
memperkenalkan produk baru dan memperluas market share.
Pada tahap kedewasaan, produk relatif sudah mapan sehingga pengeluaran investasi
relatif tidak begitu banyak. Tahap ini memungkinkan perusahaan mendapatkan laba yang
tinggi.
Pada tahap penurunan, perusahaan sudah ambil ancang ancang untuk keluar dari
bisnis produk tersebut.
Berikut adalah perilaku penjualan, laba, investasi dan ROA pada siklus kehidupan
produk :

Perilaku Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan


Laba Operasional Negatif Positif Positif Positif/Negatif
Investasi Negatif Negatif Positif Positif
Aliran Kas Besar Kecil / Positif Besar Besar / Kecil

 Tahap Perkenalan, perusahaan sibuk mempersiapkan infrastruktur produk baru


dengan melakukan investasi sehingga membutuhkan biaya berakibat aliran kas keluar
yang besar. Karena penjualan masih sedikit berakibat aliran kas bersih menjadi negatif.
 Tahap Pertumbuhan, penjualan mulai meningkat tajam dan pengeluaran mulai
berkurang. Aliran kas masuk bisa positif bisa negatif tetapi dalam jumlah yang kecil.
 Tahap Kedewasaan, aliran kas masuk sudah mulai meningkat karena produk sudah
semakin dikenal, pengeluaran investasi sudah tidak dilakukan pada tahap ini. Sehingga
perusahaan bisa memperoleh aliran kas positif yang cukup besar.
 Tahap Penurunan, permintaan produk sudah mulai melemah dan kompetisi semakin
tajam. Aliran kas masih bisa positif, tetapi mulai mengecil sampai bisa terjadi aliran
kas negatif.

7.3 Perbedaan Dalam Komposisi Profit Margin dan Perputaran Aset


Beberapa industri yang berbeda cenderung memiliki komposisi profit margin dan
perputaran aset yang berbeda beda, tergantung pada jenis industrinya. Seperti misalnya
industri grosir dan supermarket, akan cenderung memiliki komposisi profit margin yang
rendah dengan perputaran aset yang tinggi. Sedangkan industri eksplorasi minyak, akan
cenderung memiliki komposisi profit margin yang tinggi dengan perputaran aset yang
rendah. Terdapat 2 (dua) teori yang dapat menjelaskan perbedaan komposisi tersebut
yaitu (1) Pembatasan Kapasitas dan Pembatasan Kompetisi, dan (2) Strategi Bisnis.
7.3.1 Pembatasan Kapasitas dan Pembatasan Kompetisi
Pada Pembatasan Kapasitas, Perusahaan atau industri yang ditandai dengan biaya
tetap yang besar dan membutuhkan periode yang lama untuk membangun atau menambah
kapasitas akan menerapkan pembatasan kapasitas. Dengan adanya pembatasan kapasitas,
maka untuk meningkatkan ROA, perusahaan dapat mengambil strategi meningkatkan
profit margin.
Pada Pembatasan Kompetisi, kompetisi yang ketat akan dapat membatasi profit
margin yang bisa dicapai. Dengan adanya pembatasan kompetisi, maka untuk
meningkatkan ROA, perusahaan dapat mengambil strategi meningkatkan perputaran
aktiva.
7.3.2 Strategis Bisnis
Terdapat 3 (tiga) macam strategi bisnis yaitu :
a. Strategi Diferensiasi,
Dilakukan dengan mendeferesiansikan (membedakan produk) dari pesaingnya. Bisa
menetapkan harga tinggi (harga premium) karena produknya berbeda dan lebih
memiliki nilai jual. Persaingan harga relatif bisa dihindari. Bisa dicapai dengan kualitas
yang baik, pelayanan yang baik. Strategi ini dapat meningkatkan profit margin.
b. Strategi Biaya Rendah (Low Cost Strategy)
Dilakukan dengan menekan biaya agar bisa mendapat daya saing harga. Penekanan
biaya bisa dilakukan dengan efisiensi produksi, pengendalian biaya operasional. Untuk
industri tertentu, strategi biaya ini sulit dilakukan karena memang kebutuhan biaya
dasarnya yang sudah tinggi dan harus dipenuhi. Strategi ini dapat meningkatkan
perputaran aktiva
c. Strategi Fokus
Dilakukan dengan memilih pasar yang lebih sempit (ceruk pasar untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang
jumlahnya relatif kecil dan dalam keputusannya untuk membeli relatif tidak
dipengaruhi harga.

1. Kasus Komponen ROA


1.1 Berikut adalah data keuangan PT. MURNIATI untuk periode 2016 sd 2019
2019 2018 2017 2016
Penjualan 1.000.000 900.000 900.000
Harga Pokok Penjualan (500.000) (450.000) (470.000)
Biaya Administrasi (170.000) (120.000) (110.000)
Biaya Penjualan (36.000) (49.000) (67.500)
Biaya Bunga (14.000) (11.000) (12.500)
Pendapatan Sebelum Pajak 280.000 270.000 240.000
Pajak (15%) (42.000) (40.500) (36.000)
Laba Bersih 238.000 229.500 204.000
Aset Lancar 500.000 370.000 300.000
Aset Tetap 300.000 400.000 400.000
Total Aset 800.000 770.000 700.000 650.000

Hitunglah untuk tahun 2017 sampai dengan 2019, yaitu :


a. Net Profit Margin
b. Perputaran Total Aset
c. Return On Asset (ROA)
BAB VIII
ANALISIS RETURN ON EQUITY
Tujuan Pembahasan
Dapat memahami dan melakukan analisis yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki
perusahaan yang menunjukkan kesuksesan manajeman dalam memaksimalkan return
pada investor

8.1 Konsep Return On Equity


8.1.1 Pengertian Return On Equity
Setelah membahas tentang ROA (Return On Asset) pada bab sebelumnya, maka bab
ini kita akan bahas tentang ROE ( Return On Equity) karena antara ROA denfan ROE saling
berhubungan atau ada keterkaitan. Jika ROA ( Return On Asset) / rentabilitas ekonomi
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu, kemudian ROA
(Return On Asset) di proyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahan
menghasilkan laba pada masa – masa mendatang. Sedangkan ROE menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan
modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
ROE (Return on Equity) disebut juga “Return On Common Equity (ROCE)” atau
“Rentabilitas Modal Saham” merupakan rasio yang menunjukkan kesuksesan manajeman
dalam memaksimalkan return pada investor (pemegang saham). Hal ini menunjukan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan
modal sendiri yang dimiliki perusahaan dan Ini akan menarik minat investor untuk
membeli saham, keuntungan yang di peroleh perusahaan pertama akan dipakai untuk
membayar bunga utang, kemudian saham preferen, baru diberikan kepada pemegang
saham biasa.
Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini,
atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Return on
Equity (ROE) merupakan salah satu variabel yang terpenting untuk dilihat investor
sebelum mereka berinvestasi terhadap suatu perusahaan. Investor tentunya akan lebih
senang dengan perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik karena semakin baik
kinerja keuangan berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam memberikan
return sesuai harapan investor salah satunya adalah ROE ini.

8.1.2 Manfaat dan Fungsi Return On Equity


Semakin besarnya nilai Return On Equity suatu perusahaan, akan meningkatkan
kepercayaan investor yang akhirnya meningkatkan minat investor untuk berinvestasi.
Manfaat Return On Equity adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
b. Dapat sebagai pembanding antar perusahaan yang sejenis.
c. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal sendiri maupun pinjaman.
d. Investor menggunakan ROE sebagai indikator utama dalam pengambilan keputusan
investasi.
e. Perusahaan menggunakan ROE sebagai tolak ukur keputusan untuk ekspansi.

Selain itu Return On Equity juga mempunyai fungsi yang umum diketahui sebagai
berikut:
a. Return on Equity (ROE) berfungsi sebagai alat untuk menganalisis tingkat efisiensi
penggunaan modal perusahaan, baik pemakaian modal untuk produksi maupun
penjualan.
b. Return on Equity (ROE) dapat dipakai sebagai alat pembanding antar perusahaan di
sektor industri yang sama. Hal ini biasanya dilakukan untuk mengukur tingkat
efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan modal untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak. Nah, nantinya akan ditemukan mana perusahaan (emiten) yang paling
tinggi dan paling rendah return on equity-nya.
c. Return on Equity (ROE) juga berfungsi untuk mengukur tingkat efisiensi dan
efektivitas setiap divisi manajemen perusahaan. Nantinya akan diketahui divisi mana
yang sanggup memberikan return paling tinggi. Ini adalah poin penting karena dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi terutama bagi pihak manajemen perusahaan.
d. Return on Equity (ROE) berfungsi sebagai indikator utama dalam pengambilan
keputusan investasi oleh investor. Emiten dengan nilai rasio ROE yang besar (tinggi),
pasti akan membuat investor tertarik sehingga investor dengan senang hati untuk
menanamkan modalnya (berinvestasi) di perusahaan.
e. Tidak hanya investor saja, Return on Equity (ROE) juga digunakan oleh
perusahaan terutama dalam hal keputusan ekspansi. Umumnya, jika rasio ROE
perusahaan dianggap memuaskan dalam pencapaian target atau bahkan melebihi
target, maka potensi perusahaan untuk melakukan ekspansi akan jauh lebih besar. Ini
adalah salah satu inti dari fungsi ROE.

8.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Return On Equity


Dalam penggunaannya, rasio Return on Equity (ROE) memiliki kelebihan dan
kelemahan. Untuk kelebihan (keunggulan) rasio Return on Equity (ROE), yaitu :
a. Perhitungan rumus Return on Equity cenderung sederhana dan mudah dipahami
sehingga setiap orang dapat mencari tahu nilai Return on Equity perusahaan.
b. Pihak manajemen perusahaan dapat menjadikan Return on Equity (ROE) sebagai alat
untuk mendorong perolehan laba perusahaan agar lebih maksimal.
c. Return on Equity dapat dijadikan sebagai ukuran prestasi dari manajemen
perusahaan, terutama dalam hal pemanfaatan modal dan perolehan laba bersih.
d. Return on Equity bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi atas kinerja perusahaan.
e. Return on Equity dapat dijadikan sebagai alat kontrol bagi manajemen perusahaan,
khususnya dalam hal profitabilitas.

Meskipun memiliki cukup banyak keunggulan, penggunaan return on equity (ROE)


juga memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan, sebagai berikut.
a. Nilai ROE bisa saja menyebabkan manajemen perusahaan enggan untuk menambah
porsi modalnya, terutama ketika nilai return on equity (ROE) dianggap sudah besar
(tinggi). Padahal, nilai rasio ROE yang tinggi adalah peluang yang bagus untuk
melakukan pengembangan bisnis.
b. Manajemen perusahaan bisa saja hanya cenderung berfokus pada tujuan jangka
pendek saja, sehingga mengabaikan tujuan jangka panjang. Ini bisa berdampak buruk
bagi perkembangan perusahaan di masa depan.

8.1.4 Perhitungan Return On Equity


Nilai rasio Return on Equity (ROE) bisa diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Laba Bersih−Dividen Saham Preferen
Returnon Equity (ROE)=
Rata Rata Saham Biasa
 Bagian atas (pembilang), mencerminkan bagian laba yang bisa dialokasikan ke
pemegang saham untuk periode tertentu, setelah semua hak-hak kreditur (pemberi
kredit) dan saham preferen telah dilunasi.
 Mengapa dividen saham preferen mengurangi laba bersih? Karena dalam perhitungan
laba bersih, dividen saham preferen belum dikurangkan atau belum diperhitungkan.
 Bagian bawah (penyebut / pembagi), dilakukan dengan menghitung total saham
dikurangi saham preferen.
 Saham Preferen, punya hak mendapatkan dividen tetap, memiliki keunggulan punya
hak klaim terhadap aset dan seluruh kekayaan (aktiva) perusahaan, serta punya hak
didahulukan dalam pembagian dividen.
 Saham Biasa, pemilik saham biasa ini menanggung semua keuntungan dan risiko bisnis
yang terjadi pada perusahaan. Selain itu, pemegang saham biasa tidak memiliki hak
istimewa seperti halnya pemegang saham preferen
8.1.5 Komponen Return On Equity

ROA = ROE x Leverage Yang Disesuaikan

Common Earning Leverage Struktur


Leverage Modal
(CEL) (LSM)

Laba Bersih Untuk Laba Bersih + Laba Bersih Untuk Rata Rata
Saham Biasa ((Biaya Bunga(1- Saham Biasa Total Aset
Pajak))
= x x
Rata Rata Rata Rata Total Laba Bersih Rata Rata
Saham Biasa Total Aset + Biaya Bunga Saham Biasa
Gambar 8.1
Komponen Return On Equity

Keterangan gambar komponen Return on Equity


 ROA, mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan aset
yang dimiliki.
 Leverage yang disesuaikan, mencerminkan efek penggandaan penggunaan utang dan
saham preferen untuk menaikkan return ke pemegang saham.
 Leverage yang disesuaikan, diperoleh dari hasil perkalian antara Common Earning
Leverage (CEL) dengan Leverage Struktur Modal (LSM).
 Common Earning Leverage (CEL), mencerminkan proporsi laba bersih yang menjadi
hak pemegang saham biasa dari jumlah total laba bersih operasional.
 Leverage Struktur Modal (LSM), mencerminkan sejauh mana aset perusahaan dibiayai
oleh saham sendiri.
 ROE akan semakin besar jika ROA tinggi atau Leverega Yang Disesuaikan Tinggi.

8.2 Laba per Lembar Saham (Earning per Share)


Selain ROE, ada Earning Per Share (EPS) atau laba ber lembar saham juga sering
digunakan oleh investor saham atau calon investor saham. EPS atau Laba Per Lembar
Saham merupakan kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang
dimiliki. EPS merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para
pemegang saham biasa.
Laba Bersih−Dividen Saham−Dividen Saham Preferen
EPS(Untuk permodalan yang sederhana)=
Rata Rata Jumlah Saham Biasa Yang Beredar

Terdapat 2 (dua) macam Earning Per Share (EPS) yaitu:


a. Primary EPS
Adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh setiap lembar saham biasa yang
beredar, termasuk saham ekuivalen. Saham Ekuivalen adalah surat berharga lainnya
yang sebanding dengan saham biasa
b. Fully Diluted EPS
Adalah jumlah pendapatan per lembar yang menunjukkan maksimum dilution yang
akan terjadi dari pertukaran, penggunaan.
Dilution adalah pengurangan terhadap EPS yang diakibatkan oleh anggapan bahwa
convertible securities sudah ditukarkan
Convertible Securities adalah saham preferen atau penerbitan hutang yang dapat
ditukarkan dengan sejumlah lembar saham biasa sesuai dengan keinginan pemiliknya.

Terdapat 2 macam surat berharga penyebab perbedaan EPS Primary dan EPS Fully
Diluted, yaitu:
a. Ekuivalen Saham Biasa
Merupakan surat berharga yang nilainya didasarkan pada nilai saham biasa atau
didasarkan pada kemampuan surat berharga tersebut untuk bisa ditukarkan dengan
saham biasa. Nilai pasar surat berharga jenis ini akan cenderung mengikuti nilai pasar
saham biasa.
b. Surat Berharga lain yang Berpotensi Ditukar Menjadi Saham
Semua jenis surat berharga yang tidak dikelompokkan pada Ekuivalen saham Biasa
digolongkan dalam kelompok ini.

Earning Per Share (EPS) bisa berfluktuasi setiap saat mengalami kenaikan ataupun
penurunan, berikut penyebab kenaikan dan penurunan Earning Per Share (EPS):
Kenaikan Earning Per Share (EPS) disebabkan oleh:
 Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar tetap
 Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar berkurang
 Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar meningkat tetapi perusahaan tidak
mampu mencetak kenaikan laba bersih yang naik secara signifikan.
Sedangkan penurunan Earning Per Share (EPS) disebabkan oleh:
 Laba bersih menurun, jumlah saham beredar tetap
 Laba bersih menurun, jumlah saham beredar bertambah
 Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar meningkat signifikan sehingga
membuat nilai rasio EPS turun
1. Return On Equity (ROE)
1.1 PT. LAUT BIRU mempunyai data keuangan tahun 2015 sd 2019 (dalam Jutaan
Rupiah) sebagai berikut:
2019 2018 2017 2016 2015
Laba Untuk Saham Biasa 250 244 242 231 220
Jumlah Saham Biasa 125 122 121 116 110
Biaya Bunga 73,2 72,2 74,6 71,5 68,9
Laba Bersih 305 301 311 298 287
Pajak 30% 91,5 90,3 93,30 89,40 86,10
Total Aset 460 475 486 479 477

Dari data diatas :


a. Hitunglah ROE dari komponen ROE, yaitu ROA, Common Earning Leverage (CEL)
dan Leverage Struktur Modal (LSM) untuk periode 2016 sampai dengan 2019.
b. Jelaskan mengapa terjadi perubahan / fluktuasi ROE selama periode 2016 sampai
2019?
BAB IX
ANALISIS BIAYA RELEVAN DAN TITIK IMPAS
Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami analisis yang dapat memisahkan antara biaya dan
pendapatan yang relevan dengan biaya dan pendapatan yang tidak relevan pada beberapa
alternatif keputusan yang akan diambil oleh pihak perusahaan

9.1 Analisis Biaya Relevan


9.1.1 Pengertian Biaya Relevan
Biaya Relevan adalah biaya yang dikeluarkan pada masa yang akan datang yang
berbeda untuk setiap pilihan yang tersedia bagi pengambil keputusan. Sedangkan Biaya
Tidak Relevan adalah biaya yang tidak berbeda diantara berbagai pilihan setiap pilihan
yang tersedia bagi pengambil keputusan. Semua keputusan berhubungan dengan masa
depan. Karena itu, hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan.
Namun, untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa
depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif lainnya. Apabila
biaya masa depan terdapat pada lebih dari satu alternatif maka biaya tersebut tidak
memiliki pengaruh terhadap keputusan. Biaya demikian disebut biaya tidak relevan.
Kemampaun untuk mengidentifikasi biaya relevan dan tak relevan merupakan suatu
keterampilan pengambilan keputusan yang penting. Untuk lebih memahami tentang biaya
relevan diilustrasikan bahwa dalam pemilihan untuk membeli mobil mana yang akan
dibeli, konsumen dapat mengabaikan biaya perijinan dan biaya lainnya jika biaya-biaya
tersebut besarnya sama dengan biaya mobil lainnya, karena biaya tersebut tidak termasuk
biaya relevan yang tidak mempengaruhi keputusan untuk membeli. Biaya yang sudah
terjadi juga tidak bisa dikatakan biaya relevan, karena biaya tersebut sudah tidak
mempengaruhi keputusan lagi karena sudah terjadi.
Dengan contoh ilustrasi tersebut maka yang termasuk biaya relevan dikategorikan
memiliki ciri ciri sebagai berikut:
a. Biaya dapat dihindari dengan suatu keputusan manajemen
b. Biaya tersebut belum terjadi
c. Biaya yang akan terjadi itu memiliki nilai yang berbeda untuk setiap alternatif.
d. Biaya tersebut benar-benar memberi pengaruh didalam pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pesanan khusus, biaya


relevan biasanya terdiri dari biaya variabel. Namun, tidak semua biaya variabel menjadi
biaya relevan, contohnya komisi penjualan. Sebelum mengidentifikasi biaya relevan,
seorang manajer perlu melakukan langkah-langkah, yaitu:
 Mengumpulkan semua biaya yang akan terjadi yang berkaitan dengan setiap alternatif
yang akan dipertimbangkan.
 Memisahkan biaya masa lalu atau yang merupakan sunk cost.
 Memisahkan biaya masa yang akan datang yang tidak berbeda dalam setiap alternatif
keputusan.
 Membuat keputusan berdasarkan biaya yang masih tersisa, karena biaya tersebut pasti
biaya diferensial atau biaya terhindarkan dan biaya tersebut relevan dalam suatu
keputusan.
Manajer hanya menggunakan biaya relevan yang akan timbul di masa yang akan datang
saja dalam pengambilan keputusan karena suatu keputusan merupakan suatu hal yang
berhubungan dengan keadaan di masa datang. Namun, untuk dianggap sebagai biaya
relevan, suatu biaya tidak hanya berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang,
tetapi biaya tersebut harus berbeda dengan suatu alternatif lain. Jadi, jika suatu biaya yang
akan muncul di masa depan mempunyai jumlah yang sama besar dari beberapa alternatif,
biaya tersebut tidak akan berpengaruh dengan pengambilan keputusan.

9.1.3 Analisis Biaya Relevan


Analisis biaya relevan adalah analisis yang memisahkan antara biaya dan pendapatan
yang relevan dengan biaya dan pendapatan yang tidak relevan pada beberapa alternative
pengambilan keputusan yang akan diambil oleh pihak perusahaan. Biaya masa lalu yang
disebut sunk cost, tidak dapat dihindari dan tidak bisa diubah apapun tindakan yang
diambil. Biaya masa lalu mungkin bisa berguna sebagai dasar untuk membuat prediksi.
Namun, biaya masa lalu itu sendiri selalu menjadi tidak relevan pada saat pembuatan
keputusan.
Berikut adalah contoh penggunaan analisis biaya relevan dalam pengambilan
keputusan, yaitu:
 Mempertahankan atau mengganti aktiva yang lama;
 Penambahan dan pengurangan lini produk dan segmen lain;
 Keputusan untuk membuat atau membeli;
 Menerima pesanan khusus atau menolak;
 Produk bersama akan dijual pada split off point (produk-produk diidentifikasi atau
dipisah ke masing-masing produk secara individual) atau diproses lebih kanjut.

9.2 Analisis Biaya – Volume – Laba


Analisis Biaya – Volume – Laba merupakan metode untuk menganalisis bagaimana
keputusan operasi dan pemasaran mempengaruhi laba operasi, berdasarkan hubungan
antara biaya variabel per unit, total biaya tetap, harga jual dan tingkat out put. Dengan kata
lain, Analisis Biaya – Volume – Laba, menguji perilaku total pendapatan, total biaya, dan
laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output.
Analisis biaya-volume-laba dapat diterapkan dalam hal : (1) menentukan harga jual,
(2) menentukan berapa banyak unit produksi baru harus dijual agar mencapai titik impas,
(3) Menentukan berapa banyak tambahan penjualan yang diperlukan untuk mencapai
tingkat laba yang diharapkan, (4) mengetahui pengaruh perubahan tingkat output
terhadap total pendapatan dan total biaya, (5) memperkenalkan produk baru, (6)
mengganti peralatan dan lain sebagainya.
Analisis biaya-volume-laba didasarkan pada sejumlah asumsi. Berikut adalah asumsi
asumsi yang mendasari analisis biaya-volume-laba:
a. Perubahan tingkat pendapatan dan biaya hanya disebabkan oleh perubahan julah
produk yang diproduksi dan dijual.
b. Total biaya dapat dipisahkan kedalam komponen tetap dan komponen variabel.
Komponen tetap (biaya yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan tingkat
output) dan komponen variabel (biaya yang berubah seiring perubahan tingkat
output).
c. Perilaku total pendapatan dengan total biaya bersifat linier segaris searah ketika
dihubungkan dengan tingkat output dalam rentang dan periode waktu yang relevan.
d. Harga jual, biaya variabel per unit dan total biaya tetap telah diketahui dan tetap
konstan dalam rentang pdriode waktu yang relevan.
e. Analisis hanya mencakup satu jenis produk.
f. Seluruh pendapatan dan biaya dapat ditambahkan, dikurangkan dan dibandingkan
tanpa memperhitungkan nilai waktu dari uang.

Hal yang menjadi elemen utama dalam analisis ini adalah:


a. Harga Jual Produk
b. Volume atau Tingkat Aktivitas atau Tingkat Penjualan
c. Biaya Variabel per Unit
d. Total Biaya Tetap
e. Komposisi Produk Yang Dijual
Analisis biaya-volume-laba sangat berguna bagi perusahaan yang sedang menyusun
rencana usahanya atau sebagai alat pengendali pada saat perusahaan masih dalam
kegiatan.

9.3 Contribution Margin


9.3.1 Pengertian Contribution Margin
Contribution Margin (CM) digunakan untuk mengukur apakah produk menghasilkan
pendapatan yang cukup untuk membayar biaya tetap dan juga untuk menentukan laba
yang dihasilkannya. Dalam kata lain, CM memcerminkan jumlah pendapatan dikurangi
biaya variabel, yang berkontribusi untuk menutup biaya tetap dan sisanya akan
menciptakan laba operasi. CM per unit (CMU) merupakan alat yang sangat berguna untuk
meghitung besarnya marjin kontribusi dan laba operasi. Margin kontribusi dapat dihitung
dalam rupiah, unit, atau persentase. Selain itu, margin kontribusi digunakan untuk
menentukan titik impas yaitu jumlah unit yang diproduksi atau pendapatan yang
dihasilkan untuk mencapai titik impas.
Laporan Laba Rugi Kontribusi, adalah laporan laba operasi yang mengelompokkan
biaya menjadi biaya variabel dan biaya tetap untuk menyoroti marjin kontribusi. Rasio
Contribution Margin akan sangat berguna untuk menunjukkan bagaimana contribution
margin akan dipengaruhi oleh perubahan total penjualan. Laporan pendapatan margin
kontribusi adalah alat yang berguna ketika menganalisis hasil periode sebelumnya. Hal ini
untuk memberikan informasi apakah upaya perusahaan itu menguntungkan atau tidak.

Contribution Margin=Penjualan−Biaya Variabel

Contribution Margin
Rasio Contribution Margin=
Penjualan

Untuk memahami margin kontribusi, terdapat istilah-istilah keuangan yang


termasuk dalam perhitungan, yaitu:
 Biaya variabel (variable cost) perusahaan mencakup biaya yang berfluktuasi
bersamaan dengan perubahan tingkat produksi. Beberapa contoh biaya variabel adalah
biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan tagihan listrik.
 Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang konsisten. Biaya ini dapat berfluktuasi,
tetapi sebagian besar, mereka tetap sama. Contoh biaya tetap termasuk sewa gedung,
asuransi, gaji, dan utilitas (yang tidak terkait langsung dengan produksi).

9.4 Analisis Titik Impas


9.4.1 Pengertian Analisis Titik Impas
Disebut juga Break Even Point, jumlah output penjualan yang akan menyamakan total
pendapatan dengan total biaya. Dengan kata lain, titik impas adalah jumlah unit terjual
yang akan menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 0,-. Titik impas menunjukkan titik di
mana perusahaan menanggung biaya tetap dan tidak menghasilkan laba. Pada kondisi titik
impas, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mengalami kerugian.
Pada saat memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa,
perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang ingin
diperoleh artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai
perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan laba mudah ditentukan, salah satu
caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya, artinya
perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan
tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis
Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting
dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis
perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila
perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk
baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan
harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan
sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak
rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui analisis titik impas, kita akan dapat mengetahui
bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan
(penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama
cost profit volume analysis.
Analisis titik impas juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk
minimal yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu
memperoleh laba (keuntungan) yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah
barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal
yang harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara
penuh. Jumlah produksi yang akan dijual akan berkaitan erat dengan biaya yang
dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi penentu terhadap harga jual
perusahaan. Besar kecilnya biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu, salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk
menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan
dapat diketahui berapa jumlah yang layak untuk dijalankan.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk membantu, manajer mengambil
keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu
produk tertentu. Intinya, kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah
keuntungan pada berbagai tingkat penjualan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
arti analisis titik impas adalah suatu keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya
dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan. Lebih lanjut analisis ini digunakan untuk menentukan berapa unit yang harus
dijual agar kita memperoleh keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun
rupiah.
Arti memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik impas, kita akan
mengetahui, apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah agar
jangan sampai ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga
mampu menjaga agar berproduksi secara efisien.
Arti menentukan perencanaan laba yang diinginkan adalah manajemen mampu
merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya.
Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau dari total rupiah yang
diproduksi. Kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap
unit produksi yang dijual.
Analisis titik impas atau Break Even Point dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
BEP ( Unit )=Total FC /P per unit – VC per unit

BEP ( Rupiah ) =Total FC /(1 – (Total VC /Total S))


Keterangan:
VC = Variabel Cost = Biaya variabel
FC = Fixed Cost = Biaya Tetap
P = Harga
S = Sales

9.4.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Titik Impas


Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinyan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita
kerugian . Secara umum tujuan dari analisis Break Even Point adalah untuk mengetahui
pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai
laba tertentu. Secara khusus analisis Break Even Point digunakan oleh perusahaan -
perusahaan dengan tujuan untuk:
a. Mengetahui nilai BEP membantu pengusaha dalam menentukan volume kapasitas
produksi yang tersisa setelah tercapainya BEP.
b. Dengan adanya nilai BEP, maka perusahaan bisa menentukan langkah efisiensi kerja
yang bisa dilakukan.
c. Nilai BEP membantu pengusaha untuk mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi
perubahan harga produk.
d. Karena BEP berfungsi untuk mengetahui perubahan laba, maka BEP juga bisa
menentukan kerugian yang terjadi.
Selain memiliki tujuan tersebut diatas, analisis Break Even Point (BEP) juga
memiliki manfaat bagi perusahaan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimal yang dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian
b. Untuk mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu
c. Untuk mengetahui seberapa jauhkah yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu
d. Untuk mengetahui seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
mengalaami kerugian
e. Untuk mengetahu bagaimana efek perubahan harga jual biaya dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang diperoleh

9.4.3 Kelemahan dan Asumsi Analisis Titik Impas


Di samping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak
bagi pimpinan perusahaan, Analisis titik impas juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan Analisis titik impas ini tidak dapat dihindari. Berikut ini beberapa kelemahan
dari Analisis titik impas :
a. Perlu asumsi, artinya analisis ini membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai
hubungan antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan
sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
b. Bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada
suatu periode tertentu.
c. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir, artinya analisis ini hanya baik
digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
d. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya, jika aliran kas telah
ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-
hal lainnya dianggap sama.
e. Hubungan penjualan dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam
kapasitas penuh, tetapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya
tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan
tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat.
f. Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan, artinya
selama masa penjualan begitu banyak risiko yang mungkin dihadapi, misalnya
kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada
akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik unit
maupun rupiah.
g. Pengukuran kemungkinan penjualan, artinya jika hendak membuat grafik pulang
pokok yang didasarkan kepada harga penjualan yang konstan, untuk melihat
kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik
untuk tiap tingkat harga.

Namun, meskipun analisis biaya-volume-laba masih memiliki beberapa kelemahan,


manajemen masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan keuangan,
terutama perencanaan laba, produksi, maupun perencanaan penjualan ke depan. Hanya
saja bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai bahan koreksi atau
pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis titik impas adalah
karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini
memang harus dilakukan jika kita menghendaki analisis ini dapat dilakukan secara tepat.
Kemudian, dengan asumsi-asumsi tersebut, analisis titik impas dapat dilakukan secara
cepat dan akurat. Oleh karena itu para manajer menganggap bahwa asumsi ini harus tetap
dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan analisis titik impas bila kita
memutuskan untuk menggunakannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis titik impas adalah sebagai berikut :
a. Biaya yang menjadi elemen utama harus berupa biaya tetap dan biaya variabel.
b. Nilai biaya tetap akan tetap konstan meskipun terjadi perubahan aktivitas produksi.
c. Nilai biaya variabel akan berubah jika volume kapasitas produksi berubah
d. Selama periode analisis, harga jual per unit tetap, sehingga selama waktu tersebut
tidak ada perubahan harga jual.
e. Jumlah produk yang dihasilkan selalu dianggap telah habis terjual.
f. Berlaku untuk satu produk, namun jika perusahaan memproduksi banyak produk
maka diperlukan perimbangan hasil penjualan pada setiap produk.

9.5 Margin of Safety


Margin of Safety menunjukkan berapa banyak penjualan boleh menyimpang dari
jumlah yang telah ditetapkan (dianggarkan) sebelum perusahaan mulai mengalami
kerugian. Margin of Safety dapat dinyatakan dalam unit, Rupiah ataupun rasio
(prosentase). Margin of Safety merupakan kelebihan dari penjualan yang di anggarkan
(aktual) di atas titik impas volume penjualan. Semakin tinggi Margin of Safety, semakin
rendah untuk tidak balik modal.
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis titik impas adalah untuk
menentukan seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita
kerugian. Jadi margin of safety adalah selisih antara volume penjualan yang dianggarkan
dengan volume penjualan impas. Misalnya angka margin of safety diketahui 50% maka jika
jumlah penjualan yang terjadi berkurang atau menyimpang lebih dari 50% (dari penjualan
yang direncanakan) maka perusahaan akan menderita kerugian. Analisis margin of safety
menunjukkan berapa banyak penjualan yang boleh turun dari jumlah penjualan tertentu
dimana perusahaan belum menderita rugi atau dalam keadaan Break Even. Dengan kata
lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan angka
volume penjualan yang direncanakan yang tidak mengakibatkan kerugian.
Margin of safety bisa ditingkatkan dengan beberapa cara. antara lain:
a. Meningkatkan kontribusi per unit
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan margin of safety ini adalah
dengan menambah kontribusi per unit dengan cara menaikkan harga jual. Namun,
perlu diperhatikan juga bahwa biaya produksi per unit produk juga harus dikurangi
agar tidak keuntungan yang didapat bisa lebih besar.
b. Menurunkan nilai break-even atau titik impas
Break-even atau titik impas adalah suatu keadaan saat perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan atau kerugian. Dengan menurunkan nilai titik impas, maka margin of
safety perusahaan bisa ditingkatkan sehingga tetap memberikan keuntungan.
c. Meningkatkan volume penjualan
Cara selanjutnya yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan volume penjualan.
Saat perusahaan mampu menjual lebih banyak produk, tentunya perusahaan bisa
terhindar dari kerugian.
1. Analisis Biaya Relevan
1.1 PT. DAUN HIJAU menghasilkan sebuah produk yang salah satu bahan utamanya dibeli
dari luar perusahaan. Saat ini perusahaan dihadapkan pada pilihan membuat sendiri
bahan utama produk atau membelinya dari pihak luar perusahaan. Selama satu tahun
perusahaan diperkirakan membutuhkan bahan utamanya sebanyak 20.000 unit.
Bahan utama biasanya selama ini dibeli dari luar perusahaan dengan harga Rp.
12.900,- per unitnya. Sedangkan biaya yang berhubungan dengan pemesanan dan
penerimaan bahan utama tersebut rata rata sebesar Rp. 1.200,- per unit. Manajer
keuangan perusahaan telah memberikan rincian biaya jika perusahaan akan
memproduksi sendiri bahan utamanya, yaitu: Prime Cost (biaya utama bahan) Rp.
12.000 per unit. Variabel Ovehead Cost Rp. 1.000,- per unit. Perusahaan juga harus
mengeluarkan Fixed Overhead Cost berupa gaji supervisor yang khusus bertugas
mengawasi proses pembuatan bahan utama sebesar Rp. 12.000.000,- per tahun.
Buatlah analisis perhitungan biaya relevan yang akan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan apakah membuat sendiri bahan utama produk atau membelinya dari
pihak luar. Berikan perhitungan mengenai efeknya terhadap laba perusahaan jika
perusahaan memilih untuk membuat sendiri bahan utama produknya.

Diketahui : Kebutuhan bahan utama produk = 20.000 unit


Harga beli bahan utama dari luar = Rp. 12.900,- per unit
Biaya pemesanan = Rp. 1.200,- per unit
Prime Cost = Rp. 12.000 per unit
Variabel Overhead Cost = Rp. 1.000,- per unit
Fixed Overhead Cost = Rp. 12.000.000,- per tahun
Ditanya : Biaya jika memesan bahan utama dari luar…..?
Biaya relevan = ……..?
Efek Terhadap Laba = …..?
PT. PANDAWA membuat produk meja yang dijual dengan harga Rp. 50.000,- per unit.
Tahun lalu produk yang dihasilkan habis terjual tetapi kapasitas produksi yang
terpakai hanya 75%. Berikut adalah laporan laba rugi PT. PANDAWA (dalam ribuan
Rupiah) :
Sales Rp. 450.000
Biaya Produksi :
 Bahan Langsung Rp. 180.000
 Upah Langsung Rp. 85.500
 BOP Variabel (20%) Rp. 67.500
Total Biaya Produksi Rp. 333.000
Gross Profit Rp. 117.000

Biaya Operasional :
 Biaya Penjualan Rp. 45.000
 Biaya Umum & Administrasi Rp. 36.000
Total Biaya Operasional Rp. 81.000
Operating Income Rp. 36.000

70% dari biaya penjualan serta 20% dari biaya umum dan administrasi adalah
bersifat variabel. Saat ini ada pelanggan yang bermaksud memesan khusus 3.000
unit meja dengan harga ditawar menjadi Rp. 33.500,- per unit. Jika pesanan ini
diterima maka 60% biaya penjualan variabel dapat dihindarkan.
Berdasarkan data diatas, apakah permintan pesanan dari pelanggan tersebut diterima
atau ditolak?

1.2 PT. DEWI SRI memiliki rencana penjualan untuk 2 (dua) jenis produknya sebagai berikut:
Nama Produk Jumlah Unit Harga per Unit Total
Produk A 15.000 Rp. 1.000 Rp. 15.000.000
Produk B 10.000 Rp. 750 Rp. 7.500.000
Biaya Variabel Produk A 15.000 Rp. 500 Rp. 7.500.000
Biaya Variabel Produk B 10.000 Rp. 300 Rp. 3.000.000

Biaya Tetap keseluruhan Rp. 5.000.000,- setahun


Dengan data diatas, hitunglah :
a. BEP perusahaan keseluruhan (dalam Rp)
b. BEP produk A (dalam unit)
c. BEP produk B (dalam unit)
BAB X
ANALISIS RISIKO
Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami instrumen guna menganalisis prestasi perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan indikator keuangan, untuk menunjukkan perubahan
dalam kondisi keuangan di masa lalu dan membantu menggambarkan tren pola perubahan
tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada
perusahaan.

10.1 Analisis Risiko


10.1.1 Pengertian Analisis Risiko
Analisis Risiko dikenal sebagai pasangan kembar dari analisis Profitabilitas karena
keduanya dipakai untuk menentukan daya tarik suatu perusahaan. Analisis Risiko atau risk
analysis merupakan instrumen guna menganalisa prestasi perusahaan yang menjelaskan
berbagai hubungan indikator keuangan, untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi
keuangan di masa lalu dan membantu menggambarkan tren pola perubahan tersebut,
untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan.
Analisis risiko adalah sebuah teknik untuk mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor
yang dapat membahayakan keberhasilan sebuah bisnis, program, proyek, atau individu
untuk mencapai tujuan. Teknik ini juga membantu menentukan tindakan pencegahan
untuk mengurangi kemungkinan faktor itu terjadi dan mengidentifikasi tindakan yang
berhasil menangani kendala-kendala yang berkembang. Analisis risiko merupakan bagian
dari manajemen risiko, yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
 Identifikasi kemungkinan kondisi, peristiwa, atau situasi negatif eksternal dan internal
 Penentuan hubungan sebab-akibat antara peluang kejadian, skalanya, dan
kemungkinan dampaknya
 Evaluasi berbagai dampak di bawah asumsi dan probabilitas yang berbeda
 Penerapan teknik kualitatif dan kuantitatif untuk mengurangi ketidakpastian dari
dampak dan biaya, kewajiban, atau kerugian.

10.1.2 Analisis Sumber Risiko


Sumber-sumber dan tipe-tipe risiko disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 10.1
Sumber dan Tipe Risiko
Sumber Contoh risiko yang timbul
Internasional  Ketidakstabilan pemerintah local (setempat)
 Ketidakstabilan kebijakan pemerintah setempat
 Risiko perubahan kurs mata uang
 Resesi dunia
Domestik  Resesi
 Inflasi atau deflasi
 Perubahan tingkat bunga
 Perubahan demografi
 Perubahan kebijakan dalam negeri
 Perubahan politik dalam negeri
Industri  Perubahan teknologi
 Persaingan
 Perubahan kekuatan tawar menawar dalam indutri
(misal, pembeliaan semakin kuat)
 Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan industri
Perusahaan  Perubahan manajemen
 Perubahan strategi
 Risiko terkena bencana (seperti kebakaran
 Risiko terkena tuntutan hukum)

Meskipun risiko-risiko di atas secara langsung maupun tidak langsung akan


mempengaruhi perusahaan, tetapi perusahaan harus memperhatikan risiko-risiko yang
mempunyai konsekuensi keuangan perusahaan.
Tabel di bawah ini menggambarkan kegiatan-kegiatan perusahaan dan aliran kas
yang dihasilkan dan dibutuhkan dalam kaitannya dengan kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan kas.
Tabel 10.2
Kegiatan Perusahaan Dan Aliran Kas Yang Dihasilkan Dan Dibutuhkan
Kegiatan Kemampuan Hasilkan Kas Kebutuhan Atas Kas Analisis Yang
Perusahaan Digunakan
Operasi Profitabilitas perusahaan Kebutuhan modal Likuiditas jangka
kerja pendek
Investasi Penjualan aset perusahaan Kebutuhan investasi Likuiditas jangka
pada aktiva baru panjang

Pendanaan Kapasitas meminjam Membayar hutang Likuiditas jangka


dengan bunga dan panjang
kewajiban lainnya

10.1.3 Tipe Analisis Risiko


Analisis risiko akan tergantung informasi risiko dan data yang tersedia. Metode
analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semi kuantitatif, atau kuantitatif bahkan
kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisinya. Urutan kompleksitas
serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar) adalah: kualitatif, semi kuantitatif,
dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang
level risiko. Setelah itu dapat dilakukan analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk
lebih merinci level risiko yang ada. Penjelasan tentang karakteristik jenis-jenis analisis
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan
seberapa besar potensi risiko yang akan diukur. Hasilnya misalnya risiko dapat termasuk
dalam (1) risiko rendah, (2) risiko sedang, dan (3) risiko tinggi. Analisis kualitatif
digunakan untuk kegiatan skrining awal pada risiko yang membutuhkan analisis lebih rinci
dan lebih mendalam.
b. Analisis Semi Kuantitatif
Pada analisis semi kuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan diatas diberi nilai.
Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun
probabilitas dari risiko yang ada. Misalnya suatu risiko mempunyai tingkat probabilitas
sangat mungkin terjadi, kemudian diberi nilai 100. setelah itu dilihat tingkat konsekuensi
yang dapat terjadi sangat parah, lalu diberi nilai 50. Maka tingkat risiko adalah 100 x 50 =
5000. Nilai tingkat risiko ini kemudian dikonfirmasikan dengan tabel yang standar. Kehati-
hatian harus dilakukan dalam menggunakan analisis semi kuantitatif, karena nilai yang
dibuat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan
perhitungan akan sangat bergantung kepada tingkat pengetahuan tim ahli dalam analisis
tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko. Oleh karena itu kegiatan analisis ini
sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan
background, tentu saja juga melibatkan manajer ataupun supervisor di bidang operasi.
c. Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas dari analisis
tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi dapat dihitung
dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau
dengan memperkirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/ data
terdahulu. Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya ( exposure dan
probability). Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung untuk
menetapkan tingkat risiko yang ada. Tingkat risiko ini akan berbeda-beda menurut jenis
risiko yang ada.

10.2 Analisis Risiko Likuiditas Jangka Pendek


Risiko Likuiditas Jangka Pendek mencerminkan ketidakmampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Berikut adalah skema analisis risiko likuiditas
jangka pendek:
Tabel 10.3
Skema Analisis Risiko Likuiditas Jangka Pendek
Likuiditas Jangka Pendek Kemampuan Kebutuhan
Rasio Lancar Aktiva Lancar Hutang Lancar
Raso Quick Aktiva Lancar, Persediaan Hutang Lancar
Rasio Aliran Kas Aliran Kas dari Operasi Hutang Lancar
Operasional Terhadap
Hutang Lancar
Rasio Aktivitas Modal Kerja Perputaran Piutang Dagang Perputaran Hutang Dagang
dan persediaan

a. Rasio Lancar
Rasio Lancar (Current Ratio), dihitung dengan membagi Aktiva Lancar dengan Hutang
Lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kas yang dimiliki perusahaan ditambah aset
yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun terhadap besarnya utang yang
jatuh tempo dalam waktu dekat (tidak lebih dari satu tahun). Meskipun ada beberapa
masalah dalam penggunaan rasio Lancar, seperti adanya beberapa hal yang
mengakibatkan interpretasi rasio Lancar menjadi menyulitkan, namun rasio Lancar
masih banyak digunakan untuk mengukur risiko likuiditas jangka pendek. Hal ini
disebabkan karena disamping rasio Lancar ini mudah dihitung, rasio Lancar memiliki
kemampuan untuk prediksi kepailitan dengan baik.
b. Rasio Quick
Quick Ratio sering juga disebut rasio Acid Test. Quick Ratio menggunakan aset yang
akan berubah menjadi kas lebih cepat untuk melunasi hutang nya. Karena persediaan
dianggap sebagai Aktiva Lancar yang paling lama berubah menjadi kas maka
persediaan dikeluarkan dari perhitungan aset, maka Aktiva Lancar yang dimasukkan
adalah kas, surat berharga dan piutang. Seorang analis harus hati hati dalam klasifikasi
ini, karena pada beberapa industri justru persediaan akan cepat berubah menjadi kas
dibandingkan jenis industri lainnya. Secara umum, CR dan QR mempunyai korelasi
yang tinggi karena informasi yang diperoleh sejalan, kecuali jika terjadi perubahan
pada persediaan pada industri yang berbeda, maka CR dan QR mungkin akan
memberikan informasi yang berbeda.
c. Rasio Aliran Kas Operasional Terhadap Hutang Lancar
Rasio ini bisa digunakan untuk melengkapi rasio lancar dan rasio Quick sekaligus
mengatasi kelemahan pada kedua rasio tersebut. Rumus yang digunakan:

Rasio Aliran KasOperasional Terhadap Hutang Lancar= Aliran Kas dariOperasi/ RataRata Hutang Lancar

Aliran kas dari operasi dilaporkan dalam Laporan Aliran Kas (pada Analisis Sumber
dan Penggunaan Dana), yang merupakan kelebihan kas yang diperoleh dari operasi
setelah semua kebutuhan modal dan pembayaran hutang dipenuhi. Karena aliran kas
dalam operasi yang digunakan itu berasal dari satu periode maka pembagi yang
dipakai adalah rata rata hutang lancar pada periode tersebut.
d. Rasio Aktivitas Modal Kerja
Siklus yang digunakan pada bisnis bisa digambarkan sebagai berikut:
Kas keluar untuk bayar bahan mentah ------ kas masuk dari pembeli.
Pertama kali perusahaan akan mengeluarkan kas untuk membayar bahan baku dan
tenaga kerja. Pembelian bahan baku bisa dilakukan secara kredit yang akhirnya
menimbulkan hutang. Sebelum terjadi penjualan maka barang jadi akan disimpan
sebagai persediaan. Jika penjualan terjadi dalam bentuk kredit maka akan timbul
piutang. Setelah piutang dibayar maka perusahaan menerima kas kembali. Kegiatan
perusahaan mulai dari pengeluaran kas untuk membeli bahan baku, menyimpan
barang dalam persediaan dan menjualnya sampai menerima kas kembali ini
menimbulkan Siklus Kas. Siklus kas adalah waktu yang diperlukan mulai dari adanya
pengeluaran untuk membeli bahan baku dan membayar tenaga kerja untuk keperluan
proses produksi sampai diperolehnya uang kas yang didapat dari penjualan produk
akhir. Ringkasan rumus Siklus Kas disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 10.4
Rumus Siklus Kas
Siklus Kas = Rata Rata Umur Piutang + Rata Rata Umur Persediaan
- Rata Rata Umur Hutang
Rata Rata Umur Piutang = Perputaran Piutang =
365 hari / Perputaran Piutang Penjualan / Rata Rata Piutang
Rata Rata Umur Persediaan = Perputaran Persediaan =
365 hari / Perputaran Persediaan HPP / Rata Rata Persediaan
Rata Rata Umur Hutang = Perputaran Hutang =
365 hari / Perputaran Hutang Pembelian / Rata Rata Hutang

Pembelian = HPP + Pers. Akhir –


Pers. Awal

10.3 Analisis Risiko Likuiditas Jangka Panjang


Risiko Likuiditas Jangka Panjang mencerminkan ketidakmampuan perusahaan
memenuhi kewajiban kewajiban jangka panjangnya.
Tabel 10.5
Skema Analisis Risiko Likuiditas Jangka Panjang
Likuiditas Jangka Panjang Kemampuan Kebutuhan
Rasio Interest Coverage Pendapatan Sebelum Bunga Biaya Bunga
dan Pajak
Rasio Aliran Kas Operasi pada Aliran Kas dari operasi Total Utang
Total Utang
Rasio Aliran Kas Operasi pada Aliran Kas dari operasi Pengeluaran Modal
Pengeluaran Modal
a. Rasio Hutang
Rasio Hutang mengukur besarnya hutang jangka panjang dalam struktur modal suatu
perusahaan. Rasio hutang terdiri dari beberapa variasi perhitungan berikut:
Tabel 10.6
Rumus Rasio Hutang
Rasio Hutang Jangka Panjang Hutang Jangka Panjang / (Hutang Jangka
Panjang + Modal Saham)
Rasio Hutang Modal Saham Hutang Jangka Panjang / Modal Saham
Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap Hutang Jangka Panjang / Total Aset
Total Aset
Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset Total Hutang / Total Aset
b. Rasio Interest Coverage
Rasio ini mengukur berapa kali pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) bisa
menutup bunga. Rumus yang digunakan:
Rasio Interest Coverage=¿
(Laba Bersih+ Biaya Bunga+ Pajak Penghasilan)/ Biaya Bunga

Jika perusahaan mempunyai kewajiban pembayaran periodik lainnya, seperti leasing


dan dana pensiun, maka jumlah pembayaran periodik ini dimasukkan dalam rumus
Interest Coverage yang kemudian rasionya dinamakan Fixed Charge Coverage Ratio
karena rasio ini memasukkan semua beban tetap periodik bukan hanya beban bunga
saja. Rasio Interest Coverage memiliki kelemahan yaitu karena menggunakan
pendapatan (laba) sebagai yang dibagi yang seharusnya lebih relevan adalah
menggunakan aliran kas karena semua beban bunga dan leasing dibayar dengan kas.

c. Rasio Aliran Kas Operasi Pada Total Hutang


Rasio ini adalah rasio yang sama dengan rasio total utang / total aset yang umum
digunakan. Keduanya mengukur solvabilitas atau kemampuan perusahaan dalam
membayar utangnya dan mempertahankan perusahaannya. Rumus Rasio ini adalah
sbb:
Rasio Aliran Kas Operasional Pada Total Hutang =
Arus Kas dari Operasi/Rata Rata Total Kewajiban

Arus kas dari operasi diambil dari Laporan Arus Kas. Total kewajiban rata-rata adalah
rata-rata total kewajiban dari beberapa periode yang diambil dari neraca. Semakin
tinggi rasio, semakin baik fleksibilitas keuangan perusahaan dan kemampuannya
dalam membayar hutang.

d. Rasio Aliran Kas Operasi Pada Pengeluaran Modal


Rasio ini memberikan informasi besarnya aliran kas untuk menutup pengeluaran
modal yang dibutuhkan untuk investasi pemeliharaan dan pembangunan pabrik dan
bangunan. Rumus yang digunakan :

Rasio Aliran KasOperasi Pada Pengeluaran Modal=¿


Aliran Kas Operasi/ PengeluaranModal

Kesimpulan mengenai rasio solvabilitas (kemampuan perusahaan melunasi seluruh


jenis hutangnya) didasarkan pada rasio rasio solvabilitas dan rasio aliran kas. Rasio
solvabilitas mungkin tidak begitu mengesankan, tetapi jika perusahaan mampu
menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya maka penggunaan rasio
solvabilitas bisa dipertimbangkan

Berikut adalah Laporan Neraca dan Laba Rugi Komparatif PT. MERAH untuk periode 2015
sampai dengan 2017.

Nama Perkiraan PT. MERAH (Per – 31 Desember)


2017 2016 2015
ASET
Aset Lancar
Kas 1.400.000 1.600.000 1.750.000
Piutang Usaha 500.000 700.000 800.000
Persediaan Barang 1.775.500 1.475.000 1.250.000
Perlengkapan 7.500 10.000 12.500
Sewa Dibayar Dimuka 17.000 15.000 13.000
Total Aset lancar 3.700.000 3.800.000 3.825.500

Aset Tetap
Tanah 8.700.000 6.660.000 6.660.000
Bangunan 6.600.000 5.000.000 4.750.000
Akumulasi Penyusutan Bangunan (1.000.000) (700.000) (650.000)
Kendaraan 1.300.000 1.440.000 1.600.000
Akumulasi Penyusutan Kendaraan (100.000) (200.000) (300.000)
Total Aset Tetap 15.500.000 12.200.000 12.060.000
TOTAL ASET 19.200.000 16.000.000 15.885.500

KEWAJIBAN
Utang Lancar
Utang Usaha 500.000 600.000 450.000
Utang Bank 600.000 900.000 850.000
Utang Wesel 200.000 100.000 100.000
Total Utang Lancar 1.300.000 1.600.000 1.400.000

Utang Tidak Lancar


Utang Obligasi 4.900.000 4.500.000 3.200.000
Utang Hipotek 5.000.000 5.000.000 3.100.000
Total Utang Tidak Lancar 9.900.000 9.500.000 6.300.000
TOTAL KEWAJIBAN 11.200.000 11.100.000 7.700.000
EKUITAS
Modal Disetor 5.500.000 4.000.000 5.500.000
Laba Ditahan 2.500.000 900.000 2.685.500
Total Ekuitas 8.000.000 4.900.000 8.185.500
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 19.200.000 16.000.000 15.885.500

Nama Perkiraan PT. MERAH (31 Desember)


2017 2016 2015
Penjualan 19.800.000 17.000.000 16.500.000
Harga Pokok Penjualan (14.700.000) (12.500.000) (13.200.000)
Laba Kotor 5.100.000 4.500.000 3.300.000

Beban Operasional (2.390.000) (2.130.000) (1.980.000)


Laba Operasional 2.710.000 2.370.000 1.320.000

Pendapatan dan Keuntungan 250.000 330.000 450.000


Lain (960.000) (1.300.000) (720.000)
Beban dan Kerugian Lain Lain
Laba Sebelum Bunga Pajak 2.000.000 1.400.000 1.050.000

Beban Bunga (300.000) (265.000) (255.000)


Pajak Penghasilan (400.000) (280.000) (235.000)
LABA BERSIH 1.300.000 855.000 560.000

1. Analisis Risiko Likuiditas Jangka Pendek


1.1 Berdasarkan data PT. MERAH di atas, hitunglah dan lakukan analisis untuk periode
2015 dan 2017 terhadap Analisis Risiko Likuiditas Jangka Pendek atas rasio :
a. Rasio Lancar
b. Rasio Quick
c. Analisis Risiko Likuiditas Jangka Pendek
1.2 Berdasarkan data laporan keuangan komparatif pada PT. MERAH di atas, hitunglah
dan lakukan analisis untuk periode 2015 dan 2017 terhadap Analisis Risiko Likuiditas
Jangka Pendek atas:
a. Rasio Aktivitas Modal Kerja
b. Analisis Risiko Likuiditas Jangka Pendek
BAB XI
ANALISIS ALIRAN KAS
Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami analisis yang bertujuan untuk menaksir kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas

11.1 Analisis Aliran Kas


Sebuah perusahaan pada awalnya mungkin hanya memikirkan keuntungan yang
besar dan cepat dengan melakukan apapun untuk mencapai target yang diinginkan tanpa
memikirkan dampaknya dimasa yang akan datang. Tetapi lambat laun perusahaan juga
menyadari bahwa setiap kegiatan yang dilakukan harus memperhitungkan resiko yang
dihadapi. Untuk dapat mengetahui kinerja setiap perusahaan harus menyajikan suatu
laporan keuangan pada satu periode. Laporan keuangan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan, dimana hasil analisis tersebut
digunakan oleh pihak – pihak yang berkepentingan untuk mengambil suatu keputusan.
Selain itu laporan keuangan akan dapat menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban – kewajibannya, struktur modal usaha, keefektifan penggunaan aktiva, serta hal
– hal lainnya yang berhubungan dengan keadaan finansial perusahaan.
Oleh karena itu setiap perusahaan harus menyusun laporan aliran kas dan
menjadikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan
untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laba bersih yang dihasilkan suatu
perusahaan belum menjamin bahwa perusahaan tersebut memiliki uang kas yang cukup.
Untuk menjalankan operasi, melakukan investasi, dan membayar hutang, perusahaan
benar-benar harus memiliki kas bukan memiliki laba bersih. Karena itu, bagi investor
sangat penting untuk menganalisis sampai sejauh mana efesiensi perusahaan dalam
mengelola kasnya. Tujuan utama laporan aliran kas adalah menyajikan informasi yang
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.
Dengan dibuatnya laporan aliran kas, setiap perusahaan dapat memprediksi
kemajuan perusahaan di setiap tahun berjalan dan perusahaan tidak mengalami kerugian
serta kebangkrutan. Dimana hal ini dapat dilihat dari penyajian laporan aliran kas yang
disusun oleh bagian keuangan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan
oleh perusahaan. Apabila perusahaan telah melakukan hal tersebut, diharapkan
perusahaan akan tetap bertahan walaupun dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil
keadaannya.

11.1.1 Pengertian Analisis Aliran Kas


Kas adalah saldo dari aliran kas masuk dikurangi dengan aliran kas keluar selama
periode perusahaan beroperasi. Sedangkan arus kas adalah aliran kas masuk dikurangi
dengan aliran kas keluar dalam satu periode. Laporan arus kas melaporkan besarnya kas
masuk dan kas keluar selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan
pembiayaan.
Analisis aliran kas adalah analisis yang bertujuan untuk menaksir kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas. Analisis risiko juga menggunakan rasio yang
menggunakan aliran kas. Laporan aliran kas sering juga disebut laporan perubahan posisi
keuangan. Laporan aliran kas disusun / diturunkan dari neraca perusahaan yaitu
perubahan dari dua neraca pada tahun yang berurutan.
Analisis arus kas sangat penting karena dapat membantu dalam menilai likuiditas,
solvabilitas, dan fleksibilitas keuangan suatu perusahaan. Beberapa informasi yang dapat
diperoleh dari laporan arus kas antara lain:
 Seberapa besar kas yang dihasilkan atau digunakan untuk aktivitas operasi
perusahaan,
 Belanja apa yang dilakukan dengan menggunakan kas operasi,
 Bagaimana dividen dibayarkan ketika perusahaan merugi,
 Darimana sumber kas untuk membayar utang,
 Berapa besar kenaikan investasi,
 Darimana sumber kas untuk mendapatkan aset,
 Mengapa kas lebih rendah ketika pendapatan meningkat, dan
 Digunakan untuk apa kas yang baru saja diterima dari pembiayaan.

11.1.2 Tujuan dan Keunggulan Laporan Arus Kas


Tujuan dari laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode akuntansi. Dengan adanya laporan arus kas, kita
dapat menilai hal-hal berikut:
a. Kemampuan Entitas Dalam Mendapatkan Arus Kas
Laporan arus kas dinilai lebih baik dari data aktual. Dengan laporan arus kas, bisa
disusun prediksi mengenai kemampuan entitas suatu perusahaan dalam menghasilkan
arus kas di masa depan.
b. Transaksi Investasi dan Pendanaan Kas
Jumlah aset dan kewajiban bisa berubah karena faktor tertentu. Adanya pemeriksaan
transaksi investasi dan pendanaan, maka dapat diketahui penyebab perubahan kedua
akun tersebut.
c. Kemampuan Entitas untuk Membayar Dividen dan Kewajiban
Adanya laporan arus kas, perusahaan bisa memastikan jumlah kas untuk membayar
sejumlah kewajiban. Selain itu, dengan laporan arus kas investor bisa melihat
gambaran arus kas dalam kegiatan bisnis perusahaan tempat dia berinvestasi.
d. Keterangan atas Perbedaan antara Angka Laba Bersih & Kas Bersih
Informasi laba bersih dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan laporan
keuangan. Dengan adanya data laba bersih yang didapat perusahaan, maka bisa dilihat
sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.
Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba dan informasi mengenai laba
merupakan indikator yang baik untuk menentukan atau menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dimasa yang akan datang. Namun laporan arus kas tetap
dibutuhkan karena:
a. Kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya.
b. Seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat
diperoleh pada laporan arus kas
c. Dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa
mendatang

11.1.3 Hubungan Aliran Kas dan Siklus Hidup Produk


Siklus kehidupan produk memiliki 4 (empat) tahapan yaitu (1) tahap perkenalan,
(2) tahap pertumbuhan, (3) tahap kedewasaan dan (4) tahap penurunan/kemunduran.
Hubungannya dengan aliran kas dijelasan sebagai berikut:
a. Tahap Perkenalan
Aliran kas dari operasi biasanya negatif. Hal ini mencerminkan investasi perusahaan
untuk membangun infrastruktur produk baru, sementara aliran kas masuk dari
penjualan masih belum begitu besar. Kalaupun ada aliran kas masuk pada tahap ini
sebagian besar diperoleh dari pendanaan hutang.
b. Tahap Pertumbuhan
Aliran kas mulai meningkat karena produk sudah mulai diterima konsumen. Tetapi
investasi masih diperlukan untuk investasi pada piutang dan persediaan guna
mengantisipasi kebutuhan di masa yang akan datang. Biasanya aliran kas negatif masih
terjadi pada tahap ini tapi tidak sebesar di tahap perkenalan.
c. Tahap Kedewasaan
Aliran kas berubah drastis karena aliran kas keluar tidak lagi sebesar pada tahapan
sebelumnya karena sudah tidak diperlukan dana investasi. Aliran kas dari penjualan
meningkat bahkan aliran kas pada tahap ini bisa positif.
d. Tahap Penurunan
Aliran kas yang dihasilkan dari operasi dan investasi akan mengalami penurunan,
aliran kas terutama dipakai untuk melunasi hutang sehingga aliran kas cenderung
negatif.

11.1.4 Komponen Laporan Arus Kas


Arus kas dilaporkan berdasarkan aktivitas. Ada tiga aktivitas yang jadi fokus dalam
laporan arus kas yang merupakan komponen laporan arus kas, yaitu
a. Aktivitas Operasi
Aktivitas Operasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan dalam
menghasilkan laba. Arus kas dari kegiatan operasi adalah arus kas yang berasal dari
transaksi yang berasal dari kegiatan itu sendiri. Biasanya transaksi ini berupa
pemasukan atau pengeluaran perusahaan. Contohnya adalah transaksi yang mencakup
penerimaan uang dari konsumen, pembayaran utang, gaji karyawan, pelunasan pajak,
dan lain sebagainya. Didalam laporan laba rugi terdapat bagian yang bersifat kas
seperti pemberian kredit kepada para pelanggan, pembelian persediaan, perolehan
kredit dari para pemasok. Selain berkaitan dengan laba rugi, aktivitas operasi juga
berkaitan dengan akun-akun working capital di dalam neraca seperti piutang,
persediaan, pembayaran di muka, utang usaha, biaya akrual.
b. Aktivitas Investasi,
Aktivitas Investasi adalah aktivitas mendapatkan dan melepas aset non kas yang
diharapkan dapat menghasilkan pendapatan. Arus kas dari kegiatan investasi adalah
arus kas dalam bentuk pemasukan atau pengeluaran. Umumnya, arus kas ini yang
mempengaruhi investasi dalam aset non lancar adalah arus kas dari kegiatan investasi.
Kegiatan investasi ini adalah yang berhubungan dengan aktivitas penjualan atau
pembelian dari aktiva perusahaan. Contohnya seperti, transaksi yang mencakup
penjualan dan pembelian aset tetap seperti peralatan dan gedung
c. Aktivitas Pembiayaan,
Aktivitas Pembiayaan adalah aktivitas menyokong, menarik, dan memelihara dana
untuk mendukung akitivitas bisnis perusahaan. Biasanya arus kas dari kegiatan
pendanaan ini berasal dari transaksi yang memengaruhi utang dan ekuitas
perusahaan. Hal ini umumnya, transaksi yang mencakup penerbitan atau penghentian
surat berharga ekuitas dan utang. Contohnya adalah penjualan obligasi, pembayaran
dividen, emisi saham, dan pelunasan kredit dari bank.

11.1.5 Metode Pembuatan Laporan Arus Kas


Ada dua jenis metode penyusunan laporan arus kas:
a. Metode Tidak Langsung
Arus kas operasi dihitung dari laba bersih setelah disesuaikan dengan pendapatan dan
beban yang bersifat non kas. Cara membuat laporan arus kas disusun dari 3 (tiga)
elemen, yaitu elemen kas dari kegiatan usaha diletakkan paling atas, diikuti arus kas
dari kegiatan operasi dan arus kas dari kegiatan pendanaan
b. Metode Langsung
Arus kas operasi dihitung dengan cara menghitung secara langsung kas yang masuk
dan keluar dari aktivitas operasi. Penyusunan laporan arus kas berdasarkan laporan
buku kas/bank. Diawali dengan menyusun kelompok penerimaan dan pengeluaran kas
dari kegiatan operasi, setelah itu dilanjutkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas
untuk kegiatan investasi dan pembiayaan.

11.2 Pola Arus Kas


Bagaimana pola arus kas yang terjadi pada 3 (tiga) komponen laporan arus kas yaitu
arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan serta bagaimana gambaran
perusahaannya pada ketiga komponen tersebut digambarkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 11.1
Pola Arus Kas
Arus Kas Arus Kas Arus Kas
Pola Operasi Investasi Pendanaan Gambaran perusahaan
1 + + + Perusahaan tergolong sangat likuid karena
menghasilkan banyak kas dari aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan. Hal ini memungkinkan
perusahaan untuk melakukan akuisisi.

2 + - - Perusahaan menggunakan kelebihan arus kas


operasi untuk melakukan investasi dan membayar
hutang jangka panjang atau melakukan
pembayaran dividen tunai.

3 + + - Perusahaan menggunakan kelebihan arus kas


operasi untuk melakukan investasi dan hasil
penjualan investasi bisa digunakan untuk
membayar hutang jangka panjang atau melakukan
pembayaran dividen tunai.

4 + - + Perusahaan menggunakan kelebihan arus kas


operasi dan hasil pendanaan dari hutang untuk
melakukan investasi, pembelian aset atupun
ekspansi bisnis.

5 - + + Perusahaan mengatasi kekurangan arus kas


operasi perusahaan diatasi dengan menjual aset
dan melakukan pinjaman jangka panjang, menjual
saham atau dari tambahan modal setoran pemilik.

6 - - + Perusahaan mengatasi kekurangan arus kas


operasi dan kebutuhan kas untuk investasi dibiayai
dengan pinjaman jangka panjang, menjual saham
atau dari tambahan modal setoran pemilik.

7 - + - Perusahaan mengatasi kekurangan arus kas


operasi dan membiayai pembayaran hutang jangka
panjang dan pembayaran dividen melalui
penjualan investasi atau aset tetap.

8 - - - Perusahaan menggunakan sisa cadangan kas yang


ada untuk menutup kekurangan arus kas operasi
dan membiayai aktivitas investasi serta
pendanaan.

 Pola arus kas 1 dan 8 bisa dibilang merupakan pola arus kas yang tidak lazim.
 Pola 1 bisa terjadi ketika perusahaan memperoleh arus kas positif dari ketiga
aktifitasnya dan sedang berencana meningkatkan posisi kasnya untuk alasan yang
strategis , misalnya untuk akuisisi.
 Pola 8 menunjukkan arus kas negatif dari ketiga aktivitasnya dan dapat terjadi hanya
jika perusahaan masih memiliki ketersediaan cadangan kas yang cukup untuk
membiayai seluruh aktivitasnya.
 Pola arus kas 2 sd 4 menunjukkan arus kas operasi positif, yang digunakan untuk
membiayai aktivitas investasi dan pendanaan.
 Pola arus kas 5 sd 7 menunjukkan pola arus kas yang tidak sehat untuk jangka panjang
karena kebutuhan dan kekurangan arus kas operasi ditutup dengan penjualan
investasi dan pinjaman dari luar.
 Berdasarkan 8 pola arus kas tersebut, dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi
begitu sangat penting, karena dengan arus kas yang positif memungkinkan perusahaan
untuk melunasi hutang, membayar dividen dan melakukan ekspansi bisnis atau
aktivitas investasi lainnya.

11.3 Arus Kas vs Laba Bersih


 Laporan laba rugi mencatat pendapatan ketika diperoleh dan beban ketika muncul.
Laporan laba rugi tidak menunjukkan waktu kapan ada kas keluar dan kas masuk serta
tidak memperlihatkan efek dari aktivitas operasi terhadap likuiditas dan solvabilitas.
 Arus kas dari aktivitas operasi memberikan pandangan yang lebih luas terhadap
aktivitas operasi daripada laba bersih.
 Pengukuran netto baik pada laba bersih maupun kas memiliki kegunaan yang terbatas
karena informasi utamanya terletak pada komponen penyusun laba bersih atau arus
kas bersih.
 Prinsip akuntansi akrual dalam menentukan laba bersih sangat subjektif karena
bergantung pada estimasi, penundaan, alokasi, dan penilaian.
 Arus kas dari operasi adalah alat pendukung untuk informasi laba bersih, tetapi tidak
dapat menggantikan laba bersih.
 Arus kas operasi mengecualikan bagian pendapatan dan beban uang tidak
mempengaruhi kas.

Jadi dalam melakukan analisis arus kas, para analis harus fokus pada pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
 Apakah penggantian aset didanai dari internal atau eksternal?
 Dari mana sumber pendanaan dari perluasan dan akuisisi bisnis?
 Apakah Perusahaan tergantung kepada pendanaan eksternal?
 Apa saja kesempatan dan permintaan investasi perusahaan?
 Apa saja jenis dan persyaratan dari pendanaan?
 Apakah kebijakan manejerial sensitif terhadap arus kas?

11.4 Rasio Arus Kas


Cash flow ratio atau rasio arus kas adalah rasio keuangan yang menggunakan item
dalam laporan arus kas. Beberapa analis menyukai rasio arus kas dibandingkan dengan
rasio lainnya yang dihasilkan dari laporan laba rugi. Alasannya, karena akuntansi akrual,
laporan arus kas lebih mencerminkan total uang bersih yang keluar-masuk perusahaan.
Rasio ini dapat digunakan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan dari waktu
ke waktu atau dibandingkan dengan perusahaan pembanding dalam industri yang sama.
Tingkat arus kas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan untuk membayar utang,
membeli aset tetap, dan seterusnya.
Rasio arus kas dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) macam yaitu: (1) Rasio arus kas operasi
terhadap kewajiban lancar, (2) Rasio arus kas operasi terhadap bunga, (3) Rasio arus kas
operasi terhadap pengeluaran modal, (4) Rasio arus kas operasi terhadap total hutang, dan (5)
Rasio arus kas operasi terhadap laba bersih.

11.4.1 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kewajiban Lancar


Rasio Arus Kas Operasi adalah rasio yang m engukur kemampuan arus kas operasi
dalam melunasi kewajiban lancarnya. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi
dengan total kewajiban lancar. Melalui rasio ini dapat terlihat kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban lancarnya. Rumusnya sebagai berikut:

Arus Kas Operasi


Rasio Arus Kas OperasiTerhadap Kewajiban Lancar=
Kewajiban Lancar

11.4.2 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga


Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga bunga pinjaman kepada kreditur yang dananya
bersumber dari arus kas operasi perusahaan. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi
tambah pembayaran bunga dan pembayaran pajak dibagi pembayaran bunga. Dengan rasio yang
besar menunjukan bahwa arus kas operasi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam
menutup biaya bunga sehingga kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga
sangat kecil. Rumusnya sebagai berikut:

Arus Kas Operasi+Bunga+ Pajak


Rasio Arus Kas OperasiTerhadap Bunga=
Bunga
11.4.3 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal
Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal adalah rasio yang mengukur
kemampuan arus kas operasi yang tersedia untuk pengeluaran investasi. Rasio ini
digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang
ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi dibagi dengan pengeluaran modal.
Rasio yang tinggi menunjukan kemampuan yang tinggi dari arus kas dalam membiayai
pengeluaran modal. Rumusnya sebagai berikut:

Arus Kas Operasi


Rasio Arus Kas OperasiTerhadap Pengeluaran Modal=
Pengeluaran Modal

11.4.4 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Total Hutang


Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Total Hutang adalah rasio yang mengukur
kemampuan arus kas operasi dalam melunasi seluruh kewajibannya, baik kewajiban lancar
maupun kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran
hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk
membayar hutang. Rasio ini diperoleh dari arus kas operasi dibagi dengan total hutang.
Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis dalam jangka waktu berapa lama
perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang
dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan. Rasio yang cukup rendah menunjukan
bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam membayar semua
kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas normal operasi perusahaan.
Rumusnya sebagai berikut:

Arus Kas Operasi


Rasio Arus Kas OperasiTerhadap Total Hutang=
Total Hutang

11.4.5 Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba Bersih


Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Laba Bersih adalah rasio yang mengukur seberapa
jauh penyesuaian dan asumsi akuntansi akrual mempengaruhi perhitungan laba bersih.
Rumusnya sebagai berikut:

Arus Kas Operasi


Rasio Arus Kas OperasiTerhadap Laba Bersih=
Laba Bersih

1. Laporan Arus Kas


1.1 Berikut adalah laporan posisi keuangan komparasi PT. GAJAH PUTIH untuk tahun
buku 2019 dan 2018 (dalam ribuan Rp):

2019 2018 Selisih


Kas 297.000 153.000 144.000
Piutang Dagang 159.000 117.000 42.000
Persediaan 150.000 180.000 (30.000)
Perlengkapan 18.000 27.000 (9.000)
Aset Tetap 1.260.000 1.050.000 210.000
Akumulasi Penyusutan (450.000) (375.000) (75.000)
Hak Paten 153.000 174.000 (21.000)
Total 1.587.000 1.326.000

2019 2018 Selisih


Hutang Dagang 153.000 168.000 (15.000)
Kewajiban Yang Masih Harus Dibayar 60.000 42.000 18.000
Wesel Bayar Jangka Panjang - 450.000 (450.000)
Modal Saham – Preferen 525.000 - 525.000
Modal Saham – Biasa 600.000 600.000 0
Premium – Saham Preferen 120.000 - 120.000
Saldo Laba 129.000 66.000 63.000
Total 1.587.000 1.326.000

Informasi ringkas laba rugi tahun 2019 :

2019
Penjualan 1.980.000
Beban Harga Pokok Penjualan 1.089.000
Laba Kotor 891.000
Beban Operasi 690.000
Laba Bersih 201.000
Pembayaran dividen 138.000

Berdasarkan data diatas susunlah arus kas operasi tahun 2019 dengan metode
langsung.

2. Rasio Arus Kas

2.1 Berdasarkan data laporan posisi keuangan dan laporan arus kas tahun 2019 pada PT.
GAJAH PUTIH diperoleh data sebagai berikut (dalam ribuan Rp):

Tahun 2019
Arus kas Operasi 297.000
Kewajiban Lancar 153.000
Bunga 390.000
Pajak 300.000
Pengeluaran Modal 210.000
Total Hutang 645.000
Laba Bersih 201.000
Berdasarkan data diatas hitunglah dan berikan interpretasi pada :
a. Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Kewajiban Lancar
b. Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Bunga
c. Rasio Arus Kas Operasi Terhadap Pengeluaran Modal
BAB XII
LAPORAN KEUANGAN PROFORMA
Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami laporan keuangan Proforma dan teknik untuk
menganalisis kondisi keuangan di masa yang akan datang

12.1 Laporan Keuangan Proforma


Jika pada bab sebelumnya yang dibahas adalah teknik untuk menganalisis kondisi
keuangan dimasa yang lalu, maka untuk memproyeksikan kondisi keuangan dimasa yang
akan datang maka disusunlah “Laporan Keuangan Proforma”. Sebuah perusahaan
memerlukan laporan keuangan proforma karena laporan keuangan proforma sangat
berguna untuk memproyeksikan kondisi keuangan untuk masa mendatang. Laporan ini
juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila perusahaan akan merger dengan
perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan operasinya perusahaan sering diminta untuk
menyampaikan laporan keuangan proforma ketika mengajukan aplikasi kredit. Sehingga
perusahaan mampu untuk berusaha secara maksimal untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.

12.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Proforma


Laporan Keuangan Proforma (Proforma Financial Statement) adalah Laporan
Keuangan yang di proyeksikan (Projected Financial Statement). Laporan Keuangan
Proforma adalah laporan proyeksi keuangan secara formal untuk suatu periode tertentu
dan dalam format yang konsisten. Pada umumnya bisnis menggunakan proforma laporan
keuangan dalam melakukan perencanaan dan kontrol untuk dilaporkan ke pemegang
saham, investor dan kreditur.
Laporan keuangan proforma digunakan sebagai tolok ukur atau anggaran penting
untuk mengoperasikan bisnis sepanjang tahun. Dari laporan keuangan proforma,
manajemen bisa memperkirakan besar biaya yang dikeluarkan, penjualan yang
diharapkan, termasuk tingkat laba yang diinginkan di periode-periode mendatang.
Proforma ini digunakan untuk menjadi dasar untuk membandingkan dan menganalisa
informasi yang diperlukan oleh manajemen, investor dan kreditur mengenai asal dari
bisnis tersebut. Siapa saja yang tertarik untuk memulai suatu bisnis, persiapan dari laporan
keuangan ini, baik untuk penghasilan dan juga cashflow adalah penting sebelum anda
menginvestasikan uang, waktu dan tenaga untuk bisnis ini.
Sebagai suatu bagian yang penting dalam proses perencanaan, laporan keuangan
proforma ini dapat menurunkan risiko seminimal mungkin dalam memulai operasi dari
bisnis. Ini juga dapat merupakan dasar yang dapat meyakinkan para kreditur dan investor
yang menyediakan dana untuk bisnis yang baru ini. Laporan keuangan proforma ini harus
dapat dipertanggung jawabkan dan akurat serta dapat membantu untuk memperoleh
gambaran yang tepat untuk memulai suatu bisnis. Ini harus didasarkan pada informasi
yang dapat memberikan proyeksi yang tepat untuk memperoleh jumlah profit yang
diharapkan dari bisnis dan juga kebutuhan keuangan yang diperlukan dalam tahun
pertama operasi dan sesudahnya.
Jika laporan keuangan sudah tersusun dengan baik, maka itu akan di sesuaikan baik
secara bulanan ataupun tahunan. Banyak perusahaan yang menggunakan laporan
keuangan proforma untuk perencanaan dan kontrol bisnis. Proforma ini digunakan
manajemen untuk mengevaluasi dan untuk membandingkan dengan alternatif strategi
bisnis yang lain. Dengan mempresentasikan informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan operasional yang satu dengan yang lainnya, manajemen dapat menganalisa
hasil yang diharapkan dari berbagai strategi, sehingga akhirnya memperoleh rencana yang
paling tepat. Dalam membuat proforma laporan keuangan, perusahaan harus menyadari
bahwa setiap laporan adalah unik dan memiliki keunikan tersendiri.

12.1.2 Kegunaan Proforma Bagi Manajemen


Suatu perusahaan khususnya pada bagian manajer keuangan seharusnya
menggunakan laporan keuangan proforma untuk menganalisa sumber dan penggunaan kas
dan juga menggunakan sebagai kinerja. Bermacam –macam rasio dapat dihitung
berdasarkan laporan laba rugi proforma dan laporan neraca proforma. Pada laporan
keuangan Proforma terdri dari dua susuan laporan keuangan yaitu :
a. Laporan Laba Rugi Proforma
Dalam menyiapkan laporan laba rugi proforma, pertama-tama penjualan perbulan
harus dihitung. Riset pemasaran, penjualan indusri, dan sejumlah pengalaman
percobaan dapat memberikan dasar untuk angka-angka ini. Teknik-teknik ramalan
seperti survei tujuan pembeli, gabungan dari pendapat tim penjualan, pendapat ahli,
atau rangkaian waktu dapat digunakan untuk pemproyeksikan penjualan. Laporan
laba rugi proforma memberikan sebuah perkiraan penjualan pada tahun pertama
(berdasarkan bulan) dan memproyeksikan beban operasi setiap bulan. Arus kas tidak
sama dengan keuntungan. Arus kas mencerminkan perbedaan antara kas yang
diterima secara aktual dan pengeluaran-pengeluaran kas. Laporan laba rugi proforma
hanya akan mencerminkan biaya aktual dari barang-barang yang dijual sebagai biaya
langsung. Jadi, dalam perusahaan -perusahaan dimana dibutuhkan persediaan tingkat
tinggi atau dimana permintaan berfluktuasi secara signifikasi karena musim, anggaran
ini dapat menjadi sebuah alat yang sangat berharga untuk menilai kebutuhan kas.
b. Laporan Neraca Proforma
Perusahaan juga harus menyiapkan sebuah neraca yang diproyeksikan
menggambarkan kondisi bisnis pada akhir tahun pertama. Neraca tersebut
membutuhkan laporan-laporan pendapatan dan arus kas proforma untuk membantu
menyediakan sejumlah angka secara tepat. Neraca proforma ( proforma balance sheet)
mencerminkan posisi bisnis pada akhir tahun pertama. Neraca ini merangkum aset,
kewajiban dan nilai bersih dari pengusaha. Setiap transaksi bisnis memengaruhi
neraca, tetapi karena masalah waktu dan biaya serta kebutuhan, merupakan suatu hal
yang umum untuk menyiapkan neraca pada jangka waktu periodik. Jadi, neraca adalah
sebuah gambaran bisnis pada momen tertentu dalam suatu waktu dan tidak meliputi
suatu periode waktu

Laporan keuangan proforma digunakan sebagai tolok ukur atau anggaran penting
untuk mengoperasikan bisnis sepanjang tahun. Adapun manfaat laporan keuangan
proforma bagi manajemen sebagai berikut:
a. Mengetahui asumsi yang menyebabkan karakteristik keuangan dan operasional
berpengaruh pada perusahaan yang berbeda
b. Membuat proyeksi penjualan dan budget (biaya dan penghasilan) yang berbeda
c. Meringkas hasilnya dalam proyeksi untung dan rugi
d. Mengubah data tersebut menjadi proyeksi cash flow
e. Mengevaluasi dari neraca
f. Menghitung analisa rasio dan membandingkan proyeksi yang satu dengan yang lainnya
seperti perusahaan yang kita bandingkan.
g. Memeriksa keputusan yang akan diambil baik mengenai marketing, produk, research
dan pengembangan dan membuat penilaian bagaimana pengaruhnya terhadap profit
dan juga likuiditas perusahaan melalui simulasi dari rencana tersebut yang akan
dievaluasi pengaruhnya terhadap laporan keuangan.

12.1.3 Perbedaan Laporan Keuangan Biasa dan Proforma


Laporan keuangan proforma memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan
dengan laporan keuangan biasa, yaitu:
a. Laporan Keuangan Biasa (Tanpa Proforma)
 Laporan mengenai kondisi keuangan perusahaan yang sudah terjadi. Dalam
laporan ini informasi yang ada menunjukkan hasil rekapitulasi catatan historis
atas transaksi keuangan perusahaan yang telah dicapai oleh manajemen selama
satu periode akuntansi.
 Laporan keuangan biasa jumlah angka dari setiap item atau komponen diperoleh
dari hasil transaksi riil
b. Laporan Keuangan Proforma
 Laporan yang menunjukkan ikhtisar kondisi keuangan perusahaan yang belum
dilaksanakan. Informasi yang ada di dalamnya masih berupa proyeksi mengenai
kondisi keuangan yang akan datang. Dengan kata lain laporan ini merupakan
rencana keuangan perusahaan yang akan dicapai untuk satu periode yang akan
datang.
 Jumlah angka dalam setiap komponen laporan proforma diperoleh dari angka
taksiran.
12.1.4 Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Proforma
Laporan Proforma adalah sebuah laporan proyeksi keuangan secara formal untuk
mencerminkan transaksi yang direncanakan dalam satu periode tertentu. Laporan
proforma merupakan salah satu komponen penting dari rencana bisnis karena dapat
memperkirakan profitabilitas dan kondisi keuangan suatu perusahaan di masa yang akan
datang. Laporan proforma menjadi bagian yang integral untuk meyakinkan calon kreditur
dan investor untuk memberikan bantuan dana yang dibutuhkan suatu perusahaan.
Laporan proforma juga membantu pemilik perusahaan untuk merencanakan cara
meningkatkan kekuatan keuangan dan pertumbuhan perusahaan yang sehat karena
laporan ini dapat memperkirakan kondisi keuangan perusahaan sampai periode tertentu.
Adapun beberapa prosedur dalam penyusunan laporan keuangan proforma dijelaskan
sebagai berikut:
a. Memproyeksikan Penjualan
 Langkah pertama yang diperlukan adalah memproyeksikan penjualan. Proyeksi
penjualan ini kemudian dipakai untuk menurunkan angka-angka dalam laporan
keuangan proforma.
 Jika penjualan tumbuh relatif stabil, maka tingkat pertumbuhan penjualan bisa
dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Jika ada faktor-
faktor lain yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penjualan di masa lalu,
maka perlu dilakukan penyesuaian.
 Sebagai contoh, penjualan tahun lalu melonjak cepat karena perusahaan melakukan
akuisisi, sementara tahun ini perusahaan tidak melakukan akuisisi, maka tingkat
pertumbuhan penjualan tahun lalu jangan dipakai untuk memproyeksikan
penjualan di masa-masa datang.
 Pola penjualan yang dipengaruhi siklus/musiman ( cyclical) juga membuat proyeksi
penjualan menjadi lebih sulit karena variasi yang cukup besar dari tahun ke tahun.

b. Memproyeksikan Biaya Operasional


 Proyeksi biaya operasional tergantung pada asumsi perilaku biaya.
 Jika analis biaya mengasumsikan biaya operasional mempunyai perilaku sebagai
biaya variabel sepenuhnya, analis bisa memproyeksikan biaya operasional pada
masa datang dengan menggunakan laporan keuangan common size (proporsional).
 Biaya-biaya operasional seperti harga pokok penjualan, biaya administrasi,
diperoleh dengan mengalikan proporsinya terhadap penjualan saat ini (untuk
masing-masing komponen biaya) dengan penjualan yang diproyeksikan.
 Alternatif lain adalah dengan memproyeksikan masing-masing komponen biaya
operasional untuk tumbuh sama dengan proyeksi pertumbuhan penjualan.
c. Memproyeksikan Neraca
 Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya
membuat proyeksi neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca
adalah dengan memproyeksikan sisi kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru
kemudian menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan (sisi pasiva atau
pendanaan) neraca untuk tingkat total aset yang diproyeksikan.
 Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:
1) Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size
untuk mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.
2) Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset
individual untuk memperoleh total aset.
 Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang
dapat dilakukan, yaitu:
1) Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.
2) Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap)
untuk masa datang.
 Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan kedua
metode menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan sifatnya
musiman atau tidak stabil, maka penggunaan pendekatan pertama akan
memberikan hasil yang lebih baik.
 Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-komponen
aset kemudian dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari total aset
(common size).
 Setelah sisi kiri neraca proforma selesai disusun, tahap berikutnya adalan
menyusun sisi kanan neraca (sisi pasiva).
 Cara yang paling mudah untuk menyusun komposisi pasiva adalah dengan
menggunakan common size sisi kanan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
komposisi semacam itu tidak akan berubah untuk masa-masa datang.
 Kadang-kadang ada beberapa peristiwa yang merubah total sisi kanan neraca,
misalkan pada peristiwa pembelian perusahaan dan restrukturisasi.
 Pada peristiwa semacam ini barangkali common size pada saat ini tidak bisa dipakai
untuk memproyeksi sisi kanan neraca pada tahun-tahun yang akan datang

d. Memproyeksikan Biaya Pendanaan


 Setelah struktur modal diproyeksikan, analis dapat menghitung biaya pendanaan
(seperti bunga).
 Langkah ini memerlukan asumsi bahwa struktur modal tidak akan berubah pada
masa datang, dan juga dengan tingkat bunga.
 Apabila struktur modal berubah (misal hutang lebih besar), maka resiko
perusahaan berubah dan dengan demikian tingkat bunga juga dapat berubah untuk
mengkompensasi kenaikan risiko.
 Tahapan diawali dengan perhitungan persentase tingkat bunga kemudian tingkat
bunga tersebut dipakai untuk menentukan bunga dengan mengalikan tingkat bunga
dengan rata-rata hutang (hutang jangka panjang dan hutang wesel).
 Biaya bunga tersebut kemudian dikurangkan dari pendapatan operasional untuk
memperoleh proyeksi laba bersih.
e. Memproyeksikan Laporan Arus Kas
 Langkah akhir adalah memproyeksi arus kas. Proyeksi arus kas diturunkan dari
proyeksi neraca dan proyeksi laba-rugi.
 Laporan arus kas terdiri dari:
1) Aliran kas dari Operasi
2) Aliran kas dari Investasi
3) Aliran kas dari Pendanaan
 Perubahan dalam kas akan menghasilkan perubahan kas pada periode tersebut.
 Perubahan ditambah (atau dikurangi apabila perubahan negatif) kas pada awal
periode akan menghasilkan kas akhir periode

12.3 Rasio Keuangan Proforma


Setelah laporan keuangan proforma selesai disusun, analis bisa menyusun analisis
rasio untuk laporan keuangan proforma dengan cara yang sama dengan ketika membuat
analisis rasio untuk laporan keuangan. Jenis rasio pada keuangan proforma sama dengan
analisis rasio pada keuangan biasa. Analisis rasio ini menunjukkan bahwa asumsi-asumsi
yang dipakai untuk menyusun laporan keuangan proforma akan menentukan besarnya
laporan keuangan proforma.

1. Memproyeksikan Penjualan
1.1 Perusahaan PUTING BELIUNG memiliki data tingkat pertumbuhan dalam 4 (empat)
tahun terakhir sebagai berikut:
Tahun ke 1 = 9,0% 9,0% + 9,8% + 2,5% + 8,4% = 29,7% / 4 = 7,43%
Tahun ke 2 = 9,8%
Tahun ke 3 = 2,5%
Tahun ke 4 = 8,4%
Misalkan analis keuangan menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi
pada masa yang akan datang, jika tingkat penjualan nyata pada tahun ke 4 = Rp.
4.868,9 (dalam jutaan Rupiah) maka dengan rata rata tingkat pertumbuhan
sebelumnya, proyeksikan tingkat penjualan selama 4 tahun yang akan datang.
2. Memproyeksikan Biaya Operasional
2.1 Perusahaan PUTING BELIUNG memiliki data laporan Laba Rugi (dalam Jutaan Rupiah
untuk tahun ke 4 sebagai berikut:
Thn 4 % Thn 5
Penjualan 4.868,90 100 5.230,7
Harga Pokok Penjualan (3.392.8) 69,68 3.644.8
Biaya Penjualan dan Umum (1.029.4) 21,14 1.105,8
Pendapatan Lainnya 36,4 0,75
Pajak Penghasilan (179,1) 3,68
Pendapatan Operasional 304,00 6,24
Biaya bunga (bersih pajak) (35,6) 0,73
Pendapatan Lainnya 5,7 0,12
Laba 274,1 5,63

3. Memproyeksikan Neraca
3.1 Perusahaan PUTING BELIUNG memiliki data laporan Neraca sisi Aktiva (dalam Jutaan
Rupiah) untuk tahun ke 4 sebagai berikut:

AKTIVA LANCAR 4 % 5
Kas 85,8 2,38 96,73
Surat Berharga 35,0 0,97 39,42
Piutang Dagang 486,9 13,49
Persediaan 664,7
Uang Muka 90,5
Total Aktiva Lancar 1.362,9
AKTIVA TETAP:
Bangunan dan Peralatan Pabrik 1.508,9
Aktiva Tetap Lainnya 737,8
Total Aktiva Tetap 2.246,7
TOTAL AKTIVA 3.609,6 100 4.064,40

Diperoleh proyeksi Total Aktiva untuk :


Tahun ke 5 = 4.064,40
Tahun ke 6 = 4.576,50
Tahun ke 7 = 5.153,20

Berdasarkan data diatas proyeksikan Neraca sisi Aktiva untuk 3 tahun kedepan
dengan menggunakan pendekatan Common Size.
4. Memproyeksikan Biaya Pendanaan
4.1 Perusahaan PUTING BELIUNG memiliki data tentang Hutang (dalam Jutaan Rupiah)
dan Biaya Bunga (dalam %) untuk tahun ke 4 sebagai berikut:

Tahun ke Hutang Yang Berbunga


Awal Tahun Akhir Tahun
Tahun ke 4 663,80 747,80
Tahun ke 5 747,80 842,00
Tahun ke 6 842,00 948,20
Tahun ke 7 948,20 987,76

Jika biaya bunga setiap tahunnya sama yaitu 6,3%, maka susunlah proyeksi biaya
pendanaan selama 3 tahun kedepan.
BAB XIII
TOPIK KHUSUS : PREDIKSI KEBANGKRUTAN
Tujuan Pembahasan :
Dapat memahami tentang prediksi kebangkrutan dan mengenali suatu kondisi disaat
perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya.

13.1 Masalah dalam Kebangkrutan


Kebangkrutan (Bankcruptcy) adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami
ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Kebangkrutan adalah ketidakpastian
mengenai kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasinya jika
kondisi keuangan yang dimiliki mengalami penurunan. Kebangkrutan ( bankcruptcy)
merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.
Bankruptcy diartikan sebagai sesuatu yang legal atau sebagai suatu peristiwa
ekonomi, biasanya ditandai dengan berakhirnya segala bentuk arus kegiatan perusahaan.
Peristiwa ini juga merupakan titik akhir dari suatu proses yang panjang, yaitu kondisi
perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya.
Di Indonesia, perundang-undangan kepailitan telah dimulai sejak tahun 1906, sejak
berlakunya “Verordening op het Faillisement en Surceance van Betaling voor de European
in Indonesia” sebagaimana dimuat dalam Staatsblad 1905 no 217 juncto Staatsblad 1906
no 348. Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang debitur yang mempunyai
kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam
hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya.
Sebelum ditetapkan pailit atau bangkrut maka suatu perusahaan akan mengalami
kesulitan keuangan jangka pandek bersifat sementara dan belum begitu parah. Namun
kesulitan semacam ini jika tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak
solvabel. Jika sampai pada kondisi tidak solvabel, perusahaan bisa dilikuidasi atau
direorganisasi. Likuidasi dipilih jika nilai likuidasi lebih besar dibandingkan nilai
perusahaan, jika tetap diteruskan. Reorganisasi dipilih jika perusahaan masih
menunjukkan prospek sehingga jika diteruskan maka nilai perusahaan akan lebih besar
dibandingkan nilai perusahaan saat dilikuidasi.

13.1.1 Manfaat Informasi Kebangkrutan


Kondisi kebangkrutan bukan sesuatu yang harus disembunyikan karena semua
orang atau organisasi yang berkaitan dengan perusahaan yang bersangkutan mempunyai
hak untuk mendapatkan informasi tentang kebangkrutna suatu usaha terutama dimana
terjalin hubungan kerja sama didalamnya. Oleh karena itu informasi tentang kebangkrutan
dapat membawa manfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut:
a. Bagi Pemberi Pinjaman, misalnya pihak bank
Untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan juga bermanfaat
untuk kebijakan mengawasi pinjaman yang ada.
b. Bagi Investor
Untuk melihat adanya kemungkinan kebangkrutan perusahaan yang menjual surta
berharga sehingga bisa mengantisipasi risiko.
c. Bagi Pemerintah
Untuk melihat tanda tanda awal kebangkrutan sebagai tanggung jawabnya dalam
mengawasi jalannya usaha terutama BUMN.
d. Bagi Akuntan
Untuk menilai kemampuan going concern (keberlangsungan usaha) sutau perusahaan
e. Bagi Manajemen
Untuk mendeteksi kebangkrutan lebih awal jadi bisa diambil tindakan perbaikan
ataupun pencegahan sehingga kebangkrutan bisa dihindari.

13.1.2 Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan


Langkah langkah perbaikan kesulitan keuangan yang terjadi dalam suatu
perusahaan bisa dilakukan secara informal dan secara formal.
a. Pemecahan Secara Informal
 Dilakukan jika permasalahan masih belum begitu parah.
 Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus.
 Pemecahan :
1) Perpanjangan (Extention), dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo
hutang hutang perusahaan.
2) Komposisi (Composition), dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan
dengan cara menurunkan klaim hutang.

b. Pemecahan Secara Formal


 Dilakukan jika masalah sudah parah.
 Pihak kreditur menginginkan mempunyai jaminan keamanan atas kredit yang
diberikannya.
 Pemecahan :
1) Jika nilai perusahaan saat diteruskan lebih besar dari nilai perusahaan saat
dilikuidasi, maka bisa dilakukan reorganisasi dengan merubah struktur modal
menjadi struktur modal yang layak.
2) Jika nilai perusahaan saat diteruskan lebih kecil dari nilai perusahaan saat
dilikuidasi maka bisa dilakukan likuidasi dengan menjual aset aset perusahaan.

13.2 Analisis Kebangkrutan


Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh early warning (peringatan dini)
tanda tanda kebangkrutan. Semakin awal tanda tanda kebangkrutan diketahui maka akan
semakin baik karena memberikan waktu bagi poihak manajemen untuk melakukan
perbaikan. Pada realitanya, sulit untuk mendeteksi tanda tanda kebangkrutan tetapi tanda
tanda bisa diawali dengan kesulitan likuidasi jangka pendek yang merupakan kesulitan
yang paling ringan. Dengan demikian kesulitan keuangan bisa dilihat sebagai awal
rangkaian yang panjang menuju kebangkrutan.
Dalam melakukan analisis kebangkrutan perlu dipahami bahwa kebangkrutan
dibedakan dalam kategori kebangkrutan sabagai berikut:
Tabel 13.1
Kategori Kebangkrutan
Tidak Dalam Kesulitan Dalam Kesulitan
Keuangan Keuangan
Tidak Bangkrut I II
Bangkrut III IV

 Perusahaan dalam kategori I, adalah perusahaan sehat.


 Perusahaan dalam kategori II, barangkali mengalami kesulitan keuangan tetapi
berhasil mengatasi masalah tersebut sehingga tidak bangkrut.
 Perusahaan dalam kategori III, sebenarnya tidak mengalami kesulitan keuangan tetapi
karena sesuatu hal misalnya mengatasi tekanan dari pekerja maka perusahaan
memutuskan menyatakan bangkrut.
 Perusahaan dalam kategori IV, sangat jelas perusahaan mengalami kesulitan keuangan
yang berujung pada kebangkrutan.

Analisis prediksi kebangkrutan pada umumnya menggunakan rasio keuangan sebagai


prediktornya. Permasalahan seputar prediksi kebangkrutan diantaranya adalah
penggunaan rasio keuangan yang digunakan untuk mempredikdi kebangkrutan apakah
hasilnya tetap sama jika diterapkan pada negara berbeda? Rasio keuangan yang digunakan
untuk mempredikdi kebangkrutan apakah hasilnya tetap sama jika diterapkan pada
kelompok industri yang berbeda? Di Indonesia, kenyataannya banyak perusahaan yang
belum go public yang justru jumlahnya lebih banyak, sehingga tidak bisa diakses data
keuangannya untuk menyusun model prediksi kebangkrutan. Masih belum dipastikan
variabel yang benar benar relevan dalam memprediksi kebangkrutan, jadi saat ini masih
coba coba variabel sehingga ada kemungkinan model yang dihasilkan hanya sesuai untuk
karakteristik perusahaan atau industri yang diteliti. Tetapi terlepas dari semua
permasalahan di atas, hasil penelitian prediksi kebangkrutan sangat memberikan
sumbangan pemikiran yang substansial.
Terdapat 2 (dua) type kesalahan prediksi yang mungkin terjadi pada saat melakukan
analisis prediksi kebangkrutan. Tipe kesalahan prediksi ini digambarkan dalam bagan tabel
sebagai berikut:
Tabel 13.2
Tipe Kesalahan Prediksi
Diprediksi
Bangkrut Tidak Bangkrut
Bangkrut Benar Kesalahan Tipe I
Tidak Bangkrut Kesalahan Tipe II Benar

 Kesalahan Tipe I
Adalah kesalahan prediksi yang terjadi ketika perusahaan kenyataannya adalah
bangkrut tetapi diprediksi tidak bangkrut.
 Kesalahan Tipe II
Adalah kesalahan prediksi yang terjadi ketika perusahaan kenyataannya adalah tidak
bangkrut tetapi diprediksi bangkrut.

13.3 Prediksi Kebangkrutan


Dalam melakukan prediksi kebngkrutan terdapat 2 (dua) jenis analisis yang dapat
digunakan yaitu: 1) Analisis Univariate dan (2) Analisis Multivariate.
a. Analisis Univariate
 Pendekatan tunggal atau analisis univariate bisa dipakai untuk memprediksi
kesulitan keuangan dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan perusahaan yang
tidak mengalami kesulitan keuangan.
 Perbedaan distribusi variabel keuangan tersebut bisa dipakai untuk memprediksi
kesulitan keuangan.
 Memiliki kelemahan kemungkinan terjadinya konflik antara variabel variabel yang
dijadikan prediksi artinya disamping harus menghitung masing masing maka nilai
cut off point nya juga akan berbeda untuk rasio yang berbeda meski pada
kelompok industri yang sama.
 Oleh karena itu kelemahan analisis Univariate ini akan diatasi dengan
menggunakan metode prediksi multivariate.

b. Analisis Multivariate
 Kelemahan metode prediksi kebangkrutan dengan menggunakan analisis
Univariate yang memungkinkan terjadi konflik antar rasio yang digunakan karena
antar rasio akan memberikan nilai cut off point yang berbeda diatasi dalam
analisis multivariate dimana analisis multivariate tidak perlu menghitung cut off
point masing masing rasio dan memungkinkan menggunakan banyak rasio untuk
memprediki kebangkrutan.
 Analisis multivariate mengatasi kelemahan yang ada pada analisis univariate.
 Variabel bebas (variabel independen) dalam model multivariate ini adalah rasio
rasio keuangan yang diperkirakan mempengaruhi kebangkrutan, sedang variabel
tidak bebas (variabel dependen) adalah prediksi kebangkrutan.
 Dimana bangkrut dikodekan dengan angka 0 dan tidak bangkrut dikodekan
dengan angka 1.
 Atau variabel dependen bisa berupa peluang (probabilitas) bernilai angka 0
sampai dengan 1.

1. Prediksi Kebangkrutan : Analisis Univariate


1.1 Pada tahun 1970, di Amerika Serikat terjadi fenomena kebangkrutan pada industri
transportasi kereta api. Berikut ini dipilih 2 (dua) rasio keuangan yang dianggap bisa
mewakili industri ini yaitu rasio biaya transportasi terhadap pendapatan operasional
(BT/PO) dan rasio Time Interest Earned (TIE) yang merupakan rasio pengukur laba
sebelum pajak dan bunga. Diperoleh data sebagai berikut:

Perusahaan Rasio BT/BO Rasio TIE


Tidak Bangkrut :
Ann Arbor 0,524 -1,37
Central Georgia 0,348 2,16
Cincinnati 0,274 2,91
Florida East 0,237 2,82
Illinois Central 0,388 3,10
Norfolk 0,359 2,81
Southern Pacific 0,400 3,56
Southern Railway 0,314 3,93
Bangkrut :
Boston and Maine 0,461 -0,68
Penn - Central 0,485 0,16

Berdasarkan data diatas tentukan perbedaan karakteristik rasio BT/BO dan rasio TIE
pada dua kelompok perusahan bangkrut dan tidak bangkrut di atas dengan
menggunakan analisis univariate. Lakukan analisis kebangkrutan atas hasil
perhitungan Saudara.

2. Prediksi Kebangkrutan : Analisis Multivariate


2.1 Dengan menggunakan data soal yang sama no 1.1, maka akan kita lakukan prediksi
dengan menggunakan analisis multivariate dengan data pada tahun 1970, di Amerika
Serikat terjadi fenomena kebangkrutan pada industri transportasi kereta api. Berikut
ini dipilih 2 (dua) rasio keuangan yang dianggap bisa mewakili industri ini yaitu rasio
biaya transportasi terhadap pendapatan operasional (BT/PO) dan rasio Time Interest
Earned (TIE) yang merupakan rasio pengukur laba sebelum pajak dan bunga.
Diperoleh data sebagai berikut:

Perusahaan Rasio BT/BO Rasio TIE


Tidak Bangkrut :
Ann Arbor 0,524 -1,37
Central Georgia 0,348 2,16
Cincinnati 0,274 2,91
Florida East 0,237 2,82
Illinois Central 0,388 3,10
Norfolk 0,359 2,81
Southern Pacific 0,400 3,56
Southern Railway 0,314 3,93
Bangkrut :
Boston and Maine 0,461 -0,68
Penn - Central 0,485 0,16

Berdasarkan data diatas tentukan model prediksi kebangkrutan pada industri


trasportasi dengan menggunakan analisis multivariate. Lakukan analisis
kebangkrutan atas hasil perhitungan Saudara.

Anda mungkin juga menyukai