Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PERSPEKTIF ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami perspektif Analisis Laporan Keuangan, tujuan dan apa
yang ingin diketahui dari Analisis Laporan Keuangan, Kegiatan Perusahaan dan Kebutuhan
Analisis Laporan Keuangan

1.1 Pemahaman Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk membedah laporan keuangan,
menelaah masing-masing unsur dan menelaah hubungan di antara unsur tersebut dengan
tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan
keuangan itu sendiri. Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat
kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan,
analisis kelemahan dan kekuatan di bidang keuangan akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manjemen masa lalu dan proyeksinya di masa datang.
Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan baik secara
internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahaan lain yang berada dalam industri
yang sama. Hal ini berguna bagi arah perkembangan perusahaan dengan mengetahui
seberapa efektif operasional perusahaan telah berjalan . Analisis laporan keuangan sangat
berguna tidak hanya bagi internal perusahaan saja, tetapi juga bagi investor dan pemangku
kepentingan lainnya.
Apa yang ingin diketahui dari analisis laporan keuangan ? Analisis terhadap laporan
keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas
(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang
paling mudah dalam analisis keuangan tentu saja menghitung rasio-rasio keuangan suatu
perusahaan. Bahkan dengan tersedianya program-program komputer, seperti spreadsheet
atau program-program akuntansi, atau program-program yang khusus ditulis untuk tujuan
laporan keuangan, perhitungan rasio-rasio keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan,
dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis bukan melakukan perhitungan semacam
itu, melainkan melakukan analisis dan menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang
muncul.
Analisis semacam itu mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal:
(1) Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis
(2) Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan-laporan
keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan tersebut
(3) Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang
berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan.
Sebelum melakukan analisis, seorang analis harus memahami ketiga langkah di atas,
baru kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat-alat analisis seperti rasio-
rasio keuangan atau rasio-rasio lainnya.

1.2 Tujuan dan Pemakai Analisis Laporan Keuangan


Beberapa tujuan analisis keuangan bisa disebutkan di sini. Tujuan ini pada dasarnya
ingin bertanya “Apa yang akan diperoleh dari analisis keuangan yang dilakukan?” Tujuan
ini akan menentukan arah analisis, batasan-batasan dalam analisis, dan hasil yang
diharapkan. Berikut ini beberapa contoh tujuan analisis keuangan.
a. Investasi Pada Saham
Sertifikat saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor bisa
membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham
berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun
juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan (apabila rugi). Menjual saham
berarti melepas kepemilikan perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang
melekat pada saham. Investor atau calon investor akan tertarik pada tingkat keuntungan
(return) yang diharapkan untuk masa-masa mendatang relatif terhadap risiko perusahaan
tersebut. Yang paling menarik tentu saja adalah perusahaan yang mempunyai tingkat
keuntungan tinggi, tetapi mempunyai tingkat risiko yang rendah. Apabila tingkat
keuntungan perusahaan naik, tetapi risiko perusahaan juga naik, maka perusahaan tidak
akan menarik lagi. Perusahaan akan tetap menarik apabila tambahan keuntungan tersebut
bisa mengkompensasi tambahan risiko yang muncul. Secara umum biasanya investor
bersifat tidak menyukai risiko (risk averse), sehingga faktor tingkat keuntungan dan risiko
harus dipertimbangkan bersama-sama untuk menentukan menarik tidaknya suatu
perusahaan.
Investor saham akan memperoleh tingkat keuntungan dari dividen yang dibagikan,
ditambah perbedaan nilai perusahaan pada waktu pertama kali investasi dengan nilai pada
beberapa waktu kemudian (capital gain). Apabila perusahaan tersebut go public (menjual
sahamnya di pasar modal), maka capital gain adalah selisih harga jual saham dengan harga
beli saham. Apabila selisih tersebut negatif, maka yang diperoleh adalah capital loss.
Tingkat keuntungan yang tinggi berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat keuntungan tersebut. Tingkat keuntungan masa lalu ( past
performance) bisa dipakai untuk menilai kemampuan perusahaan sekaligus
memproyeksikan kemampuan tersebut pada masa-masa mendatang. Hal ini berlanjut
dengan proyeksi tingkat keuntungan yang diharapkan pada masa-masa mendatang
Risiko yang berkaitan dengan investasi saham pada dasarnya sama dengan risiko
yang berkaitan dengan perusahaan pada umumnya. Beberapa faktor tersebut antara lain
adalah: kondisi perekonomian seperti resesi, inflasi, faktor-faktor industri seperti
persaingan, perubahan teknologi, kekuatan tawar-menawar dari supplier, pembeli,
tersedianya barang-barang substitusi, faktor-faktor dari perusahaan itu sendiri seperti
kualitas manajemen, goodwill yang dipunyai, paten-paten yang dipunyai.

b. Pemberian Kredit
Dalam analisis ini, yang menjadi tujuan pokok adalah menilai kemampuan perusahaan
untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan
pinjaman tersebut. Pihak pemberi pinjaman (kreditor) memperoleh keuntungan dari
bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut dan juga harus memperoleh kembali
pinjaman pokoknya, dengan diterima langsung pada akhir periode pinjaman (pada waktu
jatuh tempo) atau dibayar dengan angsuran. Pinjaman bisa bersifat jangka pendek, bisa
juga jangka panjang. Ini juga akan mempengaruhi tujuan dan lingkup analisis keuangan.
Pinjaman jangka pendek biasanya berjangka enam bulan sampai satu atau dua tahun,
seperti pinjaman dari bank. Pinjaman jangka menengah biasanya berkisar antara lima
sampai sepuluh tahun, seperti dalam pinjaman dari bank jangka panjang atau pinjaman
obligasi jangka menengah. Pinjaman jangka panjang bisa lebih dari 10 tahun, bahkan ada
yang dua puluh tahun, seperti pada obligasi jangka panjang.
Dengan kredit jangka pendek, analis akan memfokuskan pada kemampuan
perusahaan membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo.
Dengan kredit jangka panjang, analis akan memfokuskan kemampuan perusahaan
membayar kewajiban-kewajiban jangka panjang pada saat jatuh tempo. Itu berarti
kemampuan membayar kewajiban jangka pendek dan menengah, serta kemampuan
menjaga profitabilitas perusahaan akan termasuk dalam analisis keuangan jenis ini. Fokus
dalam analisis ini adalah kemampuan perusahaan dalam jangka panjang.

c. Kesehatan Pemasok (Supplier)


Perusahaan yang tergantung pada “supply” pemasok akan mempunyai kepentingan
pada pemasok tersebut. Perusahaan ingin memastikan bahwa pemasok tersebut sehat dan
bisa bertahan terus. Dengan kemungkinan kerja sama yang terus menerus, analis dari
pihak perusahaan akan berusaha menganalisis profitabilitas perusahaan pemasok, kondisi
keuangan, kemampuan menghasilkan kas untuk memenuhi operasi sehari-harinya, dan
kemampuan membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Pengetahuan akan kondisi
keuangan supplier juga akan bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi
dengan supplier.

d. Kesehatan Pelanggan (Customer)


Apabila perusahaan akan memberikan penjualan kredit kepada pelanggan maka
perusahaan memerlukan informasi keuangan pelanggan, terutama informasi mengenai
kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Analisis yang dilakukan akan
tergantung pada besarnya kredit, jangka waktu kredit, jenis usaha, besar kecilnya usaha
pelanggan dan lain-lain.
e. Kesehatan Perusahaan Ditinjau Dari Karyawan
Karyawan atau calon karyawan barangkali akan tertarik menganalisis keuangan
perusahaan untuk memastikan apakah perusahaan atau perusahaan yang akan dimasuki
tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. Beberapa faktor yang bisa dianalisis
antara lain profitabilitas, kondisi keuangan, dan kemampuan menghasilkan kas dari
perusahaan (cash generating ability).

f. Pemerintah
Pemerintah bisa menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya
pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu
industri. Bagi industri yang diatur ( regulated industry), tingkat keuntungan biasanya
ditentukan oleh pemerintah dengan menambahkan sejumlah persentase tertentu di atas
biaya modalnya. Apabila perusahaan akan menjual sahamnya ke pasar modal, maka
pemerintah (dalam hal ini Bapepam) akan menganalisis keuangan perusahaan untuk
menentukan layak tidaknya perusahaan tersebut untuk go public.

g. Analisis Internal
Pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen) akan memerlukan
informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan untuk menentukan sejauh mana
perkembangan perusahaan. Informasi semacam ini bisa digunakan sebagai basis evaluasi
prestasi manajemen. Bagi pihak manajemen, informasi keuangan tertentu bisa digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan, untuk perencanaan atau untuk mengevaluasi
perubahan strategi.

h. Analisis Pesaing
Kondisi keuangan pesaing bisa dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan sejauh
mana kekuatan keuangan pesaing. Informasi semacam ini bisa dipakai untuk penentuan
strategi perusahaan seperti strategi harga, strategi merebut pangsa pasar, atau keputusan-
keputusan lainnya.

i. Penilaian Kerusakan
Analisis keuangan juga bisa dipakai untuk menentukan besarnya kerusakan yang
dialami oleh perusahaan. Misalkan barang dagangan perusahaan mengalami kebakaran
dan perusahaan mengasuransikan barang dagangan tersebut, analisis keuangan bisa
dipakai oleh pihak asuransi untuk menentukan besarnya kerusakan yang dialami oleh
perusahaan. Informasi ini bisa dipakai untuk menentukan besarnya ganti rugi yang
dibayarkan kepada perusahaan.
Setelah analis mengidentifikasi tujuan dari analisis keuangan, ia bisa merumuskan arah
dan lingkup analisisnya. Secara umum biasanya profitabilitas perusahaan menjadi
perhatian pokok untuk setiap tujuan yang dihadapi oleh perusahaan. Analisis internal,
analisis oleh investor, analisis pesaing merupakan tipe analisis yang sangat memerlukan
informasi profitabilitas. Analisis risiko juga cukup penting karena risiko merupakan
imbangan profitabilitas untuk menentukan prospek dan kesehatan perusahaan. Analisis
risiko untuk jangka waktu yang pendek dilakukan dengan menganalisis likuiditas
perusahaan. Analisis kredit banyak memerlukan jenis analisis semacam ini. Sedangkan
untuk analisis risiko jangka panjang, diperlukan analisis solvabilitas. Analisis pinjaman
jangka panjang seperti dalam obligasi akan banyak menggunakan jenis analisis ini.
Pada kebanyakan situasi, kedua macam analisis di atas (profitabilitas dan risiko)
akan digunakan bersama-sama untuk menganalisis keuangan perusahaan. Analisis
investasi (oleh investor) sebagai contoh akan banyak menggunakan kedua macam analisis
tersebut, sehingga teknik-teknik analisis yang digunakan akan cukup lengkap. Karena
tujuan analisis akan menentukan arah dan lingkup analisis keuangan, maka tujuan tersebut
harus ditetapkan terlebih dulu di muka dengan jelas.

Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran
keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan
selama kurun waktu tertentu. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu
perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur,
pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Sedangkan berbagai pihak yang membutuhkan hasil dari analisis laporan keuangan adalah:
a. Investor, berkepentingan untuk mengetahui tentang kemampuan perusahaan
tempatnya berinvestasi, apakah mampu memberikan keuntungan bagi investor atau
tidak dan apakah dana yang akan diinvestasikan aman dikelola perusahaan.
b. Kreditur, berkepentingan untuk mengetahui kesehatan perusahaan yang akan
diberikan kredit sehingga layak untuk menerima pinjaman dari kreditur dan melihat
kemampuan membayar bunga beserta pengembalian pokok pinjamannya.
c. Pemasok, berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk
membayar dengan baik atas pasokan barang yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan.
d. Pemegang Saham, berkepentingan untuk mengetahui untuk mengetahui kinerja
perusahaan, pendapatan dan keamanan investasi.
e. Pelanggan, berkepentingan untuk mengetahui kesehatan perusahaan sehingga dapat
diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya secara rutin.
f. Karyawan, berkepentingan untuk mengetahui apakah perusahaan tempatnya bekerja
akan selalu mampu memenuhi kesejahteraannya.
g. Pemerintah, berkepentingan untuk mengetahui kesehatan dan kinerja perusahaan
dengan maksud untuk melindungi kepentingan masyarakat yang terkait dengan
perusahaan tersebut. Juga untuk kepentingan pajak dan persetujuan untuk go public.
1.3 Kegiatan Perusahaan dan Kebutuhan Analisis Keuangan

1. Kondisi Makro
Lingkungan Perusahaan 2. Lingkungan Industri

Strategi:
1. Biaya Rendah Tujuan dan Strategi
2. Diferensiasi Perusahaan
3. Fokus

Investasi Pendanaan

1. Pemilik Saham
1. Saham 2. Kredit Bank
2. Obligasi 3. Supplier
3. Asset Operasi

Gambar 1.1
Kegiatan Perusahaan dan Kebutuhan Analisis Keuangan

a. Lingkungan Perusahaan
Lingkungan eksternal perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam lingkungan makro
dan lingkungan industri di mana perusahaan beroperasi. Faktor-faktor dalam lingkungan
makro yang menentukan perusahaan antara lain: kondisi perekonomian secara
keseluruhan, GNP (Gross National Product), inflasi, tingkat bunga, tingkat pengangguran,
dan peraturan pemerintah. Faktor-faktor dalam industri yang bisa mempengaruhi
perusahaan antara lain: persaingan, teknologi, dan kekuatan tawar-menawar antara
perusahaan dengan supplier atau dengan pembeli. Kondisi internal perusahaan itu sendiri
juga akan menentukan perusahaan seperti manajemen perusahaan, karyawan perusahaan,
dan reputasi perusahaan. Pemahaman terhadap kedua faktor di atas (lingkungan makro
dan industri), dan faktor internal perusahaan, diperlukan untuk menganalisis kondisi
keuangan perusahaan.
Beberapa pertanyaan yang barangkali timbul dalam analisis keuangan dalam
kaitannya dengan gambar 1.1 di atas antara lain:
1) Bagaimana struktur industri dari perusahaan tersebut? Apakah struktur industrinya
mendekati persaingan sempurna, mendekati oligopoli, ataukah monopoli?
2) Bagaimana kekuatan tawar-menawar dalam industri? Bagaimana kekuatan supplier,
apakah supplier terkonsentrasi? Bagaimana dengan pembeli, apakah pembeli
terkonsentrasi? Dengan semakin terkonsentrasinya pihak yang menawar, maka
kekuatan mereka akan lebih besar, dan apakah ini akan menekan tingkat keuntungan
perusahaan? Sebagai contoh, industri obat-obatan (farmasi) mempunyai tingkat
profitabilitas yang tinggi. Salah satu anahsis penyebabnya adalah kekuatan mereka
cukup besar dibandingkan pembeli (misal, pasien yang bersedia membayar mahal agar
sehat atau tetap hidup).
3) Bagaimana dengan teknologi dalam industri? Apakah teknologi berubah cepat?
4) Bagaimana dengan siklus industri? Apakah industri sudah dewasa ( mature) ataukah
masih tumbuh, atau sedang menurun?
5) Bagaimana dengan peraturan pemerintah? Apakah peraturan tersebut membatasi
ruang gerak perusahaan? Apakah peraturan tersebut menguntungkan perusahaan atau
sebaliknya?
6) Bagaimanakah tingkat sensitivitas perusahaan terhadap perubahan-perubahan pada
faktor-faktor demografis, inflasi (deflasi), perubahan dalam tingkat bunga,
pengangguran atau siklus bisnis?
Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas akan memberi pandangan yang
lebih mendalam terhadap perusahaan, dan hal ini akan bermanfaat untuk memahami
kondisi keuangan perusahaan.

b. Tujuan Dan Strategi Perusahaan


Tujuan bisa didefinisikan sebagai target atau hasil akhir yang ingin dicapai di mana
seluruh kegiatan perusahaan diarahkan untuk mencapai target atau tujuan akhir tersebut.
Sedangkan strategi bisa diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan perusahaan tergantung dari misi perusahaan. Tetapi pada umumnya
tujuan perusahaan mempunyai tujuan yang bersifat ekonomis dan nonekonomis; tujuan
ekonomis adalah memperoleh keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, bisa
digunakan strategi yang berbeda-beda.
Dalam mencapai tujuan perusahaan maka ada beberapa strategi yang dapat
diterapkan yang dikenal dengan 3 (tiga) strategi generik Porter yaitu:
1) Strategi Biaya Rendah (Cost Leadership)
Strategi Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi
produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah.
Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah
terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga sebagai
faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai
dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement,
ketika konsumen tidak (terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak
membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen memiliki
kekuatan tawar menawar yang signifikan.
Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu
bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin
pasar (market leader) dalam menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan
pasar yang tinggi (di atas rata-rata) dan stabil melalui cara-cara yang agresif dalam
efisiensi dan keefektifan biaya. Sumber dari keefektifan biaya ( cost effectiveness) ini
bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan skala ekonomi ( economies of
scale), investasi dalam teknologi yang terbaik, sharing biaya dan pengetahuan dalam
internal organisasi, dampak kurva pembelajaran dan pengalaman ( learning and experience
curve), optimasi kapasitas utilitas, dan akses yang baik terhadap bahan baku atau saluran
distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama pelaksanaan strategi integrasi ke hulu ( backward
integration), ke hilir (forward integration), maupun ke samping (horizontal integration)
adalah untuk memperoleh berbagai keuntungan dari strategi biaya rendah ini. Biasanya
strategi ini dijalankan beriringan dengan strategi diferensiasi.
Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu
memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya ( resources) dan organisasi.
Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber
daya perusahaan, yaitu: kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses ( process
engineering), pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan
promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi, perusahaan harus memiliki:
kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik, insentif
berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil).

2) Strategi Pembedaan Produk (differentiation)


Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup
menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk
(barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik
minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi
dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau
pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari
produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas,
kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh
dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang
relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).
Perlu diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak
memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-produk
standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika
kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan strategi
ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama ( durable) dan sulit
ditiru oleh pesaing.
Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang ditawarkan
produk tersebut ternyata tidak dihargai (dianggap biasa) oleh konsumen. Jika hal ini
terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya rendah akan
sangat mudah merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi jenis ini, kekuatan
departemen Penelitian dan Pengembangan sangatlah berperan. Pada umumnya strategi
biaya rendah dan pembedaan produk diterapkan perusahaan dalam rangka mencapai
keunggulan bersaing (competitive advantage) terhadap para pesaingnya pada semua
pasar.
Secara umum, terdapat dua bidang syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan
memutuskan untuk memanfaatkan strategi ini, yaitu: bidang sumber daya ( resources) dan
bidang organisasi. Dari sisi sumber daya perusahaan, maka untuk menerapkan strategi ini
dibutuhkan kekuatan-kekuatan yang tinggi dalam hal: pemasaran produk, kreativitas dan
bakat, perekayasaan produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan,
distribusi, dan ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat
dan mampu untuk melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut
tenaga yang berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang
obyektif.

3) Strategi Fokus (focus)


Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen
pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen
yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif
tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya – terutama pada perusahaan skala
menengah dan besar –, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi
generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk.
Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok “niche market” (segmen khusus/khas dalam
suatu pasar tertentu; disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu
produk barang dan jasa khusus.
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup ( market
size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing
dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada
ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu
kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang
bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu
(niche market), wilayah geografis tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu dengan
kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery.

c. Kegiatan Investasi Dan Pendanaan


Investasi suatu perusahaan tercermin dalam aktiva tersebut. Investasi tersebut perlu
pendanaan. Perusahaan memperoleh pendanaannya dari berbagai sumber: pemilik saham,
kreditur (misal bank), supplier (misal dalam bentuk utang dagang), dari karyawan (misal
dalam bentuk utang gaji), dari pemerintah (utang pajak). Pinjaman jangka panjang
biasanya digunakan untuk investasi atau aset yang mempunyai jangka waktu yang panjang
pula. Struktur aset biasanya akan menentukan struktur utang-utang jangka panjang dan
utang jangka pendek.
Perusahaan retailer yang biasanya mempunyai proporsi piutang dan persediaan yang
besar akan cenderung lebih banyak menggunakan utang jangka pendek dibandingkan
perusahaan lainnya. Perusahaan utilities (misal listrik) yang mempunyai aset yang berusia
lama (seperti generator listrik) akan cenderung lebih banyak menggunakan utang jangka
panjang dibandingkan perusahaan-perusahaan lain pada umumnya. Struktur modal (utang
versus modal sendiri) akan ditentukan oleh beberapa faktor seperti agresivitas
manajemen, tingkat pajak perusahaan, dan tingkat leverage. Semakin agresif pihak
manajemen, yang berarti semakin berani mengambil risiko, perusahaan akan cenderung
menggunakan utang lebih banyak. Semakin tinggi tingkat pajak yang membebani
perusahaan, perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang lebih banyak karena
perusahaan bisa memanfaatkan penghematan pajak yang timbul dari bunga yang
dibayarkan (bunga bisa dikurangkan dari pajak, sedangkan dividen tidak bisa dipakai
sebagai pengurang pajak). Semakin tinggi leverage perusahaan, semakin kecil fleksibilitas
yang dipunyai perusahaan, yang berarti perusahaan akan menggunakan tambahan utang
yang lebih sedikit.
Sama seperti pemahaman terhadap kegiatan investasi, pemahaman terhadap
kegiatan pendanaan juga akan memberi latar belakang pemahaman kondisi keuangan
perusahaan lebih baik lagi.

d. Kegiatan Operasi
Kegiatan-kegiatan investasi dan pendanaan di atas kemudian diterjemahkan ke dalam
kegiatan operasional perusahaan. Melalui kegiatan operasional inilah perusahaan berusaha
mencapai tujuan pokoknya, yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau meningkatkan nilai
saham yang berarti meningkatkan kemakmuran pemegang saham (pemilik perusahaan).
BAB II
LAPORAN KEUANGAN
Tujuan Pembahasan :
Dapat memahami Laporan Keuangan beserta tujuan dan karakteristiknya, serta memahami
dan mampu menyusun Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas untuk kepentingan
analisis laporan keuangan.

2.1 Laporan Keuangan


2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan akuntansi disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para
pemakai laporan (users), terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Laporan akuntansi ini dinamakan laporan keuangan. Laporan keuangan
merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan mengikuti saran data
transaksi bisnis. Seorang akuntan diharapkan mampu untuk mengorganisir seluruh data
akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan, dan bahkan harus dapat
menginterpretasikan serta menganalisis laporan keuangan yang dibuatnya.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu
pihak internal seperti manajemen perusahaan dan karyawan, dan yang kedua adalah pihak
eksternal seperti pemegang saham, kreditor, pemerintah, dan masyarakat. sehingga dapat
disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi
kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan.
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan. Sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) di jelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya : "Tujuan laporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi".

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan


Pernyataan Standar Akuntasi (PSAK) No 1 menjelaskan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dan pengambil keputusan. Secara terperinci tujuan laporan keuangan untuk
organisasi yang berorientasi laba adalah:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini,
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki
perusahaan pada saat ini
c. Memberikan informasi tentang jenis pendapatan dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu,
d. Memberikan informasi tentang jenis biaya dan jumlah biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu,
e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva,
pasiva, dan modal perusahaan,
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode,
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan,
h. Informasi keuangan lainnya.

2.1.3 Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan


Informasi yang ada dalam laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan untuk
melaporkan kegiatannya harus memiliki karakteristik atau syarat-syarat tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pemakainya, yaitu:
a. Relevan artinya bahwa informasi yang dijadikan harus ada hubungan dengan pihak-
pihak yang memerlukan untuk mengambil keputusan.
b. Dapat dimengerti artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan secara
jelas dan mudah difahami oleh para pemakainya.
c. Daya uji artinya bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan konsep-konsep
dasar akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dianut, sehingga dapat diuji
kebenarannya oleh pihak lain.
d. Netral artinya bahwa laporan keuangan yang disajikan bersifat umum, objektif dan
tidak memihak pada kepentingan pemakai tertentu.
e. Tepat waktu artinya bahwa laporan keuangan harus di sajikan tepat pada waktunya.
f. Daya banding artinya bahwa perbandingan laporan keuangan dapat diadakan baik
antara laporan perusahaan dalam tahun tertentu dengan tahun sebelumnya atau
laporan keuangan perusahaan tertentu dengan perusahaan lain pada tahun yang sama.
g. Lengkap artinya bahwa laporan keuangan yang disusun harus memenuhi syarat-syarat
tersebut diatas dan tidak menyesatkan pembaca.
h. Penyajian jujur, artinya agar dapat di andalkan informasi harus menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan


Disamping beberapa kelebihan dan manfaat dari laporan keuangan, laporan
keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
a) Laporan keuangan sifatnya sementara dan bukan laporan yang final, karena itu jumlah
dan hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuiditas
atau realisasi dimana dalam pembuatannya terdapat pendapat - pendapat pribadi yang
telah dilakukan oleh akuntan atau management yang bersangkutan.
b) Angka yang tercantun dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku ( book
value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
c) Untuk para investor laporan keuangan hanya bersifat membantu, masih memerlukan
ramalan-ramalan sebabnya adalah bahwa data-data yang disajikan oleh akutansi
semata-mata hanya didasarkan atas “cost” (yang bersifat historis) dan bukan atas
dasar nilainya, akhirnya timbul jurang ( gap) yang cukup besar antara hak kekayaan
pemegang saham berupa aktiva bersih perusahaan yang dinyatakan dalam harga
pokok historis dengan harga saham yang tercatat dibursa.
d) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam sikapnya menghadapi ketidakpastian,
peristiwa yang tidak menguntungkan segera diperhitungkan kerugiannya. Harta,
kekayaan bersih, dan pendapatan bersih selalu dihitung dalam nilainya yang paling
rendah.
e) Laporan keuangan itu bersifat umum, dan bukan untuk memenuhi keperluan tiap-tiap
pemakai.

2.2 Neraca
2.2.1 Pengertian Neraca
Neraca adalah sebuah laporan yang sistematis tentang posisi aktiva, kewajiban dan
ekuitas perusahaan pada periode tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menggambarkan
posisi keuangan perusahaan. Hubungan antara aktiva, kewajiban, dan ekuitas dapat
dirumuskan ke dalam sebuah persamaan akuntansi : Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.
Sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dinamakan aktiva. Aktiva ini
selanjutnya akan digunakan (dimanfaatkan atau dikonsumsi) oleh perusahaan demi
lancarnya kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Contoh dari aktiva meliputi
perlengkapan toko dan kantor, asuransi dan sewa dibayar di muka, tanah, bangunan,
peralatan/perabot toko dan kantor, dan kendaraan operasional. Untuk menjalankan
aktivitas operasi, perusahaan membutuhkan pendanaan untuk membiayainya. Kewajiban
merupakan pendanaan dari kreditor yang memerlukan pembayaran pada saat jatuh tempo.
Ekuitas merupakan hak (klaim) pemegang saham atas aktiva perusahaan yang masih
tersisa setelah dikurangi kewajiban. Kreditor memiliki hak yang pertama atas aktiva
perusahaan, setelah itu sisa aktiva yang masih ada barulah merupakan hak atau klaim
pemegang saham. Dengan menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas
pemegang saham, neraca dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat
likuiditas, struktur modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat
pengembalian aktiva atas laba bersih.
2.2.2 Manfaat Neraca
Laporan keuangan akan menjadi lebih berguna bagi manajemen, kreditor, dan
investor ketika pos-pos yang ada dalam laporan diklasifikasikan secara tepat ke dalam
masing-masing kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap
pos-pos neraca akan berguna untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai
besarnya jumlah aktiva lancar, aktiva tidak lancar, total aktiva, jumlah kewajiban lancar,
kewajiban jangka panjang, total kewajiban, dan besarnya ekuitas. Lebih lanjut, melalui
klasifikasi ini pula para pengguna laporan neraca akan dapat:
a. memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban yang akan segera
jatuh tempo lewat aktiva lancar yang dimilikinya;
b. memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek lewat
aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas tanpa mengalami kesulitan;
c. mempersiapkan kebutuhan dana jangka panjang untuk memenuhi kewajiban tidak
lancar;
d. memprediksi jumlah total klaim kreditor atas aktiva perusahaan:
e. memprediksi jumlah total klaim pemegang saham atas aktiva perusahaan;
f. memperoleh gambaran mengenai besarnya komposisi aktiva tetap terhadap total
aktiva;
g. memperoleh gambaran mengenai jumlah perbandingan antara total kewajiban dengan
total aktiva.

Ketika menyiapkan neraca, susunan klasifikasi aktiva dan kewajiban dapat bervariasi.
Akan tetapi, kebanyakan perusahaan menyajikan neracanya dengan penekanan likuiditas,
di mana aktiva dan kewajiban diurut berdasarkan tingkat likuiditas. Sedangkan aktiva
tetap dilaporkan dalam neraca berdasarkan urutan masa manfaatnya yang paling lama,
yaitu dimulai dari tanah, bangunan, dan seterusnya. Aktiva tidak lancar pada umumnya
akan disajikan di neraca setelah penyajian aktiva lancar. Susunan atau urutan penyajian
seperti ini adalah berdasarkan pada kebiasaan (tradisi), bukan keharusan. Dalam beberapa
industri, seperti industri utilitas (contohnya adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa penerbangan, pelayaran, pembangkit listrik, telekomunikasi), aktiva tetapnya
bisa menempati bagian yang sangat signifikan pada total aktiva perusahaan secara
keseluruhan. Oleh sebab itu, kebanyakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
utilitas (jasa pelayanan publik) justru melaporkan aktiva tidak lancarnya lebih dulu, baru
kemudian diikuti dengan aktiva lancar.

2.2.3 Unsur Neraca


Menurut para ahli, unsur laporan neraca ada tiga, yaitu aktiva, pasiva dan modal. Dari
ketiga unsur ini akan dipetakan kembali menjadi beberapa unsur lain yang berbeda
sebagai berikut:
a. Harta (Asset / Aktiva)
Aktiva adalah kekayaan atau aset perusahaan yang berhasil dikumpulkan. Aset inilah
yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan di masa
selanjutnya. Unsur aktiva masih dibagi lagi menjadi dua yaitu aktiva tetap dan aktiva
lancar:
1) Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aset perusahaan yang digunakan untuk jangka panjang.
Minimal satu tahun. Biasanya aset ini digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan.
2) Aktiva lancar
Aktiva lancar adalah aset perusahaan yang hanya bisa digunakan untuk jangka
pendek. Pada umumnya digunakan untuk pembiayaan hutang jangka pendek atau
sudah jatuh tempo.
b. Hutang (Kewajiban / Liabilities)
Pasiva adalah kewajiban perusahaan. Di dalamnya terkait dengan tanggungjawab
pembayaran perusahaan terhadap pihak lain. Yang tergolong pasiva adalah hutang
perusahaan. Baik utang jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Modal (Ekuitas)
Unsur laporan neraca selanjutnya adalah modal. Baik modal yang dimaksudkan
sebagai aset pembiayaan maupun produk yang dijadikan dasar operasi bisnis.
Pencatatan laporan terkait hal ini biasanya berisi relevansi modal di akhir periode.
Baik yang dilakukan di akhir bulan maupun air tahun.
Ketiga unsur inilah yang harus ada pada format laporan neraca. Sehingga, ketika
disampaikan kepada pihak atasan, kondisi keuangan perusahaan bisa dianalisis sebagai
bahan evaluasi untuk pembiayaan perusahaan di periode selanjutnya.

2.2.4 Bentuk Dasar Neraca


Neraca mempunyai dua bentuk yaitu bentuk Scontro dan Staffel, penjelasannya
sebagai berikut:
a. Neraca Bentuk Scontro
Disebut juga Neraca bentuk T atau disebut Account Form. Neraca bentuk scontro ini
biasa disebut juga neraca bentuk T. Mengapa? Karena susunannya berbentuk
bersebelahan dengan kelompok harta (aktiva) sebelah kiri dan utang serta modal
(passiva) di sebelah kanan.
Tabel 2.1
Neraca Bentuk Scontro

b. Neraca Bentuk Staffel


Disebut juga sebagai Report Form. Mengapa neraca bentuk staffel disebut sebagai
neraca bentuk laporan? Karena bentuk susunannya berurutan dari atas ke bawah
secara berurutan. Neraca bentuk laporan tersusun secara urut dari kelompok harta
(aktiva) paling atas sampai kelompok utang dan modal paling bawah
Tabel 2.2
Neraca Bentuk Staffel

2.3 Laporan Laba Rugi


2.3.1 Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang sistematis tentang pendapatan dan beban
perusahaan untuk satu periode waktu tertentu. Laporan laba rugi ini akhirnya membuat
informasi mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba/rugi bersih, yang merupakan hasil
dari pendapatan dikurangi beban. Pendapatan penjualan bersih akan dikurangkan dengan
harga pokok penjualan untuk menentukan besarnya laba kotor. Laba kotor ini akan
dikurangkan dengan beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban
umum dan administrasi untuk menentukan besarnya laba operasional. Lalu, laba
operasional ini akan ditambah dengan pendapatan & keuntungan lain-lain dan
dikurangkan dengan beban & kerugian lain-lain untuk menentukan besarnya laba dari
operasi berjalan sebelum pajak penghasilan. Laba dari operasi berjalan sebelum pajak
penghasilan dikurangi pajak penghasilan atas laba operasi berjalan diperoleh laba operasi
berjalan setelah pajak penghasilan. Laba dari operasi berjalan setelah pajak penghasilan
ditambah atau dikurangi dengan operasi yang dihentikan (bersih setelah pajak) diperoleh
laba sebelum pos-pos luar biasa. Laba sebelum pospos luar biasa ditambah atau dikurangi
dengan keuntungan atau kerugian luar biasa (bersih setelah pajak) akan diperoleh laba
bersih.
Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan ukuran keberhasilan operasional
perusahaan selama periode waktu tertentu. Melalui laporan laba rugi, investor dapat
mengetahui besarnya tingkat profitabilitas yang dihasilkan. Kreditur juga dapat
mempertimbangkan kelayakan kredit debitur. Penetapan pajak yang nantinya akan
disetorkan ke kas negara, juga diperoleh berdasarkan jumlah laba bersih yang ditunjukkan
lewat laporan laba rugi. Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen dalam
menghasilkan profit untuk membayar bunga kreditur, dividen pemegang saham, dan pajak
pemerintah. Akhir-akhir ini, telah banyak dijumpai kecenderungan untuk lebih
memperhatikan ukuran laba yang terdapat pada laporan laba rugi dibandingkan dengan
ukuran lainnya. Informasi laba juga dapat dipakai untuk mengestimasi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (memprediksi atau
menafsir earnings power), menafsir risiko dalam berinvestasi, dan lain-lain.
Dengan mengkaji pendapatan dan beban, investor dapat mengetahui bagaimana
kinerja perusahaan dan membandingkannya dengan kinerja investasi lain. Hal ini
dilakukan investor untuk menetapkan alternatif keputusan investasi yang lebih baik. Tentu
saja investor menginginkan dananya diinvestasikan di perusahaan yang memiliki hasil
kinerja yang lebih baik, guna menjamin keberlangsungan peningkatan nilai investasinya. Di
samping itu, melalui laporan laba rugi, investor juga dapat menilai mengenai
kecenderungan hasil kinerja manajemen dari waktu ke waktu, apakah semakin meningkat
atau justru menurun. Walaupun kesuksesan di masa lalu tidak menjamin kesuksesan
dimasa depan, paling tidak dengan adanya laba rugi tersebut, investor dapat memperoleh
gambaran awal tentang kinerja keuangan secara keseluruhan.

2.3.2 Fungsi dan Tujuan Laporan Laba Rugi


Bukan hanya sekedar mengetahui kondisi keuangan perusahaan, apakah sedang
mendapatkan laba atau sedang merugi. Penyusunan laporan laba rugi disusun karena
memiliki peran penting dalam perusahaan sebagai berikut:
a. Memberikan informasi mengenai jumlah total pajak yang harus dibayarkan.
b. Memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan, apakah memperoleh laba atau
merugi.
c. Menjadi bahan referensi untuk evaluasi pihak manajemen untuk menentukan langkah
yang harus diambil di periode berikutnya.
d. Menjadi sumber informasi mengenai tingkat keberhasilan perusahaan dalam
menentukan besaran biaya perusahaan.
e. Membantu proses analisis usaha yang mampu mengukur perkembangan bisnis.
f. Menjadi acuan perusahaan dalam pengembangan bisnis dan untuk memperoleh laba
yang terus  meningkat.
g. Membantu proses analisis strategi perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
strategi bisnis yang telah diterapkan.
h. Menjadi cerminan profil suatu bisnis bagi calon investor maupun kreditur yang akan
melakukan transaksi bisnis.

2.3.3 Elemen Laporan Laba Rugi


Dalam laporan laba-rugi terdapat beberapa elemen dan unsur utama. Berikut adalah
beberapa unsur dan elemen utama yang harus ada dalam laporan laba rugi jika kita ingin
membuat laporan, khususnya laporan laba rugi dalam bentuk multi–step.
a. Pendapatan atau Penjualan Bersih
Pendapatan atau penjualan bersih adalah pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan
operasional utama bisnis. Nilai ini didapat dari total pendapatan kotor setelah
dikurangi diskon, retur, dan tunjangan penjualan lainnya.
b. Harga pokok penjualan (HPP)
Harga Pokok Penjualan merupakan biaya utama dalam perusahaan dagang dan
mewakili apa yang dibayar perusahaan untuk pembelian persediaan yang akan
dijualnya.
c. Laba Kotor (Gross Profit)
Laba kotor adalah penjualan bersih dikurangi Harga Pokok Penjualan. Unsur ini biasa
digunakan manajemen sebagai patokan, apakah perusahaan harus menaikkan atau
mengurangi biaya HPP-nya. 
d. Biaya Operasional  
Biaya operasional adalah segala pengeluaran di luar biaya HPP yang terjadi untuk
menjalankan aktivitas normal perusahaan. Dalam laporan multi-step, biaya
operasional menjadi dua, yaitu Biaya Penjualan dan Biaya Administrasi.
Biaya Penjualan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk penjualan dan
pemasaran seperti gaji dan komisi pemasaran, biaya perjalanan pemasaran, iklan, sewa
dan utilitas, dan lain sebagainya.
Sedangkan biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
keperluan manajemen bisnis secara keseluruhan seperti termasuk gaji manajemen,
biaya asuransi, persediaan yang digunakan manajemen, penyusutan pada peralatan
kantor, dan lainnya.
e. Pendapatan Operasional
Unsur pendapatan operasional ini baru akan diketahui setelah nilai Laba Kotor
dikurangi Biaya Operasional. Dengan kata lain, Pendapatan Operasional ini mewakili
jumlah pendapatan yang diperoleh langsung dari aktivitas operasional utama bisnis.
f. Pendapatan & Pengeluaran Lainnya
Pendapatan dan pengeluaran yang terjadi dan tidak terkait secara langsung dengan
penjualan produk yang secara teratur ditawarkan dan dijual, misalnya pendapatan dan
beban bunga, pajak-pajak, keuntungan dari penjualan aset, dan lainnya.
g. Laba Bersih / Rugi
Laba bersih adalah pos terakhir yang berada di bagian bawah dalam Laporan Laba
Rugi. Nilai ini diperoleh setelah pendapatan operasional ditambah dengan pendapatan
lain-lain dan dikurangi biaya lain-lain.
2.3.4 Bentuk Laporan Laba Rugi
Laporan Laba-Rugi dapat disajikan dalam 2 (dua) bentuk dijelaskan sebagai berikut:
a. Bentuk Single Step
Bentuk laporan laba rugi single step hanya memisahkan antara kumpulan pendapatan
dengan laba, dan kumpulan akun-akun biaya dan kerugian-kerugian. Selengkapnya catatan
dalam bentuk single step ini diantaranya adalah:
 semua pendapatan dan keuntungan ditempatkan ke bagian awal laporan laba rugi
 Diikuti dengan seluruh beban serta kerugian yang masuk ke dalam kategori operasi.
 selisih antara total pendapatan dan keuntungan dan total beban dan kerugian
menghasilkan laba operasi
Tabel 2.3
Laporan Laba Rugi Bentuk Single Step

b. Bentuk Multiple Step


Bentuk multiple step adalah bentruk laporan laba rugi yang mengelopokkan akun
pendapatan dan biaya menjadi sebuah runtutan akun. Selengkapnya catatan dalam bentuk
multiple step ini diantaranya adalah:
 memisahkan transaksi operasi dari transaksi non-operasi
 membandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan
 laba operasional biasanya akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas biasa
dengan aktivitas yang tidak biasa
Pada intinya kedua bentuk laporan laba rugi ini hanya dibedakan oleh apakah menyusun
dengan cara pengelompokkan pendapatan dan bebannya atau tidak.

Tabel 2.4
Laporan Laba Rugi Bentuk Multiple Step

2.4 Laporan Arus Kas


2.4.1 Pengertian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah sebuah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan
arus kas keluar secara terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari aktivitas
operasi, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas pendanaan/ pembiayaan untuk satu
periode waktu tertentu. Laporan arus kas menunjukkan besarnya kenaikan/penurunan
bersih kas dari seluruh aktivitas selama periode berjalan serta saldo kas yang dimiliki
perusahaan sampai dengan akhir periode. Laporan arus kas ini akan memberikan
informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari
aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi kewajiban, dan membayar dividen.
Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi kegiatan
operasional yang telah berlangsung, dan merencanakan aktivitas investasi dan pembiayaan
di masa yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan oleh kreditor dan investor
dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi perusahaan dalam menghasilkan laba
(keuntungan).
Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba, dan informasi mengenai laba
merupakan indikator yang baik untuk menentukan atau menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas di masa yang akan datang. Laporan arus kas dibutuhkan karena:
a. kadangkala ukuran laba tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya.
b. seluruh informasi mengenai kinerja perusahaan selama periode tertentu dapat
diperoleh lewat laporan ini.
c. dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi arus kas perusahaan di masa
mendatang.
Laporan laba rugi menunjukkan besarnya jumlah laba bersih, dan tidak menunjukkan
jumlah kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi. Laporan laba ditahan menunjukkan
besarnya dividen tunai yang diumumkan oleh investee kepada investor sepanjang periode
berjalan, bukan besarnya dividen tunai yang dibayarkan. Neraca komparatif menunjukkan
besarnya penambahan aktiva tetap yang terjadi selama periode berjalan, namun tidak
menunjukkan bagaimana penambahan aktiva tetap tersebut dibiayai. Demikian juga, dalam
neraca komparatif menunjukkan adanya penambahan jumlah lembar saham biasa yang
beredar dan penurunan jumlah utang .obligasi, tetapi tidak menunjukkan bagaimana
penurunan jumlah utang obligasi tersebut dibiayai. Dengan laporan arus kas, informasi
mengenai dari mana saja sumber penerimaan kas dan untuk apa saja kas dikeluarkan akan
tersaji secara terperinci.
Laporan keuangan dasar (laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca, dan
laporan arus kas) tidak dapat memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan pemakai.
Kreditor dan pemegang saham perlu mengetahui metode akuntansi yang digunakan
perusahaan dalam mencatat akun-akun laporan keuangan. Beberapa informasi tambahan
yang dibutuhkan adalah bersifat deskriptif dan dilaporkan dalam bentuk narasi. Dalam
kasus lainnya, data tambahan mengenai perhitungan atau rincian angka diperlukan. Untuk
dapat menginterpretasikan angka-angka yang terkandung dalam laporan keuangan,
pemakai harus dapat membaca catatan laporan keuangan ( notes to the financial
statements) dan memahami asumsi-asumsi yang dipakai dalam mencatat akun-akun
laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari komponen laporan keuangan lainnya. Tujuan catatan ini adalah
untuk memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas


Laporan arus kas ini akan memberikan informasi yang berguna mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan
investasi, melunasi kewajiban, dan membayar dividen. Secara terperinci tujuan dari
Laporan Arus Kas sebagai berikut:
a. Mengetahui kemampuan entitas arus kas periode selanjutnya
Tujuan yang pertama dari penerapan arus kas perusahaan adalah perusahaan dapat
mengetahui seperti apa kemampuan entitas di dalam menentukan arus kas masa yang
akan datang. Perusahaan bisa mengetahui adanya ketidakpastian tentang arus kas
tersebut dengan cara mengamati hubungan antar pos laporan.
b. Mengetahui kemampuan membayar dividen
Ketika perusahaan menerapkan sebuah laporan arus kas, maka perusahaan tersebut
bisa mendapatkan informasi mengenai kemampuan di dalam membayar dividen serta
untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan bisa mendapatkan gambaran tentang gaji
karyawan, hutang yang harus dibayarkan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu para
investor maupun pemakai informasi yang berhubungan dengan keuangan akan lebih
tertarik untuk mengetahui laporan arus kas yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan
begitu, mereka bisa menarik sebuah kesimpulan kira-kira seperti apa perusahaan
tersebut.
c. Memeriksa setiap transaksi investasi
Tujuan yang ketiga dari penerapan arus kas pada perusahaan adalah perusahaan
tersebut dapat mengetahui serta memeriksa apa saja transaksi yang dilakukan.
Perusahaan bisa tahu apa saja kewajiban yang harus dilaksanakan serta jumlah aset
yang dimilikinya.

Ketika perusahaan menerapkan arus kas atau mencatat semua transaksi perusahaan, maka
perusahaan tersebut akan memperoleh beberapa manfaat berikut:
a. Mengetahui kemampuan perusahaan
Manfaat pertama dari adanya cash flow adalah perusahaan dapat mengetahui seperti
apa kemampuan yang dimilikinya melalui sebuah laporan kas. Dengan begitu,
perusahaan akan memiliki gambaran mengenai seberapa jauh perusahaan tersebut
berkembang serta seberapa banyak kas yang mampu dihasilkannya. Tentu saja
manfaat yang satu ini sangat berperan penting dalam kelangsungan perusahaan.
b. Mengetahui kemajuan operasional
Manfaat yang kedua adalah perusahaan mampu mengetahui kemampuannya sendiri
tentang operasional perusahaan. Perusahaan dapat memiliki gambaran mengenai
seberapa bagus perusahaan tersebut dalam menjalankan operasionalnya. Salah satu
contohnya adalah pembayaran gaji karyawan.
c. Mengetahui keuntungan perusahaan
Manfaat penerapan arus kas bagi perusahaan adalah dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk mengetahui seberapa banyak keuntungan yang mampu dihasilkan oleh
perusahaan. Semua perusahaan maupun badan usaha lainnya pasti berjalan dengan
harapan untuk mendapatkan keuntungan dengan persentase yang berbeda-beda. Maka
dari itu, ketika perusahaan tersebut hendak mendapatkan informasi seberapa banyak
atau berapa persen keuntungan yang dihasilkan perusahaan tersebut, bisa dilakukan
melalui laporan arus kas. Perusahaan akan memperoleh informasi tentang berapa laba
bersih yang berhasil dihasilkan. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut tidak
menerapkan atau tidak memiliki laporan arus kas, maka sudah pasti perusahaan akan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang berapa keuntungan yang
berhasil diperoleh.
d. Pengambilan keputusan perusahaan
Dengan mengetahui cash flow yang disusun secara sistematis dan berurutan dari
setiap transaksinya, maka hal ini bisa menjadi sebuah pedoman tentang seperti apa
langkah selanjutnya yang akan diambil oleh perusahaan tersebut. Seorang pimpinan
perusahaan sudah pasti paham tentang apa saja yang perlu untuk diberikan perhatian,
termasuk juga pada saat perusahaan tersebut mempunyai divisi atau pos.

2.4.3 Elemen Laporan Arus Kas


Arus kas atau cash flow merupakan laporan keuangan yang di dalamnya memuat
semua informasi yang berkaitan dengan transaksi yang sudah dilakukan dalam waktu
tertentu. Transaksi tersebut bisa berupa pendapatan maupun pengeluaran. Laporan
keuangan harus disusun secara sistematis berdasarkan waktu atau kapan transaksi
tersebut dilakukan. Adapun isi dari laporan keuangan tersebut seperti hutang,
pengambilan private, maupun apa saja beban yang wajib dikeluarkan perusahaan.  Arus
kas sendiri masih dikelompokkan menjadi 3 (tiga) elemen atau bagian, yaitu operasional,
investasi, serta pendanaan. Berikut penjelasan tentang ketiga elemen laporan arus kas
tersebut:
a. Arus Kas Operasional
Arus kas operasional berhubungan dengan semua operasional perusahaan yang terjadi
dalam waktu tertentu. Beberapa contoh yang tergolong ke dalam arus kas operasional
yaitu pembayaran pajak, pendapatan piutang, pembayaran hutang, membayar gaji
karyawan, penerimaan kas yang berasal dari konsumen, pembayaran bunga, dan
berbagai kegiatan operasional lainnya.
b. Arus Kas Investasi
Arus kas investasi ini merupakan transaksi yang berhubungan dengan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan, investasi tersebut dapat berupa arus kas keluar dan arus
kas masuk. Beberapa contoh yang termasuk arus kas investasi yaitu pembelian atau
penjualan aset tetap, penyertaan saham, dan lain sebagainya.
c. Arus Kas Pendanaan
Arus kas pendanaan merupakan laporan yang isinya tentang pembiayaan perusahaan.
Pembiayaan tersebut bisa berupa penambahan atau pengurangan modal yang
dilaksanakan pada periode tertentu. Adapun contoh dari arus kas pendanaan antara
lain pinjaman bank, penerbitan obligasi, penerbitan saham, dan lain sebagainya.

2.4.4 Metode Laporan Arus Kas


Setelah memahami pengertian, tujuan, serta apa saja manfaat yang bisa kita
dapatkan melalui arus kas, maka di bawah ini akan dijelaskan juga tentang metode dalam
menyusun laporan kas.
a. Metode tidak langsung (Indirect Cash Flow)
Metode ini lebih tertuju pada perbedaan antara laba bersih dengan arus kas yang
berasal dari aktivitas operasional. Mengapa? Karena di dalam menentukan arus kas
yang berkaitan dengan aktivitas operasional, yang dihitung bukan kas namun
pengaruh transaksi, beban investasi, dan unsur penghasilan dengan berdasarkan
neraca keuangan dan juga laporan laba dan rugi.
Tabel 2.5
Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung
PT JAYA TERUS

LAPORAN ARUS KAS


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Laba bersih menurut laporan laba rugi 90.500
Ditambah :
Biaya depresiasi 18.000
Penurunan persediaan kantor 8.000
Kenaikan hutang jangka pendek 16.800
Kenaikan hutang biaya 1.200
44.000
Dikurangi :
Kenaikan biaya dibayar dimuka 1.000
Kenaikan piutang usaha 9.000
Penurunan hutang pajak 1.500
Laba penjualan aktiva tetap 30.000
41.500
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000
Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas keluar bersih untuk kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan pendanaan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan pendanaan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000
b. Metode langsung (Direct Cash Flow)
Dalam metode langsung, laporan akan terlebih dahulu dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yakni investasi, operasional, dan pendanaan. Selanjutnya, masih akan dibagi
menjadi dua pada masing-masing kegiatan tersebut yaitu pengeluaran dan pemasukan.
Setelah itu juga masih harus dibagi lagi berdasarkan seperti apa kegiatan pada
pemasukan dan pengeluaran. Perlu dipahami bahwa laporan yang dibuat berdasarkan
metode langsung cenderung mudah dipahami sehingga bisa diketahui sumber dana
maupun untuk apa saja dana tersebut.

Tabel 2.6
Laporan Arus Kas Metode Langsung
PT JAYA TERUS
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2007
(dalam Rupiah)
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan 951.000
Dikurangi :
Kas untuk membeli persediaan 555.200
Kas untuk membayar biaya operasi 259.800
Kas untuk membayar biaya bunga 14.000
Kas untuk membayar pajak 29.000
858.000
Aliran kas bersih dari kegiatan operasi 93.000
Aliran kas yang berasal dari kegiatan investasi :
Kas masuk yang berasal dari penjualan investasi 75.000
Kas keluar untuk membeli peralatan (157.000)
(82.000)
Aliran kas bersih untuk kegiatan investasi
Aliran kas dari kegiatan pendanaan :
Kas yang diterima dari penjualan saham 160.000
Dikurangi :
Kas untuk membayar dividen 23.000
Kas untuk membayar hutang obligasi 125.000
148.000
Aliran kas masuk neto dari kegiatan pendanaan 12.000
Kenaikan kas 23.000
Saldo kas pada awal tahun 26.000
Saldo kas pada akhir tahun 49.000
BAB III
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan Pembahasan :
Dapat memahami cara menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk membuat
keputusan ekonomi yang lebih baik untuk mendapatkan penghasilan di masa depan.

3.1 Analisis Laporan Keuangan


3.1.1 Arti Penting Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah proses meninjau dan menganalisis laporan
keuangan perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik untuk
mendapatkan penghasilan di masa depan. Menurut Prastowo (2008), analisis laporan
keuangan adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta menghubungkan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti secara keseluruhan.
Laporan Keuangan dibuat untuk mengetahui gambaran tentang posisi suatu
keuangan pada perusahaan serta hasil-hasil yang diperoleh oleh perusahaan. Laporan
Keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
komunikasi data keuangan antara pengelola perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data-data tersebut. Analisis laporan keuangan adalah proses
meninjau dan menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk membuat keputusan
ekonomi yang lebih baik untuk mendapatkan penghasilan di masa depan. Umumnya,
analisa ini digunakan oleh perusahaan atau organisasi dalam memeriksa seluruh jenis
laporan keuangan secara berkala. Melakukan analisa ini sangat penting karena dapat
melihat stablitas keuangan bahkan menghitung untung rugi sebuah perusahaan. Dalam
melakukan analisis keuangan, seorang analis menguraikan setiap komponen-komponen
laporan keuangan agar bisa mendapatkan informasi secara detail. Informasi-informasi
terhadap komponen laporan keuangan ini sangat penting untuk mengetahui kondisi
keuangan dari sebuah perusahaan. Sehingga dapat dijadikan suatu rujukan dalam sebuah
pengambilan keputusan. Mengapa analisis laporan keuangan itu penting?
a. Memberikan input (informasi) untuk pengambilan keputusan
b. Dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang

3.1.2 Pengertian Analisis Laporan Keuangan


Analisis laporan keuangan merupakan proses penganalisaan terhadap laporan
keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi, serta lampirannya untuk
mengetahui posisi keuangan dan tingkat kesehatan perusahaaan yang tersusun secara
sistematis dengan teknik tertentu. Analisis laporan keuangan ini bertujuan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Analisis laporan keuangan adalah proses meninjau dan menganalisis laporan
keuangan perusahaan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik untuk
mendapatkan penghasilan di masa depan.

3.1.3 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan


Ada beberapa tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh berbagai pihak dengan
adanya analisis laporan keuangan, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentum baik
harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah diperoleh untuk beberapa
periode;
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan,
c. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki perusahaan;
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan ke depan yang
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini;
e. Untuk mengevaluasi kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak
karena sudah dianggap berhasil atau gagal;
f. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis atas hasil yang telah dicapai.
Dari sudut lain tujuan analisis Laporan Keuangan menurut Bernstein (1983:32) adalah
sebagai berikut:
a. Screening
Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan
untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
b. Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang
akan datang.
c. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang
terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain.
d. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi dan lain-
lain.
e. Understanding
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari
laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam.

Sedangkan manfaat analisis laporan keuangan berdasarkan pada kepentingan para


pemakai laporan yaitu:
a. Untuk mengetahui hubungan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain baik
dalam satu laporan keuangan maupun antar laporan keuangan, sehingga apabila
terjadi kelemahan dalam satu atau beberapa perusahaan dari laporan keuangan akan
diambil tindakan untuk memperbaikinya.
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan
c. Bersama dengan anggaran kas dapat digunakan untuk memprediksi laporan keuangan
dimasa yang akan datang.
d. Untuk mengetahui posisi dan perkembangan dari satu atau beberapa laporan
keuangan sehingga dapat diramalkan kecenderungannya pada masa yang akan datang.

3.1.4 Prosedur Analisis Laporan Keuangan


Menurut Bernstein (1983:3) analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode
dan teknik analisis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu
ukuruan-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan
keputusan. Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui prosedur dalam analisis laporan
keuangan meliputi tahapan sebagai berikut:
a. Review Data Laporan Keuangan
Merupakan aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik
sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang berlaku. 
b.  Menghitung
Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-
perhitungan, baik metode perbandingan, persentase per komponen, analisis rasio
keuangan, dan lain-lain. 
c. Membandingkan atau Mengukur
Langkah berikutnya setelah melakukan perhitungan adalah membandingkan atau
mengukur. Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan
tersebut
d. Menginterpretasi
Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil
pembandingan atau pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil
interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dicapai
perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
e. Rekomendasi
Merupakan langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisa. Dengan memahami
problem keuangan yang dihadapi perusahaan maka akan diberikan rekomendasi yang
tepat.

3.1.1 Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan


Terdapat beberapa keterbatasan atau kekurangan dalam melakukan analisis
laporan keuangan, yaitu sebagai berikut.
a. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, sehingga kelemahan
yang ada di dalam laporan keuangan harus selalu diperhatikan dan dipertimbangkan.
Hal tersebut bertujuan agar kesimpulan dari hasil analisis tidak salah.
b. Objek dalam melakukan proses analisis laporan keuangan hanya berupa laporan
keuangan. Untuk dapat memberikan suatu penilaian terhadap laporan keuangan tidak
cukup hanya dengan menggunakan angka – angka yang terdapat pada laporan
keuangan. Tapi juga harus melihat beberapa aspek lainnya seperti situasi ekonomi,
gaya manajemen, situasi industri, tujuan perusahaan, budaya perusahaan, dan budaya
masyarakat.
c. Objek dalam proses analisis adalah informasi historis yang mencerminkan masa lalu
dan keadaan ini bisa berbeda dengan keadaan di masa yang akan datang.
d. Apabila melakukan perbandingan dengan perusahaan lain, maka harus dilihat
beberapa perbedaan prinsip yang dapat menjadi penyebab perbedaan angka. Misalnya
prinsip akuntansi, ukuran perusahaan, jenis industri, periode laporan, laporan
individual atau konsolidasi, motif perusahaan.
e. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil dari konversi mata uang asing harus
mendapatkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan perbedaan dapat terjadi
karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.

3.1.6 Metode Analisis Laporan Keuangan


Metode analisis laporan keuangan dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis vertikal dan
horizontal.
a. Analisis Vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang hanya dilakukan oleh satu periode laporan
keuangan. sehingga keterangan yang didapat hanya menggambarkan hubungan kunci
antar pos-pos laporan keuangan satu periode saja, tidak dapat mengetahui perkembangan
kondisi perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lainnya. Analisis vertikal juga
dapat berupa perbandingan terhadap informasi serupa dari perusahaan lain yang berada
dalam satu industri yang sama dan pada periode waktu yang sama. Adapun
karakteristiknya adalah:
 Bersifat statis
 Dilakukan hanya terhadap satu periode laporan keuangan saja
 Menggambarkan hubungan kunci antar pos laporan keuangan dalam satu periode saja.
 Bisa berupa analisis perbandingan dengan perusahaan lain dalam satu periode yang
sama.
b. Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan
laporan keuangan dari beberapa periode. Dengan kata lain, perbandingan dilakukan
dengan informasi serupa dari perusahaan tetapi untuk periode waktu yang berbeda.
Adapun karakteristiknya adalah:
 Bersifat dinamis
 Dilakukan terhadap lebih dari satu periode laporan keuangan
 Menggambarkan perkembangan perusahaan dari satu periode ke periode lain
 Bisa berupa analisis perbandingan dalam perusahaan sendiri dan dengan perusahaan
lain dalam periode yang berbeda.

3.2 Tehnik Analisis Laporan Keuangan


3.2.1 Analisis Rasio
Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio yang menggunakan laporan
keuangan dan berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan
menunjukkan hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara pos dalam
laporan keuangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
 Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan secara
keseluruhan, rasio harus digunakan secara bersama-sama.
 Perbandingan kinerja antara perusahaan seharusnya dilakukan dengan menggunakan
data keuangan perusahaan sejenis.
 Perhitungan rasio seharusnya didasarkan pada data laporan keuangan yang sudah
diaudit oleh akuntan independen atau akuntan publik.
Analisis Rasio Keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan menghubungkan
berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Analisis
rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara:
a. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun maka akan
dapat dipelajari komposisi perubahan yang terjadi pada kondisi keuangan perusahaan
b. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain atau
dengan rata rata industrinya maka dapat membantu mengidentifikasi adanya
penyimpangan atau tidak.

3.2.2 Analisis Trend


Analisis Trend menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos pos laporan
keuangan selama beberapa periode (dari tahun ke tahun). Mengapa analisis trend itu
penting? Karena analisis trend dapat memberikan informasi mengenai tingkat
pertumbuhan masing masing pos laporan keuangan dari tahun ke tahun. Didalam analisis
trend menggunakan angka indeks. Angka Indeks adalah angka yang dipakai sebagai
perbandingan dua atau lebih kegiatan yang sama untuk kurun waktu yang berbeda. Angka
indeks memiliki satuan prosentase (%), namun dalam prakteknya jarang atau hampir tidak
pernah disertakan
3.2.3 Analisis Common Size
Common‐size analysis adalah analisis laporan keuangan dengan membandingkan
item-item dalam laporan keuangan sebagai persentase item kunci seperti aset dan
pendapatan. Dalam laporan laba rugi, akun-akunnya dibagi dengan pendapatan, sedangkan
di neraca, setiap akun dibandingkan dengan total aset. Analisis common size disusun
dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan neraca laba rugi dan neraca
menjadi proporsi. Proporsi dari penjualan jika untuk lap L/R, proporsi dari total asset jika
untuk neraca. Tujuannya memudahkan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa
periode.

3.2.4 Analisis Sumber dan Penggunaan Dana


Analisis Sumber dan Penggunaan Dana disusun untuk mengetahui perubahan pada
masing-masing pos pada dua periode sehingga diperoleh informasi sebab terjadinya
surplus / defisit kas. Dilakukan dengan menyusun laporan perubahan posisi kas atau
laporan yang menunjukkan perubahan kas selama dua periode dan memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan sumber dan penggunaan. Apa
yang ingin diketahui dengan menggunakan analisis sumber dan penggunaan dana ini?
Yaitu : (1) Untuk mengetahui berapa besar kenaikan / penurunan pos aktiva, (2)
mengetahui darimana dana diperoleh untuk berbagai kenaikan aktiva tersebut bila terjadi
kenaikan dan kemana larinya dana tersebut bila terjadi penurunan aktiva, dan (3) alasan
yang baik untuk melakukan restrukturisasi pinjaman.

3.2.5 Analisis Du Pont


Rasio yang menganalisis kemampuan perusahaan untuk meningkatkan pengembalian
atas ekuitas, atau Return on Equity (ROE). Pada prinsipnya, Dupont Analysis merupakan
alat analisis yang digunakan untuk menganalisis laba dari perusahaan atau bisnis.
Perhitungan Dupont Analysis yang merinci berbagai komponen keuangan yang
mempengaruhi kinerja perusahaan dalam memperoleh laba membuat manajer mengetahui
kekuatan dan kelemahan dari indikator komponen keuangan perusahaan. Hal ini dapat
digunakan manajer untuk mengambil kebijakan dalam mengelola perusahaannya agar
operasinya lebih efisien. Berikut adalah 3 (tiga) komponen utama ROE ( Return On Equity):

ROE

Net Profit Margin Total Assets Turnover Financial Leverage

Gambar 3.1
Komponen Utama ROE
Perhitungan Dupont Analysis mempunyai satu dasar indikator yang fundamental, yaitu
Return on Equity (ROE). Pada indikator ROE sendiri, ada tiga indikator keuangan yang
mempengaruhinya. Indikator-indikator tersebut adalah efisiensi operasi, efisiensi
penggunaan aset, dan leverage keuangan
BAB IV
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Tujuan Pembahasan :
Dapat mengenal dan memahami perhitungan rasio yang menggunakan laporan keuangan
serta fungsinya sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

4.1 Rasio Keuangan


4.1.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis perusahaan untuk menilai kinerja suatu
perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada laporan pos
keuangan (neraca,  laporan/laba rugi, laporan arus kas). Rasio merupakan alat ukur yang
digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Dengan menggunkan alat analisis berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang relevan dan signifikan yang menunjukkan
hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara pos dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan
perusahaan·dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan dituángkan
dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing.
Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat
satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa adanya. Angka-angka ini akan menjadi
lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan secara
keseluruhan, rasio harus digunakan secara bersama sama.
b. Perbandingan kinerja antar perusahaan seharusnya dilakukan dengan menggunakan
data keuangan perusahaan sejenis.
c. Perhitungan rasio seharusnya didasarkan pada data laporan keuangan yang sudah
diaudit oleh akuntan independen / akuntan publik

4.1.2 Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan menghubungkan
berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun maka akan dapat
dipelajari komposisi perubahan yang terjadi pada kondisi keuangan perusahaan. Dengan
membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain atau dengan rata rata
industrinya maka dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan atau tidak.
Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara) yaitu:
a. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun maka akan
dapat dipelajari komposisi perubahan yang terjadi pada kondisi keuangan perusahaan
b. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain atau
dengan rata rata industrinya maka dapat membantu mengidentifikasi adanya
penyimpangan atau tidak

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan


menjadi sebagai berikut.
a. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.
b. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber
dari laporan laba rugi.
c. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data
campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi.

4.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan


Rasio keuangan berupa angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu
pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang relevan dan signifikan yang menunjukkan
hubungan yang sistematis dalam bentuk perbandingan antara pos dalam laporan
keuangan. Rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
a. Angka yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan
b. Pengganti yang sederhana dari informasi dalam lap. keuangan yang pada dasarnya
sangat rinci dan rumit.
c. Dapat mengidentifikasi posisi perusahaan dalam industri
d. Bermanfaat dalam pengambilan keputusan
e. Dapat melihat perkembangan perusahaan secara periodik
f. Lebih mudah melihat tend perusahaan dan melakukan prediksi di masa yang akan
datang

Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan
kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti
rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin seratus persen kondisi dan posisi keuangan
yang sesungguhnya. Oleh karena itu rasio keuangan juga memiliki beberapa kelemahan
sebagai berikut:
a. Kesulitan dalam identifikasi kategori industri jika perusahaan yang dianalisis dari
berbagai bidang usaha
b. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan rasio yang berbeda pula
c. Data laporan keuangan bisa saja merupakan data manipulasi akuntansi
d. Pengaruh penjualan musiman
e. Kesesuaian antara hasil rasio dengan standar industri bukan jaminan bahwa
perusahaan telah dikelola dengan baik

4.1.3 Jenis Jenis Rasio Keuangan


4.2 Rasio Likuiditas
4.2.1 Pengertian Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan ketika membayar liabilitas
jangka pendek sesuai jatuh tempo. Rasio likuiditas ( liquidity ratio) yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya sesuai waktu yang sudah
ditentukan. Menggambarkan kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan
memenuhi aktiva lancar perusahaan terhadap utang lancarnya ini juga merupakan
pengertian dari rasio likuiditas. Ada yang berpendapat bahwa likuiditas adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan liabilitas jangka pendeknya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan suatu perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya secara tepat atau
sesuai dengan waktu yang sudah di tentukan.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas mempunyai banyak manfaat untuk pihak yang mempunyai
kepentingan seperti pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio likuiditas secara keseluruhan:
a. Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang akan segera jatuh
tempo.
b. Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan
menggunakan total aset lancar dan aset sangat lancar (tanpa memperhitungkan
persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya).
c. Mengukur tingkat ketersediaan uang kas perusahaan dalam membayar utang jangka
pendek.
d. Sebagai alat perencanaan keuangan di masa mendatang terutama yang berkaitan
dengan perencanaan kas dan utang jangka pendek.
e. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan
membandingkannya selama beberapa periode.

4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Likuiditas


Terdapat 3 (tiga) macam pengukuran dalam memperhitungkan rasio likuiditas yang
dijelaskan yaitu:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan
memenuhi liabilitas jangka pendeknya saat jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Apabila
rasio lancar rendah maka dapat dikatakan perusahaan kurang modal untuk membayar
utang, dan sebaliknya. Rumus untuk mencari rasio lancar yang dapat digunakan sebagai
berikut:
Aktiva lancar ( Current Assets )
Current Ratio =
Utang lancar ( Current Liabilities )

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat merupakan rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi utang lancarnya dengan unsur aset lancar yang tidak liquid seperti persediaan
dan prepayment dikeluarkan dari perhitungan. Rumus untuk mencari rasio cepat dapat
digunakan sebagai berikut:

Current Assets -Inventory


Quick Ratio =
Current Liabilities

c. Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio kas adalah alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang
jangka pendek dengan melihat rasio kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan.
Ketersediaan kas dapat ditunjukkan dari kesediaan dana kas seperti rekening giro atau
tabungan di bank. Rumus untuk mencari rasio kas dapat diunakan sebagai berikut:

Cash or Cash equivalent


Cash Ratio =
Utang lancar ( Current Liabilites )

4.3 Rasio Aktivitas


4.3.1 Pengertian Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana tingkat pemanfaatan
sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan. Rasio yang mengukur
sejauh mana efektivitas penggunaan aset dalam menentukan tingkat aktivitas aset pada
tingkat kegiatan tertentu. Pengertian lain mengatakan bahwa rasio aktivitas merupakan
rasio yang digunakan untuk untuk menilai tingkat efisiensi atas pemanfaatan sumber daya
yang ada di perusahaan, atau aktivitas perusahaan setiap harinya. Efisien yang dilakukan
misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan lain-lain. Jadi rasio aktivitas
adalah rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan meningkatkan pemanfaatan
sumberdaya yang dimilikinya untuk menunjang aktivitas perusahaan yang akan datang.

4.3.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas dikenal sebagai rasio pemanfaatan aset, dimana rasio ini digunakan
untuk menilai efektivitas dan intensitas aset perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio aktivitas secara keseluruhan:
a. Mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha dan persediaan
berputar dalam satu periode.
b. Menghitung lamanya rata-rata penagihan piutang usaha.
c. Menilai efektif tidaknya aktivitas penagihan piutang usaha dan penjualan persediaan
barang dagang yang telah dilakukan selama periode.
d. Menghitung lamanya rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual.
e. Modal kerja berputar dalam satu periode, atau untuk mengukur berapa besar tingkat
penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah modal kerja yang digunakan
f. Mengukur seberapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari setiap rupiah aset
tetap dan total aset yang digunakan.

4.3.3 Macam Macam Ukuran Rasio Aktivitas


Terdapat beberapa macam rasio untuk mengukur tingkat aktivitas perusahaan adalah
sebagai berikut:
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang merupakan rasio untuk mengukur seberapa lama penagihan
puitang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya
dan sebaliknya. Cara mencari rasio ini yaitu:

Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Rata-rata piutang

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)


Perputaran sediaan adalah rasio untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam
sediaan ini berputar dalam suatu periode. Cara menghitung rasio perputaran sediaan yaitu:

Cost of good sold (HPP)


Perputaran Persediaan =
Average Inventory (Rata-rata persediaan)

c. Perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over)


Perputaran modal kerja merupakan rasio dalam mengukur seberapa banyak modal
kerja perusahaan berputar selama periode tertentu. Cara menghitung rasio perputaran
modal kerja sebagai berikut:
Penjualan bersih
Perputaran Modal Kerja =
Modal kerja rata-rata
d. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Fixed assets turn over merupakan rasio yang mengukur dana-dana yang ditanamkan
dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Cara menghitung rasio fixed assets turn
over sebagai berikut:

Penjualan ( Sales )
Perputaran Aktiva Tetap =
Total Aktiva Tetap ( Total fixed assets)

e. Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over)


Total asset turn over merupakan rasio yang mengukur perputaran semua aktiva yang
dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva. Cara menghitung rasio total assets turn over sebagai berikut:

Penjualan ( Sales )
Perputaran Total Aset =
Total Aktiva ( Total assets )

4.3 Rasio Solvabilitas


4.2.1 Pengertian Rasio Solvabilitas
Dalam menjalankan kegiatannya setiap perusahaan pastinya memiliki berbagai
kebutuhan terkait dengan dana agar perusahaan berjalan dengan tujuan yang diinginkan.
Perusahaan mempunyai dua pilihan sumber dana yaitu modal sendiri atau pinjaman baik
ke bank dan lembaga keuangan lainnya. Kombinasi dalam menggunakan dana disebut
dengan nama rasio penggunaan dana pinjaman atau dikenal dengan rasio solvabilitas.
Rasio solvabilitas adalah menilai seberapa besar beban utang yang harus ditanggung oleh
perusahaan. Pengertian lain rasio solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan
yang ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi adalah perusahan yang total
liabilitasnya lebih besar sehingga dapat menempatkan perusahaan dalam bahaya.
Sebaliknya apabila perusahaan memiliki tingkat rasio yang rendah tentunya memiliki
resiko kerugian yang rendah pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini
juga bisa mengakibatkan rendahnya hasil pengembalian (return) pada saat perekonomian
tinggi.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas


Hasil penjumlahan rasio solvabilitas diperlukan sebagai dasar pertimbangan dalam
memutuskan antara penggunaan dana dari pinjaman atau penggunaan dana dari modal
sebagai alternatif sumber pembiayaan aset perusahaan. Penjumlahan ini perlu dilakukan
secara cermat mengingat bahwa masing-masing jenis pembiayaan tersebut mempunyai
kekurangan dan kelebihan.
Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio solvabilitas secara keseluruhan:
a. Mengetahui posisi total kewajiban perusahaan kepada kreditor, khususnya jika
dibandingkan dengan jumlah aset atau modal yang dimiliki perusahaan.
b. Mengetahui posisi kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap jumlah modal yang
dimiliki perusahaan.
c. Menilai kemampuan aset perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban, termasuk
kewajiban yang bersifat tetap.
d. Menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh modal dan utang.
e. Menilai seberapa besar pengaruh hutang terhadap pembiayaan aset perusahaan.
f. Mengukur berapa bagian dari setiap rupiah aset yang dijadikan sebagai jaminan utang
bagi kreditor dan modal bagi pemilik atau pemegang saham.
g. Mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai jaminan
hutang dan jaminan utang jangka panjang.
h. Menilai kemampuan perusahaan yang diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan
pajak dalam membayar bunga pinjaman.
i. Menilai kemampuan perusahaan yang diukur dari jumlah laba operasional dalam
melunasi seluruh kewajiban.

4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Solvabilitas


Terdapat beberapa macam rasio untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan
adalah sebagai berikut:
a. Debt to Asset Ratio (DAR)
Debt to asset ratio ini mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh
liabilitas atau seberapa banyak utang perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
pengelolaan aktiva. Debt to asset ratio merupakan rasio liabilitas yang digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi total utang menggunakan total aktiva.
Apabila hasil pengukuran nilai rasionya tinggi maka menandakan bahwa pendanaan
dengan utang semakin banyak dan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman dengan kekhawatiran perusahaan tidak mampu menutupi utangnya
dengan aktiva yang dimilikinya. Adapun rumus untuk menghitung debt to asset ratio yaitu:

Total debt
Debt to asset ratio =
Total assets

b. Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio yang berguna sebagai
informasi jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan. Bagi
perusahaan, semakin besar rasio ini, akan semakin baik. Sebaliknya, rasio yang rendah
maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi peminjam jika terjadi penyusutan terhadap nilai aktiva Adapun rumus
untuk mengukur debt to equity ratio sebagai berikut:

Total utang ( Debt )


Debt to equity ratio =
Ekuitas ( Equity )

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)


Long term debt to equity ratio merupakan rasio perbandingan antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar bagian
dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan
modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumusan untuk mencari long term debt to
equity ratio yaitu sebagai berikut:
Long term debt
LTDtER =
equity
d. Times Interest Earned (TIE)
Times interest earned merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar pendapatan
dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar
biaya bunga tahunan. Semakin tinggi rasio maka semakin besar kemungkinan perusahaan
dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi nilai untuk mendapatkan tambahan
pinjaman baru dari kreditor. Adapun cara untuk mengukur times interest earned sebagai
berikut:

Earning before interest and tax (EBIT)


Times interest earned =
Biaya bunga ( Interest )

e. Fixed Charge Coverage


Fixed charge coverage atau lingkup biaya tetap yaitu rasio yang dilakukan apabila
perusahaan mendapatkan liabilitas jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan
kontrak sewa (lease contract). Rumus untuk mencari fixed charge coverage adalah sebagai
berikut:

Earning before tax + Biaya bunga + kewajiban sewa


Fixed charge coverage =
Biaya bunga + Kewajiban sewa

4.4 Rasio Profitabilitas


4.2.1 Pengertian Rasio Profitabilitas
Perusahaan tentunya menginginkan laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan
memperoleh laba yang maksimal maka perusahaan dapat mesejahterakan pemilik,
karyawan bahkan meningkatkan mutu produk. Oleh karena itu perusahaan harus mampu
untuk mencapai target yang telah ditentukan. Untuk mengukurnya tingkat keuntungan
perusahaan maka diperlukan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen perusahaan
dengan mengukur besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dari hubungan penjualan dan
investasi. Rasio yang menilai kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada
tingkat penjualan, aset dan modal saham yang tertentu dan rasio profitabilitas juga
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Jadi dapat
disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah kemampuan yang diperoleh dari penjualan
aset atau investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan perusahaan.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas memiliki banyak manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Rasio profitabilitas tidak hanya berguna bagi pihak internal saja, melainkan juga bagi pihak
eksternal perusahaan. Berikut adalah tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara
keseluruhan:
a. Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
b. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah
dana yang tertanam dalam total aset dan total ekuitas.
e. Mengukur margin laba kotor, laba operasional dan laba bersih atas penjualan bersih.

4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Profitabilitas


Adapun alat ukur yang dapat memperhitungkan rasio profitabilitas sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin yaitu mengukur persentase laba kotor yang diperoleh oleh setiap
pendapatan perusahaan. Berikut rumus untuk mencari gross profit margin dapat
digunakan sebagai berikut:

Sales−Cost of good sold


Gross profit margin=
Sales

b. Net Profit Margin (NPM)


Rasio yang biasanya disebut dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Net profit
margin yaitu kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba neto dari setiap
penjualannya. Berikut rumus cara menghitung net profit margin dapat digunakan sebagai
berikut:

Earning after tax(EAT )


Net profit margin=
Sales
c. Return On Equity (ROE)
Return on equity yaitu rasio yang mengukur seberapa besar return yang didapat bagi
pemegang saham atas setiap rupiah yang ditanamkan. Rasio ini menghitung laba bersih
setelah pajak dengan modal yang didapat dan hasilnya menentukan gambaran terkait
penggunaan modal sendiri. Berikut rumus dalam mencari return on equity dapat
digunakan sebagai berikut:

Earning after interest ∧Tax


Return on equity =
Equity

d. Return On Assets (ROA)


Return on asset yaitu ratio yang menilai seberapa besar return yang dihasilkan pada
setiap aset yang ditanamkan kepada investor. Jika nilai dalam return on assets rendah,
menunjukkan perusahaan tersebut kurang efektif dalam menjalankan operasi kegiatannya
dan begitupun sebaliknya. Berikut rumus dalam menghitung return on assets dapat
digunakan sebagai berikut:
Earning after tax (EAT )
Return on assets=
Total assets
4.5 Rasio Nilai Pasar
4.2.1 Pengertian Rasio Nilai Pasar
Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal untuk mengembangkan
perusahaannya, dan biasanya modal tersebut didapat dengan cara meminjam dana ke bank
atau menerbitkan surat berharga. Setiap investor pastinya menilai laporan keuangan
terlebih dahulu untuk pengambilan keputusan investasi dengan cara melihat tingkat
perusahaan dalam menciptakan nilai pasar usahanya melebihi modal yang mereka
gunakan. Rasio nilai pasar inilah yang memberikan indikasi kepada manejemen pendapat
investor karena merupakan sekelompok rasio yang terhubung dengan harga saham dengan
nilai buku per saham, laba, dan dividen. Rasio nilai pasar merupakan rasio yang digunakan
untuk memperkirakan nilai intrinsik perusahaan (nilai saham). Rasio ini biasanya
digunakan di pasar modal untuk menilai situasi ada tidaknya prestasi perusahaan dipasar
modal. Jadi rasio nilai pasar adalah rasio yang akan menerangkan situasi suatu perusahaan
dipasar modal terhadap prestasi yang ada.

4.5.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Nilai Pasar


Rasio ini bertujuan untuk melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap
nilai buku perusahaan. rasio nilai pasar digunakan untuk menilai kondisi pasar saham pada
periode tertentu. Melalui rasio nilai pasar kita akan dapat memahami pemikiran investor
atas kinerja perusahaan. Rasio nilai pasar memperhitungkan kondisi pasar saham terhadap
kinerja perusahaan
4.5.3 Macam Macam Ukuran Rasio Nilai Pasar
Terdapat beberapa alat untuk mengukur rasio nilai pasar perusahaan sebagai berikut:
a. Earnings per Share (EPS)
Rasio yang menilai keberhasilan perusahaan dalam memberikan tingkat keuntungan
bagi pemegang saham biasa. Earnings per share adalah pendapatan per lembar saham yang
bisa dilihat di laporan laba rugi. Adapun rumus dari earning per share yaitu:

Earning ater tax ( EAT )


Earning per Share=
Jumlah sahamberedar

b. Dividend Payout Ratio (DPR)


Dividend payout ratio adalah rasio yang menilai besarnya keseimbangan dividen yang
dibagikan untuk pendapatan bersih perusahaan. Adapun perhitungan dividend payout
ratio sebagai berikut:

Dividend per share


Dividend Payout Ratio=
Earning per share

c. Price Earning Ratio (PER)


Price earning ratio menjelaskan perbandingan antara harga pasar dengan pendapatan
per lembar saham. Price earning ratio yang mempunyai nilai tinggi akan dikategorikan
bahwa harga pasar saham perusahaan telah mahal. Dan dengan rasio ini memudahkan
calon investor potensial dapat mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar
atau tidak secara nyata dengan kondisi saat ini dan bukannya berdasarkan pada perkiraan
dimasa depan. Adapun rumus dari price earning ratio yaitu:

Market price per share


Price Earning Ratio=
Earning per share

d. Dividend Yield (DY)


Dividend yield adalah rasio yang menggambarkan hasil perbandingan antara dividen
tunai per lembar saham yang diterima investor dengan harga pasar per lembar saham
sekarang. Invertor dapat menilai tingkat dividen yang dibagikan terhadap nilai investasi
yang sudah ditanamkan. Adapun rumus dari dividen yield sebagai berikut:

Dividend per share of common stock


Dividend Yield=
Market price per share of common stock
e. Price to Book Value Ratio (PBV)
Price to book value ratio adalah rasio yang menunjukkan hasil perbandingan antara
harga per lembar saham dengan nilai buku ekuitas sebagaimana yang sudah ada di laporan
posisi keuangan. Adapun rumus dari price to book value yaitu:

Harga pasar per saham


Price ¿ Book Value Ratio=
Nilai buku per lembar saham

Anda mungkin juga menyukai